Category: Tribunnews.com Regional

  • Darso Tewas Diduga Dianiaya 6 Polantas: Kesaksian Istri dan Penjelasan Polda Jateng – Halaman all

    Darso Tewas Diduga Dianiaya 6 Polantas: Kesaksian Istri dan Penjelasan Polda Jateng – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG –  Darso (43) meninggal dunia setelah diduga dianiaya oleh 6 polisi dari Satlantas Polresta Yogyakarta.

    Darso adalah warga Kampung Gilisari, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah.

    Poniyem (42) istri Darso bercerita duduk perkara kasus kematian suaminya.

    Dijemput polisi

    Sebelum meninggal, Poniyem mengaku suaminya dijemput pukul 06.00 oleh tiga orang menggunakan mobil.

    “Dijemput dalam kondisi sehat, pukul 14.00 dikabari jika suami saya di rumah sakit,” ujar istri Darso, Poniyem (42) di Mapolda Jateng, Jumat (10/1/2025) malam.

    Poniyem mendatangi Polda Jateng untuk membuat laporan kejadian penganiayaan berujung suaminya meninggal. 

    Poniyem yakin suaminya dihajar oleh orang-orang yang mendatangi rumahnya. 

    Sebab suaminya selama di rumah sakit mengaku dihajar oleh orang-orang tersebut.

    “Saya lihat ada luka lebam-lebam di kepala bagian pipi kanan,” terangnya.

    “Suami sempat didatangi oknum itu di rumah sakit.”

    “Selepas mereka pergi, suami baru cerita habis dipukuli oleh mereka,” ujar Poniyem.

    Adi Darso yakni Tocahyo (34) mengatakan kakaknya terluka parah akibat dipukuli oleh polisi terkait adanya kecelakaan lalu lintas di Yogyakarta.

    “Darso (sebelum meninggal) bilang ke saya dipukuli di bagian dada oleh enam orang polisi asal Yogyakarta, dia dipukuli karena kasus kecelakaan lalu lintas di sana (Yogyakarta),” katanya dikutip dari Tribun Jateng, Minggu (12/1/2025).

    Menurut keterangan Tocahyo, sebelum meregang nyawa, Darso dijemput paksa di rumahnya oleh enam anggota polisi pada 21 September 2024 lalu.

    Kemudian pada 29 September 2024, Darso dinyatakan meninggal dunia.

    “Di rumah sebelum meninggal dunia, dia bilang ke saya kalau ingin menuntut oknum itu. Karena merasa tersakiti, dianiaya polisi,” paparnya.

    Dilaporkan ke Polisi

    Kuasa hukum keluarga korban, Antoni Yudha Timor mengatakan, melaporkan dugaan tindak pidana penganiayaan berencana yang mengakibatkan kematian dan dugaan pidana menyebabkan maut yang sebagaimana diatur dalam Pasal 355 ayat 2 KUHP junto Pasal 170 ayat 2 dan ayat 3 yang diduga dilakukan oleh oknum dari Satlantas Polresta Yogyakarta.

    Terlapor yakni anggota Satlantas Polresta Yogyakarta berinisial I. 

    Dalam pelaporan tersebut, mereka sudah membawa beberapa bukti seperti hasil rontgen gesernya ring jantung korban, foto dan video serta bukti lainnya. 

    Termasuk saksi dari keluarga korban.

    “Dia anggota aktif.”

    “Sementara 1 orang terlebih dahulu yang dilaporkan, tapi dugaan ada 6 orang yang melakukan penganiayaan,” ujarnya.

    Penyebab Darso Dianiaya

    Antoni Yudha Timor mengungkapkan, kejadian penganiayaan berujung kematian ini berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas yang dialami korban yang menyetir, lalu menabrak orang di wilayah hukum  Polresta Yogyakarta pada Juli 2024.

    Korban sempat bertanggungjawab dengan membawa korban ke klinik terdekat.

    Namun  karena tidak punya uang, korban meninggalkan KTP.

    Pasca kejadian itu, korban pulang ke Semarang. 

    “Korban ketakutan karena mobil rental, juga dia ke Jakarta mencari uang selama dua bulan.”

    “Tetapi karena tidak ada hasil, pulang lagi ke Semarang,” terangnya.

    Selama sepekan di Semarang, kata dia, korban lalu dijemput oleh orang diduga anggota dari Satlantas Polrestabes Yogyakarta.

    Mereka mendatangi rumah korban mengendarai mobil.

    Tiga orang turun menanyakan kepada istri korban soal kebenaran alamat korban. 

    Tanpa curiga Istri korban memanggil korban karena mengira tiga orang itu adalah teman korban.

    Korban lalu keluar menemui anggota tersebut.

    “Korban dibawa tanpa surat penangkapan surat tugas dan tanpa surat apapun,” bebernya.

    Antoni melanjutkan, dua jam selepas dijemput, ketua RT mendapatkan rumah korban untuk memberitahukan bahwa korban berada di RS Permata Medika Ngaliyan Semarang.

    Pengakuan korban, dia sempat dipukuli di kepala, perut, dan dada.

    “Korban dirawat di ICU selama 3 hari, kemudian ruang perawatan 3 hari.”

    “Di rumah 2 hari hingga akhirnya korban meninggal,” paparnya.

    Dia mengungkapkan, sebelum meninggal, korban sempat menyatakan tidak terima atas kejadian yang menimpanya.

    Korban meminta keadilan karena diduga dihajar dan dipukul oleh aparat kepolisian.

     “Sebelum meninggal, korban meminta kasus ini diproses.”

    Keluarga Disodori Uang Rp 25 Juta

    Dia mengakui ada tiga kali pertemuan yang dilakukan oleh keluarga korban.

    Pertemuan itu tidak dilakukan di rumah korban, melainkan di Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal.

    “Selama pertemuan mereka mengenakan seragam polisi,” terangnya.

    Antoni menyebut, keluarga diberi uang Rp25 juta.

    Keluarga menganggap uang itu sebagai uang duka karena korban telah meninggal.

    Namun, uang itu sampai sekarang masih utuh belum tersentuh.

    Bahkan adik korban merasa tidak terima atas pemberian uang tersebut, sehingga meminta uang itu dikembalikan. 

    “Saya juga sempat menghubungi terduga pelaku, tapi tidak ada niat baik.”

    Penjelasan Polda Jateng

    Polda Jawa Tengah belum mengetahui alasan Unit Gakkum Satlantas Polresta Yogyakarta memburu Darso (43) hingga ke Mijen, Kota Semarang.

    Dirkrimum Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Dwi Subagio, mengatakan bahwa belum mendapatkan informasi soal penyebab Darso diburu hingga Semarang.

    “Saya belum mendapatkan jawaban itu,” ungkap Dwi saat ditemui di Mijen, Kota Semarang, Senin (13/1/2025) dikutip dari Kompas.com.

    Dia meyakini, Polda Yogyakarta akan menyampaikan alasan tersebut secara gamblang.

    “Itu dari Polda DIY yang akan menyampaikan,” tambahnya.

    Terlibat kecelakaan

    Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Aditya Surya Dharma tak menyangkal ada anggotanya yang memburu Darso hingga ke Kota Semarang.

    Tim Gakkum Satlantas Polresta Yogyakarta pada 21 September 2024 pukul 06.00 mendatangi kediaman Darso di Semarang

    “Dalam rangka (kedatangan tim) mengirimkan surat klarifikasi (kepada Darso),” katanya.

    Saat bertemu dengan Darso, Tim Gakkum Satlantas Polresta Yogyakarta menanyakan ke Darso apakah pernah terlibat kecelakaan lalu lintas pada 12 Juli di Yogyakarta.

    Saat itu, Darso tidak mengakui bahwa dirinya terlibat dalam kecelakaan di Kota Yogyakarta. Namun setelah diberi bukti CCTV, Darso baru mengakuinya.

    Aditya menyampaikan, setelah mengakui kecelakaan itu, Darso lalu mengajak Tim Gakkum Satlantas Polresta Yogyakarta menuju ke lokasi rental mobil dan ke tempat dua orang temannya yang saat itu ikut di dalam mobil saat kecelakaan.

    “Petugas menyarankan yang bersangkutan (Darso) berpamitan dulu ke istri. Namun, yang bersangkutan menyampaikan tidak perlu dengan alasan tidak enak sama tetangga,” katanya.

     

     

  • ASN di Kendari Ditemukan Meninggal Tanpa Busana di Hotel, Ini Penjelasan Polisi – Halaman all

    ASN di Kendari Ditemukan Meninggal Tanpa Busana di Hotel, Ini Penjelasan Polisi – Halaman all

    ASN berinisia AKB diduga menjadASN berinisia AKB diduga menjadi korban pembunuhan di sebuah hotel di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

    Tayang: Senin, 13 Januari 2025 16:56 WIB

    NST

    ilustrasi – ASN berinisia AKB diduga menjadi korban pembunuhan di sebuah hotel di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). 

    TRIBUNNEWS.COM, KENDARI – Seorang ASN berinisia AKB diduga menjadi korban pembunuhan di sebuah hotel di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

    Sebelum tewas, korban diduga sempat berdebat dengan pelaku pembunuhan di hotel.

    ASN asal Muna itu diketahui menginap di sebuah hotel di Kecamatan Kambu pada Kamis (9/1/2025).

     AKB dihabisi dalam keadaan telanjang di kamar hotel di Kota Kendari, Sultra, Jumat (10/1/2025).

    Sebelum ditemukan meninggal, korban mengajak terduga pelaku datang ke kamar hotel dengan nomor kamar 4 B.

    Kapolresta Kendari Kombes Pol Eko Widiantoro membenarkan korban tewas dalam keadaan telanjang.

    “Korban AKB telanjang karena sesaat sebelum peristiwa pembunuhan terjadi ia baru saja selesai mandi,” ungkap Kombes Pol Eko Widiantoro pada Senin (13/1/2025).

    Ia menambahkan usai membunuh, terduga pelaku membuang barang bukti berupa senjata tajam di salah satu kos di kawasan depan Kampus UHO Kendari.

     
    Sehari setelah mayat tamu hotel ditemukan, terduga pembunuh ditangkap polisi di Morowali, Sulawesi Tengah, Sabtu (11/1/2025).(*)

    Penulis: La Ode Ahlun Wahid

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’9′,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Pria di Tasikmalaya Aniaya Kakak, Sempat Letuskan Senjata Api 3 Kali – Halaman all

    Pria di Tasikmalaya Aniaya Kakak, Sempat Letuskan Senjata Api 3 Kali – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kepolisian Resor Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, mengamankan seorang pria berinisial Cucu Setiawan alias Cueng (42) yang diduga melakukan penganiayaan terhadap kakak kandungnya, Endang, Minggu (11/1/2025).

    Insiden tersebut terjadi di Jalan Cisinga, Kampung Barak, Desa Pakemitan, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya.

    Kejadian bermula ketika Diki, anak korban, membawa kendaraan roda empat menuju kediamannya di Perum Mutiara Putra Regency sekira pukul 16:39 WIB.

    Sesampainya di dekat pangkalan ojek, Diki diberhentikan oleh pelaku yang meminta untuk meminjam kendaraan tersebut.

    Setelah mengantarkan Diki, pelaku membawa mobil tersebut keluar rumah.

    Sekira pukul 17:00 WIB, pelaku kembali ke rumah korban dengan cara menabrak sliding door garasi menggunakan mobil milik korban.

    Pelaku kemudian memanggil Endang disertai dengan letusan senjata api sebanyak tiga kali.

    Setelah memanggil kakaknya, pelaku terlibat cekcok yang berujung pada penganiayaan terhadap Endang dan istrinya, Rina.

    Dalam kejadian tersebut, pelaku terlihat membawa senjata tajam jenis golok dan senjata api berukuran kecil.

    Rina, yang menjadi sasaran, sempat ditodongkan senjata api di kepalanya, namun berhasil menghindar dan menyelamatkan diri ke dalam kamar.

    Endang juga berusaha melindungi diri dengan mengunci pintu kamar anaknya.

    Kepala Subbagian Humas Polres Tasikmalaya Kota, Iptu Jajang Kurniawan, mengkonfirmasi pihaknya telah mengamankan pelaku dan barang bukti berupa golok dan kunci letter T.

    Namun, senjata api yang digunakan dalam kejadian tersebut hingga kini belum ditemukan.

    “Selain mengamankan pelaku, barang bukti seperti golok dan kunci letter T ikut diamankan. Sedang untuk senjata api belum ditemukan keberadaannya,” ucap Jajang ketika dikonfirmasi wartawan Tribun, Senin (13/1/2025).

    Jajang menambahkan, pelaku tengah diinterogasi di ruangan Reskrim Polres Tasikmalaya Kota.

    “Masih dilakukan penyelidikan motif kejadian yang pelaku lakukan terhadap kakak kandung dan istrinya,” ungkap Jajang.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Kronologi Diduga Oknum Polisi Tendang Wajah Pengendara hingga Berdarah, Videonya Viral – Halaman all

    Kronologi Diduga Oknum Polisi Tendang Wajah Pengendara hingga Berdarah, Videonya Viral – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah insiden kekerasan yang diduga melibatkan oknum polisi Polres Prabumulih terjadi di Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Gunung Ibul Barat, Kecamatan Prabumulih Timur, Kota Prabumulih, Sumatra Selatan.

    Seorang pengendara bernama Jauhari Bin Saidina Ali (54) mengalami luka serius setelah ditendang di wajah oleh oknum polisi setelah terlibat kecelakaan.

    Kejadian bermula saat Jauhari menyeberang menggunakan motornya.

    Tiba-tiba, oknum polisi berinisial MY yang mengendarai sepeda motor menabrak kendaraan Jauhari.

    Setelah kecelakaan, Jauhari terkapar di tengah jalan.

    Warga setempat segera mengangkatnya ke pinggir jalan untuk memberikan pertolongan.

    Namun, saat Jauhari duduk kesakitan, oknum polisi tersebut mendekatinya dan secara tiba-tiba menendang wajahnya.

    Akibat tendangan tersebut, bibir Jauhari terluka dan darah mengalir dari hidungnya.

    “Awalnya kami lihat kecelakaan biasa, ya sudah kami lihat saja. Tiba-tiba saat bapak itu duduk kesakitan didatangi polisi itu dan langsung menendang mukanya,” ungkap salah satu warga yang meminta namanya jangan ditulis, Senin (13/1/2025).

    Saksi mata lainnya menilai tindakan oknum polisi tersebut tidak manusiawi.

    “Kita secara kemanusiaan spontan memarahi pak polisi itu. Mana kemanusiaannya?” tutur warga.

    Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari Polres Prabumulih terkait insiden tersebut.

    Namun, Wakapolres Prabumulih, Kompol Eryadi Yuswanto, telah mengunjungi Jauhari yang kini dirawat di Rumah Sakit AR Bunda, Kota Prabumulih.

    Eryadi, bersama sejumlah perwira lainnya, menyampaikan rasa empati kepada korban.

    Kejadian ini menjadi viral setelah video yang merekam insiden tersebut beredar di media sosial.

    Dalam video tersebut, terlihat Jauhari yang mengenakan kaus kerah merah terduduk dengan hidung mengeluarkan darah.

    Narasi dalam video menyebutkan oknum polisi marah setelah menabrak kendaraan korban.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Kronologis Wanita Sorong Ditemukan Tewas Tanpa Busana di Pantai Saoka, Ada 27 Luka Tusuk di Tubuhnya – Halaman all

    Kronologis Wanita Sorong Ditemukan Tewas Tanpa Busana di Pantai Saoka, Ada 27 Luka Tusuk di Tubuhnya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, SORONG – Kesya Irena Yola Lestaluhu, wanita berusia 20 tahun ditemukan tewas tanpa busana di Pantai Saoka, Distrik Maladumes, Kota Sorong, Papua Barat Daya, Minggu (12/1/2025) pagi.

    Korban tercatat sebagai warga Jalan Danau Tigi, Kelurahan Rufei, Distrik Sorong Barat, Kota Sorong.

    Berdasarkan keterangan ibu korban dan sejumlah saksi terungkap kronologis gadis asal Sorong tersebut pergi dari rumah hingga ditemukan tewas di Pantai Saoka.

    Ibu korban, Amina Latale mengatakan sebelum ditemukan tewas, putrinya sempat menerima telepon dari temannya pada Sabtu (11/1/2025) malam sekira pukul 23.00 WIT.

    Setelah itu, Kesya pun pamit kepada orang tuanya untuk menemui temannya di Pantai Saoka pada Minggu (12/1/2025) dini hari sekira pukul 01.00 WIT.

    “Dia keluar rumah pada pukul 01.00 WIT,” kata Amina Latale, Minggu siang dikutip dari Tribunsorong.com.

    Amina mengaku dirinya sempat melarang putrinya keluar rumah karena hari sudah malam.

    “Saya awalnya sudah larang dia keluar, karena sebelumnya mereka juga sudah ke Suprau sore hari,” ujar Amina.

    “Saya sudah bilang, Kesya jangan jalan, ini sudah larut. Dia (korban, red) bilang saya jalan pakai mobil,” lanjut dia.

    Larangan tersebut rupanya tidak diindahkan almarhum, karena temannya tetap ingin menjemput pada malam itu.

    Korban pun duduk di depan rumah menunggu jemputan kemudian pergi ke lokasi yang telah disebutkan, yakni kawasan Pantai Saoka.

    Pagi harinya, warga di sekitar Pantai Saoka pun menemukan jasad Kesya sekira pukul 10.00 WIT.

    Informasi yang dihimpun TribunSorong.com penemuan jenazah berawal dari seorang anak yang berjalan di sekitar Pantai Saoka pada Minggu pagi.

    Anak tersebut kemudian melihat jasad perempuan dalam posisi telentang di tepi pantai.

    Ia pun segera berlari ke darat lalu memberitahukan kejadian itu kepada warga sekitar.

    Kabar tersebut membuat warga ramai datang ke lokasi yang tak lama berselang petugas kepolisian pun tiba di tempat kejadian perkara (TKP).

    Setelah proses olah TKP selesai, jasad dimasukkan ke kantong jenazah lalu dievakuasi ke RSUD Sele Be Solu guna pemeriksaan lebih lanjut.

    27 Luka Tusuk di Tubuh Korban

    Amina mengungkap berdasarkan keterangan dokter yang memeriksa jasad putrinya, didapati ada 27 luka tusuk di tubuh Kesya.

    “Menurut keterangan dokter, ada bekas luka tusukan sebanyak 27 titik di tubuhnya,” ujar Amina kepada TribunSorong.com. 

    Ia menyebut, luka paling banyak berada di punggung serta dada.

    Amina berharap jajaran Polresta Sorong Kota menangkap serta menghukum pelaku yang telah berbuat kejam kepada putrinya.

    Terpisah, Kasat Reskrim Polresta Sorong Kota AKP Arifal Utama mengatakan, pihaknya sudah melakukan pemeriksaan terhadap lima saksi dalam kasus dugaan pembunuhan ini.

    “Kami sudah periksa kurang lebih lima orang saksi semalam di Polresta Sorong Kota,” ujar Arifal kepada TribunSorong.com, Senin (13/1/2025).

    Ia menegaskan, hingga kini kelima orang yang diperiksa penyidik Polresta Sorong Kota masih status saksi.

    Kelima orang yang diperiksa berasal dari keluarga hingga teman Kesya Irena Yola Lestaluhu di Kota Sorong.

    “Kalau terkait calon tersangka memang nanti kita tunggu saja, sebab harus hati-hati tidak sembarangan,” katanya.

    Sementara itu, Kapolresta Sorong Kota Kombes Happy Perdana Yudianto mengatakan pihaknya belum bisa mengungkap siapa pelaku di balik tewasnya Kesya.

    “Kami belum bisa mengarah langsung ke pelaku, tapi hanya mau memastikan pelaku yang bunuh disertai bukti,” ujar Happy kepada awak media di Polresta Sorong Kota.

    Hingga kini, penyidik masih mendalami terkait dugaan pelaku pembunuh Kesya Irena Yola Lestaluhu.

    Pihaknya juga masih menunggu hasil visum dokter terkait luka tusuk di tubuh Kesya Irena Yola Lestaluhu.

    “Kalau keterlibatan sih saya belum arah ke sana (pelaku), sebab kami masih fokus periksa saksi,” katanya.

    Ia menyatakan, setelah pemeriksaan pihaknya akan memaparkan konstruksi hingga fakta terkait kasus di Pantai Saoka itu.

    Selain itu, pihaknya juga telah amankan beberapa barang bukti mulai pakaian, visum hingga CCTV di lokasi.

    “Saya tidak mau berandai-andai dalam kasus ini, kami tetap profesional saja kalau ada tindak pidana pasti ada pelakunya tunggu saja,” ucapnya.

    (Tribunnews.com/ Tribunsorong.com/ Safwan)

    Sebagian dari artikel ini telah tayang di Tribunsorong.com dengan judul Polisi Buka Suara soal Pelaku Eksekutor Wanita di Pantai Saoka Kota Sorong Papua Barat Daya

  • Motif Pembunuhan ASN yang Ditemukan Tewas di Hotel Kendari, Korban Sempat Ajak Pelaku Pesta Miras – Halaman all

    Motif Pembunuhan ASN yang Ditemukan Tewas di Hotel Kendari, Korban Sempat Ajak Pelaku Pesta Miras – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Polisi Resor Kota Kendari (Polresta Kendari) mengungkapkan motif di balik pembunuhan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) asal Kabupaten Muna, yang ditemukan tewas di dalam kamar hotel di Kendari, Sulawesi Tenggara.

    Korban, yang diketahui berinisial AKB, ditemukan dengan sejumlah luka tusuk dan sayatan, Jumat (10/1/2025).

    Kepala Polresta Kendari, Kombes Pol Eko Widiantoro, menjelaskan pembunuhan ini berawal dari cekcok antara pelaku dan korban.

    “Terduga pelaku dan korban  terlibat perdebatan sehingga berujung pada penganiyaan mengakibatkan korban meninggal dunia,” ungkap Kombes Pol Eko Widiantoro pada Senin (13/1/2025).

    Ia menambahkan, sebelum insiden tersebut, korban mengajak pelaku untuk pesta miras di dalam kamar hotel. 

    “Keduanya memiliki hubungan dekat dan telah lama menjalin pertemanan,” tambahnya.

    Penangkapan Pelaku

    Pelaku yang berinisial N ditangkap oleh pihak kepolisian, Sabtu (11/01/2025).

    Penangkapan berlangsung di Morowali, Sulawesi Tengah, di sebuah rumah kos di Desa Labota, Kecamatan Bahodopi.

    Tim gabungan yang terdiri dari Buser 77 Sat Reskrim dan Unit Kam Sat Intelkam Polresta Kendari, serta tim Jatanras Resmob Polda Sultra, melakukan penangkapan tersebut.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Temuan Polisi soal Kasus 2 Balita Kembar di Nganjuk Tewas di Kolam Ikan saat Orang Tua Tidur Siang – Halaman all

    Temuan Polisi soal Kasus 2 Balita Kembar di Nganjuk Tewas di Kolam Ikan saat Orang Tua Tidur Siang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Nasib tragis dialami dua balita kembar di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

    Kedua bocah kembar berusia sekitar 1 tahun itu, ditemukan tewas mengapung di kolam ikan rumah mereka di Desa Babadan, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk, Jumat (10/1/2025).

    Kedua balita kembar malang itu ditemukan mengapung di kolam ikan oleh saksi Suhartini (47) yang masih satu keluarga.

    Kasi Humas Polres Nganjuk, AKP Supriyanto, mengungkapkan bahwa saat kejadian, kedua orang tua korban tengah tidur siang di dalam rumah.

    “Bahwa benar telah terjadi peristiwa dua balita meninggal dunia di kolam ikan di Dusun Putuk, Desa Babadan, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk,” kata Supriyanto, Sabtu (11/1/2025) dikutip dari Kompas.com.

    Supriyanto menyebutkan bahwa insiden ini terjadi pada Jumat sekitar pukul 14.00 WIB.

    Adapun orang yang pertama kali menyaksikan kejadian ini adalah Suhartini.

    “Jadi, awalnya saudari Suhartini ke rumah korban, berniat menjenguk. Namun, sampai depan rumah, dia mengetahui kedua korban sudah terapung di kolam ikan depan rumahnya,” jelas Supriyanto.

    Aparat kepolisian saat melakukan olah TKP balita kembar yang ditemukan tewas terapung di kolam ikan depan rumahnya di Desa Babadan, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Jumat (10/1/2025) (Dok. Polres Nganjuk)

    Saat itu, lanjut Supriyanto, salah satu korban ditemukan dalam keadaan telentang, sedangkan kembarannya dalam keadaan tengkurap.

    Dikatakan Supriyanto, saat ditemukan, kedua korban sudah dalam keadaan tidak bernyawa.

    Sontak Suhartini memberitahukan hal itu kepada saksi lainnya, Kasmidi (53).

    Mereka lantas berteriak meminta tolong kepada warga sekitar.

    Kedua orang tua balita kembar yang mendengar teriakan tersebut sontak keluar dari rumah.

    “Mendengar teriakan itu, kedua orangtua korban yang saat itu tidur siang berlari ke depan rumah, lalu mengangkat (kedua korban) dari kolam ikan dan membawa kedua anaknya ke Klinik Fifa Husada,” ungkapnya.

    Temuan Polisi

    Sementara itu, Kapolsek Pace, AKP Pujo Santoso, mengungkapkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) tewasnya dua balita kembar itu.

    Diduga kedua balita kembar malang itu tercebur ke kolam ikan saat sedang bermain.

    Diketahui juga bahwa kolam ikan tersebut tidak diberi pagar pembatas.

    “Kolam ikan yang berada di taman depan rumah tersebut lebarnya 163 sentimeter dan panjang 190 sentimeter, dengan ketinggian air 42 sentimeter dan tinggi kolam 55 sentimeter tanpa pagar pembatas,” kata Pujo.

    Selain itu, dari hasil pemeriksaan medis, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh kedua korban.

    Kedua orang tua pun sudah menerima kejadian yang merenggut nyawa kedua balita kembarnya.

    “Dari pihak orang tua atau keluarga sudah menerima kejadian tersebut,” sebut Pujo.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Suhartini Syok Lihat Bayi Kembar Mengapung di Kolam Ikan Depan Rumah, Orangtua Ternyata Tidur Siang

    (Tribunnews.com/Nina Yuniar) (TribunJatim.com/Ani Susanti) (Kompas.com/Usman Hadi/Eris Eka Jaya)

  • Usai Ketahuan Hukum Murid Duduk di Lantai, Guru Tak Merasa Bersalah dan Malah Menantang: Viralkan! – Halaman all

    Usai Ketahuan Hukum Murid Duduk di Lantai, Guru Tak Merasa Bersalah dan Malah Menantang: Viralkan! – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Terungkap alasan Kamelia (38), ibu MI (10), siswa yang dihukum duduk dilantai memvideokan aksi guru Haryati.

    Haryati menghukum MI belajar di lantai karena menunggak biaya sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) selama tiga bulan.

    Saat aksinya itu diketahui, Haryati justru menantang wali murid.

    Kepada Kamelia, Haryati berseloroh agar tindakannya itu diviralkan.

    Kamelia lantas merekam peristiwa saat anaknya dihukum menggunakan ponsel dan videonya pun viral.

    Awalnya, Kamelia mengaku tak ada niat untuk memviralkan kejadian yang menimpa anaknya.

    Namun, ia mengaku prihatin dengan kondisi anaknya yang menerima hukuman tersebut.

    Ditambah lagi, saat kejadian, tidak ada rasa penyesalan dari Haryati. Malahan, Haryati menantangnya untuk memviralkan peristiwa tersebut.

    “Jadi niat buat video itu, tadi bukan buat supaya sampai seperti ini (viral), enggak sebenarnya. Saya hanya (ingin) ngasih pelajaran, karena saya ditantang (guru) viralkan.”

    “Saya bilang ke dia, ibu jangan sampai viral perbuatan ini, viralkan katanya,” kata Kamelia kepada wartawan, Minggu (11/1/2025), dilansir Kompas.com.

    Meski selama ini pihak sekolah banyak membantu uang sekolah anaknya, namun Kamelia tak terima dengan perlakuan Haryati kepada MI.

    “Saya coba buat video itu hanya untuk memberi pelajaran, bukan untuk buat seperti viral atau saya mengharap dapat bantuan, bukan gitu.”

    “Saya juga enggak punya niat untuk jelekan sekolah, tidak. Saya hanya menyayangkan sikap oknum gurunya,” jelasnya.

    Terkini, kasus tersebut telah berakhir damai, setelah pihak kepolisian turun tangan memfasilitasi mediasi.

    Kapolsek Delitua, Kompol Dedy Dharma mengatakan, setelah dikonfirmasi kepada pihak sekolah, kejadian itu tidak berhubungan dengan pemilik yayasan maupun kepala sekolah.

    “Sudah ditanyakan langsung ke pemilik yayasan dan kepala sekolah, tidak ada pelarangan siswa belajar karena SPP menunggak,” ujarnya, dikutip dari Tribun-Medan.com.

    Ia menekankan, permasalahan tersebut dipicu miskomunikasi antara orang tua siswa dengan wali kelas IV SD Yayasan Abdi Sukma, Haryati.

    “Sebelumnya, H telah mengingatkan murid-murid yang nunggak SPP-nya untuk membayar yakni siswa berinisial MI,” jelasnya.

    Pihaknya pun telah mempertemukan guru dan orang tua siswa yang turut dihadiri dinas terkait.

    “Sudah dimediasi, untuk SPP yang menunggak pun telah lunas,” terangnya.

    Haryati telah menyadari perbuatannya dan meminta maaf kepada orang tua murid.

    “Intinya mereka sudah sama-sama saling memaafkan,” tegasnya.

    Viral di Media Sosial

    Sebelumnya, aksi guru Haryati yang menghukum muridnya duduk di lantai karena menunggak membayar SPP, viral di media sosial.

    Kamelia mengatakan, anaknya menunggak uang SPP selama tiga bulan, totalnya Rp180 ribu.

    Adapun alasan penunggakan itu lantaran dana Program Indonesia Pintar (PIP) belum cair.

    Kamelia pun berencana membayar uang SPP anaknya pada Rabu (8/1/2025). Dia ingin menjual handphone-nya.

    Namun, sebelum pergi ke sekolah anaknya, dia mendengat cerita dari MI yang malu datang ke sekolah karena dihukum belajar di lantai oleh gurunya.

    Tak langsung percaya, Kamelia pun mendatangi sekolah anaknya, Rabu.

    Setibanya di ruangan kelas, dia melihat secara langsung anaknya duduk di lantai sementara teman-temannya yang lain duduk di kursi.

    Kamelia pun terlibat cekcok dengan Haryati, lalu memvideokan kondisi anaknya itu.

    “Saya menangis benar-benar teriak karena dari hari Senin sampai Rabu anak saya disuruh duduk di lantai dari pagi sampai jam 1 siang,” ungkapnya, Jumat (10/1/2025).

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Siswa SD Dihukum Duduk di Lantai Oleh Gurunya karena Nunggak SPP, Polisi Bantu Mediasi

    (Tribunnews.com/Nanda Lusiana, Tribun-Medan.com/Alfiansyah, Kompas.com/Rahmat Utomo)

  • Oknum TNI di Semarang Tusuk 2 Warga Saat Mabuk, Polisi : Penanganan Kasus di Denpom – Halaman all

    Oknum TNI di Semarang Tusuk 2 Warga Saat Mabuk, Polisi : Penanganan Kasus di Denpom – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG – Seorang oknum TNI menusuk 2 orang warga  di depan gang kampung Brati, tepatnya jalan Imam Bonjol nomor 35 Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Minggu (12/1/2025) dini hari.

    Dua korban itu bernama Khoirul Muslimin (27), warga Tanjung Emas, Semarang Utara, dan Syarif Abdulloh (25) warga Ngablak, Kecamatan Genuk. 

    Kedua korban ditusuk usai pamitan pulang dari acara khitanan pukul 02.40 WIB dan diketahui mereka  datang ke acara khitanan pukul 23.00 WIB, Sabtu (11/1/2025). 

    Setelah keluar lokasi hajatan khitanan, korban dan beberapa temannya berhenti di depan gang Kampung Brati, Jalan Imam Bonjol.

    Saat berhenti, korban dan temannya didatangi seseorang mengaku anggota menyuruh bubar.

    Teman pelaku sempat bilang maaf ke korban dan menyampaikan temannya mabuk namun tiba-tiba pelaku langsung menusuk korban Khoirul. 

    Pelaku bersama temannya melarikan diri ke arah basement Queen City.

    Syarif dan temannya mengejar namun sesampainya di basement, Syarif berteriak karena kena tusuk. 

    Kemudian teman korban meminta tolong warga membawa ke rumah sakit Panti Wiloso, Dokter Cipto Semarang untuk mendapat perawatan.

    Keluarga korban melaporkan kejadian tersebut ke Polrestabes Semarang dan pelaku juga telah diamankan. 

    Kanitreskrim Polsek Semarang Utara, Iptu Kumaidi  mengataka, pelaku mendatangi (menyerahkan diri) di kantor (Polsek) tadi pagi.

    “Tapi kami serahkan ke Denpom, penanganan kasusnya di Denpom,” tuturnya.

    Ia belum  membeberkan  pemicu kejadian itu dan kejadian tersebut ditangani di Denpom.

    “Pada mabok, terus bertemu di jalan, infonya korban juga mabok.

    Korban masih di rumah sakit, kondisinya masih lemah,” tandasnya. (Tribun Jateng/Rahdyan trijoko pamungkas)

  • Remaja Usia 15 Tahun di Nongsa Batam Ditemukan Tak Bernyawa di Danau, Korban Dibunuh Teman Akrab – Halaman all

    Remaja Usia 15 Tahun di Nongsa Batam Ditemukan Tak Bernyawa di Danau, Korban Dibunuh Teman Akrab – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BATAM – Fabio Muchamat Yusuf (15), warga Buana Garden, Kelurahan Mangsang, Kecamatan Sei Beduk, Batam ditemukan tak bernyawa di danau dekat jalan masuk Perumahan Purna Yudha, Kelurahan Kabil, Kecamatan Nongsa, Sabtu (11/1/2025) sekitar pukul 17.30 WIB.

    Korban sempat dinyatakan sebagai Mr X. Lantaran tidak ada identitas di tubuhnya saat ditemukan. 

     Mayat laki-laki ini juga diduga sebagai korban pembunuhan.

    Sebab terdapat bekas luka di bagian dadanya, diduga akibat tusukan benda tajam.

    Selang sehari pasca penemuanmayat korban, personel polisi gabungan dari Polda Kepri, Polresta Barelang dan Polsek Nongsa menangkap dua orang diduga pelaku pembunuhan remaja di Batam itu.

    Keduanya berinisial OG dan RE, teman akrab korban.

    Kapolsek Nongsa Kompol Efendri Alie mengatakan, kedua pelaku diamankan di tempat persembunyian pelaku di daerah jalan raya Nongsa.

    Polisi juga mengamankan barang bukti sebilah pisau yang diduga digunakan pelaku untuk menghabisi nyawa korban.

    Pelaku menghabisi nyawa korban berawal dari gurauan hingga membuat pelaku tersinggung. 

    “Antara korban dan pelaku sempat terjadi perkelahian dengan tangan kosong.

    Sesaat setelah itu, korban ditusuk pisau oleh salah satu pelaku,” kata Efendri.

    Saat ini kedua pelaku masih dilakukan penyidikan lebih lanjut di Polresta Barelang guna 

    “Pelaku masih dimintai keterangan, masih menjalani pemeriksaan secara maraton oleh penyidik,” kata Efendri.

    Sepi Pemancing 

    Pasca penemuan mayat laki-laki, Sabtu (11/1/2025) lalu, danau Purna Yudha Indah di Kelurahan Kabil, Kecamatan Nongsa, Kota Batam kini sepi dari pemancing,.

    Korban bernama Fabio Muchamat Yusuf (15), warga Tanjungpiayu. 

    Pantauan Tribunbatam.id di lokasi, tidak ada pemancing di sana.

    Yusran, warga Kabil yang datang ke lokasi, memilih putar balik setelah melihat ada garis polisi di lokasi.

     “Tadi mau mancing, tapi ada garis polisi, jadi gak berani. Apasih masalah di sana, kok ada garis polisi?,” tanya Yusran, Minggu (12/1/2024).

    Sebelumnya, Yusran mengaku tidak tahu ada kejadian di sana. Makanya dia tetap datang ke lokasi untuk memancing.

    “Dari pagi hujan terus, sudah bosan di rumah jadi mau cari tempat mancing yang dekatlah. Kalau ke laut takut juga ombak,” kata Yusran.

    Di tempat terpisah, Siska warga yang rumahnya tidak jauh dari lokasi kejadian mengatakan, dirinya tak tahu persis kronologi penemuan mayat di danau, tidak jauh dari rumahnya.

    “Kami baru tahu saat banyak warga datang, jadi kami ikut melihat,” kata Siska.

    Perempuan itu mengatakan, awal ketahuan ada mayat di lokasi itu dari orang yang hendak memancing di sana.

    “Biasanya kalau sore sampai malam, apalagi setelah hujan turun, pemancing di danau ini sangat ramai,” katanya.

    Ia mengatakan saat pemancing itu datang dan melihat ada mayat di sana, kejadian ini diberitahukan ke warga lain, membuat warga berdatangan ke lokasi.

    “Danau ini kebetulan di jalan masuk perumahan. Jadi orang-orang yang lewat pada berhenti ingin  mengetahui apa yang terjadi,” katanya.

    Siska mengatakan, Danau Purna Yudha Indah berfungsi sebagai tampungan air dari Bukit Nongsa. Jadi setelah hujan, biasanya ikan banyak di lokasi tersebut.

    “Kalau hujan berhenti, pasti pemancing banyak di situ,” kata Siska.

    Sementara mengenai mayat tersebut, siska tidak mengetahui persis kapan dibuang.

    Namun ia menduga, mayat tersebut dibuang pada siang hari, saat hujan deras turun.

    “Kemarin hujan siang itukan deras, mungkin saat itu mayatnya dibuang. Soalnya pagi hari dan sore hari sebelum mayat ditemukan, orang masih ada yang mancing,” kata Siska.

    Ia mengatakan mayat tersebut ditemukan tidak jauh dari pinggir danau.

    “Mayatnya juga belum kembung saat ditemukan, jadi kayaknya baru dibuang,” kata Siska. (Tribunbatam.id/Pertanian Sitanggang)