Cerita Petani Transmigrasi 5 Desa Tuntut Keadilan Agraria sampai Menginap di ATR/BPN Jambi

Cerita Petani Transmigrasi 5 Desa Tuntut Keadilan Agraria sampai Menginap di ATR/BPN Jambi

Liputan6.com, Jambi – Sejumlah ibu-ibu sibuk menanak nasi, sementara yang lainnya memasak lauk di dapur darurat yang dibuat dari beberapa tumpukan bata di halaman Kantor Wilayah Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Jambi, Kamis pagi (20/02/2025). Sembari menunggu nasi dan lauk matang, kelompok bapak-bapak saling bercengkrama.

Tak berselang lama ketika ada aba-aba dari kelompok perempuan bahwa nasi dan lauk sudah masak, mereka memaksa sarapan. Di bawah tenda sederhana, mereka sarapan bersama diiringi tembang Ebit G Ade yang diputar lewat pelantang suara. Nasi dengan laut telur dadar dan tumis toge menjadi hidangan sarapan pagi itu.

“Ayo… ayo sarapan sini mas,” Mbah Sukron (80) menawari saya sarapan.

Sukron adalah warga transmigrasi Desa Mekar Sari, Kecamatan Maro Sebo Ulu, Kabupaten Batanghari, Jambi. Bersama ratusan warga transmigrasi lainnya dari 5 wilayah desa, Sukri datang menuntut keadilan hak atas tanah. 5 desa itu meliputi Pandang Sejahtera (Tanjab Timur), Gambut Jaya (Muaro Jambi), Mekar Sari, Tebing Tinggi, dan Rawa Mekar (Batanghari).

Sejak pagi kemarin mereka menggelar aksi di Kantor Wilayah ATR/BPN Jambi untuk menyampaikan aspirasi terkait tuntutan penyelesaian konflik agraria yang tidak kunjung terselesaikan hingga saat ini. Dalam aksi demo itu sampai menginap di halaman kantor tersebut sampai tuntutan mereka diakomodir kepala ATR/BPN Jambi.

Massa Mulanya menyambut Perayaan BPN Jambi Ari Wahyudi. Pejabat BPN menyetujuinya sehingga tidak bisa memberikan tanggapan lebih jauh karena pimpinannya sedang dinas di luar. “Pimpinan kantor sedang di luar, tuntutan bapak-baoak nanti akan kami sampaikan ke pimpinan,” kata Ari Wahyudi di depan massa.

Namun massa aksi menolak. Mereka ngotot ingin bertemu Kepala Kantor ATR/BPN Jambi. Hingga akhirnya mereka sepakat menginap sampai diterima pimpinan dan tuntutan mereka segera dipenuhi.

Massa aksi petani transmigrasi itu tidur di bawah tenda, dan sebagian di teras kantor. Beralas tikar hijau mereka meriung. Mbah Sukron, tak bisa menyembunyikan kecemasannya kala nginap bersama masa aksi lainnya.

“Nyenyak enggak nyenyak, mikirin yang di rumah. Tapi kami harus bertahan sampai kami mendapatkan keadilan,” kata Sukron.

Sementara itu, salah satu perwakilan dari Desa Pandan Sejahtera, M Kasim mengatakan, dirinya dan warga lainnya telah mengikuti berbagai prosedur yang diusulkan oleh pemerintah dalam upaya penyelesaian konflik. Namun, hingga saat ini, hasil yang diharapkan belum juga terwujud.

“Semua langkah yang diusulkan pemerintah sudah saya jalani, mulai dari berbagai pertemuan, pengukuran bersama, hingga saya dilaporkan ke polisi oleh perusahaan karena dianggap provokator. Namun, hingga kini, tidak ada langkah konkret yang diambil pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini,” ujar Kasim.