Firdaus mengungkapkan, sebelum dijadikan dompet dan souvenir lainnya, pelepah pohon pisang melalui beberapa tahap pengolahan seperti memilih batang pisang yang sudah cukup tua dan kuat.
Batang pisang lantas digiling. Hasil gilingan tersebut kemudian ditempatkan pada kain sebagai dasar. Sebagai pengikat, digunakanlah polimer.
Setelah kering, maka bahan setengah jadi tersebut bisa dibentuk sesuai kebutuhan. Di antaranya dompet, kartu nama, cover buku, maupun gantungan kunci.
Produk tersebut juga bisa digabung dengan kulit atau sintetis. Namun demikian produk berbahan pelepah pisang tersebut termasuk produk recycle yang ramah lingkungan.
Pelepah pisang dicuci bersih dan dijemur hingga kering karena pelepah pisang yang sudah kering akan lebih mudah diproses.
“Dompet pelepah pisang ini selain diwarnai juga menggunakan pewarna alami untuk memberikan tampilan yang menarik. Setelah itu, lapisan pelindung atau finishing seperti minyak atau lilin dapat diterapkan agar permukaan dompet menjadi lebih tahan air dan lebih awet,” jelas Firdaus.
Menurut dia, menggunakan pelepah pisang yang biasanya dibuang sebagai limbah tanaman mengurangi sampah organik dan membantu menjaga kelestarian lingkungan. Bahan alami yang terdapat di pelepah pisang juga tidak mengandung bahan kimia berbahaya, sehingga lebih aman digunakan untuk produk yang akan bersentuhan langsung dengan kulit.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5070615/original/093633500_1735499798-Dompet_Gedebok_Pisang.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)