Category: Tribunnews.com Internasional

  • Pesawat Delta Nyaris Bertabrakan dengan Jet Tempur di Bandara Reagan – Halaman all

    Pesawat Delta Nyaris Bertabrakan dengan Jet Tempur di Bandara Reagan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah pesawat penumpang Delta nyaris bertabrakan dengan jet Angkatan Udara AS di dekat Bandara Nasional Reagan, Jumat (28/3/2025).

    Kejadian ini menambah daftar panjang insiden penerbangan di wilayah tersebut dalam beberapa bulan terakhir.

    Pesawat Delta dengan 137 orang di dalamnya sedang dalam penerbangan menuju Minneapolis-St Paul, Minnesota.

    Tiba-tiba alarm berbunyi di kokpit, memperingatkan keberadaan pesawat lain dalam jarak berbahaya.

    Menurut laporan Daily Mail, jet tempur T-38 Talon milik Angkatan Udara AS melintas dengan kecepatan lebih dari 350 mil per jam hanya beberapa ratus kaki di bawah pesawat Delta.

    Administrasi Penerbangan Federal (FAA) menyatakan bahwa empat jet T-38 sedang menuju Pemakaman Nasional Arlington untuk melakukan terbang lintas ketika insiden itu terjadi.

    Pengendali lalu lintas udara segera mengeluarkan instruksi perbaikan kepada kedua pesawat untuk menghindari tabrakan.

    Dalam komunikasi yang terdengar di LiveATC.net, seorang pilot Delta bertanya, “Apakah ada pesawat sekitar 500 kaki di bawah kami?” yang kemudian dikonfirmasi oleh pengendali lalu lintas udara.

    FAA telah mengumumkan penyelidikan terhadap insiden ini.

    “Pesawat Delta menerima peringatan di dalam pesawat bahwa ada pesawat lain di dekatnya,” kata mereka dalam pernyataan resmi.

    Delta Airlines menegaskan bahwa keselamatan penumpang adalah prioritas utama mereka.

    “Kami akan bekerja sama dengan regulator dan pemangku kepentingan penerbangan dalam peninjauan insiden ini,” kata juru bicara maskapai tersebut.

    Senator AS dari Minnesota, Amy Klobuchar, mengecam insiden ini melalui media sosial.

    “Sangat berbahaya, syukurlah semua orang selamat. Saya akan menanyakan Departemen Pertahanan mengapa pesawat militer bisa terbang begitu dekat dengan penerbangan penumpang,” tulisnya.

    Insiden ini terjadi setelah serangkaian kecelakaan udara yang mengkhawatirkan.

    Pada Januari lalu, tabrakan antara helikopter Black Hawk dan penerbangan American Airlines di dekat Reagan National menewaskan 67 orang, menjadikannya bencana penerbangan AS paling mematikan sejak 2001.

    Selain itu, FAA melaporkan adanya lebih dari 15.000 kejadian hampir tabrakan antara pesawat dan helikopter antara Oktober 2021 hingga Desember 2024.

    Laporan dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) juga mengungkapkan 85 kasus di mana dua pesawat terbang dalam jarak kurang dari 1.500 kaki secara horizontal dan kurang dari 200 kaki secara vertikal.

    Bandara Reagan National telah lama menghadapi kekurangan staf pengendali lalu lintas udara.

    Menurut laporan FAA, hingga September 2023 hanya ada 19 pengendali bersertifikat penuh, jauh di bawah target 30 orang.

    CNN melaporkan bahwa saat ini jumlah staf meningkat menjadi 24 dari 28 posisi yang tersedia.

    Kejadian di menara kontrol baru-baru ini mengindikasikan adanya ketegangan di antara para petugas.

    DailyMail.com mengungkap bahwa dua pengendali lalu lintas udara bahkan sempat terlibat perkelahian di dalam menara kontrol.

    Hingga kini, FAA masih menyelidiki insiden terbaru ini.

    CBS News melaporkan bahwa pihaknya juga telah menghubungi Angkatan Udara untuk mendapatkan pernyataan resmi terkait keterlibatan jet tempur dalam insiden ini.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Rusia Dianggap Menang 5-0 dalam Perundingan di Arab Saudi, Ukraina dan AS Kalah Besar – Halaman all

    Rusia Dianggap Menang 5-0 dalam Perundingan di Arab Saudi, Ukraina dan AS Kalah Besar – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang eks diplomat senior Ukraina, Konstantin Eliseev, menyatakan bahwa Ukraina dan Amerika Serikat (AS) mengalami kekalahan signifikan dalam perundingan dengan Rusia di Arab Saudi.

    Ia mengklaim bahwa poin-poin penting yang menjadi perhatian Ukraina diabaikan dalam pembicaraan tersebut.

    Latar Belakang Perundingan

    Perundingan yang berlangsung di Arab Saudi ini bertujuan untuk memulihkan kesepakatan ekspor biji-bijian yang ditandatangani pada tahun 2022.

    Dalam pertemuan tersebut, Rusia menyetujui mekanisme untuk menyediakan koridor laut yang aman untuk mengekspor biji-bijian Ukraina, tetapi dengan syarat bahwa Barat mencabut sanksi terhadap lembaga keuangan Rusia, termasuk menghubungkan kembali Bank Pertanian Rusia dengan sistem pembayaran SWIFT.

    Penilaian Eliseev

    Eliseev mengungkapkan pandangannya mengenai hasil perundingan tersebut.

    “Mungkin saya akan mengecewakan beberapa orang, tetapi kami, maksudnya Ukraina dan Amerika, kalah sepenuhnya dalam negosiasi ini. Saya akan berkata 5-0, bola setelah yang lainnya masuk ke jaring kami. Kami kalah, mari jujur,” ungkapnya pada Jumat kemarin, seperti dikutip dari Russia Today.

    Alasan Kekalahan

    Eliseev menyebutkan beberapa alasan yang menyebabkan kekalahan tersebut:

    1. Kepentingan Ukraina yang terabaikan: Ia menyoroti bahwa kepentingan Ukraina tidak mendapat perhatian yang cukup dalam negosiasi.

    2. Absennya jaminan keamanan: Salah satu kekhawatiran terbesar adalah tidak adanya jaminan keamanan untuk pelabuhan-pelabuhan Ukraina, yang tetap rentan terhadap serangan.

    3. Pengurangan sanksi: Terdapat tanda-tanda bahwa pembatasan terhadap bank-bank Rusia di sistem SWIFT akan dicabut, yang dianggapnya sangat merugikan.

    4. Kemampuan Rusia untuk menyerang: Eliseev juga menekankan bahwa kemampuan Rusia untuk menyerang target dari kapal tidak dibatasi dalam pembicaraan tersebut.

    5. Kurangnya dukungan Eropa: Ia mencatat bahwa negara-negara Eropa pendukung Ukraina tidak terlibat dalam proses negosiasi, yang membuat posisi Ukraina semakin lemah.

    Rusia menegaskan bahwa pengurangan sanksi menjadi syarat untuk gencatan senjata di laut.

    Namun, Uni Eropa menolak tawaran tersebut, menyatakan bahwa sanksi akan tetap berlaku hingga Rusia menarik semua pasukannya dari wilayah Ukraina.

  • Ratusan Perwira Israel Frustrasi dan Mengeluh, Sebut IDF Dikirim ke Gaza tanpa Tujuan Jelas – Halaman all

    Ratusan Perwira Israel Frustrasi dan Mengeluh, Sebut IDF Dikirim ke Gaza tanpa Tujuan Jelas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ratusan perwira cadangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengungkapkan rasa frustrasi mereka kepada Kepala Staf Angkatan Darat Eyal Zamir.

    Mereka mengeluhkan pengiriman kembali pasukan ke Jalur Gaza tanpa tujuan yang jelas.

    Keluhan tersebut disampaikan melalui surat pada hari Kamis lalu, di mana mereka menuntut Zamir untuk segera menentukan tujuan dan jadwal melanjutkan perang di Gaza.

    Media penyiaran Israel, Kan, menyebut surat permintaan itu sebagai sesuatu yang tidak bias.

    “Kami butuh kepastian dan tujuan yang jelas untuk melanjutkan operasi ini,” ungkap salah satu perwira dalam surat tersebut.

    Kesehatan Mental Tentara IDF

    Masalah kesehatan mental di kalangan tentara Israel semakin mengkhawatirkan.

    Menurut laporan Yedioth Ahronoth pada bulan Februari, sekitar 170.000 tentara Israel memerlukan bantuan psikologis setelah menjalani dinas militer yang panjang.

    Dari jumlah tersebut, puluhan ribu adalah tentara cadangan yang mendaftar untuk program terapi Amit yang diluncurkan oleh Kementerian Keamanan Israel.

    Namun, Israel mengalami kekurangan terapis untuk program tersebut.

    Laman Friends of Israel Disabled Veterans melaporkan bahwa sekitar 10.000 tentara Israel mengalami disabilitas psikologis, termasuk PTSD.

    Selain itu, jumlah tentara yang menjadi difabel atau menderita cacat meningkat lebih dari 6.000 orang.

    Sejak perang di Gaza dan Lebanon meletus, sebanyak 14.700 tentara dan aparat keamanan Israel dilaporkan terluka.

    Krisis Prajurit di Militer Israel

    Militer Israel kini menghadapi krisis prajurit. Banyak tentara cadangan menolak untuk ikut berperang di Gaza.

    Saat ini, Israel bersiap untuk memperluas operasi militernya, dengan rencana memanggil puluhan ribu tentara dalam waktu dekat.

    Media Haaretz melaporkan bahwa seorang komandan senior IDF mengungkapkan kekhawatiran terkait penolakan tentara cadangan untuk menjalankan kewajiban.

    Alasan utama penolakan ini adalah kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah, terutama dalam hal pembebasan sandera di Gaza.

    Beberapa tentara juga menolak rancangan undang-undang yang akan mengecualikan warga Israel ultra-Ortodoks dari dinas militer.

    “Para prajurit dan komandan mengalami keletihan yang luar biasa. Kami sudah melewati batas,” kata Alon Gur, seorang mantan anggota Angkatan Udara Israel yang baru-baru ini mengundurkan diri setelah dicopot karena menolak berdinas.

    Gur menambahkan bahwa pemerintah lebih mengutamakan politik ketimbang nyawa manusia.

    Pekan lalu, Haaretz melaporkan bahwa respons panggilan berdinas berikutnya diperkirakan tidak akan mencapai lebih dari 50 persen.

    Awal Maret lalu, pemerintah Israel menyetujui RUU yang memungkinkan IDF memanggil hingga 400.000 tentara cadangan.

    Namun, dua minggu kemudian, Israel melanjutkan serangan ke Gaza dan menghalangi pembicaraan tahap kedua gencatan senjata.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Unjuk Rasa Besar-besaran di Israel: Warga Tuntut Sandera di Gaza Dibebaskan – Halaman all

    Unjuk Rasa Besar-besaran di Israel: Warga Tuntut Sandera di Gaza Dibebaskan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Sabtu malam, 29 Maret 2025, diperkirakan puluhan ribu orang menggelar unjuk rasa di seluruh Israel.

    Aksi ini bertujuan untuk menuntut pembebasan warga Israel yang masih disandera oleh Hamas di Jalur Gaza dan menolak perombakan yudisial.

    Unjuk rasa utama akan dimulai pukul 18:30 waktu setempat di Lapangan Habima, Kota Tel Aviv.

    Para pengunjuk rasa direncanakan akan bergerak menuju Jalan Benin untuk bergabung dengan keluarga sandera yang juga melakukan demonstrasi di sana.

    Di Lapangan Sandera, akan ada pidato dari Iair Horn, seorang sandera yang telah dibebaskan, serta dari pensiunan jenderal Yom-Tov Samia dan aktor Michael Rapaport.

    Lokasi lain yang akan menjadi tempat unjuk rasa meliputi Yerusalem, Carmei Gat, dan Persimpangan Shaar HaNegev.

    Forum Sandera dan Keluarga Hilang mengimbau semua warga Israel untuk berpartisipasi dalam aksi tersebut, tanpa memandang latar belakang politik.

    Mayoritas Warga Israel Ingin Perang Diakhiri

    Menurut survei yang dirilis oleh Channel 12 pada hari Jumat, sebanyak 69 persen warga Israel mendukung penghentian perang di Gaza untuk mencapai kesepakatan pembebasan sandera.

    Hanya 21 persen yang menolak usulan tersebut.

    Di kalangan pendukung koalisi pemerintahan Israel, 54 persen menginginkan perang diakhiri, sementara 32 persen menolak.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, hingga kini tetap menolak untuk mengakhiri perang demi memastikan pembebasan 59 sandera yang masih berada di Gaza.

    Netanyahu menyatakan bahwa perang hanya akan berakhir jika Hamas dilenyapkan sebagai ancaman bagi Israel.

    Dari 59 sandera tersebut, 24 di antaranya diyakini masih hidup.

    Netanyahu juga menolak untuk merundingkan tahap kedua dari gencatan senjata.

    Ia lebih memilih untuk memperpanjang tahap pertama gencatan senjata agar lebih banyak sandera dapat dibebaskan, sambil tetap melanjutkan operasi militer.

    Kritik terhadap Kebijakan Pemerintah

    Pengkritik Netanyahu berargumen bahwa peningkatan operasi militer justru dapat membahayakan nyawa sandera yang masih hidup.

    Mereka juga mempertanyakan efektivitas serangan terbaru Israel dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

    Selama gencatan senjata antara Januari hingga Maret, Hamas telah membebaskan 30 sandera, yang terdiri dari 20 warga sipil Israel, 5 tentara, dan 5 warga negara Israel, serta menyerahkan jasad delapan warga Israel yang meninggal.

     

  • PBB: Myanmar Darurat Bantuan, Ribuan Korban Gempa Kekurangan Pasokan Medis – Halaman all

    PBB: Myanmar Darurat Bantuan, Ribuan Korban Gempa Kekurangan Pasokan Medis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan kondisi korban gempa Myanmar memprihatinkan, ribuan orang dilaporkan kekurangan pasokan medis yang parah.

    Hal ini diungkap OCHA usai korban gempa Myanmar terus mengalami peningkatan sementara stok medis yang ada tak cukup untuk menangani para pasien.

    Kondisi ini semakin diperparah lantaran rusaknya jalan dan infrastruktur komunikasi, mengganggu mobilitas pengiriman alat medis termasuk peralatan trauma, kantong darah, obat bius, alat bantu, obat-obatan penting, dan tenda untuk petugas kesehatan.

    “Kekurangan parah pasokan medis menghambat upaya untuk menanggapi gempa bumi mematikan di Myanmar,” kata OCHA mengutip dari The Straits Times.

    “Gangguan telekomunikasi dan internet terus menghambat komunikasi dan operasi kemanusiaan. Jalan yang rusak dan puing-puing menghalangi akses kemanusiaan dan mempersulit penilaian kebutuhan,” imbuhnya.

    PBB mengatakan pihaknya sedang memobilisasi upaya tanggap darurat, bersama dengan organisasi mitra kemanusiaan, menyusul gempa bumi dahsyat yang melanda Myanmar pada 28 Maret.

    “Seiring dengan semakin meluasnya bencana ini, bantuan kemanusiaan yang mendesak sangat dibutuhkan untuk membantu mereka yang terkena dampak,” imbuh OCHA dalam sebuah pernyataan.

    Laporan media pemerintah mengungkap setidaknya saat ini  jumlah korban jiwa akibat gempa dahsyat di Myanmar telah bertambah menjadi 1.644 orang.

    Sementara 3.408 orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka, dengan angka orang hilang mencapai  139 jiwa.

    Evakuasi dengan Tangan Kosong

    Upaya penyelamatan telah dilakukan sejak Jumat kemarin, namun imbas kurangnya alat berat yang masuk ke daerah-daerah terdampak membuat masyarakat setempat harus melakukan upaya penanganan dengan tangan kosong.

    Dalam sebuah video viral yang tersebar di sosial media menunjukkan dua orang pria sedang memindahkan reruntuhan untuk mengeluarkan seorang wanita muda yang terjebak di antara dua lempengan beton.

    Tim penyelamat juga terlihat menarik seorang wanita hidup-hidup dari reruntuhan blok apartemen 12 lantai di Mandalay dengan tangan kosong.

    Sementara itu para korban selamat di Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar dilaporkan menggali sendiri reruntuhan bangunan dengan tangan kosong untuk menyelamatkan keluarga yang masih terjebak di puing-puing bangunan.

    Gempa terjadi di dekat Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar tak hanya menghancurkan gedung-gedung, namun juga membuat jembatan yang menghubungkan wilayah Ava dan Sagaing runtuh.

    Bahkan foto satelit dari Planet Labs PBC yang dianalisis oleh The Associated Press menunjukkan bahwa gempa merobohkan menara kontrol lalu lintas udara di Bandara Internasional Naypyitaw.

    Diprediksi sedikitnya 2.900 bangunan, 30 jalan, dan tujuh jembatan rusak akibat gempa bumi. 

    Junta Militer Tetapkan Status Darurat

    Usai guncangan gempa memicu kerusakan parah di sejumlah wilayah, Junta militer Myanmar langsung mengumumkan situasi darurat, Jumat (28/3/2025).

    Adapun status darurat ini ditetapkan untuk 6 wilayah diantaranya Sagaing, Mandalay, Bago, Magway, serta Shan bagian timur.

    Selain itu, junta militer juga turut memberlakukan status darurat di Naypyidaw, ibu kota yang menjadi kediaman bagi para pemimpin tertinggi junta.

    Untuk mempercepat proses evakuasi, bantuan internasional dan upaya penyelamatan terus ditingkatkan seiring dengan proses pemulihan di Myanmar dan Thailand pasca dilanda gempa dahsyat.

    Terbaru, tim bantuan dari Cina tiba dilaporkan tiba Myanmar menggunakan pesawat China Eastern Airlines untuk mengirimkan bantuan penting.

    Langkah serupa juga dilakukan India yang turut mengirimkan 15 ton bantuan kemanusiaan, termasuk tenda, kantong tidur, selimut, makanan siap saji, alat penyaring air, paket kebersihan, obat-obatan, serta perlengkapan medis.

    Sementara Kementerian Situasi Darurat Rusia mengirimkan dua pesawat yang membawa 120 tenaga ahli, termasuk dokter anestesi, psikolog, unit pencarian anjing pelacak (K9), serta tim penyelamat untuk membantu upaya pemulihan, menurut Kementerian Luar Negeri Rusia.

    (Tribunnews / Namira Yunia)

  • Trump Tawarkan Pengurangan Tarif untuk Tiongkok Jika TikTok Terjual – Halaman all

    Trump Tawarkan Pengurangan Tarif untuk Tiongkok Jika TikTok Terjual – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Donald Trump mengungkapkan kemungkinan memberikan pengurangan tarif kepada Tiongkok jika pemerintah Beijing menyetujui kesepakatan terkait aplikasi TikTok.

    Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Rabu, 26 Maret 2025.

    Pernyataan Trump

    Trump menyatakan, “China harus memainkan peran dalam hal itu. Mungkin dalam bentuk persetujuan dan saya pikir mereka akan melakukannya.” Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, di mana Trump sebelumnya telah menandatangani memorandum yang menyerukan tarif perdagangan yang adil dan timbal balik terhadap semua mitra dagang utama AS.

    Nasib TikTok di AS telah menjadi topik perdebatan sejak tahun lalu, setelah Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang bipartisan yang memaksa ByteDance, perusahaan induk TikTok asal Tiongkok, untuk menjual aplikasinya kepada pembeli non-Tiongkok atau menghadapi larangan nasional.

    TikTok sempat berhenti beroperasi di AS menjelang pelantikan Trump, tetapi kembali berfungsi setelah presiden baru mengisyaratkan akan meninjau kebijakan tersebut.

    Batas Waktu dan Calon Pembeli

    Pada hari pertamanya menjabat, Trump menandatangani perintah eksekutif yang memberi ByteDance waktu hingga 5 April untuk menjual atau melepaskan kepemilikan TikTok.

    Sejak saat itu, Wakil Presiden JD Vance dan penasihat keamanan nasional Michael Waltz telah bekerja untuk mencari pembeli potensial.

    Vance menyatakan optimisme bahwa kesepakatan akan tercapai sebelum batas waktu yang ditentukan.

    Dalam beberapa bulan terakhir, muncul berbagai spekulasi mengenai calon pembeli TikTok, yang memiliki jutaan pengguna dan diperkirakan bernilai hingga 50 miliar dollar AS.

    Beberapa tokoh bisnis, termasuk miliarder Wyoming Reid Rasner, dikabarkan tertarik untuk mengakuisisi TikTok.

    Respons ByteDance dan Tiongkok

    Hingga saat ini, TikTok belum memberikan tanggapan resmi atas pernyataan Trump.

    Menurut laporan Yahoo News, ByteDance juga belum mengonfirmasi apakah mereka bersedia menjual aplikasi tersebut.

    Kesepakatan ini dapat menjadi titik krusial dalam hubungan perdagangan AS-Tiongkok yang semakin tegang dengan kebijakan tarif baru Trump.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Hamas Disebut Setujui Gencatan Senjata 50 Hari di Gaza, Dimulai dari Lebaran – Halaman all

    Hamas Disebut Setujui Gencatan Senjata 50 Hari di Gaza, Dimulai dari Lebaran – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pejabat Mesir mengklaim bahwa Hamas telah bersedia untuk membebaskan lima sandera Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang akan dimulai saat Lebaran.

    Kesepakatan ini diharapkan dapat meredakan ketegangan antara kedua belah pihak.

    Menurut laporan, sandera berkewarganegaraan Israel-Amerika yang bernama Edan Alexander termasuk dalam lima sandera yang akan dibebaskan.

    “Sekarang, keputusan ada di tangan pemerintah Israel dan Amerika Serikat,” ungkap pejabat Mesir kepada media New Arab.

    Narasumber yang akrab dengan negosiasi gencatan senjata menyatakan bahwa Mesir telah mengusulkan gencatan sementara selama sekitar 50 hari.

    Sebagai imbalannya, Hamas akan membebaskan lima sandera, sementara Israel diharapkan untuk membebaskan sejumlah warga Palestina.

    Selain itu, ada rencana untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Upaya Mesir dalam Negosiasi

    Pejabat Mesir juga menyatakan optimisme terhadap pembaruan kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera.

    “Kami sedang berupaya mempercepat negosiasi dengan mengajukan usul yang realistis, didukung oleh AS dan Qatar,” tambahnya.

    Kairo berusaha agar semua pihak, termasuk Washington, mendorong Israel untuk memberikan konsesi nyata demi mencapai kesepakatan yang diinginkan.

    Tanggapan dari Pihak Israel

    Sementara itu, media penyiaran Israel, KAN, melaporkan bahwa para juru penengah melihat adanya kesediaan dari pejabat senior Hamas untuk membebaskan sejumlah sandera demi terwujudnya gencatan senjata saat Lebaran.

    Laporan dari Walla juga menyebutkan bahwa seorang pejabat Israel mengeklaim Hamas telah menyetujui usulan Mesir untuk gencatan senjata selama 50 hari yang dimulai pada hari Lebaran.

    Pejabat tersebut menambahkan bahwa jasad para sandera juga akan diserahkan saat gencatan senjata, meskipun tidak mengungkapkan jumlahnya.

    Israel mungkin akan mengajukan tawaran balasan terkait kesepakatan ini.

     

  • Kondisi Tentara Israel: Dilema Moral dan Trauma Buntut Pengakuan Tentang Tameng Manusia – Halaman all

    Kondisi Tentara Israel: Dilema Moral dan Trauma Buntut Pengakuan Tentang Tameng Manusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sejak pembatalan gencatan senjata pada 17 Maret, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah kembali menggempur Gaza dengan serangan yang diklaim menargetkan personel Hamas.

    Konflik ini mengakibatkan jumlah korban tewas di Gaza melampaui 50.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan Palestina yang dikelola Hamas.

    Dalam konteks agresi yang semakin meningkat, sebuah laporan dari CBS News mengungkapkan pengakuan seorang tentara Israel yang merasa trauma akibat taktik yang diterapkan oleh IDF, khususnya terkait penggunaan tameng manusia.

    Apa yang Terjadi dengan Tentara Israel di Lapangan?
    Siapa Tentara yang Mengungkapkan Trauma?

    Tentara Israel yang menyamar dengan nama Tommy, mengungkapkan bahwa ia diperintahkan untuk membakar gedung dan menggunakan warga Palestina sebagai tameng manusia.

    Ia menyatakan, “Kami membakar gedung-gedung tanpa alasan yang jelas, melanggar hukum internasional.” Pengakuan ini memperlihatkan betapa dalamnya perasaan tertekan yang dialami oleh tentara, di mana mereka terpaksa melanggar norma dan etika.

    Apa Saja Taktik yang Digunakan IDF?

    Tommy menjelaskan bahwa ia dan rekan-rekannya diperintahkan untuk mengirim warga Palestina ke dalam gedung untuk mencari bahan peledak alih-alih menggunakan anjing pelacak militer yang terlatih. “Mereka orang Palestina, kami mengirim mereka masuk terlebih dahulu untuk melihat apakah gedung itu aman dan memeriksa apakah ada jebakan. Mereka gemetar dan ketakutan,” ungkapnya.

    Kondisi ini menciptakan ketegangan di antara tentara yang merasa tidak nyaman dengan tugas yang harus mereka jalankan.

    Meski Tommy dan rekan-rekannya meminta agar praktik ini dihentikan, perintah dari atasan tetap harus dilaksanakan.

    Apa Itu Protokol Antinyamuk yang Diterapkan oleh IDF?
    Mengapa Dikenal Sebagai Protokol Antinyamuk?

    Praktik yang menyedihkan ini dikenal sebagai “protokol antinyamuk,” istilah yang digunakan oleh organisasi Breaking the Silence, sebuah kelompok veteran Israel yang mengungkap pelanggaran yang dilakukan oleh IDF.

    Beberapa whistleblower dari IDF juga mengonfirmasi bahwa protokol ini diterapkan secara luas di Gaza.

    Taktik ini tidak hanya menciptakan trauma bagi warga Palestina, tetapi juga meninggalkan luka mendalam bagi tentara Israel itu sendiri.

    Bagaimana Respons Militer Israel Terhadap Pengakuan Ini?

    Dalam tanggapannya kepada CBS News, militer Israel membantah tuduhan mengenai penggunaan perisai manusia dan mengeklaim tidak dapat menyelidiki kasus ini tanpa informasi lebih lanjut.

    Namun, laporan menunjukkan bahwa taktik serupa juga digunakan di Tepi Barat, di mana lebih dari 40.000 warga telah mengungsi akibat serangan Israel dalam dua bulan terakhir.

    Apa Dampak Psikologis pada Tentara Israel?
    Bagaimana Trauma Moral Mempengaruhi Tentara?

    Dalam pengalaman Tommy, ia mengungkapkan, “Saya terluka secara moral. Sungguh menyebalkan menggunakan warga sebagai tameng manusia seperti anjing.” Ini menunjukkan bahwa trauma moral bukan hanya dialami oleh warga sipil, tetapi juga oleh tentara yang terjebak dalam situasi yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

    Apa yang Dirasakan oleh Warga Palestina?

    Di Tepi Barat, seorang anak berusia 14 tahun bernama Omri Salem mengaku dipaksa oleh IDF untuk menggeledah gedung dengan todongan senjata. “Saya sangat takut,” katanya, mengungkapkan pengalaman yang meninggalkan luka emosional yang mendalam.

    Bagaimana Situasi Kemanusiaan di Gaza Saat Ini?
    Apa yang Dilaporkan oleh Program Pangan Dunia (WFP)?

    Dalam perkembangan lain, Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan bahwa stok makanan di Gaza akan habis dalam waktu sekitar 10 hari, yang mengancam ratusan ribu orang dengan kelaparan.

    Menurut WFP, pasokan tepung terigu di Gaza hanya cukup untuk memasok toko roti yang melayani 800.000 orang hingga hari Selasa.

    Tanpa pengisian ulang, seluruh persediaan makanan di wilayah tersebut akan segera habis.

    Apa yang Dilakukan WFP untuk Mengatasi Krisis ini?

    Sebagai langkah darurat, pemerintah memiliki cadangan biskuit bernutrisi untuk 415.000 orang yang akan digunakan jika semua makanan lain telah habis.

    WFP mendesak semua pihak untuk memprioritaskan kebutuhan warga sipil, melindungi pekerja kemanusiaan serta personel PBB, dan segera membuka akses bantuan ke Gaza.

    Secara keseluruhan, situasi di Gaza semakin memprihatinkan, baik bagi warga sipil maupun bagi tentara yang terlibat dalam konflik ini.

    Trauma yang dialami oleh kedua pihak menunjukkan betapa kompleks dan menyedihkannya situasi ini, yang memerlukan perhatian serta tindakan dari komunitas internasional.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Tentara Israel Trauma dan Muak Dipaksa Gunakan Tameng Manusia di Gaza – Halaman all

    Tentara Israel Trauma dan Muak Dipaksa Gunakan Tameng Manusia di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sejak membatalkan gencatan senjata pada 17 Maret, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kembali menggempur Gaza dengan serangan yang disebut menargetkan personel Hamas.

    Serangan ini telah menyebabkan jumlah korban tewas di Gaza lebih dari 50.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan Palestina yang dikelola Hamas, seperti dilaporkan Al Jazeera.

    Di tengah eskalasi agresi, laporan CBS News mengungkap pengakuan seorang tentara Israel yang merasa trauma dengan taktik yang diterapkan IDF.

    Tentara Israel yang diidentifikasi sebagai “Tommy” (bukan nama sebenarnya) mengungkapkan bahwa ia diperintahkan untuk membakar gedung dan menggunakan warga Palestina sebagai tameng manusia.

    “Kami membakar gedung-gedung tanpa alasan, yang jelas melanggar hukum internasional,” katanya kepada CBS News.

    Ia juga mengaku diperintahkan mengirim warga Palestina ke dalam gedung untuk mencari bahan peledak, bukannya menggunakan anjing pelacak militer yang telah dilatih.

    “Mereka orang Palestina. Kami mengirim mereka masuk terlebih dahulu untuk melihat apakah gedung itu aman dan memeriksa apakah ada jebakan… Mereka gemetar dan ketakutan.”

    Menurut Tommy, ia dan rekan-rekannya meminta komandannya menghentikan praktik ini, tetapi perintah tetap harus dijalankan.

    Protokol Antinyamuk: Strategi Kontroversial IDF

    Praktik ini dikenal sebagai “protokol antinyamuk,” istilah yang digunakan oleh organisasi Breaking the Silence, kelompok veteran Israel yang mengungkap pelanggaran IDF.

    Beberapa whistleblower IDF telah mengonfirmasi bahwa protokol ini diterapkan secara luas di Gaza.

    Dalam tanggapannya kepada CBS News, militer Israel membantah penggunaan perisai manusia dan mengklaim tidak dapat menyelidiki kasus ini tanpa informasi lebih lanjut.

    Namun, laporan menunjukkan bahwa taktik serupa digunakan IDF di Tepi Barat, di mana lebih dari 40.000 warga telah mengungsi akibat serangan Israel selama lebih dari dua bulan.

    Tentara Israel Trauma

    Penggunaan tameng manusia ini menimbulkan trauma tidak hanya bagi warga Palestina, tetapi juga bagi tentara Israel sendiri.

    Di Tepi Barat, seorang anak berusia 14 tahun bernama Omri Salem mengaku dipaksa oleh IDF untuk menggeledah gedung dengan todongan senjata.

    “Saya sangat takut,” katanya, mengingat pengalamannya yang meninggalkan luka emosional mendalam.

    Di Gaza, Tommy yang memegang senjata juga mengalami trauma moral akibat praktik ini.

    “Saya terluka secara moral,” ujarnya. “Sungguh menyebalkan menggunakan warga sebagai tameng manusia seperti anjing.”

    WFP: Persediaan Makanan di Gaza Akan Habis dalam 10 Hari

    Dalam perkembangan lain, Program Pangan Dunia (WFP) PBB memperingatkan bahwa stok makanan di Gaza dapat habis dalam waktu sekitar 10 hari, mengancam ratusan ribu orang dengan kelaparan.

    Menurut WFP, pasokan tepung terigu di Gaza hanya cukup untuk memasok toko roti yang melayani 800.000 orang hingga hari Selasa.

    Jika tidak ada pengisian ulang, seluruh persediaan makanan di wilayah tersebut akan habis dalam waktu singkat, dikutip dari Al Jazeera.

    Blokade Israel yang telah berlangsung lebih dari empat minggu telah menghambat masuknya bantuan ke Gaza, memperparah krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.

    Sebagai langkah darurat, pemerintah memiliki cadangan biskuit bernutrisi untuk 415.000 orang yang akan digunakan jika semua makanan lain telah habis.

    “WFP menghimbau semua pihak untuk memprioritaskan kebutuhan warga sipil, melindungi pekerja kemanusiaan serta personel PBB, dan segera membuka akses bantuan ke Gaza,” kata badan tersebut dalam pernyataan resminya.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Panglima TNI Perintahkan Siapkan Pasukan Hingga Kapal Rumah Sakit Berangkat ke Myanmar – Halaman all

    Panglima TNI Perintahkan Siapkan Pasukan Hingga Kapal Rumah Sakit Berangkat ke Myanmar – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto memerintahkan persiapan pasukan lengkap, termasuk kapal rumah sakit dan pesawat, untuk misi kemanusiaan pasca-gempa Magnitudo 7,7 di Myanmar.

    Panglima TNI, yang hadir dalam rapat virtual dengan Menko PMK pada Minggu (30/3/2025), memastikan bahwa TNI akan mengirimkan tim SAR, tim evakuasi medis, serta Tim Zeni.

    Tidak hanya itu, untuk memastikan bantuan sampai dengan cepat, kapal rumah sakit KRI dr Radjiman Wedyodiningrat  dan tiga pesawat C-130 Hercules turut disiapkan. 

    Bahkan, ada satu helikopter Super Puma dan tiga Heli Caracal yang juga siap diberangkatkan ke Myanmar untuk mendukung upaya penyelamatan dan pemulihan pasca-gempa.

    “Panglima TNI telah memerintahkan satuan yang akan terlibat misi kemanusiaan ini untuk mengecek dan menyiapkan personil, peralatan dan perlengkapan, serta alutsista yang akan digunakan,” kata Kristomei kepada Tribunnews.com pada Minggu (30/3/2025).

    Sementara itu, tim advance Indonesia sudah dijadwalkan berangkat pada Senin (31/3/2025) untuk segera membantu korban gempa yang telah menewaskan dan melukai ribuan orang.

    Gempa dengan magnitudo 7,7 yang melanda Myanmar dan Thailand ini mengakibatkan kerusakan parah di wilayah Mandalay, Myanmar, serta Bangkok, Thailand.

    Infrastruktur utama seperti Old Sagaing Bridge di Myanmar dilaporkan rusak, dan wilayah Bangkok telah ditetapkan sebagai zona darurat.

    Presiden Prabowo Subianto juga mengungkapkan belasungkawa mendalam atas bencana ini, dan menyatakan bahwa Indonesia siap memberikan segala bentuk dukungan untuk pemulihan di kedua negara yang terdampak.

    Selain misi kemanusiaan, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI terus memantau situasi WNI di wilayah yang terdampak.

    Hingga kini, Kemlu menyatakan belum ada laporan tentang WNI yang menjadi korban. Namun, pihaknya tetap berkoordinasi dengan KBRI Yangon dan Bangkok untuk memastikan keselamatan warga negara Indonesia di sana.

    Indonesia menunjukkan solidaritas luar biasa dengan mengirimkan pasukan lengkap untuk membantu negara tetangga yang sedang berduka. Misi ini bukan hanya menunjukkan kekuatan TNI, tetapi juga komitmen Indonesia untuk selalu siap dalam misi kemanusiaan di seluruh dunia.