Cerita Rumah Gabus dan Semangat Mama-Mama Sampai Bisa Baca Alkitab

Cerita Rumah Gabus dan Semangat Mama-Mama Sampai Bisa Baca Alkitab

Perjuangan para Srikandi Polres Jayapura patut diacungi jempol. Gabus bisa memberikan cahaya kehidupan kepada masyarakat untuk keluar dari kegelapan aksara. Bahkan ada kepercayaan dan harapan masyarakat terhadap Polri dalam memberantas buta aksara.

Kepercayaan itu datang dari tokoh gereja di Kampung Toladan, Pendeta Iton Kogoya menyambut baik Gabus. Dia langsung memberikan sebidang tanah untuk membuat rumah belajar Gabus di Kampung Toladan.

“Sa senang jika masyarakat pintar membaca dan menulis. Jika kita pintar, kitorang (kami) tra (tidak) mudah dibohongi,” katanya, kepada Liputan6.com.

Bahkan Pendeta Iton meminta kepada masyarakat untuk tidak takut kepada polisi. “Polisi tidak boleh ditakuti. Mereka hanya manusia, sama dengan kita. Bedanya, dorang (polisi) memiliki seragam. Sa juga memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa polisi biasa menangkap orang bersalah. Tapi, kalau tidak bersalah, tidak mungkin ditangkap polisi,” kata Pendeta Iton penuh keyakinan

Karena kepercayaan ini, Pendeta Iton meminta para polwan membuat jadual pertemuan rutin bersama masyarakat untuk memulai program Gabus. Kelompok belajar di Toladan terdiri dari 3 bagian yakni mama-mama, anak-anak yang sudah bersekolah namun kesulitan membaca dan berhitung, serta anak-anak yang belum sekolah.

Awalnya murid di Kampung Toladan berjumlah 10-15 orang. Seiring berjalannya waktu dan promosi gratis dari mulut ke mulut, saat ini murid di Toladan mencapai 70-an orang.

Pembelajaran Plus Dalam belajar, Gabus juga menggunakan pekarangan gereja, di bawah pohon mangga ataupun di lokasi mama-mama berdagang.“Semua tempat belajar fleksibel. Kadang di tempat berjualan, sambil menunggu pembeli, mama-mama berlatih mengeja, membaca ataupun menulis angka. Mereka senang,” kata AKP Dorlince Banundi yang memiliki kelompok belajar Gabus di Kampung Kehiran.

Mama Maria, murid Gabus di Kehiran mengaku senang dengan kehadiran Gabus. “Kami senang ada ibu guru Polwan. Jadi, waktu luang saat menunggu pelanggan jadi bermanfaat,” kata Mama Maria.

Saat belajar mengajar, para polwan tak hanya mengenalkan aksara, namun memperkenalkan kosa kata Bahasa Inggris dasar. Termasuk mengajarkan menjaga kesehatan tubuh, misalnya mencuci tangan yang baik agar terhindar dari kuman, mengajarkan anak-anak cara mandi yang baik hingga menyikat gigi supaya bersih.

“Kami juga sisipi bagaimana para mama dan anak-anak menjaga kamtibmas sejak dini. Kami memberikan pemahaman bahwa masalah keamanan bukan hanya kerja kepolisian, tapi juga wajib didukung semua pihak,” kata AKP Katharina.Termasuk dalam mengajar anak-anak, para polwan selalu mengajar anak-anak sambil bermain ataupun melakukan story telling.

Untuk menunjang kegiatan belajar, para polwan biasa merogoh kocek sendiri untuk membeli bahan makanan atau sekadar makanan ringan untuk anak-anak.“Kadang kami patungan beli beras dan kasih mama, atau kasih pensil warna ke anak-anak. Hal-hal kecil seperti ini, mereka sangat menghargai,” ujar AKP Katharina.