Category: Tribunnews.com Metropolitan

  • Jakarta Dikepung Banjir, Hujan Deras di Malam Tahun Baru Imlek Disebut di Luar Prediksi – Halaman all

    Jakarta Dikepung Banjir, Hujan Deras di Malam Tahun Baru Imlek Disebut di Luar Prediksi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hujan deras di malam tahun baru Imlek, Selasa (28/1/2025) disebut terjadi di luar prediksi hingga mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah di Jakarta.

    Hal itu diungkapkan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi.

    Menurut Teguh, pihaknya telah mengantisipasi banjir di Jakarta sebelum, sesaat, dan setelah perayaan Imlek.

    Hujan pada Selasa malam disebut Teguh di luar prediksi BMKG yang memprakirakan hanya terjadi hujan sedang lebat.

    “Namun ternyata, petang sampai dengan malam kemarin itu adalah cuaca ekstrem. Hujan sangat lebat bahkan sama dengan pada waktu kejadian tahun 2020-2021,” kata Teguh di TMII, Jakarta Timur, Rabu (29/1/2025), dilansir Wartakota.

    Diketahui sejumlah wilayah di Jakarta Barat, Utara, dan Timur mengalami banjir.

    Meski begitu, Teguh bersyukur karena kondisi Bendung Katulampa pada Selasa malam masih terpantau normal.

    “Kemudian karena sejak beberapa hari ini saya sudah instruksikan untuk waspada untuk siaga semuanya bisa bergerak cepat, ya satu sisi kita tetap prihatin ada musibah banjir itu, genangan itu, sudah kita lokalisir,” ungkap Teguh.

    Meski pun sudah berupaya, tapi Teguh menyatakan beberapa wilayah di Jakarta masih alami genangan dan banjir.

    Sebab, daya tampung infrastruktur terhadap penanganan banjir di Jakarta perhari hanya bisa menampung 150 milimeter.

    “Nah kemarin, tadi malam itu, hujannya sampai ada datanya sekitar 300 sekian. Saya cek dulu ya biar ga salah ya,” tegas Teguh.

    “Jadi kemarin itu, tadi malam itu ada di beberapa tempat sampai dengan 368 mm, itu curah hujannya,” tambah Teguh.

    Ribuan Warga Jakarta Mengungsi

    Banjir yang menerjang Jakarta mengakibatkan ribuan warga mengungsi.

    Berdasar catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta pada Rabu (29/1/2025) pukul 13.00 WIB, sebanyak 2.993 warga Jakarta Barat dan Jakarta Utara mengungsi karena banjir.

    Kepala BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji mengungkapkan sejumlah posko pengungsian telah disiapkan.

    Selain itu, logistik kebutuhan warga juga disiapkan.

    “Bantuan BPBD berupa air mineral 20 dus, makanan siap saj 362 buah, family kit 70 paket, selimut 160 lembar, paket sandang 64 paket, sarung 36 lembar, terpal 35 lembar dan kids ware 36 paket,” jelas Isnawa, Rabu.

    Genangan dan banjir melanda 34 RT dan 16 ruas jalan di Jakarta. 

    Ketinggian air bervariasi mulai dari 15 sentimeter hingga 100 sentimeter.

    BPBD mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah.

    BPBD juga mengoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat.

    “Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat,” ucapnya.

    Isnawa mengimbau kepada masyarakat agar tetap berhati-hati dan waspada terhadap potensi genangan. 

    Masyarakat dapat menghubungi nomor darurat melalui panggilan 112.

    “Layanan ini gratis dan beroperasi selama 24 jam non-stop,” tuturnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Banjir Kepung Jakarta, Pj Gubernur: Hujan Ekstrem di Luar Prediksi Kami.

    (Tribunnews.com/Gilang Putranto) (WartaKotalive.com/Miftahul Munir)

  • 144.267 Orang Tercatat Kunjungi Taman Margasatwa Ragunan Jakarta Selama 5 Hari Libur – Halaman all

    144.267 Orang Tercatat Kunjungi Taman Margasatwa Ragunan Jakarta Selama 5 Hari Libur – Halaman all

    144.267 orang tercatat mengunjungi Taman Marga Satwa  Ragunan Jakarta Selatan selama 5 hari libur panjang Isra Miraj dan Imlek 2025.

    Tayang: Rabu, 29 Januari 2025 20:30 WIB

    Tribunnews.com/ Fahmi Ramadhan

    LIBURAN – Wisatawan padati Taman Margasatwa Ragunan pada momen libur panjang Isra Miraj 1446 H dan Tahun Baru Imlek, Jakarta Selatan, Rabu (29/1/2025). Tercatat 144.267 orang mengunjungi Taman Margasatwa Ragunan selama 5 hari libur. 

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – 144.267 orang tercatat mengunjungi Taman Marga Satwa  Ragunan Jakarta Selatan selama 5 hari libur panjang Isra Miraj dan Imlek 2025.

    Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) Taman Margasatwa Ragunan (TMR) Wahyudi Bambang mengatakan jumlah pengunjung TMR hari ini mencapai 13.950 orang pada pukul 14.00 WIB.

    “Kami laporkan bahwa untuk kondisi Taman Margasatwa Ragunan pada siang hari ini jumlah pengunjung tercatat ada 13.950 pengunjung,” kata Bambang, Rabu (29/1/2025). 

    Ia melanjutkan diperkirakan pada Rabu ini jumlah pengunjung TMR mencapai 15.000 orang. 

    “Dan untuk perkiraan, hari ini pengunjung akan mencapai 15.000 sampai dengan tutup loket pada pukul 16.00 WIB,” ucapnya.

    Dikatakan Bambang angka tersebut menurun dibandingkan beberapa hari sebelumnya.

    Hal itu dikarenakan cuaca di Taman Margasatwa Ragunan hari ini turun hujan sepanjang hari. 

    Meski begitu dijelaskannya jumlah pengunjung TMR pada momen libur panjang Isra Miraj 1446 H dan Tahun Baru Imlek 2025 sudah sesuai target. 

    Ia mengatakan selama 5 hari jumlah pengunjung TMR mencapai 144.267 pengunjung. 

    “Dan dari akumulasi data jumlah pengunjung mulai dari tanggal 25 sampai dengan tanggal 29 atau hari ini, hari libur terakhir Imlek, tercatat pengunjung mencapai 144.267 pada posisi pukul 14.00 WIB,” kata Bambang. 

    “Hal ini telah mencapai target yang dicanangkan oleh Taman Marga Satwa Ragunan, yaitu sebesar 100.000 dalam turun waktu 5 hari, dan untuk target sudah tercapai pada hari kemarin,” katanya. 

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’2′,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Respons Pj Gubernur soal Banjir yang Melanda Sejumlah Wilayah di Jakarta – Halaman all

    Respons Pj Gubernur soal Banjir yang Melanda Sejumlah Wilayah di Jakarta – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Penjabat (Pj) Gubernur Jakarta, Teguh Setyabudi mengatakan, pihaknya telah mengantisipasi banjir di Jakarta sebelum, sesaat, dan setelah perayaan Imlek 2576.

    Menurutnya, hujan ekstrem yang terjadi pada Selasa, 28 Januari 2025 kemarin berada di luar prediksi.

    Pasalnya, berdasarkan informasi dari BMKG, pada Selasa kemarin hanya terjadi hujan sedang lebat.

    “Namun ternyata, petang sampai dengan malam kemarin itu adalah cuaca ekstrem.” 

    “Hujan sangat lebat bahkan sama dengan pada waktu kejadian tahun 2020-2021,” kata Teguh di TMII, Jakarta Timur, Rabu (29/1/2025), dilansir Warta Kota.

    Meski begitu, dirinya merasa bersyukur lantaran kondisi Bendung Katulampa, Bogor pada Selasa (28/1/20025) malam masih terpantau normal.

    Dengan begitu, Jakarta hanya mengalami genangan di wilayah Jakarta Barat, Utara, dan Timur.

    “Kemudian karena sejak beberapa hari ini saya sudah instruksikan untuk waspada untuk siaga semuanya bisa bergerak cepat, ya satu sisi kita tetap prihatin ada musibah banjir itu, genangan itu, sudah kita lokalisir,” ungkapnya.

    Meski sudah berusaha melakukan antisipasi, jelas Teguh, beberapa wilayah di Jakarta masih mengalami genangan dan banjir.

    Sebab daya tampung infrastruktur terhadap penanganan banjir di Jakarta per hari hanya bisa menampung 150 milimeter per detik.

    “Nah kemarin, tadi malam itu, hujannya sampai ada datanya sekitar 300 Mm sekian. Saya cek dulu ya biar gak salah ya.”

    “Jadi kemarin itu, tadi malam itu ada di beberapa tempat sampai dengan 368 mm per detik, itu curah hujannya,” ujarnya.

    Genangan Air Setinggi 30 cm Masih Rendam Wilayah Grogol

    Sementara itu, genangan air setinggi kurang lebih 30cm masih menggenangi Jalan Satria IV, Jelambar, Grogol, Jakarta Barat, pada Rabu sore.

    Berdasarkan pantauan Tribunnews.com pada pukul 17.00 WIB, wilayah ini masih tergenang imbas hujan lebat yang mengguyur wilayah Jakarta sejak Selasa kemarin.

    Sejumlah warga di permukiman tersebut mulai melakukan aktivitasnya meski genangan air masih menggenangi kawasan ini. 

    Mereka mulai keluar rumah sambil memantau situasi genangan air di lingkungan tempat tinggalnya.

    Petugas pemadam kebakaran dan dinas setempat juga terlihat memompa air yang menggenang di Jalan Satria IV untuk dibuang ke sungai yang berada di depan Jalan Raya Satria.

    Anak-anak di wilayah itu juga memanfaatkan genangan air untuk bermain. 

    Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul: Banjir Kepung Jakarta, Pj Gubernur: Hujan Ekstrem di Luar Prediksi Kami.

    (Tribunnews.com/Deni/Fransiskus)(WartaKotalive.com/Miftahul Munir)

  • Dinas SDA Jakarta Optimalkan Penggunaan Pompa Stasioner Percepat Penanganan Banjir di Sejumlah Titik – Halaman all

    Dinas SDA Jakarta Optimalkan Penggunaan Pompa Stasioner Percepat Penanganan Banjir di Sejumlah Titik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi Jakarta mengoptimalkan penggunaan pompa stasioner untuk mempercepat penanganan banjir yang timbul imbas hujan deras pada Selasa (28/1/2025).

    Sekertaris Dinas Sumber Daya Air Jakarta Hendri menuturkan, upaya itu dilakukan bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat, serta perangkat wilayah setempat.

    Pihaknya juga mengoperasikan saluran drainase yang sudah ada untuk memperlancar aliran air. 

    “Dinas SDA bersama BPBD, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat, serta perangkat wilayah, mengerahkan personel di titik-titik terdampak sebagai upaya mengatasi genangan, utamanya di wilayah objek vital,” kata dia dalam keterangan, Rabu (29/1/2025).

    Untuk wilayah yang lebih sulit dijangkau, pihaknya menggunakan pompa mobile. 

    “Pompa mobile digunakan untuk menjangkau lokasi banjir atau genangan yang tidak bisa dijangkau pompa stasioner,” ujar Hendri.

    Guna mencegah luapan Kali Ciliwung, pintu air sodetan pun telah dibuka.

    Hendri mengatakan terkait operasional Sodetan Ciliwung dapat dikonfirmasi ke BBWSCC Kementerian PU.

    Sebelumnya, BPBD DKI Jakarta mencatat sejumlah wilayah yang masih tergenang tersebar di 36 RT dan 16 ruas jalan.

    Jakarta Barat terdapat 34 RT yang terdiri dari:

    Kelurahan Cengkareng Barat 2 RT
    Kelurahan Cengkareng Timur 4 RT
    Kelurahan Duri Kosambi 7 RT
    Kelurahan Kedaung Kali Angke 7 RT
    Kelurahan Rawa Buaya 4 RT
    Kelurahan Jelambar Baru 2 RT
    Kelurahan Pegadungan 1 RT
    Kelurahan Tegal Alur 6 RT
    Kelurahan Joglo 1 RT

    Penyebab: Curah Hujan Tinggi
    Ketinggian: 30 s.d 100 cm
    Situasi: Masih tergenang

    Jakarta Utara terdapat 1 RT Yang Terdiri dari:

    Penyebab: Curah Hujan Tinggi dan ROB
    Ketinggian: 80 cm
    Situasi: Masih tergenang

    Jakarta Timur terdapat 1 RT Yang Terdiri dari:

    Kelurahan Cakung Barat 1 RT

    Penyebab: Curah Hujan Tinggi dan Luapan Kali Cakung Drain
    Ketinggian: 60 cm
    Situasi: Masih tergenang

    Jalan Tergenang terdapat 16 Ruas Jalan yang terdiri dari:

    Jalan Pluit Dalam, Kelurahan Penjaringan. Ketinggian: 25 Cm
    Jalan Boulevard Utara, Kelurahan Kelapa Gading Timur. Ketinggian: 10 Cm 
    Jalan Pegangsaan Dua (Green Hill), Kelurahan Pegangsaan Dua Selasa. Ketinggian: 20 Cm 
    Jalan Kelapa Hybrida Raya, Kelurahan Pegangsaan Dua. Ketinggian: 40 Cm
    Jalan Boulevard Barat Raya, Kelurahan Kelapa Gading Barat. Ketinggian: 20 Cm
    Jalan Komplek Uka, Kelurahan Tugu Utara. Ketinggain: 15 Cm
    Jalan Bhayangkara, Kelurahan Tugu Utara. Ketinggian : 10 Cm
    Jalan Raya Sulawesi, Kelurahan Tanjung Priok. Ketinggian: 10 Cm
    Jalan Boulevard Raya, Kelurahan Kelapa Gading Timur. Ketinggian: 25 Cm
    Jalan Muara Baru (Depan Pluit Selatan View), Kelurahan Penjaringan. Ketinggian: 20 Cm
    Jalan Kelapa Nias Raya, Kelurahan Kelapa Gading Barat. Ketinggian: 20 Cm
    Jalan Kamal Raya, Kelurahan Cengkareng Barat. Ketinggian: 25 Cm
    Jalan Perumahan Green Garden, Kelurahan Kedoya Utara. Ketinggian: 15 Cm
    Jalan Jelambar Baru Raya, Kelurahan Jelambar Baru. Ketinggian: 60 Cm
    Jalan Pangeran Tubagus Angke Raya, Kelurahan Jelambar Baru. Ketinggian: 30 Cm
    Jalan Satria Raya, Kelurahan Jelambar. Ketinggian: 50 cm 

  • Semerbak Asap Hio di Vihara Amurva Bhumi, Klenteng di Tengah Gedung Tinggi Setiabudi Jakarta – Halaman all

    Semerbak Asap Hio di Vihara Amurva Bhumi, Klenteng di Tengah Gedung Tinggi Setiabudi Jakarta – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Vihara Amurva Bhumi di Jalan Prof DR Satrio, Karet Semanggi, Setiabudi, Jakarta Selatan, cukup ramai didatangi warga Tionghoa pada perayaan Tahun Baru Imlek 2025, Rabu (29/1/2025) 

    Pada bagian akses masuk di gapura Vihara, ada beberapa petugas kepolisian yang berjaga. 

    Vihara Amurva Bhumi terletak di tengah-tengah gedung tinggi pusat bisnis dan perkantoran. 

    Klenteng ini dihiasi dengan lampion-lampion warna merah yang tergantung di bagian pelataran.

    Pada bagian bawah lampion juga terdapat selembar kertas berisi nama-nama umat Tionghoa yang sembahyang. 

    Asap hio dengan wangi khasnya melingkupi area Vihara. 

    Pada bagian altar, ada beberapa umat yang berdoa.

    Mereka juga tampak berdoa di hadapan patung Buddha sambil memegangi hio yang di bagian ujungnya sudah mengeluarkan asap.

    Selain itu, pada sisi kanan Vihara, ada penjual burung gereja atau burung pipit rumah.

    Ada 2 sarang penuh burung pupit yang dibawa penjual.

    Satu ekor burung pipit dibanderol dengan harga Rp 3.000. 

    Seorang anak kecil sempat terlihat membeli 10 ekor burung untuk dilepas bebaskan. 

    “Orang beli biasanya sesuai umurnya,” kata penjual di lokasi.

    Adapun simbol melepas burung ini memiliki makna mendalam bagi budaya Tionghoa. 

    Di antaranya simbol kebebasan, keberuntungan, dan harapan agar tahun yang baru membawa kedamaian dan kemakmuran. 

    Melepaskan burung ini juga dipercaya dapat mengusir nasib buruk atau penghalang dalam hidup, serta membuka jalannya rezeki di tahun itu.

  • Genangan Air Setinggi 30 cm Masih Rendam Wilayah Grogol Jakarta Barat Rabu 29 Januari Sore – Halaman all

    Genangan Air Setinggi 30 cm Masih Rendam Wilayah Grogol Jakarta Barat Rabu 29 Januari Sore – Halaman all

    Genangan air setinggi kurang lebih 30cm masih menggenangi Jalan Satria IV, Jelambar, Grogol, Jakarta Barat, pada Rabu (29/1/3025) sore.

    Tayang: Rabu, 29 Januari 2025 19:17 WIB

    Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda Prasetia

    GENANGAN DI JELAMBAR – Genangan air setinggi kurang lebih 30cm masih menggenangi Jalan Satria IV, Jelambar, Grogol, Jakarta Barat, pada Rabu (29/1/3025) sore. Sejumlah warga di pemukiman tersebut mulai melakukan aktivitasnya.

    Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda Prasetia

    GENANGAN DI JELAMBAR – Genangan air setinggi kurang lebih 30cm masih menggenangi Jalan Satria IV, Jelambar, Grogol, Jakarta Barat, pada Rabu (29/1/3025) sore. Sejumlah warga di pemukiman tersebut mulai melakukan aktivitasnya.

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Genangan air setinggi kurang lebih 30cm masih menggenangi Jalan Satria IV, Jelambar, Grogol, Jakarta Barat, pada Rabu (29/1/3025) sore.

    Pantuan Tribunnews.com pukjl 17.00 WIB, wilayah di Jalan Satria IV ini masih tergenang imbas hujat lebat yang mengguyur wilayah Jakarta sejak Selasa kemarin. 

    Sejumlah warga di permukiman tersebut mulai melakukan aktivitasnya meski genanangan air masih menggenangi kawasan ini. 

    Mereka mulai keluar rumah sambil memantau situasi genangan air di lingkungan tempat tinggalnya.

    Petugas pemadam kebakaran dan dinas setempat juga terlihat memompa air yang menggelang di Jalan Satria IV untuk di buang ke sungai yang berada di depan Jalan Raya Satria.

    Anak-anak di wilayah itu juga memanfaatkan genanagan air untuk bermain. 

    Sebelumnya, Hujan dengan intensitas tinggi membuat sejumlah daerah di Jakarta terendam banjir hingga Rabu (29/1/2025) siang.

    Salah satunya di Jalan Satria Raya, Jelambar Baru, Grogol Petamburan, Jakarta Barat dengan ketinggian air kurang lebih 30 cm sehingga akses di jalan utama terputus.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’2′,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Kisah Ko Ayu dan Barongsai, Sempat Dilarang di Era Soeharto Hingga Kembali Banjir Rezeki Saat Imlek – Halaman all

    Kisah Ko Ayu dan Barongsai, Sempat Dilarang di Era Soeharto Hingga Kembali Banjir Rezeki Saat Imlek – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Yunardi, seorang pelatih barongsai, kebanjiran rezeki setiap perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek. 

    Warga Glodok, Tamansari, Jakarta Barat biasa disapa Ko atau Koko Ayu.

    Tidak sulit mencari lokasi rumah pria berusia 75 tahun ini.

    Cukup menyebut nama Ko Ayu, warga sekitar langsung tahu.

    Ko Ayu diketahui selain berprofesi sebagai pelatih barongsai, ia juga merupakan mantan Ketua RT 002/003 di kawasan tempat tinggalnya. 

    Warga setempat bakal langsung memberikan petunjuk arah menuju sebuah rumah yang berada di pinggir aliran Kali Krukut bila menanyakannya.

    Rumahnya tampak sederhana. Didominasi cat berwarna biru.

    Di sebelah pintu masuknya tampak seng dan beberapa barang rongsok menumpuk.

    Jika sedikit mengintip ke dalam melalui pintu masuk, rumah Ko Ayu penuh dengan ragam perabotan yang meski terlihat berantakan tapi semuanya seperti tertata sesuai tempatnya.

    Saat ditemui Tribunnews.com, Rabu (29/1/2025), ia baru saja menyelesaikan tugasnya menjadi penampil pertunjukkan barongsai. 

    Ada empat acara yang harus Ko Ayu dan timnya hadiri hari ini.

    Satu kali pertunjukkan, mereka disewa dengan harga Rp 3,5 juta hingga Rp 4 juta. 

    Menurutnya, nomial itu masih masuk dalam standar harga yang murah mengingat tim Ko Ayu terdiri dari 12 hingga 14 orang. 

    “Murah lah, Rp 3,5 sampai 4 juta. Satu tim, kurang lebih (anggota) 12 sampai 14 lah,” ujarnya. 

    Selain menjadi penampil tarian tradisional Tiongkok, sehari-harinya anggota tim Ko Ayu merupakan pekerja kantoran dan ada juga yang berkerja sebagai driver ojek daring.

    Dalam perayaan Imlek 2025 ini, Ko Ayu dan timnya bakal kecipratan rezeki untuk beberapa hari ke depan. 

    Pasalnya, panggilan demi panggilan untuk Ko Ayu menampilkan aksi barongsai masih terus berlanjut hingga perayaan hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek atau Cap Go Meh. 

    Latihan di Vihara dan Sekolah 

    Sehari-hari Ko Ayu melatih timnya di beberapa kawasan vihara.

    Ia sudah bergelut dengan dunia barongsai sejak tahun 70-an. 

    Selain itu, seminggu sekali, ia disewa pihak sekolah untuk mengajar hal serupa kepada para siswa.

    Ia dibayar Rp 150 ribu per satu kali latihan. 

    Anggota timnya sudah beregenerasi.

    Namun, Ko Ayu masih tampak bugar untuk orang tua seusianya. 

    “Yang udah ngikut lama, yang udah pada berkeluarga, keluar. Jadi masuk generasi baru lagi. Terus aja. Paling dia kuat, bisa ngikut ke saya, 5-6 tahun, kemudian enggak sampai puluhan tahun. Udah berkeluarga, dia setop,” jelas Ko Ayu. 

    Kini timnya tidak hanya mereka yang beretnis Tionghoa saja.

    Ko Ayu membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapa saja yang hendak belajar seni yang sudah mulai populer sejak 420-589 Masehi. 

    “Sekarang udah campur. Udah pribumi, udah boleh ikut juga. Anak buah saya saja, pribumnya separuh-separuh, 40-an, 20 pribumi, 20 non-pribumi, campur gitu. Udah milik seluruh bangsa, enggak milik satu etnis,” katanya.

    Sempat Kesal Pertunjukan Barongsai Dilarang di Era Soeharto

    Pertunjukan barongsai sempat dilarang di era Presiden Soehato.

    Pada tahun 1967, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967 yang membatasi aktivitas budaya Tionghoa di ruang publik, termasuk perayaan Imlek dan pertunjukan barongsai.

    Larangan itu baru dicabut setelah reformasi, tepatnya tahun 2000 saat Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menghapus Inpres tersebut.

    Sejak itu, barongsai kembali tampil bebas di acara-acara Imlek dan budaya lainnya di Indonesia.

    Ko Ayu sudah akrab dengan dunia barongsai sejak ia menginjak usia 17 tahun.

    Adanya larangan pemerintah kala itu membuatnya kecewa.

    “Dilarang sama Soeharto, dianggap politik. Saya tuh udah jadi pemain, udah umur 17 pada waktu itu. Jadi perkumpulan saya ditutup. Ditutup sampai 30 tahun, 32 tahun. Baru dibuka sama Pak Gus Dur tahun 2002,” kenang Ko Ayu. 

    Padahal menurutnya barongsai murni merupakan sebuah kesenian.

    Ko Ayu menyayangkan langkah Soeharto kala itu, sebab mengafiliasi budaya dengan spektrum politik. 

    “Aduh Soeharto, betul-betul. Padahal barongsai itu cuma kesenian. Enggak ada urusan sama politik, dianggap ada PKC di situ, Partai Komunis Cina. Dianggap perkumpulan itu, jadi ngumpul-ngumpulin orang komunis. Padahal, kita kan bukan Komunis,” tuturnya. 

    Sekarang, Ko Ayu sangat bersyukur atas kebijakan Gus Dur.

    Ko Ayu dapat tumbuh dalam komunitasnya. 

    Bersama-sama kini mereka mempertahankan kebudayaan serta saling membuka pintu rezeki bagi satu sama lain.

  • Status Ketinggian Air di Pintu Air Manggarai Normal Pasca Hujan Lebat Mengguyur Hari Selasa Kemarin – Halaman all

    Status Ketinggian Air di Pintu Air Manggarai Normal Pasca Hujan Lebat Mengguyur Hari Selasa Kemarin – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketinggian muka air di Pintu Air Manggarai pada Rabu (29/1/2025) terpantau berstatus normal meski sehari sebelumnya kawasan Jakarta sempat diguyur hujan cukup lebat.

    Petugas Operator Pintu Air Manggarai, Karlian Seka mengatakan, adapun saat ini tinggi muka air di lokasi tersebut 660 cm.

    “Untuk saat ini status ketinggian permukaan air di Pintu Air Manggarai sudah kembali normal. Tadi sempat ada kenaikan di pukul 04.00 WIB itu 750 cm, siaga 3, dan sekarang pukul 16.00 WIB sudah berada di 660 cm, itu siaga 4 normal,” kata Seka saat ditemui di Pintu Air Manggarai, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (29/1/2025).

    Seka menjelaskan, sempat tingginya muka air di Manggarai salah satunya disebabkan karena kiriman air dari Pintu Air Katulampa Bogor.

    Adapun tinggi air di Katulampa pada Selasa 28 Januaei 2025 per pukul 16.00 WIB, Seka mengatakan terjadi kenaikan 120 cm.

    “Setelah itu sampai ke Depok itu sekitar 235 cm dan di Manggarai itu kemarin tertinggi 750 cm dipukul 04.00 WIB pagi,” ujarnya.

    Meski sempat dinyatakan Siaga 3 Seka mengatakan hal itu tak berlangsung lama.

    Pasalnya selang beberapa jam kemudian status tinggi air di Pintu Manggarai kembali berstatus normal.

    “(Sempat) siaga tiga. Tapi tidak berselang lama turun kembali,” kata dia.

    Kendati berstatus normal, Seka mengimbau agar masyarakat tetap waspada mengingat curah hujan di Jakarta belakangan ini cukup tinggi.

    “Tetep waspada intinya, kita sudah memasuki musim penghujan kita harus tetap waspada. Dan disini kita sebagai operator Pintu Air Manggarai selalu memantau ketinggian air baik dari hulu hingga ke hilir,” pungkasnya.

    Sebelumnya, Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di kawasan Jakarta sejak Selasa (28/1/2025) membuat sejumlah titik terendam banjir pada Rabu (29/1/2025). 

    Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta, hingga pukul 06.00 WIB, terdapat 52 RT di empat wilayah Jakarta yang terendam banjir. 

    “BPBD mencatat saat ini genangann terjadi di 52 RT dan 22 Ruas Jalan,” Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD DKI Jakarta, Mohamad Yohan dalam keterangannya, Rabu. 

    Adapun banjir merendam di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur hingga Jakarta Selatan dengan debit air tertinggi mencapai 100 centimeter.

  • Warga Pasar Minggu Ini Pilih Tetap Tidur Meski Air Luapan Sungai Ciliwung Mengepung Kediamannya  – Halaman all

    Warga Pasar Minggu Ini Pilih Tetap Tidur Meski Air Luapan Sungai Ciliwung Mengepung Kediamannya  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemukiman RT005 RW005, Kelurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan menjadi salah satu wilayah yang tergenang banjir akibat hujan deras mengguyur sekitaran Jakarta, Selasa (28/1/2025) malam.

    Salah satu rumah warga yang terendam di wilayah tersebut yakni milik Riyandi (65).

    Saat ditemui Tribunnews di halaman rumahnya, Riyandi tampak tengah membersihkan sisa endapan lumpur yang terbawa arus banjir.

    “(Bersihin) Lumpur sih pasti,” kata Riyandi menyambut kedatangan

    Pria paruh baya tersebut menyatakan, kalau daerah tempatnya tinggal memang menjadi langganan banjir Jakarta di tiap tahunnya.

    Khusus untuk malam tadi, Riyandi mengungkap kalau air luapan sungai Ciliwung yang disebabkan tingginya curah hujan itu mulai masuk ke rumahnya tepat tengah malam.

    “Jam 12an malem yang gedenya, kalau di sini (di luar rumah) sorenya jam setengah enam nya udah mulai kerendam. Masuknya malam jam 12 ke dalem,” kata Riyandi saat ditemui d kediamannya, Rabu (29/1/2025).

    Bukan memilih untuk berkemas barang, Riyandi justru memutuskan untuk tetap tidur meski air sudah mencapai kurang lebih 50 centimeter di rumahnya.

    Kata Riyandi, ketenangan dirinya menyikapi banjir yang mengepung kediamannya lantaran wilayah tersebut memang kerap mengalami hal serupa karena posisinya paling rendah dan tepat di bantaran sungai.

    “Tidur tidur aja lah, udah biasa kebanjiran. Ini posisi di sini emang paling rendah di sini,” kata dia.

    Meski begitu Riyandi menyebut kalau keluarganya bukan tanpa persiapan.

    Kata dia, pada Selasa sore kemarin dirinya bersama keluarga memang sudah berbenah barang yang berada di lantai satu rumah untuk diangkut ke lantai dua.

    Riyandi mengakui, saat musim hujan tiba, dirinya kerap memantau perkembangan informasi terkait ketinggian air sungai melalui media.

    “Ya kita (sudah) siap, sebelumnya kan udah kan liat dari hp (handphone) itu kita liat ketinggian di Katulampa sekian, berarti kan siaga 1 kan sekian tingginya, cuma kira-kira aja,” kata dia.

    Saat disinggung soal ada atau tidaknya rasa khawatir terhadap banjir susulan, Riyandi menjawab dengan santai.

    Menurut dia, karena terlalu sering kediamannya tersebut terendam, maka kekhawatiran sudah tidak pernah dirasakan lagi.

    “Karena udah biasa ya khawatir ya biasa aja. Di sini kan kiriman, walaupun di sini tengahari bolong gak ada mendung, ga ada apa banjir-banjir aja,” ucap dia seraya tertawa.

  • Curhat Warga Jakarta Usai Rumahnya Terendam Banjir, Minta Bangun Turap Hingga Derita Tak Berujung – Halaman all

    Curhat Warga Jakarta Usai Rumahnya Terendam Banjir, Minta Bangun Turap Hingga Derita Tak Berujung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Banjir merendam sejumlah wilayah di Jakarta pada Rabu (29/1/2025). Banjir tersebut akibat curah hujan tinggi.

    Warga Jakarta pun meluapkan keluh kesahnya akibat banjir yang melanda rumah mereka.

    Berikut ini Tribunnews.com rangkum curahan hati (curhat) warga Jakarta setelah rumahnya terendam banjir.

    Minta Pemerintah Bangun Turap

    Banjir di Kelurahan Cakung Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur terjadi setiap tahun.

    Trisno (50) warga yang tinggal di bantaran kali Cakung itu berharap agar pemerintah membangun turap (konstruksi batu kali).

    “Yang memang harus dibangun turap di sini jadi air dari kali ini gak luber ke rumah warga,” ucapnya saat diwawancara, Rabu (29/1/2025).

    Menurutnya, usulan itu sudah pernah disampaikan tetapi belum juga terealiasi.

    Walhasil ketika musim hujan datang, warga sudah terbiasa merasakan banjir.

    “Bisa dibilang kami sudah langganan banjir, biasanya ya hanya semata kaki, semalam ini yang agak lumayan se-dada orang dewasa,” ucap Trisno.

    Bukan hanya soal turap, dia menilai pintu air di Banjir Kanal Timur juga seringkali tidak dibuka pada saat hujan deras.

    Sehingga debit air tertahan di Kali Cakung dan meluap kepada rumah warga RW 02.

    “Sebenarnya sudah ada pembangunan turap di ujung sana tapi tetap kebanjiran juga karena pintu airnya tidak dibuka,” imbuhnya.

    Trisno hanya bisa menunggu tindak lanjut dari pemerintah agar setiap tahun warga tidak harus kebanjiran.

    Tidur di Atas Genangan Air

    Di bawah rintik hujan, terlihat seorang wanita lanjut usia (lansia) menarik bagian bawah daster merahnya.

    Ia berjalan menembus genangan air.

    Wanita dengan rambut yang sudah mulai memutih tersebut tampak berjalan dengan tatapan kosong.

    Ani (78) namanya, warga asli Garut, Jawa Barat yang tinggal di permukiman tersebut.

    Ia tampak kebingungan ketika berjalan keluar gang rumahnya.

    Dia mengaku bosan karena air sudah merendam kawasan rumahnya sejak Selasa (28/1/2025) sore.

    “Ini mau jalan aja ke depan, bingung mau cari-cari makan. Bosen juga di rumah terus,” ucap Ani dengan suara lirihnya kepada Tribunnnews.com, Rabu.

    Di kawasan tersebut, Ani tinggal bersama anak dan cucunya di sebuah rumah kontrakan. 

    Sedangkan sang suami sudah meninggal dunia sejak 25 tahun silam.

    Selama tinggal kurang lebih 65 tahun, Ani menyebut daerah Jalan Satria IV memang sudah menjadi langganan banjir.

    Namun, dia mengaku kaget air kembali datang setelah 5 tahun terakhir tak pernah banjir.

    “Emang sering di sini, tapi sudah 5 tahun terakhir enggak banjir. Ini baru datang lagi sekarang,” ucapnya.

    “(Banjir dari) Semalam, kira-kira abis magrib kali lah. Kan tadinya pukul 16.00 WIB gerimis, eh tahunya lama-lama gede. Air dalam, mobil sama motor enggak bisa masuk, dalam tuh liat,” sambung Ani sambil menunjuk ke sebuah selokan.

    Padahal, kata Ani, di daerah rumahnya tersebut sudah dibuatkan gorong-gorong yang cukup dalam.

    Namun, nyatanya tak bisa membendung air akibat curah hujan yang cukup tinggi.

    Dia dan keluarganya harus rela untuk tidur di atas genangan air yang sempat masuk ke dalam rumahnya semalam dengan ketinggian kurang lebih 70 cm atau setara dengan dadanya.

    “(Banjir biasanya) nggak lama, paling 3 sampai 4 hari, itu juga kalau udah parah banget,” ucapnya.

    Meski begitu, Ani memutuskan untuk tidak mengungsi atau pindah dari daerah yang berdekatan dengan Kali Grogol itu.

    Alasan dirinya tak mau pindah, satu di antaranya sudah nyaman dengan lingkungannya.

    “Enggak (mau pindah) udah betah, abis gimana cucu di sini, anak di sini. Mau ke kampung juga udah ini, asli kan garut. Udah lah di sini aja,” tuturnya.

    Derita Tak Berujung

    Sanusi Murtani, warga RT 013 RW 04 Kampung Melayu, mengatakan bahwa air mulai naik dari Sungai Ciliwung sejak Selasa malam dan menggenangi permukiman warga.

    Menurut Sanusi, air sempat surut sekitar pukul 00.00 WIB, tetapi kembali naik beberapa jam kemudian. Hingga Rabu (29/1/2025) pagi, air masih menggenangi kawasan itu.

    “Dari habis Isya (air) naik, sekitar jam 12-an turun. Jam 1 atau jam 2 naik lagi sampai sekarang,” kata Sanusi.

    Dia menuturkan, genangan banjir di Kampung Melayu sudah berlangsung lebih dari 12 jam. Namun, dia bersyukur air mulai surut sedikit.

    Sanusi berharap Gubernur Jakarta terpilih, Pramono Anung, bisa mengatasi persoalan banjir yang sudah berlangsung selama puluhan tahun. Dia mengaku telah mengalami banjir sejak tahun 1965.

    “Ya saya sih minta gubernur baru coba diperhatiinlah, dari dulu (Kampung Melayu) ini banjir terus, sejak kecil 1965 (banjir terus),” tutur Sanusi.

    Senada dengan Sanusi, warga lain bernama Subur (59) mengaku sudah terbiasa menghadapi banjir di wilayahnya.

    “Saya mah dari dulu (terkena banjir), makanya sudah enggak aneh klo banjir. Dari dulu saya mah,” ucapnya.

    Namun, Subur mengungkapkan bahwa banjir kali ini relatif lebih aman dibanding sebelumnya.