Category: Tribunnews.com Internasional

  • Serangan Udara Israel Menargetkan Kelompok Pro-Iran di Suriah Timur – Halaman all

    Serangan Udara Israel Menargetkan Kelompok Pro-Iran di Suriah Timur – Halaman all

    Serangan Israel Menargetkan Kelompok Pro-Iran di Suriah Timur

    TRIBUNNEWS.COM- Israel melancarkan serangan udara di Suriah timur hari ini (Minggu), menargetkan gudang senjata.

    Selain itu, Israel juga menyerang kelompok yang setia kepada Iran, menurut laporan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, tak lama setelah jatuhnya rezim Presiden Bashar al-Assad.

    Direktur Observatorium, Rami Abdel Rahman, mengatakan kepada Agence France-Presse, 

    “Israel melakukan beberapa serangan udara terhadap gudang senjata dan situs milik rezim sebelumnya dan kelompok yang didukung Iran di Kegubernuran Deir ez-Zor,” 

    Menunjuk pada eskalasi dalam kecepatan serangan Israel terhadap sasaran serupa setelah Assad melarikan diri dari Suriah dan kendali faksi oposisi atas Damaskus.

     

     

    Israel Perluas Pendudukan di Dataran Tinggi Golan saat Rezim Assad Tumbang

    Israel mengerahkan tank dan pasukan untuk menduduki zona penyangga di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki pada 8 Desember menyusul jatuhnya pemerintah Suriah ke tangan kelompok ekstremis yang didukung asing semalam.

    Tentara Israel mengumumkan pasukannya menduduki “beberapa titik yang diperlukan untuk pertahanan” di zona penyangga, dengan alasan kemungkinan “orang-orang bersenjata” memasuki zona tersebut.

    Zona penyangga ditetapkan pada tahun 1974 sebagai bagian dari gencatan senjata yang mengakhiri Perang Yom Kippur antara Israel dan Suriah.

    Militan yang didukung asing dari Hayat Tahrir al-Sham (HTS) memasuki Damaskus semalam setelah serangan kilat menuju ibu kota yang dimulai kurang dari dua minggu lalu dari benteng mereka di Kegubernuran Idlib.

    Militan dari HTS, sebelumnya dikenal sebagai Front Nusra yang berafiliasi dengan Al-Qaeda, dengan cepat menduduki pedesaan dan kota Aleppo sebelum bergerak ke selatan untuk merebut Hama, Homs, dan akhirnya, Damaskus.

    Tentara Suriah mundur dari Homs dan Damaskus tanpa melakukan perlawanan.

    Militer Israel mengklaim pihaknya “tidak ikut campur dalam urusan internal” di Suriah tetapi akan tetap berada di zona penyangga “selama diperlukan.”

    Pasukan Israel memasuki zona penyangga dengan dalih adanya dugaan ancaman dari militan ekstremis.

    Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mengklaim “angkatan bersenjata” memasuki zona penyangga dan menyerang pasukan penjaga perdamaian PBB yang ditempatkan di daerah tersebut.

    “Israel prihatin dengan pelanggaran Perjanjian Pelepasan 1974 antara Israel dan Suriah, yang juga menimbulkan ancaman terhadap keamanannya, keselamatan masyarakatnya, dan warganya, khususnya di wilayah Dataran Tinggi Golan,” tulisnya pada X.

    Israel merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah selama perang tahun 1967, menduduki wilayah tersebut secara ilegal, dan mencaploknya pada tahun 1981.

    Israel telah mengebom Suriah ratusan kali sejak dimulainya perang rahasia yang dipimpin AS di Suriah pada tahun 2011. 

    Pengeboman tersebut terus berlanjut setelah perang berakhir pada tahun 2019, dalam apa yang disebut media Israel sebagai “pertempuran antara kedua perang.”

    Serangan Israel semakin intensif setelah dimulainya perang di Gaza lebih dari setahun yang lalu. 

    Israel mengklaim bahwa mereka menargetkan fasilitas senjata yang digunakan untuk mendukung Hizbullah dan perlawanan Islam di Lebanon.

     

     

    Israel Bombardir Gedung-gedung Militer & Pemerintahan di Damaskus Setelah HTS Ambil Alih Kekuasaan

    Serangan udara Israel menghantam distrik Mazzeh di Damaskus dan sebuah pangkalan udara di Suwayda di Suriah selatan pada tanggal 8 Desember, hanya beberapa jam setelah pemerintah Suriah jatuh ke tangan ekstremis yang didukung asing. 

    Puluhan serangan udara Israel menghantam Bandara Militer Mazzeh bersama dengan gedung bea cukai dan intelijen, alun-alun keamanan, fasilitas penelitian ilmiah, dan laboratorium pertahanan.

    Pengeboman ini terjadi setelah militan ekstremis dari Hayat Tahrir al-Sham menguasai ibu kota Suriah pada malam hari

    Selain itu, pesawat tempur Israel yang diduga mengebom pangkalan udara Khalkhala di Suriah selatan, dua sumber keamanan regional mengatakan kepada Reuters .

    Pangkalan udara tersebut dievakuasi oleh tentara Suriah semalam ketika militan dari Hayat Tahrir al-Sham (HTS) menguasai ibu kota, Damaskus.

    Sumber keamanan regional mengatakan sedikitnya enam serangan menghantam pangkalan udara tersebut, yang terletak di dekat kota Suwayda yang mayoritas dihuni Druze. Pangkalan tersebut memiliki persediaan besar roket dan rudal yang ditinggalkan oleh tentara Suriah.

    Satu sumber mengklaim bahwa serangan itu tampaknya ditujukan untuk mencegah senjata-senjata ini jatuh ke tangan HTS.

    Namun, seorang komandan militan yang berpartisipasi dalam serangan HTS di Aleppo seminggu yang lalu mengatakan kepada The Times of Israel bahwa mereka berkomitmen untuk menjalin hubungan persahabatan dengan Israel.

    “Kami terbuka untuk bersahabat dengan siapa pun di kawasan ini, termasuk Israel. Kami tidak punya musuh selain rezim Assad, Hizbullah, dan Iran. Apa yang dilakukan Israel terhadap Hizbullah di Lebanon sangat membantu kami. Sekarang kami mengurus sisanya,” kata komandan tersebut.

    Selama perang di Suriah antara tahun 2011 dan 2018, Israel memberikan dukungan langsung kepada militan dari HTS, yang sebelumnya dikenal sebagai Front Nusra yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.

    Israel menyediakan senjata, bantuan medis, gaji, dan dukungan udara dari angkatan udaranya kepada militan Nusra saat mereka memerangi tentara Suriah di selatan negara itu.

    Setelah perang berakhir, Israel membombardir Suriah ratusan kali dalam apa yang media Israel sebut sebagai “perang antar perang.”

    Serangan Israel semakin intensif setelah dimulainya perang di Gaza lebih dari setahun yang lalu. Israel mengklaim bahwa mereka menargetkan fasilitas senjata yang digunakan untuk mendukung Hizbullah dan perlawanan Islam di Lebanon.

    Netanyahu Mengulurkan “Tangan Perdamaian” kepada Warga Suriah saat Jet Tempur Israel Menyerang Damaskus

    Dalam kunjungannya ke daerah perbatasan dengan Suriah pada tanggal 8 Desember, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Tel Aviv akan “mengirimkan bantuan perdamaian” kepada seluruh warga Suriah, beberapa jam setelah jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad dan ketika militer Israel menginvasi Suriah dan menggempurnya dengan serangan udara. 

    “Ini adalah hari bersejarah bagi Timur Tengah. Runtuhnya rezim Assad, tirani di Damaskus, menawarkan peluang besar tetapi juga penuh dengan bahaya yang signifikan,” kata Netanyahu. 

    “Kami mengirimkan tangan perdamaian kepada semua pihak yang berada di luar perbatasan kami di Suriah: kepada suku Druze, suku Kurdi, umat Kristen, dan umat Muslim yang ingin hidup damai dengan Israel,” tambahnya. 

    Komentar tersebut muncul setelah Israel mengerahkan tank dan pasukan untuk menduduki zona penyangga yang dipantau PBB di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki – juga maju dan menduduki bagian Gunung Hermon yang tidak diduduki. 

    Sepanjang Minggu sore, jet-jet tempur Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di ibu kota, Damaskus, dan lokasi-lokasi lain di Suriah –  yang menargetkan  lokasi-lokasi tentara Suriah, infrastruktur intelijen, dan depot senjata. 

    Puluhan serangan udara Israel menghantam Bandara Militer Mazzeh bersama dengan gedung bea cukai dan intelijen, alun-alun keamanan, fasilitas penelitian ilmiah di Damaskus, dan laboratorium pertahanan. 

    Israel juga secara resmi menarik diri dari Perjanjian Pelepasan antara Israel dan Suriah tahun 1974, kesepakatan yang ditandatangani secara tidak langsung antara Suriah dan Israel yang secara resmi mengakhiri perang Arab-Israel tahun 1973. Pasukan Israel kini telah memasuki wilayah yang belum pernah mereka masuki sejak tahun 1974.

    Komentar Netanyahu menyusul penyerbuan ibu kota Suriah oleh ekstremis Hayat Tahrir al-Sham (HTS), setelah kota Aleppo, Hama, dan Homs jatuh ke tangan militan dalam waktu kurang dari dua minggu. 

    Ada bukti terdokumentasi mengenai kolaborasi Israel dengan oposisi ekstremis di Suriah. Israel memberikan dukungan langsung kepada afiliasi Al-Qaeda Suriah, Front Nusra – yang menjadi HTS pada tahun 2017 setelah perubahan nama yang disponsori Qatar. 

    Perdana Menteri Israel juga mengatakan pada hari Minggu bahwa jatuhnya Suriah adalah “akibat langsung dari pukulan yang telah kita lakukan terhadap Iran dan Hizbullah, pendukung utama rezim Assad,” dan menganggap bahwa mereka bertanggung jawab atas runtuhnya pemerintah Suriah.

     

     

     

    SUMBER: ASHARQ AL-AWSAT, THE CRADLE

  • Dari Masjid Umayyah di Damaskus, Pidato Kemenangan Al-Julani Berisi Pesan ke Iran, AS, dan Israel – Halaman all

    Dari Masjid Umayyah di Damaskus, Pidato Kemenangan Al-Julani Berisi Pesan ke Iran, AS, dan Israel – Halaman all

    Dari Masjid Umayyah di Damaskus, Pidato Kemenangan Al-Julani Kirim Pesan ke Iran, AS, dan Israel

    TRIBUNNEWS.COM – Dalam perjalanan panjangnya dari seorang pejuang muda Al-Qaeda dua dekade lalu, menjadi pemimpin pemberontak di Suriah yang menganut toleransi sektarian, Abu Mohammad al-Julani punya banyak waktu untuk merencanakan dan menyempurnakan narasinya.

    Tidak mengherankan jika al-Julani memilih Masjid Umayyah di Damaskus, bukan sebuah studio televisi, atau istana presiden, melainkan sebuah tempat yang memiliki kepentingan keagamaan yang tinggi, yang berusia 1.300 tahun dan salah satu masjid tertua di dunia, sebagai lokasi menyampaikan pidato kemenangan seusai menggulingkan rezim Bashar al-Assad.

    “Pidaro Al-Julani adala sebuah pesan. Itu adalah pesan kepada semua pihak yang membawanya ke tampuk kekuasaan, mendorong pejuang Hay’at Tahrir al-Sham dengan kecepatan luar biasa di seluruh Suriah untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad,” tulis laporan khaberni mengutip dari CNN, Senin (9/12/2024).

    Kepada warga Suriah yang baru dibebaskan: Al-Julani mengirimkan sinyal yang sangat jelas dari Masjid Umayyah.

    “Dia adalah seorang Muslim Sunni, bagian dari mayoritas di Suriah, Assad adalah seorang Alawi, (penduduk Suriah) ada yang Kristen, Druze, Muslim Syiah, Ismaili dan banyak lagi. Namun, tampaknya kata-kata yang dipilihnya dimaksudkan untuk mendobrak batasan-batasan lama tersebut,” tulis Khaberni.

    Al-Julani mengatakan: “Kemenangan baru ini mewakili babak baru dalam sejarah kawasan ini, sebuah sejarah yang penuh dengan bahaya yang membuat Suriah menjadi tempat bermain bagi ambisi Iran untuk menyebarkan sektarianisme dan mengobarkan korupsi.”

    Kepada Iran, dia mengirimkan pesan yang jelas kepada para pemimpin rezim teokratis di Teheran, bahwa campur tangan mereka telah berakhir, begitu pula akses mudah mereka terhadap wilayah yang menjadi proksi raksasa mereka, Hizbullah di Lebanon, dan dukungan mereka terhadap Hizbullah Suriah, dan negara yang pernah tempati untuk menyimpan senjata Iran juga hilang.

    Kepada Amerika Serikat (AS) dan Israel, negara di mana dia dianggap sebagai anggota organisasi teroris terlarang dengan hadiah $10 juta dolar untuk kepalanya, Al-Julani juga mengirimkan pesan.

    Pesan Julani ke AS dan Israel adalah, ‘kepentingan Anda dipahami di Suriah yang baru’.

    CNN menginterpretasikan pesan itu kalau dalam pemahaman Al-Julani,  AS dan Israel berniat memburunya dan kedua negara entitas itu punya kekuatan yang mampu menjatuhkannya.

    Jolani telah bersusah payah dalam perjalanannya ke Damaskus untuk memastikan Presiden AS Joe Biden dan bahkan Presiden terpilih Donald Trump mengetahui niatnya.

    Bukan suatu kebetulan bahwa ia memilih jaringan TV AS, CNN, dan bukan jaringan TV Arab, untuk wawancara penting beberapa hari sebelum ia menggulingkan Assad, dengan mengklaim bahwa ia telah berpisah dengan para jihadis lainnya karena taktik brutal mereka.

    Berbicara beberapa jam kemudian, Biden mengatakan dia mendengar Jolani “mengatakan hal yang benar,” tetapi bersikeras pemimpin pemberontak itu harus dinilai berdasarkan tindakannya.

    Pesan Jolani juga ditujukan kepada kekuatan regional yang harus ia jaga, dengan berjanji untuk membersihkan kekacauan.

     “Suriah sedang dimurnikan,” katanya, mengacu pada reputasi regional negara itu sebagai negara pengedar narkoba, dengan mengatakan Suriah di bawah Assad telah “menjadi sumber utama Captagon,” obat jenis amfetamin, dan kriminalitas di seluruh wilayah.

    “Pidato Jolani di masjid adalah tentang kedatangan dan keselamatan. Namun, tindakannyalah yang akan mengamankan keselamatan,” tulis laporan CNN.

    Ke Mana Iran Saat Assad Tumbang?

    Runtuhnya kekuasaan Bashar Al Assad di Suriah tentu merupakan pukulan berat bagi Teheran.

    Kejatuhan Assad dipastikan melemahkan “Poros Perlawanan” yang diinisiasi Iran untuk melawan Amerika, Israel dan sekutunya di Timur Tengah.

    Kejatuhan Suriah juga bisa diartikan hilangnya jalur distribusi senjata Iran untuk Hizbullah di Lebanon. Mungkin juga Hamas di Gaza.

    Selama empat dekade terakhir, Iran telah mencurahkan pikiran militer terbaiknya, miliaran dolar, dan persenjataan canggih untuk sebuah proyek besar — ​​melawan kekuatan AS dan Israel di Timur Tengah melalui apa yang disebutnya sebagai “poros perlawanan.”

    Namun di sisi lain, kejatuhan Assad menyisakan banyak pertanyaan, terutama soal dukungan Iran dan Rusia mempertahankan sekutu tradisional mereka. 

    Ke mana Iran? Mengapa Damaskus jatuh begitu cepat?

    Arya, pegiat media sosial Iran yang “concern” terhadap isu-isu di Timur Tengah, memberikan analisa yang berbeda dibanding kebanyakan analis dari Barat terkait jatuhnya Damaskus begitu cepat.

    “Dapat dikatakan bahwa semua orang terkejut dengan kejadian di Suriah. Tidak ada yang menduga hal ini akan terjadi sekarang—sebenarnya itu tidak benar,” tulisnya di X.

    Menurutnya, enam bulan yang lalu, pemimpin Iran (Imam Ali Khamenei) telah memperingatkan Bashar Assad mengenai pemberontakan HTS—namun Assad mengabaikannya.

    “Ketika ISIS muncul di Suriah dan situasi keamanan menjadi buruk, pemerintah Suriah secara resmi meminta bantuan dari Iran. “

    “Kehadiran Iran di Suriah dibingkai dalam peran penasehat, yang berarti tentara dan pasukan militer Suriah sendirilah yang memerangi para teroris, sementara para penasihat Iran mendukung mereka.”

    “Meskipun Iran kadang-kadang diharuskan mengirim pasukan khusus terbatas (seperti IRGCQF) karena keadaan khusus, peran utamanya tetap bersifat penasehat.”

    Saat itu, sambungnya, ISIS tengah bergerak maju sedemikian rupa sehingga ketika pasukan sekutu yang mendukung Assad memasuki medan perang, mereka disambut oleh masyarakat.

    Dukungan publik ini, menurutnya, dikombinasikan dengan kehadiran tentara Suriah (SAA) dan upaya konsultasi Iran atas permintaan resmi Suriah, pada akhirnya menghentikan ancaman ISIS.

    Pada tahun 2017, berakhirnya kekuasaan ISIS diumumkan, terutama karena upaya dan kerja keras Jenderal Iran ketika itu, mendiang Qassem Soleimani.

    “Setelah kekalahan ISIS, kehadiran penasihat Iran secara alami berkurang, karena pemerintah Suriah menginginkan pasukannya sendiri untuk mengambil tanggung jawab penuh dalam mengamankan negara.”

    Namun, menurut Arya, apa yang terjadi selanjutnya adalah penting. Ia memberikan tiga catatan. Yaitu:

    1. Transformasi Wajah “Ideologis”

    “Kelompok ekstremis mengubah strategi, mereka meninggalkan “wajah” kekerasan mereka yang nyata dan mengadopsi lebih banyak fasad diplomatik, jelas mereka masih makhluk ISIS. Ini adalah saat pusat pengaruh kekuasaan bergeser dari Arab Saudi ke Turki, yang saya tulis lebih lanjut di tweet lain.”

    “Sementara itu, masyarakat Suriah mulai semakin tidak mendukung tentara Suriah dalam melawan kelompok-kelompok ini seperti yang pernah mereka lakukan. Di beberapa daerah, seperti Aleppo, pintu terbuka bagi pemberontak tetapi tertutup bagi tentara. Ini adalah hasil langsung dari strategi perang hibrida yang berhasil oleh musuh-musuh Suriah.”

    2. Melemahnya Tentara Suriah:

    “Militer Suriah menghadapi berbagai tantangan, termasuk masalah ideologis, ekonomi, dan moral, yang menyebabkan rendahnya motivasi untuk menghadapi teroris. Tidak seperti sebelumnya, ketika penasihat Iran mendukung pasukan Suriah yang termotivasi, kali ini SAA tidak memiliki keinginan untuk berperang, dengan banyak unit yang runtuh saat tanda-tanda pertama konfrontasi.”

    3. Sikap Bashar al-Assad Berubah dari Nexus Perlawanan ke Negara-negara Arab Teluk:

    Perubahan paling signifikan terjadi di dalam diri Assad sendiri. Dalam pertemuan terakhirnya dengan Pemimpin Iran pada 10 Juni, sekitar 6 bulan lalu, Pemimpin Iran memperingatkan Assad:

    “Barat dan sekutu regional mereka bermaksud menggulingkan sistem politik Suriah melalui perang dan menyingkirkan Suriah dari persamaan regional, tetapi gagal. Sekarang, mereka berusaha mencapai tujuan ini melalui cara lain [Perang Hibrida!!], termasuk janji-janji palsu yang tidak akan pernah mereka tepati.”

    “Peringatan ini mencerminkan pemahaman mendalam tentang situasi tersebut. Bahkan sebelum perang darat di Lebanon, Iran telah berulang kali memberi tahu Assad untuk memperkuat pasukannya mengingat meningkatnya ancaman teroris (oleh kelompok yang didukung Turki) dan memberikan saran resmi, tetapi Assad mengabaikan semua peringatan ini.”

    “Assad juga mulai berpihak pada GCC (negara-negara Arab Teluk) dan mereka menekannya untuk menjauhkan diri dari Iran dan perlawanan.”

    “Pola ini berlanjut hingga Assad berada di ambang kehancuran. Iran memiliki pejabat tinggi untuk bernegosiasi dengan Assad mengenai komitmen Iran dalam memperkuat posisi Assad.”

    “Namun, kesalahan strategis yang kritis mendorong Assad menuju kehancurannya: Menaruh harapan pada janji-janji dari para aktor Arab di kawasan tersebut.”

    “Ketika Iran menyadari keengganan Assad untuk memberikan dukungan lapangan, Iran memutuskan untuk tidak melakukan intervensi langsung tetapi terus membujuknya hingga saat-saat terakhir.”

    Sayangnya, kata Arya, Assad baru menyadari janji-janji kosong itu ketika sudah terlambat.

    Arya juga menyebut beberapa momen penting jelang tumbangnya Assad, yang tidak diekspose banyak media Barat.

    Penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Larijani dilaporkan telah menawari Assad sejumlah syarat yang telah ditetapkan 2 minggu lalu di Damaskus. Bashar tidak setuju dengan syarat tersebut dan bahkan menolak bertemu dengan Larijani—utusan khusus Iran—ketika ia kembali ke Damaskus pada hari Jumat, 6 Desember.
    Bashar Assad menolak untuk membuka front Golan, meskipun diminta oleh kelompok perlawanan.
    Pemerintah Assad, setelah menjadi terlalu dekat dengan negara-negara Arab Teluk, telah menerapkan banyak pembatasan pada IRGCQF, hal ini memicu ketidakpuasan.
    Mantan perwira IRGCQF mengklaim intelijen Iran tahu sejak 2 bulan lalu bahwa kelompok pemberontak di Idlib sedang merencanakan sesuatu. 
    Ia mengklaim warga Iran berbagi kekhawatiran mereka dengan Turki, tetapi “Turki menipu mereka dan meyakinkan warga Iran bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan—Seharusnya tidak memercayai Turki.
    Situasi di Suriah belum berakhir dan akan memicu kerusuhan. Terutama antara SDF Kurdi vs kelompok pemberontak yang didukung Turki (misalnya HTS) DAN pertikaian internal di antara kelompok pemberontak.

    Iran Terpecah dua Kubu?

    Sementara analis Iran lainnya, Fereshteh Sadeghi menilai ada “perpecahan di antara para pembuat kebijakan, penasihat dan bahkan perwira IRGC menjadi 2 kubu:

    “Satu kelompok menganggap bahwa tugas Iran adalah melindungi Assad dan membantunya dengan satu atau lain cara. kelompok lainnya (termasuk Presiden Pezeshkian dan anak buahnya) percaya Iran harus menghindari keterlibatan di Suriah.

    “Tampaknya jarak yang ditetapkan sendiri oleh Bashar Assad dari Iran, penolakannya untuk membiarkan Front Golan terbuka melawan rezim Zionis pada tahun lalu, kedekatannya dengan UEA dan Rusia juga telah membuat Iran kesal,” ujarnya.

    “Warga Iran pada tahun lalu dari waktu ke waktu mengeluh bahwa pemerintahan Assad dan tentara Suriah telah membatasi #IRGCQF dan pergerakan atau kegiatan keagamaan kaum Syiah di Suriah.”

    Apapun kasusnya, kata Sadeghi, ketidakpuasan dan ketidakpercayaan telah menjadi masalah bersama.

    “Politisi Iran dalam beberapa hari terakhir memahami bahwa dengan penolakan Assad untuk meminta intervensi, kepergiannya hanya masalah waktu.”

    “Mereka mengatakan kepada kelompok bersenjata Suriah bahwa Iran tidak akan turun tangan dan sebagai balasannya mendapat jaminan bahwa komunitas dan tempat suci Syiah Suriah akan dilindungi.”

    Assad di Rusia

    Media Pemerintah Rusia TASS mengeklaim bahwa Presiden Suriah Bashar Al Assad berada di Moskwa bersama keluarga.

    Ia dan dan anggota keluarganya disebut mendapat suaka di ibu kota Rusia.

    “Assad dan anggota keluarganya sudah tiba di Moskwa. Rusia, atas alasan kemanusiaan, (kami) memberi mereka suaka,” kata sumber kantor berita itu.

    Kini pejabat Rusia sedang menghubungi perwakilan oposisi bersenjata Suriah, yang para pemimpinnya menjamin keamanan pangkalan militer Rusia dan lembaga diplomatik di wilayah Suriah.”

    Sebelumnya, keberadaan Assad sempat tidak diketahui setelah ia dilaporkan melarikan diri dari Damaskus sebelum pemberontak tiba di sana pada Minggu pagi.

    Para pemberontak merebut kantor pusat televisi dan radio negara untuk menyiarkan akhir kekuasaan Assad.

    (oln/cnn/*)

  • Biden Sebut Jatuhnya Rezim Assad sebagai Tindakan Keadilan: Pemberontak Mengatakan Hal yang Benar – Halaman all

    Biden Sebut Jatuhnya Rezim Assad sebagai Tindakan Keadilan: Pemberontak Mengatakan Hal yang Benar – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Suriah Bashar al-Assad melarikan diri ke Moskow dan menerima suaka dari sekutu lamanya, Rusia.

    Hal ini sebagaimana diberitakan media Rusia pada Minggu (8/12/2024), beberapa jam setelah kemajuan pemberontak yang mengejutkan menguasai Damaskus.

    Ribuan warga Suriah turun ke jalan, merayakan kemenangan dengan tembakan dan melambaikan bendera revolusi.

    Peristiwa yang bergerak cepat ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan negara ini dan kawasan yang lebih luas.

    Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, telah memberi tanggapan terkait jatuhnya rezim Bashar al-Assad.

    “Pendekatan kami telah mengubah keseimbangan kekuatan di Timur Tengah,” kata Joe Biden, Minggu, dilansir AP News.

    Joe Biden juga memuji tindakan AS dan sekutunya yang telah melemahkan pendukung Suriah — Rusia, Iran, dan Hizbullah.

    Biden menyebut jatuhnya Assad sebagai “tindakan keadilan yang mendasar” tetapi juga “momen risiko dan ketidakpastian.”

    Ia mengatakan kelompok pemberontak “mengatakan hal yang benar sekarang”, tetapi AS akan menilai tindakan mereka.

    Era Baru Dimulai di Suriah

    Diberitakan Arab News, kemajuan kilat aliansi milisi yang dipelopori oleh Hayat Al-Tahrir Al-Sham (HTS), mantan afiliasi Al-Qaeda, menandai salah satu titik balik terbesar bagi Timur Tengah dalam beberapa generasi.

    Jatuhnya Assad menyapu bersih benteng tempat Iran dan Rusia menjalankan pengaruh di seluruh Arab.

    Pemerintah internasional menyambut baik berakhirnya pemerintahan otokratis Assad, karena mereka berusaha untuk menilai Timur Tengah yang tampak baru.

    HTS masih ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh AS, Turki, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, meskipun telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk melembutkan citranya guna meyakinkan pemerintah internasional dan kelompok minoritas di Suriah.

    Penggulingan Assad membatasi kemampuan Iran untuk menyebarkan senjata ke sekutunya dan dapat membuat Rusia kehilangan pangkalan angkatan laut Mediteranianya.

    Hal itu juga dapat memungkinkan jutaan pengungsi yang tersebar selama lebih dari satu dekade di kamp-kamp di seluruh Turki, Lebanon, dan Yordania untuk akhirnya kembali ke rumah.

    Diketahui, Rusia meminta sesi darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas Suriah, menurut Dmitry Polyansky, wakil duta besarnya untuk PBB, dalam sebuah unggahan di Telegram.

    Kedatangan Assad dan keluarganya di Moskow dilaporkan oleh kantor berita Rusia Tass dan RIA, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya di Kremlin.

    RIA juga mengatakan pemberontak Suriah telah menjamin keamanan pangkalan militer Rusia dan pos diplomatik di Suriah.

    Sebelumnya, Rusia mengatakan Assad meninggalkan Suriah setelah bernegosiasi dengan kelompok pemberontak dan bahwa ia telah memberikan instruksi untuk menyerahkan kekuasaan secara damai.

    Anggota masyarakat Suriah meneriakkan slogan-slogan saat berkumpul di Lapangan Syntagma di Athena untuk merayakan berakhirnya rezim diktator Suriah Bashar al-Assad setelah pejuang pemberontak menguasai ibu kota Suriah, Damaskus, pada malam hari, 8 Desember 2024. (AFP/ANGELOS TZORTZINIS)

    Pemimpin faksi pemberontak terbesar di Suriah, Abu Mohammed al-Golani, siap untuk memetakan masa depan negara tersebut.

    Mantan komandan al-Qaeda itu memutuskan hubungan dengan kelompok tersebut beberapa tahun lalu dan mengatakan bahwa ia menganut pluralisme dan toleransi beragama.

    Kelompok Hayat Tahrir al-Sham miliknya, atau HTS, dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS dan PBB.

    Dalam penampilan publik pertamanya sejak para pejuang memasuki pinggiran kota Damaskus pada Sabtu (7/12/2024), al-Golani mengunjungi Masjid Umayyah dan menggambarkan jatuhnya Assad sebagai “kemenangan bagi negara Islam.”

    Menyebut dirinya dengan nama pemberiannya, Ahmad al-Sharaa, dan bukan nama samaran, ia mengatakan Assad telah menjadikan Suriah “ladang bagi keserakahan Iran.”

    Di sisi lain, para pemberontak menghadapi tugas berat untuk menyembuhkan perpecahan yang parah di negara yang dilanda perang dan perpecahan di antara faksi-faksi bersenjata.

    Pejuang oposisi yang didukung Turki memerangi pasukan Kurdi yang bersekutu dengan AS di wilayah utara, dan kelompok ISIS masih aktif di daerah-daerah terpencil.

    Televisi pemerintah Suriah menyiarkan pernyataan pemberontak yang mengatakan Assad telah digulingkan dan semua tahanan telah dibebaskan.

    Mereka mendesak orang-orang untuk melestarikan lembaga-lembaga “negara Suriah yang bebas,” dan mengumumkan jam malam di Damaskus dari pukul 4 sore hingga 5 pagi.

    Sebuah video daring yang diduga memperlihatkan pemberontak membebaskan puluhan wanita di penjara Saydnaya yang terkenal kejam, tempat kelompok hak asasi manusia mengatakan ribuan orang disiksa dan dibunuh.

    Setidaknya seorang anak kecil terlihat di antara mereka.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Suriah

  • Israel Bombardir Gudang Senjata Pasukan Suriah, Curi Kesempatan Caplok Wilayah Rezim Assad – Halaman all

    Israel Bombardir Gudang Senjata Pasukan Suriah, Curi Kesempatan Caplok Wilayah Rezim Assad – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melancarkan serangkaian udara, membombardir sejumlah wilayah di Suriah termasuk Ibu Kota Damaskus, Senin (9/12/2024).

    Tak hanya itu serangan juga dilaporkan menyasar gudang senjata milik pasukan Suriah yang berada di Provinsi Daraa, sekitar 70 kilometer dari selatan Damaskus.

    Hal itu turut dikonfirmasi media lokal Qatar yang melaporkan telah mendengar sebuah ledakan di sekitar area gudang senjata serta pusat penelitian milik Suriah di Distrik Kafr Sousa, Damaskus.

    Adapun gudang senjata itu digunakan pasukan Suriah untuk menyimpan data sensitif militer, peralatan dan bagian-bagian peluru kendali. 

    Hingga saat ini belum ada kabar mengenai korban luka dan korban tewas imbas serangan tersebut.

    Namun, imbas serangan brutal Israel, Kantor Bea Cukai yang bersebelahan dengan kantor intelijen militer mengalami kerusakan besar.

    “Israel telah melancarkan serangan udara terhadap depot senjata dan posisi milik rezim yang sudah tidak berkuasa dan kelompok yang didukung Iran di provinsi Deir Ezzor bagian timur,” kata Rami Abdel Rahman yang mengepalai Syrian Observatory for Human Rights mengutip dari Barrons.

    Banyak pihak berspekulasi bahwa serangan sengaja dilakukan Israel untuk mengambil alih wilayah Suriah pasca kekuasaan rezim Bashar al-Assad yang telah memimpin Suriah selama 50 tahun terakhir dilengserkan secara paksa oleh kelompok pemberontak.

    IDF Ambil Alih Golan

    Selain melakukan serangan militer IDF juga diutus PM Netanyahu untuk menggelar operasi baru di perbatasan Suriah dan Dataran Tinggi Golan.

    Tujuannya untuk mengambil alih kekuasaan di zona penyangga demiliterisasi di Dataran Tinggi Golan, Suriah, sebagaimana dilansir BBC International.

    Netanyahu mengatakan runtuhnya rezim Assad adalah “hari bersejarah di Timur Tengah”.

    Ini lantaran runtuhnya rezim Assad membuat perjanjian Israel dan Suriah tahun 1974 ikut “runtuh”, memungkinkan Israel untuk bergerak cepat mengambil alih Dataran Golan.

    “Pasukan Pertahanan Israel ditugaskan untuk memasuki zona penyangga dan posisi komando di dekatnya yang merupakan dari bagian Golan yang diduduki Israel,” kata Netanyahu dikutip dari BBC International.

    “Kami tidak akan membiarkan kekuatan musuh mana pun muncul di perbatasan kami,” imbuhnya.

    Sabotase seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan Israel, negara Zionis tersebut sebelumnya pernah merebut Golan dari Suriah pada tahap akhir Perang Enam Hari tahun 1967 dan mencaploknya secara sepihak pada tahun 1981.

    Meski sebagian Golan berhasil diduduki Israel, tindakan tersebut tidak diakui secara internasional.

    Israel  Klaim Bantu PBB Tangkis Serangan di Suriah

    Untuk merespons munculnya isu negatif yang menyebut Israel telah melakukan pencaplokan wilayah di Suriah, pemerintah Netanyahu langsung buka suara.

    Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar di media sosial X menjelaskan bahwa keberadaan angkatan bersenjata di zona penyangga Suriah bertujuan untuk menjaga pasukan penjaga perdamaian (PBB) di daerah tersebut”.

    Hal serupa juga dilontarkan juru bicara  tentara Israel yang mengumumkan pengerahan pasukan di sana, dengan alasan “kemungkinan masuknya individu bersenjata ke zona penyangga”.

    “Menyusul kejadian baru-baru ini di Suriah… IDF telah mengerahkan pasukan di zona penyangga dan di beberapa tempat lain yang diperlukan untuk pertahanannya, untuk menjamin keselamatan masyarakat di Dataran Tinggi Golan dan warga Israel,” kata sebuah pernyataan militer.

    Israel Terapkan Jam Malam

    Setelah mengambil alih Dataran Tinggi Golan, militer Israel langsung memberlakukan jam malam bagi penduduk lima kota Suriah.

    “Jam malam akan berlaku pukul 16.00 hingga 05.00 setiap hari, mulai Minggu (8/12/2024).

    Adapun peraturan itu diterapkan di 5 kota yang berada di zona penyangga demiliterisasi Dataran Tinggi Golan yang kini berada di tangan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

    “Demi keamanan Anda, Anda harus tinggal di rumah dan tidak keluar sampai pemberitahuan lebih lanjut,” Letnan Kolonel Avichay Adraee, juru bicara militer Israel, dilansir dari AFP.

    Israel berdalih penerapan jam malam bertujuan untuk mengkonsolidasikan kendali saat pemberontak merebut Suriah.

    Namun, banyak pihak menilai kebijakan ini diberlakukan demi memperkuat posisi Israel setelah jatuhnya rezim Presiden Bashar al-Assad, yang menandai perubahan dramatis dalam konflik Suriah.

    (Tribunnews.com / Namira Yunia)

  • AS Gempur 75 Target ISIS, Pastikan Mereka Tak Curi Keuntungan dari Runtuhnya Dinasti Assad – Halaman all

    AS Gempur 75 Target ISIS, Pastikan Mereka Tak Curi Keuntungan dari Runtuhnya Dinasti Assad – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) menggempur puluhan target ISIS sebagai upaya untuk menjegal mereka mencuri keuntungan dari runtuhnya dinasti Bashar al-Assad.

    Pada hari Minggu (8/12/2024), Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan mereka telah menyerang lebih dari 75 target.

    Para pemimpin, anggota dan kamp ISIL (ISIS) termasuk di antara target-target yang disebutkan.

    Serangan tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa kelompok bersenjata itu tidak mengambil keuntungan dari berakhirnya kekuasaan al-Assad.

    Saat ini, CENTCOM sedang melakukan penilaian kerusakan setelah serangan tersebut.

    Pesawat tempur termasuk Boeing B-52 Stratofortress dan McDonnell Douglas F-15 Eagle dikerahkan dalam operasi ini.

    Akan tetapi tidak ada indikasi korban sipil.

    “Kami tidak akan membiarkan ISIS bangkit kembali dan mengambil keuntungan dari situasi terkini di Suriah,” kata Komandan CENTCOM Jenderal Michael Erik Kurilla dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera.

    “Semua organisasi di Suriah harus tahu bahwa kami akan meminta pertanggungjawaban mereka jika mereka bermitra dengan atau mendukung ISIS dengan cara apa pun.”

    Berakhirnya kekuasaan keluarga al-Assad selama 53 tahun secara tiba-tiba telah menimbulkan ketidakpastian atas situasi keamanan di Timur Tengah.

    Termasuk nasib sekitar 900 tentara AS di Suriah.

    Pemberontak Suriah mengumumkan rezim Presiden Bashar Al Assad yang telah berkuasa selama 24 tahun berakhir usai menduduki ibu kota Damaskus pada Minggu (8/12/2024) pagi.

    “Setelah 50 tahun penindasan di bawah pemerintahan Baath dan 13 tahun kejahatan, tirani, serta pengungsian, dan setelah perjuangan panjang melawan segala bentuk kekuatan pendudukan, kami mengumumkan hari ini, 8 Desember 2024, berakhirnya era kelam itu dan dimulainya era baru bagi Suriah,” kata para pemberontak dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Al Jazeera.

    Pemberontak mengumumkan bahwa mereka berhasil “merebut” dan menduduki ibu kota Damaskus, dan Presiden Assad telah keluar dari Suriah.

    “Kami mengumumkan akhir dari era kegelapan dan dimulainya era baru Suriah. Di era baru Suriah, semua orang berdampingan dengan damai, keadilan ditegakkan, dan kebenaran ditetapkan,” bunyi pernyataan pemberontak.

    Dikutip dari CNN, pemberontak juga mengeklaim berhasil “membebaskan ibu kota Damaskus dari Bashar Al Assad.”

    “Kami mendeklarasikan Kota Damaskus bebas dari tirani Bashar Al Assad. Untuk orang-orang yang terusir di dunia, sebuah Suriah yang bebas menunggu kalian semua,” bunyi pernyataan pemberontak di saluran Telegram mereka.

    Pengumuman ini muncul setelah pemberontak berhasil merangsek masuk menduduki ibu kota Damaskus dalam 24 jam terakhir.

    Sejumlah video yang beredar di media social memperlihatkan ribuan warga turun ke jalan bersuka cita.

    Salah satu video memperlihatkan ribuan orang berkumpul di Ummayad Square, berdiri di tank-tank militer pasukan Assad yang ditinggalkan sambil bernyanyi.

    Berikut ini adalah perkembangan utama konflik Suriah, yang dirangkum dari Al Jazeera:

    1. White Helmets mengirim beberapa tim khusus ke penjara Sednaya di Damaskus untuk mencari “ruang bawah tanah rahasia” yang mungkin menampung warga Suriah yang hilang.

    2. Kardinal Mario Zenari, nunsius apostolik untuk Damaskus, mengatakan pasukan pemberontak bertemu dengan para pemimpin Katolik di Aleppo setelah kemenangan mereka dan meyakinkan para uskup tentang rasa hormat terhadap berbagai denominasi agama dan umat Kristen.

    3. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan kepada media Iran bahwa perilaku pasukan Suriah yang menang akan menentukan hubungan Teheran dengan mereka.

    4. AS mengumumkan akan melakukan serangan udara terhadap 75 target ISIS di Suriah, sementara Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan bahwa Israel telah mengebom “gudang senjata” di wilayah timur negara tersebut.

    5. Dewan Keamanan PBB akan bertemu hari ini, atas permintaan Rusia, untuk membahas perkembangan di Suriah.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Presiden Bashar al-Assad Ternyata Bawa Keluarganya Kabur ke Moskow, Dapat Suaka Politik Rusia – Halaman all

    Presiden Bashar al-Assad Ternyata Bawa Keluarganya Kabur ke Moskow, Dapat Suaka Politik Rusia – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM – Kemana mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad, kabur dengan pesawat jet pribadi pasca kejatuhan kota Damaskus, ibukota Suriah, oleh kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) akhirnya terkuak.

    Presiden Bashar al-Assad rupanya kabur ke Moskoa dan mendapatkan hak asylum atau suaka politik dari Pemerintah Rusia.

    Tidak sendiri, Presiden Suriah Bashar al-Assad telah tiba di Moskow bersama keluarganya. Kantor berita Rusia RIA Novosti dan TASS melaporkan pada hari Minggu, mengutip sumber-sumber Kremlin.

    Perkembangan ini terjadi ketika militan Suriah menguasai Damaskus, yang secara efektif mengakhiri kekuasaan Assad selama 24 tahun.

    Penguasaan cepat ibu kota Suriah menandai puncak serangan besar-besaran yang dilancarkan oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

    Serangan ini dipimpin oleh mantan komandan Al-Qaeda dan sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra, kelompok tersebut memulai serangan mendadak dari Provinsi Idlib yang dikuasai oposisi di Suriah utara pekan lalu.

    Presiden Suriah Bashar Assad dan istrinya Asma Assad terlihat saat berkunjung ke Institut Hubungan Luar Negeri Negara Moskow pada 25 Januari 2005.

    Para jihadis sebelumnya telah mengusir Tentara Suriah dari kota Aleppo, Hama, Homs, dan Al-Qusayr di perbatasan Lebanon sebelum maju ke Damaskus.

    “Assad, bersama anggota keluarganya, telah tiba di Moskow. Rusia memberi mereka suaka atas dasar kemanusiaan,” kata seorang sumber kepada TASS.

    Moskow mengonfirmasi Assad telah meninggalkan Suriah dan terbang ke Moskow. Pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Rusia tidak merinci keberadaan politisi veteran tersebut.

    Kementerian Luar Negeri Rusia telah mengkonfirmasi bahwa Bashar Assad telah mengundurkan diri sebagai presiden Suriah dan meninggalkan negara itu setelah negosiasi dengan kelompok oposisi bersenjata di tengah jatuhnya Damaskus ke tangan pasukan Islam.

    Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di Telegram pada Minggu sore, para pejabat mengklarifikasi bahwa Moskow tidak terlibat dalam perundingan tersebut namun mengakui keputusan Assad untuk menyerahkan kekuasaan “secara damai.”

    Rusia Minta Digelar Perundingan oleh PBB Selesaikan Krisis Suriah

    Moskow telah menyerukan dimulainya kembali perundingan yang dipimpin PBB untuk menyelesaikan krisis Suriah, TASS melaporkan. 

    Para pemimpin oposisi bersenjata Suriah telah menjamin keamanan pangkalan militer dan misi diplomatik Rusia yang beroperasi di Suriah, menurut pejabat Kremlin yang dikutip oleh RIA Novosti.

    Pejuang pemberontak Suriah dan warga sipil berkumpul di pusat kota Homs, setelah mereka berhasil menguasai kota terbesar ketiga di Suriah disusul dengan jatuhnya kota Damaskus, ibu kota Suriah ke tangan pejuang.

    Rusia kini juga menyiagakan pangkalan militernya untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan buruk terhadap Moskow. 

    “Pangkalan militer Rusia di Suriah dalam keadaan siaga tinggi. Saat ini, tidak ada ancaman serius terhadap keamanan mereka,” bunyi pernyataan itu.

    Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan Moskow tetap berhubungan dengan semua faksi oposisi Suriah dan mengambil tindakan untuk menjamin keselamatan warga Rusia di wilayah tersebut.

    “Kami mendesak semua pihak untuk menahan diri dari kekerasan dan menyelesaikan masalah tata kelola politik melalui dialog,” kata pernyataan itu.

    Pernyataan tersebut juga menekankan perlunya menghormati pandangan “semua kelompok etnis dan agama dalam masyarakat Suriah.”

    Rakyat Suriah merayakan kejatuhan rezim Presiden Bashar Al-Assad dengan menghancurkan patung mendiang Presiden Suriah Hafez al-Assad, orangtua Bashar al-Assad di Kota Damaskus, Minggu, 8 Desember 2024, (NPR.org/AFP/Getty Images)

    Rusia menegaskan kembali dukungannya terhadap “proses politik inklusif” berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254, yang menyerukan penyelesaian damai konflik Suriah melalui pemilihan umum yang bebas dan konstitusi baru.

    Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan milisi anti-pemerintah lainnya menguasai Damaskus pada hari Minggu, 8 Desember 2024.

    Perdana Menteri Suriah Mohammad al-Jalali telah menyatakan kesediaannya untuk bekerja sama dengan pemimpin mana pun yang dipilih oleh rakyat, dan menambahkan bahwa ia tetap berada di rumahnya di Damaskus.

    Serangan HTS dimulai pekan lalu dari provinsi Idlib yang dikuasai oposisi dan dipimpin oleh seorang mantan komandan Al-Qaeda.

    Para jihadis mengklaim bahwa mereka telah menguasai ibu kota, Damaskus, setelah melakukan serangan cepat

    Tentara Suriah Umumkan Perubahan Rezim

    Komando Angkatan Darat Suriah sudah mengumumkan pada hari Minggu kemarin bahwa pemerintahan 24 tahun Presiden Bashar Assad telah berakhir, seperti disampaikan seorang perwira di angkatan bersenjata negara tersebut kepada Reuters.

    Pengumuman tersebut menyusul serangan cepat yang dilakukan pasukan jihadis di ibu kota.

    Para jihadis mengklaim bahwa Damaskus “sekarang bebas dari Assad” dan diperkirakan akan membuat pernyataan publik pertama mereka melalui TV pemerintah, lapor Reuters, mengutip dua sumber anti-pemerintah. 

    Menanggapi ketidakpastian politik, Perdana Menteri Mohammad al-Jalali menyatakan bahwa dia “siap bekerja sama dengan pemimpin mana pun yang dipilih oleh rakyat,” seperti dikutip oleh Al Jazeera.

    Ia menambahkan, dirinya tetap berada di rumah dan cenderung mendukung kelangsungan pemerintahan.

    Ahmed Al-Sharaa, seorang komandan terkemuka kelompok jihad Hayat Tahrir al-Sham (HTS), telah mengeluarkan perintah yang melarang semua pasukan militan di Damaskus mendekati lembaga-lembaga publik atau menembakkan senjata ke udara.

    Dia mengatakan, lembaga-lembaga pemerintah akan tetap berada di bawah pengawasan “mantan perdana menteri” sampai mereka secara resmi dipindahkan ke otoritas baru.

    Sumber: Russia Today

     

  • dr. Basyar Hafiz al-Assad – Halaman all

    dr. Basyar Hafiz al-Assad – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – dr. Basyar Hafiz al-Assad merupakan Presiden Suriah ke-19 yang telah menjabat sejak Juli 2000.

    Sebagai presiden, dia juga Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Suriah, sekretaris jenderal komando Pusat Partai Ba’ath Sosialis Arab.

    Pria yang akrab disapa Assad itu juga dikenal sebagai seorang politikus, perwira militer, dan dokter bedah Suriah.

    Berikut profil Basyar Hafiz al-Assad.

    Kehidupan Pribadi

    Dilansir dari Britannica, Basyar Hafiz al-Assad lahir di Damaskus, Suriah pada 11 September 1965. 

    Assad merupakan putra dari pasangan Hafez al-Assad dan Anisa Makhlouf.

    Hafez al-Assad sendiri merupakan Presiden Suriah periode 1971–2000.

    Assad telah menikah dengan mantan bankir investasi kelahiran Inggris Asma Akhras dan memiliki tiga anak.

    Pendidikan

    Assad menempuh studi di Damascus University sebagai dokter mata pada 1988. 

    Dia lalu menjadi dokter tentara di rumah sakit militer Damaskus. 

    Pada 1992, dia pindah ke London, Inggris, untuk melanjutkan studi.

    Karier

    Karier politik Assad dimulai setelah kematian mendadak kakaknya, Basil al-Assad, pada 1994. 

    Sebagai pewaris takhta politik, Assad meninggalkan karier medisnya dan mempersiapkan diri untuk menggantikan sang ayah.

    Pada 2000, setelah kematian sang ayah Hafez al-Assad, ia diangkat sebagai Presiden Suriah. 

    Pemerintahannya diawali dengan harapan reformasi, tetapi segera berubah menjadi rezim otoriter yang ditandai dengan pelanggaran hak asasi manusia dan penindasan terhadap oposisi.

    Pada 8 Desember 2024, kelompok pemberontak berhasil menguasai Damaskus melalui serangan kilat yang mengejutkan dunia internasional. 

    Kelompok oposisi, yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), mengumumkan bahwa kota tersebut telah “terbebas dari tiran Bashar al-Assad.”

    Pemberontak juga membebaskan sejumlah tahanan politik dari penjara Sednaya, yang dikenal sebagai salah satu fasilitas penahanan paling brutal di dunia. 

    Ribuan warga Suriah merayakan kemenangan ini dengan meneriakkan seruan kebebasan di alun-alun utama Damaskus.

    Meskipun demikian, pengambilalihan ini juga disertai kekhawatiran akan stabilitas politik Suriah ke depan, terutama terkait perbedaan ideologi di antara kelompok oposisi.

    Melarikan Diri

    Setelah Damaskus jatuh ke tangan pemberontak, Assad dilaporkan melarikan diri menggunakan pesawat ke lokasi yang belum diketahui. 

    Upaya untuk melacak keberadaannya dilakukan oleh pemberontak, tetapi hingga kini tidak ada informasi pasti mengenai tempat persembunyiannya.

    Kaburnya Assad menunjukkan runtuhnya kekuasaan rezim Baath yang telah mendominasi Suriah selama lima dekade. 

    Beberapa laporan menyebutkan bahwa Assad kemungkinan mencari suaka di negara sekutu seperti Iran atau Rusia.

    Kehilangannya juga memicu spekulasi tentang siapa yang akan memimpin Suriah di masa transisi, mengingat kekosongan kekuasaan dapat memicu konflik baru di negara yang sudah dilanda ketidakstabilan.

    Dampak Runtuhnya Assad

    Runtuhnya rezim Bashar al-Assad memiliki implikasi besar bagi kawasan Timur Tengah, yang telah lama menjadi arena konflik geopolitik. 

    Kejatuhannya dapat mengubah dinamika hubungan kekuatan regional, terutama antara Iran, Rusia, dan negara-negara Barat.

    Di sisi lain, krisis kemanusiaan yang sudah melanda Suriah selama bertahun-tahun kemungkinan akan semakin memburuk dalam jangka pendek akibat kekosongan kekuasaan. 

    Organisasi internasional menyerukan bantuan kemanusiaan segera untuk mencegah keruntuhan total infrastruktur negara.

    Kejatuhan ini juga menjadi pengingat bahwa rezim otoriter tidak kebal terhadap perubahan ketika rakyat bersatu untuk menuntut kebebasan dan keadilan.

     

    (Tribunnews.com/David Adi)

  • Netanyahu Mengulurkan Tangan Perdamaian kepada Warga Suriah saat Jet Tempur Israel Serang Damaskus – Halaman all

    Netanyahu Mengulurkan Tangan Perdamaian kepada Warga Suriah saat Jet Tempur Israel Serang Damaskus – Halaman all

    Netanyahu Mengulurkan “Tangan Perdamaian” kepada Warga Suriah saat Jet Tempur Israel Menyerang Damaskus

    TRIBUNNEWS.COM- Dalam kunjungannya ke daerah perbatasan dengan Suriah pada tanggal 8 Desember, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Tel Aviv akan “mengirimkan bantuan perdamaian” kepada seluruh warga Suriah, beberapa jam setelah jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad dan ketika militer Israel menginvasi Suriah dan menggempurnya dengan serangan udara. 

    “Ini adalah hari bersejarah bagi Timur Tengah. Runtuhnya rezim Assad, tirani di Damaskus, menawarkan peluang besar tetapi juga penuh dengan bahaya yang signifikan,” kata Netanyahu. 

    “Kami mengirimkan tangan perdamaian kepada semua pihak yang berada di luar perbatasan kami di Suriah: kepada suku Druze, suku Kurdi, umat Kristen, dan umat Muslim yang ingin hidup damai dengan Israel,” tambahnya. 

    Komentar tersebut muncul setelah Israel mengerahkan tank dan pasukan untuk menduduki zona penyangga yang dipantau PBB di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki – juga maju dan menduduki bagian Gunung Hermon yang tidak diduduki. 

     

     

     

     

     

    Sepanjang Minggu sore, jet-jet tempur Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di ibu kota, Damaskus, dan lokasi-lokasi lain di Suriah –  yang menargetkan  lokasi-lokasi tentara Suriah, infrastruktur intelijen, dan depot senjata. 

    Puluhan serangan udara Israel menghantam Bandara Militer Mazzeh bersama dengan gedung bea cukai dan intelijen, alun-alun keamanan, fasilitas penelitian ilmiah di Damaskus, dan laboratorium pertahanan. 

    Israel juga secara resmi menarik diri dari Perjanjian Pelepasan antara Israel dan Suriah tahun 1974, kesepakatan yang ditandatangani secara tidak langsung antara Suriah dan Israel yang secara resmi mengakhiri perang Arab-Israel tahun 1973. Pasukan Israel kini telah memasuki wilayah yang belum pernah mereka masuki sejak tahun 1974.

    Komentar Netanyahu menyusul penyerbuan ibu kota Suriah oleh ekstremis Hayat Tahrir al-Sham (HTS), setelah kota Aleppo, Hama, dan Homs jatuh ke tangan militan dalam waktu kurang dari dua minggu. 

    Ada bukti terdokumentasi mengenai kolaborasi Israel dengan oposisi ekstremis di Suriah. Israel memberikan dukungan langsung kepada afiliasi Al-Qaeda Suriah, Front Nusra – yang menjadi HTS pada tahun 2017 setelah perubahan nama yang disponsori Qatar. 

    Perdana Menteri Israel juga mengatakan pada hari Minggu bahwa jatuhnya Suriah adalah “akibat langsung dari pukulan yang telah kita lakukan terhadap Iran dan Hizbullah, pendukung utama rezim Assad,” dan menganggap bahwa mereka bertanggung jawab atas runtuhnya pemerintah Suriah.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Loyalis Assad Mengaku Kecewa tapi Lega Rezim Lama di Suriah Bubar – Halaman all

    Loyalis Assad Mengaku Kecewa tapi Lega Rezim Lama di Suriah Bubar – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kebingungan dan ketakutan melanda komunitas Alawit yang selama ini dikenal sebagai kelompok loyalis pendukung Bashar al-Assad di Suriah.

    Hal ini terjadi setelah pada hari Minggu (8/12/2024), pemberontakan yang dipimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) mengumumkan bahwa mereka berhasil melengserkan rezim Assad melalui tayangan televisi nasional.

    Sejak kejatuhan Assad, banyak anggota komunitas Alawit yang mempertanyakan bagaimana kejatuhan rezim di Suriah bisa terjadi begitu cepat.

    Apalagi hal ini terjadi setelah bertahun-tahun banyak anggota komunitas Alawit yang gugur untuk mempertahankan tampuk kekuasaan rezim Assad.

    Menanggapi hal tersebut, para loyalis Assad pun mulai berbicara kepada media dengan nada pasrah tentang runtuhnya kekuasaan rezim lama di Suriah yang telah berlangsung selama 24 tahun

    Dikutip dari Reuters, anggota komunitas Alawit yang mayoritas penduduknya adalah Muslim Sunni tersebut memaparkan kekecewaan yang mereka rasakan setelah rezim Assad runtuh

    Salah satu dari mereka, Mohsen, mengaku dirinya bingung bagaimana pasukan Suriah menyerah tanpa memobilisasi pasukan cadangan atau tambahan dari basis pendukung utama Assad.

    “Saya tahu pasti ada banyak pria yang bersedia berperang jika diminta oleh presiden, tetapi hal itu tidak terjadi. Sebaliknya, kami melihat penarikan di mana-mana. Ini aneh,” katanya.

    Ia menambahkan bahwa penduduk desa-desa Alawit di dekat pantai telah membentuk langkah-langkah keamanan informal, dengan pos pemeriksaan di desa-desa untuk memantau siapa saja yang keluar masuk.

    Namun demikian anggota komunitas Alawit lainnya mengaku tak kaget dengan runtuhnya rezim Assad tersebut.

    Satu narasumber anonim lainnya yang ditemui di wilayah pusat Alawit antara kota pesisir Tartus dan Latakia mengaku sudah ada perpecahan dalam tubuh komunitasnya terkait loyalitas mereka kepada rezim Assad.

    Narasumber yang tak mau mengungkapkan identitasnya ke Reuters tersebut mengaku perpecahan bisa dilihat dari unjuk rasa yang meletus di Latakia, kota yang mayoritas penduduknya merupakan anggota Komuntas Alawit, 

    Bahkan perpecahan di antara komunitas Alawit tersebut menimbulkan langkah vandalisme di Tartus, di mana penduduk meruntuhkan patung-patung Hafez al-Assad, yang memerintah Suriah dari tahun 1971 hingga kematiannya pada tahun 2000.

    Narasumber tersebut mengaku dengan mata kepalanya sendiri ia melihat sejumlah anggota komunitas Alawit justru meneriakkan slogan-slogan anti-Assad dalam aksi tersebut.

    Kecewa tapi Lega Rezim Assad Jatuh Tanpa Kekerasan

    Meski mengaku kecewa dengan jatuhnya rezim lama, loyalis Bashir al-Assad mengaku bersyukur proses penggulingan pemerintah tersebut berlangsung tanpa kekerasan yang berarti.

    “Jika situasinya terus seperti ini, tidak ada alasan besar untuk khawatir,” kata seorang sumber lainnya dari komunitas Alawit yang ditemui Reuters. 

    “Dengan penggulingan ini berarti masyarakat kita tidak mau mengikuti model Libya, dan semua berita yang memberitahu atau menakuti kita (tentang kekerasan) ternyata tidak benar.” lanjutnya.

    Pada hari Minggu, seorang warga Alawit Suriah lainnya yang berbicara kepada Reuters mengatakan bahwa cara pemberontak bertindak di Homs mendapatkan apresiasi.

    Bahkan ia menilai langkah pemberontakan di Suriah bisa dibilang terjadi tanpa perlawanan berarti dari pihak pemerintah.

    “Jelas sekarang bahwa ada keputusan dari anggota pemerintahan untuk tidak bertarung (melawan Pemberontak). Kita bisa melihat tentara Suriah pada dasarnya meletakkan senjata mereka dan mundur dan membiarkan mereka” kata warga Alawit tersebut.

    Warga kota Damaskus, ibu kota Suriah melambaikan tangan ke pasukan oposisi yang memasuki kota sejak Sabtu, 7 Desember 2024. Oposisi Suriah merayakan kemenangannya atas tergulingnya rezim Presiden Bashar Al-Assad dan langsung mendeklarasikan kota Damaskus, ibu kota Suriah, kini bebas dari tiran Bashar al-Assad. (Aljazeera)

    “Jika situasinya terus seperti ini, jika pemerintah baru bertanggung jawab, kita akan mampu menghindari pertumpahan darah.” pungkasnya.

    Langkah pemberontak yang melengserkan Bashar al-Assad tanpa kekerasan ini juga bisa dilihat dari aksi mereka di Homs yang memiliki banyak anggota komunitas Alawit.

    Setelah menguasai Homs, para pemberontak juga sempat menggeledah kantor-kantor pemerintah dan cabang-cabang keamanan di kota itu tanpa masalah.

    Namun demikian, kelompok pemberontak tampak disiplin menjaga diri dalam aksinya dengan tidak menjarah atau merusak properti milik sesama warga Suriah.

    Hal inilah yang menurut anggota komunitas Alawit menambah kelegaan dan ketenangan di suasana Suriah yang dipenuhi huru-hara politik.

    Penduduk lingkungan Zahraa di Homs yang mayoritas penduduknya merupakan anggota Alawit juga menerbitkan pernyataan bahwa mereka akan tetap tinggal di rumah mereka dan menentang segala bentuk kekerasan.

    Meski tak sejalan dengan pemberontak, kelompok Alawit mengapresiasi tindakan para pemberontak yang bertindak secara bertanggung jawab seperti yang mereka lakukan di daerah lain yang memiliki minoritas.

    Komunitas Alawit juga menyatakan bahwa siapa pun orang yang coba melawan pemberontak, maka mereka bertindak atas inisiatif sendiri dan tak akan mendapat dukungan dari Alawit.

    (Tribunnews.com/Bobby)

  • Gedung Putih Dorong Ukraina Turunkan Usia Wajib Militer jadi 18 Tahun – Halaman all

    Gedung Putih Dorong Ukraina Turunkan Usia Wajib Militer jadi 18 Tahun – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Kamis (3/12/2024), seorang pejabat senior Gedung Putih mendorong pemerintah Ukraina untuk mempertimbangkan penurunan usia wajib militer menjadi 18 tahun.

    Usulan ini ditujukan untuk mengatasi kehilangan tenaga kerja di wilayah Donbas, di mana pasukan Rusia telah menunjukkan kemajuan signifikan.

    “Yang dibutuhkan saat ini adalah tenaga kerja,” ujar pejabat yang tidak disebutkan namanya tersebut kepada wartawan di Washington, dikutip dari Al Jazeera.

    Ini mencerminkan situasi mendesak di lapangan, di mana tambahan personel dinilai dapat memberikan dampak signifikan.

    Namun, di tengah seruan tersebut, para petinggi Ukraina belum menunjukkan ketertarikan untuk membahas masalah ini.

    Seorang sumber dari Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina menyatakan, “Tidak ada pertemuan yang diadakan untuk membahas masalah ini. Tidak ada usulan untuk menurunkan usia wajib militer.”

    Kyiv secara resmi merespon dengan penolakan.

    Ukraina beralasan bahwa peralatan militer dari Barat yang dijanjikan belum tiba dengan tepat waktu.

    Di tengah kritik tersebut, penting untuk melihat kondisi demografi Ukraina.

    Sebelum runtuhnya Soviet pada tahun 1991, populasi Ukraina mencapai 50 juta jiwa.

    Saat ini, angka kelahiran di kalangan wanita Ukraina berada di salah satu tingkat terendah di Eropa.

    Lebih dari 6 juta warga Ukraina kini hidup di Krimea yang dianeksasi, sementara jutaan lainnya telah melarikan diri ke Eropa dan tempat lainnya.

    Dengan lebih dari 81 persen wilayah Ukraina dikuasai Kyiv sebelum perang, situasi ini menunjukkan tantangan besar dalam mencukupi kebutuhan sumber daya manusia di medan perang.

    Di tengah hiruk-pikuk ini, suara seorang ibu, Serhiy Neela, menggugah emosi.

    Ia menyatakan keberatan terhadap penurunan usia wajib militer, mengungkapkan rasa khawatirnya: “Orang yang lebih muda belum berkembang secara mental. Mereka akan menyerang senjata musuh tanpa berpikir.”

    Ucapan ini mencerminkan kecemasan mendalam banyak orangtua di Ukraina yang takut akan keselamatan anak-anak mereka di medan perang yang keras.

    Tidak hanya ibu, seorang pakar militer juga menyoroti aspek lain dari desakan Gedung Putih.

    Ivan Tymochko, kepala Dewan Cadangan Angkatan Darat, menyatakan bahwa ini seperti pemerasan.

    “Jika Anda tidak menurunkan usia wajib militer kami, kami akan membahas pasokan senjata tertentu,” ujarnya, menunjukkan tekanan yang dirasakan Ukraina di tengah ketegangan internasional.

    Pendapat Pemuda Ukraina

    Vladislav, seorang pemuda berusia 20 tahun yang pernah mengajukan diri untuk bergabung dengan tentara, memberikan pandangan yang berbeda.

    Ia menganggap penurunan usia wajib militer dari 25 menjadi 18 tahun sebagai ide yang buruk.

    Dengan pengalaman traumatis dari pengalaman tempurnya, ia berkata, “Itu menakutkan. Saya sudah melihat banyak hal. Saya punya masalah dengan kepala saya.”

    Sementara ia memahami kemungkinan mendaftar sebagai sukarelawan di usia 18 tahun, ia tetap skeptis terhadap pendaftaran wajib.

    Desakan untuk menurunkan usia wajib militer di Ukraina menciptakan dilema moral dan strategis yang kompleks.

    Sementara di satu sisi ada kebutuhan mendesak akan tenaga kerja di medan perang, di sisi lain terdapat pertimbangan yang lebih dalam tentang kesiapan mental dan emosional para pemuda.

    Di saat-saat yang sulit ini, suara-suara dari keluarga, tentara, dan para ahli militer membentuk gambaran nyata tentang tantangan yang dihadapi Ukraina di tengah konflik yang berkepanjangan.

    Usia Wajib Militer Era Perang

    Selama perang, usia wajib militer di Ukraina telah mengalami beberapa perubahan tergantung pada situasi dan kebijakan pemerintah.

    Namun, pada umumnya, usia wajib militer di Ukraina adalah antara 18 hingga 60 tahun.

    Berikut adalah beberapa rincian terkait usia wajib militer selama perang:

    1. Usia 18 hingga 27 tahun

    Ini adalah kelompok usia utama yang diwajibkan untuk menjalani dinas militer.

    Pria dalam rentang usia ini diwajibkan untuk mendaftar dan mengikuti wajib militer, kecuali jika mereka memenuhi syarat untuk pembebasan seperti masalah kesehatan atau pendidikan.

    2. Usia 28 hingga 60 tahun

    Pada masa perang, pemerintah Ukraina juga memperluas kewajiban militer kepada pria berusia hingga 60 tahun.

    Ini terjadi terutama setelah dimulainya invasi Rusia pada 2022, ketika kebutuhan untuk memperkuat kekuatan militer meningkat.

    Dalam situasi darurat atau jika diperlukan, orang-orang dalam rentang usia ini dapat dipanggil untuk mobilisasi.

    3. Pengecualian

    Beberapa orang dapat dibebaskan dari wajib militer.

    Contohnya mereka yang memiliki masalah kesehatan serius, mereka yang memiliki tanggungan keluarga, atau mereka yang bekerja di sektor-sektor yang dianggap penting bagi negara (seperti tenaga medis atau industri vital lainnya).

    Pemerintah Ukraina menerapkan kebijakan wajib militer ini sebagai bagian dari upaya mereka untuk mempertahankan negara selama perang dengan Rusia, dengan fokus pada mobilisasi massal untuk memperkuat angkatan bersenjata.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)