Cika Dilaporkan Hilang, Ditemukan Tinggal Tulang

Cika Dilaporkan Hilang, Ditemukan Tinggal Tulang

PIKIRAN RAKYAT – Warga Sumatra Barat dikejutkan oleh pengungkapan kasus pembunuhan mengerikan yang melibatkan seorang pemuda berusia 25 tahun bernama Wanda, atau SJ, asal Korong Lakuak, Pasar Usang, Padang Pariaman.

Dalam kasus yang tengah viral ini, Wanda ditetapkan sebagai tersangka mutilasi terhadap tiga perempuan muda, dua di antaranya telah dinyatakan hilang sejak lebih dari satu tahun lalu.

Kasus ini mencuat setelah ditemukannya potongan tubuh perempuan yang mengambang di Sungai Batang Anai, pada Senin 16 Juni 2025. Korban diketahui bernama Septia Adinda (25), mahasiswi asal Kota Padang. Saat ditemukan, jasadnya telah dimutilasi menjadi sepuluh bagian.

Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir mengatakan bahwa Wanda telah mengakui seluruh perbuatannya. Motif dari pembunuhan pertama terhadap Septia disebut karena urusan utang.

“Dari pengakuan terduga pelaku, motifnya sakit hati karena ada pinjaman yang belum dibayarkan sebesar Rp3,5 juta,” ujar Faisol dalam konferensi pers di Parik Malintang, Kamis 19 Juni 2025.

Menurut keterangan pelaku, korban dibunuh pada Sabtu 15 Juni 2025 sore di sebuah kebun kawasan Nagari Sungai Buluah. Setelahnya, tubuh Septia dipotong-potong menggunakan sebilah parang dan dibuang ke sungai.

Terbongkar Dua Pembunuhan Lain: Cika dan Adek Jadi Korban

Hal yang membuat kasus ini semakin menggemparkan, Wanda juga mengaku telah membunuh dua perempuan lainnya, yakni Siska Oktavia Rusdi (Cika) berusia 23 tahun, dan Adek Gustiana berusia 24 tahun.

Keduanya telah dilaporkan hilang sejak awal tahun 2024, namun pencarian tak membuahkan hasil. Wanda menyimpan jasad keduanya dalam sumur tua di Pasar Usang, hanya beberapa meter dari rumahnya sendiri. Sumur tersebut baru digali dan diinspeksi oleh tim gabungan Polisi dan BPBD pada Kamis 19 Juni 2025, dan ditemukan kerangka manusia yang tinggal tulang-belulang.

“Selain mutilasi, pelaku juga mengaku telah melakukan pembunuhan terhadap dua perempuan lain,” ucap Faisol.

Ketiga korban ternyata memiliki kesamaan latar belakang: mereka pernah tercatat sebagai mahasiswi di STIE KBP Kota Padang, dan diduga telah mengenal pelaku sebelumnya.

Barang Bukti dan Pengakuan Sadis Pelaku

Dari lokasi penangkapan, Polisi menyita sejumlah barang bukti, termasuk parang yang digunakan untuk memutilasi, telepon genggam, sepeda motor, dan pakaian pelaku. Wanda ditangkap tanpa perlawanan di rumahnya pada Kamis 19 Juni 2025 dini hari sekira pukul 2.00 WIB.

“Parang yang kami amankan adalah alat yang dipakai pelaku untuk memotong tubuh korban menjadi sepuluh bagian,” ujar Faisol.

Warga sekitar menyebut Wanda dikenal tertutup, dan beberapa tetangga mengaku mencium bau aneh dari sekitar sumur sejak lama, namun tak berani menyelidiki.

Akademisi: Ini Bukan Kejahatan Biasa, Tapi Pembunuhan Berantai

Kasus Wanda memicu reaksi keras dari kalangan akademisi. Dr. Defika Yufiandra, akademisi hukum dari Universitas Dharma Andalas (Unidha) Sumbar, menilai kejahatan ini sebagai bentuk pembunuhan berantai, dan menuntut keadilan ditegakkan dengan maksimal.

“Rasa adil itu pendekatannya tidak hanya dari keluarga korban saja, tapi juga kepada masyarakat secara umum karena perbuatan pelaku sudah di luar batas kewajaran dan tidak manusiawi,” tutur Defika, Jumat 20 Juni 2025.

Ia mendorong aparat penegak hukum untuk menerapkan pasal yang tepat dan menyeluruh berdasarkan motif, relasi korban-pelaku, dan kondisi kejiwaan tersangka. Ia juga meminta agar pelaku diperiksa secara psikologis guna melihat apakah ada kecenderungan kelainan jiwa atau tidak.

“Tiga korban ini punya keterkaitan yang perlu digali. Jika memang pelaku bisa mengulangi perbuatannya secara sadar, ini lebih dari sekadar kasus dendam atau emosi sesaat,” ujar Defika.

Defika juga mengingatkan bahwa kasus ini mengulang kembali pola kekerasan seperti kasus pembunuhan Nia, penjual gorengan di Sumbar yang juga menjadi korban mutilasi beberapa waktu lalu.

Pemerintah Daerah Didorong Terlibat Aktif

Sebagai putra daerah Pariaman, Defika juga menyerukan agar pemerintah daerah tak diam dalam menyikapi kejadian yang menghebohkan ini. Ia menilai perlu adanya evaluasi terhadap fungsi lembaga adat dan sosial, yang selama ini dianggap menjadi benteng moral masyarakat.

“Pemerintah perlu menyelidiki perkembangan masyarakat, apakah perilaku negatif seperti ini berkaitan dengan pengaruh narkoba, kesepian sosial, atau lemahnya sistem kontrol sosial,” ucapnya.

Polisi Terus Selidiki, Potensi Korban Lain Terbuka

Hingga kini, Wanda masih diperiksa intensif oleh Satuan Reserse Kriminal Polres Padang Pariaman. Polisi menyatakan masih membuka kemungkinan adanya korban lain.

“Dengan fakta penambahan korban ini, kami perlu memastikan apakah ada kemungkinan korban lain. Sementara pelaku kini sudah di Polres untuk diproses hukum,” tutur Faisol.

Publik menanti perkembangan selanjutnya, terutama vonis hukum yang akan dijatuhkan pada pelaku atas perbuatan keji yang telah mencabut nyawa tiga perempuan muda, menciptakan trauma bagi keluarga korban dan masyarakat luas.***