Category: Tribunnews.com Regional

  • Alumnus Pascasarjana UGM yang Tewas Bersimbah Darah Alami Luka di Pergelangan Tangan dan Perut – Halaman all

    Alumnus Pascasarjana UGM yang Tewas Bersimbah Darah Alami Luka di Pergelangan Tangan dan Perut – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pria berinisial MN (30) asal Semarang, Jawa Tengah, ditemukan meninggal dunia di wilayah Caturtunggal, Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Selasa (22/4/2025).

    Sampai saat ini, kematian alumnus pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu belum terungkap jelas.

    Pihak kepolisian belum mengungkapkan penyebab kematian korban.

    Akan tetapi, mayat korban saat ditemukan terdapat luka di bagian pergelangan tangan kiri dan perut. 

    Hal tersebut disampaikan oleh Kapolresta Sleman Kombes Pol. Edy Setianto Erning Wibowo.

    “Korban luka di pergelangan tangan kiri dan perut. (Luka akibat apa?) Sekarang, masih pendalaman,” kata Edy, dilansir Tribun Jogja, Kamis (24/4/2025). 

    Polisi, kata Edy, masih melengkapi bukti-bukti keterangan saksi untuk mengungkap masalah ini.

    Menurutnya, dalam waktu dekat pihaknya bakal mengirimkan personel untuk memeriksa keluarga korban di Semarang.

    Rencananya personel akan diberangkatkan ke Semarang pada Jumat (25/4/2025) lantaran kemarin keluarga masih dalam suasana duka.

    Keluarga korban bakal diperiksa dalam kaitannya soal peristiwa ini.

    Saat disinggung tentang dugaan sementara apakah korban dibunuh atau bunuh diri, Edy belum bisa menyampaikan. 

    “Nanti jika sudah lengkap kita info ya. Jangan sampai kita salah menyampaikan,” ujarnya.

    UGM Buka Suara

    Di berbagai media, disebutkan bahwa korban adalah seorang mahasiswa yang sedang melanjutkan studi doktoral di UGM.

    Sekretaris UGM Dr. Andi Sandi Antonius menyebut MN merupakan alumnus Pascasarjana Fakultas Biologi yang lulus pada tahun 2021.

    “Almarhum ini adalah alumni kita,” kata Sandi ditemui di kampus UGM, Rabu (23/4/2025).

    Meski demikian, Sandi mengatakan, saat ini, pihaknya belum menemukan relasi korban dengan UGM. 

    “Almarhum, setelah lulus, tidak ada hubungan kerja dengan UGM. Kami juga belum terinformasi tentang studi doktoralnya di UGM,” ungkap Sandi.

    Ia hanya memastikan bahwa MN merupakan alumnus Pascasarjana Fakultas Biologi UGM.

    Kronologi Penemuan Mayat

    MN awalnya ditemukan dengan kondisi tubuh bersimbah darah awalnya oleh pemilik kos.

    Awalnya pemilik indekos yang bernama Dimas menyebut dirinya memperoleh laporan soal adanya bau menyengat dari penghuni kamar lain.

    Anak kos, ucap Dimas, melapor kepadanya via aplikasi WhatsApp karena mencium bau tidak enak di lantai dua.

    Ia lantas naik ke lantai dua untuk memeriksa bau tersebut pada sekitar pukul 07.50 WIB.

    Menurut Dimas, di kamar korban ada bau tidak enak, tetapi dirinya tidak berani membuka.

    Ia akhirnya memutuskan untuk mengintip dari jendela guna mengetahui sumber bau dan justru menemukan korban sudah tergeletak bersimbah darah.

    “Saya langsung turun (laporan) ke Pak RT. Kondisinya seperti itu, sudah banyak darah juga,” ujar Dimas, Selasa.

    Lebih lanjut, Dimas menjelaskan bahwa MN sudah lama menghuni di kosnya.

    Bahkan, jika dibandingkan dengan para penghuni lain, korban bisa dikatakan penghuni terlama.

    Korban mempunyai kepribadian yang baik, sering berolahraga dan bertegur sapa, bahkan dengan tetangga samping rumah juga sering menyapa. 

    Sepengetahuan Dimas, korban adalah mahasiswa Jurusan Biologi dari UGM Yogyakarta.

    Selain sibuk kuliah, korban juga mengisi waktu luang dengan mengajar semacam les.

    Namun, Dimas mengaku tak tahu menahu detail korban mengajar apa dan di mana.

    Begitu pula dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh korban, apakah S2 atau S3, Dimas tak tahu.

    “Setau saya, dia lanjut S-3. Tapi tadi dibuka laptopnya (oleh polisi) dia lanjut S-2,” ujarnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Terungkap, Mahasiswa UGM yang Ditemukan Tewas di Kamar Kos Sleman Luka di Pergelangan dan Perut.

    (Tribunnews.com/Deni)(TribunJogja.com/Ahmad Syarifudin)

  • Anggrek Anggarayani yang Viral Gunting Seragam Siswa Ternyata Masih Kuliah: Belum Layak Jadi Guru – Halaman all

    Anggrek Anggarayani yang Viral Gunting Seragam Siswa Ternyata Masih Kuliah: Belum Layak Jadi Guru – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah fakta terungkap di balik viralnya ibu guru bernama Anggrek Anggarayani gunting seragam siswa di Sragen, Jawa Tengah.

    Ternyata Anggrek Anggarayani masih berstatus sebagai seorang mahasiswi.

    Yang berkaitan diketahui saat ini bekerja di SMP PGRI 5 Sukodono Sragen.

    Ia pengampu mata pelajaran seni budaya dan PPKN, serta guru bagian kesiswaan.

    Fakta ini dibenarkan oleh Kabid Pembinaan Guru dan Tenaga Pendidik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen, Tri Giyanto.

    Ia menegaskan, Anggrek Anggarayani belum layak menjadi seorang guru.

    “Jadi memang Bu Anggrek sebenarnya belum layak menjadi kesiswaan, karena masih kuliah, masih belum dikatakan menjadi pendidik (guru, red),” katanya, dikutip dari TribunSolo.com, Kamis (24/4/2025).

    Tri melanjutkan, oleh karena itu, pihak Disdikbud tidak bisa memberikan sanksi secara langsung kepada Anggrek Anggarayani terkait aksi gunting seragam siswa.

    “Kami tidak bisa memberikan sanksi, bentuk kewenangan di yayasan,” paparnya.

    Meskipun demikian, Tri sudah memberikan rekomendasi ke pihak yayasan.

    Disdikbud meminta yayasan lebih memperhatikan terkait rekrutmen tenaga pendidik atau guru.

    Selain itu, Tri menyoroti kenapa seorang mahasiswi bisa menjadi guru di sekolah tersebut.

    “Kami sampaikan ke yayasan, sehingga kami bisa memberikan imbauan, dan teguran dari pimpinan kami rekomendasikan bahwa berkomunikasi dengan pihak yayasan.”

    “Untuk memperhatikan SDM yang bisa masuk di sana, ternyata bisa dikatakan seorang yang belum lulus saja sudah jadi kesiswaan, ini kan menjadi PR kita yang perlu kami tambahan dari dinas dan sudah izin pimpinan mewakili ini,” tegasnya.

    Anggrek Anggarayani dalam kesempatannya mengaku tindakannya salah karena mengunggah video aksi gunting seragam siswa.

    Ia mengaku, aksi tersebut sebetulnya dilakukan atas dasar permintaan dari langsung orang tua siswa yang bersangkutan.

    “Sebelumnya saya minta maaf atas kecerobohan, keteledoran, dan kelalaian saya, seharusnya itu tidak saya unggah, tapi itu saya dokumentasi atas permintaan orang tua anak,” akunya, dikutip dari TribunSolo.com.

    Anggrek Anggarayani melanjutkan ceritanya, siswa dalam video merupakan murid pindahan.

    Ia sudah dibelikan seragam baru oleh sang ibu sejak 2 bulan lalu.

    Akan tetapi, siswa tersebut enggan memakai seragam baru dan memilih yang lama.

    Ia berdalih seragam lamanya lebih bagus, meski ada coretan-coretan.

    Anggrek Anggarayani kemudian menghubungi ibu sang siswa untuk menjelaskan kondisi yang terjadi.

    Orang tua siswa kemudian meminta agar dilakukan pemotongan seragam pada Senin (17/4/2025).

    Aksi tersebut direkam dan viral lewat media sosial.

    “Sudah dibelikan seragam baru 2 bulan sebelumnya, tapi Nak Iksan tidak mau, katanya dia memakai seragam itu terlihat keren, alhasil ibunya meminta saya untuk dipotong saja,” imbuh Anggrek Anggarayani.

    Sedangkan alasan video diunggah, diharapkan siswa lain mengambil pelajaran dari kejadian ini.

    GUNTING SERAGAM. Aksi guru gunting seragam siswa yang viral di media sosial, terungkap ternyata di Sragen. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen, Prihantomo mengatakan setelah ditelusuri, guru tersebut merupakan salah satu guru di SMP swasta yang ada di Kabupaten Sragen, Selasa (22/4/2025) (Tribun Solo / Istimewa)

    Dwi, ayah siswa dalam video membenarkan istrinya menyuruh Anggrek Anggarayani untuk menggunting seragamnya.

    Ia juga mengaku sudah berkali-kali memberi tahu anaknya agar memakai seragam baru.

    Namun, nasehit tersebut tidak didengarkan.

    “Karena dia kalau dikasih tahu nggak mau dengar, ya disuruh motong saja sama Bu Anggrek itu, sudah dipotong saja Bu, karena sudah dibelikan yang baru,” kata Dwi, dikutip dari TribunSolo.com.

    Terakhir, Dwi berharap anaknya menjadikan kejadian ini sebagai bahan pembelajaran.

    “karena sudah dikasih tahu baik-baik nggak nurut sama orang tua, ini yang meminta istri saya, iya, jadi pelajaran untuk anak,” tutupnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Duduk Perkara Viral Guru Gunting Baju di Sragen, Siswa Pindahan Ogah Pakai Seragam Sekolah Baru

    (Tribunnews.com/Endra)(TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari)

  • Tampang Pelaku Pencabulan Santriwati di Lombok Barat, Faisal Ngaku Khilaf – Halaman all

    Tampang Pelaku Pencabulan Santriwati di Lombok Barat, Faisal Ngaku Khilaf – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ahmad Faisal alias AF (52), pimpinan sebuah pondok pesantren di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), ditetapkan sebagai tersangka atas kasus persetubuhan.

    Ia menyetubuhi sejumlah santriwatinya dengan dalih mengajarkan doa.

    Dikutip TribunLombok.com, AF mengakui perbuatannya yang dilakukan sejak tahun 2015-2021 tersebut.

    “Ada yang mengajarkan doa dan mengijazahkan, tidak dibenarkan secara agama,” kata AF, Kamis (24/4/2025).

    AF juga membantah melakukan aksinya dengan modus penyucian rahim yang kelak akan melahirkan seorang wali.

    Ia menjanjikan korbannya kelak akan mendapatkan pasangan dan keturunan yang baik.

    “Itu tentu kekhilafan dan kesetanan saya, saya pribadi meminta maaf,” kata AF.

    Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Mataram AKP Regi Halili mengatakan ada dua laporan dalam kasus ini.

    Pertama adalah pencabulan dan yang kedua persetubuhan.

    “Kita sudah tingkatkan ke penyidikan dan sudah menetapkan tersangka dengan kasus persetubuhan, jadi kasus ini ada dua laporan kepolisian (pencabulan dan persetubuhan),” kata Regi, Kamis (24/4/2025).

    Ia juga menyebut bahwa ada tiga korban lain yang melaporkan kasus ini.

    “Pagi tadi ada tiga orang lagi yang melapor, kami belum pastikan (korban pencabulan atau persetubuhan),” kata Regi.

    Saat ini korban yang sudah diperiksa ada 10 orang. Lima adalah korban persetubuhan dan lima lainnya pencabulan.

    Sementara itu, tiga korban yang melapor masih belum dipastikan.

    Dengan tambahan tiga orang yang melapor, berarti ada 13 orang yang menjadi korban Faisal.

    Ia juga meminta para korban maupun keluarga korban untuk melapor ke polisi.

    Regi menjelaskan tersangka menggunakan berbagai modus untuk melancarkan aksinya.

    “Jadi berbagai cara untuk memanipulasi para korban, untuk melakukan tindakan pencabulan dan persetubuhan,” kata Regi.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunLombok.com dengan judul Korban Pelecehan Seksual Walid Lombok Bertambah Jadi 13 Orang

    (Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunLombok.com, Robby Firmansyah)

  • Menjual Pesona dari Pinggiran: Desa Janti dan Paket Wisata untuk Klaten yang Lebih Ramah Pelancong – Halaman all

    Menjual Pesona dari Pinggiran: Desa Janti dan Paket Wisata untuk Klaten yang Lebih Ramah Pelancong – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com. Chrysnha Pradipha

    TRIBUNNEWS.COM, KLATEN – Di tengah hamparan sawah yang seolah tak bertepi dan gemericik air yang tak pernah kehabisan aliran, Desa Janti di Kecamatan Polanharjo menyimpan denyut kehidupan yang menenangkan.

    Sejuknya udara pagi yang menyentuh permukaan kolam ikan nila merah dan hitam itu bukan hanya menyapa petani, tetapi juga menyambut pelancong yang mulai mengenal desa ini lewat keberadaan Janti Park, sebuah oase wisata air yang tumbuh dari semangat gotong royong warga.

    Kini, Janti melangkah lebih jauh.

    Tak lagi sekadar tempat liburan singkat, tetapi mulai dirancang sebagai titik awal dari paket wisata terpadu berbasis desa, sebuah inovasi yang menyasar pengalaman autentik di tengah kehidupan pedesaan Klaten.

    Dari memanen ikan, menanam padi, menyicip olahan lokal, hingga mengikuti aktivitas UMKM, semuanya dirancang sebagai satu alur kunjungan yang tak hanya menyenangkan, tapi juga bermakna.

    Plt Direktur BUMDes Jaya Janti, Didik Setiawan, menjelaskan, inovasi dan pengembangan terus dilakukan, salah satunya dengan menggagas kolaborasi segmen wisata di desa ini.

    “Kami ingin pengunjung tak hanya datang untuk bermain air. Tapi mereka juga bisa menyelami kehidupan kami. Belajar cara beternak ikan, menanam padi, mengenal makanan khas, bahkan melihat bagaimana UMKM bergerak dan hidup di desa,” jelasnya pada Selasa (15/4/2025).

    Gagasan inovatif ini masih digodok untuk menjadikan Desa Janti semakin melambung ke depannya.

    Lantaran belum maksimalnya pemanfaatan luasnya lahan sawah juga tanah kas desa yang berpotensi besar menjadi penambah istimewanya Desa Janti sebagai tujuan objek wisata di Klaten.

    Hal ini untuk memaksimalkan potensi kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Desa Janti dengan unit usaha yang dikelola oleh BUMDes Jaya Janti, antara lain wisata air Janti Park, unit perikanan, unit perdagangan dan UMKM, unit peternakan dan pertanian, serta wisata edukasi sampah dan lingkungan. 

    Pada segmen wisata airnya, Desa Janti memiliki Janti Park yang menjadi wajah paling dikenal dari BUMDes Jaya Janti.

    Dibuka pada akhir 2020, wisata air ini menyulap kolam-kolam ikan menjadi arena wisata keluarga lengkap dengan kolam renang, wahana terapi ikan, hingga atraksi khas seperti mandi busa dan mandi salju.

    “Kita pelopori wisata mandi salju di Klaten. Waktu itu orang bilang tidak layak buka karena kolam kita baru penuh 36 jam sebelum buka. Tapi kami punya keyakinan. Akhirnya saat Natal 2020 pengunjung tembus 800 orang,” kenang Didik.

    Tak hanya menyasar rekreasi, Janti Park juga mulai dirancang menjadi titik sentral dari paket wisata tematik.

    Pengunjung bisa mengikuti aktivitas harian warga, belajar cara mengolah ikan, membuat kerajinan, dan menikmati produk UMKM lokal.

    Kemudian pada unit perikanan, Janti memiliki maskotnya berupa ikan nila merah yang laris dipasarkan hingga luar kota.

    Jika Janti Park adalah wajah, maka perikanan adalah jantung dari BUMDes Jaya Janti.

    Desa ini sejak era 1980-an dikenal sebagai sentra pembibitan ikan, bahkan kini menjadi pemasok utama bibit glondong (usia 3 bulan) ke Waduk Gajah Mungkur, Kedung Ombo, hingga Wonosobo.

    “Kita punya nila merah dan nila hitam. Bahkan larva dan bibit dari sini banyak dikirim ke luar daerah,” jelas Didik.

    Unit ini tidak hanya menjual benih, tapi juga menyediakan pengalaman wisata edukatif, mulai dari menebar benih, memberi pakan, hingga memanen ikan.

    Wisatawan pun bisa mencicipi olahan lokal seperti ikan bakar dan lele goreng yang diolah langsung oleh warga.

    Lalu ada unit perdagangan dan UMKM yang dimiliki BUMDes menjadi jembatan antara UMKM desa dan konsumen.

    PUNDI USAHA – Pundi usaha terdiri dari berbagai unit usaha BUMDes Jaya Janti di Desa Janti, Polanharjo, Klaten.

    Ada sekitar 60 UMKM yang dibina, mulai dari pengrajin blangkon, handuk, rambak, hingga pengolah masakan khas desa.

    Produk-produk ini dipasarkan langsung di Janti Park dan juga dijual secara digital lewat platform daring.

    Baru-baru ini, Janti juga mulai mengembangkan peternakan ayam petelur dengan populasi 1.000 ekor.

    Selain mendukung kebutuhan protein lokal, peternakan ini juga dirancang sebagai bagian dari tur edukasi desa.

    “2024 kita kembangkan indukan ikan jadi 6 paket, dan kita juga coba siapkan lahan tidur untuk pertanian wisata,” terang Didik.

    Potensi pertanian desa memang luar biasa.

    Panen bisa tiga kali setahun.

    Maka, BUMDes mulai merancang konsep wisata tani seperti menanam padi, wisata panen, hingga pengolahan hasil pertanian.

    Unit baru yang kini mulai dirintis adalah pengolahan sampah berbasis wisata edukatif.

    Konsepnya, sampah rumah tangga tidak hanya diolah, tapi dijadikan bahan pembelajaran bagi anak-anak sekolah hingga wisatawan.

    “Ke depan, kita ingin semua unit usaha bisa terhubung dalam satu narasi wisata desa,” tegas Didik.

    Lantas sekian unit usaha BUMDes tersebut merupakan pundi-pundi penghasilan yang tidak hanya menumbuhkan keuntungan tapi mensejahterakan warganya.

    Dana yang terkumpul bahkan bisa menyokong bantuan kepada 17 RT di Desa Janti, selain itu juga untuk perputaran uang untuk operasional wahana dan lainnya. 

    “Kalau kita tunggu dana desa, kadang momentum lewat. Jadi kita putar dari unit-unit usaha, termasuk dari hasil perdagangan ini,” kata Didik.

    Transparansi pun jadi kunci.

    Setiap tahun, BUMDes membuat laporan penggunaan laba yang dialokasikan untuk pengembangan usaha dan kegiatan sosial desa.

    Sejalan Kebijakan Pemkab

    Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Klaten, Sri Nugroho, menyambut baik gagasan desa-desa untuk mengembangkan usaha demi kemajuan pariwisata.

    Ia menyampaikan, wacana paket wisata seperti yang dikembangkan Janti sangat sejalan dengan arah kebijakan pemkab.

    “Kebanyakan memang dikelola BUMDes. Maka kami lakukan pembinaan mulai dari SDM, pelayanan, keamanan, hingga promosi digital,” jelasnya ketika berbincang dengan Tribunnews pada Rabu (16/4/2025).

    Ia menambahkan, pemerintah kabupaten juga rutin bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata untuk pelatihan dan peningkatan kapasitas.

    “Ada pelatihan manajemen homestay, promosi digital, termasuk kolaborasi dengan muspika dan relawan desa agar wisata di desa tetap aman dan nyaman.”

    Bagi Sri Nugroho, konsep paket wisata desa merupakan salah satu solusi strategis untuk mendorong pemerataan pengunjung dan penguatan ekonomi lokal.

    Tantangan tetap ada, terutama soal konsistensi pelayanan dan kualitas SDM, namun ia yakin dengan kolaborasi yang baik, potensi desa-desa seperti Janti bisa menjadi wajah baru pariwisata Klaten.

    MANDI SALJU – Wahana di Janti Park berupa mandi salju dan perosotan diambil dari Instagram @jantipark.klaten. (Instagram @jantipark.klaten)

    “Sekarang saingan makin banyak, tapi kami percaya desa-desa di Klaten punya keunikan sendiri. Dengan inovasi dan kerja sama dari semua pihak, termasuk kepala desa dan masyarakat, kami yakin wisata desa akan jadi andalan,” katanya.

    Data pengunjung pun menunjukkan progres positif.

    Menurut catatannya, jumlah wisatawan di Klaten meningkat dari tahun ke tahun.

    Pada momen libur Lebaran misalnya, pada 2024 mencapai 351 ribu pengunjung, kemudian pada libur Lebaran 2025 meningkat menjadi 503 ribu pengunjung.

    Hal ini berdasarkan laporan jumlah wisatawan di 39 desa serta dari 63 titik lokasi wisata di Klaten, termasuk wisata air Janti Park.

    “Setiap tahun ada peningkatan jumlah wisatawan di Klaten, yang signifikan sampai 45-an persen,” papar dia.

    (*)

  • Korban Dukun Cabul di Mojokerto Disebut Lebih dari 1 Orang, Ini Kata Orang Tua Korban hingga Polisi – Halaman all

    Korban Dukun Cabul di Mojokerto Disebut Lebih dari 1 Orang, Ini Kata Orang Tua Korban hingga Polisi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang siswi kelas 6 SD di Mojokerto, Jawa Timur, menjadi korban pencabulan oleh seorang pria paruh baya berinisial EY (60).

    EY ini di kampungnya terkenal sebagai seorang dukun yang juga tetangga korban.

    Ayah korban, TB (32) menceritakan, modus pelaku adalah mengajak doa bersama di dalam kamar.

    Namun, ternyata korban disetubuhi oleh pelaku.

    “Anak saya diajak (Ritual) doa tapi di dalam kamar, saya tidak curiga karena orang itu disegani di kampung. Tidak tahunya berbuat seperti itu,” ungkap TB, dikutip dari TribunJatim.com.

    Ia juga menuturkan, sempat terlihat ada bayangan seperti orang sedang berhubungan suami istri di sela-sela pintu kamar anaknya.

    “Saya dikasih tahu istri, awalnya saya tidak percaya kalau anak saya diperlakukan seperti itu,” lanjut TB.

    TB mengatakan, anaknya semula tidak mau cerita soal apa yang dialaminya, hingga pada akhirnya berani bercerita setelah dibujuk oleh sang ayah.

    “Lalu (Korban) saya minta ambil Wudhu dan Alquran di dalam kamar, dua kali tidak menjawab sampai akhirnya ketiga mengaku sudah disetubuhi oleh pelaku,” bebernya.

    TB juga menyebut, telah melaporkan pelaku ke kantor polisi, Rabu (16/4/2025).

    Ia menuturkan, korban juga diduga bukan hanya anaknya saja.

    “Korbannya ada banyak tapi saya tidak tahu persis berapa, anak saya dan anak tetangga juga jadi korban. Kami sudah lapor ke polisi,” pungkasnya.

    Sementara itu, pihak Satreskrim Polres Mojokerto telah menangkap dukun cabul tersebut.

    Ipda Slamet selaku Kasi Humas Polres Mojokerto Kota mengonfirmasi hal tersebut.

    “Ada laporan kasus persetubuhan terhadap anak di bawah umur di Kemlagi. Kami gerak cepat, dari Satreskrim melakukan penyelidikan dan malamnya terlapor ditangkap,” kata Slamet kepada wartawan di Mapolres Mojokerto Kota, Rabu (23/4/2025).

    Surya.co.id mewartakan, pihak kepolisian langsung mengamankan pelaku setelah mendapat laporan dari orang tua korban.

    “Korban anak di bawah umur berusia 13 tahun, pelaku (EY) sudah diamankan,” ungkap Slamet.

    Ia juga menuturkan, antara pelaku dan korban saling mengenal dan tinggal di desa yang sama.

    “Pelaku dan korban masih satu desa,” jelasnya.

    Tak hanya itu, Slamet menuturkan, hingga saat ini masih satu korban yang melapor.

    Kemungkinan, ujarnya, korban bisa bertambah seiring penyelidikan berlangsung.

    “Masih kami tunggu, barangkali ada (korban) yang melapor, karena tidak menutup kemungkinan ada korban lain,”

    “Nanti kami kembangkan lagi untuk penyidikan lebih lanjut,” tuturnya.

    EY pun kini telah ditetapkan sebagai tersangka.

    “Pelaku sudah ditahan dalam proses penyidikan,” tandasnya. 

    Sebagian artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Predator Anak Dukun Desa di Mojokerto Ditangkap Polisi : Kemungkinan Ada Korban Lain dan di TribunJatim.com dengan judul Berdalih Ritual Doa, Dukun di Mojokerto Tega Setubuhi Siswi SD di Dalam Kamar Korban

    (Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(Surya.co.id/TribunJatim.com, Mohammad Romadoni)

  • Polwan Polda Kaltara Kenang Pertemuan dengan Paus Fransiskus, Iptu Marta: Mujizat dari Tuhan – Halaman all

    Polwan Polda Kaltara Kenang Pertemuan dengan Paus Fransiskus, Iptu Marta: Mujizat dari Tuhan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, Nunukan – Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin, 21 April 2025, pukul 07.35 waktu Roma.

    Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

    Iptu Marta, seorang polisi wanita yang bertugas di Polres Nunukan Polda Kalimantan Utara, mengenang momen luar biasa saat ia berkesempatan melihat langsung Paus Fransiskus saat kunjungan ke Jakarta.

    Sebagai Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak PPA Sat Reskrim Polres Nunukan, Iptu Marta menerima undangan khusus dari Keuskupan TNIPolri untuk menghadiri misa akbar di Stadion Gelora Bung Karno (GBK).

    “Saya menganggap pengalaman ini sebagai sebuah mukjizat dari Tuhan, terlebih karena saat itu saya baru saja mengalami kecelakaan dan masih dalam masa pemulihan,” ungkap Iptu Marta kepada TribunKaltara.com pada Rabu, 23 April 2025 malam.

    Ia menambahkan, meskipun kepalanya masih diperban, ia tetap hadir di acara tersebut.

    Salah satu momen yang paling mengesankan bagi Iptu Marta adalah saat misa berlangsung di bawah hujan deras.

    “Setelah doa Salam Maria 10 kali, hujan langsung reda. Saya merinding, itu sungguh luar biasa,” ujarnya.

    Iptu Marta juga mengapresiasi semangat toleransi yang ditunjukkan selama acara.

    “Petugas pengamanan dari kalangan muslim sangat ramah menyambut kami. Ini bentuk toleransi nyata di Indonesia,” katanya.

    Pesan-pesan Paus Fransiskus sangat membekas di hati Iptu Marta, terutama tentang kesederhanaan, tidak membuang makanan, pengampunan, dan pentingnya menjadi berkat bagi sesama.

    “Itu yang saya bawa dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pekerjaan saya melindungi perempuan dan anak-anak,” tuturnya.

    Mendengar kabar wafatnya Paus Fransiskus, Iptu Marta merasa sangat kehilangan.

    “Semoga Bapa Suci damai di surga bersama para Malaikat. Kami akan selalu mengingat pesan-pesan suci Bapa Paus,” ungkapnya.

    Kunjungan Paus Fransiskus di Jakarta diakui memberi dampak besar bagi umat Katolik, termasuk Iptu Marta.

    “Setelah momen itu, semangat hidup keagamaan saya semakin kuat. Saya ingin terus menjadi pribadi yang lebih baik,” imbuhnya.

    Paus Fransiskus meninggal dunia pada usia 88 tahun.

    Misa pemakaman dijadwalkan berlangsung pada Sabtu, 26 April 2025, pukul 10:00 pagi waktu Roma di Lapangan Santo Petrus.

    (TribunKaltara.com/Febrianus Feli)

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Cerita Mbok Yem sebelum Meninggal, Kesaksian sang Cucu: Nafsu Makan Hilang hingga Minta Mandi – Halaman all

    Cerita Mbok Yem sebelum Meninggal, Kesaksian sang Cucu: Nafsu Makan Hilang hingga Minta Mandi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, Magetan – Masyarakat Kabupaten Magetan berduka atas meninggalnya Mbok Yem, sosok legendaris yang telah menjadi penjaga setia Puncak Gunung Lawu selama puluhan tahun.

    Mbok Yem, yang juga dikenal dengan nama Wakiyem, menghembuskan napas terakhirnya pada Rabu, 23 April 2025, di kediamannya di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan.

    Kondisi Kesehatan yang Memburuk

    Cucu Mbok Yem, Saiful Bachri, menjelaskan bahwa kondisi kesehatan neneknya semakin memburuk dalam tiga hari terakhir.

    “Nafsu makan beliau hilang dan hanya bisa bertahan dengan beberapa teguk susu. Seharusnya hari Jumat, 25 April 2025, beliau kontrol ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan,” ungkap Saiful.

    Di hari kepergiannya, Mbok Yem sempat meminta untuk mandi sebelum beristirahat.

    Setelah mandi, almarhumah tidur dan tidak bangun lagi.

    Pernyataan Kepala Dusun

    Kepala Dusun Dagung, Slamet, mengonfirmasi kabar duka tersebut.

    Ia menyebutkan bahwa Mbok Yem menghembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 14.00 WIB.

    “Beliau memang tengah mengalami komplikasi yang cukup parah. Setelah dirawat hampir tiga pekan di RS Siti Aisyiyah Ponorogo, beliau pulang untuk dirawat di rumah oleh keluarga. Meski sempat membaik, kesehatannya kembali menurun dalam beberapa hari terakhir,” jelas Slamet.

    Slamet menambahkan bahwa meskipun Mbok Yem menghabiskan sebagian besar hidupnya di ketinggian Hargo Dumilah, ia tetap dekat dengan masyarakat kampung halamannya.

     “Setiap tahun, Mbok Yem hanya turun gunung sekali saat Lebaran, namun kehadirannya selalu dinanti dan dirindukan,” katanya.

    “Mbok Yem orangnya sangat baik dan suka membantu siapa pun. Tetangga di sini semua mengenalnya dengan rasa hormat dan kasih sayang,” kenang Slamet.

    Jenazah Mbok Yem dimakamkan pada Kamis malam, di dekat makam suaminya, Kamsir, yang berlokasi sekitar satu kilometer dari rumahnya.

    (TribunJatim.com/Febrianto Ramadani)

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Kasus Dugaan Eksploitasi OCI, Polri Telusuri Kembali Data yang Pernah Dilaporkan Tahun 1997 – Halaman all

    Kasus Dugaan Eksploitasi OCI, Polri Telusuri Kembali Data yang Pernah Dilaporkan Tahun 1997 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Polisi kembali menelusuri kasus dugaan eksploitasi yang dialami para korban Oriental Circus Indonesia (OCI).

    Direktur Tindak Pidana Perdagangan Perempuan dan Anak (PPA)-Tindak Pidana Perdagangan Orang (PPO) Bareskrim Polri Brigjen Pol Nurul Azizah mengatakan kasus tersebut pernah dilaporkan 28 tahun silam.

    “Terkait dengan laporan di tahun 1997 tentu kami masih proses mencari datanya mengingat kejadian sudah sangat lama,” ungkapnya kepada wartawan, Kamis (24/4/2025).

    Polisi juga sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) yang turut mendampingi para korban.

    Beberapa pertemuan sudah dilakukan untuk memperbarui informasi dan mendalami penanganan kasus ini.

    “Dan kami sudah bersurat ke fungsi yang membidangi (Kemen PPPA),” tandasnya.

    Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI Sugiat Santoso mengungkapkan bahwa kasus dugaan pelanggaran HAM oleh Oriental Circus Indonesia (OCI) mengandung unsur-unsur tindak pidana.

    Termasuk dugaan perdagangan anak, eksploitasi, dan penyiksaan. 

    Komisi XIII pun mendesak agar Polri membuka kembali kasus ini yang sebelumnya telah diberi status SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyidikan).

    Hal itu disampaikannya usai audiensi Komisi XIII DPR bersama eks pegawai OCI, Komnas HAM, Komnas Perempuan, dan Kementerian HAM.

    “Ada banyak tindakan kejahatan yang terjadi terkait kasus ini. Misalnya, ditemukan bahwa sejak umur bayi, ada yang usia 2 tahun, 5 tahun, mereka diperdagangkan, katakanlah oleh oknum orang tuanya ke OCI dan dieksploitasi untuk bekerja sebagai pemain sirkus,” kata Sugiat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (23/4/2025).

    Sugiat mengungkapkan, dari berbagai keterangan para korban, ditemukan indikasi kuat adanya penyiksaan dan berbagai bentuk kekerasan lainnya yang dialami mereka selama bertahun-tahun.

    Bahkan, para korban telah memperjuangkan keadilan sejak tahun 1997, namun belum mendapatkan kejelasan hukum hingga kini.

    “Dan dari beberapa penjelasan mereka, ternyata banyak sekali tindak kejahatan, penyiksaan, dan sebagainya. Mereka sudah melakukan pencarian keadilan sejak tahun 1997,” ujarnya.

    Komisi XIII telah menyepakati untuk mendorong Polri membuka kembali penyelidikan kasus tersebut, dengan pintu masuk pada indikasi perdagangan manusia. 

    Sugiat mengakui bahwa untuk pembuktian kekerasan fisik mungkin sudah sulit, mengingat kasus ini terjadi puluhan tahun lalu.

    “Kalau pintu masuknya adalah tadi saya katakan, bisa saja terkait dengan kejahatan perdagangan manusia. Kalau penyiksaan fisik karena sudah 28 tahun, mungkin agak sulit menemukan bukti-bukti atau visum. Tapi OCI dan eks-karyawan ini sudah sepakat bahwa sejak umur bayi mereka sudah diperdagangkan di OCI. Saya pikir itu bisa jadi pintu masuk,” kata Sugiat.

    Ia juga menekankan pentingnya kehadiran negara dalam proses pemulihan para korban yang selama ini merasa ditelantarkan dan dieksploitasi sejak anak-anak.

    “Kehadiran negara dalam proses pemulihan itu penting. Mereka rakyat Indonesia, mereka sejak dari umur bayi sudah ditelantarkan dan dieksploitasi oleh oknum OCI. Saya pikir harus ada kehadiran negara untuk proses pemulihan itu,” ujar Sugiat.

    Menurutnya, berdasarkan keterangan korban, kuasa hukum, serta hasil investigasi dari Komnas HAM dan Komnas Perempuan, kasus ini sudah layak dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat.

    “Kalau dilihat dari temuan, saya pikir sudah dijelaskan kuasa hukum, para korban, dan dikuatkan oleh temuan investigasi Komnas HAM dan Komnas Perempuan, ini pelanggaran HAM berat,” ucapnya.

    Sebagai tindak lanjut, Komisi XIII sepakat untuk berkolaborasi antara Kementerian HAM sebagai leading sector bersama Komnas HAM dan Komnas Perempuan guna mendorong Polri membuka kembali kasus ini.

    Kekerasan dan Pelecehan

    Sejumlah mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) mengungkapkan pengalaman pahit mereka menjadi korban kekerasan fisik, eksploitasi, hingga pelecehan seksual selama bertahun-tahun terlibat dalam pertunjukan.

    Pengakuan ini mereka sampaikan di hadapan Komisi XIII DPR RI pada Rabu (23/4/2025).

    Rapat Dengar Pendapat (RDP) ini menghadirkan perwakilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan).

    Fifi Nurhidayah, korban yang hadir dalam audiensi, menuturkan bahwa ia dibawa ke OCI oleh Frans Manansang sejak usia belia, ia bahkan tidak mengetahui pasti umurnya saat itu.

    Kekerasan fisik seperti pukulan, tendangan, dan cambukan rotan, menjadi bagian tak terpisahkan dari kesehariannya jika ia gagal menampilkan pertunjukan dengan baik.

    Akibat penyiksaan yang terus-menerus selama bertahun-tahun, membuat Fifi akhirnya melarikan diri dari Taman Safari.

    Namun, pelariannya hanya berlangsung tiga hari sebelum ia ditangkap kembali oleh pihak keamanan dan dibawa pulang.

    Akibat pelarian itu, ia mengaku mendapatkan hukuman berupa setruman di badan hingga alat kelamin, yang kemudian membuatnya mengompol.

    “Setelah saya melarikan diri, 3 hari saya menghirup udara luar, saya ditangkap lagi dengan security. Di tengah jalan saya dipukulin, dikata-katain kasar seperti binatang. Sampai rumah saya dimasukkan ke kantor dan saya disetrum pakai setruman gajah. Sampai saya lemas. Sampai alat kelamin saya disetrum. Akhirnya saya jatuh, saya lemas, saya minta ampun, saya sakit. Tapi dia tidak mendengarkan omongan saya, malah dia menambahkan pukulan itu,” ungkap Fifi dengan suara bergetar.

    “Setelah itu, saya jatuh lemas, ditarik lagi rambut saya, dijedotin ke dinding, dan saya ditampar. Akhirnya saya ngompol di situ. Setelah itu, saya dirantai selama 2 minggu, dipasung. Setelah 2 minggu dipasung, saya dibebaskan. Dan seperti biasa, saya latihan seperti biasa,” lanjutnya.

    Bertahun-tahun kemudian, Fifi akhirnya menemukan celah untuk kabur dan meninggalkan Taman Safari dengan bantuan sang mantan kekasih.

    Hingga sekarang, menurut Fifi, rangkaian peristiwa di Taman Safari masih membekas dan meninggalkan trauma mendalam.

    Dalam kesempatan yang sama, Ida mengatakan bahwa ia pernah terjatuh dari ketinggian 13-14 meter saat melakukan atraksi di Bandar Lampung pada tahun 1989.

    Ironisnya, setelah jatuh, pihak sirkus tidak langsung membawanya ke rumah sakit.

    Ia mengaku hanya dipijat di belakang panggung.

    “Setelah kira-kira beberapa jam (setelah jatuh) baru saya dibawa ke rumah sakit. Kejadiannya di Bandar Lampung. Satu malaman saya menunggu rasa sakit, belum ditangani sama dokter. Pagi baru mendapat penanganan, di-gips. Di-gips itu saya sudah tidak merasa sakit, karena mungkin dibius ya,” katanya.

    Setelah di gips, Ida dibawa ke Jakarta oleh pihak OCI untuk menjalani operasi dan terapi.

    Ia kemudian tak lagi menjadi pemain sirkus.

    Dalam keterbatasan fisik, Ida kemudian bekerja dalam naungan manajemen Taman Safari dengan kondisi menggunakan kursi roda.

    Pada tahun 1997 ia akhirnya mengajukan diri untuk keluar dari Taman Safari.

    “Sekitar tahun 1997 saya lalu izin keluar. Saya sudah tidak mau ikut lagi di situ. Setelah saya keluar, saya diminta buat surat pengunduran diri. Padahal saya pikir untuk apa saya bikin, karena saya sebetulnya kan bagian dari keluarga katanya. Tapi saya dipaksa membuat surat sebelum saya meninggalkan Taman Safari. Jadi setelah saya tanda tangan, saya diizinkan keluar, tapi saya tidak menerima apa-apa. Jadi saya keluar, tidak dapat satu rupiah pun, saya keluar meninggalkan Taman Safari pada saat itu seperti itu gitu,” katanya.

    Lisa, mantan pemain sirkus OCI lainnya, mengungkapkan bagaimana pihak OCI tidak mengizinkannya untuk bertemu keluarga kandungnya.

    Menurut pengakuannya, istri dari Yansen, seorang pengelola sirkus, mengatakan bahwa Lisa adalah anak yang dijual oleh orang tuanya.

    “Setelah usia saya 12 tahun, saya minta sama Pak Tony untuk dipertemukan dengan keluarga saya. Tapi Tony bilang, nanti suatu saat kalau kamu ada waktunya, kamu akan saya pertemukan. Setelah 15 tahun, saya juga minta lagi dengan Ibu Yansen. Kita panggil dia Sausau. Sau, saya ingin ketemu orang tua saya. Sausau terus bilang, kamu itu dijual. Kamu itu anak yang dijual. Saya sedih dari saat itu,” ungkapnya.

    Lisa juga mengaku bahwa ia tidak diizinkan untuk memiliki KTP pada usia 17 tahun.

    Ia akhirnya berhasil keluar dari sirkus pada usia 19 tahun setelah memiliki seorang pacar, namun hingga kini ia tak tahu asal usul keluarganya dan tidak menerima upah sepeserpun selama menjadi pemain sirkus.

    “Sampai sekarang saya pun belum bisa ketemu orang tua saya. Identitas saya juga tidak tahu. Dari mana saya, nama orang tua saya itu siapa,” imbuh Lisa.

  • Bos Raminten Hamzah Sulaiman Idap Sakit Gula sebelum Tutup Usia, Sempat Dirawat di RS sejak Senin – Halaman all

    Bos Raminten Hamzah Sulaiman Idap Sakit Gula sebelum Tutup Usia, Sempat Dirawat di RS sejak Senin – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Bos kuliner House of Raminten dan Hamzah Batik, Hamzah Sulaiman, meninggal dunia pada usia 75 tahun, Rabu (23/4/2025) sekira pukul 22.34 WIB di RSUP Dr Sardjito.

    Tim Pengembangan Hamzah Batik, Parjirono Wijoyo, menuturkan sebelum meninggal dunia, Hamzah sempat mengidap sakit gula dan sakit karena faktor usia.

    Dia juga mengungkapkan Hamzah dirawat di RSUP Dr Sardjito sejak Senin (21/4/2025) sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.

    Parjirono mengatakan jenazah Hamzah akan disemayamkan di rumah duka Perkumpulan Urusan Kematian Jogjakarta (PUKJ), Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, hingga Sabtu (26/4/2025). Adapun jenazah Hamzah akan dikremasi.

    “Rencananya, saat ini sampai besok Sabtu (26/4/2025) disemayamkan di rumah duka PUKJ. Lalu, Sabtu nanti ada prosesi kremasi,” katanya pada Kamis (24/4/2025), dikutip dari Tribun Jogja.

    Parjirono pun mewakili keluarga meminta maaf dan memohon kepada masyarakat jika Hamzah memiliki kesalahan semasa hidupnya.

    “Segenap keluarga besar Hamzah Batik dan Mirota Grup, kami turut berduka atas kepergian beliau. Bagi kami, sosok beliau adalah sebagai pelestari budaya yang berjuang menjaga tradisi budaya,” tuturnya. 

    Di sisi lain, karyawan Hamzah Batik, Listiani (54), mengaku terpukul atas meninggalnya Hamzah.

    Ia pun berkali-kali menetaskan air mata saat prosesi pengiriman doa arwah Hamzah Sulaiman. 

    “Yang jelas, saya dan rekan-rekan sangat terpukul sekali karena Pak Hamzah kayak bapak sendiri. Orangnya kalau sama karyawan sangat mengayomi,” ucapnya.

    Ia pun mengenang sosok Hamzah merupakan pemimpin paling baik yang pernah ditemui.

    Selain itu, Listiani juga menilai bahwa Hamzah Sulaiman memiliki jiwa sosial yang tinggi.

    “Tapi memang, semenjak sakit, beliau jarang ke toko. Saya juga sudah jarang ketemu bilau karena saya sekarang kerja di bagian kantor, kalau dulu pas kerja di toko ya sering ketemu beliau,” tandas Listiani.

    Hamzah Sulaiman merupakan sosok kelahiran 7 Januari 1950.

    Ia merupakan anak bungsu dari pendiri grup Mirota yaitu Hendro Sutikno (Tan Kiem Tik) dan Tini Yunianti (Nyoo Tien Nio).

    Hamzah merupakan lulusan jurusan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

    Setelah lulus, dia lalu sempat bekerja sebagai pelayan di kapal pesiar pada tahun 1970 dan sempat bekerja di Amerika Serikat (AS).

    Namun, lantaran sang ayah sakit, Hamzah kembali ke Indonesia.

    Setiba di Yogyakarta, Hamzah lalu mengambil alih grup Mirota yang dikelola bersama saudara-saudaranya.

    Lantas, sekitar tahun 1976, dirinya mengembangkan usaha keluarganya itu dengan mendirikan toko batik bernama Mirota Batik.

    Namun, nasib malang menimpa bisnis Hamzah tersebut karena pada tahun 2004, toko batiknya tersebut terbakar.

    Tak patah arang, Hamzah membangun kembali toko batiknya tersebut dan mengganti nama menjadi Hamzah Batik.

    Kini, toko batiknya itu menjadi pusat oleh-oleh fesyen khas Yogyakarta yang menjadi destinasi wisatawan.

    Hamzah pun mengembangkan bisnisnya dengan mendirikan restoran bernama The House of Raminten pada tahun 2008.

    Dia memasukkan budaya Jawa dalam restorannya tersebut.

    Dikutip dari laman House of Raminten, nama Raminten ternyata diambil dari peran Hamzah dalam acara komedi situasi di salah satu stasiun televisi swasta lokal di Yogyakarta.

    Dalam acara komedi tersebut, dia berperan sebagai sosok perempuan Jawa yang lengkap dengan busana Jawa seperti berkebaya dan mengenakan konde.

    Hal itu dibuktikannya tidak hanya dari ornamen restorannya saja, tetapi lewat kuliner yang disajikan seperti nasi kucing.

    Bahkan, House of Raminten sudah menjadi ikon kuliner di Yogyakarta dan menjadi destinasi favorit bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Pelajar tersebut.

    Dedikasinya melestarikan budaya Jawa melalui seni dan kuliner membuat Hamzah menerima gelar kehormatan dari Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tahun 2014 lalu.

    Adapun gelar Hamzah adalah Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Tanoyo Hamiji Nindyo.

    Gelar yang diraihnya ini juga sekaligus sebagai wujud pengangkatannya sebagai Abdi Dalem Kraton.

    Sebagian artikel telah tayang di Tribun Jogja dengan judul Pemilik Raminten Hamzah Sulaiman Tutup Usia, Sempat Sakit Gula dan Dirawat di Rumah Sakit”

    (Tribunnews.com/Yohanes Liestyo) (TribunJogja.com/Neti Istimewa Rukmana)

  • 9 Santriwati Dicabuli Pimpinan Ponpes di Lombok, Pelaku Mengancam dan Menawarkan Nikah – Halaman all

    9 Santriwati Dicabuli Pimpinan Ponpes di Lombok, Pelaku Mengancam dan Menawarkan Nikah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kasus pencabulan santriwati di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) terungkap setelah korban menonton film Malaysia berjudul ‘Bidaah’ dengan tokoh utama bernama Walid.

    Aksi pencabulan dilakukan pimpinan pondok pesantren berinisial AF dalam rentang waktu 2016 hingga 2023.

    Para korban menilai tindakan AF seperti tokoh Walid dalam film, yakni menggunakan modus agama untuk melakukan pencabulan.

    Perwakilan Aliansi Stop Kekerasan Seksual NTB, Joko Jumadi, meminta pelaku pencabulan dihukum mati atau penjara seumur hidup.

    Sebanyak sembilan santriwati telah melapor dan lima di antaranya menjadi korban rudapaksa.

    “Sejauh ini belum ada yang hamil,” paparnya, Rabu (23/4/2025), dikutip dari TribunLombok.com.

    Setelah mendapat kekerasan seksual, para korban diancam oleh pelaku.

    “Ada oknum-oknum yang mencoba mengancam (korban), ada juga yang mencoba menawarkan untuk dinikahkan dan dibiayai,” imbuhnya.

    Kini, pihaknya sedang mengupayakan perlindungan dari Lembaga Perlindungan Sanksi dan Korban (LPSK).

    Menurutnya, pengawasan dari Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) NTB terhadap kegiatan ponpes sangat kurang.

    “Ini sebenarnya menujukan bahwa Kanwil Kemenag NTB gagal untuk mengelola Ponpes di NTB, sehingga desakan dari kami (Aliansi) untuk mengganti Kakanwil Kemenag NTB,” tuturnya.

    Kasus pelecehan santriwati mendapat sorotan dari Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal yang menemui para korban.

    Lalu Muhammad Iqbal menangis saat mendengar cerita korban yang masih di bawah umur.

    “Semua kita akan coba tracing, baik yang masih mondok maupun yang sudah keluar, harus kita bantu,” sambungnya.

    Joko berjanji akan menjaga kerahasiaan identitas para korban yang mengalami trauma atas tindakan pelaku.

    Menurut Joko, Gubernur NTB tak perlu menutup ponpes lantaran tindakan pencabulan dilakukan oleh oknum.

    “Yang bersangkutan (pelaku) juga sudah dikeluarkan dari ponpes,” lanjutnya.

    Modus Pelaku

    Joko Jumadi mengatakan modus yang digunakan pelaku yakni menjanjikan dapat membuat suci rahim korban.

    “Kelak santriwati tersebut dijanjikan akan melahirkan anak yang menjadi seorang wali,” imbuhnya.

    Menurutnya, sebagaian korban dirudapaksa dan sebagian mengalami pencabulan.

    “Artinya yang dicabuli ini tidak mau untuk disetubuhi,” terangnya.

    Pihak ponpes yang mendegar adanya laporan kasus pencabulan meminta klarifikasi ke korban.

    Sejumlah saksi telah diperiksa dan penyidik telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). 

    Sebagian artikel telah tayang di TribunLombok.com dengan judul Kasus Pelecehan Seksual di Ponpes Lombok Barat, Aktivis Anak Dorong Hukuman Mati Bagi Pelaku

    (Tribunnews.com/Mohay) (TribunLombok.com/Robby Firmansyah)