TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – “Tak Ada Rotan Koran Pun Jadi”
Tagline ini memang cocok untuk menggambarkan usaha kreatif milik Piliani Ernawati yang diberi nama Craftonesia.
Di tangan piawainya, wanita yang akrab disapa Pili ini sukses menyulap koran bekas menjadi produk bernilai tinggi.
Mulai dari gantungan kunci, gelang, tempat tisu, home dekor hingga tas.
Pili mulai merintis usaha Craftonesia sejak pandemi Covid-19 pada 2021 lalu di rumahnya yang berada di Jalan Prof Soedarto Gang Bulusari I No.14E, RT.02/RW.03, Tembalang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.
Sebelumnya ibu anak dua tersebut menekuni bisnis kuliner, namun bisnis itu terhenti karena pandemi.
Pili pun tak sengaja menemukan ide untuk membuat kerajinan dari koran bekas saat duduk sendiri.
Saat itu ia melihat tumpukan koran di meja dan berfikir bagaimana membuat koran di depannya menjadi benda yang memiliki nilai jual tinggi.
“Kebetulan waktu itu di meja ada koran yang numpuk. Nah dari situ search Google, kira-kira kertas korannya bisa diolah jadi apa sih. Nah ketemulah ada beberapa ide. Waktu itu tu hanya dibuat untuk tempat pensil,” ucap Pili kepada Tribun Jateng pada Rabu (5/3/2025).
Kebetulan Pili juga suka dengan dunia kerajinan tangan.
“Karena saya suka, ngecraft, menurut saya itu tantangan. Sebenarnya basicnya asal kita tahu teknik anyamannya, jadi butuh ketelatenan,” ungkap Pili.
Kertas koran yang sudah tak terpakai itu ia potong menjadi beberapa bagian.
Kemudian kertas koran yang sudah dipotong diberi lem lalu digulung kecil.
Dari gulungan ini selanjutnya dianyam menjadi berbagai macam barang.
“Proses produksinya itu ada 4 tahap, jadi pertama itu dari kertas koran kita potong kemudian kita linting. Tahap kedua kertas koran tersebut kita warnai, kemudian kita lapisin dengan bahan foodgrade, jadi tahan air.
Kemudian tahap penganyaman, dan tahap terakhir itu finishing. Finishing itu kita lapisi lagi dengan pelapis yang foodgrade.
Kalau tas itu finishingnya kita pasang inner, kita kasih cover. Sehingga siap dijual,”
Meskipun terbuat dari koran, Pili menjamin produknya tahan air karena sudah dilapisi dengan pelapis food grade.
Selain itu, pewarna yang digunakan untuk membuat anyaman ini juga memakai pewarna alam.
Bahkan bahan sisa juga tetap dipakai sehingga tidak ada sampah dari hasil produksi.
Berawal dari tempat pensil, Pili mulai membuat barang lain, seperti tempat tisu hingga tas.
Awalnya Pili menggunakan barang-barang tersebut untuk keperluan pribadi saja.
Namun ternyata, banyak teman-temannya yang tertarik dengan tas dari koran bekas karya Pili.
“Terus ketemulah ide bikin tas, nah itu. Jadi awalnya bikin yang kecil-kecil untuk konsumsi sendiri, akhirnya bikin tas, pas aku pakai banyak yang tertarik. Nah dari situ mulailah usaha ini dikembangkan,” lanjut Pili.
Produk Tembus Pasar Taiwan
UMKM CRAFTONESIA – Sejumlah produk dari Craftonesia milik Piliani Ernawati saat ditemui di rumahnya Jl. Prof. Soedarto Gg. Bulusari I No.14E, RT.02/RW.03, Tembalang, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50275 pada Rabu (5/3/2025) (Tribunjateng/Like)
Tak hanya diminati oleh pasar lokal, produk Craftonesia milik Pili ternyata sudah tembus ke luar negeri.
Produk Craftonesia sudah pernah diikutkan pameran ke Singapura, Belanda hingga Turki.
Bahkan Craftonesia kini sudah masuk ke marketplace Taiwan.
“Saat ini kita sudah masuk e-commerce di Taiwan. Alhamdulilah kita ketemu reseller yang membawa Craftonesia sampai di Taiwan dan dimasukkan ke Shopee Taiwan,”
Dapat tambahan modal dari Rumah BUMN
Selain ketekunan dari Pili, Craftonesia juga terbantu oleh Rumah Kreatif BUMN Semarang.
Sebelum menekuni bisnis Craft, Pili memang sudah bergabung dengan Rumah BUMN Semarang.
Dirinya mengakui jika Rumah BUMN sangat membantu perkembangan bisnisnya.
“Sebelum usaha ini jalan, mungkin tahun 2019, karena saat itu masih usaha di kuliner. Banyak banget manfaatnya, jadi pas gabung kita ada di rumah BUMN itu kita dapat banyak informasi teruatama tentang pelatihan. Pelatihannya juga nggak cuma pelatihan keterampilan, tapi juga manajemen dan cara pemasaran, lewat rumah BUMN itu kita pernah juga di hire untuk bisa mengajarkan pelatihan ini ke temen-temen,”
Saat itu Pili sempat merasa kesulitan dana untuk membeli alat grafir label.
Setelah berkonsultasi dengan Rumah BUMN, ia pun diminta untuk menjadi pengisi pelatihan yang diadakan oleh Rumah BUMN.
Hasil dari mengisi pelatihan, Pili bisa membuat alat grafir sendiri.
“Dan kita sangat terbantu sekali, hasilnya itu kita bisa memperoleh mesin yang waktu itu kita memang kesulitan karena masih kesulitan di dana.
Dari Rumah BUMN kita dibuatkan program untuk bisa isi pelatihan di Dinas Sosial sama yang di Rumah BUMN sendiri. Dari hasil itu bisa kebeli alat grafir. Karena selama ini kita konsultasi ke Rumah BUMN karena selama usaha ini berjalan grafirnya masih pesen. ternyata uangnya nggak sedikit. Setelh cek harga alatnya mending beli alatnya. Waktu kita konsultasi ke rumah BUMN, terus rumah BUMN memberi kesempatan untuk ngisi pelatihan, uang pelatihan untuk membeli alat, secara tidak langsung sangat membantu juga untuk pendanaan,” kenang Pili.
Ia juga sangat terbantu dengan peran BRI yang selalu mengajaknya ke beberapa pameran.
“Untuk pemasaran pun sangat terbantu, BRI kan sering ngadain event, kita juga sering diikutkan, dari situ kita sering ketemu temen-temen dan kolaborasi. Jadi banyak banget manfaatnya,”
Selain sukses dari segi pemasaran produk, Pili juga beberapa kali menjuarai kompetisi UMKM di Kota Semarang. (*)
