Category: Tribunnews.com Regional

  • 5 Fakta di Balik Kasus Nenek 67 Tahun Dipukuli setelah Curi Bawang Lima Kg di Pasar Boyolali – Halaman all

    5 Fakta di Balik Kasus Nenek 67 Tahun Dipukuli setelah Curi Bawang Lima Kg di Pasar Boyolali – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Viral di media sosial video mengenai kasus pemukulan terhadap seorang nenek berinisial S (67) yang mencuri bawang 5 kg di Pasar Mangu, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, 
    Jawa Tengah, pada Sabtu (3/5/2025).

    Korban tampak bersimbah darah di bagian kepalanya.

    Peristiwa ini viral di media sosial dan menarik perhatian publik.

    Berikut adalah 5 fakta mengenai kasus pemukulan terhadap nenek itu.

    1. Terdesak utang

    Menurut Kapolres Boyolali, AKBP Rosyid Hartanto, korban nekat mencuri bawang putih itu karena terdesak kebutuhan.

    “Si ibu sudah cukup tua, dan didorong kebutuhan hidup, kondisi ekonominya pas-pasan. Dan ibu ini punya utang di mana-mana sehingga ibu ini melakukan pencurian bawang tersebut,” kata Kapolres, Kamis (8/5/2025), dikutip dari TribunSolo.com.

    Apalagi, korban juga sedang terjerat utang.

    “Jadi didorong motivasi untuk membayar utang akhirnya melakukan pencurian,” kata Kapolres.

    2. Latarbelakang korban

    S diketahui merupakan seorang pedagang sayur dan gorengan keliling.

    Dia tinggal bersama anaknya yang bekerja sebagai montir bengkel.

    Namun, pendapatan mereka berdua masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup.

    Karena itu ia nekat melakukan aksi pencuriannya itu demi memenuhi kebutuhan hidup.

    3. Korban diduga kerap beraksi

    Menurut keterangan sejumlah saksi, warga pasar nekat menganiaya nenek tersebut karena diduga bukan kali pertama ia melakukan aksi serupa.

    Namun, para pedagang sebelumnya memilih membiarkannya tanpa melaporkannya kepada pihak berwenang.

    “Mengapa sampai segitunya, ternyata ibu ini sebelumnya pernah melakukan aksinya. Istilah wong jowo, ngutil di pedagang Pasar Mangu. Pas hari kejadian itu mungkin warga sudah, didiamkan kok masih saja. Bahasane geregetan (geram),” ungkapnya. 

    “Dari pedagang maupun pengelola pasar mereka tidak mempermasalahkan, tidak ada membuat laporan ke polisi,” katanya.  

    4. Korban sempat tolak berobat

    S diduga dianiaya oleh dua orang yang diduga pelaku dan berprofesi sebagai petugas keamanan berinisial ZA dan KA.

    Bahkan saking kerasnya pukulan yang diberikan, kepala korban sampai terbentur tembok.

    Akibatnya, S mengalami luka parah di bagian kepalanya hingga bersimbah darah.

    Di bagian bawah mata dan dagu memar karena bogem mentah.

    Warga berupaya membawa nenek itu berobat ke rumah sakit, namun korban sempat menolak.

    “Korban atau pelaku ini milih pingin langsung pulang saja,” imbuh Kapolsek Ngemplak, AKP Widarto. 

    S telah menjalani perawatan di rumah sakit selama empat hari terakhir.

    5. Pelaku penganiayaan terancam bui

    ZA (42) dan KA (56), petugas keamanan di Pasar Mangu mengakui bahwa mereka telah menganiaya S.

    Keduanya memukul korban menggunakan tangan kosong.

    Kapolres menyampaikan bahwa saat hendak diamankan, keduanya bersikap kooperatif.

    “Tidak ada perlawanan dari pihak pelaku di sini, calon tersangka,” kata Rosyid, Kamis (8/5/2025).

    “Yang bersangkutan siap dan sanggup untuk menjalani proses yang saat ini sedang dilaksanakan di Polres Boyolali,” ujarnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Akui Pukuli Nenek Pencuri Bawang di Pasar Mangu Boyolali, Dua Petugas Keamanan Pasrah Ditangkap

    (Tribunnews.com/Falza) (TribunSolo.com/Tri Widodo)

  • Cerita Tim yang Menemukan Jenazah Pendaki Gunung Saeng Bondowoso, Langsung Lantunkan Azan – Halaman all

    Cerita Tim yang Menemukan Jenazah Pendaki Gunung Saeng Bondowoso, Langsung Lantunkan Azan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Jenazah pendaki Gunung Saeng di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Fahrul Hidayatullah alias Baim, berhasil ditemukan setelah empat hari operasi pencarian oleh Tim SAR.

    Proses pencarian ini melibatkan banyak pihak dan menghadapi tantangan medan yang curam serta sempit, dengan lokasi jatuhnya korban berada di dalam jurang sekitar 150 meter.

    Operasi pencarian dimulai setelah Baim dilaporkan hilang.

    Selama empat hari, tim SAR berjuang menghadapi medan yang sulit.

    Berbagai video mengenai aksi pencarian ini telah beredar di media sosial, menunjukkan betapa beratnya tantangan yang dihadapi para pencari.

    Kalimat pertama yang muncul saat melihat medan evakuasi adalah “ngeri”.

    Penemuan Jenazah

    Tim pencari yang terdiri dari Jangkar, Syamsudin Dhuha (Nyong), dan Pay, menjadi yang pertama menemukan jenazah Baim.

    Mereka menggunakan seutas tali carnmantel, turun dengan metode rapling. Melakukan orientasi dan pencarian secara kasat mata.

    Jangkar menjelaskan, saat berada di jarak 70 meter, ia menemukan topi putih milik korban.

    “Sekitar 10 meteran ditemukan sepatu lagi. Meski cuma sebelah,” kata Jangkar, yang juga merupakan anggota Wanadri ini, ketika berbincang dengan wartawan, Kamis (8/5/2025).

    Setelah menemukan petunjuk tersebut, Jangkar meminta Nyong untuk melanjutkan pencarian.

    “Begitu saya mau melanjutkan turun lagi, sekitar 1 meter di bawah ditemukanlah survivor,” tambahnya.

    Melantunkan Adzan

    Nyong lantas memanggil Pay yang posisinya ada di atasnya untuk turun membantu menangani kondisi jenazah korban yang tampak tersangkut ke rumpun pohon.

    Setelah menemukan jenazah, Nyong dan Pay melantunkan azan.

    “Kami melantunkan azan saat pertama kali menemukan korban,” ucap Nyong.

    Mereka kemudian merawat jenazah dan memasukkannya ke dalam kantong jenazah yang telah disiapkan sebelumnya.

    Proses evakuasi jenazah Baim diikat menggunakan tali carnmantel sebelum akhirnya tim naik ke atas.

    “Saya, Jangkar, dan Pay lalu naik ke atas. Karena sudah kehilangan tenaga dan kecapekan. Proses evakuasi akhirnya dilanjutkan oleh potensi SAR yang lain,” tutup Syamsudin Dhuha.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Usai Restorasi, Hutan Konservasi Paliyan Rawat 65 Jenis Kupu-kupu dan 5 Burung Langka – Halaman all

    Usai Restorasi, Hutan Konservasi Paliyan Rawat 65 Jenis Kupu-kupu dan 5 Burung Langka – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni meninjau Suaka Margasatwa Paliyan di Gunung Kidul, Yogyakarta. 

    Ia meminta proses rehabilitasi hutan di Paliyan dapat direplikasi oleh wilayah lain, termasuk pelibatan masyarakatnya.

    Sebagai informasi, Suaka Margasatwa Paliyan dulunya dalam kondisi gundul imbas penebangan ilegal pasca reformasi di tahun 1998.

    Kawasan ini kemudian mulai direstorasi melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GRHL) dengan menanami tanaman native karst atau tanaman yang tumbuh alami di daerah permukaan batuan kapur atau dolomit, serta tanaman multipurpose tree species atau MPTS yang memiliki berbagai manfaat dari segi ekonomi, ekologi dan sosial-budaya.

    “Harus direplikasi, keberhasilannya sudah terlihat. Harus ada satu riset yang mendokumentasikan dengan baik apa yang terjadi,” ujar Raja Antoni dalam keterangannya, Jumat (9/5/2025).

    Raja Antoni mengatakan keterlibatan masyarakat menjadi hal penting. Jika masyarakat tidak dilibatkan maka tidak menutup kemungkinan upaya menjaga hutan tetap lestari lebih sulit terwujud.

    “Karena bagaimanapun, sekuat apapun pendanaan, penjagaan, kalau masyarakatnya tidak dilibatkan, masyarakat tidak menjadi bagian dari proses itu, apalagi dianaktirikan dari proses itu, pasti kejadian di tempat-tempat lain yang hutannya tidak lestari,” ujarnya. 

    Dari restorasi tersebut, kawasan Suaka Margasatwa Paliyan saat ini punya keanekaragaman hayati meliputi 5 jenis mamalia, 13 jenis herpetofauna, 19 jenis capung dan 65 jenis kupu-kupu, 41 jenis burung dengan 5 di antaranya merupakan satwa yang dilindungi. 

    Suaka Margastwa Paliyan sendiri telah menjadi konservasi sejak 29 Juni 2000, kawasan dengan luas 434,60 hektare ini diketahui tercakup dalam ekosistem karst Gunung Sewu.

    “Ini kan harus direkam menjadi memori kolektif masyarakat supaya mendapatkan langsung manfaat dari hutan yang dijaga secara bersama-sama,” tuturnya. 

  • Ditanggung Jasa Raharja, Ini Besaran Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Purworejo – Halaman all

    Ditanggung Jasa Raharja, Ini Besaran Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Purworejo – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – PT Jasa Raharja sudah memberikan santunan dan menanggung biaya perawatan bagi korban kecelakaan maut di Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (7/5/2025).

    Kepala PT Jasa Raharja Kantor Wilayah Utama Jawa Tengah, Triadi, menyampaikan keprihatinannya atas insiden tragis ini.

    Sebagaimana diketahui, peristiwa ini menelan 17 korban jiwa, dengan rincian 11 orang meninggal dunia dan enam lainnya mengalami luka-luka.

    Korban meninggal terdiri dari 10 guru SDIT As Syafi’iyah beserta satu supir angkot.

    “Ini musibah yang menonjol, menimbulkan korban jiwa cukup banyak. Kami turut prihatin,” ucapnya di Magelang, Kamis (8/5/2025), dilansir Tribun Jogja.

    Triadi menyebut, percepatan penyerahan santunan tidak lepas dari sinergi yang baik dengan pihak kepolisian, terutama Satlantas Polres Purworejo dan juga Satlantas Kabupaten Magelang.

    “Tanpa laporan dari pihak kepolisian, kami tidak bisa langsung memproses santunan.” 

    “Kami sangat apresiasi karena dengan kerja sama ini, santunan bisa diserahkan dalam waktu 1×24 jam,” tuturnya.

    Jasa Raharja telah menerbitkan guarantee letter atau surat jaminan biaya perawatan hingga maksimal Rp20 juta kepada korban luka.

    Surat ini diberikan langsung kepada rumah sakit sehingga keluarga korban tidak perlu mengeluarkan biaya di awal.

    “Ini bagian dari peningkatan pelayanan kami. Masyarakat tidak perlu nombok dulu ke rumah sakit, cukup dengan surat jaminan dari Jasa Raharja,” terangnya.

    Sementara itu, sesuai Keputusan Menteri Keuangan, santunan untuk korban meninggal dunia masing-masing sebesar Rp50 juta.

    Adapun total santunan yang telah diserahkan kepada ahli waris mencapai Rp550 juta.

    “Untuk korban luka, masih dalam proses perawatan. Selama biaya perawatannya belum mencapai Rp20 juta, tetap dalam tanggungan Jasa Raharja,” ungkap Triadi.

    Ia menambahkan, jika korban luka membutuhkan rujukan ke rumah sakit lain, biayanya juga masih ditanggung selama belum melewati plafon Rp20 juta.

    Polisi Selidiki Penyebab Kecelakaan

    Terpisah, jajaran Polres Purworejo sampai saat ini masih mendalami kasus kecelakaan yang terjadi pada Rabu kemarin.

    Kasihumas Polres Purworejo, AKP Ida Widiastuti, mengatakan pihaknya masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

    “Sampai saat ini belum diketahui penyebab laka karena kami masih melakukan olah TKP,” kata Ida dihubungi pada Kamis.

    Ia menyatakan, belum bisa dipastikan penyebab kecelakaan itu karena rem blong pada truk.

    Pasalnya, sebelumnya, kuat dugaan rem blong jadi penyebab terjadinya kecelakaan.

    Ida juga menyebut belum ada tersangka yang ditetapkan dalam kejadian ini.

    Termasuk apakah L, sopir dump truk yang terlibat dalam kecelakaan tersebut berpotensi menjadi tersangka.

    “Yang jelas saat ini masih dalam penyelidikan,” ucap Ida.

    Hingga saat ini, terdapat enam korban luka yang masih berada dalam perawatan.

    Lima orang dirawat di Rumah Sakit Islam (RSI) Loano, Purworejo, yang terdiri dari dua warga Desa Kalijambe dan tiga warga Magelang.

    Dua warga Desa Kalijambe tersebut terluka setelah truk dan angkudes bertabrakan mengenai rumah mereka di pinggir jalan.

    Lalu tiga warga Magelang yang merupakan korban selamat dari kecelakaan, pada saat kejadian tengah menaiki angkudes.

    “Satu lagi adalah sopir truk (L), yang sebelumnya berada di RSUD dr Tjitrowardojo lalu dirujuk ke RSUP dr. Sardjito Yogyakarta sekitar pukul 05.30 WIB tadi,” jelas Ida.

    Tiga warga Magelang penumpang angkudes yang terluka juga hendak dipindahkan ke tempat asal mereka.

    Rencananya mereka akan melanjutkan perawatan di Rumah Sakit Tentara (RST) Magelang.

    Sebagaimana diketahui, tabrakan antara dump truk yang disopiri L dengan angkudes disopiri oleh ES terjadi sekitar pukul 11.00 WIB.

    Warga setempat pun sempat menyaksikan bagaimana peristiwa itu terjadi.

    Warga Kalijambe, Iwan mengatakan, L sempat membunyikan klakson panjang beberapa kali untuk memperingatkan angkudes di depannya. 

    Namun tabrakan tetap terjadi hingga mengenai rumah warga.

    “Kebetulan jalan di sini memang cukup rawan terjadi laka, kebanyakan karena rem blong,” ujarnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Jasa Raharja Tanggung Biaya Perawatan dan Beri Santunan Korban Kecelakaan Maut di Purworejo.

    (Tribunnews.com/Deni)(TribunJogja.com/Yuwantoro/Alexander)

  • Istri Baru Wafat, Anak Ikut Tewas dalam Kecelakaan Bus ALS, Sang Ayah Lemas Menahan Duka – Halaman all

    Istri Baru Wafat, Anak Ikut Tewas dalam Kecelakaan Bus ALS, Sang Ayah Lemas Menahan Duka – Halaman all

    Atas Silaen tewas dalam kecelakaan Bus ALS, hanya sembilan hari setelah ibunya wafat. Duka keluarga makin dalam, sang ayah terlihat lemas di rumah duka.

    TRIBUNNEWS.COM, TOBA – Duka belum usai di rumah keluarga Silaen di Desa Lumban Pinasa, Kecamatan Habinsaran, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Baru sembilan hari setelah kepergian sang ibu, kini keluarga harus kembali melepas putra kedua mereka, Atas Silaen (31), yang menjadi korban kecelakaan maut Bus ALS di Padang Panjang, Sumatera Barat, Rabu (7/5/2025).

    Duka mendalam menyelimuti keluarga dan kerabat mendiang Atas Silaen. 

    Isak tangis pecah sejak fajar, Kamis (8/5/2025), ketika jenazah Atas tiba di kampung halamannya.

    Pria yang dikenal sebagai tulang punggung keluarga itu kembali dalam keadaan tak bernyawa. 

    Ayah Atas Silaen tampak lunglai saat melihat jasad putranya sudah terbujur kaku dalam peti jenazah.

    Meliati (17), adik perempuan Atas Silaen beberapa pingsan karena tak sanggup menerima kenyataan ibunya telah tiada.

    “Air mata belum kering untuk ibu, sekarang kami harus ikhlas kehilangan abang Atas juga,” kata Meliati.

    Ia berjanji tetap melanjutkan sekolah dan membantu ayahnya bertani demi kelangsungan hidup mereka.

    Jenazah Atas Silaen tiba di kampung halaman pukul 07.00 WIB dan langsung dimakamkan di ladang keluarga, bersebelahan dengan makam ibunya. Karangan bunga di pusara sang ibu bahkan belum layu saat tanah baru kembali dibuka.

    Dalam balutan adat Batak, keluarga dan warga desa berkumpul menyampaikan penghormatan terakhir, menandai babak pilu dalam kehidupan keluarga sederhana ini.

    Marlinton Hutabarat (35), kerabat yang tinggal dekat lokasi kejadian, menjadi orang pertama dari pihak keluarga yang tiba di RS Bhayangkara Padang.

    “Saya langsung ke TKP begitu mendengar nama Atas Silaen masuk daftar korban,” ujarnya. Ia juga memastikan semua dokumen dan proses administrasi selesai agar jenazah bisa segera dipulangkan.

    Sosok Pekerja Keras yang Rela Pulang Demi Ibu

    Atas Silaen dikenal sebagai pribadi yang periang, pekerja keras, dan sangat berbakti kepada orang tua. 

    Lima tahun terakhir, ia bekerja sebagai operator alat berat di Jakarta. Hasil kerjanya menjadi tumpuan ekonomi keluarga yang hidup dari bertani.

    Namun, saat ibunya divonis sakit paru-paru parah pada September 2024, Atas membuat keputusan besar yakni meninggalkan pekerjaannya dan pulang kampung demi merawat sang ibu.

    Ia membawa ibunya ke Medan, tinggal di sebuah kos kecil dekat RS Adam Malik agar perawatan berjalan optimal.

    Semua tabungannya ia curahkan untuk pengobatan ibunya.

    Sayangnya, harapan itu kandas. Ibunya menghembuskan napas terakhir pada Minggu (27/4/2025).

    “Selama ini abang Atas yang selalu menjaga ibu. Aku dan abang sama-sama menjaga ibu sampai akhir,” tutur Meliati (17), adik bungsunya, dengan suara bergetar.

    Harapan yang Pupus dalam Perjalanan

    BUS ALS – Tampak bus ALS terguling akibat kecelakaan tunggal di Kelurahan Bukit Surungan, Kecamatan Padang Panjang Barat, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, Selasa (6/5/2025) pagi. (Rahmad Panji/TribunPadang)

    Setelah pemakaman ibunya pada Rabu (30/4/2025), Atas berencana kembali merantau ke Jakarta.

    Keputusan kembali ke Jakarta ia ambil demi masa depan keluarga. Ia ingin kembali bekerja agar bisa mendukung adik-adiknya, terutama Meliati, yang bercita-cita masuk Universitas HKBP Nomensen, jurusan akuntansi.

    “Abang selalu mendukung mimpiku kuliah. Aku tak tahu apakah aku masih bisa lanjut sekolah,” ujar Meliati sambil menyeka air mata.

    Ia duduk di bangku kelas 11 SMK Nassau dan menggantungkan seluruh biaya sekolah dari sang kakak.

    Sayangnya, rencana itu tak kesampaian.

    Demi menghemat biaya perjalanan, Atas memilih naik Bus ALS dari Balige menuju Jakarta via jalur Pantai Barat. Pada Rabu pagi (7/5/2025), bus tersebut mengalami kecelakaan tragis di ruas Jalan Bukittinggi-Padang dekat Terminal Bukit Surungan.

    Dugaan sementara, kecelakaan disebabkan rem blong. Bus terguling, menewaskan 12 orang termasuk Atas.

    Warga Kampung dan Keluarga Kehilangan Sosok Teladan

    Warga Lumban Pinasa menyebut kepergian Atas sebagai kehilangan besar. Tak hanya bagi keluarga, tapi juga lingkungan.

    “Ia anak yang berbakti, tidak pernah mengeluh. Waktu ibunya sakit, dia jaga terus. Itu tidak semua anak bisa lakukan,” ucap seorang tetangga.

    Kini, beban berat dipikul sang ayah dan tiga saudara Atas lainnya. Namun mereka yakin, semangat Atas tak akan hilang sia-sia.

    “Ia sudah menjalankan tugasnya sebagai anak. Kini giliran kami meneruskan,” kata kakaknya singkat.

    Kecelakaan Bus ALS: Tragedi Jalan Lintas Pantai Barat

    Bus ALS rute Medan–Bekasi itu membawa 48 penumpang saat terguling di jalur rawan kecelakaan di Padang Panjang, Selasa (6/5/2025) pukul 09.15 WIB.

    Rekaman CCTV menunjukkan kendaraan melaju dalam kecepatan tinggi sebelum akhirnya kehilangan kendali. Selain 12 korban jiwa, 23 lainnya mengalami luka, termasuk sopir dan kernet.

    Peristiwa ini menjadi sorotan dan memunculkan kembali pertanyaan soal keselamatan angkutan umum antarkota lintas Sumatera-Jawa.

     

     

  • Pengakuan Pembunuh Ibu dan Anak di Rejang Lebong, Ungkap Motif Hingga Jual Motor Korban Untuk Kabur – Halaman all

    Pengakuan Pembunuh Ibu dan Anak di Rejang Lebong, Ungkap Motif Hingga Jual Motor Korban Untuk Kabur – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – GU (44) ditetapkan menjadi tersangka kasus pembunuhan ibu dan anak di sebuah rumah kontrakan, Kelurahan Kesambe Baru, Kecamatan Curup Timur, Rejang Lebong, Bengkulu.

    GU membunuh Euis Setia (42) dan Gaidah Marwa Wijaya (14).

    Pelaku merupakan suami siri korban Euis sekaligus ayah tiri dari korban Gaidah.

    Jasad korban diketahui ditemukan pada Jumat (2/5/2025) dan peristiwa pembunuhan terjadi Rabu (30/4/2025).

    GU ditangkap polisi saat dalam pelarian di Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat (Jabar), Rabu (7/5/2025) pagi.

    Pelaku Mengaku Bunuh Korban Karena Kesal

    GU membunuh istrinya Euis Setia dan anak tirinya Gaidah Marwa Wijaya karena kesal.

    Sebelum membunuh keduanya, GU sempat terlibat keributan atau cekcok dengan istrinya pada Rabu (30/4/2025) pagi.

    Karena saat pertengkaran yang terjadi saat itu, ada perkataan korban yang memicu emosi pelaku meledak. 

    “Kesal pak,” ucap pelaku. 

    Setelah keributan itu, GU pergi sambil mengunci pintu rumah.

    Itulah terakhir kalinya GU terlihat, sebelum akhirnya menghilang.

    Diketahui GU membunuh istri dan anak tirinya menggunakan senjata tajam jenis parang.

    Senjata tersebut pun ditemukan di lokasi kejadian dan kini disita polisi.

    Dugaan tersebut seiring dengan sejumlah luka pada tubuh kedua korban.

    Euis mengalami luka sayatan di tangan kanan bagian dalam dan luka di leher, sementara Gaida Marwa Wijaya menderita luka senjata tajam di lehernya.

    Jual Motor Korban Untuk Modal Kabur

    Pelaku saat pergi meninggalkan lokasi kejadian, membawa sepeda motor milik korban.

    Pelaku mengaku telah menjual sepeda motor milik korban di sebuah tempat di wilayah Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan.

    Namun, belum diketahui pasti berapa harga sepeda motor tersebut saat dijual.

    “Motor dijual, Pak, di daerah Rupit,” ucap GU.

    Hasil penjualan sepeda motor itulah yang kemudian digunakan pelaku sebagai modal untuk melarikan diri.

    Saat pergi meninggalkan rumah kontrakan usai membunuh kedua korban, GU diketahui tetangganya membawa sepeda motor milik korban.

    Polres Rejang Lebong saat ini telah menetapkan Gu sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan terhadap istri siri dan anak tirinya.

    “Iya (tersangka), sudah ada pengakuannya juga,” ujar Kapolres Rejang Lebong, AKBP Florentus Situngkir kepada TribunBengkulu.com, Kamis (8/5/2025).

    Penetapan tersangka dilakukan setelah Gu mengakui perbuatannya. 

    Setelah melakukan aksi keji tersebut, Gu melarikan diri dan kabur hingga ke Karawang, Jawa Barat.

    (Tribunbengkulu.com/ Rizki Wahyudi)

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunbengkulu.com dengan judul Modus Pelarian Gu Setelah Habisi Istri Siri dan Anak Tiri di RL Bengkulu, Bawa Motor Korban ke Rupit

  • Pemerintah Kota Bogor Selidiki Peristiwa Pelajar Keracunan Makan Bergizi Gratis – Halaman all

    Pemerintah Kota Bogor Selidiki Peristiwa Pelajar Keracunan Makan Bergizi Gratis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BOGOR – Pemerintah Kota Bogor terus melakukan penyelidikan terhadap peristiwa keracunan makanan makan bergizi gratis (MBG) di Kota Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (7/5/2025).

    Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno mengatakan pihaknya melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) lanjutan pada 13 sekolah bersama dengan Puskesmas.

    “Kami telah berkooordinasi dengan Rumah Sakit tentang pengambilan sampel dari muntahan pasien yang dirawat inap,” kata Retno di Bogor, Kamis (8/5/2025). 

    Dinkes Kota Bogor juga telah berkoordinasi dengan Labkesda untuk pemeriksaan sampel muntahan pasien, sampel air minum isi ulang sebanyak 2 liter, sampel usap tray 1 buah, sampel usap wadah makanan 1 buah dan sampel usap dubur penjamah makanan sebanyak 2 orang.

    “Kami terus berkoordinasi dengan sekolah jika terdapat penambahan kasus serta melakukan koordinasi dengan Rumah Sakit se-Kota Bogor tentang pelaporan penambahan kasus dan penanganan pasien dengan baik,” jelas Retno.

    Hingga saat ini, kata dia total siswa korban dugaan keracunan MBG menjadi 171 orang.

    Dengan rincian 22 orang menjalani rawat inap, 29 orang menjalani rawat jalan, dan 120 orang mengalami keluhan ringan. 

    “Korban baru yang terdata hari ini sebanyak 135 orang. Pasien yang masuk rawat inap hari ini 17 orang, sehingga jumlah total yang dirawat inap sebanyak 22 orang,” jelas Retno.

     
    Korban rawat inap menjalani pengobatan di RS Hermina (7 orang), RS Azra (4 orang), RS Islam (6 orang), RS EMC (1 orang), RS Graha Medika (2 orang), dan RS Salak (2 orang).

    Sementara berdasarkan sekolah, korban berasal dari enam sekolah yang telah melaporkan kejadian, yaitu TK Bina Insani (18 orang), SD Bina Insani (2 orang), SMP Bina Insani (82 orang), SDN Kukupu 3 (9 orang), SDN Kedung Jaya 1 (16 orang), dan SDN Kedung Jaya 2 (43 orang).

    “Dinas Kesehatan tengah melakukan investigasi epidemiologis untuk mencari sumber kejadian, serta berkoordinasi dengan pihak sekolah dan instansi terkait dalam upaya penanganan, pengambilan sampel, dan edukasi kepada masyarakat,” papar Retno.

    Untuk rencana tindak lanjut, Dinas Kesehatan Kota Bogor akan memantau kasus keracunan sampai tidak ditemukan kembali.

    “Kami melakukan pengobatan dan rujukan ke RS sesuai indikasi, pemeriksaan sampel muntahan dari rawat Inap di Rumah Sakit dan pengambilan sampel dari dapur MBG,” imbuhnya. 

    Retno menuturkan pengujian berbagai sampel yang telah didapatkan dilakukan secara mikrobiologi di Labkesda Kota Bogor.

    Pengujian membutuhkan waktu 4 hari meliputi 4 tahap yaitu Pra pengayaan, Pengayaan Selektif, Plating Out dan Konfirmasi.

    “Kami terus berkoordinasi dengan sekolah-sekolah yang terpapar jika ada penambahan kasus dan koordinasi dengan Rumah Sakit untuk penanganan pasien dengan baik,” tandas Retno.

    Penulis: Hironimus Rama

  • Dedi Mulyadi Siapkan Pergub untuk Siswa di Barak Militer, Sebut Kepala Daerah Tak Bisa Tutup Mata – Halaman all

    Dedi Mulyadi Siapkan Pergub untuk Siswa di Barak Militer, Sebut Kepala Daerah Tak Bisa Tutup Mata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyatakan bakal memperkuat aturan soal pengiriman siswa nakal ke barak militer dengan peraturan gubernur (Pergub).

    Sebelumnya, Dedi mengaku sudah lebih dulu menerbitkan surat edaran kepada seluruh kepala daerah di Jawa Barat.

    “Sudah ada surat edaran yang disampaikan ke bupati wali kota di seluruh Jawa Barat. Surat edaran gubernur sudah ada,” ujar Dedi kepada wartawan di Kantor Kementerian HAM, Jakarta, Kamis (8/5/2025).

    Langkah tersebut diambil Dedi sebagai upaya penanganan kenakalan remaja yang menurutnya sudah mengkhawatirkan.

    Dia menegaskan, kepala daerah tidak bisa tinggal diam terhadap maraknya aksi kekerasan yang melibatkan pelajar.

    Dedi menyinggung konsekuensi bagi kepala daerah yang tidak menindaklanjuti surat edaran tersebut.

    “Ya konsekuensinya kan gubernur punya piranti-piranti. Kami punya akses anggaran terhadap kabupaten/kota yang kita miliki,” kata Dedi.

    Kendati demikian, Dedi membantah jika disebut sebagai bentuk ancaman.

    “Kami bukan mengancam ya. Kami, kan gini, apakah bupati masih nyaman kalau di depan kantornya banyak orang bawa celurit? Kan nanti mereka yang merasakan,” kata Dedi.

    “Apakah bupati masih nyaman kalau setiap minggu ada yang masuk rumah sakit yang harus dibiayai karena ditusuk, karena dilempar pakai batu?” tambahnya.

    Dedi memastikan, setelah surat edaran tersebut, aturan akan diperkuat melalui Pergub agar bisa diterapkan secara menyeluruh di daerah-daerah.

    “Setelah ini akan kami kuatkan dengan Pergub,” ujarnya.

  • Sosok Muhammad Taufiq, Advokat Senior Penggugat Ijazah Jokowi akan Laporkan Mahfud MD ke Polisi – Halaman all

    Sosok Muhammad Taufiq, Advokat Senior Penggugat Ijazah Jokowi akan Laporkan Mahfud MD ke Polisi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Polemik mengenai kasus dugaan ijazah palsu yang melibatkan Presiden RI ke-7 Joko Widodo kian memanas.

    Baru-baru ini, seorang advokat senior asal Kota Surakarta, Muhammad Taufiq berencana melaporkan mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD ke polisi.

    Taufiq melaporkan Mahfud MD karena dinilai telah menghina pengadilan atau contempt of court.

    Lantas, siapakah sosok Muhammad Taufiq tersebut ?

    Muhammad Taufiq seorang advokat senior asal Kota Surakarta.

    Ia merupakan lulusan Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Sepak terjang Taufiq di bidang hukum pun cukup mengesankan.

    Ia tercatat pernah memimpin DPC PERADI Surakarta periode 2007–2011.

    Kiprahnya di dunia hukum diperkuat dengan pengalaman internasional.

    Seperti mengikuti program Corporate Governance di Jepang pada 2008 dan kursus hukum lingkungan di Beijing dan Shanghai pada 2009.

    Taufiq juga aktif dalam advokasi kasus-kasus struktural dan pernah tampil dalam program Kick Andy pada Februari 2010 dengan topik “Peradilan Sesat”.

    Di samping itu, ia juga dikenal sebagai penulis sejumlah buku kritis tentang hukum, di antaranya Terorisme Dalam Demokrasi (2004), Moralitas Penegak Hukum dan Advokat Profesi “Sampah” (2007), hingga Small Claim Court: Berperkara di Pengadilan Tanpa Pengacara (2021).

    Taufiq sendiri juga menjadi salah satu penggugat ijazah Jokowi.

    Taufiq resmi mendaftarkan gugatan dugaan ijazah palsu Jokowi di Pengadilan Negeri Surakarta pada Senin (14/4/2025).

    Laporkan Mahfud MD ke Polisi

    Muhammad Taufiq dikabarkan akan melaporkan mantan Menkopolhukam Mahfud MD ke pihak berwajib.

    Hal itu didasari karena Mahfud MD berupaya untuk memengaruhi kerja pengadilan terkait proses hukum kasus ijazah Jokowi.

    Adapun pelaporan tersebut rencananya akan dilakukan Taufiq pada Jumat (9/5/2025) ke Polresta Surakarta atau Polda Jawa Tengah.

    Taufiq mengkhawatirkan keterkenalan Mahfud MD di publik juga mampu memengaruhi putusan hakim terkait gugatan ijazah Jokowi yang dilayangkannya ke PN Solo.

    Sebelumnya, mantan Menkopolhukam itu percaya bahwa gugatan terkait ijazah Jokowi akan ditolak Pengadilan Negeri (PN) maupun Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

    Mulanya Mahfud menjelaskan soal gugatan perdata terkait ijazah Jokowi ke PN.

    Namun, ia meyakini gugatan tersebut akan langsung ditolak karena bukan wewenang PN.

    “Yang gugat ijazahnya Jokowi ini, pertama masuk ke gugatan peradilan perdata. Lah, saudara keabsahan ijazah kok digugat perdata, pengadilan bilang ‘itu bukan wewenang saya’.”

    “Jadi, benar pengadilan itu bilang NO (Niet Ontvankelijke Verklaard/tidak dapat diterima) karena bukan wewenang,” katanya dalam video yang diunggah di akun YouTube pribadinya, Minggu (4/5/2025).

    Mahfud juga menjelaskan bahwa suatu pihak bisa menggugat pihak lain secara perdata ketika memang ada perjanjian kontrak antara keduanya, tetapi salah satunya tidak memenuhi syarat.

    Lalu, ketika disangkutkan dengan gugatan ijazah Jokowi secara perdata, maka Mahfud menegaskan hal tersebut tidak masuk akal.

    Pasalnya, Jokowi tidak pernah membuat perjanjian kontrak dengan pihak penggugat terkait ijazahnya.

    Sehingga, dengan aturan di atas, Mahfud mengungkapkan ketika pengadilan justru menerima dan memutus gugatan tersebut, maka hal tersebut melanggar aturan peradilan.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Dianggap Menghina Peradilan, Penggugat Dugaan Ijazah Palsu Jokowi di Solo Akan Laporkan Mahfud MD

     

    (Tribunnews.com/David Adi) (TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin)

  • Kronologi Warga Bantul Jadi Korban Penipuan Sertifikat Tanah, Modus Beri Bantuan Balik Nama – Halaman all

    Kronologi Warga Bantul Jadi Korban Penipuan Sertifikat Tanah, Modus Beri Bantuan Balik Nama – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Irwan Riswoto (40), warga Kalurahan Tirtonirmolo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, menjadi korban kasus penggelapan atau penipuan sertifikat tanah.

    Korban mengalami penipuan dengan modus membantu balik nama sertifikat tanah.

    Kasi Humas Polres Bantul, AKP I Nengah Jeffry Prana Widnyana mengatakan, kronologi kejadian bermula pada Senin (10/4/2023) sekitar pukul 14.00 WIB.

    Kasus ini sedikit berbeda yang kasus dugaan mafia tanah yang dialami oleh Mbah Tupon dan keluarga Bryan Manov.

    Pasalnya, Irwan Riswoto diduga telah tertipu orang yang menawarkan bantuan balik nama sertifikat. 

    I Nengah Jeffry berujar, saat itu korban ditawari oleh Melani Wahyu Ekowati (48), warga Wirogunan, Kemantren Mergangsan, Kota Yogyakarta, untuk membantu balik nama sertifikat tanah.

    “Melani menawarkan diri untuk membantu balik nama sertifikat tanah dengan nomor HM: 04210 dengan biaya sebesar Rp 11.400.000,” kata Jeffry, dilansir Tribun Jogja, Kamis (8/5/2025).

    Melani berjanji kepada korban bahwa sertifikat tersebut akan jadi sekitar satu sampai dua tahun lagi.

    Akan tetapi, korban malah didatangi pihak Bank Berlian Bumi Artha (BBA) pada Senin (11/11/2024) yang menerangkan sertifikat nomor HM: 04210 telah dijaminkan oleh Melani.

    “Sepertinya, sertifikat tanah itu langsung digadaikan. Tapi, kasus ini masih masuk proses penyelidikan, karena baru dilaporkan kemarin ini ke kami,” ungkap Jeffry.

    Korban, jelas Jeffry, berusaha menghubungi Melani, akan tetapi tak bisa terhubung.

    Bahkan, sampai saat ini sertifikat dengan nomor HM: 04210 itu masih menjadi jaminan di Bank Berlian Bumi Artha.

    “Atas kejadian tersebut korban mengalami kerugian berupa uang sebesar Rp11.400.000. Selanjutnya korban melaporkan ke Polres Bantul guna penyelidikan lebih lanjut,” terangnya.

    Kasus Keluarga Bryan Manov

    Sebelumnya, korban dugaan mafia tanah di Bantul dari keluarga Bryan Manov sepakat bahwa pengusutan kasusnya didampingi oleh tim kuasa hukum dari Pemkab Bantul.

    “Kami senang dan berterima kasih kepada Pemkab Bantul, karena mendapat dukungan penuh untuk pengusutan kasus ini. Bahkan, Pemkab Bantul memberikan bantuan hukum yaitu dengan fasilitas hukum,” kata Bryan, Rabu (7/5/2025).

    Sebagaimana diketahui, keluarga Bryan Manov Qrisna Huri (35) menjadi korban dugaan mafia tanah seperti yang dialami keluarga Mbah Tupon.

    Kasus yang dialami keluarga Bryan Manov tersebut berawal sekitar Agustus 2023. 

    Awalnya, ibunda Bryan, Endang Kusumawati (67), mempunyai kenalan atas nama Triono dan meminta bantuannya untuk melakukan pecah sertifikat tanah.

    Namun, sertifikat itu tiba-tiba beralih nama menjadi Muhammad Achmadi dan diagunkan di BRI Sleman.

    “Mudah-mudahan dengan ini, kasus kami cepat terselesaikan dan sertifikat tanah kembali ke keluarga kami,” harap Bryan.

    Bryan kemudian mewakili ibu dan adiknya memenuhi panggilan pelaksanaan audiensi bersama Pemkab Bantul dan ATR/BPN Bantul pada Rabu kemarin.

    Dalam audiensi itu, Bryan menyampaikan detail kronologi kejadian yang tengah dialami oleh keluarganya. 

    “Pemaparan kronologi atau proses bagaimana sertifikat atas nama bapak saya bisa berubah menjadi Muhammad Achmadi itu nanti dipergunakan untuk proses pengusutan lebih lanjut,” tuturnya.

    Terpisah, Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkab Bantul, Hermawan Setiaji, membenarkan bahwa telah dilakukan audiensi untuk membahas kesepakatan terkait pengusutan kasus ini yang akan didampingi oleh tim hukum Pemkab Bantul. 

    “Terus surat kuasa khusus akan ditandatangani hari ini dan akan diserahkan besok pagi. Setelah besok pagi, semua tindakan hukum untuk keluarga Mas Bryan akan didampingi oleh tim dari Pemkab Bantul,” jelasnya.

    Hermawan mengaku bahwa pihaknya sudah melakukan konfirmasi bersama pihak ATR/BPN Bantul. 

    Hasilnya, telah ada tindakan pemblokiran sertifikat tanah milik Muhammad Achmadi atas inisiatif dari Kementerian ATR/BPN.

    “Nanti, akan didampingi termasuk pelaporan di Polda DIY, kemungkinan akan sampai ke pengadilan sampai dengan proses terakhir,” pungkasnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul LAGI, Warga Bantul Kena Tipu, Sertifikat Tanah Irwan Mendadak Jadi Jaminan di Bank, Modus Balik Nama.

    (Tribunnews.com/Deni)(TribunJogja.com/Neti Istimewa)