Cerita Penjaga Perbatasan RI-Malaysia di Ujung Desa Temajuk Megapolitan 18 Agustus 2025

Cerita Penjaga Perbatasan RI-Malaysia di Ujung Desa Temajuk
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        18 Agustus 2025

Cerita Penjaga Perbatasan RI-Malaysia di Ujung Desa Temajuk
Tim Redaksi
KALIMANTAN BARAT, KOMPAS.com
– Di ujung barat Kalimantan, tepatnya di Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, berdiri sebuah pos perbatasan yang langsung menghadap ke Malaysia.
Di pos itu, Letnan Dua (Letda) Arm Mohamad Nur Pratama (23) sudah dua bulan menjalankan tugasnya menjaga kedaulatan negara.
Tugas yang dijalani bukan sekadar mengawasi pagar batas, melainkan juga menghadapi dinamika kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan. Banyak dari mereka masih memiliki hubungan keluarga dengan warga di Malaysia.
“Sebenarnya negara kita dengan Malaysia cukup dekat, bahkan banyak warga Temajuk yang satu rumpun keluarga dengan warga di seberang,” kata Nur saat ditemui Kompas.com di pintu masuk Gerbang perbatasan, Minggu (17/8/2025).
Meski hubungan kekerabatan begitu erat, aturan negara tetap berlaku ketat. Ia menegaskan, tidak ada akses bebas keluar-masuk antara Temajuk dan Malaysia karena belum ada pos lintas batas resmi (PLBN).
“Kita sangat melarang keras perpindahan barang atau orang, baik dari Indonesia ke Malaysia maupun sebaliknya. Jadi masyarakat hanya bisa sampai batas pagar saja,” ujar Nur.
Menurut Nur, momentum Hari Raya Idul Fitri sering menjadi ajang warga perbatasan bertemu dengan keluarga mereka di Negeri Jiran.
“Biasanya bertatap muka di batas pagar, sekadar saling menyapa atau bertukar kabar,” ucap dia.
Selain menjaga gerbang resmi, tantangan lain yang dihadapi adalah jalur tikus yang kerap dimanfaatkan untuk keluar-masuk secara ilegal.
“Ada jalur-jalur yang tidak bisa kita jaga sepenuhnya, itu yang kita antisipasi bersama. Biasanya sebagian besar aktivitas itu terjadi pada malam hari,” ujar Nur.
Untuk mengatasi hal tersebut, TNI kerap berkoordinasi dengan pasukan penjaga perbatasan Malaysia.
Komunikasi antarpos perbatasan dilakukan agar tidak terjadi pelanggaran lintas batas yang berpotensi membahayakan keamanan kedua negara.
“Kalau ada warga yang mencoba membawa barang terlarang, biasanya bisa langsung ditangani dan dilaporkan ke kami,” ucap dia.
Kerja sama itu menjadi bukti bahwa penjagaan perbatasan bukan hanya soal militer, tetapi juga soal diplomasi dan koordinasi lintas negara.
“Sama-sama kita jaga wilayah masing-masing supaya tetap aman,” kata Nur.
Menariknya, perbatasan di Temajuk kini juga menjadi daya tarik wisata. Warga dari berbagai daerah, bahkan ada yang datang dari Jakarta, kerap singgah hanya untuk berfoto di titik nol kilometer batas negara.
“Kapan saja bisa ramai, biasanya datang satu keluarga untuk berfoto,” ujar dia.
Namun, berbeda dengan warga Indonesia, warga Malaysia disebutnya jarang menjadikan titik perbatasan ini sebagai tujuan wisata.
“Kalau dari warga Malaysia, sepertinya kurang berminat,” ucap dia.
Meski begitu, keberadaan wisatawan membuat Temajuk semakin dikenal. Nur menilai, hal itu justru memberi warna baru di pos yang sehari-hari identik dengan tugas militer.
“Sejauh ini interaksi dengan wisatawan masih aman, tidak ada masalah,” tambah dia.
Nur mengaku tidak memiliki banyak keluhan selama bertugas, meski fasilitas di pos perbatasan terbatas.
Pengamatan Kompas.com, selain kondisi jalan di perbatasan yang hanya berupa tanah merah dan belum diaspal. Pos penjaga juga tampak sederhana dengan bangunan didominasi papan biasa dan di cat hijau.
“Suka dukanya mungkin hanya soal kondisi tempat yang kurang memadai. Tapi kami bekerja sepenuh hati, karena Satgas harus menjaga wilayah dengan profesional,” kata Nur.
Bagi dia, menjaga perbatasan bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan untuk menjaga harga diri bangsa.
“Kami di sini bukan hanya menjaga garis batas, tapi juga memastikan warga di perbatasan merasa terlindungi,” ujar dia.
Di akhir perbincangan, Nur berpesan kepada masyarakat di kedua negara agar mematuhi aturan terkait pelintasan perbatasan.
“Imbauan kami, masyarakat harus taat pada peraturan antarnegara. Lengkapi surat-surat bila ada keperluan resmi, jangan gunakan jalur tikus,” ungkap dia.
Dengan begitu, hubungan baik antara warga perbatasan tetap terjaga tanpa mengorbankan kedaulatan negara.
“Kita jaga sama-sama agar perbatasan ini tetap aman, damai, dan bermanfaat bagi masyarakat,” pungkas dia.
Ekspedisi wilayah perbatasan ini merupakan kerjasama redaksi Kompas.com dengan Badan Nasional Pembangunan Perbatasan (BNPP).
Selain di PLBN Aruk, ekspedisi serupa juga dilaksanakan di PLBN Motaain dan PLBN Motamasin.
Anda dapat mengikuti kisah perjalanan kami beserta liputan perayaan ulang tahun Indonesia di topik pilihan
HUT ke-80 RI 2025
.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.