Category: Tribunnews.com Internasional

  • Tragedi Idul Fitri 2025: IDF Paksa Warga Gaza Evakuasi – Halaman all

    Tragedi Idul Fitri 2025: IDF Paksa Warga Gaza Evakuasi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perayaan hari raya Idul Fitri di Gaza tahun 2025 berubah menjadi sebuah tragedi ketika Militer Israel (IDF) mengeluarkan perintah evakuasi besar-besaran yang mencakup sebagian besar wilayah Rafah.

    Peristiwa ini tidak hanya menciptakan kepanikan di kalangan warga sipil, tetapi juga menyebabkan banyaknya korban jiwa.

    Mengapa Perintah Evakuasi Dikeluarkan?

    Dalam keterangan resmi yang dikutip oleh NBC News, Militer Israel memerintahkan seluruh penduduk Rafah untuk mengevakuasi diri menjelang operasi besar-besaran yang akan dilaksanakan.

    Menurut seorang sumber yang mengetahui laporan tersebut, militer telah menginstruksikan warga Palestina untuk menuju Muwasi, sebuah kamp tenda kumuh di sepanjang pantai Gaza.

    Perintah evakuasi ini dikeluarkan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tepat pada hari raya Idul Fitri, yang biasanya menjadi momen perayaan bagi umat Islam setelah sebulan berpuasa.

    Netanyahu berdalih bahwa langkah ini diambil untuk meminimalisir korban sipil menjelang dimulainya operasi darat di Gaza, mengingat Hamas menolak untuk memenuhi tuntutan agar melucuti senjatanya.

    Berapa Banyak Warga Palestina yang Mengungsi?

    Pasca pengumuman evakuasi, banyak warga Palestina berbondong-bondong meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat yang lebih aman.

    Badan kemanusiaan PBB, OCHA, melaporkan bahwa sejak 18 Maret lalu, Israel melancarkan serangkaian serangan di Jalur Gaza yang memaksa sekitar 142.000 warga Palestina mengungsi.

    Keadaan ini memperburuk kondisi kemanusiaan yang sudah sangat menyedihkan di wilayah tersebut.

    Bagaimana Situasi di Lapangan Selama Idul Fitri?

    Tidak hanya evakuasi, serangan militer Israel terus berlangsung, bahkan pada hari raya Idul Fitri.

    Mengutip laporan dari Al Jazeera, setidaknya 35 warga dari kota Rafah dan Khan Younis tewas menjelang shalat Idul Fitri yang berlangsung pada Minggu, 30 Maret 2025.

    Sebagian besar korban tewas adalah wanita dan anak-anak, yang menjadi sasaran serangan bom dan drone militer.

    Adel al-Shaer, salah satu warga Gaza, mengungkapkan rasa dukanya setelah kehilangan 20 orang yang dicintainya pada hari kemenangan tersebut. “Kami kehilangan dua puluh orang yang kami cintai, anak-anak kami, kehidupan kami, dan masa depan kami,” ujarnya sambil menghadiri shalat di tengah reruntuhan di Deir al-Balah.

    Apa Ancaman Selanjutnya dari Israel?

    Di tengah serangan yang meningkat, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengancam untuk melanjutkan agresi dan menerjunkan pasukan IDF untuk merebut lebih banyak wilayah di Gaza.

    Menurut Katz, jika Hamas terus menolak membebaskan para sandera, IDF akan menginstruksikan untuk merebut wilayah tambahan secara permanen.

    Ancaman ini datang sebagai respons terhadap sikap Hamas yang terus menolak untuk membebaskan 24 dari 59 sandera yang masih hidup.

    Netanyahu menyebut bahwa Hamas telah menolak usulan untuk memperpanjang gencatan senjata, yang membuat ketegangan antara kedua belah pihak semakin meningkat.

    Hamas, di sisi lain, menyatakan bahwa keputusan untuk menunda pembebasan sandera adalah karena Israel gagal mematuhi perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya.

    Perayaan Idul Fitri yang seharusnya menjadi momen sukacita bagi umat Islam kini menjadi simbol duka di Gaza.

    Keputusan Militer Israel untuk melakukan evakuasi dan serangan yang terus berlanjut hanya menambah penderitaan bagi warga Palestina.

    Situasi ini menunjukkan bahwa konflik di Gaza masih jauh dari kata damai, dengan ancaman lebih banyak agresi yang mungkin akan terjadi di masa depan.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • PRCS: 15 Jenazah Tim Penyelamat yang Ditembaki Pasukan Israel di Rafah Telah Ditemukan – Halaman all

    PRCS: 15 Jenazah Tim Penyelamat yang Ditembaki Pasukan Israel di Rafah Telah Ditemukan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) melaporkan telah menemukan 15 jenazah tim penyelamat di Rafah pada hari Minggu (30/3/2025).

    Adapun 15 jenazah ini merupakan korban serangan Israel pada ambulans yang terjadi seminggu yang lalu.

    Delapan jenazah telah diidentifikasi sebagai anggota PRCS, enam sebagai anggota Pertahanan Sipil, dan satu sebagai karyawan badan PBB. 

    Namun satu petugas medis lainnya dilaporkan masih hilang.

    Serangan terhadap tim medis ini terjadi pada 23 Maret, ketika mereka berupaya memberikan pertolongan pertama kepada warga yang terluka akibat penembakan oleh pasukan Israel di wilayah Hashashin, Rafah.

    PRCS menegaskan bahwa penargetan terhadap petugas medis ini merupakan pelanggaran hukum internasional dan harus dianggap sebagai kejahatan perang.

    “Penargetan petugas medis Bulan Sabit Merah oleh pendudukan… hanya dapat dianggap sebagai kejahatan perang yang dapat dihukum berdasarkan hukum humaniter internasional,” ungkap PRCS dalam pernyataannya, dikutip dari Al Jazeera.

    Presiden PRCS, Younis al-Khatib, mengutuk keras serangan tersebut dan menekankan bahwa para petugas medis yang menjadi korban adalah pekerja kemanusiaan yang menjalankan misi mereka untuk membantu mereka yang membutuhkan pertolongan.

    “Jiwa-jiwa itu bukan sekadar angka. Jika insiden ini terjadi di tempat lain, seluruh dunia akan menggerakkan langit dan bumi untuk mengungkap kejahatan perang ini,” kata al-Khatib dengan penuh emosi.

    Menurut laporan, jenazah-jenazah tersebut sangat sulit ditemukan karena terkubur di dalam pasir.

    IFRC Kecam Serangan Israel yang Terus Targetkan Tim Penyelamat

    Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) segera mengeluarkan pernyataan yang mengecam serangan terhadap petugas medis tersebut. 

    Sekretaris Jenderal IFRC, Jagan Chapagain, dengan tegas mengungkapkan rasa kemarahannya. 

    “Saya patah hati. Para pekerja ambulans yang berdedikasi ini menanggapi orang-orang yang terluka. Mereka adalah pekerja kemanusiaan,” tegas Chapagain, dikutip dari AL Mayadeen.

    Menurut Chapagain, petugas penyelamat seharusnya mendapatkan perlindungan, bukan menjadi target sasaran.

    “Mereka mengenakan lambang yang seharusnya melindungi mereka; ambulans mereka ditandai dengan jelas. Mereka seharusnya kembali ke keluarga mereka; tetapi mereka tidak melakukannya,” kata Chapagain.

    “Bahkan di zona konflik yang paling kompleks sekalipun, ada aturannya. Aturan Hukum Humaniter Internasional ini sangat jelas,  warga sipil harus dilindungi; pekerja kemanusiaan harus dilindungi. Layanan kesehatan harus dilindungi,” tegasnya.

    Tragedi ini merupakan serangan tunggal paling mematikan terhadap personel Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di seluruh dunia sejak 2017. 

    Chapagain menambahkan bahwa jumlah relawan dan staf Bulan Sabit Merah Palestina yang terbunuh sejak dimulainya konflik ini kini telah mencapai 30 orang.

    “Kami mendukung Bulan Sabit Merah Palestina dan keluarga tercinta para korban yang gugur pada hari tergelap ini,” ujarnya.

    Serangan ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat di Gaza setelah militer Israel melanjutkan pemboman pada 23 Maret.

    Ini tepat beberapa hari setelah gencatan senjata yang bertahan hampir dua bulan.

    Militer Israel mengklaim bahwa mereka menembaki ambulans dan truk pemadam kebakaran karena kendaraan tersebut dianggap mencurigakan.

    Namun insiden ini tidak hanya mengundang kecaman dari IFRC dan PRCS, tetapi juga memperlihatkan betapa rentannya posisi petugas medis di zona konflik.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait PRCS dan Konflik Palestina vs Israel

  • Gaza Berduka: 35 Tewas Saat Idul Fitri Akibat Serangan Israel – Halaman all

    Gaza Berduka: 35 Tewas Saat Idul Fitri Akibat Serangan Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hari Raya Idul Fitri yang seharusnya menjadi momen kebahagiaan bagi umat Muslim di seluruh dunia, kali ini diwarnai dengan duka mendalam di Gaza.

    Serangan udara militer Israel yang semakin intensif menjelang perayaan tersebut menyebabkan sedikitnya 35 warga Gaza tewas.

    Menurut laporan dari Aljazeera, korban tewas ini berasal dari kota Rafah dan Khan Younis dan dilaporkan terjadi sebelum sholat Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 30 Maret 2025.

    Siapa Saja Korban dari Serangan Ini?

    Serangan tersebut tidak hanya menewaskan warga sipil biasa, tetapi juga merenggut nyawa 14 petugas tanggap darurat di selatan Kota Rafah.

    Tragisnya, jenazah mereka ditemukan seminggu setelah serangan.

    Dari laporan, mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak yang terjebak dalam serangan bom dan drone militer Israel.

    Saksi mata mengungkapkan bahwa serangan udara dilancarkan Israel secara besar-besaran pada dini hari menjelang perayaan.

    Mengapa Serangan Terus Berlanjut?

    Walaupun tindakan Israel banyak menuai kecaman dari berbagai pihak, pemerintah Israel tampaknya tidak berencana untuk menghentikan serangan.

    Mereka beralasan bahwa serangan ini adalah bagian dari upaya untuk menekan Hamas, kelompok yang masih memegang 24 dari 59 sandera yang ada.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menjelaskan dalam rapat kabinet bahwa Hamas perlu melucuti senjata, dan pemimpin mereka akan diizinkan untuk keluar demi keamanan umum di Jalur Gaza.

    Bagaimana Warga Gaza Menyikapi Keadaan Ini?

    Meskipun situasi sangat memprihatinkan, ratusan ribu warga Palestina tetap melaksanakan shalat Idul Fitri di atas reruntuhan masjid yang hancur akibat perang.

    Di tengah reruntuhan di Deir al-Balah, Adel tetap mengikuti shalat Idul Fitri, menandakan ketahanan dan semangat warga Palestina meskipun berada dalam kondisi yang sangat sulit.

    Video yang beredar menunjukkan anak-anak tetap berbahagia merayakan Idul Fitri, meskipun mereka hidup dalam kondisi yang keras akibat perang yang terus berlangsung.

    Hingga saat ini, belum ada kejelasan mengenai kapan serangan Israel akan berakhir.

    Namun, militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah memperluas serangan darat di bagian selatan Jalur Gaza.

    Sebelumnya, pada tanggal 19 Maret, Israel juga mengumumkan dimulainya operasi darat terbatas untuk memperluas zona penyangga antara bagian utara dan selatan Gaza.

    Situasi di Gaza menjadi semakin tragis setelah serangan udara besar-besaran pada 18 Maret yang mengakibatkan lebih dari 920 korban jiwa dan melukai lebih dari 2000 orang.

    Insiden ini juga mengakhiri kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang telah berlangsung sejak Januari.

    Ke depan, pertanyaan yang menggantung adalah kapan konflik ini akan mereda dan bagaimana nasib warga sipil yang terjebak di tengah kekerasan ini.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Trump Ancam Lakukan Pengeboman, Khamenei: Iran Tidak Akan Diam, Siap Serang Balik – Halaman all

    Trump Ancam Lakukan Pengeboman, Khamenei: Iran Tidak Akan Diam, Siap Serang Balik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Senin (31/3/2025) memberikan tanggapan keras terhadap ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan mengebom Teheran jika tak setujui kesepakatan nuklir dengan AS.

    Dalam pidato yang disiarkan di televisi sehari setelah ancaman Trump, Khamenei memperingatkan bahwa Iran akan memberikan balasan keras jika AS nekat mengebom Teheran.

    “Permusuhan AS dan Israel selalu ada. Mereka mengancam akan menyerang kita, yang menurut kami tidak mungkin terjadi, tetapi jika mereka melakukan kejahatan, mereka pasti akan menerima balasan yang keras,” kata Khamenei, dikutip dari Iran International.

    Tidak hanya itu, Khamenei juga mengatakan bahwa nantinya seluruh warga Iran akan turun tangan memberikan balasan kepada AS.

    “Jika musuh merasa mampu memicu pemberontakan di dalam negeri, bangsa Iran sendiri yang akan meresponsnya,” imbuhnya.

    Sebelumnya, Trump pada hari Minggu (30/3/2025) mengancam akan mengebom Iran apabila tidak menerima tawaran AS terkait kesepakatan nuklir.

    “Jika mereka tidak membuat kesepakatan, akan ada pengeboman,” kata Trump dalam wawancara telepon dengan NBC News. 

    Trump mengklaim bahwa jika terjadi pengeboman, maka itu menjadi yang pertama kalinya.

    “Itu akan menjadi pengeboman yang belum pernah mereka lihat sebelumnya,” katanya, dikutip dari The Times of Israel.

    Jawab Surat Trump, Iran Tolak Negosiasi Langsung dengan AS

    Iran telah memberikan tanggapan terhadap surat yang dikirim oleh Presiden AS Donald Trump pada beberapa hari yang lalu.

    Hal tersebut dikonfirmasi oleh presiden Iran Masoud Pezeshkian.

    Dalam tanggapannya, Iran mengatakan bahwa menolak mengadakan pembicaraan langsung dengan AS.

    “Tanggapan Pemimpin Tertinggi terhadap surat Trump disampaikan kepada kontak AS di Oman…Dalam tanggapan itu, negosiasi langsung telah ditolak, tetapi mengenai pembicaraan tidak langsung, Iran selalu terlibat dalam pembicaraan tersebut, dan Pemimpin Tertinggi telah menekankan bahwa pembicaraan tidak langsung masih dapat dilanjutkan,” kata Pezeshkian.

    Sementara itu, Menteri luar negeri Iran, Abbas Araqhci sebelumnya mengatakan bahwa  perundingan langsung hanyalah taktik AS untuk membahas kesepakatan nuklir.

    “Dalam situasi di mana ada ‘tekanan maksimum,’ tidak seorang pun yang waras akan melakukan perundingan langsung,” katanya saat itu.

    Dengan tegas, Araghci menggarisbawahi keputusan Iran untuk melakukan perundingan tidak langsung.

    “Format perundingan selalu relevan dalam hubungan diplomatik. Untuk saat ini, taktik dan metode kami adalah melakukan perundingan tidak langsung,” tegasnya.

    Pada hari yang sama dengan surat yang dikirimkan melalui Oman, seorang penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei telah setuju dan siap untuk melakukan pembicaraan tidak langsung dengan AS.

    Kamal Kharrazi mengatakan bahwa dengan pembicaraan tidak langsung, maka Iran dapat membuat persyaratan yang sesuai.

    “Teheran siap untuk negosiasi tidak langsung guna menilai pihak lain, menyampaikan persyaratannya sendiri, dan membuat keputusan yang sesuai,” kata Kamal Kharrazi.

    Sebagai informasi, Trump telah mengirimkan surat kepada Khamenei pada tanggal 7 Maret 2025.

    Dalam surat tersebut, Trump memberi tenggat waktu kepada Iran selama 2 bulan untuk mencapai kesepakatan nuklir.

    Tidak hanya itu, surat tersebut juga berisi ancaman serangan dari AS dan Israel yang menargetkan fasilitas nuklir Iran.

    Sejak Trump kembali menjabat sebagai Presiden AS, pemerintahannya secara konsisten mengatakan bahwa Iran harus dicegah memperoleh senjata nuklir. 

    Akan tetapi, pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan lalu mengatakan bahwa Iran telah mempercepat produksi uraniumnya yang mendekati tingkat senjata.

    Pada tahun 2015, Iran mencapai kesepakatan dengan kekuatan dunia, termasuk Amerika Serikat, untuk mengekang program nuklirnya karena kekhawatiran negara itu berpotensi mengembangkan senjata nuklir.

    Namun keadaan berubah pada tahun 2018.

    Saat itu, Trump menjabat sebagai presiden AS  secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut.

    Setelah menarik diri, Trump kemudian menjatuhkan sanksi terhadap Iran.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Ayatollah Ali Khamenei

  • WHO Serukan Bantuan Rp 132 M untuk Pemulihan Pasca-Gempa di Myanmar – Halaman all

    WHO Serukan Bantuan Rp 132 M untuk Pemulihan Pasca-Gempa di Myanmar – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Myanmar tengah menghadapi krisis besar setelah dua gempa bumi dahsyat mengguncang wilayah bagian tengah negara tersebut.

    Gempa yang terjadi baru-baru ini telah menghancurkan banyak infrastruktur, mengganggu layanan kesehatan, dan menimbulkan korban jiwa yang cukup banyak.

    Sekitar 1.700 orang dipastikan meninggal dunia.

    Sementara ribuan lainnya berisiko mengalami cedera serius yang mengancam jiwa, serta wabah penyakit yang dapat menyebar dengan cepat di tengah kondisi darurat ini.

    Sebagai respons atas bencana tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengaktifkan tingkat darurat tertinggi dan melakukan berbagai upaya tanggap bencana, dikutip dari Relief Web.

    Dalam waktu 24 jam pasca-gempa, WHO berhasil mengerahkan hampir tiga ton pasokan medis darurat untuk membantu upaya penyelamatan dan perawatan para korban.

    Selain itu, WHO juga telah mengoordinasikan Tim Medis Darurat global untuk memberikan bantuan medis langsung kepada para korban di lapangan.

    Namun, meskipun langkah-langkah darurat telah diambil, WHO menekankan bahwa bantuan lebih lanjut sangat dibutuhkan. 

    Organisasi ini telah mengeluarkan permohonan mendesak untuk mendapatkan bantuan sebesar 8 juta USD atau sekitar Rp 132 milyar.

    Bantuan ini untuk mendukung upaya tanggap bencana di Myanmar.

    Dana tersebut akan digunakan untuk memberikan perawatan trauma yang menyelamatkan nyawa, mencegah penyebaran wabah penyakit, dan memulihkan layanan kesehatan penting yang telah terganggu akibat gempa, dikutip dari BBC.

    Badan PBB ini menyebutkan bahwa donasi yang dibutuhkan akan digunakan untuk membantu masyarakat Myanmar dalam periode kritis selama 30 hari ke depan.

    Mencakup pengiriman obat-obatan, alat medis, serta mendukung fasilitas kesehatan yang rusak. 

    WHO juga menyebutkan bahwa bantuan ini akan membantu memperkuat sistem kesehatan di kawasan yang terdampak dan mengurangi risiko epidemi penyakit yang dapat menyebar akibat kondisi darurat tersebut.

    WHO menyerukan kepada komunitas internasional untuk memberikan dukungan kepada Myanmar.

    Ini untuk memastikan bahwa masyarakat yang terdampak dapat segera mendapatkan perawatan medis yang mereka butuhkan, serta bantuan untuk mencegah lebih banyak korban jiwa akibat penyakit yang berpotensi mewabah.

    Pencarian Korban Terus Berlanjut

    Jumlah korban tewas akibat gempa berkekuatan 7,7 skala Richter yang mengguncang Myanmar pada hari Jumat telah melampaui 1.700 orang, dikutip dari The Guardian.

    Model prediktif Survei Geologi Amerika Serikat memperkirakan jumlah korban tewas di Myanmar pada akhirnya dapat mencapai 10.000 jiwa.

    Gempa berkekuatan besar dengan episentrum di dekat Mandalay ini merobohkan sejumlah bangunan dan merusak infrastruktur lain seperti bandara kota tersebut.

    Sayangnya, upaya bantuan terhambat oleh jalan yang rusak, jembatan yang ambruk hingga komunikasi yang sulit, dikutip dari AP News.

    Pencarian korban selamat sebagian besar dilakukan oleh penduduk setempat tanpa bantuan alat berat.

    Tim penyelamat berusaha menyelamatkan para korban yang masih hidup dengan memindahkan puing-puing menggunakan tanfgan dan sekop seadanya.

    “Banyak upaya penyelamatan sejauh ini telah dilakukan oleh orang-orang yang bekerja dengan tangan untuk mencoba dan membersihkan puing-puing, kata manajer Catholic Relief Services di Myanmar yang berkantor pusat di Yangon, Cara Bragg.

    Bantuan Asing Mulai Berdatangan ke Myanmar

    Beberapa negara berusaha membantu para korban di Myanmar dengan mengirimkan berbagai bantuan.

    Salah satunya adalah India.

    Dua pesawat angkut militer C-17 India berhasil mendarat Sabtu malam di Naypitaw dengan unit rumah sakit lapangan.

    Sekitar 120 personel yang kemudian akan melakukan perjalanan ke utara menuju Mandalay untuk mendirikan pusat perawatan darurat dengan 60 tempat tidur.

    Tidak hanya ke Mandalay, India juga mengirim pasokan ke Yangoon yang merupakan kota terbesar di Myanmar.

    Selain India, China juga mengirimkan bantuan sebanyak 17 truk kargo yang tiba di Mandalay pada hari Minggu (30/3/2025).

    China mengatakan telah mengirim lebih dari 135 personel penyelamat dan ahli beserta perlengkapan seperti peralatan medis dan generator serta menjanjikan sekitar 13,8 juta USD untuk bantuan darurat. 

    Negara selanjutnya adalah Rusia.

    Rusia mengatakan telah mengirim 120 tim penyelamat dan tim medis ke Myanmar.

    Tidak hanya 3 negara di atas, Malaysia dan Singapura juga telah mengirimkan tim penyelamat untuk membantu korban gempa.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait WHO dan Gempa di Myanmar

  • Mengapa Zelensky Menolak Kesepakatan Logam Tanah Jarang dari Trump? – Halaman all

    Mengapa Zelensky Menolak Kesepakatan Logam Tanah Jarang dari Trump? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Minggu, 30 Maret 2025, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengeklaim bahwa Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, berusaha untuk menarik diri dari kesepakatan terkait logam tanah jarang.

    Apa yang menyebabkan situasi ini menjadi begitu kompleks?

    Apa Itu Kesepakatan Logam Tanah Jarang?

    Kesepakatan yang diusulkan ini melibatkan permintaan Gedung Putih agar Ukraina memberikan bagian dari pendapatan dari sumber daya mineralnya selama bertahun-tahun, disertai dengan bunga, sebagai imbalan atas bantuan militer yang diterima Ukraina.

    Trump menegaskan, jika Zelensky menolak kesepakatan ini, dia akan menghadapi masalah besar.

    Pernyataan ini mencuat saat Trump bertemu dengan beberapa anggota Kongres AS.

    Meskipun Zelensky dikatakan terbuka terhadap kesepakatan tersebut, ia tampak berhati-hati dengan ketentuan yang diajukan.

    Pada konferensi keamanan di Munich pada 14 Februari, Zelensky secara tegas menolak untuk menandatangani perjanjian yang akan memberikan 50 persen dari cadangan logam tanah jarang Ukraina kepada AS.

    Keputusan ini diambil setelah melakukan pembicaraan dengan para pemimpin AS, sebagaimana dilaporkan oleh The Washington Post.

    Apa Reaksi Zelensky Terhadap Kesepakatan Ini?

    Zelensky, dalam pernyataannya di media sosial, mengungkapkan bahwa meskipun ada niat untuk melanjutkan diskusi, ia merasa perlu untuk melakukan peninjauan mendalam terhadap kesepakatan yang diajukan.

    Ia mengingatkan bahwa timnya akan terus bekerja pada dokumen tersebut dan menekankan pentingnya mencapai perdamaian yang nyata dan terjamin.

    “Saya rasa dia tidak suka diberi sesuatu yang hanya bisa diterima atau ditolak,” ungkap salah satu sumber yang mengetahui diskusi tersebut.

    Menurut laporan dari Reuters, Zelensky juga mengusulkan kesepakatannya sendiri yang dianggap lebih sesuai dengan konstitusi Ukraina.

    Mengapa Kesepakatan Ini Menjadi Kontroversial?

    Sejumlah sumber menyebut bahwa rancangan kesepakatan yang diajukan oleh AS dinilai terlalu berat sebelah.

    Namun, detail mengenai masalah ini tidak dijelaskan lebih lanjut.

    Dalam pernyataan resmi, kantor Zelensky mengkonfirmasi bahwa Ukraina dan AS sepakat untuk melanjutkan penyusunan dokumen tentang kemitraan ekonomi, tetapi tetap menegaskan tuntutan Ukraina atas jaminan keamanan yang nyata.

    Zelensky juga bertemu dengan delegasi anggota DPR AS yang dipimpin oleh Perwakilan Michael Turner.

    Pertemuan ini difokuskan pada situasi di medan perang dan ancaman dari keterlibatan Korea Utara dalam konflik yang sedang berlangsung.

    Dalam konteks ini, Zelensky menekankan perlunya jaminan keamanan yang dapat diandalkan.

    Kesimpulan: Apa Langkah Selanjutnya untuk Ukraina dan AS?

    Ketika proses negosiasi berjalan, pertanyaan penting yang muncul adalah:

    bagaimana kedua negara akan menemukan jalan tengah yang saling menguntungkan?

    Sementara Zelensky menunjukkan ketelitian dalam menangani kesepakatan ini, banyak pihak yang berharap agar hubungan antara Ukraina dan AS dapat terus terjalin demi keamanan dan stabilitas di kawasan.

    Dengan situasi yang masih dinamis, perhatian kini beralih pada langkah-langkah berikutnya yang akan diambil oleh kedua belah pihak.

    Apakah mereka mampu mencapai kesepakatan yang memuaskan semua pihak, atau apakah ketegangan akan terus berlanjut?

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Warga Gaza Rayakan Idul Fitri dengan Serangan Israel, 20 Orang Dilaporkan Tewas – Halaman all

    Warga Gaza Rayakan Idul Fitri dengan Serangan Israel, 20 Orang Dilaporkan Tewas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perayaan Hari Raya Idul Fitri pada tahun 2025 ini menjadi hal yang paling menyakitkan bagi warga Palestina di Jalur Gaza.

    Bagaimana tidak, saat warga Gaza merayakan Hari Raya Idul Fitri 1446 H, mereka dibombardir oleh Israel pada Minggu (30/3/2025).

    Dalam serangan terbaru Israel itu, sebanyak 20 orang dilaporkan tewas, termasuk delapan anak-anak.

    Dikutip dari Quds News Agency, serangan Israel menewaskan empat orang yang berlindung di tenda mereka di Khan Younis, Gaza selatan.

    Sementara di Kota Gaza, pasukan Israel melancarkan serangan pesawat tak berawak terhadap kendaraan di lingkungan Tuffah, menewaskan satu orang.

    Lalu di Jabalia, pasukan Israel membom sebuah bangunan perumahan dan menewaskan sedikitnya dua warga Palestina.

    Serangan udara juga terjadi di Kota Bani Suheila di sebelah timur Khan Younis, menewaskan dua gadis.

    Kemudian dua serangan di Khan Younis yang menewaskan sedikitnya empat orang.

    Serangan juga dilaporkan di Rafah, yang melukai sedikitnya 11 orang.

    Sholat Idul Fitri di Reruntuhan

    Ratusan ribu warga Palestina di Gaza melaksanakan sholat Idul Fitri pada Minggu (30/3/2025) kemarin.

    Dalam momen tersebut, para warga Gaza melaksanakan sholat Idul Fitri di atas reruntuhan masjid yang hancur, Anadolu Agency melaporkan.

    Serangan udara Israel terus berlanjut hingga Minggu dini hari, menargetkan berbagai wilayah di daerah kantong yang terkepung, yang mengakibatkan jatuhnya korban.

    Meskipun terjadi kerusakan, warga Palestina yang mengungsi berkumpul di tengah tembakan artileri dan tembakan gencar dari pasukan Israel untuk melaksanakan sholat, membaca takbir, dan bertukar ucapan selamat Idul Fitri, yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadan.

    Namun, tradisi perayaan hari raya yang biasa dilakukan, seperti berbagi permen, memberi hadiah kepada anak-anak, dan merayakan di alun-alun, tidak ada.

    Di Kota Gaza, ribuan orang berdoa di dalam Masjid Agung Omari yang hancur sebagian di Kota Tua, yang telah mengalami pemboman Israel selama perang yang sedang berlangsung.

    Kemudian di Khan Younis, Gaza selatan, warga Palestina yang mengungsi melakukan sholat Idul Fitri di dalam tempat penampungan sementara di sebuah sekolah yang menampung keluarga-keluarga dari wilayah timur kota.

    Saksi mata melaporkan bahwa doa dan takbirat terganggu oleh tembakan hebat dari posisi tentara Israel yang ditempatkan di timur kota.

    Di Gaza tengah, ribuan orang berkumpul di dekat reruntuhan Masjid Al-Qassam di kamp pengungsi Nuseirat, serta di masjid-masjid yang hancur sebagian di seluruh wilayah.

    (*)

  • Mengapa Trump Marah kepada Putin dan Mengancam Tarif Minyak Rusia? – Halaman all

    Mengapa Trump Marah kepada Putin dan Mengancam Tarif Minyak Rusia? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini mengungkapkan kemarahannya terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin.

    Dia mengancam akan mengenakan tarif sebesar 25 persen pada minyak Rusia jika Moskow tidak mau menyetujui gencatan senjata untuk menghentikan konflik di Ukraina.

    Apa yang Memicu Kemarahan Trump?

    Dalam wawancara dengan NBC pada 30 Maret 2025, Trump menegaskan bahwa tarif ini dapat diberlakukan kapan saja, tergantung pada respons Rusia terhadap upaya damai. “Jika Rusia dan saya tidak dapat mencapai kesepakatan untuk menghentikan pertumpahan darah di Ukraina, dan jika saya menganggap itu kesalahan Rusia, saya akan mengenakan tarif sekunder pada semua minyak yang keluar dari Rusia,” ujar Trump.

    Trump menjelaskan rencananya untuk berdialog dengan Putin dalam minggu ini.

    Dia merasa marah ketika Putin meragukan legitimasi Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dan membahas kemungkinan pergantian kepemimpinan di Ukraina.

    Bagaimana Respons Rusia?

    Sementara itu, Putin mengusulkan pembentukan pemerintahan sementara di Ukraina yang berada di bawah pengawasan PBB.

    Namun, usulan tersebut ditolak secara tegas oleh Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres.

    Pejabat Rusia menganggap jabatan Zelensky tidak sah, mengingat Ukraina belum mengadakan pemilu sejak masa jabatannya berakhir dan konstitusi negara tersebut melarang pemilu selama masa darurat militer yang berlaku sejak invasi Rusia tiga tahun lalu.

    Hingga saat ini, Rusia belum memberikan tanggapan resmi terhadap ancaman Trump.

    Pemerintah Rusia juga menganggap sanksi Barat sebagai tindakan ilegal yang bertujuan untuk menguntungkan negara-negara Barat dalam persaingan global.

    Apa Dampak dari Ancaman Tarif Terhadap Minyak Rusia?

    Dikutip dari Al Jazeera, ancaman Trump terhadap minyak Rusia ini muncul kurang dari seminggu setelah pemerintahannya memberlakukan tarif serupa terhadap impor dari negara mana pun yang membeli minyak atau gas dari Venezuela.

    Jika ancaman tarif ini diterapkan pada Rusia, dampaknya akan sangat besar, terutama bagi China dan India, yang merupakan dua pembeli utama minyak Rusia.

    Trump mengeluarkan pernyataan ini setelah pertemuan dengan Presiden Finlandia, Alexander Stubb, yang menyarankan agar batas waktu ditetapkan untuk mencapai gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina dengan target tanggal 20 April, di mana Trump sudah menjabat selama tiga bulan.

    Apa yang Terjadi dengan Perjanjian Mineral Ukraina?

    Sementara itu, pejabat Amerika Serikat terus mendorong Ukraina untuk menyetujui perjanjian mineral yang mengharuskan negara tersebut menyerahkan pendapatan dari sumber daya alamnya selama bertahun-tahun.

    Zelensky menyatakan bahwa pengacara Kyiv masih meninjau draf tersebut sebelum memberikan tanggapan resmi.

    Trump, dalam penerbangan Air Force One, mengungkapkan bahwa dia merasa Zelensky berusaha menarik diri dari kesepakatan. “Jika dia melakukan itu, dia akan menghadapi masalah yang sangat besar,” tegas Trump.

    Bagaimana Hubungan Trump dan Putin ke Depan?

    Meskipun mengungkapkan kemarahan, Trump mengaku masih memiliki hubungan baik dengan Putin, dan dia percaya bahwa kemarahannya dapat mereda jika Putin melakukan tindakan yang benar.

    Hal ini menunjukkan dinamika hubungan internasional yang kompleks di tengah ketegangan yang terus berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

    Dalam konteks ini, tindakan Trump mungkin akan memiliki dampak signifikan terhadap geopolitik dan ekonomi global, terutama jika tarif tersebut benar-benar diberlakukan.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1132: China dan India Ketar-ketir Kena Dampak Ancaman Sanksi Trump – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1132: China dan India Ketar-ketir Kena Dampak Ancaman Sanksi Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022 telah memasuki hari ke-1.132 pada Senin (31/3/2025).

    China dan India berpotensi terkena dampak jika Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan tarif sebesar 25-50 persen terhadap negara-negara yang membeli minyak dari Rusia.

    Beberapa bank China, misalnya, telah membatasi transaksi dengan perusahaan Rusia karena takut dilarang masuk ke dalam sistem perbankan internasional.

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.132:

    Ancaman Sanksi Trump terhadap Pembeli Minyak Rusia Bisa Berdampak pada China dan India

    China dan India berpotensi terkena dampak jika Trump memberlakukan tarif sebesar 25-50 persen terhadap negara-negara yang membeli minyak dari Rusia.

    Menurut para analis dan pejabat, kebijakan ini dapat memberikan tekanan besar pada ekonomi kedua negara tersebut, yang merupakan pembeli utama minyak Rusia.

    Dan Sabbagh melaporkan bahwa dalam wawancaranya dengan NBC, Trump menyatakan akan menerapkan tindakan tersebut dalam waktu satu bulan “jika kesepakatan tidak tercapai dan jika saya pikir itu adalah kesalahan Rusia”.

    Pernyataan ini muncul di tengah rasa frustrasi Trump terhadap taktik menunda-nunda Vladimir Putin serta upaya untuk mendiskreditkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.

    Kekhawatiran China dan India

    Beberapa negara, termasuk China dan India, tidak berpartisipasi dalam sanksi internasional terhadap minyak Rusia.

    Namun, penerapan sanksi sekunder atau tarif oleh AS dapat semakin membatasi akses Putin terhadap pendapatan minyak untuk mendanai perang.

    Meskipun tidak bergabung dalam sanksi, China tetap berhati-hati agar tidak melanggarnya demi menghindari hukuman sekunder.

    Beberapa bank China, misalnya, telah membatasi transaksi dengan perusahaan Rusia karena takut dilarang masuk ke dalam sistem perbankan internasional.

    Jika diterapkan, kebijakan ini bisa memicu ketegangan ekonomi global dan memperumit hubungan perdagangan antara AS, China, dan India.

    Dampaknya juga bisa meluas ke pasar energi internasional, mengingat China dan India adalah konsumen besar minyak dunia.

    Meski demikian, masih belum jelas apakah kebijakan ini benar-benar akan diberlakukan atau hanya sebagai strategi negosiasi Trump dalam menekan Rusia.

    Kata Analis UBS soal Dampak Kebijakan Trump terhadap Minyak Rusia

    Analis UBS, Giovanni Staunovo, menyebut bahwa menargetkan pembeli minyak dapat berdampak pada negara seperti Tiongkok dan India.

    Hal ini merujuk pada langkah Trump yang menerapkan kebijakan serupa terhadap minyak Venezuela.

    “Namun, kita perlu menunggu pengumuman resmi dalam beberapa hari mendatang untuk melihat bagaimana kebijakan ini akan berjalan,” ujar Staunovo.

    India kini telah melampaui Tiongkok sebagai pembeli terbesar minyak mentah Rusia yang diangkut melalui laut.

    Pada tahun 2024, impor minyak mentah dari Rusia mencakup sekitar 35persen dari total impor minyak India.

    Sejak awal perang, muncul kekhawatiran bahwa India dapat menjadi “pintu belakang” bagi ekspor minyak Rusia.

    Serangan Baru di Distrik Kyivskyi, Kharkiv

    Ledakan kembali mengguncang Kharkiv.

    Menurut laporan koresponden Suspilne, serangan terbaru terjadi di distrik Kyivskyi di kota tersebut.

    Wali Kota Kharkiv, Igor Terekhov, mengonfirmasi bahwa serangan ini dilakukan oleh personel militer Rusia.

    Situasi di wilayah tersebut masih berkembang, dan otoritas setempat terus memantau dampaknya.

    Rusia Klaim Kuasai Permukiman Zaporizhzhia di Donetsk

    Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim pada hari Minggu bahwa pasukannya telah menguasai permukiman Zaporizhzhia di wilayah Donetsk, Ukraina.

    Desa tersebut tidak memiliki keterkaitan dengan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, yang berada di wilayah lain.

    Menurut laporan Reuters, klaim ini belum dapat diverifikasi secara independen.

    Desa yang dimaksud berjarak sekitar 7 kilometer dari perbatasan wilayah Dnipropetrovsk di Ukraina bagian tengah.

    Wilayah Donetsk sendiri berbatasan dengan Dnipropetrovsk di sebelah timur.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Turki Masih Bergejolak, Ribuan Orang Protes Sejak 19 Maret atas Dipenjaranya Wali Kota Istanbul – Halaman all

    Turki Masih Bergejolak, Ribuan Orang Protes Sejak 19 Maret atas Dipenjaranya Wali Kota Istanbul – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ratusan ribu pengunjuk rasa kembali turun ke jalan di Istanbul, Turki, pada Sabtu (29/3/2025) untuk menentang keputusan pemerintah yang memenjarakan Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu.

    Demonstrasi ini merupakan bagian dari gelombang protes nasional yang berlangsung sejak penangkapannya pada 19 Maret lalu.

    Imamoglu, yang dianggap sebagai pesaing utama Presiden Recep Tayyip Erdogan, ditahan atas tuduhan korupsi dan terorisme.

    Dakwaan terorisme sempat ditolak oleh pengadilan, tetapi ia tetap menghadapi tuntutan hukum.

    Penahanannya memicu kemarahan publik.

    Mengingat Ekrem Imamoglu baru saja memenangkan pemilihan pendahuluan simbolis sebagai calon presiden dari Partai Rakyat Republik (CHP).

    Dalam demonstrasi tersebut, surat dari Imamoglu dibacakan di hadapan massa yang memenuhi jalanan Istanbul.

    “Saya tidak takut, kalian ada di belakang saya dan di samping saya. Bangsa ini bersatu melawan penindas,” tulis Imamoglu dalam suratnya yang disambut sorak sorai pengunjuk rasa.

    Pada demonstrasi hari Sabtu, istri Imamoglu, Dilek Imamoglu, serta Wali Kota Ankara Mansur Yavas, turut berpidato di hadapan massa.

    CHP menyerukan pembebasan Imamoglu dan tahanan politik lainnya, termasuk Selahattin Demirtas, mantan kandidat presiden dan pemimpin Partai Kesetaraan Rakyat dan Demokrasi (DEM) yang pro-Kurdi.

    Pemerintah menepis tuduhan bahwa kasus ini bermotif politik.

    Ankara menegaskan bahwa peradilan di Turki tetap independen.

    Bahkan Presiden Erdogan mengecam aksi unjuk rasa dan menyebutnya sebagai upaya untuk menciptakan kekacauan.

    “Mereka yang menyebarkan teror di jalan dan ingin membakar negara ini tidak punya tujuan. Jalan yang mereka tempuh adalah jalan buntu,” kata Erdogan dalam pidatonya.

    Sebaliknya, para demonstran menilai pemenjaraan Imamoglu sebagai bentuk ketidakadilan dan ancaman terhadap demokrasi.

    “Saya berusia 25 tahun dan hanya mengenal satu pemerintahan – saya ingin melihat perubahan,” ujar seorang pengunjuk rasa kepada Al Jazeera.

    “Sebuah negara hanya kuat jika adil, tetapi saya tidak berharap banyak. Peradilan tidak independen,” tambah demonstran lainnya.

    Sejak 19 Maret, hampir 1.900 orang telah ditahan dalam aksi protes nasional.

    Sedikitnya 74 di antaranya menghadapi ancaman hukuman penjara hingga tiga tahun.

    Pemimpin CHP Ozgur Ozel yang mengorganisasi protes, menuding pemerintah berupaya mengintimidasi rakyat agar tidak lagi turun ke jalan.

    “Mereka menangkap ratusan anak-anak kami, ribuan pemuda kami… hanya untuk menakut-nakuti mereka,” katanya.

    Minggu ini, CHP berencana mengumpulkan tanda tangan untuk menuntut pemilihan awal guna menekan pemerintah agar membebaskan Imamoglu.

    Dengan meningkatnya tekanan dari publik dan oposisi, situasi politik di Turki diperkirakan akan semakin memanas dalam waktu dekat.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)