Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM – “Ini kalau orang daerah bilangnya teripang. Tapi kalau di sini namanya haisom atau timun laut,” ujar pria bernama Waras (55) membuka penuturannya.
Waras mengatakan bahwa teripang adalah salah satu menu makanan khas yang disajikan saat momen Imlek.
Di kawasan Glodok, Tamansari, Jakarta Barat yang memang merupakan kawasan Pecinan di Jakarta banyak ditemui para penjual teripang ini.
Mereka berjualan di gang yang menghubungkan antara Jalan Pancoran Glodok menuju Vihara Dharma Bakti atau Klenteng Petak Sembilan.
Para pedagang teripang ini tak berjualan di toko, melainkan hanya menggunakan meja di depan toko-toko alias di pinggir jalan.
Mayoritas teripang yang dijual adalah teripang basah. Namun, hanya satu yang menjual teripang kering yakni Waras.
Ditemui TribunJakarta.com, Waras pun membeberkan alasannya hanya menjual teripang kering.
“Kalau yang kering ini jatuhnya lebih murah karena satu kilo yang kering ini kalau direndam jadi basah bisa jadi empat sampai kilogram. Sedangkan kalau yang basah, belinya sekilo, ya beratnya sekilo aja,” kata Waras, Rabu (22/1/2025).
Waras mengatakan, biasanya pembeli teripang kering sudah ramai sejak sebulan sebelum Imlek.
Sedangkan jika sudah dekat Imlek seperti saat ini memang lebih banyak pembeli teripang basah karena lebih praktis.
“Kalau yang kering ini direndam sampai lima hari biar jadi basah. Makanya biasanya belinya sudah dari jauh-jauh hari,” tuturnya.
Meskipun bukan merupakan etnis keturunan Tionghoa, Waras sudah berjualan teripang di Glodok sejak tahun 36 tahun silam.
Teripang itu dijualnya dengan harga bervariasi sesuai ukuran yakni mulai dari Rp 1 juta 500 per kilonya.
Adapun teripang ini berasal dari sejumlah perairan di luar Pulau Jawa, diantaranya dari Bangka maupun Bau-bau Sulawesi Tenggara.
Saat Imlek teripang ini diolah menjadi sejumlah makanan khas Tionghoa, dimana yang paling sering diolah menjadi angsio haisom.
Tak hanya berkhasiat untuk kesehatan, kuliner ini ternyata melambangkan keharmonisan dalam keluarga.
Karenanya, teripang bisa dibilang sebagai menu Imlek termahal.
“Harganya ada yang Rp 3 juta, ada yang Rp 2,5 juta, ada yang Rp 1,5 juta sekilonya. Sekilo kering ini bisa sampai 5 kilogram kalau direndam ini bisa melar jadi gede-gede,” tuturnya.
Selain teripang, Waras juga menjual olahan daging hiu yang juga menjadi menu khas Imlek, ada sirip maupun ekor hiu.
Untuk harganya mulai dari Rp 100 sampai Rp 600 ribu per bungkusnya.
“Nanti ini cara masaknya direbus setengah jam, ini biasanya dicampur di sup, pakai kepiting sama asparagus,” ujarnya.
Waras mengaku penjualan teripang di Imlek tahun ini tak seramai dibandingkan beberapa tahun lalu.
Namun, ia masih beruntung karena telah memlikiki pelanggan tetap yang datang kepadanya di tiap momen Imlek ini.
“Tahun lalu juga biasa aja. Yang penting kita di sini punya langganan. Kalau punya langganan otomatis lumayan.
Dibanding hari biasa memang lumayanan mau Imlek ini,” tuturnya.
