Category: Tribunnews.com Internasional

  • Bangun Negara Baru, Presiden Suriah Umumkan Pemerintahan Transisi dengan 23 Menteri – Halaman all

    Bangun Negara Baru, Presiden Suriah Umumkan Pemerintahan Transisi dengan 23 Menteri – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Suriah, Ahmed al-Sharaa, mengumumkan pembentukan pemerintahan transisi.

    Dia menunjuk 23 menteri dalam kabinet baru dengan latar belakang beragam.

    Pengumuman ini disampaikan pada Sabtu (29/3/2025), menandai babak baru dalam pemerintahan Suriah pasca-penggulingan Bashar al-Assad, Al Jazeeraa melaporkan.

    Dalam kabinet ini, Yarub Badr, yang berasal dari sekte Alawite, diangkat sebagai Menteri Transportasi.

    Sementara Amgad Badr dari komunitas Druze dipercaya memimpin Kementerian Pertanian.

    Al-Sharaa menegaskan bahwa pembentukan pemerintahan ini adalah langkah awal dalam membangun negara baru.

    “Pembentukan pemerintahan baru hari ini merupakan deklarasi keinginan bersama kita untuk membangun negara baru,” ujar al-Sharaa dalam pidato resminya.

    Tidak seperti sebelumnya, kabinet ini tidak memiliki perdana menteri.

    Al-Sharaa akan langsung memimpin cabang eksekutif.

    Menurut laporan Resul Sardar dari Al Jazeera di Beirut, Lebanon, langkah ini bertujuan menunjukkan bahwa pemerintahan baru mencerminkan keberagaman Suriah.

    Tekanan Internasional dan Reformasi Kabinet

    Para pemimpin baru Suriah menghadapi tekanan dari negara-negara Barat dan Arab untuk membentuk pemerintahan yang lebih inklusif.

    Hal ini semakin menguat setelah insiden kekerasan di sepanjang pantai barat Suriah yang menewaskan ratusan warga sipil Alawite, sekte minoritas yang sebelumnya mendukung al-Assad.

    Salah satu langkah signifikan dalam kabinet baru ini adalah penunjukan Hind Kabawat.

    Dia merupakan seorang tokoh oposisi veteran dari minoritas Kristen Suriah, yang ditunjuk sebagai Menteri Sosial dan Tenaga Kerja.

    Kabawat menjadi wanita pertama yang masuk dalam pemerintahan al-Sharaa.

    Sementara itu, Mohammed Yosr Bernieh dipercaya sebagai Menteri Keuangan.

    Ada dua menteri dari kabinet sementara sebelumnya, Murhaf Abu Qasra (Menteri Pertahanan) serta Asaad al-Shibani (Menteri Luar Negeri), tetap mempertahankan posisinya.

    Langkah Menuju Pemulihan

    Kabinet sementara di bawah al-Sharaa telah memerintah Suriah sejak Desember lalu, setelah penggulingan al-Assad dalam serangan pemberontak.

    Pada Januari, al-Sharaa diangkat menjadi presiden sementara.

    Waktu itu, dia berjanji membentuk pemerintahan transisi yang inklusif untuk membangun kembali institusi publik yang hancur serta memimpin negara hingga pemilihan umum.

    Diperkirakan  pemilihan umum Suriah membutuhkan waktu kurang lebih lima tahun untuk dilaksanakan.

    Sebagai bagian dari reformasi, al-Sharaa juga membentuk Kementerian Situasi Darurat dan Bencana untuk pertama kalinya.

    Pemimpin White Helmets, tim penyelamat yang aktif di wilayah yang dikuasai pemberontak, Raed al-Saleh, ditunjuk untuk memimpin kementerian tersebut.

    Awal bulan ini, Suriah mengeluarkan Deklarasi Konstitusional sebagai dasar bagi periode sementara di bawah kepemimpinan al-Sharaa.

    Dengan terbentuknya pemerintahan transisi ini, Suriah memasuki babak baru dalam upaya membangun kembali negara yang telah lama dilanda konflik.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Tentara Cadangan Israel Tolak Kembali Perang ke Gaza: Apa Alasannya? – Halaman all

    Tentara Cadangan Israel Tolak Kembali Perang ke Gaza: Apa Alasannya? – Halaman all

    Puluhan tentara cadangan Israel menolak kembali bertempur di Gaza, menuntut perubahan kebijakan yang lebih manusiawi.

    Tayang: Minggu, 30 Maret 2025 21:33 WIB

    khaberni/tangkap layar

    EVAKUASI PRAJURIT IDF – Tangkap layar Khaberni, Minggu (9/3/2025) menunjukkan Personel tentara Israel (IDF) mengvakuasi rekan mereka yang terluka menggunakan helikopter. Kementerian Pertahanan Israel belakangan mengakui kalau jumlah prajurit IDF yang terluka dan cacat mencapai 78 ribu personel akibat perang Gaza selama 15 bulan disertai pertempuran di berbagai front lainnya. 

    TRIBUNNEWS.COM – Puluhan tentara cadangan Israel yang bertugas di Korps Medis Israel menolak untuk kembali berpartisipasi dalam pertempuran di Gaza.

    Penolakan ini disampaikan melalui sebuah petisi yang ditandatangani oleh mereka yang berpangkat hingga letnan kolonel, termasuk dokter paramedis dan petugas medis tempur.

    Latar Belakang Penolakan

    Menurut laporan Otoritas Penyiaran Israel KAN, para tentara cadangan ini mengekspresikan keberatan mereka terhadap kebijakan pemerintah Zionis yang semakin agresif.

    Mereka menyatakan bahwa tindakan pemerintah untuk merebut tanah Palestina di Gaza dan membangun pemukiman ilegal merupakan pelanggaran hukum internasional.

    Dalam petisi disebutkan bahwa operasi militer yang berkelanjutan hanya memperpanjang penderitaan, bukannya menghasilkan penyelesaian, mengutip Palestine Chronicle. 

    Mereka juga menyoroti frustrasi terhadap kurangnya kemajuan dalam negosiasi pertukaran tawanan, yang diharapkan dapat menjamin pembebasan tawanan Israel di Gaza.

    Dampak Kebijakan Militer

    Para tentara cadangan ini menilai bahwa kebijakan yang diterapkan oleh pimpinan Israel tidak hanya memperburuk situasi di lapangan, tetapi juga meningkatkan ketegangan di dalam masyarakat.

    “Perang ini telah melampaui semua batas rasional dan menimbulkan kerugian yang parah pada warga sipil di kedua belah pihak,” tambah mereka dalam pernyataan bersama.

    Dengan penolakan ini, tentara cadangan Israel menunjukkan sikap kritis terhadap kebijakan militer yang dianggap tidak efektif dan merugikan.

    Mereka berharap agar pemerintah Israel mempertimbangkan kembali pendekatan yang diambil dalam konflik yang berkepanjangan ini.

     

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • BREAKING NEWS Gempa Bumi Magnitudo 7,1 Guncang Tonga di Pasifik, Ada Gelombang Tsunami Muncul – Halaman all

    BREAKING NEWS Gempa Bumi Magnitudo 7,1 Guncang Tonga di Pasifik, Ada Gelombang Tsunami Muncul – Halaman all

    Gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 7,1 mengguncang Tonga di Pasifik. Gempa tersebut terjadi di 90 kilometer sebelah tenggara Pangai.

    Tayang: Minggu, 30 Maret 2025 21:25 WIB

    Generated by AI

    ILUSTRASI GEMPA BUMI – Foto ilustrasi tembok mengalami retak karena gempa bumi, diolah dengan artificial intelligence (AI), Senin (24/3/2025). Gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 7,1 mengguncang Tonga di Pasifik.  

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 7,1 mengguncang Tonga di Pasifik. 

    Gempa tersebut terjadi di 90 kilometer sebelah tenggara Pangai, Tonga di Kepulauan Pasifik.

    Sistem Peringatan Tsunami AS mengeluarkan peringatan terjadinya tsunami di daerah Pantai Niue dan Tonga.

    Tsunami terjadi dengan ketinggian 0,9 hingga 1 meter lebih.

    “Orang-orang yang tinggal di daerah pantai dataran rendah harap pindah ke tempat yang lebih tinggi atau lebih jauh di daratan,” tulis Kantor Manajemen Risiko Bencana Nasional Tonga di Facebook dikutip Minggu(31/3/2025).

    Sementara itu di media sosial X(twitter) beredar video warga Tonga ramai-ramai melakukan evakuasi ke daerah yang lebih tinggi.

    Dalam video tersebut juga terdengar sirine peringatan tsunami meraung-raung.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Korban Tewas Gempa di Myanmar Capai 1.644 Jiwa, Thailand Laporkan 17 Warga Meninggal Dunia – Halaman all

    Korban Tewas Gempa di Myanmar Capai 1.644 Jiwa, Thailand Laporkan 17 Warga Meninggal Dunia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Jumlah korban tewas akibat gempa besar yang mengguncang Myanmar dan Thailand telah melampaui 1.600 orang.

    Sementara itu, tim penyelamat terus berupaya menggali reruntuhan bangunan yang runtuh demi mencari korban selamat.

    Dalam pernyataan resmi, pemerintah militer Myanmar mengonfirmasi bahwa sebanyak 1.644 orang tewas dan lebih dari 3.400 orang mengalami luka-luka, sementara setidaknya 139 orang masih dinyatakan hilang setelah gempa berkekuatan 7,7 magnitudo pada Jumat (28/3/2025).

    Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar yang berada dekat dengan episentrum gempa, mengalami dampak yang sangat parah.

    “Malam yang sangat tidak nyaman bagi banyak orang. Mereka memilih untuk tidur di luar rumah. Kami melihat banyak orang di taman dengan kasur yang mereka letakkan di luar rumah,” lapor Tony Cheng dari Al Jazeera di ibu kota Naypyidaw.

    “Masih ada gempa susulan, beberapa di antaranya kami rasakan pagi ini. Meski tidak terlalu besar, guncangan tersebut cukup membuat orang enggan kembali ke bangunan,” tambahnya.

    Operasi kemanusiaan di Myanmar mengalami hambatan besar akibat infrastruktur yang rusak, termasuk jalan dan jembatan utama, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).

    “Kerusakan pada jalan tol Yangon-Naypyidaw-Mandalay menyebabkan gangguan layanan, dengan retakan dan distorsi permukaan yang memaksa bus antarkota menghentikan operasinya,” kata OCHA dalam pernyataannya.

    Pemerintah militer Myanmar juga mengakui bahwa gempa telah merusak infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan bangunan, yang menyebabkan korban jiwa dan luka-luka di kalangan warga sipil. Saat ini, operasi pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung di daerah terdampak.

    Untuk mempermudah upaya bantuan pascagempa, Pemerintahan Persatuan Nasional (NUG), kelompok oposisi yang menentang junta militer, mengumumkan gencatan senjata sepihak selama dua minggu di wilayah terdampak gempa mulai Minggu.

    Dalam pengumuman pada Sabtu malam, sayap militer NUG, Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), menyatakan bahwa mereka akan “bekerja sama dengan PBB dan organisasi non-pemerintah untuk memastikan keamanan, transportasi, serta pendirian kamp penyelamatan dan medis sementara” di wilayah yang mereka kendalikan.

    Jumlah Korban Tewas di Thailand Juga Meningkat

    Sementara itu dikutip dari AP News, jumlah korban tewas akibat gempa di Thailand meningkat menjadi 17 orang.

    Gempa mengguncang wilayah metropolitan Bangkok, yang dihuni sekitar 17 juta orang, serta bagian lain di negara tersebut.

    Beberapa daerah di utara melaporkan kerusakan, tetapi korban jiwa hanya dilaporkan terjadi di Bangkok.

    Dari total korban tewas, 10 orang kehilangan nyawa akibat runtuhnya gedung tinggi di dekat pasar terkenal Chatuchak, sementara sisanya meninggal di tujuh lokasi lain.

    Pihak berwenang di Bangkok melaporkan bahwa 83 orang masih belum ditemukan.

    Pada hari Sabtu, lebih banyak alat berat dikerahkan untuk memindahkan ton-ton puing, tetapi harapan mulai memudar di antara keluarga dan kerabat korban.

    “Saya berdoa agar mereka selamat, tetapi ketika saya tiba di sini dan melihat kehancuran ini — di mana mereka bisa berada?” kata Naruemol Thonglek, seorang wanita berusia 45 tahun, sambil menangis menunggu kabar tentang pasangannya yang berasal dari Myanmar dan lima temannya yang bekerja di lokasi tersebut.

    (Tribunnews.com)

  • Idul Fitri Penuh Kesedihan, Cerita Warga Gaza Kehilangan 20 Anggota Keluarga karena Serangan Israel – Halaman all

    Idul Fitri Penuh Kesedihan, Cerita Warga Gaza Kehilangan 20 Anggota Keluarga karena Serangan Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hari Raya Idul Fitri yang semestinya disambut dengan kegembiraan, tampaknya tidak dirasakan warga Gaza di Palestina.

    Warga Palestina di Jalur Gaza tidak memiliki banyak hal untuk dirayakan pada Idul Fitri yang jatuh pada hari Minggu (30/3/2025).

    Dikutip dari Al Arabiya, Idul Fitri 2025 di Gaza berlangsung di tengah persediaan makanan yang semakin menipis dan tanpa tanda-tanda berakhirnya perang antara Israel dan Hamas.

    Banyak yang melaksanakan salat di luar reruntuhan masjid pada hari raya Idul Fitri, yang menandai akhir bulan puasa Ramadan.

    Seharusnya ini menjadi momen bahagia ketika keluarga berkumpul untuk berpesta dan membeli pakaian baru untuk anak-anak, namun sebagian besar dari dua juta penduduk Gaza hanya berusaha bertahan hidup.

    “Ini adalah Idul Fitri yang penuh kesedihan,” kata Adel al-Shaer setelah mengikuti salat Id.

    “Kami kehilangan orang-orang tercinta, anak-anak kami, kehidupan kami, dan masa depan kami. Kami kehilangan para pelajar, sekolah, dan institusi kami. Kami kehilangan segalanya.”

    Adel mengungkapkan 20 anggota keluarganya telah tewas akibat serangan Israel, termasuk empat keponakan kecilnya beberapa hari lalu, katanya sambil menangis.

    Israel mengakhiri gencatan senjata dengan Hamas dan melanjutkan perang awal bulan ini setelah kelompok militan tersebut menolak menerima perubahan dalam perjanjian yang dicapai pada Januari.

    Serangan Israel telah menewaskan ratusan warga Palestina, dan selama empat minggu terakhir Israel tidak mengizinkan masuknya makanan, bahan bakar, atau bantuan kemanusiaan.

    “Ada pembunuhan, pengungsian, kelaparan, dan blokade,” kata Saed al-Kourd, seorang jamaah lainnya.

    “Kami keluar untuk menjalankan ibadah kepada Tuhan demi membahagiakan anak-anak, tetapi kebahagiaan Idul Fitri? Tidak ada Idul Fitri,” pungkasnya.

    Data Korban Tewas

    Dikutip dari Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa setidaknya 50.277 warga Palestina telah dipastikan tewas dan 114.095 lainnya terluka dalam perang Israel di Gaza.

    Kantor Media Pemerintah Gaza memperbarui jumlah korban tewas sekitar dua bulan lalu menjadi lebih dari 61.700, dengan ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diduga telah meninggal.

    Sementara itu 1.139 orang tewas di Israel dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023.

    (Tribunnews.com)

  • Dampak Gempa: Ribuan Korban di Myanmar Butuh Bantuan – Halaman all

    Dampak Gempa: Ribuan Korban di Myanmar Butuh Bantuan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengungkapkan bahwa kondisi korban gempa di Myanmar sangat memprihatinkan.

    Ribuan orang kini dilaporkan mengalami kekurangan pasokan medis yang parah.

    Hal ini terjadi setelah jumlah korban terus meningkat, sementara stok medis yang tersedia tidak mencukupi untuk menangani jumlah pasien yang semakin bertambah.

    Kekurangan pasokan medis ini semakin diperparah oleh kerusakan jalan dan infrastruktur komunikasi yang mengganggu mobilitas pengiriman alat medis.

    OCHA menjelaskan, “Kekurangan parah pasokan medis menghambat upaya untuk menanggapi gempa bumi mematikan di Myanmar,” seperti yang dikutip dari The Straits Times.

    Bagaimana Dampak Gempa Terhadap Infrastruktur?

    Kondisi darurat ini diperburuk oleh gangguan telekomunikasi dan internet, yang menghambat komunikasi serta operasi kemanusiaan.

    Jalan yang rusak dan puing-puing bangunan menghalangi akses ke daerah terdampak, mempersulit penilaian kebutuhan yang mendesak. “Jalan yang rusak dan puing-puing menghalangi akses kemanusiaan dan mempersulit penilaian kebutuhan,” tambah OCHA.

    PBB melaporkan bahwa mereka sedang memobilisasi upaya tanggap darurat bersama dengan organisasi mitra kemanusiaan setelah gempa bumi dahsyat yang terjadi pada 28 Maret.

    Bantuan kemanusiaan yang mendesak sangat dibutuhkan untuk membantu mereka yang terkena dampak bencana ini.

    Berapa Banyak Korban Jiwa yang Terjadi?

    Laporan media pemerintah menunjukkan bahwa jumlah korban jiwa akibat gempa di Myanmar telah bertambah menjadi 1,644 orang, sementara 3,408 orang lainnya mengalami luka-luka, dan ada 139 orang yang dilaporkan hilang.

    Upaya penyelamatan yang dilakukan sejak hari Jumat terkendala oleh kurangnya alat berat di daerah-daerah terdampak, membuat masyarakat setempat harus berjuang dengan tangan kosong untuk menyelamatkan satu sama lain.

    Video viral di media sosial menunjukkan dua pria yang sedang berusaha mengeluarkan seorang wanita muda yang terjebak di antara dua lempengan beton.

    Di Mandalay, tim penyelamat juga terlihat menarik seorang wanita hidup-hidup dari reruntuhan blok apartemen dengan tangan kosong.

    Apa Saja Kerusakan yang Diterima oleh Infrastruktur?

    Gempa yang terjadi dekat Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar, tidak hanya menghancurkan gedung-gedung tetapi juga meruntuhkan jembatan yang menghubungkan wilayah Ava dan Sagaing.

    Analisis foto satelit oleh Planet Labs PBC menunjukkan bahwa gempa merobohkan menara kontrol lalu lintas udara di Bandara Internasional Naypyitaw.

    Diprediksi setidaknya 2,900 bangunan, 30 jalan, dan tujuh jembatan rusak akibat gempa bumi ini.

    Dalam respons darurat, junta militer Myanmar mengumumkan situasi darurat pada tanggal 28 Maret untuk enam wilayah, termasuk Sagaing, Mandalay, Bago, Magway, dan bagian timur Shan, serta Naypyidaw, ibu kota yang menjadi kediaman para pemimpin junta.

    Bagaimana Upaya Bantuan Internasional Dikerahkan?

    Untuk mempercepat proses evakuasi, bantuan internasional dan upaya penyelamatan terus ditingkatkan.

    Tim bantuan dari Cina telah tiba di Myanmar dengan pesawat China Eastern Airlines, membawa bantuan penting.

    India juga turut berkontribusi, mengirimkan 15 ton bantuan kemanusiaan yang mencakup tenda, kantong tidur, selimut, makanan siap saji, alat penyaring air, paket kebersihan, serta perlengkapan medis.

    Sementara itu, Kementerian Situasi Darurat Rusia mengirimkan dua pesawat yang membawa 120 tenaga ahli, termasuk dokter dan tim penyelamat, untuk membantu upaya pemulihan di daerah terdampak.

    Dengan situasi yang semakin mendesak, penting bagi masyarakat internasional untuk terus mendukung upaya bantuan kemanusiaan di Myanmar.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Perang AS Vs Iran di Ambang Mata, Trump Mulai Tumpuk Bomber B2 Spirit hingga Kapal Induk di Kawasan – Halaman all

    Perang AS Vs Iran di Ambang Mata, Trump Mulai Tumpuk Bomber B2 Spirit hingga Kapal Induk di Kawasan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, SANAA – Di tengah kampanye serangan udara ke basis pertahanan Kelompok Houthi di Yaman, militer Amerika Serikat diam-diam menggeser setidaknya empat pembom siluman jarak jauh B-2 ke Diego Garcia yang terletak di Samudera Hindia.

    Kehadiran pesawat siluman tersebut kian menguatkan spekulasi di banyak pihak bahwa Amerika Serikat akan melakukan serangan ke Iran, dalam waktu dekat.

    Selain pesawat bomber siluman, setidaknya militer AS juga diperkuat kapal-kapal induk mereka di kawasan tersebut.

    Pertama, Kapal induk USS Harry S. Truman yang tengah melancarkan serangan terhadap Houthi dari Laut Merah.

    Kemudian, militer Amerika berencana untuk membawa kapal induk USS Carl Vinson ke Timur Tengah.

    Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran semakin meningkat setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan melakukan serangan militer terhadap Iran jika negara tersebut tidak menyetujui kesepakatan mengenai program nuklirnya.

    Ancaman tersebut memicu respons tegas dari pemimpin militer Iran yang menyatakan akan menargetkan pasukan Inggris di Pulau Chagos, khususnya di pangkalan militer bersama AS-Inggris di Diego Garcia.

    Sebagai informasi, Diego Garcia, sebuah pangkalan militer strategis yang terletak di Kepulauan Chagos, yang merupakan wilayah kedaulatan Inggris.

    Potensi perang Amerika Vs Iran muncul setelah Trump kembali ke kursi kepresidenan dan memperbarui kampanye tekanan maksimum terhadap Iran pada awal Oktober 2023.

    Hal ini dipicu oleh ambisi Trump berusaha untuk menghentikan program nuklir Iran dengan memotong ekspor minyaknya hingga nol, sementara Iran menganggap pangkalan Diego Garcia sebagai ancaman karena keberadaan pesawat pengebom strategis B2 Spirit yang dapat menyerang fasilitas bawah tanahnya.

    Iran berencana menggunakan misil balistik dan drone bunuh diri untuk menyerang Diego Garcia jika AS melancarkan serangan.

    Iran mengeklaim memiliki senjata yang cukup untuk melancarkan serangan dari daratan mereka, termasuk versi terbaru dari misil Khorramshahr dan drone Shahed-136B.

    Menurut laporan dari media Iran, pangkalan Diego Garcia menjadi target utama karena kemampuannya untuk meluncurkan serangan ke fasilitas Iran.

    Pangkalan Diego Garcia, yang telah beroperasi sejak tahun 1970-an, menampung sekitar 4.000 personel militer dan kontraktor sipil dari AS dan Inggris.

    Pangkalan ini juga menjadi pusat kontroversi terkait rencana Inggris untuk menyerahkan pengelolaan pulau tersebut kepada Mauritius.

    Dengan ketegangan yang meningkat, baik Trump maupun pemimpin Iran, Ayatullah Ali Khamenei, menunjukkan sikap yang keras.

    Khamenei menegaskan bahwa tidak ada masalah yang dapat diselesaikan melalui negosiasi dengan AS, sementara Trump menginginkan dialog tetapi mengancam akan mengambil tindakan tegas jika tidak ada kesepakatan yang dicapai.

    Situasi ini menandakan potensi konflik yang lebih besar di kawasan, dengan kedua belah pihak saling mengancam dan memperkuat posisi militer mereka.

    Ancaman Trump

    Trump mengatakan pada awal bulan ini bahwa ia telah mengirim surat kepada Ayatullah Khamenei, memperingatkan bahwa “ada dua cara untuk menangani Iran: secara militer, atau Anda membuat kesepakatan.”

    Khamenei menolak tawaran AS untuk berunding sebagai “tipuan,” dengan mengatakan bahwa bernegosiasi dengan pemerintahan Trump akan “mempererat ikatan sanksi dan meningkatkan tekanan terhadap Iran.”

    Namun, menteri luar negeri Iran, Abbas Araqchi, mengatakan pada hari Kamis bahwa Teheran akan segera membalas “ancaman dan peluang” dalam surat tersebut.

    Ia memperingatkan pada hari Minggu bahwa pembicaraan dengan AS tidak mungkin dilakukan kecuali Washington mengubah kebijakan tekanannya.

    Berbicara secara terpisah di CBS News, penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Mike Waltz, mengatakan AS mengupayakan “pembongkaran penuh” program nuklir Iran.

    “Iran harus menghentikan programnya dengan cara yang dapat dilihat seluruh dunia,” katanya.

    “Seperti yang dikatakan Presiden Trump, ini akan segera terjadi. Semua opsi tersedia dan sudah waktunya bagi Iran untuk sepenuhnya meninggalkan keinginannya untuk memiliki senjata nuklir.”

    Teheran telah lama mengatakan bahwa program tersebut hanya untuk tujuan damai.

    Kepala pengawas nuklir PBB Rafael Grossi mengatakan bulan lalu bahwa waktu hampir habis untuk mencapai kesepakatan guna mengendalikan program nuklir Iran karena Teheran terus mempercepat pengayaan uraniumnya hingga mendekati tingkat senjata.

    Sambil membiarkan pintu terbuka untuk perjanjian nuklir dengan Teheran, Trump telah mengembalikan kampanye “tekanan maksimum” yang diterapkannya pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden, termasuk upaya untuk mendorong ekspor minyak negara itu ke titik nol.

    AS telah mengeluarkan empat putaran sanksi terhadap penjualan minyak Iran sejak Trump kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari.

     

     

     

  • Hamas Mendesak Israel Tindaklanjuti Proposal Gencatan Senjata – Halaman all

    Hamas Mendesak Israel Tindaklanjuti Proposal Gencatan Senjata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin militan sayap kanan Hamas, Khalil Al-Hayya, menyatakan persetujuannya terhadap proposal gencatan senjata terbaru yang diusulkan oleh mediator Arab dan Mesir.

    Dalam pernyataannya, Al-Hayya mendesak Israel untuk mendukung usulan tersebut.

    Ia menegaskan bahwa Hamas telah sepenuhnya mematuhi ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata yang sebelumnya dan berharap Israel tidak menghalangi usulan ini.

    “Dua hari yang lalu kami menerima proposal dari saudara-saudara mediator di Mesir dan Qatar. Kami menanggapinya secara positif dan menyetujuinya,” ujar Al-Hayya dalam pidato yang dikutip dari CNN International.

    Ia juga berharap agar pendudukan Israel tidak menjadi penghalang bagi tercapainya kesepakatan ini.

    Berapa Lama Gencatan Senjata Akan Berlaku?

    Seorang pejabat Mesir mengkonfirmasi bahwa Hamas telah setuju untuk melaksanakan gencatan senjata selama 50 hari yang akan dimulai saat perayaan Idul Fitri.

    Selama masa gencatan senjata, Hamas akan membebaskan lima sandera yang masih hidup, termasuk seorang warga Amerika-Israel, sebagai imbalan atas izin Israel untuk memasukkan bantuan ke wilayah Gaza dan jeda pertempuran selama seminggu.

    Untuk mempercepat tercapainya usulan gencatan senjata, Hamas bersama dengan faksi-faksi lain telah menyerahkan daftar para profesional dan ahli independen kepada Mesir.

    Langkah ini diharapkan dapat membantu membentuk komite yang akan mengelola daerah kantong tersebut sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata.

    Mengapa Israel Menolak Proposal Gencatan Senjata?

    Meskipun Hamas sepakat dengan usulan gencatan senjata, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilaporkan menolak proposal yang diajukan oleh mediator.

    Kantor Perdana Menteri Netanyahu tidak memberikan rincian spesifik mengenai tawaran balasan Israel, namun menyatakan bahwa tawaran tersebut telah mendapat persetujuan dari pemerintah AS.

    “Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengadakan serangkaian konsultasi sesuai dengan usulan yang diterima dari para mediator. Beberapa jam yang lalu, Israel menyampaikan kepada para mediator sebuah usulan balasan dengan koordinasi penuh dengan AS,” ungkap kantor Netanyahu.

    Apa yang Terjadi Setelah Gencatan Senjata Berakhir?

    Gencatan senjata antara Israel dan Hamas diketahui berakhir pada 18 Maret setelah Israel melakukan serangan besar-besaran.

    Serangan ini mengakibatkan ratusan orang tewas dalam waktu singkat.

    Gedung Putih menyalahkan Hamas atas terjadinya pertempuran yang kembali pecah, mengeklaim bahwa Hamas menolak untuk memperpanjang gencatan senjata dan tidak bersedia membebaskan 24 dari 59 sandera yang masih hidup.

    Karena alasan ini, Israel menolak kesepakatan gencatan senjata dan mengancam akan melanjutkan agresi untuk merebut lebih banyak wilayah di Gaza.

    Terbaru, menjelang Idul Fitri 2025, militer Israel mengumumkan telah memperluas serangan darat di Jalur Gaza bagian selatan, dengan menargetkan beberapa lokasi di area tersebut.

    Bagaimana Situasi di Gaza Saat Ini?

    Sepanjang akhir pekan, pasukan Israel mengeklaim telah melancarkan serangan terhadap puluhan target di wilayah tersebut.

    Pada 19 Maret, Israel mengumumkan dimulainya operasi darat terbatas untuk memperluas zona penyangga antara bagian utara dan selatan Gaza.

    Serangan udara besar-besaran yang dilakukan pada 18 Maret menyebabkan lebih dari 920 korban jiwa dan melukai lebih dari 2.000 orang, serta mengakhiri kesepakatan gencatan senjata yang telah berjalan sejak Januari.

    Dengan latar belakang ini, situasi di Gaza semakin memanas, dan ketidakpastian mengenai masa depan gencatan senjata tetap menjadi topik hangat di kalangan masyarakat internasional.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Insiden di Bandara Reagan: Pesawat Delta Nyaris Tabrakan dengan Jet T-38 – Halaman all

    Insiden di Bandara Reagan: Pesawat Delta Nyaris Tabrakan dengan Jet T-38 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah insiden serius terjadi pada hari Jumat, 28 Maret 2025, ketika sebuah pesawat penumpang Delta nyaris bertabrakan dengan jet tempur Angkatan Udara AS di dekat Bandara Nasional Reagan.

    Kejadian ini menambah daftar panjang insiden penerbangan di wilayah tersebut dan menarik perhatian publik serta pihak berwenang.

    Apa yang Terjadi dalam Insiden Ini?

    Pesawat Delta yang mengangkut 137 orang tersebut sedang dalam perjalanan menuju Minneapolis-St.

    Paul, Minnesota, ketika tiba-tiba alarm berbunyi di kokpit.

    Alarm ini memperingatkan pilot tentang keberadaan pesawat lain yang mendekat dalam jarak berbahaya.

    Laporan dari Daily Mail mengungkapkan bahwa jet tempur T-38 Talon milik Angkatan Udara AS melintas dengan kecepatan lebih dari 350 mil per jam, hanya beberapa ratus kaki di bawah pesawat Delta.

    Menurut Administrasi Penerbangan Federal (FAA), empat jet T-38 sedang dalam perjalanan menuju Pemakaman Nasional Arlington untuk melakukan terbang lintas saat insiden ini terjadi.

    Pengendali lalu lintas udara segera memberikan instruksi kepada kedua pesawat untuk menghindari tabrakan, sebuah tindakan cepat yang mungkin menyelamatkan banyak nyawa.

    Apa Kata Para Pilot dan Pihak Berwenang?

    Dalam komunikasi yang direkam, seorang pilot Delta bertanya, “Apakah ada pesawat sekitar 500 kaki di bawah kami?” Pertanyaan ini kemudian dikonfirmasi oleh pengendali lalu lintas udara.

    FAA telah mengumumkan bahwa mereka akan melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap insiden ini, yang menunjukkan bahwa mereka menganggap situasi ini sangat serius.

    Pesawat Delta juga menerima peringatan bahwa ada pesawat lain di dekatnya, seperti yang dinyatakan dalam pernyataan resmi dari FAA.

    Delta Airlines menegaskan bahwa keselamatan penumpang adalah prioritas utama mereka, dan mereka berkomitmen untuk bekerja sama dengan regulator dan pemangku kepentingan dalam peninjauan insiden ini.

    Mengapa Insiden Ini Menjadi Sorotan?

    Senator AS dari Minnesota, Amy Klobuchar, turut mengecam insiden ini melalui media sosialnya.

    Ia menyatakan, “Sangat berbahaya. Syukurlah semua orang selamat. Saya akan menanyakan Departemen Pertahanan mengapa pesawat militer bisa terbang begitu dekat dengan penerbangan penumpang.” Pernyataan ini menggambarkan kekhawatiran yang meluas mengenai keselamatan penerbangan.

    Insiden ini terjadi setelah serangkaian kecelakaan udara yang mengkhawatirkan.

    Sebelumnya, pada bulan Januari, terjadi tabrakan antara helikopter Black Hawk dan penerbangan American Airlines di dekat Bandara Reagan yang mengakibatkan 67 orang tewas, menjadikannya bencana penerbangan paling mematikan di AS sejak tahun 2001.

    Apakah Kualitas Layanan Pengendalian Lalu Lintas Udara Memadai?

    Dalam laporan FAA, terungkap bahwa terdapat lebih dari 15.000 kejadian hampir tabrakan antara pesawat dan helikopter dalam rentang waktu dari Oktober 2021 hingga Desember 2024.

    Data dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) juga menunjukkan 85 kasus di mana dua pesawat terbang dalam jarak kurang dari 1500 kaki secara horizontal dan kurang dari 200 kaki secara vertikal.

    Bandara Reagan National telah lama menghadapi kekurangan staf pengendali lalu lintas udara.

    Laporan FAA menunjukkan bahwa hingga September 2023, hanya terdapat 19 pengendali yang bersertifikat penuh, jauh di bawah target yang seharusnya adalah 30 orang.

    Walaupun jumlah staf saat ini telah meningkat menjadi 24 dari 28 posisi yang tersedia, insiden di menara kontrol baru-baru ini menunjukkan adanya ketegangan di antara para petugas.

    Apa Selanjutnya Setelah Insiden Ini?

    Hingga saat ini, FAA masih menyelidiki insiden ini, dan CBS News telah menghubungi Angkatan Udara untuk mendapatkan pernyataan resmi terkait keterlibatan jet tempur dalam kejadian tersebut.

    Keterlibatan jet tempur dalam penerbangan komersial menciptakan pertanyaan serius mengenai prosedur keselamatan dan koordinasi antara militer dan penerbangan sipil.

    Insiden ini bukan hanya mengkhawatirkan, tetapi juga merupakan pengingat akan pentingnya keselamatan dalam penerbangan dan perlunya pengawasan yang lebih ketat untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Tentara Cadangan Israel Tolak Kembali Perang di Gaza, Diduga Sadar Tujuan ‘Keji’ Pemerintah Zionis – Halaman all

    Tentara Cadangan Israel Tolak Kembali Perang di Gaza, Diduga Sadar Tujuan ‘Keji’ Pemerintah Zionis – Halaman all

    Tentara cadangan Israel menandatangani petisi soal keengganan mereka kembali di medan perangg Gaza.

    Tayang: Minggu, 30 Maret 2025 16:05 WIB

    kredit foto: tangkap layar JPost/Courtesy Yoaz Hendel

    PASUKAN DIVISI CADANGAN – Para personel pasukan cadangan dari Batalion Beeri militer Israel (IDF). Tentara cadangan Israel menandatangani petisi soal keengganan mereka kembali di medan perang Gaza. 

    TRIBUNNEWS.COM – Puluhan tentara cadangan Israel yang bertugas di Korps Medis Israel telah menyatakan keengganan mereka untuk kembali berpartisipasi dalam pertempuran di Gaza.

    Menurut laporan Otoritas Penyiaran Israel (KAN) bahkan mereka telah menandatangani petisi.

    Mereka yanng menandatangani petisi yakni para cadangan, tentara Israel yang berpangkat hingga letnan kolonel termasuk dokter, paramedis, dan petugas medis tempur 

    Dalam petisi yang diajukan, para tentara cadangan Israel dilaporkan menyatakan penentangan mereka untuk melanjutkan dinas mereka. 

    Mereka menyatakan bahwa penolakan mereka terutama didorong oleh meningkatnya seruan dalam kalangan politik dan militer Israel untuk merebut tanah Palestina di Gaza.

    Juga seruan pihak pemerintah zionis untuk membangun pemukiman ilegal di sana. 

    Para tentara cadangan Israel berpendapat bahwa tindakan tersebut merupakan pelanggaran hukum internasional.

    Dan mereka tidak ingin terlibat dalam kebijakan yang dapat memperdalam konflik dan meningkatkan ketegangan.

    Di luar masalah hukum dan etika, para prajurit cadangan juga menyatakan frustrasi atas kurangnya kemajuan menuju tahap kedua dari kesepakatan pertukaran tawanan.

    Di mana hal ini awalnya bertujuan untuk menjamin pembebasan tawanan Israel yang ditahan di Gaza. 

    Tentara cadangan Israel ini dilaporkan menyatakan kekecewaan terhadap penanganan negosiasi oleh pimpinan Israel.

    Mereka juga menekankan bahwa operasi militer yang berkelanjutan hanya memperpanjang penderitaan, bukannya menghasilkan penyelesaian.

    Dalam pernyataan para tentara Israel juga menunjuk pada sifat perang yang berkepanjangan.

    Yakni dengan menyatakan bahwa perang tersebut telah melampaui semua batas rasional dan menimbulkan kerugian yang parah pada warga sipil di kedua belah pihak.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini