Category: Tribunnews.com Regional

  • Potongan Kepala dan Kaki Dimakamkan, Ayah Uswatun Khasanah Lega, Jasad Anaknya Kini Lengkap  – Halaman all

    Potongan Kepala dan Kaki Dimakamkan, Ayah Uswatun Khasanah Lega, Jasad Anaknya Kini Lengkap  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BLITAR – Potongan tubuh bagian kepala dan kaki korban mutilasi, Uswatun Khasanah telah diserahkan dari RS Bhayangkara Kediri ke keluarga.

    Keluarga dibantu warga langsung memakamkan Potongan tubuh bagian kepala dan kaki Uswatun Khasanah di tempat pemakaman umum (TPU) Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Selasa (28/1/2025).

    Nur Khalim, ayah kandung Uswatun Khasanah merasa lega setelah jasad anaknya lengkap.

    “Alhamdulillah, saya sangat berterima kasih atas bantuan pihak kepolisian. Termasuk dari Polda Jatim atas bantuannya, sudah mengungkap kasus anak saya yang bernama Uswatun Khasanah,” kata Nur Khalim.

    “Alhamdulillah, sekarang sudah lega, jenazah anak saya sudah lengkap dan sudah dimakamkan (bersama anggota tubuh lain),” lanjut Nur Khalim.

    Potongan tubuh bagian kepala dan kaki korban tiba di TPU Desa Sidodadi dengan diantar ambulans dari RS Bhayangkara sekitar pukul 17.00 WIB.

    Kepala dan kaki korban langsung dimakamkan bersama anggota tubuh lainnya korban yang sudah dimakamkan terlebih dulu pada Jumat (24/1/2025) malam.

    “(Bagian kepala dan tubuh korban) sudah sore datangnya. Begitu tiba, langsung dimakamkan satu lahat dengan tubuh lainnya. Proses pemakaman juga disaksikan keluarga,” kata Kepala Desa Sidodadi, Narno.

    Narno mengatakan, sejak pagi, pemerintah desa membantu keluarga korban berkoordinasi dengan Polda Jatim, yang menangani kasus tersebut.

    Sekitar pukul 13.00 WIB, pemerintah desa mendapat kabar, keluarga diperbolehkan mengambil bagian tubuh korban di RS Bhayangkara Kediri.

    Perwakilan keluarga ditemani perangkat desa pergi menjemput potongan tubuh korban di RS Bhayangkara Kediri.

    Sedang warga menyiapkan proses pemakaman di TPU Desa Sidodadi.

    “Semua diberi kemudahan dan kelancaran, berkat kerjasama semua warga lingkungan di sini. Alhamdulillah, bagian tubuh korban sudah lengkap. Langsung dibawa ke pemakaman. Prosesi pemakaman sesuai syariat, anggota tubuh korban disatukan kembali,” ujarnya.

    Seperti diketahui, Uswatun Khasanah menjadi korban pembunuhan dan mutilasi yang jasadnya ditemukan di dalam koper di Kabupaten Ngawi pada Kamis (23/1/2025) lalu.

    Pelaku pembunuhan, yaitu, Rahmad Tri Hartanto alias Antok (33), warga Kabupaten Tulungagung yang tak lain pria teman dekat korban.

    Ketika ditemukan di dalam koper, jasad korban tidak lengkap. Bagian kepala dan kaki korban hilang.

    Belakangan, bagian kepala korban ditemukan di Kabupaten Trenggalek, sedang kaki korban ditemukan di Kabupaten Ponorogo. 

     

  • Kesaksian Tetangga soal Anak Bunuh Ayah di Jember, Sebut Pelaku Bacok Korban selama 5 Menit – Halaman all

    Kesaksian Tetangga soal Anak Bunuh Ayah di Jember, Sebut Pelaku Bacok Korban selama 5 Menit – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Akbar (19), tega menghabisi nyawa ayah kandungnya yang bernama Zaenal Arifin alias Haji Jaenuri (60) di Dusun Jadukan, Desa Mojosari, Kecamatan Puger, Jember, Jawa Timur.

    Dinukil dari Tribun Jatim, terkait kasus ini, polisi sudah meminta keterangan dari beberapa saksi.

    Tetangga korban, Edi Siswanto mengaku, menyaksikan betul saat pelaku memenggal leher ayahnya pada Senin (27/1/2025) dini hari.

    Edi menyatakan, dirinya mendengar suara teriakan pada pukul 00.00 WIB. Awalnya, ia mengira yang berteriak adalah orang gila.

    “Akhirnya saya coba lihat dari balik kelambu jendela rumah saya di depan. Saya kira orang gila, ternyata tetangga saya, tepat di depan rumah saya, kira-kira jaraknya 10 meter dari rumah saya,” ujarnya, Selasa (28/1/2025).

    Edi ingat betul, betapa pelaku menghabisi nyawa korban secara kejam. Akbar berkali-kali membacokan benda tajam ke leher ayahnya.

    “Kayak dirajang-rajang. Cuma pakai apa, saya kurang tahu soalnya penerangannya kurang jelas,” terangnya setelah dimintai keterangan penyidik di Polsek Puger.

    Selain itu, jumlah bacokannya tak bisa terhitung karena pelaku mengayunkan senjata tajam ke leher korban kurang lebih selama lima menit.

    “Pokoknya cukup lama, ada mungkin lima menit, soalnya dibacok terus gitu. Saya pikir itu orang gila kok,” kata Edi sambil menggerakkan tangan kanannya saat mengingat tindakan pelaku.

    Saat melihat kejadian itu, dirinya tak berani keluar rumah dan menolong korban lantaran kondisinya sepi.

    “Takut saya yang mau keluar rumah, apalagi kan saya pendatang. Saat itu orang lain belum ada yang tahu, yang tahu hanya anak dan istri saya, karena saya bangunin,” jelasnya.

    Setelah menghabisi nyawa ayahnya, pelaku pergi dan mondar-mandir di jalanan, meninggalkan tubuh korban.

    “Saat itu juga memang tidak ada tetangga yang keluar, takut juga mungkin. Pokoknya saya tetap di dalam rumah sama anak dan istri saya,” urainya.

    Menurutnya, pelaku memang memenggal leher korban dengan senjata tajam hingga terputus, bahkan menghilangkan kepala ayahnya.

    “Dan memang kepala (korban) dipegang dan dibawa sejauh 50 meteran dari tempat pembunuhan. Memang sengaja dibuang sama pelaku,” tutur Edi.

    Ia mengaku baru berani keluar rumah saat banyak orang di depan rumahnya menjelang subuh, menyaksikan tubuh korban tanpa kepala.

    “Baru saat orang-orang sudah ramai, baru saya keluar rumah. Ketika menjelang subuh,” tambahnya.

    Pelaku Sempat Pukul Korban

    Sebelum melakukan pembunuhan, pelaku mendadak mendatangi ayahnya pada Minggu (26/1/2025) sekitar pukul 23.50 WIB.

    Hal ini disampaikan Kapolsek Puger, AKP Fatchur Rahman, berdasarkan keterangan dari para saksi.

    “Tiba-tiba anak ini mendatangi bapaknya, yang sedang tertidur di depan televisi rumahnya.”

    “Tahu-tahu pelaku langsung melakukan pemukulan terhadap orang tuanya,” ujarnya, Selasa.

    Dari keterangan istri korban, jelas Fatchur, mata pelaku melotot saat melakukan pemukulan terhadap ayah kandungnya.

    “Dan tatapannya kosong berdasarkan keterangan dari pihak keluarganya, terus korban bilang, ‘Saya ini bapakmu.’ Setelah itu (pelaku) diam duduk,” terangnya.

    Melihat anak dan ayah sudah tak bertengkar, istri korban keluar rumah untuk memanggil pemuka agama supaya memberikan pengobatan alternatif terhadap putranya.

    “Meminta bantuan kiai, agar putranya didoakan agar (depresinya) tidak sering kambuh,” ucapnya.

    Namun, kepolisian belum tahu persis peristiwa apa yang terjadi antara anak dan ayah tersebut di dalam rumah saat istri korban mencari bantuan dari kiai.

    “Ketika ibunya keluar itulah, kami belum menemukan saksi yang pas, apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumah itu, dan itu kami kejar,” paparnya. 

    Sementara itu, Fatchur mengaku belum bisa memutuskan apakah tersangka mengalami depresi atau tidak.

    Menurutnya, diperlukan keterangan saksi ahli dari psikiater.

    “Kami akan minta keterangan psikiater dari RSD dr Soebandi Jember, untuk memeriksa secara psikis anak ini bagaimana kondisinya,” imbuhnya.

    Lebih lanjut, polisi belum bisa melakukan pemeriksaan terhadap Akbar lantaran pelaku masih menjalani operasi pada lehernya di rumah sakit.

    Setelah membunuh ayahnya, pelaku sempat berusaha mengakhiri hidupnya dengan menggorok lehernya sendiri, tetapi upaya tersebut berhasil digagalkan warga.

    “Karena tersangka terdapat luka gorok di bagian leher dan menyentuh saluran pernapasan,” ungkap Fatchur.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul: Kesaksian Tetangga saat Melihat Langsung Kejadian Anak Penggal Leher Ayah, Sempat Mengira Ada ODGJ.

    (Tribunnews.com/Deni)(TribunJatim.com/Imam Nawawi)

  • Fakta Koper Merah Kasus Mutilasi di Kediri, Pernah Dipakai Tersangka ke Korsel, Diambil dari Rumah – Halaman all

    Fakta Koper Merah Kasus Mutilasi di Kediri, Pernah Dipakai Tersangka ke Korsel, Diambil dari Rumah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kasus penemuan potongan jasad wanita di dalam koper merah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, terungkap.

    Penyidik menemukan potongan jasad lain di Ponorogo dan Trenggalek pada Minggu (26/1/2025).

    Tersangka kasus pembunuhan disertai mutilasi itu bernama Rohmad Tri Hartanto (33) alias Antok. Dia memiliki keahlian khusus dalam mengemas barang sehingga koper merah dibungkus rapi.

    Kemampuan itu didapatkan tersangka saat delapan tahun bekerja di sebuah pabrik pengemasan barang di Korea Selatan. 

    PS Kanit III Subdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, AKP Fauzi, mengatakan potongan jasad korban Uswatun Khasanah dibungkus plastik sebelum dibuang.

    “Selama 8 tahun di Korea, Antok terbiasa dengan pekerjaan bungkus-bungkus barang. Inilah yang membuat cara dia mengemas potongan tubuh korban sangat teliti dan rapi. Kemampuan ini dia dapatkan selama bekerja di sana,” bebernya, Senin (27/1/2025).

    Menurutnya, teknik tersangka membungkus jasad sama seperti cara mengemas barang di pabrik.

    “Ini seperti cara mengemas barang yang rapi, bukan orang yang sedang panik,” lanjutnya.

    Potongan jasad yang ditemukan di Ngawi dibungkus koper merah kemudian ditutupi plastik.

    Koper merah tersebut milik tersangka yang diambil dari rumahnya di Tulungagung.

    Bahkan, koper merah digunakan tersangka saat merantau ke Korea Selatan.

    “Ini koper pribadi pelaku. Koper ini dibawa langsung oleh Antok saat kembali dari Korea setelah bekerja selama empat tahun, dan dia menggunakan koper ini lagi setelah kembali bekerja selama empat tahun berikutnya,” katanya.

    Sebelum dibuang, potongan jasad korban yang sudah terbungkus rapi disimpan di rumah nenek tersangka di Tulungagung selama 36 jam.

    Cara Jasad Ditemukan

    Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, AKBP Arbaridi Jumhur, mengatakan penyidik mencari potongan jasad korban berdasarkan kesaksian tersangka.

    Jasad janda dua anak tersebut ditemukan di tiga lokasi berbeda, yakni Ngawi, Ponorogo, dan Trenggalek.

    AKBP Arbaridi Jumhur menjelaskan petugas harus menyusuri hutan di Ponorogo untuk menemukan potongan tubuh korban.

    “Dari hasil interogasi, selanjutnya pada jam 03.00 WIB tim bergerak menuju Hutan Sampung di Jalan Raya Parang Hutan Nagara Ponorogo, yang berjarak 30 km dari Kota Madiun, sekitar jam 04.00 WIB tim sampai di tujuan tempat tersangka membuang potongan tubuh bagian kaki,” bebernya, Selasa (28/1/2025), dikutip dari TribunJatim.com.

    Petugas kemudian bergerak ke Kecamatan Watu Limo, Trenggalek, sekitar pukul 05.00 WIB untuk menemukan potongan tubuh lain.

    “Jam 07.00 WIB tim sampai di tujuan dan langsung melakukan penyisiran dengan cara berjalan dan menggunakan kendaraan, mengingat tersangka lupa posisi tepatnya membuang bungkusan yang berisi kepala,” katanya.

    Seluruh potongan tubuh yang ditemukan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Kediri untuk autopsi.

    Petugas kemudian mendatangi rumah tersangka di Tulungagung, Jawa Timur, untuk mencari barang bukti pembunuhan.

    Sejumlah barang yang diamankan seperti dua ponsel, baju, dan celana yang digunakan saat melakukan pembunuhan.

    Sebagian artikel telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Tiga Bagian Tubuh Korban Mutilasi Wanita dalam Koper Diautopsi di RS Bhayangkara Kediri

    (Tribunnews.com/Mohay) (TribunJatim.com/Luhur Pambudi)

  • Ditolak Berhubungan Badan, Suami di Palembang Telantarkan Istri hingga Meninggal – Halaman all

    Ditolak Berhubungan Badan, Suami di Palembang Telantarkan Istri hingga Meninggal – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG – Sungguh tega Wahyu Saputra (26), warga Kota Palembang, Sumatra Selatan, menelantarkan istrinya, Sindi Purnama Sari (25), yang menolak diajak berhubungan badan.

    Padahal, saat itu Sindi dalam kondisi sakit. Nyawa Sindi tidak tertolong. Wahyu kemudian ditangkap polisi dan telah ditetapkan sebagai tersangka.

    Dengan mengenakan baju tahanan Polrestabes Palembang, Wahyu hanya bisa menyesali perbuatannya.

    Di hadapan awak media, Wahyu mengakui perbuatannya dan mengungkapkan alasan di balik penelantaran yang ia lakukan terhadap sang istri.

    “Kesal, Pak dengan korban dan juga jengkel. Karena saat diajak berhubungan badan korban (istri saya-red) tidak mau,” katanya dengan kepala tertunduk malu, Selasa (28/1/2025).

    Wahyu juga mengakui bahwa karena penolakan tersebut, ia menjadi enggan menyuapi istrinya saat makan.

    “Saya berikan makan, Pak, tetapi saya taruh di sebelah istri saya. Namun, sebelum kejadian ini saya selalu memberikan makan dan menyuapi istri saya,” katanya.

    Meski demikian, Wahyu mengaku menyesal atas perbuatannya dan meminta maaf kepada keluarga sang istri.

    “Saya menyesal, Pak. Saya juga meminta maaf kepada keluarga istri saya atas kesalahan yang sudah saya perbuat,” katanya.

    Awal mula kasus terungkap

    Kasus ini terungkap setelah adanya laporan dari kakak korban, Purwanto (32), pada hari Selasa (21/1/2025) sekitar pukul 15.00 WIB.

    Kapolrestabes Palembang Kombes Pol. Harryo Sugihhartono menjelaskan bahwa setelah menerima laporan dari Purwanto, Satreskrim Polrestabes Palembang langsung mendalami peristiwa yang terjadi.

    “Kami telah mengumpulkan beberapa barang bukti dan aduan ditingkatkan dalam penyidikan, serta tadi malam (27/1/2025) meningkatkan menjadi tersangka terhadap suami korban Wahyu Saputra,” kata Harryo, didampingi Kasat Reskrim AKBP Yunar Hotma Parulian Sirait.

    Harryo mengungkapkan bahwa sebelum tahun 2025, korban telah mengidap penyakit yang mencapai titik klimaksnya pada bulan Desember 2024.

    Saat itulah tersangka melihat kondisi fisik istrinya semakin memprihatinkan, tetapi tidak melakukan tindakan yang diperlukan.

    “Korban sebelum tahun 2025 mengidap penyakit yang titik klimaksnya terjadi bulan Desember 2024 saat inilah tersangka melihat kondisi fisik istrinya semakin memprihatinkan namun tidak dilakukan tindakan-tindakan yang diperlukan,” ungkap Harryo.

    Lebih lanjut, Harryo menjelaskan bahwa pada tanggal 9 Januari 2025, karena prihatin dengan kondisi korban, tersangka mencoba memberikan makanan kepada korban karena fisiknya lemas hingga tanggal 16 Januari 2025.

     “Namun, tersangka memberikan makan dalam situasi tidak menguntungkan, hanya menaruh makanan sekadarnya di samping tempat tidur korban,” bebernya.

    Pada tanggal 17 Januari 2025, lanjut Kombes Harryo, tersangka melihat korban makin memprihatinkan dan mencoba menghilangkan bau badan korban karena sudah lama tidak mandi.

    Tersangka kemudian memandikan korban pada pagi harinya dan siang menjelang sore menyuapi korban makan. Setelah itu, pada dini harinya tersangka menginginkan berhubungan suami istri.

    “Permintaan ini sudah sering kali ditolak korban sebelum kejadian ini, karena kondisi fisik korban yang tidak memungkinkan. Karena ditolak korban itulah, kemudian tersangka membiarkan korban dalam kondisi lemah. Pada durasi tanggal 19-21 Januari 2025 kondisi korban semakin melemah. Setiap harinya tersangka tetap menyiapkan makanan namun hanya diletakkan di samping tempat tidur korban tanpa disuapi,” ungkapnya.

    Kemudian, pada tanggal 21 Januari 2025 sore hari, korban mengalami sesak napas.

    Tersangka kemudian menghubungi tetangga bernama Dea untuk bertanya terkait alat infus, tetapi Dea tidak bisa membantu. Dea akhirnya menginformasikan kepada ketua RT tentang kondisi korban.

    “Akhirnya atas bujuk rayu tetangganya, tersangka disuruh untuk membawa korban ke rumah sakit Hermina dan informasi ini didengar Purwanto kakaknya dan tanggal 21 Januari mendatangi rumah korban tetapi korban sudah menuju ke rumah sakit dan melihat kondisi adiknya sangat memprihatinkan,” ungkapnya.

    Harryo mengatakan bahwa pada tanggal 22 Januari 2025, kakak korban, Purwanto, membuat pengaduan ke SPKT Polrestabes Palembang atas peristiwa yang dialami korban.

    “Pada tanggal 23 Januari 2025 korban meninggal dunia di RS Hermina,” katanya.

    “Kita telah mengonfirmasi dengan pihak rumah sakit dan dengan melihat kondisi fisik korban, yang mengurus, dokter, menyimpulkan korban telah mengalami menderita penyakit pneumonia atau kanker paru yang akhirnya menggerogoti tubuhnya dan mengganggu pernapasan dan berdasarkan hasil visum yang ada dalam tubuh korban tidak dijumpai tanda-tanda yang mencurigakan apakah itu penganiayaan atau lainnya,” ungkapnya. 

  • Jasad Wanita Tanpa Busana Ditemukan Terkubur Gundukan Tanah di Kalsel, Ini Awal Kecurigaan Warga – Halaman all

    Jasad Wanita Tanpa Busana Ditemukan Terkubur Gundukan Tanah di Kalsel, Ini Awal Kecurigaan Warga – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Warga Desa Gunungraja, Kecamatan Tambangulang, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), digegerkan dengan penemuan jasad wanita tanpa busana dari dalam gundukan tanah di sebuah kebun sayur desa setempat pada Selasa (28/1/2025) dini hari.

    Jasad wanita rupawan itu ditemukan setelah dilakukan pembongkaran terhadap sebuah gundukan tanah di kebun sayur milik warga di RT 02 Dusun 02 Gunungraja.

    Jasad wanita tersebut belum diketahui identitasnya, namun diperkirakan berusia 35 tahun.

    Babinsa Desa Pulausari dan Gunungraja, Serda Muarifin membenarkan penemuan mayat wanita tanpa busana tersebut.

    Ia menceritakan, penemuan mayat wanita tanpa busana ini berawal dari laporan warga di sekitar tempat kejadian perkara (TKP) yang lalu lalang di sekitar kebun dan mencium aroma aroma busuk yang menyengat.

    “Penemuan mayat itu berawal dari laporan warga di sekitar TKP yang lalu lalang  di sekitar kebun dan mencium aroma aroma busuk yang menyengat,” ucap Serda Muarifin, Babinsa Desa Pulausari dan Gunungraja.

    Selain itu, warga juga curiga karena ada galian tanah yang baru diurug menyerupai kuburan di tengah kebun tersebut.

    Warga yang curiga lantas melapor kepada kepala desa setempat. 

    Kades selanjutnya berkoordinasi dengan Polsek Tambangulang dan babinsa setempat.

    Kemudian disepakati untuk dilakukan pembongkaran gundukan tanah mencurigakan tersebut. Sekira pukul 02.30 WITA dimulai pembongkaran hingga 05.15 WTA.

    Penggalian dilakukan oleh petugas disaksikan Kades Gunungraja Samsiar bersama beberapa aparatur desa setempat.

    Diperkirakan mayat tersebut baru dikubur sekitar lima hari lalu.

    “Lokasi merupakan tempat yang sepi. Jaraknya dari permukiman penduduk sekitar 250 meter,” kata Muarifin.

    Setelah itu, jenazah dievakuasi ke kamar mayat RSUD Hadji Boejasin (RSHB) di Kota Pelaihari untuk keperluan visum et repertum dan autopsi.

    Hasil Visum

    Petugas Polres Kabupaten Tanahlaut masih mendalami penemuan mayat wanita tanpa busana ini.

    Dari hasil autopsi sementara pihak rumah sakit, diketahui tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh jasad korban.

    “Tidak ada tanda-tanda kekerasan,” ucap Hendro, petugas kamar mayat RSHB.

    Sejauh ini, belum diperoleh penjelasan memadai dari pihak Polres Tala.  

    Kasat Reskrim AKP Satria Madangkara Syarifuddin belum merespons ketika dikonfirmasi melalui pesan singkat social chat.

    Satu Orang Ditangkap Polisi

    Sementara, informasi dihimpun dan berdasar penuturan sejumlah warga Gunungraja, dini hari tadi juga polisi telah mengamankan seorang lelaki yang diduga adalah pelaku pembunuh perempuan tersebut.

    Lelaki yang telah bercerai tersebut adalah warga Gunungraja.

    Namun belakangan ini jarang terlihat di desa setempat sejak menjalin hubungan dengan seorang perempuan yang ngontrak di Desa Padang, Kecamatan Batibati.

    Warga tersebut dikabarkan masih kerap ke Gunungraja yakni berkebun seperti biasanya.

    Lokasi kebunnya yakni lokasi tempat ditemukannya jenazah perempuan tersebut. (Banjarmasin Post)

  • Korban Terseret Ombak di Pantai Drini: 5 Siswa Boleh Pulang, 4 Dirawat, 1 Masih Belum Ditemukan – Halaman all

    Korban Terseret Ombak di Pantai Drini: 5 Siswa Boleh Pulang, 4 Dirawat, 1 Masih Belum Ditemukan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – 1 siswa SMP Negeri Mojokerto yang menjadi korban hilang akibat insiden terseret ombak di Pantai Drini, Gunungkidul, pada Selasa (28/1/2025) belum ditemukan. 

    Satu orang korban yang masih dalam pencarian tersebut adalah Rifky Yudha Pratama (13) siswa kelas 7C SMP Negeri 7 Mojokerto.

    Pencarian akan dilanjutkan kembali Rabu (29/1/2025) pagi.

    Koordinator Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah Operasi II Pantai Baron Marjono mengatakan, pencarian dihentikan karena hari sudah gelap dan arus air laut sangat kencang.

    “Sampai sore ini pencarian korban nihil. Direncanakan dilanjutkan besok pagi (Rabu). Kalau sekarang tidak bisa dilanjutkan karena sudah mulai gelap ditambah cuaca tidak mendukung dan arus sangat kencang,”  kata Marjono, Selasa (28/1/2025) dikutip dari TribunJogja.com. 

    Rombongan siswa tersebut terdiri dari 261 siswa dan 16 pendamping, dengan tujuan kegiatan outing class.

    Akibat peristiwa ini, 3 siswa dinyatakan meninggal dunia. 

    Mereka bernama Alfian Aditya Pratama, Malfen Yusuf Adhi Dilaga, dan Baihaki F. 

    9 orang siswa lainnya mengalami luka-luka dan kini dirawat, 5 di antaranya sudah diperbolehkan pulang. 

    “Lima orang sudah diperbolehkan pulang, 2 dirujuk ke RSUP Dr Sardjito dan 2 dirawat di RSUD Saptosari,” ucap Sekretaris Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah Operasi II Pantai Baron, Surisdiyanto, di Pantai Drini, Selasa (28/1/2025). 

    “Saat ini satu yang masih dilakukan pencarian, tertunda karena arus cukup kuat dan kondisi air pasang,” imbuhnya.

    Adapun korban yang dirawat di RSUD Saptosari Gunungkidul adalah:

    Firnanda Rahmadani
    Bintang Kenzi
    Petra Agustino (Diizinkan pulang)
    Revan Bagas ( Diizinkan pulang)
    M Zaki
    Alnoah (Diizinkan pulang)
    Raditya Rangga (Diizinkan pulang)

    Korban yang dirujuk ke RSUP Sardjito Yogyakarta

    Arizona Reza A
    Ahmad Muzaki (Diizinkan pulang)

    Kronologi 

    Sekretaris SAR Satlinmas Wilayah II Pantai Baron, Surisdiyanto, menyampaikan bahwa rombongan siswa tiba di lokasi sekitar pukul 06.00 WIB.

    Sebanyak 261 siswa didampingi oleh 16 guru dalam kunjungan tersebut.

    “Begitu tiba, banyak siswa langsung bergegas berenang. Tidak lama kemudian, mereka sudah berada di area yang cukup dalam dan terseret ombak,” kata Surisdiyanto, Selasa (28/1/2025) dikutip TribunJogja.com. 

    Tragedi itu kemudian ditindaklanjuti oleh oleh SAR Satlinmas Wilayah II Pantai Baron.

    “Namun, dari 13 pelajar yang terseret ombak, baru sembilan pelajar yang berhasil diselamatkan,” tutur Surisdiyanto.

    Pihak SAR Pantai Baron menduga penyebab siswa bisa sampai terseret ombak karena korban masuk ke jalur kapal nelayan.

    Jalur yang berada di sekitar Pantai Drini ini disebut memiliki kedalaman lebih bila dibandingkan dengan area sekitarnya.

    “Kemungkinan, pada saat yang bersamaan para pelajar ini tidak bisa berenang sehingga terseret ombak sampai ke tengah,” ucap Surisdiyanto.

    Surisdiyanto juga menjelaskan bahwa saat ini pencarian 

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Korban Kecelakaan di Pantai Drini: 5 Siswa Boleh Pulang, 4 Dirawat di RS, 3 Tewas, 1 Masih Dicari.

    (Tribunnews.com/Milani) (TribunJogja/Alifia) 

  • Fakta Koper Merah Kasus Mutilasi di Kediri, Pernah Dipakai Tersangka ke Korsel, Diambil dari Rumah – Halaman all

    Pengakuan Pelaku Mutilasi Ngawi Jawa Timur, Pilih Hotel Sebagai Tempat Eksekusi karena Alasan Ini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, NGAWI – Kasus mutilasi yang terjadi di Ngawi, Jawa Timur, mengguncang banyak kalangan.

    Pelaku, Rochmat Tri Hartanto alias Antok, berusia 32 tahun, menyebut sejumlah alasan yang mengejutkan di balik tindakan brutalnya terhadap Uswatun Khasanah, 29 tahun.

    Dalam video berdurasi satu menit 45 detik yang beredar, Antok mengaku sengaja memilih hotel sebagai lokasi untuk mengeksekusi korban. 

    Dia menilai tempat tersebut lebih aman dijadikan lokasi pembunuhan dan mutilasi. 

    “Iya saya eksekusi di hotel karena aman. Biar aman,” ucap Antok, Selasa (28/1/2025).

    Secara blak-blakan, dia mengaku telah merencanakan pembunuhan di hotel tersebut, bahkan saat menyampaikannya tak terlihat ekspresi sedih atau penyesalan dari wajah pelaku.

    Perencanaan dan Eksekusi 

    Antok mengaku telah merencanakan pembunuhan ini.

    Ia berjanji untuk bertemu dengan korban di Terminal Gayatri Tulungagung, sebelum mengajaknya ke sebuah hotel di Kediri, tempat di mana segalanya berakhir tragis, Minggu (19/1/2025).

    Sementara itu, Uswatun Khasanah, seorang ibu tunggal dengan dua anak, ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan.

    Bagian tubuhnya terpisah-pisah dan ditemukan di berbagai lokasi: di dalam koper merah di Ngawi, di Ponorogo, dan di Trenggalek.

    Berdasarkan pengakuan Antok, peristiwa terjadi setelah terjadi percekcokan antara mereka, ia tak kuasa menahan amarahnya dan menganiaya korban sampai tak bernyawa.

    Menurut penyelidikan, motif Antok berkaitan dengan sakit hati dan kecemburuan.

    Ia mengeklaim telah menjalin hubungan selama tiga tahun dengan Uswatun, meski keduanya memiliki keluarga masing-masing.

    Antok sudah menikah secara siri dengan korban yang berstatus janda, namun ia juga memiliki istri sah dan dua anak.

    Antok mengaku sakit hati karena korban berselingkuh dengan pria lain, meski ia sering mengirim uang kepada Uswatun. 

    “Dia sering saya kirim uang, tapi tetap saja berselingkuh,” ujar Antok, menunjukkan rasa marah.

    Lebih dalam lagi, Antok menyebut bahwa Uswatun pernah mendoakan anak perempuannya dengan kata-kata yang menyakitkan. “Dia mendoakan kalau nanti sudah besar, anak ini akan jadi… mohon maaf, PSK,” ungkapnya dengan nada penuh kemarahan.

    Setelah menghabisi nyawa Uswatun, Antok terpaksa memutilasi jasadnya agar dapat disembunyikan.

    Dia menghabiskan sekitar 3,5 jam untuk memotong jasad dengan menggunakan pisau dapur. 

    PS Kanit III Subdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, AKP Fauzi, menjelaskan tersangka pernah memotong kambing sehingga mengetahui titik jasad korban dapat dipotong menggunakan pisau dapur.

    “Dia sudah saya interogasi. Dia cerita, saya sering motong kambing, saya tahu sendi sendinya, saya paham karena sendi sama seperti manusia.” 

    “Bukan sering motong kambing. Tapi pernah motong kambing. Dia ini pintar. Berpengalaman. Sering lihat YouTube,” tuturnya, dikutip dari TribunJatim.com.

    “Eksekusi di kamar mandi. Sendi-sendi dipotong. Kalau bagian leher ‘dibelek’ dulu (sayatan berkali-kali). Pisau beli di minimarket,” terangnya.

    Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, AKBP Arbaridi Jumhur, menerangkan korban berulang kali minta dinikahi secara sah dengan syarat tersangka menceraikan istrinya.

    Namun, permintaan itu enggan dipenuhi tersangka.

    “Intinya banyak yang bikin pelaku marah. Yang terakhir si korban datang ke rumah pelaku, mendobrak tempat istri sah pelaku, iya kepingin segera dinikahi,” tukasnya.

    Korban semakin geram saat mengetahui istri tersangka hamil anak kedua.

    “Korban itu kecewa dengan pelaku karena istri sahnya punya anak lagi. Dan disumpah serapah kalau lahir didoain jadi ini dan itu (doa buruk),” terangnya.

    Rekaman CCTV jadi kunci

    Rekaman CCTV dari Hotel di Kediri, jadi kunci mengungkap kasus penemuan koper merah berisi mayat perempuan yang telah dimutilasi di Ngawi.

    Video rekaman CCTV itu menunjukkan tersangka, Rohman Tri Hartanto, 32, kesulitan membawa koper merah dari kamar hotel pada malam hari dan baru mengangkatnya kembali ke bagasi belakang mobil pada keesokan paginya sekitar pukul 05.20 WIB.

    Koper yang tampak berat tersebut ternyata berisi jasad korban yang telah dipotong menjadi beberapa bagian.

    Dalam rekaman yang diungkap polisi dan viral di media sosial tersebut, terlihat pula seorang pria yang duduk di teras hotel yang belakangan diketahui adalah kerabat tersangka.

    Polisi menyebutkan kerabat ini membantu mengantar tersangka ke hotel dan menjemputnya setelah kejadian, meskipun ia mengaku tidak mengetahui tindakan keji tersebut.

    “Kerabatnya diminta untuk mengantar tersangka ke hotel, lalu dijemput kembali untuk diantarkan ke rumah neneknya di Tulungagung,” ujar Kombes Pol Farman, Direktur Ditreskrimum Polda Jatim.

    Tersangka akhirnya ditangkap oleh tim Jatanras Polda Jawa Timur pada Sabtu (25/1/2025) malam di Madiun.

    Dari pengembangan penyelidikan, polisi berhasil menemukan bagian tubuh korban yang terdiri dari kepala dan kaki dan dibuang tersebar di sejumlah lokasi seperti Ngawi, Ponorogo, dan Trenggalek.

  • Didukung Kampus, Begini Kiprah Perantau Paguyuban Eromoko di Pelosok Wonogiri Jateng – Halaman all

    Didukung Kampus, Begini Kiprah Perantau Paguyuban Eromoko di Pelosok Wonogiri Jateng – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, WONOGIRI – Paguyuban Eromoko, komunitas warga perantau asal Desa Eromoko, Kabupaten Wonogiri, yang tersebar di berbagai kota, sukses menyelenggarakan kegiatan Silaturahmi dan Bhakti Sosial di kampung halaman mereka, Desa Eromoko, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

    Acara yang berlangsung pada 28 Desember 2024 ini melibatkan berbagai pihak, termasuk RS Indriati Solo Baru, Minori Cikarang, PT Jakarana Tama, serta Tri Bhakti Business School.

    Kegiatan tersebut bertujuan mempererat tali silaturahmi antarwarga sekaligus memberikan manfaat nyata bagi warga lokal.

    Kegiatan tersebut diisi dengan pembagian 100 paket sembako kepada keluarga kurang mampu, layanan pemeriksaan dan konsultasi kesehatan gratis yang difasilitasi oleh tenaga medis RS Indriati Solo Baru.

    Kehadiran sekitar 250 peserta mencerminkan antusiasme tinggi masyarakat terhadap kegiatan ini.

    Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari perguruan tinggi Tri Bhakti Business School dengan pemberian beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) bagi generasi muda Desa Eromoko khususnya mereka yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi. 

    Ketua Tri Bhakti Business School Widayatmoko mengatakan, program ini bertujuan untuk memberikan peluang kepada anak-anak muda agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

    “Kegiatan ini juga mencakup upaya pengembangan infrastruktur desa, seperti pengerasan lahan parkir di Pemakaman Kramat Gede, yang menjadi salah satu kebutuhan mendesak warga setempat,” ungkapnya dikutip Selasa, 28 Januari 2025.

    Dukungan dari berbagai pihak membantu mendorong pelaksanaan program ini dengan baik.

    Dia menambahkan, ke depan Paguyuban Eromoko menyiapkan berbagai inisiatif untuk membangun desa, seperti pendirian Balai Latihan Kerja (BLK) dan pendirian Sekolah Menengah Atas (SMA) di wilayah tersebut. 

    Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan daya saing generasi muda di dunia kerja sekaligus memberikan mereka kesempatan lebih besar untuk melanjutkan pendidikan.

    Di bidang kesehatan, Paguyuban Eromoko juga berkomitmen untuk menangani masalah stunting di desa. Dengan melibatkan mitra kesehatan seperti RS Indriati Solo Baru, langkah ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.

    Widayatmoko menambahkan, kerja sama antara Paguyuban Eromoko dan para mitra, termasuk Tri Bhakti Business School, membuktikan bahwa semangat gotong royong mampu membawa perubahan besar bagi masyarakat.

    Selain memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga menciptakan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.

    “Semangat kebersamaan dan sinergi yang terjalin dalam kegiatan ini diharapkan dapat terus berlangsung di masa mendatang. Dengan kolaborasi yang kuat, Desa Eromoko memiliki peluang besar untuk menjadi desa yang lebih maju, sejahtera, dan berdaya saing,” imbuhnya.(tribunnews/fin)

  • Kronologis Suami Telantarkan Istri Sakit Hingga Meninggal Dunia di Palembang, Kesal Ditolak Bercinta – Halaman all

    Kronologis Suami Telantarkan Istri Sakit Hingga Meninggal Dunia di Palembang, Kesal Ditolak Bercinta – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG – Wahyu Saputra (26), tega menelantarkan istrinya Sindi Purnama Sari (25) hingga meninggal dunia di Palembang, Sumatera Selatan.

    Korban tidak tertolong dan meninggal dunia pada Kamis (23/1/2025) malam setelah sempat dilarikan ke RS Hermina Palembang.

    Kasus tersebut terungkap berawal saat keluarga mendapatkan kabar bila Sindi terbaring lemah di rumahnya pada Selasa (21/1/2025), sekitar pukul 18.00 WIB.

    Sutrano (56), ayah korban mengaku terakhir bertemu putrinya pada Oktober 2024.

    “Saat itu, kondisi Sindi masih normal (kondisinya sehat-red), dan saat datang ke rumah, Sindi memakai cadar,” kata Sutarno, Senin (27/1/2025) siang dikutip dari Sripoku.com.

    Saat berkunjung, lanjut Sutrano, Sindi tidak banyak bercerita karena saat itu ada pelaku Wahyu di rumah.

    Sore harinya, Sindi pun pulang ke rumahnya.

    “Posisi Sindi tidak banyak cerita pak. Baik ke saya maupun kepada saudara-saudaranya. Sore pulang ke rumah,” katanya.

    Setelah pertemuan itu, Sutrano dan keluarga kehilangan kontak dengan putri ketiganya tersebut.

    “Kami dapat kabar Sindi ini terbaring lemah pada Selasa (21/1/2025), sekitar pukul 18.00, ditelepon terlapor pak, saat itulah saya tahu, dan langsung ke rumah,” katanya.

    Sutrano dan putranya segera bergegas menuju rumah Sindi setelah menerima kabar tersebut.

    “Saat itulah kami melihat langsung keadaan Sindi, miris pak keadaannya, hal ini membuat kami menaruh rasa curiga,” ujarnya.

    Lebih lanjut, Sutrano menceritakan bahwa saat dibawa ke RS Hermina, Sindi diangkat ke mobil oleh tetangganya, bukan oleh suaminya.

    “Bukan suaminya (terlapor) yang mengangkat Sindi (membopong-red) ke dalam mobil, tetapi tetangganya saat itu,” katanya.

    Kondisi Sindi saat ditemukan sangat memprihatinkan, tubuhnya bau, rambut gimbal penuh kutu, dan badan kurus.

    “Dilihat dari sini seperti tidak diurus saat anak saya sedang sakit, ditelantarkan. Kita juga pasti bertanya sakit anak saya oleh apa,” ucap Sutrano.

    Sesampainya di RS Hermina, setelah diperiksa oleh dokter, pihak keluarga disarankan untuk melaporkan kasus tersebut ke polisi.

    Hingga akhirnya ia bersama kakak Sindi, Purwanto melaporkan kejadian tersebut ke Polrestabes Palembang pada Rabu (22/1/2025), sekitar pukul 23.58 WIB.

    Polisi pun langsung melakukan pendalaman terkait kasus tersebut dengan melakukan penyelidikan dan mengambil keterangan dari saksi-saksi.

    Hingga akhirnya polisi pun menangkap suami korban Wahyu Saputra di rumahnya pada Senin (27/1/2025) malam dan ditetapkan menjadi tersangka.

    Kronologis Kematian Sindi

    Kapolrestabes Palembang, Kombes Harryo Sugihhartono mengungkap korban Sindi telah mengidap penyakit yang mencapai titik klimaksnya pada Desember 2024.

    Saat itulah tersangka melihat kondisi fisik istrinya semakin memprihatinkan, tetapi tidak melakukan tindakan yang diperlukan.

    Kemudian pada 9 Januari 2025, karena prihatin dengan kondisi korban, tersangka mencoba memberikan makanan kepada korban karena fisiknya lemas hingga tanggal 16 Januari 2025.

    “Namun tersangka memberikan makan dalam situasi tidak menguntungkan, hanya menaruh makanan sekadarnya di samping tempat tidur korban,” kata Haryo didampingi Kasat Reskrim AKBP Yunar Hotma Parulian Sirait di Mapolrestabes Palembang, Selasa (28/1/2025).

    Pada 17 Januari 2025, tersangka Wahyu melihat korban semakin memprihatinkan dan mencoba menghilangkan bau badan korban karena sudah lama tidak mandi.

    Tersangka kemudian memandikan korban pada pagi harinya dan siang menjelang sore menyuapi korban makan.

    Setelah itu, pada dini harinya, tersangka menginginkan berhubungan suami istri.

    “Permintaan ini sudah sering kali ditolak korban sebelum kejadian ini, karena kondisi fisik korban yang tidak memungkinkan. Karena ditolak korban itulah, kemudian tersangka membiarkan korban dalam kondisi lemah,” katanya.

    “Pada durasi tanggal 19-21 Januari 2025 kondisi korban semakin melemah. Setiap harinya tersangka tetap menyiapkan makanan, namun hanya diletakkan di samping tempat tidur korban tanpa disuapi,” ungkapnya.

    Kemudian, pada tanggal 21 Januari 2025 sore hari, pernapasan korban mengalami sesak napas.

    Tersangka kemudian menghubungi tetangga bernama Dea untuk bertanya terkait alat infus.

    Namun, Dea tidak bisa membantu.

    Dea akhirnya menginformasikan kepada ketua RT tentang kondisi korban.

    “Akhirnya atas bujuk rayu tetangganya, tersangka disuruh untuk membawa korban ke rumah sakit Hermina dan informasi ini didengar Purwanto kakak (korban) dan tanggal 21 Januari mendatangi rumah korban tetapi korban sudah menuju ke rumah sakit dan melihat kondisi adiknya sangat memprihatinkan,” ungkapnya.

    Harryo mengatakan bahwa pada tanggal 22 Januari 2025, kakak korban, Purwanto, membuat pengaduan ke SPKT Polrestabes Palembang atas peristiwa yang dialami korban.

    “Pada tanggal 23 Januari 2025 korban meninggal dunia di RS Hermina,” katanya.

    Berdasarkan keterangan pihak rumah sakit dan dengan melihat kondisi fisik korban yang mengurus dokter menyimpulkan korban telah mengalami menderita penyakit pneumonia atau kanker paru yang akhirnya menggerogoti tubuhnya dan mengganggu pernapasan.

    “Berdasarkan hasil visum yang ada dalam tubuh korban tidak dijumpai tanda-tanda yang mencurigakan apakah itu penganiayaan atau lainnya,” katanya.

    Pengakuan Tersangka 

    Tersangka Wahyu Saputra mengakui perbuatannya dan mengungkapkan alasan di balik dirinya menelantarkan sang istri.

    “Kesal pak dengan korban dan juga jengkel. Karena saat diajak berhubungan badan korban (istri saya-red) tidak mau,” kata Wahyu dengan kepala tertunduk malu, Selasa (28/1/2025).

    Wahyu juga mengakui bahwa karena penolakan tersebut, ia menjadi enggan untuk menyuapi istrinya saat makan.

    “Saya berikan makan pak, tetapi saya taruh di sebelah istri saya. Namun sebelum kejadian ini saya selalu memberikan makan dan menyuapi istri saya,” ujarnya.

    Meski demikian, Wahyu mengaku menyesal atas perbuatannya dan meminta maaf kepada keluarga sang istri.

    “Saya menyesal pak. Saya juga meminta maaf kepada keluarga istri saya atas kesalahan yang sudah saya perbuat,” katanya.

    Atas perbuatannya, Wahyu dijerat dengan Pasal 9 ayat 1 dan 2 Undang-Undang KDRT tentang menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangga.

    Wayu terancam pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda Rp 15 juta.

    (tribunsumsel.com/ Andyka wijaya/ Sripoku.com/ yandi triansyah)

    Sebagian dari artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul Alasan Wahyu Telantarkan Istri Hingga Meninggal Dunia, Ngaku Kesal Tak Mau Diajak Berhubungan Badan

  • Wapres Gibran dan Keluarga Jalan-jalan ke Pasar Atom Surabaya, Diskusi Ini dengan Pj Gubernur Jatim – Halaman all

    Wapres Gibran dan Keluarga Jalan-jalan ke Pasar Atom Surabaya, Diskusi Ini dengan Pj Gubernur Jatim – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Pj Gubernur Jawa Timur (Jatim), Adhy Karyono sempat berdiskusi dengan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka sembari makan di Pasar Atom Surabaya, Selasa (28/1/2025). 

    Gibran berada satu meja makan dengan Adhy Karyono di pusat jajanan serba ada (pujasera). Terlihat ada beberapa jajan pasar dan bakso di sana. 

    “Saya diskusi lainnya terkait dengan ya reformasi birokrasi, terkait pemerintah daerah,” kata Adhy, setelah menemani Gibran.

    Selain itu, kata Adhy, Gibran juga mengajak diskusi terkait pendataan masyarakat yang mendapatkan bantuan sosial (bansos).

    Adhy mengungkapkan bahwa ia mendapatkan masukan dan ide dari Gibran terkait cara menangani kemiskinan yang ada di Jatim. Namun, dia tak menyebutkan secara rinci mengenai penanganannya.

    “Ya (membahas) ide-ide terkait, bagaimana penyelesaian persoalan kemiskinan,” ungkap dia.

    Gibran bersama rombongannya secara bersama-sama meninggalkan Pasar Atom sekitar pukul 15.00 WIB. Beberapa pengunjung pasar tampak meminta foto di depan mobilnya.

    Minta fasilitas diperbaiki

    Gibran meminta agar bangunan Pasar Atom Surabaya tidak diganti. Namun, fasilitasnya perlu diperbaiki.

    Ketika itu, Wapres juga sempat memuji kondisi mal di pasar tersebut.

    “Tadi beliau (Gibran) bilang, ini kok sebelah sini bagus malnya, yang pasar lamanya belum direnovasi. Dan ini harus dipertahankan,” kata Adhy.

    Meski demikian, kata Adhy, bagian dalam Pasar Atom tetap memerlukan perkembangan ke depannya. Hal tersebut dilakukan agar tidak kehilangan para pengunjung yang terus berganti.

    “Pada prinsipnya, Pasar Atom harus terus berjalan dan berkembang supaya menarik, ya. Kan ini pasar lama dan penikmatnya masih banyak,” jelasnya.

    Oleh karena itu, Adhy berencana menambahkan beberapa fasilitas dan pedagang di pasar yang berada di Jalan Bunguran, Kecamatan Pabean Cantikan tersebut.

    “Tinggal nanti bagaimana fasilitasnya diperbanyak, jenis barangnya (yang dijual), dan lain sebagainya,” ujarnya.

    Gibran mengaku jalan-jalan

    Gibran tiba di Pasar Atom bersama keluarganya yakni istrinya, Selvi Ananda, serta kedua anaknya, Jan Ethes Srinarendra dan La Lembah Manah. 

    Pada momen itu, Wapres Gibran disambut Pj Gubernur Jatim, Adhy Karyono, serta Direktur Utama Pasar Atom Mayjen TNI Purn, Halim Hermanto. 

    Terlihat Gibran menikmati suasana di Pasar Atom. 

    Dia juga berinteraksi dengan sejumlah pedagang. 

    “Jalan-jalan saja,” kata Gibran sembari melambaikan tangannya ketika berada di Pasar Atom, Selasa (28/1/2025).

    Menanggapi kedatangan Gibran, Adhy Karyono menyebut kunjungan tersebut untuk menikmati suasana menjelang Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili.

    Apalagi Pasar Atom adalah lokasi legendarisnya perbelanjaan pecinan di Surabaya. 

    Keberadaan Pasar Atom sudah sejak tahun 1972.

    “Beliau (Gibran) konsen ingin melihat situasi yang meliputi Imlek. Karena memang ikon di Surabaya saat Imlek itu identik Pasar Atom,” kata Adhy usai menemani Gibran di Pasar Atom, Selasa (28/1/2026).

    Gibran bersama keluarga membeli berbagai makanan selama berada di Pasar Atom.

    “Tentu menikmati suasana Imleknya, dengan barongsainya, membeli pernak pernik Imlek, kemudian makanan khas di sini yaitu cakue peneleh, ya makan makanan chinese lainnya,” jelasnya.

    Adhy mengungkapkan, Gibran menyarankan agar bentuk awal bangunan Pasar Atom tersebut tetap dipertahankan.

    Sebab, lokasi itu sudah memiliki ciri khasnya.

    “Saya tidak tahu persis (alasan kunjungannya) tapi ini sudah direncanakan. Tadi beliau bilang, ini kok sebelah sini bagus malnya, yang pasar lamanya belum direnovasi, dan ini harus dipertahankan,” ucapnya.