Category: Tribunnews.com Internasional

  • Invasi Israel ke Gaza Makin Lemot, IDF Tambah Susah Gulingkan Hamas, Bisa Butuh Bertahun-tahun – Halaman all

    Invasi Israel ke Gaza Makin Lemot, IDF Tambah Susah Gulingkan Hamas, Bisa Butuh Bertahun-tahun – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kecepatan atau laju invasi terbaru Pasukan Pertahanan Israel (IDF) ke Jalur Gaza mulai 18 Maret kemarin disebut makin melambat.

    IDF diklaim telah membunuh sekitar 5.000 pejuang Hamas hanya beberapa pekan setelah perang di Gaza meletus pada bulan Oktober 2023.

    Namun, operasi militer Israel dalam beberapa pekan ini hanya menghasilkan sedikit kemajuan. Bahkan, dalam beberapa hari Israel hanya bisa membunuh segelintir pejuang Hamas.

    Dikutip dari The Jerusalem Post, IDF pada tanggal 25 Maret kemarin mengaku telah membunuh 150 pejuang Hamas sejak perang Gaza dilanjutkan. Kebanyakan dari mereka tewas hanya dalam waktu 10 menit serangan udara besar-besaran tanggal 18 Maret.

    Per 3 April, IDF “hanya” membunuh sekitar 250 pejuang Hamas. Artinya, hanya ada tambahan 100 pejuang yang tewas selama lebih dari seminggu.

    Adapun per 6 April, jumah pejuang Hamas yang tewas hanya bertambah menjadi 300 orang atau hanya ada tambahan 50 orang dalam seminggu.

    Sebagai perbandingan, IDF diklaim membunuh sekitar 5.000 pejuang Hamas hanya dalam waktu 20 hari, atau sekitar 250 pejuang tewas per hari.

    Lalu, dari tanggal 1 hingga Desember 2023, IDF membunuh sekitar 2.000 pejuang Hamas dalam 10 hari di Kota Khan Yunis, Gaza.

    TENTARA ISRAEL – Pasukan infanteri Tentara Israel (IDF) saat melaksanakan operasi militer di Jabalia, Gaza Utara. Penyergapan demi penyergapan menyebabkan kerugian besar di kalangan IDF. (RNTV/tangkapan layar)

    Israel dilanda ketidakberuntungan, tidak hanya karena kemajuannya di medan tempur melambat, tetapi juga karena jumlah pejuang Hamas terus bertambah. Setidaknya saat ini Hamas memiliki 20.000 hingga 25.000 pejuang.

    Senin pekan ini IDF hanya mengumumkan ada sedikit pejuang Hamas yang dibunuhnya, bisa dihitung dengan jari.

    IDF memilih berfokus memberikan informasi tentang upaya menghancurkan infrastruktur Hamas, misalnya terowongan dan gudang senjata.

    Sudah ada banyak terowongan yang ditemukan IDF. Meski demikian, Israel sejauh ini disebut baru menemukan 25 persen terowongan Hamas.

    Para narasumber dari internal IDF mengakui lambatnya laju invasi Israel. Kepada The Jerusalem Post, mereka mengatakan jika invasi tetap lambat seperti ini, Hamas mungkin baru bisa dikalahkan bertahun-tahun kemudian.

    Saat ini ada tiga divisi IDF yang beroperasi di Gaza yakni Divisi Ke-252, Ke-143, dan Ke-36. Ketiga divisi itu beroperasi lebih sedikit dibandingkan dengan saat perang meletus.

    Hamas bangkit, Israel kekurangan tentara

    Awal tahun ini media-media Israel melaporkan Hamas telah bangkit lagi. The Jerusalem Post dan Channel 12 menyampaikan Hamas merekrut personel baru.

    Channel 12 menyebut Hamas dan kelompok Jihad Islam disebut memiliki 20.000 hingga 23.000 pejuang, sedangkat The Jerusalem Post mengklaim jumlah pejuang Hamas mencapai sekitar 12.000 orang.

    Menurut IDF, pada awal perang jumlah pejuang Hamas mencapai 25.000 personel. IDF mengatakan ada 14.000 hingga 16.000 pejuang Hamas yang terluka.

    Sementara itu, beberapa hari lalu para komandan IDF mengakui bahwa Brigade Rafah milik Hamas yang beroperasi di Kota Rafah belum bisa dikalahkan. Padahal, Israel sudah mengumumkan brigade itu sudah dihancurkan lebih dari enam bulan lalu.

    “Ada cukup banyak kritik terhadap pernyataan para politikus, yang dipimpin oleh pernyataan perdana menteri, yang tahun kemarin menyatakan Israel berada di ambang kemenangan,” kata Yedioth Ahronoth dalam artikel yang terbit minggu lalu.

    “Khayalan tentang kalahnya Brigade Rafah, itu disesalkan dan bukan pertama kalinya, adalah contoh lain tentang kesenjangan yang muncul di antara pesan kepada masyarakat dan kenyataan di medan tempur.”

    LARAS TANK MERKAVA – Foto tangkap layar Khaberni, Rabu (12/2/2025) menunjukkan pasukan Israel (IDF) menjejerkan posisi laras meriam tank Merkava dalam agresi militer di Gaza. (Khaberni/tangkapan layar)

    Israel juga dilanda krisis kekurangan tentara. Direktorat Operasi IDF mengatakan kelangkaan tentara ini belum pernah terjadi sejak era pendudukan Israel di Lebanon selatan 1982, kemudian Intifada Kedua tahun 2000-an.

    Menurut IDF, kelangkaan itu disebabkan oleh “ketenangan palsu” selama bertahun-tahun. Lalu, kini IDF berusaha mencegah Hizbullah dan Hamas pulih seperti sedia kala.

    Saat ini pengerahan tentara Israel makin sering terjadi, rotasinya lebih lama, dan cuti menjadi lebih sedikit.

    Tentara Israel diperkirakan akan didera beban yang belum pernah terjadi sebelumnya lantaran IDF kesulitan memenuhi permintaan akan keamanan.

    Meski demikian, tentara Israel sudah mulai merasakan beban itu. Kini mereka hanya bisa beristirahat sekali tiap 2,5 pekan. Adapun selama 15 tahun sebelumnya, tentara bisa pulang ke rumah sekali setiap dua pekan.

    “Masyarakat Israel, rekrutmen baru, tentara aktif, dan terutama orang tua mereka harus menyesuaikan ekspektasi merek. Mereka akan jauh lebih jarang melihat anak mereka dalam beberapa tahun mendatang,” kata IDF.

  • Zelensky Tuduh Wapres AS Dukung Putin, JD Vance: Tak Masuk Akal, Saya Mengutuk Rusia sejak 2022 – Halaman all

    Zelensky Tuduh Wapres AS Dukung Putin, JD Vance: Tak Masuk Akal, Saya Mengutuk Rusia sejak 2022 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), JD Vance, mengkritik pernyataan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, yang mengatakan ia membenarkan tindakan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam invasinya ke Ukraina.

    JD Vance membantah tuduhan Zelensky dengan mengatakan ia telah mengutuk invasi Rusia ke Ukraina sejak tahun 2022.

    Sejak itu, ia berusaha memahami tujuan dari kedua belah pihak dan berupaya menemukan solusi dalam menghentikan perang.

    Hal itu, menurut JD Vance, tidak berarti ia mendukung Rusia.

    “Itu tidak berarti Anda secara moral mendukung tujuan Rusia, atau bahwa Anda mendukung invasi skala penuh,” kata JD Vance dalam sebuah wawancara dengan media Inggris, UnHerd, pada hari Selasa (15/4/2025).

    Ia meminta Zelensky untuk memahami apa yang menjadi garis merah bagi Rusia.

    “…tetapi Anda harus mencoba memahami apa saja garis merah strategis mereka, sama seperti Anda harus mencoba memahami apa yang Ukraina coba dapatkan dari konflik ini,” lanjutnya.

    Menurutnya, sangat tidak masuk akal Ukraina menuduhnya memihak kepada Rusia ketika pemerintah AS berupaya untuk menengahi kedua negara.

    “Saya pikir agak tidak masuk akal bagi Zelensky untuk memberi tahu pemerintah (Amerika), yang saat ini menjaga seluruh pemerintahan dan upaya perangnya tetap bersatu, bahwa kita entah bagaimana berada di pihak Rusia,” ujarnya, seperti diberitakan Kyiv Independent.

    Zelensky Tuduh Wapres AS Berpihak kepada Rusia

    Dalam sebuah wawancara dengan CBS pada Minggu (13/4/2025), Zelensky mengatakan penyesalannya terkait narasi Rusia dominan di Amerika Serikat.

    Ia menuduh beberapa pihak masih percaya, Rusia bukanlah agresor dan tidak memulai perang. 

    “Wakil presiden (AS) entah bagaimana membenarkan tindakan Putin,” kata Zelensky kepada CBS.

    Menurutnya, AS tidak bisa mengambil posisi netral dalam pembicaraan negosiasi antara Rusia dan Ukraina.

    “Saya mencoba menjelaskan, ‘Anda tidak dapat mencari sesuatu di tengah-tengah. Ada agresor dan ada korban. Rusia adalah agresor, dan kami adalah korban’,” kata Zelensky.

    Dalam wawancara tersebut, Zelensky menyoroti perubahan sikap pemerintah AS terhadap Ukraina setelah Donald Trump kembali berkuasa pada Januari lalu.

    Zelensky dan JD Vance sebelumnya terlibat perdebatan pada 28 Februari lalu, di Gedung Putih.

    Perdebatan itu membuat hubungan Zelensky dengan Presiden AS Donald Trump sempat renggang.

    Setelah pertengkaran itu, JD Vance mengatakan ia menolak untuk mengunjungi Ukraina karena dia yakin pemerintah Ukraina menyediakan “tur propaganda”.

    Pada bulan Maret, Zelensky kembali mengundang JD Vance untuk mengunjungi Ukraina, namun tidak mendapatkan respons.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Hamas Belum Ditundukkan, Bos Besar IDF Akui Israel Masih Gagal Capai Semua Tujuan di Gaza – Halaman all

    Hamas Belum Ditundukkan, Bos Besar IDF Akui Israel Masih Gagal Capai Semua Tujuan di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letjen Eyal Zamir mengakui bahwa Hamas hingga kini belum bisa dikalahkan di Jalur Gaza.

    Zamir mengatakan tentara Israel kekurangan personel dan sumber daya lainnya guna mencapai tujuan-tujuannya di tanah Palestina itu.

    Menurut dia, Hamas masih mengontrol Gaza meski sudah digempur IDF selama lebih dari 1,5 tahun.

    Media besar Israel, Yedioth Ahronoth, melaporkan Zamir baru-baru ini telah berbicara kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai kegagalan Israel mencapai tujuannya.

    Dia menyebut strategi yang berkutat pada militer saja tidak bisa mewujudkan semua tujuan di Gaza, terutama di tengah absennya diplomasi sebagai pelengkap.

    Adapun saat ini IDF meneruskan operasi darat secara terbatas dengan menerapkan rencana yang disebut “Mini Oranim”.

    Rencana ini berfokus pada perluasan zona penyangga atau buffer zone di dekat perbatasan Gaza guna menekan Hamas agar membebaskan lebih banyak sandera atau menyepakati syarat-syarat perjanjian yang mungkin diwujudkan.

    Sementara itu, seorang pejabat senior pertahanan Israel berkata kepada Yedioth Ahronoth bahwa Zamir mengungkapkan fakta di lapangan.

    “Zamir tidak membuat fakta-fakta terlihat lebih bagus,” kata pejabat itu.

    “Dia berkata kepada para pemimpin agar meninggalkan sejumlah khayalan mereka.”

    Pernyataan Zamir itu memperkuat dugaan bahwa IDF enggan mengakui kegagalan-kegagalannya sebelumnya.

    SERANGAN BESAR – Pasukan Israel berkumpul jelang penyerbuan dan invasi darat terbuka ke berbagai wilayah di Jalur Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Sudah 18 bulan berlalu sejak perang di Gaza meletus pada bulan Oktober 2023. Saat ini sebagian besar Gaza masih dikontrol oleh Hamas.

    Media Israel itu mengatakan pendudukan kembali Gaza secara penuh bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

    Kini angka keikutsertaan tentara cadangan dalam satuan tempur mencapai 60 hingga 70 persen.

    “Ada kekhawatiran bahwa jumlah itu tidak akan bertambah jika ada serangan lebih besar,” ujar pejabat pertahanan itu.

    Israel dilanda krisis tentara

    Beberapa waktu lalu Yedioth Ahronoth juga melaporkan bahwa IDF sudah memperingatkan adanya krisis tentara.

    Direktorat Operasi IDF mengatakan kelangkaan tentara ini belum pernah terjadi sejak era pendudukan Israel di Lebanon selatan 1982, kemudian Intifada Kedua tahun 2000-an.

    Menurut IDF, kelangkaan itu disebabkan oleh “ketenangan palsu” selama bertahun-tahun. Lalu, kini IDF berusaha mencegah Hizbullah dan Hamas pulih seperti sedia kala.

    Kini pengerahan tentara Israel makin sering terjadi, rotasinya lebih lama, dan cuti menjadi lebih sedikit.

    Tentara Israel diperkirakan akan didera beban yang belum pernah terjadi sebelumnya lantaran IDF kesulitan memenuhi permintaan akan keamanan.

    Meski demikian, tentara Israel sudah mulai merasakan beban itu. Kini mereka hanya bisa beristirahat sekali tiap 2,5 pekan. Adapun selama 15 tahun sebelumnya, tentara bisa pulang ke rumah sekali setiap dua pekan.

    TENTARA ISRAEL – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Sabtu (8/2/2025) memperlihatkan tentara Israel dari Pasukan Komando Selatan dikerahkan ke beberapa titik di Jalur Gaza. (Telegram IDF)

    “Masyarakat Israel, rekrutmen baru, tentara aktif, dan terutama orang tua mereka harus menyesuaikan ekspektasi mereka. Mereka akan jauh lebih jarang melihat anak mereka dalam beberapa tahun mendatang,” kata IDF.

    Para pejabat militer mengaku melakukan segalanya agar bisa mengurangi beban para tentara cadangan yang kelelahan.

    “Tetapi tentara tempur reguler akan menanggung beban itu. Kita perlu ribuan tentara di pos-pos terluar baru di dalam wilayah Lebanon, di Dataran Tinggi Golan, dan di sepanjang zona penyangga Jalur Gaza,” kata pejabat Israel.

    Hamas diklaim pulihkan kekuatan

    Di sisi lain, Hamas diklaim telah memulihkan kekuatannya.

    Dikutip dari The Middle East Eye, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken pada bulan Januari lalu mengatakan Hamas telah merekrut banyak pejuang baru.

    Blinken menyebut Israel berhasil melenyapkan para pemimpin Hamas di Gaza, Lebanon, dan Iran. Namun, Hamas tetap berkuasa di Gaza.

    “Israel harus meninggalkan mitor bahwa mereka bisa melakukan aneksasi tanpa biaya dan konsekuensi terhadap demokrasi Israel,” kata Blinken.

  • Trump Murka, Dana Rp35 Triliun untuk Harvard University Dibekukan Usai Tolak Perintah Gedung Putih – Halaman all

    Trump Murka, Dana Rp35 Triliun untuk Harvard University Dibekukan Usai Tolak Perintah Gedung Putih – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membekukan dana hibah sebesar 2,2 miliar dolar atau sekitar Rp35 triliun untuk Harvard University, Selasa (5/4/2025).

    Hal tersebut diungkap langsung oleh Satuan tugas Departemen Pendidikan Universitas Harvard.

    Dalam keterangan resmi yang dilansir CNBC International, mereka menjelaskan bahwa pemerintahan Trump telah membekukan dana untuk Harvard.

    Pembekuan tersebut termasuk 2,2 miliar dolar AS dalam bentuk hibah multi-tahun dan 60 juta dolar AS dalam bentuk nilai kontrak multi-tahun untuk Universitas Harvard.

    Adapun pembekuan ini dilakukan Trump usai universitas kondang di AS tersebut menolak 10 tuntutan yang diajukan oleh Gedung Putih.

    Di antaranya tuntutan berisi perintah agar Kampus Harvard merilis peraturan baru untuk melawan antisemitisme di kampus, termasuk perubahan pada tata kelolanya, praktik perekrutan, dan prosedur penerimaan mahasiswa.

    Tak hanya itu pemerintah juga menuntut penutupan segera semua program dan inisiatif keberagaman, kesetaraan, dan inklusi, termasuk dalam perekrutan dan penerimaan mahasiswa.

    Pemerintah meminta Harvard untuk menukarnya dengan kebijakan “berbasis prestasi”.

    Namun pasca tuntutan tersebut diajukan, Harvard dengan tegas menolak permintaan Gedung Putih lantaran kebijakan itu dinilai  “mengendalikan” komunitasnya.

    Tuntutan Trump juga dinilai “mengancam nilai-nilai Harvard sebagai institusi swasta yang menjunjung kebebasan akademik.”

    “Universitas tidak akan menyerahkan independensinya atau melepaskan hak konstitusionalnya,” kata akun universitas tersebut dalam sebuah pernyataan yang diunggah di X.

    “Baik Harvard maupun universitas swasta lainnya tidak dapat membiarkan dirinya diambil alih oleh pemerintah federal.” imbuh cuitan tersebut.

    Atas tuntutan itu, Profesor Harvard mengajukan gugatan sebagai tanggapan dan menyebut pemerintah secara tidak sah menyerang kebebasan berbicara dan kebebasan akademis.

    Sementara itu, menanggapi potensi krisis likuiditas akibat pemotongan dana, Harvard dilaporkan sedang mengupayakan pinjaman sebesar 750 juta dolar AS dari Wall Street.

    Trump Kecam Kampus Elite AS yang Bela Palestina

    Sejak kembali menduduki Gedung Putih, Presiden Trump aktif memberikan tekanan kepada universitas untuk mengatasi antisemitisme dan mengakhiri praktek keberagaman.

    Terbaru, pada awal Maret lalu, Trump membatalkan hibah sebesar 400 miliar dolar AS ke University Columbia.

    Tak sampai di situ, Sebulan lalu, administrasi Presiden AS Donald Trump turut mengirimkan surat peringatan kepada 6 universitas top di AS, termasuk Cornell, Northwestern, Pennsylvania, dan Princeton.

    Dalam surat tersebut Trump mengancam akan menjatuhkan tindakan penegakan hukum jika kampus-kampus tersebut terbukti gagal menghentikan antisemitisme.

    Hukuman tersebut diberikan Trump bukan tanpa alasan, Presiden Trump ini menilai kampus elit ini gagal mengatasi antisemitisme dan terlalu condong ke arah aktivisme kiri. 

    Bahkan beberapa kampus kerap menyelenggarakan dukungan dalam kampanye pro-Palestine

    Alasan itu yang membuat Trump murka hingga terpaksa memberlakukan pembekuan dana bantuan, meski kebijakan tersebut dianggap melanggar kebebasan universitas yang telah lama diakui oleh Mahkamah Agung.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Trump Longgarkan Tarif Ponsel dan Chip China, tapi Apa Benar Bebas Pungutan? – Halaman all

    Trump Longgarkan Tarif Ponsel dan Chip China, tapi Apa Benar Bebas Pungutan? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali memicu kebingungan soal tarif perdagangan dengan Tiongkok.

    Tiga hari setelah pemerintahannya mengumumkan pengecualian terhadap sejumlah barang elektronik dari tarif, Trump justru mengancam akan mengenakan bea baru.

    Telepon pintar, laptop, flash drive, dan beberapa produk teknologi lainnya dikecualikan dari tarif yang diberlakukan sejak Rabu (2/4/2025).

    Pengecualian ini memberikan napas lega bagi perusahaan teknologi AS, seperti Apple dan Nvidia yang sangat bergantung pada manufaktur China.

    Saham keduanya langsung naik setelah pemberitahuan resmi dirilis oleh Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS pada Jumat (11/4/2025).

    Namun, pengumuman lanjutan pada Senin (14/4/2025) justru memicu kritik terhadap Trump.

    Para pengamat dan lawan politiknya menuduhnya tidak konsisten dan mencabut banyak tarif tinggi yang sebelumnya diberlakukan terhadap Tiongkok.

    Padahal, tarif yang dicabut itu hanyalah sebagian dari serangkaian bea masuk yang dikenakan dalam perang dagang antara AS dan China.

    Perang tarif ini sudah dimulai sejak masa jabatan pertama Trump dan berlanjut saat Presiden Joe Biden menjabat, dengan tarif tambahan terhadap barang-barang dari China.

    Lalu, apakah benar barang elektronik China kini bebas dari tarif AS?

    Barang Apa Saja yang Dikecualikan?

    Pada Jumat (11/4/2025), pemerintahan Trump mengeluarkan daftar produk yang dikecualikan dari tarif.

    Produk tersebut termasuk komputer, laptop, disk drive, peralatan pemrosesan data otomatis, ponsel pintar, kartu memori, modem, router, layar panel datar, dan perangkat semikonduktor.

    Kebanyakan dari barang-barang ini tidak diproduksi di dalam negeri, melainkan di Tiongkok.

    Tarif yang dikenakan sebelumnya dinaikkan secara bertahap: dari 20 persen pada 2 April, menjadi 54 persen, lalu 104 persen pada 3 April, hingga mencapai 145 persen pada 4 April.

    Menurut analisis firma keuangan Capital Economics, pengecualian ini mencakup 23 persen dari total impor AS dari China.

    Firma tersebut menyebut langkah itu sebagai “bantuan yang baik” bagi CEO Apple, Tim Cook.

    Apa Kata Trump?

    Pada Minggu (13/4/2025), Trump membantah bahwa ia telah meringankan beban tarif untuk China.

    “TIDAK ADA SEORANG PUN yang ‘lepas dari tanggung jawab’ atas Neraca Perdagangan yang tidak adil,” tulisnya di platform media sosial Truth.

    Trump menuduh Tiongkok sebagai negara yang “memperlakukan kita dengan paling buruk”.

    Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menjelaskan bahwa pengecualian tarif ini bersifat sementara.

    Menurutnya, barang elektronik China memang dibebaskan dari tarif awal 2 April, tapi akan tetap menghadapi bea masuk baru yang sedang dipersiapkan.

    “Barang elektronik dikecualikan dari tarif timbal balik, tetapi masih termasuk dalam tarif semikonduktor yang akan diberlakukan satu atau dua bulan lagi,” kata Lutnick kepada ABC News.

    Trump bahkan mengumumkan bahwa ia akan mengenakan tarif baru terhadap semikonduktor dari China pada hari Senin.

    Apakah Barang Elektronik China Benar-Benar Bebas Tarif?

    Tidak.

    Pengecualian yang diumumkan hanya berlaku untuk tarif tambahan yang diberlakukan sejak 2 April.

    Barang-barang seperti iPhone dan laptop masih menghadapi tarif dasar sebesar 20 persen.

    Tarif itu diberlakukan Trump secara bertahap sejak 20 Januari, saat ia menjabat kembali, hingga 2 April.

    Tarif atas semikonduktor yang diumumkan pada Jumat juga bukan pembebasan total.

    Faktanya, tarif 50 persen terhadap semikonduktor dari China yang diberlakukan oleh Presiden Biden pada 1 Januari masih berlaku.

    Trump belum mencabut tarif itu.

    Sebagian besar perangkat elektronik menggunakan semikonduktor ini, sehingga tetap terdampak.

    Selain itu, sanksi era Biden terhadap perusahaan semikonduktor China juga masih berlaku, membatasi akses mereka terhadap chip kelas atas.

    Langkah Trump Selanjutnya

    Trump menyatakan akan meluncurkan “Investigasi Tarif Keamanan Nasional” terhadap rantai pasokan semikonduktor.

    Ia menuding China terlalu dominan dalam rantai pasokan global.

    Pada 2023–2024, China mengekspor chip senilai $647 juta ke AS, menurut Observatory of Economic Complexity.

    Direktur Dewan Ekonomi Nasional, Kevin Hassett, menyatakan AS akan meninjau apakah impor semikonduktor membahayakan keamanan nasional.

    “Semikonduktor adalah bagian penting dari banyak peralatan pertahanan,” kata Hassett kepada CNN.

    Ia merujuk pada Pasal 232 dari Undang-Undang Perluasan Perdagangan AS, yang memberi presiden kewenangan membatasi impor untuk alasan keamanan nasional.

    Bagaimana Kondisi Perang Dagang Saat Ini?

    Tarif terhadap barang elektronik dan semikonduktor hanyalah bagian dari perang dagang AS-China yang semakin memanas sejak 2 April.

    China membalas dengan mengenakan tarif 125 persen terhadap barang-barang AS.

    Sementara itu, ekspor China ke AS kini dikenakan tarif sebesar 145 persen, kecuali untuk produk yang dikecualikan.

    Negara-negara lain telah bernegosiasi untuk menghindari tarif tinggi AS.

    Namun, China tidak termasuk dalam kesepakatan yang memberikan jeda 90 hari tersebut.

    Trump menyebut gejolak pasar saham sebagai konsekuensi “jangka pendek” dari pengaturan ulang perdagangan global.

    Namun, para analis memperkirakan inflasi akan meningkat.

    Mereka menilai pengecualian tarif pada Jumat menunjukkan pemerintah mulai menyadari dampak buruk tarif terhadap produsen dan konsumen AS.

    Apple adalah contoh nyata.

    Sekitar 90 persen iPhone dirakit di Tiongkok melalui mitra lokalnya, Foxconn.

    Sebanyak 80 persen produk Apple berasal dari China.

    Kelompok pelobi yang mewakili Intel, Nvidia, dan perusahaan teknologi lainnya terus mendorong Washington untuk mencapai kesepakatan dagang.

    Sektor Lain yang Terdampak

    Pada Maret lalu, Trump memberlakukan tarif 25 persen pada impor baja dan aluminium dari semua negara, termasuk China.

    China adalah produsen baja dan aluminium terbesar di dunia.

    Meskipun ekspor bajanya ke AS hanya 4,1 persen dari total produksi nasional, ekspor aluminium mencapai 16 persen.

    Pada 3 April, AS juga menerapkan tarif 25 persen terhadap mobil impor.

    Ekspor mobil China ke AS hanya 2 persen dari total impor mobil AS, atau sekitar 0,4 persen dari penjualan mobil 2024, menurut S&P.

    Namun, karena produsen mobil China terlibat dalam rantai pasokan global, tarif itu tetap berdampak signifikan.

    Mulai 3 Mei, tarif 25 persen juga berlaku untuk semua suku cadang mobil impor.

    Meski pemerintah Trump menyarankan warga AS membeli mobil buatan dalam negeri, para ahli memperingatkan bahwa tidak ada mobil yang sepenuhnya bebas dari komponen impor.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Isi Proposal Gencatan Senjata Baru yang Disodorkan Israel, Netanyahu Minta Hamas Lucuti Senjata – Halaman all

    Isi Proposal Gencatan Senjata Baru yang Disodorkan Israel, Netanyahu Minta Hamas Lucuti Senjata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel dan Hamas kembali mencapai kesepakatan gencatan senjata baru

    Di tengah ketegangan perang Gaza, Israel kembali menyodorkan kesepakatan gencatan senjata baru ke militan sayap kanan Palestina, Hamas.

    Hal itu diungkap langsung oleh Mesir dan Qatar selaku mediator antara pihak-pihak terkait untuk mengakhiri perang, Selasa (15/4/2025).

    Dalam keterangan resminya para mediator mengungkap bahwa mereka telah menerima proposal usulan gencatan senjata dari pemerintah Israel.

    Saat ini mereka tengah menunggu respons Hamas setelah menyerahkan proposal yang diajukan Israel untuk gencatan senjata di Jalur Gaza.

    Isi Proposal Gencatan Israel

    Mengutip dari Al Arabiya dalam proposal tersebut Israel menawarkan proposal gencatan senjata baru selama 45 hari kepada Hamas.

    Dengan syarat setengah dari total sandera yang tersisa dibebaskan dan Hamas harus melucuti persenjataannya.

    Adapun, Israel melaporkan bahwa Hamas telah menyandera 251 orang saat melakukan serangan pada 7 Oktober 2023.

    Sekitar 58 orang masih ditahan di Gaza, termasuk 34 orang yang menurut Israel telah tewas.

    “Dalam proposal Israel menuntut pembebasan setengah dari sandera pada minggu pertama perjanjian, perpanjangan gencatan senjata setidaknya selama 45 hari, dan masuknya bantuan.” ujar mediator Mesir dan Qatar.

    Sebagai imbalan, Israel siap membebaskan hampir 670 tahanan Palestina, yang 66 diantaranya telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, tambah laporan itu.

    Hamas Tolak Permintaan Israel

    Pasca proposal tersebut diajukan, Hamas menyebut pihaknya masih mempelajari isi proposal dan akan memberikan jawaban “secepatnya”.

    Namun kelompok militan tersebut menegaskan bahwa syarat utama gencatan senjata adalah penghentian penuh agresi militer Israel dan penarikan total pasukan Israel dari Jalur Gaza.

    Sementara itu Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan bahwa tuntutan Israel untuk pelucutan senjata gerakan itu tidak dapat dinegosiasikan.

    Menurutnya dua elemen dari proposal yang diajukan Israel tidak dapat diterima karena dianggap melewati ‘garis merah’.

    Otoritas Hamas Sami Abu Zuhri juga menekankan bahwa kunci untuk mencapai kesepakatan adalah penarikan penuh Israel dan mengakhiri perang di Gaza, bukan pelucutan senjata Hamas.

    “Permintaan untuk melucuti senjata Hamas tidak dapat diterima. Ini bukan sekadar garis merah. Ini adalah sejuta garis merah,” kata Zuhri.
     “Mimpi Netanyahu dan para pendukungnya tidak dapat dicapai karena Hamas adalah gerakan yang membela rakyatnya sendiri dan karena Palestina ingin membebaskan tanah mereka. Selama masih ada pendudukan, perlawanan akan terus berlanjut dan senjata akan tetap berada di tangan perlawanan untuk membela rakyat dan hak-hak kami,” sambungnya.

    PBB: Situasi Gaza Kritis

    Di tengah upaya buntu perundingan gencatan senjata, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan di Jalur Gaza saat ini kemungkinan menjadi yang terburuk sejak serangan Israel dimulai 18 bulan lalu.

    “Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan saat ini kemungkinan adalah yang terburuk sejak pecahnya pertikaian,” ujar juru bicara PBB, Stephane Dujarric.

    Peringatan ini dirilis bukan tanpa alasan, Dujarric menjelaskan bahwa sudah satu setengah bulan tidak ada pasokan bantuan yang diizinkan masuk melalui perbatasan Gaza.

    Tak hanya itu lebih dari 2 juta warga Gaza kini hidup tanpa akses makanan, air bersih, listrik, dan bahan bakar akibat pembatasan yang dilakukan pemerintah Israel.

    “Warga sipil kini secara efektif terjebak di kantong-kantong wilayah Gaza yang makin terfragmentasi dan tidak aman, sementara akses terhadap layanan dasar untuk bertahan hidup terus menyusut setiap harinya,” tegasnya.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • 10 Tahanan Palestina Dibebaskan Israel Lewat Gerbang Kissufim, Dilarikan ke RS dalam Kondisi Kritis – Halaman all

    10 Tahanan Palestina Dibebaskan Israel Lewat Gerbang Kissufim, Dilarikan ke RS dalam Kondisi Kritis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel membebaskan 10 tahanan Palestina pada hari Senin (14/4/2025), yang semuanya dalam kondisi kesehatan memburuk usai mengalami penyiksaan di penjara Israel. 

    Para tahanan ini sebelumnya ditangkap sekitar enam bulan lalu saat pengepungan kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara.

    Saat itu, Israel melancarkan kampanye intensif yang saat ini telah berlangsung lebih dari satu setengah tahun.

    Menurut Kantor Informasi Tahanan Palestina, para tahanan yang dibebaskan langsung dipindahkan menggunakan kendaraan Palang Merah menuju Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, Gaza tengah, dikutip dari Palestine Chronicle.

    Kondisi mereka dilaporkan kritis akibat perlakuan buruk yang dialami selama masa penahanan.

    Proses pembebasan dilakukan melalui Gerbang Kissufim, yang berada di pagar pemisah di timur Khan Yunis.

    Meskipun ini menjadi angin segar bagi keluarga para tahanan, kondisi kesehatan mereka menimbulkan kekhawatiran besar.

    Kondisi tahanan yang dibebaskan juga memunculkan kembali sorotan internasional atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di penjara Israel.

    Beberapa hari sebelumnya,  Israel juga telah membebaskan sekitar 80 tahanan Palestina dari berbagai wilayah Gaza. 

    Dari jumlah itu, sedikitnya 10 orang juga dilaporkan dalam kondisi kesehatan kritis, dikutip dari Middle East Monitor.

    Pembebasan ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang mulai berlaku sejak 19 Januari 2025.

    Namun pada 18 Maret 2025, Israel telah melanggar  perjanjian tersebut dengan melanjutkan serangan ke wilayah Gaza.

    Israel Ajukan Proposal Gencatan Senjata Baru ke Hamas

    Di tengah ketegangan dan konflik yang belum usai, Hamas mengumumkan bahwa Israel telah menyodorkan proposal gencatan senjata baru. 

    Isi proposal itu mencakup penghentian pertempuran selama 45 hari jika Hamas bersedia membebaskan setengah dari sandera Israel yang masih ditahan di Gaza.

    Proposal tersebut juga menuntut agar semua kelompok bersenjata Palestina, termasuk Hamas, melucuti senjata sebagai syarat utama penghentian perang secara permanen. 

    Namun, menurut seorang pejabat Hamas yang dikutip oleh kantor berita AFP, permintaan tersebut “melewati garis merah” dan tidak dapat diterima.

    “Hamas dan faksi-faksi perlawanan memandang senjata sebagai bagian dari perjuangan dan tidak akan dinegosiasikan,” kata pejabat tersebut, dikutip dari Al-Arabiya.

    Hamas juga menegaskan bahwa mereka tetap ingin adanya gencatan senjata permanen.

    “Gerakan ini menegaskan kembali posisi tegasnya bahwa setiap perjanjian di masa depan harus menghasilkan gencatan senjata permanen, penarikan penuh pasukan pendudukan dari Jalur Gaza, kesepakatan pertukaran tahanan yang sesungguhnya, dimulainya proses serius untuk membangun kembali apa yang telah dihancurkan oleh pendudukan [Israel], dan pencabutan pengepungan yang tidak adil terhadap rakyat kami di Jalur Gaza,” tambah pernyataan itu, dikutip dari Al Jazeera.

    Saat ini, para negosiator Hamas tengah bersiap untuk melakukan pembicaraan lanjutan di Qatar, yang selama ini menjadi lokasi utama mediasi antara kedua pihak.

    Sejak Oktober 2023, Gaza telah mengalami krisis kemanusiaan besar-besaran. 

    Lebih dari 51.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, tewas akibat serangan Israel yang terus berlangsung.

    Situasi ini mendorong Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Selain itu, Israel juga tengah menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Tahanan Palestina dan Konflik Palestina vs Israel

  • Pengakuan Prajurit China yang Ditangkap Ukraina: Semua yang Kami Dengar dari Rusia adalah Kebohongan – Halaman all

    Pengakuan Prajurit China yang Ditangkap Ukraina: Semua yang Kami Dengar dari Rusia adalah Kebohongan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dua warga negara China yang ditangkap oleh Ukraina saat bertempur di pihak Rusia menceritakan kesulitan yang mereka alami selama peperangan.

    Mengutip Kyiv Independent, salah satu tawanan perang bernama Wang Guangjun mengatakan bahwa ia menjadi sasaran “senjata kimia” Rusia sesaat setelah ditangkap oleh tentara Ukraina.

    Hal ini ia sampaikan kepada wartawan dalam konferensi pers di Kyiv pada 14 April.

    “Saya kehilangan kekuatan dan pingsan. Kemudian saya merasa seseorang mencengkeram kerah baju saya dan menarik saya keluar ke udara segar,” kata Wang.

    Menurut Wang, setelah ditangkap oleh pasukan Ukraina, ia mendapati dirinya berada di sebuah gubuk bersama seorang tentara Ukraina untuk berlindung dari gempuran Rusia.

    Ia mengatakan bahwa tentara Ukraina itu membantunya bertahan dari serangan gas.

    “Tentara Ukraina melindungi kami dan telah memperlakukan kami dengan baik selama ini,” tambahnya.

    PENGAKUAN TAWANAN PERANG – Tawanan perang Wang Guangjun berbicara selama konferensi pers 14 April 2025. Ia membongkar kedok perekrutan Rusia. (Tangkap layar YouTube ukrinform)

    Wang Guangjun dan rekannya, Zhang Renbo, yang lahir pada tahun 1991 dan 1998, merupakan warga negara China pertama yang ditangkap saat bertempur bersama tentara Rusia melawan Ukraina di wilayah Ukraina.

    Penangkapan mereka diumumkan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada awal April.

    Zelensky menyatakan bahwa sedikitnya “beberapa ratus” warga negara China bertempur di pihak Rusia di Ukraina.

    Dua di antaranya berhasil ditangkap dan dihadirkan dalam konferensi pers.

    Keduanya berbicara dalam bahasa Mandarin, dengan jawaban yang diterjemahkan ke dalam bahasa Ukraina oleh penerjemah pemerintah.

    Iklan Rekrutmen Rusia

    Wang mengatakan bahwa ia menemukan iklan perekrutan tentara Rusia saat membuka media sosial.

    Setelah kehilangan pekerjaannya musim panas lalu, ia tertarik dengan tawaran tersebut, terutama karena, menurutnya, dinas militer dianggap “bergengsi” di China.

    Seorang perekrut yang dihubungi Wang memberitahunya bahwa rekrutan dapat memperoleh 200.000 hingga 250.000 rubel Rusia (sekitar $2.000–$3.000) per bulan di tentara Rusia, jumlah yang lebih tinggi dari rata-rata gaji di China.

    Perekrut itu juga menjanjikan akan menanggung biaya perjalanan ke Rusia dan membantu pengurusan dokumen yang diperlukan, menurut Wang.

    Namun, janji-janji itu tak terwujud. Ia menyebut orang Rusia mengambil kartu bank dan teleponnya, sehingga ia tidak bisa mengelola uang yang diperolehnya.

    Tawanan lainnya, Zhang, mengaku berasal dari keluarga kaya dan sebelumnya bekerja sebagai pemadam kebakaran serta penyelamat di China.

    Ia mengatakan datang ke Rusia pada Desember lalu dengan tawaran pekerjaan di bidang konstruksi, namun akhirnya direkrut menjadi tentara.

    “Saya ingin menghasilkan uang, tetapi saya tidak menyangka akan berakhir di medan perang,” ujarnya.

    PENGAKUAN TAWANAN PERANG – Tawanan perang Zhang Renbo berbicara selama konferensi pers 14 April 2025. Ia membongkar kedok perekrutan Rusia. (Tangkap layar YouTube ukrinform)

    Tak satu pun dari mereka menyebutkan daerah asalnya di China.

    Keduanya mengklaim tidak memiliki hubungan dengan pemerintah China dan menyatakan bahwa mereka menandatangani kontrak dengan tentara Rusia atas kehendak sendiri.

    Rute perjalanan mereka melewati Moskow, Rostov-on-Don, dan Donetsk yang diduduki Rusia di Ukraina timur, sebelum akhirnya sampai di medan tempur.

    Menurut Wang, ia juga sempat ditempatkan di sebuah kamp bersama orang-orang dari negara lain, seperti dari Asia Tengah, Ghana, dan Irak.

    Tentara Asing di Rusia

    Rusia dilaporkan telah merekrut tentara asing dari berbagai negara, termasuk India, Nepal, dan Suriah, untuk berperang melawan Ukraina.

    Rusia juga disebut telah mengerahkan sekitar 12.000 tentara Korea Utara yang dikirim oleh Pyongyang untuk melawan serangan Ukraina di Oblast Kursk.

    Kedua tawanan asal China itu mengatakan bahwa mereka berada di bawah komando perwira Rusia yang hanya menggunakan isyarat tangan untuk memberi perintah.

    Wang mengatakan bahwa sangat sulit untuk melarikan diri setelah bergabung, karena pengawasan di tempat pelatihan sangat ketat.

    Ia juga mengklaim tidak membunuh satu pun tentara Ukraina, karena hanya berada di garis depan selama tiga hari sebelum akhirnya ditangkap.

    Zhang mengatakan bahwa ia bahkan belum pernah melihat tentara Ukraina hingga saat ia ditangkap.

    Keduanya menyampaikan kritik terhadap Rusia dalam konferensi pers dan memperingatkan rekan-rekan senegaranya agar tidak mengikuti jejak mereka.

    “Bagi warga negara China yang ingin ikut berperang, kami ingin mengatakan: jangan lakukan itu,” kata Wang.

    “Karena semua yang kami dengar dari Rusia adalah kebohongan. Ternyata Rusia tidak sekuat itu, dan Ukraina tidak selemah itu. Itulah sebabnya lebih baik tidak ikut berperang sama sekali.”

    Keduanya menegaskan bahwa mereka ingin kembali ke China, bukan ke Rusia, dalam skema pertukaran tawanan di masa mendatang.

    “Saya sadar mungkin akan ada hukuman, dan saya siap menerimanya. Namun, saya tetap ingin pulang dan bertemu keluarga saya,” kata Zhang.

    “Perang yang sebenarnya sangat berbeda dari apa yang kita lihat di film dan di televisi,” ujar Wang.

    “Saya hanya menyesal satu hal — saya ingin meminta maaf kepada orang tua saya. Satu-satunya keinginan saya sekarang adalah pulang ke kampung halaman dan mengikuti semua instruksi agar bisa pulang.”

    Respons Pemerintah China atas Penangkapan Dua Warganya

    Pada 8 April lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengklaim bahwa ada ratusan warga China yang bergabung dengan Rusia dalam perang melawan Ukraina.

    Namun, pemerintah China membantah klaim tersebut, menyebutnya tidak berdasar.

    Mengutip ABC News, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mengatakan pada Rabu (9 April 2025) bahwa negaranya berperan secara konstruktif dalam penyelesaian krisis Ukraina melalui jalur politik.

    Dalam konferensi pers, Lin menyampaikan bahwa pemerintah China selalu mengimbau warganya agar menjauhi zona konflik, tidak terlibat dalam bentuk apa pun dari konflik bersenjata, dan terutama tidak ikut serta dalam operasi militer pihak manapun.

    Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa warga China yang ditangkap kemungkinan besar bergabung dengan tentara Rusia atas inisiatif pribadi.

    Baik Rusia maupun Ukraina memang mengizinkan tentara asing untuk bergabung dalam angkatan bersenjata mereka.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Trump Kembali Salahkan Zelensky soal Perang Rusia-Ukraina, Kritik juga Dilempar ke Biden dan Putin – Halaman all

    Trump Kembali Salahkan Zelensky soal Perang Rusia-Ukraina, Kritik juga Dilempar ke Biden dan Putin – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial terkait perang Rusia-Ukraina.

    Dalam pernyataannya pada Senin (14/3/2025) di Ruang Oval, Trump menyalahkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy atas meletusnya konflik bersenjata yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun di Eropa Timur.

    “Saat Anda memulai perang, Anda tahu bahwa Anda bisa memenangkannya, bukan? Anda tidak memulai perang melawan seseorang yang 20 kali lebih besar dari Anda, lalu berharap orang lain memberi Anda beberapa rudal,” ujar Trump kepada wartawan, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Tak hanya berhenti pada Zelenskyy, Trump juga menyebut bahwa tanggung jawab atas kematian dan kehancuran akibat perang juga berada di pundak Presiden Rusia Vladimir Putin, namun juga pada Presiden Joe Biden.

    “Sebut Putin No. 1, tetapi sebut saja Biden, yang tidak tahu apa yang sedang dilakukannya, No. 2, dan Zelensky,” kata Trump.

    Ia menyiratkan bahwa ketiganya memegang peran besar dalam eskalasi konflik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Respons Terhadap Zelensky

    Pernyataan Trump tampaknya merupakan tanggapan terhadap komentar Zelenskyy kepada wartawan di Kyiv pekan lalu.

    Presiden Ukraina itu menyatakan harapannya untuk mendapatkan bantuan militer senilai lebih dari 50 miliar USD dari Amerika Serikat.

    Bantuan tersebut termasuk sistem pertahanan udara canggih seperti Patriot, sebagai pengganti paket bantuan sebelumnya yang telah disetujui Kongres, dikutip dari Financial Times.

    Ini juga mungkin tanggap Trump terkait Zelenskyy yang juga menyinggungnya secara langsung dalam wawancaranya dengan program CBS 60 Minutes.

    Ia mengajak Trump untuk datang dan melihat langsung penderitaan rakyat Ukraina akibat invasi Rusia.

    “Tolong, sebelum mengambil keputusan apa pun, sebelum melakukan bentuk negosiasi apa pun, datanglah untuk melihat orang-orang, warga sipil, prajurit, rumah sakit, gereja, anak-anak yang hancur atau tewas,” ungkap Zelensky, seperti dikutip dari Kyivpost. 

    Ia menambahkan bahwa kunjungan langsung ke wilayah yang terkena dampak perang akan membantu Trump memahami siapa sebenarnya Putin dan apakah layak untuk menjalin kesepakatan dengannya.

    “Anda akan mengerti dengan siapa Anda membuat kesepakatan,” tambahnya.

    Ketegangan antara Trump dan Zelensky bukan hal baru.

    Pada Februari lalu, Zelensky menyebut Trump ‘hidup dalam gelembung disinformasi’.

    Pernyataan ini memicu perang kata-kata antara kedua pemimpin.

    Perselisihan tersebut bahkan sempat memuncak dalam sebuah konfrontasi yang disiarkan secara luas di dalam Ruang Oval.

    Menanggapi ketegangan tersebut, Trump sempat memerintahkan penghentian bantuan militer AS dan pembagian informasi intelijen kepada Ukraina. Namun keputusan itu kemudian dibatalkan.

    Komentar Trump soal Serangan di Sumy

    Dalam perkembangan terbaru, Trump turut mengomentari serangan rudal Rusia di Kota Sumy pada 13 April 2025 yang menewaskan 35 orang dan melukai 119 lainnya.

    Serangan tersebut mengejutkan dunia internasional karena menargetkan wilayah sipil.

    “Saya pikir itu mengerikan. Saya diberitahu mereka melakukan kesalahan. Namun saya pikir itu hal yang mengerikan. Saya pikir seluruh perang itu mengerikan,” kata Trump dalam wawancara di pesawat kepresidenan Air Force One, merespons pertanyaan terkait serangan balistik di Sumy, dikutip dari CNN.

    Saat ditanya apakah ia percaya bahwa serangan tersebut tidak disengaja, Trump menjawab singkat, “Mereka melakukan kesalahan.”

    Di sisi lain, Kremlin mengklaim bahwa dua rudal taktis Iskander-M menargetkan pertemuan perwira militer Ukraina.

    Kremlin juga menyalahkan Kyiv karena menggunakan warga sipil sebagai ‘perisai manusia’. 

    Namun, tuduhan tersebut belum didukung oleh bukti yang valid dan belum ada konfirmasi dari pihak Ukraina.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Donald Trump, Volodymyr Zelensky dan Konflik Rusia vs Ukraina

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.147: Trump Tuding Putin yang Memulai Perang – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.147: Trump Tuding Putin yang Memulai Perang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022 telah memasuki hari ke-1.147 pada Selasa (15/4/2025).

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyalahkan Presiden Rusia Vladimir Putin atas pecahnya perang Rusia-Ukraina.

    Trump menegaskan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan mantan Presiden AS Joe Biden juga ikut bertanggung jawab.

    Dalam perkembangan lain, Ukraina menampilkan dua pria asal Tiongkok yang ditangkap di garis depan dalam konferensi pers.

    Seperti diketahui, sebelumnya Zelensky menuduh Rusia merekrut warga China lewat media sosial.

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.147:
    Tentara China Ditangkap di Ukraina, Zelensky Tuding Rusia Rekrut Lewat Medsos

    Ukraina menampilkan dua pria asal Tiongkok yang ditangkap di garis depan dalam konferensi pers.

    Keduanya dikawal tentara Ukraina bersenjata.

    Mereka berharap bisa ikut dalam pertukaran tahanan.

    “Jangan ambil bagian dalam perang ini,” kata kedua tentara itu memperingatkan warga Tiongkok lainnya.

    Belum jelas apakah pernyataan itu dibuat secara sukarela.

    Dilansir The Guardian, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Tiongkok terkait penangkapan ini.

    Zelensky sebelumnya menyebut Moskow aktif merekrut warga asing untuk memperkuat pasukannya.

    Jika terbukti, keterlibatan warga Tiongkok bisa memperkeruh posisi netral Beijing dalam konflik ini.

    Zelensky Tuding Rusia Tolak Gencatan Senjata: “Putin Tak Takut, Mereka Ingin Terus Berperang”

    Zelensky menuduh Rusia sengaja menolak perundingan gencatan senjata dan memilih untuk terus melanjutkan perang.

    Dalam pernyataannya yang dikutip dari sejumlah media internasional pada Minggu (14/4/2025), Zelensky menyebut Putin tidak menunjukkan niat untuk menghentikan konflik.

    “Rusia secara terbuka menolak terlibat dalam perundingan gencatan senjata,” kata Zelensky.

    Ia menilai sikap tersebut menunjukkan bahwa Moskow merasa tidak terancam.

    “Hanya ada satu alasan untuk ini – di Moskow, mereka tidak takut,” ujarnya.

    Zelensky menegaskan, tanpa tekanan internasional yang cukup kuat terhadap Rusia, perang akan terus berlanjut.

    “Mereka akan terus melakukan apa yang biasa mereka lakukan – mereka akan terus berperang,” tegasnya.

    Pendukung Ukraina Desak Trump Bersikap Tegas ke Putin setelah Serangan Mematikan di Sumy

    Para pendukung Republik Ukraina menyerukan agar Donald Trump bersikap lebih tegas terhadap Putin jika ingin mencapai kesepakatan gencatan senjata.

    Seruan ini muncul setelah serangan mematikan yang dilancarkan Rusia pada Minggu Palma di kota Sumy, Ukraina.

    Peristiwa tersebut memicu kemarahan sejumlah anggota parlemen dari Partai Republik (GOP), yang sebelumnya dikenal hati-hati dalam mengkritik Rusia karena kedekatan Trump dengan Kremlin.

    Namun menurut laporan Andrew Roth, dalam beberapa hari terakhir suara mereka menjadi semakin vokal.

    Serangan di Sumy dijadikan bukti oleh pendukung Ukraina bahwa sikap lunak terhadap Putin hanya akan memperpanjang konflik.

    Duka Ukraina Usai Serangan Minggu Palma: “Sepatu Saya Berlumuran Darah”

    Warga Ukraina berkumpul pada Senin (14/4/2025) untuk mengenang para korban serangan Rusia yang terjadi saat perayaan Minggu Palma.

    Acara duka tersebut diwarnai kesedihan mendalam, terutama di kota Sumy yang menjadi sasaran utama.

    Seorang petugas medis tempur yang membantu para korban mengungkapkan betapa mengerikannya situasi pasca-serangan.

    “Kekacauan terjadi. Ada tumpukan mayat,” katanya, seperti dilaporkan The Guardian.

    “Sepatu saya berlumuran darah. Saya belum membersihkannya, itu darah korban luka.”

    Angkatan Udara Ukraina menyatakan bahwa pada hari yang sama, Rusia kembali melancarkan serangan dengan rudal dan bom berpemandu ke pinggiran kota Sumy.

    Tidak ada korban jiwa dalam serangan lanjutan tersebut.

    Trump: Putin yang Memulai Perang, tapi Zelensky dan Biden Tetap Disalahkan

    Trump menyalahkan Putin atas pecahnya perang Rusia-Ukraina.

    Dia juga menyebut Zelensky dan Biden ikut bertanggung jawab.

    Pernyataan itu disampaikan Trump dalam pengarahan bersama Presiden El Salvador Nayib Bukele, seperti dilaporkan oleh berbagai media pada Senin (14/4/2025).

    Menurut Trump, Putin adalah pihak pertama yang patut disalahkan karena memulai invasi ke Ukraina.

    Namun ia tidak mencabut pernyataan sebelumnya yang menuduh Zelensky dan Biden memiliki andil dalam memicu konflik.

    “Yang bisa saya lakukan hanyalah mencoba menghentikannya. Itu saja yang ingin saya lakukan,” kata Trump.

    “Saya ingin menghentikan pembunuhan. Dan saya pikir kami telah melakukan pekerjaan itu dengan baik,” ujar Trump kepada wartawan.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)