Category: Tribunnews.com Internasional

  • 8 Peristiwa Kunci Perang Saudara Suriah, 13 Tahun Pertumpahan Darah – Halaman all

    8 Peristiwa Kunci Perang Saudara Suriah, 13 Tahun Pertumpahan Darah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Saudara di Suriah, yang berlangsung selama 13 tahun.

    Konflik yang berlangsung begitu lama ini telah menciptakan dampak yang mendalam.

    Ratusan ribu nyawa melayang, jutaan orang jadi pengungsi, dan perpecahan besar di dalam negara.

    Dalam artikel ini, kita akan melihat beberapa peristiwa kunci yang telah menjadi titik balik dalam konflik yang berkepanjangan ini.

    1. Maret 2011: Aksi Protes Damai yang Berubah Menjadi Pemberontakan

    Perang ini bermula pada Maret 2011, ketika aksi protes damai meletus di Damaskus dan Deraa.

    Masyarakat menginginkan reformasi, tetapi pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Bashar al-Assad merespons dengan tindakan keras.

    Tindakan ini akhirnya memicu pemberontakan bersenjata, menandai awal dari konflik yang brutal ini.

    2. Juli 2012: Pertempuran Aleppo dan Eskalasi Konflik

    Konflik semakin memanas pada Juli 2012 dengan Pertempuran Aleppo, di mana pasukan oposisi berhasil merebut sebagian besar kota tersebut.

    Meskipun tentara Suriah mampu merebut kembali Aleppo empat tahun kemudian, pertarungan ini menunjukkan intensitas konflik yang semakin meningkat.

    3. Agustus 2013: Serangan Senjata Kimia yang Menciptakan Kecaman Internasional

    Satu peristiwa yang sangat mencolok terjadi pada Agustus 2013, ketika serangan senjata kimia di Ghouta Timur menewaskan ratusan warga sipil.

    Tragedi ini memicu kecaman internasional yang meluas dan memaksa Suriah untuk setuju menghancurkan persediaan senjata kimianya, meskipun banyak pihak skeptis akan kepatuhan tersebut.

    4. Juni 2014: Kebangkitan ISIS di Suriah

    Krisis semakin rumit dengan munculnya ISIS pada Juni 2014, ketika kelompok ini mendeklarasikan kekhalifahan di Suriah dan Irak setelah menguasai sebagian besar wilayah Raqqa.

    Raqqa kemudian menjadi ibu kota de facto ISIS di Suriah, dan kekuasaan mereka bertahan hingga 2019.

    5. September 2015: Intervensi Rusia yang Mengubah Arah Konflik

    Intervensi Rusia yang dimulai pada September 2015 menjadi momen penting dalam konflik ini.

    Rusia melancarkan operasi militer untuk mendukung pemerintahan al-Assad, dan serangan udara mereka membantu mengubah arah pertempuran mendukung pasukan pemerintah.

    6. April 2017: Serangan Militer AS terhadap Suriah

    Keterlibatan internasional semakin mendalam pada April 2017, ketika Amerika Serikat meluncurkan serangan rudal terhadap target pemerintah Suriah sebagai respons terhadap serangan senjata kimia di Khan Sheikhoun.

    Ini merupakan aksi militer langsung pertama AS terhadap pasukan al-Assad, yang menambah ketegangan dalam konflik ini.

    7. November 2021: Kebekuan Konflik

    Setelah bertahun-tahun pertempuran yang intens, konflik di Suriah sebagian besar menjadi beku selama empat tahun terakhir.

    Namun, kelompok bersenjata kembali melancarkan operasi dari Idlib pada 27 November 2021, menandakan bahwa meskipun ada penurunan intensitas, konflik belum sepenuhnya berakhir.

    Perang Saudara di Suriah bukan hanya sekadar catatan sejarah, melainkan juga pelajaran penting tentang dampak dari konflik berkepanjangan terhadap masyarakat dan dunia.

    Dengan ratusan ribu jiwa yang hilang dan jutaan pengungsi, penting bagi komunitas internasional untuk terus memperhatikan perkembangan di kawasan ini.

    8. Desember 2024: Jatuhnya Rezim Assad

    Pemberontak Suriah mengumumkan rezim Presiden Bashar Al Assad yang telah berkuasa selama 24 tahun berakhir usai menduduki ibu kota Damaskus pada Minggu (8/12/2024) pagi.

    “Setelah 50 tahun penindasan di bawah pemerintahan Baath dan 13 tahun kejahatan, tirani, serta pengungsian, dan setelah perjuangan panjang melawan segala bentuk kekuatan pendudukan, kami mengumumkan hari ini, 8 Desember 2024, berakhirnya era kelam itu dan dimulainya era baru bagi Suriah,” kata para pemberontak dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Al Jazeera.

    Pemberontak mengumumkan bahwa mereka berhasil “merebut” dan menduduki ibu kota Damaskus, dan Presiden Assad telah keluar dari Suriah.

    “Kami mengumumkan akhir dari era kegelapan dan dimulainya era baru Suriah. Di era baru Suriah, semua orang berdampingan dengan damai, keadilan ditegakkan, dan kebenaran ditetapkan,” bunyi pernyataan pemberontak.

    Dikutip dari CNN, pemberontak juga mengeklaim berhasil “membebaskan ibu kota Damaskus dari Bashar Al Assad.”

    “Kami mendeklarasikan Kota Damaskus bebas dari tirani Bashar Al Assad. Untuk orang-orang yang terusir di dunia, sebuah Suriah yang bebas menunggu kalian semua,” bunyi pernyataan pemberontak di saluran Telegram mereka.

    Pengumuman ini muncul setelah pemberontak berhasil merangsek masuk menduduki ibu kota Damaskus dalam 24 jam terakhir.

    Sejumlah video yang beredar di media social memperlihatkan ribuan warga turun ke jalan bersuka cita.

    Salah satu video memperlihatkan ribuan orang berkumpul di Ummayad Square, berdiri di tank-tank militer pasukan Assad yang ditinggalkan sambil bernyanyi.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Terungkap Alasan Israel Bebaskan 18 Warga Palestina, Langsung Dipindahkan ke RS – Halaman all

    Terungkap Alasan Israel Bebaskan 18 Warga Palestina, Langsung Dipindahkan ke RS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Sabtu (7/12/2024), Israel mengambil langkah signifikan dengan membebaskan 18 warga Palestina dari berbagai penjara.

    Warga Palestina ini segera dipindahkan ke rumah sakit pemerintah di Gaza selatan untuk menjalani pemeriksaan medis, Middle East Monitor melaporkan.

    Langkah ini dilakukan untuk mengevaluasi kondisi fisik mereka, yang sebelumnya menunjukkan indikasi penyiksaan dan kekerasan.

    Menurut laporan Anadolu Agency, sebuah sumber medis dari Rumah Sakit Eropa Gaza menyatakan bahwa para warga Palestina yang dibebaskan telah dipindahkan ke rumah sakit untuk pemeriksaan.

    Tindakan ini bukan tanpa alasan; beberapa bulan terakhir, banyak tahanan yang dilepaskan dalam kondisi kesehatan yang memprihatinkan.

    Kesaksian dari tahanan yang telah dibebaskan sebelum ini mengungkapkan bahwa mereka mengalami pemukulan, penyiksaan, penghinaan, dan interogasi selama penahanan mereka.

    Kondisi yang dialami oleh para tahanan ini menjadi perhatian serius, mengingat banyak di antara mereka yang tidak mendapatkan perawatan yang layak.

    Sejak serangan darat yang dimulai pada 27 Oktober, militer Israel telah menahan ribuan warga Palestina, termasuk wanita, anak-anak, pekerja kesehatan, dan personel pertahanan sipil.

    Meskipun sejumlah kecil dari mereka telah dibebaskan, nasib banyak tahanan lainnya masih tidak diketahui.

    Israel telah terlibat dalam konflik yang terus berlanjut di Jalur Gaza, yang mengakibatkan lebih dari 44.600 kematian, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.

    Situasi ini mengundang banyak perhatian dan kecaman internasional.

    Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Selain itu, Israel juga menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional terkait perangnya di Gaza.

    Kejadian-kejadian ini menimbulkan banyak tanda tanya di tingkat internasional mengenai keadilan dan hak asasi manusia.

    Banyak pihak mengecam tindakan kekerasan yang terus berlanjut dan menuntut pertanggungjawaban dari pihak-pihak yang terlibat.

    Lebih dari 4.000 orang diamputasi di Gaza

    Mohammad Abu Salmiya, Direktur Rumah Sakit al-Shifa, mengatakan dalam sebuah konferensi yang diadakan untuk memperingati Hari Internasional Penyandang Disabilitas di Kompleks Medis Nasser di Gaza selatan, bahwa “mayoritas dari mereka yang kehilangan anggota tubuh adalah anak-anak”.

    “Lebih dari 4.000 orang telah diamputasi anggota tubuh bagian atas atau bawah sejak dimulainya genosida,” katanya.

    Ia menambahkan bahwa lebih dari 2.000 orang dengan cedera tulang belakang dan otak kini terbaring di tempat tidur dan sangat membutuhkan rehabilitasi.

    Ribuan orang lainnya menderita gangguan pendengaran dan penglihatan akibat pemboman yang tiada henti, tambahnya.

    Kelaparan dan penyakit merajalela di Gaza

    Krisis kemanusiaan di Gaza makin memburuk dari hari ke hari dan “rintangan” dalam penyediaan bantuan harus disingkirkan, kata kepala UNRWA Philippe Lazzarini.

    “Kita kehabisan kata-kata. Kelaparan dan penyakit merajalela,” katanya dalam sebuah posting di X, mengomentari posting oleh anggota parlemen Partai Buruh Inggris Annaliese Dodd, yang menyebut situasi di Gaza “tidak dapat ditoleransi”.

    “Kini saatnya bagi semua pihak untuk mendukung UNRWA – tulang punggung operasi bantuan internasional di Gaza,” imbuh Lazzarini.

    UNRWA, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pengungsi Palestina, mengatakan pada tanggal 1 Desember bahwa mereka telah menghentikan pengiriman bantuan melalui penyeberangan Karem Abu Salem (dikenal sebagai Kerem Shalom oleh orang Israel) antara Israel dan Gaza karena masalah keamanan yang mereka salahkan pada Israel.

    Serangan Israel memutus aliran listrik

    Rumah Sakit Kamal Adwan telah terputus aliran listriknya sepenuhnya setelah serangan Israel berulang kali terhadap generator utama dan tangki bahan bakar di rumah sakit tersebut.

    Tim medis di sana telah menyatakan keprihatinan yang mendalam atas memburuknya kondisi pasien di unit perawatan intensif dan orang-orang yang terluka yang sangat membutuhkan perawatan medis tingkat lanjut.

    Rumah sakit tersebut saat ini terperangkap dalam cengkeraman operasi militer yang sedang berlangsung di wilayah utara Gaza yang semakin meningkat dari hari ke hari tanpa ada henti di lapangan.

    Mereka telah menyerukan kepada masyarakat internasional untuk segera bertindak dan memberi mereka perlindungan.

    Tetapi bagian utara Gaza telah menjadi sasaran operasi militer tanpa henti yang telah mengubah sebagian besar fasilitas medis, bersama dengan infrastruktur sipil, menjadi puing-puing.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • 8 Peristiwa Kunci Perang Saudara Suriah, 13 Tahun Pertumpahan Darah – Halaman all

    Dapat Suaka Politik, Presiden Suriah Bashar Al-Assad dan Keluarganya Kabur ke Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Presiden Suriah Bashar Al-Assad dan keluarganya mendapatkan suaka politik dari Rusia.

    Dikutip dari Aljazeera, Senin (9/12/2024), Al-Assad dan keluarganya sudah tiba di Moskow dengan alasan kemanusiaan.

    Ketika pemberontakan dimulai pada akhir November, ada laporan bahwa Al-Assad dan keluarganya terbang ke Rusia, dan bahwa al-Assad meminta Moskow untuk membantunya secara militer.

    Namun saat itu Moskow tidak membenarkan atau membantah laporan tersebut.

    “Saat ini kita melihat bahwa sejumlah sumber, termasuk layanan BBC Rusia, misalnya, telah melaporkan bahwa al-Assad kemungkinan telah dievakuasi oleh pesawat Rusia dari pangkalan udara Rusia di Latakia yang lepas landas beberapa jam lalu dengan transpondernya dimatikan,” tulis laporan yang dikutip Tribun.

    Kini para pejabat Rusia sedang berhubungan dengan perwakilan oposisi bersenjata Suriah.

    Menurut sumber Kremlin, oposisi telah menjamin keamanan pangkalan Rusia di Latakia dan Tartus, serta misi diplomatik Rusia di Suriah.

    Dan ada juga laporan bahwa otoritas Rusia menganggap perlu untuk melanjutkan negosiasi penyelesaian di Suriah di bawah pengawasan PBB.

    Diberitakan sebelumnya, hari Minggu PM Mohammed al-Jalali menyatakan dirinya siap untuk “bekerja sama” dengan kepemimpinan mana pun yang kelak akan dipilih oleh rakyat Suriah, setelah pemimpin oposisi Suriah mengumumkan ‘jatuhnya’ pemerintahan Presiden Suriah al-Assad.

    Pemimpin “Hayat Tahrir al-Sham,” Abu Mohammed al-Jolani, memerintahkan pasukannya untuk tidak mendekati institusi resmi di Damaskus, dengan mengatakan bahwa mereka akan tetap berada di bawah perdana menteri sampai mereka “resmi” menyerahkan kekuasaan.

    Untuk semua berita utama terkini, ikuti saluran Google Berita kami secara online atau melalui aplikasi.

    Administrasi Operasi Militer telah melancarkan serangan kilat sejak 27 November, menyapu sebagian besar wilayah negara tersebut dari kendali pemerintah, termasuk kota-kota besar Aleppo, Hama dan Homs.

    Provinsi-provinsi di selatan dan timur negara itu juga telah jatuh dari tangan pemerintah setelah pejuang lokal mengambil alih kekuasaan dan pasukan al-Assad mundur.

    Kelompok oposisi bersenjata mengatakan pada Minggu pagi bahwa “tiran Bashar al-Assad telah melarikan diri” dan menyatakan “kota Damaskus bebas.”

    “Setelah 50 tahun penindasan di bawah pemerintahan Baath, dan 13 tahun kejahatan dan tirani serta pemindahan paksa… hari ini kami mengumumkan akhir dari periode kelam ini dan dimulainya era baru bagi Suriah,” kata pasukan oposisi bersenjata. di Telegram.

    Dalam pidato yang disiarkan di akun Facebook-nya, Perdana Menteri al-Jalali mengatakan “negara ini bisa menjadi negara normal yang membangun hubungan baik dengan tetangganya dan dunia.”

    Warga kota Damaskus, ibu kota Suriah melambaikan tangan ke pasukan oposisi yang memasuki kota sejak Sabtu, 7 Desember 2024. Oposisi Suriah merayakan kemenangannya atas tergulingnya rezim Presiden Bashar Al-Assad dan langsung mendeklarasikan kota Damaskus, ibu kota Suriah, kini bebas dari tiran Bashar al-Assad. (Aljazeera)

    “Tetapi masalah ini bergantung pada kepemimpinan mana pun yang dipilih oleh rakyat Suriah. Kami siap bekerja sama dengannya [kepemimpinan itu] dan menawarkan segala fasilitas yang memungkinkan,” tambahnya.

    Al-Jalali mengatakan dia “siap untuk prosedur serah terima apa pun.”

    Al-Jolani mengatakan dalam sebuah pernyataan di Telegram: “Bagi semua pasukan militer di kota Damaskus, dilarang keras mendekati lembaga-lembaga publik, yang akan tetap berada di bawah pengawasan mantan perdana menteri sampai mereka secara resmi diserahkan.”

    “Dilarang menembak ke udara,” tambah Jolani, yang mulai menggunakan nama aslinya Ahmed al-Sharaa alih-alih nama samarannya.

    Rami Abdel Rahman, kepala Observatorium Suriah untuk pemantau perang Hak Asasi Manusia, mengatakan “al-Assad meninggalkan Suriah melalui bandara internasional Damaskus sebelum pasukan keamanan militer meninggalkan” fasilitas tersebut.

    Pasukan oposisi memasuki Kota Damaskus, ibu kota Suriah, Sabtu, 7 Desember 2024. Oposisi Suriah merayakan kemenangannya atas tergulingnya rezim Presiden Bashar Al-Assad dan langsung mendeklarasikan kota Damaskus, ibu kota Suriah, kini bebas dari tiran Bashar al-Assad. (Al Jazeera)

    Kepala Koalisi Nasional Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi, Hadi al-Bahra, pada hari Minggu mengumumkan kepada Al Arabiya jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad. Berbicara kepada rakyat Suriah melalui Al Arabiya, al-Bahra menyatakan, “Saya mengumumkan kepada Anda jatuhnya rezim Bashar al-Assad.”

    Untuk semua berita utama terkini, ikuti saluran Google Berita kami secara online atau melalui aplikasi.

    Dia menambahkan, “Situasinya aman, dan tidak ada ruang untuk balas dendam atau pembalasan,” seraya menekankan, “Babak kelam dalam sejarah Suriah telah berakhir.” Al-Bahra juga mengatakan tentara akan direstrukturisasi.

    Sementara itu, perdana menteri Suriah telah mengumumkan kesiapannya untuk menyerahkan pemerintahan kepada kekuatan oposisi dalam transisi damai.

    Abu Mohammed al-Jolani, pemimpin Administrasi Operasi Militer Oposisi Suriah.

    Pemimpin Koalisi Nasional Suriah mencatat bahwa “institusi pemerintah akan melanjutkan operasinya dalam dua hari” dan “perpindahan kekuasaan akan dilakukan melalui kerja sama dengan PBB.”

    Abu Mohammed al-Jolani, pemimpin Administrasi Operasi Militer, memerintahkan pasukannya untuk tidak mendekati institusi resmi di Damaskus.

    Al-Jolani menekankan bahwa lembaga-lembaga ini akan tetap berada di bawah wewenang perdana menteri sampai mereka “secara resmi” diserahkan, AFP melaporkan.

  • Presiden Al-Assad Kabur, Suriah Kacau: PM Mohammed al-Jalali Kompromistis dengan Oposisi – Halaman all

    Presiden Al-Assad Kabur, Suriah Kacau: PM Mohammed al-Jalali Kompromistis dengan Oposisi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Perdana Menteri Suriah Mohammed al-Jalali bersikap realistis dengan konstelasi politik di negerinya yang kini kacau-balau setelah Presiden Bashar Al-Assad kabur ke luar negeri dan pasukan bersenjata oposisi kini berhasil merebut kendali Kota Damaskus, ibukota Suriah.

    Hari Minggu PM Mohammed al-Jalali menyatakan dirinya siap untuk “bekerja sama” dengan kepemimpinan mana pun yang kelak akan dipilih oleh rakyat Suriah, setelah pemimpin oposisi Suriah mengumumkan ‘jatuhnya’ pemerintahan Presiden Suriah al-Assad.

    Pemimpin “Hayat Tahrir al-Sham,” Abu Mohammed al-Jolani, memerintahkan pasukannya untuk tidak mendekati institusi resmi di Damaskus, dengan mengatakan bahwa mereka akan tetap berada di bawah perdana menteri sampai mereka “resmi” menyerahkan kekuasaan.

    Untuk semua berita utama terkini, ikuti saluran Google Berita kami secara online atau melalui aplikasi.

    Administrasi Operasi Militer telah melancarkan serangan kilat sejak 27 November, menyapu sebagian besar wilayah negara tersebut dari kendali pemerintah, termasuk kota-kota besar Aleppo, Hama dan Homs.

    Provinsi-provinsi di selatan dan timur negara itu juga telah jatuh dari tangan pemerintah setelah pejuang lokal mengambil alih kekuasaan dan pasukan al-Assad mundur.

    Kelompok oposisi bersenjata mengatakan pada Minggu pagi bahwa “tiran Bashar al-Assad telah melarikan diri” dan menyatakan “kota Damaskus bebas.”

    “Setelah 50 tahun penindasan di bawah pemerintahan Baath, dan 13 tahun kejahatan dan tirani serta pemindahan paksa… hari ini kami mengumumkan akhir dari periode kelam ini dan dimulainya era baru bagi Suriah,” kata pasukan oposisi bersenjata. di Telegram.

    Dalam pidato yang disiarkan di akun Facebook-nya, Perdana Menteri al-Jalali mengatakan “negara ini bisa menjadi negara normal yang membangun hubungan baik dengan tetangganya dan dunia.”

    Warga kota Damaskus, ibu kota Suriah melambaikan tangan ke pasukan oposisi yang memasuki kota sejak Sabtu, 7 Desember 2024. Oposisi Suriah merayakan kemenangannya atas tergulingnya rezim Presiden Bashar Al-Assad dan langsung mendeklarasikan kota Damaskus, ibu kota Suriah, kini bebas dari tiran Bashar al-Assad. (Aljazeera)

    “Tetapi masalah ini bergantung pada kepemimpinan mana pun yang dipilih oleh rakyat Suriah. Kami siap bekerja sama dengannya [kepemimpinan itu] dan menawarkan segala fasilitas yang memungkinkan,” tambahnya.

    Al-Jalali mengatakan dia “siap untuk prosedur serah terima apa pun.”

    Al-Jolani mengatakan dalam sebuah pernyataan di Telegram: “Bagi semua pasukan militer di kota Damaskus, dilarang keras mendekati lembaga-lembaga publik, yang akan tetap berada di bawah pengawasan mantan perdana menteri sampai mereka secara resmi diserahkan.”

    “Dilarang menembak ke udara,” tambah Jolani, yang mulai menggunakan nama aslinya Ahmed al-Sharaa alih-alih nama samarannya.

    Rami Abdel Rahman, kepala Observatorium Suriah untuk pemantau perang Hak Asasi Manusia, mengatakan “al-Assad meninggalkan Suriah melalui bandara internasional Damaskus sebelum pasukan keamanan militer meninggalkan” fasilitas tersebut.

    Pasukan oposisi memasuki Kota Damaskus, ibu kota Suriah, Sabtu, 7 Desember 2024. Oposisi Suriah merayakan kemenangannya atas tergulingnya rezim Presiden Bashar Al-Assad dan langsung mendeklarasikan kota Damaskus, ibu kota Suriah, kini bebas dari tiran Bashar al-Assad. (Al Jazeera)

    Kepala Koalisi Nasional Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi, Hadi al-Bahra, pada hari Minggu mengumumkan kepada Al Arabiya jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad. Berbicara kepada rakyat Suriah melalui Al Arabiya, al-Bahra menyatakan, “Saya mengumumkan kepada Anda jatuhnya rezim Bashar al-Assad.”

    Untuk semua berita utama terkini, ikuti saluran Google Berita kami secara online atau melalui aplikasi.

    Dia menambahkan, “Situasinya aman, dan tidak ada ruang untuk balas dendam atau pembalasan,” seraya menekankan, “Babak kelam dalam sejarah Suriah telah berakhir.” Al-Bahra juga mengatakan tentara akan direstrukturisasi.

    Sementara itu, perdana menteri Suriah telah mengumumkan kesiapannya untuk menyerahkan pemerintahan kepada kekuatan oposisi dalam transisi damai.

    Abu Mohammed al-Jolani, pemimpin Administrasi Operasi Militer Oposisi Suriah.

    Pemimpin Koalisi Nasional Suriah mencatat bahwa “institusi pemerintah akan melanjutkan operasinya dalam dua hari” dan “perpindahan kekuasaan akan dilakukan melalui kerja sama dengan PBB.”

    Abu Mohammed al-Jolani, pemimpin Administrasi Operasi Militer, memerintahkan pasukannya untuk tidak mendekati institusi resmi di Damaskus.

    Al-Jolani menekankan bahwa lembaga-lembaga ini akan tetap berada di bawah wewenang perdana menteri sampai mereka “secara resmi” diserahkan, AFP melaporkan.

  • Krisis Suriah: Gedung Media Pemerintah Disabotase Pemberontak – Halaman all

    Krisis Suriah: Gedung Media Pemerintah Disabotase Pemberontak – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kondisi di Damaskus, ibu kota Suriah, semakin memanas setelah para pemberontak mengambil alih gedung radio dan saluran televisi pemerintah pada Minggu, 8 Desember 2024.

    Kejadian ini menunjukkan perubahan signifikan dalam situasi politik dan keamanan di negara yang telah dilanda konflik berkepanjangan ini.

    Para pemberontak tidak hanya berhasil merebut gedung tersebut, tetapi juga melakukan siaran langsung di televisi publik.

    Dalam siaran itu, mereka mengeklaim bahwa Presiden Bashar Assad telah digulingkan dan semua tahanan di penjara dibebaskan.

    Dalam pernyataannya, seorang pria yang membacakan informasi itu juga menyerukan kepada semua pejuang dan warga oposisi untuk menjaga lembaga-lembaga negara Suriah yang merdeka.

    Siapa yang Memimpin Serangan Ini?

    Serangan ini dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok pemberontak yang memiliki pengaruh di Suriah.

    Mereka juga berhasil merebut Istana Kepresidenan di Distrik Mezzeh Barat.

    Video yang beredar di media sosial menunjukkan para pemberontak memasuki halaman istana sambil meneriakkan “Tuhan Maha Besar”, tanpa adanya perlawanan dari pihak rezim, karena pegawai pemerintah dan pasukan keamanan telah meninggalkan lokasi tersebut.

    Sabotase gedung-gedung pemerintah terjadi setelah dugaan bahwa Presiden Bashar al-Assad telah melarikan diri dari negaranya di tengah krisis besar yang melanda Damaskus.

    Menurut laporan, Assad dikabarkan kabur menggunakan pesawat pribadi jenis Ilyushin 76 ke lokasi yang dirahasiakan.

    Dua perwira senior Suriah mengungkapkan bahwa Assad terbang ke tempat aman, sementara rumor beredar bahwa istrinya, Asma al-Assad, melarikan diri bersama ketiga anak mereka ke Rusia beberapa waktu sebelumnya.

    Bagaimana Tanggapan Pemerintah Suriah?

    Setelah kaburnya Presiden Assad, komando militer Suriah mengumumkan bahwa era pemerintahan Assad telah berakhir.

    Perdana Menteri Suriah, Mohammad Ghazi al-Jalali, mengeklaim bahwa lembaga publik akan tetap berfungsi dan berjanji untuk melakukan pengalihan kekuasaan secara damai.

    Dalam sebuah pernyataan, Jalali menyatakan kesiapannya untuk mendukung keberlanjutan pemerintahan dan bekerja sama dengan oposisi, dengan harapan agar pemberontak tidak melakukan tindakan kekerasan.

    Apa Selanjutnya untuk Suriah?

    Pimpinan Hayat Tahrir al-Sham, Al-Julani, mengatakan bahwa semua pasukan oposisi di Damaskus dilarang mengambil alih lembaga publik.

    Ia menekankan bahwa lembaga pemerintah akan tetap berada di bawah pengawasan Perdana Menteri Suriah sampai pengalihan kekuasaan secara resmi dilaksanakan.

    Selain itu, Al-Julani melarang tindakan perayaan yang mungkin memicu kekacauan lebih lanjut di Suriah.

    Kondisi di Suriah saat ini tetap kompleks, dan semua mata tertuju pada langkah selanjutnya dari pemerintah yang baru dan kelompok pemberontak.

    Seiring dengan berkembangnya situasi ini, banyak yang berharap untuk stabilitas dan perdamaian yang telah lama hilang.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Damaskus Memanas, Gedung Radio dan Saluran TV Pemerintah Suriah Disabotase Pemberontak – Halaman all

    Damaskus Memanas, Gedung Radio dan Saluran TV Pemerintah Suriah Disabotase Pemberontak – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Para pemberontak Suriah dilaporkan telah mengambil alih gedung radio dan saluran televisi pemerintah yang berlokasi di ibu kota Suriah, Damaskus, Minggu (8/12/2024).

    Tak hanya melakukan sabotase, para pemberontak juga melakukan siaran di televisi publik.

    Dalam siaran itu, mereka menayangkan pernyataan video yang mengatakan bahwa Presiden Bashar Assad telah digulingkan dan semua tahanan di penjara dibebaskan.

    Pria yang membacakan pernyataan tersebut juga menyerukan kepada semua pejuang dan warga oposisi untuk melestarikan lembaga-lembaga negara “negara Suriah yang merdeka,” sebagaimana dikutip dari APNews.

    Lebih lanjut, dalam keterangan tersebut, pasukan pemberontak Suriah yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) turut merebut Istana Kepresidenan Suriah di Distrik Mezzeh Barat.

    Dari cuplikan video yang beredar di social media, para pemberontak memasuki halaman Istana sambil meneriakkan “Tuhan Maha Besar.”

    Mereka memasuki Gedung Istana Negara tanpa ada perlawanan dari pihak rezim, pasalnya pegawai pemerintah dan pasukan keamanan telah mengosongkan gedung tersebut.

    “Hayat Tahrir al-Sham memasuki Istana Kepresidenan Suriah di Damaskus, Suriah,” bunyi keterangan video tersebut.

    Presiden Suriah Assad Kabur

    Adapun sabotase itu dilakukan setelah Presiden Suriah Bashar al-Assad diduga kuat meninggalkan negaranya di tengah krisis besar yang mengguncang ibukota Damaskus.

    Menurut informasi yang beredar, Presiden Suriah Bashar al-Assad kabur menggunakan pesawat pribadi jenis Ilyushin 76.

    Sementara pantauan dua perwira senior Suriah mengungkap bahwa Assad menaiki pesawat menuju lokasi yang dirahasiakan.

    “Tiran (pemimpin yang dianggap sewenang-wenang) Bashar al-Assad telah melarikan diri,” kata oposisi bersenjata, seperti dikutip dari Guardian.

    “Kami nyatakan Damaskus bebas dari Tiran Bashar al-Assad,” tambah pernyataan tersebut.

    Tak dirinci lokasi kaburnya Presiden Suriah, namun sebelum pemimpin rezim ini kabur pejabat keamanan Suriah dan pejabat Arab, mengatakan Asma al-Assad, istri presiden Suriah yang lahir di Inggris, melarikan diri bersama ketiga anak mereka minggu lalu ke Rusia.

    Disusul saudara iparnya yang turut melakukan perjalanan ke Uni Emirat Arab pasca konflik bersenjata terjadi di Suriah.

    PM Suriah Alihkan Kekuasaan ke Pemberontak

    Terpisah, pasca presiden Bashar al-Assad kabur meninggalkan Suriah, komando militer Suriah mengumumkan era pemerintahan Assad telah runtuh menyusul serangan pemberontak yang mengguncang negara tersebut.

    Merespons konflik tersebut Perdana Menteri (PM) Suriah Mohammad Ghazi al-Jalali memastikan lembaga publik di Suriah tetap berfungsi.

    Ia juga berjanji, akan melaksanakan pengalihan kekuasaan secara damai, Al-Jalali menyatakan kesiapannya untuk mendukung keberlanjutan pemerintahan dan bekerja sama dengan oposisi.

    Namun, dia meminta agar pemberontak memberi jaminan untuk tidak akan menyakiti siapapun.

    “Kami siap untuk ‘mengulurkan tangan’ kepada oposisi dan menyerahkan fungsi pemerintahan kepada pemerintah transisi,” ungkap Jalalu dalam pernyataan video yang dirilis Associated Press.

    “Saya masih berada di rumah saya, saya tidak pergi ke mana-mana, karena saya bagian dari negara ini,” imbuhnya.

    Sementara, Pimpinan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Al Julani mengatakan semua pasukan oposisi di Damaskus dilarang mengambil alih lembaga publik.

    Dia mengatakan seluruh lembaga pemerintah tetap berada di bawah pengawasan PM Suriah sampai pengalihan kekuasaan secara resmi. Dia juga melarang ada tembakan perayaan.

    “Tetap berada di bawah pengawasan mantan Perdana Menteri sampai diserahkan secara resmi. Tembakan perayaan juga dilarang,” ujar Al-Julani dalam sebuah pernyataan.

    (Tribunnews.com/Namira Yunia)

  • Krisis Suriah: Gedung Media Pemerintah Disabotase Pemberontak – Halaman all

    Tahrir al-Sham Calon Penguasa Baru di Suriah Pernah Terafiliasi dengan Al Qaeda dan ISIS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, DAMASKUS – Rezim Presiden Bashar al-Assad akhirnya tumbang setelah lebih dari 13 tahun terjadi perang saudara di Suriah. Pemberontak Suriah kemudian mendeklarasikan penggulingan Presiden Bashar al-Assad setelah menguasai Damaskus pada hari Minggu(8/12/2024).

    Adalah kelompok islam Sunni Hayat Tahrir al-Sham(HTS) yang melakukan pemberontakan di Suriah selama sepekan terakhir. Pemberontakan kelompok HTS dilakukan secara besar-besaran di daerah Aleppo Barat, Suriah pada Rabu(27/11/2024).

    Serangan tersebut diklaim oleh para pemberontak sebagai bentuk ‘Pencegahan Agresi’ terhadap kegiatan militer rezim Bashar al-Assad. Pemberontakan Suriah berlanjut hingga pendudukan wilayah Provinsi Aleppo, oleh massa pemberontak, Jumat (29/11/2024). Kondisi ini mengharuskan tentara al-Assad mundur dari pertempuran, mempersiapkan berbagai hal demi serangan balik.

    Pemberontakan yang dikhawatirkan memicu perang saudara ini sudah mengakibatkan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak. Mengutip The Guardians, siaran televisi setempat melaporkan bahwa pemberontak HTS yang tewas selama sepekan terakhir ada lebih dari 1.000.

    Tahrir al-Sham

    Hayat Tahrir al-Sham merupakan organisasi bersenjata beraliran Islam Sunni, yang berbasis di Suriah. Hayat Tahrir al-Sham punya sejarah panjang dalam konflik di Suriah. 

    Sebelum dikenal sebagai HTS, kelompok ini pertama kali dibentuk dengan nama Jabhat al-Nusra (Front Nusrah).

    Jabhat al-Nusra didirikan pada 2011 silam sebagai salah satu afiliasi kelompok Al-Qaeda. Salah satu pendirinya adalah Abu Bakr al-Baghdadi, seorang pemimpin kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

    Kelompok ini terus mendesak agar Al-Assad mundur dan mengakhiri rezimnya di negara tersebut. 

    HTS memiliki ideologi jihad sesuai pandangan islam yang menurut mereka benar.

    Beberapa ahli menilai bahwa paham HTS bertentangan dengan prinsip revolusioner.

    Perubahan nama dari Jabhat al-Nusra menjadi Hayat Tahrir al-Sham baru resmi dilakukan pada 2016.

    Penggantian nama itu bertepatan dengan Pemimpin kelompok, Abu Mohammed al-Ja​wlani, memutuskan hubungannya dengan Al-Qaeda.

    Pemberontakan HTS pada 2011 merupakan salah satu yang terbesar dan terburuk sepanjang sejarah Suriah.

    Pemberontakan HTS 13 tahun lalu dinilai sebagai pemicu Perang Saudara Suriah. Perang tersebut berhenti pada 2020, menyusul perjanjian gencatan senjata yang difasilitasi oleh Rusia sebagai sekutu Assad dan Turki sebagai pendukung HTS.

    Sayangnya, belum lima tahun sejak kesepakatan disetujui, pemberontakan HTS kembali pecah di akhir November 2024. Kondisi ini tentu mengancam keamanan wilayah Suriah, khususnya bagi warga sipil.

    Pemberontakan HTS selama sepekan terakhir sekaligus memecah fokus pemerintah Suriah yang kini dipimpin oleh Al-Assad. Pasalnya, saat ini Suriah juga terlibat eskalasi perang dengan Israel.

  • Suriah Usai Rezim al-Assad Tumbang: Kelompok Sunni Tahrir al-Sham Jadi Penguasa dan Ancaman ISIS – Halaman all

    Suriah Usai Rezim al-Assad Tumbang: Kelompok Sunni Tahrir al-Sham Jadi Penguasa dan Ancaman ISIS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, DAMASKUS – Pemberontak Suriah mendeklarasikan penggulingan Presiden Bashar al-Assad setelah menguasai Damaskus pada hari Minggu(8/12/2024).

    Hal ini sebagai penanda berakhirnya pemerintahan tangan besi keluarganya setelah lebih dari 13 tahun perang saudara dalam sebuah momen yang menggemparkan di Timur Tengah.

    Pemberontak juga memberikan pukulan besar terhadap pengaruh Rusia dan Iran di wilayah tersebut, sekutu utama yang mendukung Assad pada saat-saat kritis dalam konflik tersebut. Kedutaan Besar Iran juga diserbu oleh pemberontak Suriah setelah mereka merebut Damaskus.

    Komando militer Suriah memberi tahu para perwira bahwa pemerintahan Assad telah berakhir. Namun tentara Suriah kemudian mengatakan pihaknya terus melanjutkan operasi melawan kelompok teroris di kota-kota utama Hama dan Homs serta di pedesaan Deraa.

    Assad yang telah menghancurkan segala bentuk perbedaan pendapat, terbang keluar dari Damaskus ke tujuan yang tidak diketahui pada Minggu pagi, kata dua perwira senior militer kepada Reuters, ketika pemberontak mengatakan mereka memasuki ibu kota tanpa tanda-tanda pengerahan tentara.

    “Kami bersama rakyat Suriah merayakan berita pembebasan tahanan kami dan melepaskan belenggu mereka serta mengumumkan berakhirnya era ketidakadilan di penjara Sednaya,” kata pemberontak, merujuk pada sebuah penjara besar di pinggiran Damaskus tempat pemerintah Suriah menahan diri.

    Koalisi pemberontak Suriah mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka terus berupaya untuk menyelesaikan pengalihan kekuasaan di Suriah kepada badan pemerintahan transisi dengan kekuasaan eksekutif penuh.

    “Revolusi besar Suriah telah beralih dari tahap perjuangan menggulingkan rezim Assad ke perjuangan membangun Suriah bersama yang sesuai dengan pengorbanan rakyatnya,” tambahnya dalam sebuah pernyataan.

    Ribuan orang yang mengendarai mobil dan berjalan kaki berkumpul di alun-alun utama di Damaskus sambil melambaikan tangan dan meneriakkan “Kebebasan” dari setengah abad pemerintahan keluarga Assad.

    Keruntuhan tersebut menyusul pergeseran keseimbangan kekuasaan di Timur Tengah setelah banyak pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran, yang merupakan tulang punggung pasukan Assad dibunuh oleh Israel selama dua bulan terakhir. Rusia, sekutu penting Assad lainnya, fokus pada perang di Ukraina.

    Pemerintahan Transisi

    Apa yang terjadi di Suriah mengejutkan negara-negara Arab dan menimbulkan kekhawatiran akan gelombang baru ketidakstabilan regional terutama di Timur Tengah.

    Peristiwa ini menandai titik balik bagi Suriah yang hancur akibat perang bertahun-tahun yang telah mengubah kota-kota menjadi puing-puing, menewaskan ratusan ribu orang, dan memaksa jutaan orang mengungsi ke luar negeri.

    Menstabilkan wilayah barat Suriah yang dikuasai pemberontak akan menjadi kuncinya. Pemerintah negara-negara Barat yang telah menghindari negara yang dipimpin Assad selama bertahun-tahun harus memutuskan bagaimana menghadapi pemerintahan baru kelompok Islam Sunni Hayat Tahrir al-Sham (HTS) tampaknya akan memiliki pengaruh.

    “Amerika Serikat akan terus mempertahankan kehadirannya di Suriah timur dan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah kebangkitan kembali ISIS, ” ujar Wakil Asisten Menteri Pertahanan untuk Timur Tengah Daniel Shapiro mengatakan pada konferensi keamanan Dialog Manama di ibu kota Bahrain dikutip dari Reuters.

    HTS yang mempelopori kemajuan pemberontak di Suriah barat, sebelumnya merupakan afiliasi Al Qaeda yang dikenal sebagai Front Nusra hingga pemimpinnya Abu Muhammed al-Golani memutuskan hubungan dengan gerakan jihad global pada tahun 2016.

    “Pertanyaan sebenarnya adalah seberapa tertib transisi ini, dan tampaknya cukup jelas bahwa Golani sangat ingin transisi ini berjalan dengan tertib,” kata Joshua Landis, pakar Suriah dan Direktur Pusat Studi Timur Tengah di Universitas Oklahoma.

    Golani tidak ingin terulangnya kekacauan yang melanda Irak setelah pasukan pimpinan Amerika menggulingkan Saddam Hussein pada tahun 2003.

    “Mereka harus membangun kembali mereka membutuhkan Eropa dan Amerika untuk mencabut sanksi,” kata Landis.

    HTS adalah kelompok pemberontak terkuat di Suriah dan sebagian warga Suriah masih khawatir kelompok itu akan menerapkan aturan Islam yang kejam atau memicu aksi pembalasan.

    Negara-negara seperti Uni Emirat Arab dan Mesir, keduanya merupakan sekutu dekat AS, memandang kelompok militan Islam sebagai ancaman nyata, sehingga HTS mungkin menghadapi perlawanan dari kekuatan regional.

    Dalam sebuah konferensi di Manama, Anwar Gargash, penasihat diplomatik presiden Uni Emirat Arab, mengatakan kekhawatiran utama negara itu adalah “ekstremisme dan terorisme.”

    Dia mengatakan Suriah belum keluar dari masalah dan menambahkan bahwa dia tidak tahu apakah Assad berada di UEA atau tidak.

    Gargash menyalahkan jatuhnya Assad karena kegagalan politik dan mengatakan dia belum pernah menggunakan ‘jalur penyelamat’ yang ditawarkan kepadanya oleh berbagai negara Arab sebelumnya, termasuk UEA.(reuters)

     

  • Mengapa Mosi Tidak Percaya Yoon Suk Yeol Gagal? Simak Faktanya! – Halaman all

    Mengapa Mosi Tidak Percaya Yoon Suk Yeol Gagal? Simak Faktanya! – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemakzulan seorang presiden adalah isu yang selalu menarik perhatian publik dan media.

    Di Korea Selatan, situasi politik menjadi semakin panas ketika upaya pemakzulan terhadap Presiden Yoon Suk Yeol mencuat.

    Meskipun sempat beredar harapan di kalangan oposisi, proses pemakzulan ini pada akhirnya gagal.

    Mari kita bahas enam fakta penting mengenai situasi ini.

    Mengapa Pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol Muncul?

    Pemakzulan terhadap Presiden Yoon Suk Yeol mulai mencuat setelah ia mengambil keputusan kontroversial dengan menerapkan darurat militer.

    Keputusan ini, meskipun hanya berlangsung selama enam jam, mengejutkan banyak pihak dan menimbulkan kegaduhan di masyarakat.

    Banyak anggota majelis dan masyarakat menganggap tindakan Yoon sebagai langkah yang tidak tepat.

    Ketua Parlemen Korsel, Woo Wonshik, menjelaskan bahwa ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Yoon memicu partai oposisi, khususnya Partai Demokrat, untuk mendorong pemakzulan.

    Apa yang Terjadi Selama Proses Pemakzulan?

    Situasi semakin tegang setelah pengumuman pemakzulan.

    Pada pagi hari sebelum pemungutan suara, Yoon muncul dan meminta maaf kepada publik.

    Ia berjanji untuk menyerahkan urusan pemerintahan kepada partai yang berkuasa dan bahkan mempertimbangkan pengurangan masa jabatannya.

    Pada saat pemungutan suara, Han Donghoon, pemimpin Partai Kekuatan Rakyat, mengunjungi Perdana Menteri Han Ducksoo untuk menyampaikan pesan yang berfokus pada pemulihan ekonomi, sebagai upaya untuk mengembalikan kepercayaan publik.

    Mengapa Pemungutan Suara Gagal?

    Meskipun ada harapan dari pihak oposisi, sebagian besar anggota Partai Kekuatan Rakyat memboikot pemungutan suara.

    Hal ini membuat pihak oposisi terkejut, karena mereka memperkirakan akan ada beberapa anggota dari partai yang berkuasa yang mendukung pemakzulan.

    Akibatnya, jumlah suara yang diperlukan untuk menyetujui mosi pemakzulan tidak tercapai.

    Lee Jaemyung, pemimpin oposisi dari Partai Demokrat, berjanji untuk terus mendesak pemakzulan dan bahkan menjanjikan insentif bagi anggota yang mendukungnya.

    Bagaimana Respons Masyarakat?

    Di luar parlemen, situasi semakin menarik dengan demonstrasi yang terjadi.

    Sekelompok besar demonstran berkumpul untuk mendukung pemakzulan Yoon, sementara di sisi lain kota, terdapat demonstrasi yang menentang pemakzulan.

    Keberadaan dua kelompok demonstran ini menunjukkan bahwa masyarakat Korea Selatan memiliki pendapat yang terpolarisasi mengenai kepemimpinan Yoon dan langkah-langkah yang diambilnya.

    Apa Arti Kegagalan Pemakzulan Ini?

    Kegagalan pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol mencerminkan dinamika politik yang kompleks di Korea Selatan.

    Meskipun ada ketidakpuasan publik terhadap kepemimpinan Yoon, dukungan dari partai yang berkuasa menunjukkan harapan untuk stabilitas pemerintahan.

    Bagaimana perkembangan situasi ini di masa depan masih belum dapat diprediksi, tetapi yang jelas, politik Korea Selatan tetap menarik untuk diikuti.

    Mosi Tidak Percaya Part 2: Apa Selanjutnya?

    Kegagalan pemakzulan membuat sebagian demonstran merasa kecewa.

    “Meskipun kami gagal mendapatkan yang kami inginkan hari ini, kami tidak putus asa,” kata Jo Ahgyeong, seorang demonstran, kepada AFP.

    Kalangan oposisi berencana untuk mengajukan mosi tidak percaya lagi terhadap Yoon pada Rabu, 11 Desember 2024 mendatang.

    Dengan perkembangan ini, semua mata tertuju pada langkah berikutnya dalam politik Korea Selatan yang selalu dinamis dan penuh kejutan.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Profil Asma Al Assad, Istri Presiden Suriah yang Dikabarkan Kabur ke Rusia Bersama Anak-anaknya – Halaman all

    Profil Asma Al Assad, Istri Presiden Suriah yang Dikabarkan Kabur ke Rusia Bersama Anak-anaknya – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, SURIAH – Dunia pernah terpikat dengan Asma Al Assad.

    Kecantikan  wanita asal Inggris ini dipuji di Timur Tengah setelah menikahi Presiden Suriah Bashar Al-Assad.

    Namun kemudian dia dibenci setelah muncul perang saudara di Suriah 14 tahun lalu.

    Dia pernah digambarkan sebagai “mawar di padang pasir”, inti dari lingkaran gelap presiden Bashar al-Assad.

    Dan kini Asma Al Assad kembali jadi sorotan.

    Wall Street Journal, Minggu (8/12/2024) melaporkan Asma al-Assad  melarikan diri bersama ketiga anak mereka ke Rusia. mengutip keterangan pejabat keamanan Suriah dan pejabat Arab yang tidak disebutkan namanya.

    Kedua saudara iparnya juga dilaporkan telah meninggalkan Suriah menuju Uni Emirat Arab.

    Ibu negara Suriah, Asma al-Assad.

    Sementara suaminya Bashar Al-Assad kini belum diketahui rimbanya.

    JPost mengabarkan dia juga kabur ke Rusia.

    Bashar al-Assad dan keluarganya dikabarkan kabur ke Rusia setelah 24 tahun berkuasa di Suriah.

    Kekuasannya kini direbut oleh kelompok pemberontak oposisi bersenjata Hayat Tahrir al-Sham yang telah menguasai hampir semua kota-kota besar di Suriah, termasuk Ibu Kota Suriah Damaskus.

    Sosok Asma Al Assad

    Asma Al Assad lahir di Inggris, 11 Agustus 1975.

    Dia merupakan keturunan Suriah tetapi menghabiskan sebagian besar hidupnya di London barat.

    Asma Al Assad dituding ikut berperan dalam perang saudara di Suriah tahun 2011, dimana ribuan warga Suriah tewas kala itu.

    Saat itu, Uni Eropa memberlakukan larangan perjalanan dan pembekuan asetnya.

    Asma Al Assad putri seorang ahli jantung Harley Street,  bersekolah di sekolah elite Inggris, teman-temannya memanggilnya Emma.

    Dia mendapat gelar dalam ilmu komputer di King’s College, London.

    Kemudian dia berkarier sebagai bankir investasi di City of London.

    Perempuan cantik ini seorang Muslim Sunni dan bertemu dengan Bashar Al-Assad saat sama-sama belajar di London.

    Mereka menikah pada tahun 2000.

    Kehidupan mereka pun penuh kemewahan.

    Pasangan itu memiliki tiga anak.

    Dikenal hidup glamor, Asma Al Assad senang dengan sepatu Christian Louboutin bertahtakan kristal dan gaun Chanel.

    “Dia sangat condong ke kiri. Dia tampak sangat cerdas dan sangat menghormati orang lain,” kata Gaia Servadio, seorang penulis dan sejarawan yang pernah bekerja dengan Assad.

    Di media Barat, dia awalnya digambarkan sebagai sosok yang cerdas, elegan, percaya diri, dengan “IQ tinggi” dan memiliki minat untuk membuka Suriah dengan dunia luar.

    Sebuah artikel yang bagus di majalah Vogue menggambarkannya sebagai “mawar di padang pasir” dan rumah tangganya sebagai “sangat demokratis”.

    Sementara itu, surat kabar Prancis Paris Match mengatakan dia adalah “elemen cahaya di negara yang penuh dengan zona bayangan” .

    Orang-orang terpesona oleh sikapnya yang berkelas, pandangan liberal, dan aksen Inggrisnya.

    Ia menerima Medali Emas dari Kepresidenan Republik Italia untuk pekerjaan kemanusiaan pada tahun 2008 dan memenangkan gelar doktor arkeologi kehormatan dari Universitas La Sapienza di Roma.

    Pertemuan di Inggris

    Dikenal sebagai Emma oleh teman-teman Inggrisnya, Asma Al-Assad  merupakan bintang yang sedang naik daun di JP Morgan.

    Saat itu dia bertemu Bashar, yang pernah belajar oftalmologi di London.

    Namun awal tahun 2000-an  dipulangkan untuk dipersiapkan menjadi presiden setelah kakak laki-lakinya, Basil, meninggal dalam kecelakaan mobil pada tahun 1994.

    Mereka menikah pada tahun 2000. Kehidupan mereka pun penuh kemewahan.

    Mereka pernah makan malam dengan Angelina Jolie dan Brad Pitt di Suriah.

    Menurut Vogue, Tn. Assad bercanda “Brad Pitt ingin mengirim pengawalnya ke sini untuk datang dan mendapatkan pelatihan!”

    Namun, pihak klan Assad dilaporkan tidak menyukai Nyonya Assad, terutama karena asal usulnya yang merupakan Muslim Sunni.

    Assad terpilih sebagai presiden dengan 97 persen suara pada tahun 2000 setelah kematian ayahnya, Hafez al-Assad, yang telah memerintah Suriah dengan tangan besi selama beberapa dekade.

    Sebelum dimulainya pemberontakan tahun 2011, ada harapan Suriah bisa berubah. Warga Suriah melihat pilihan istrinya sebagai bukti bahwa keadaan akan berubah.

    Namun harapan tersebut pudar seiring dengan pemberontakan yang terjadi. Seiring dengan meningkatnya jumlah korban tewas akibat pertempuran, Istri Assad perlahan menghilang dari pandangan publik.

    Sumber:  ABC/Reuters/BBC/Newsweek