Jakarta, CNN Indonesia —
Head of Brand Department PT Chery Sales Indonesia (CSI) Rifkie Setiawan buka suara mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen dan Opsen Pajak yang akan diterapkan mulai tahun depan.
Menurutnya, kebijakan itu potensi berimbas pada penyesuaian harga mobil Chery. Pihak Chery pun lebih berhati-hati untuk menaikkan harga produknya di Indonesia.
“Kalau dari kita untuk kenaikan harga memang kita masih hitung. Tapi untuk komposisinya kemungkinan akan ada penyesuaian. Karena kan semua komponen perlu ada penambahan. Jadi nanti untuk adjustment harga mungkin akan ada. Tapi untuk berapanya saat ini kita belum tahu, berapa rilis harga yang akan kita announce di Januari tahun 2025,” ujar Rifkie di Jakarta, Minggu (22/12).
“Ya sebetulnya kalau dari kami sendiri ya, Chery itu memang dari awal kita selalu melakukan riset pasar ya. Lebih hati-hati untuk masalah harga,” tambahnya.
Selain itu, Rifkie juga menyebutkan bahwa industri otomotif nasional ada peluang tumbuh dengan adanya insentif yang diberikan oleh pemerintah, khususnya segmen mobil hybrid.
“Jadi di sini peluang juga buat industri otomotif, terutama Chery untuk bisa mendapatkan insentif-insentif tersebut untuk tahun depan,” pungkasnya.
Diketahui, pemerintah sudah menyiapkan berbagai insentif untuk mobil listrik dan hybrid di 2025, meliputi keringanan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), dan Bea Masuk.
Khusus electric vehicle (EV), pemerintah memberikan PPN DTP 10 persen untuk impor mobil listrik completely knocked down (CKD), PPnBM DTP 15 persen untuk impor mobil listrik completely built up (CBU) dan CKD, serta bebas bea masuk untuk impor mobil listrik CBU.
Sementara untuk mobil hybrid, pemerintah menetapkan kebijakan insentif melalui PPnBM DTP sebesar 3 persen, yang dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan kendaraan jenis hibrida di Indonesia menyusul adanya kenaikan PPN sebesar 12 persen di tahun depan.
(rac/mik)
[Gambas:Video CNN]