Category: Tribunnews.com Internasional

  • Kremlin: Tindakan Israel Tidak Membantu Upaya Stabilitas Suriah – Halaman all

    Kremlin: Tindakan Israel Tidak Membantu Upaya Stabilitas Suriah – Halaman all

    Kremlin: Tindakan Israel Tidak Membantu Upaya Stabilitas Suriah

    TRIBUNNEWS.COM- Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan bahwa “tindakan Israel” di Suriah tidak mungkin menstabilkan situasi, menegaskan kembali dialog Rusia yang sedang berlangsung dengan semua negara Timur Tengah

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan pada hari Rabu bahwa “tindakan Israel di Suriah” tidak mungkin membantu menstabilkan situasi yang sudah tidak stabil, dengan menjelaskan, “Tentu saja, serangan, tindakan di daerah Dataran Tinggi Golan, di daerah zona penyangga, katakanlah, tidak mungkin membantu menstabilkan situasi di Suriah yang sudah tidak stabil. Ini jelas dapat dikatakan.”

    Peskov juga menekankan bahwa Rusia tetap berkomitmen untuk memelihara dialog dengan semua negara di kawasan Timur Tengah, dengan mengatakan, “Rusia memelihara dialog dengan semua negara di kawasan ini, dan kami bermaksud untuk terus melakukannya.”

    Terkait laporan tentang dugaan eksekusi sepupu Presiden terguling Suriah Bashar al-Assad , Peskov berkomentar, “Kami tidak memiliki informasi apa pun. Tentu saja, kami sekarang memantau dengan saksama segala sesuatu yang terjadi di Suriah… Kami akan terus mengamati dengan sangat saksama, tentu saja, dan keluar dari kenyataan yang terjadi di lapangan.”

    Peskov lebih lanjut menyatakan bahwa Rusia telah memenuhi misinya dalam membantu Suriah, dan mengupayakan stabilitas di negara tersebut.

    Rusia pertanyakan klaim teritorial ‘Israel’ di Dataran Tinggi Golan.

    Rusia telah mengamati pernyataan yang saling bertentangan dari “Israel” mengenai status Dataran Tinggi Golan dan tidak jelas tentang bagian wilayah mana yang “Israel” anggap sebagai miliknya, menurut Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa , Vassily Nebenzia, yang berbicara awal minggu ini.

    “Kami mendengar pesan yang saling bertentangan yang datang dari Israel,” kata Nebenzia kepada wartawan.

    Ia mencatat bahwa duta besar Israel telah mengirim surat yang menjelaskan keputusan baru-baru ini sebagai tindakan sementara karena “kekosongan” di wilayah tersebut. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemudian menyebut Dataran Tinggi Golan sebagai “bagian integral Israel” dalam sebuah konferensi pers.

    Nebenzia menambahkan, “Namun sekarang kita tidak tahu bagian mana dari Dataran Tinggi Golan yang dianggapnya sebagai bagian integral Israel, karena mereka melanggar zona penyangga.”

    Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan kesepakatan umum tentang pentingnya menjaga integritas wilayah Suriah, melindungi warga sipil, dan memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan, menurut Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia.

    “Dan dewan, menurut saya, kurang lebih bersatu dalam hal kebutuhan untuk menjaga integritas wilayah dan persatuan Suriah, untuk memastikan perlindungan warga sipil, untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan sampai ke populasi yang membutuhkan,” kata Nebenzia kepada wartawan, menggambarkan konsultasi Dewan Keamanan PBB tentang Suriah sebagai hal yang positif.

    Di bagian lain sambutannya, pejabat tinggi Rusia itu mencatat bahwa peristiwa terkini di Suriah telah mengejutkan semua orang, termasuk anggota Dewan Keamanan PBB. Ia menekankan perlunya kesabaran, pengamatan, dan evaluasi yang cermat seiring perkembangan situasi.

    Nebenzia juga menyebutkan bahwa Dewan Keamanan PBB membahas penyusunan dokumen yang membahas perkembangan di Suriah, dengan potensi penerbitannya diharapkan dalam beberapa hari mendatang.

    “Kami sedang membicarakan perlunya menyusun dokumen oleh Dewan, bukan hari ini. Maksud saya, tidak ada yang siap untuk itu hari ini, tetapi saya kira dalam beberapa hari mendatang, mudah-mudahan lebih cepat daripada lambat, kita akan melihatnya,” ungkapnya.

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Kepala CENTCOM Amerika Serikat Bahas Upaya Anti-ISIS dalam Kunjungan ke Irak dan Suriah – Halaman all

    Kepala CENTCOM Amerika Serikat Bahas Upaya Anti-ISIS dalam Kunjungan ke Irak dan Suriah – Halaman all

    Kepala CENTCOM Bahas Upaya Anti-ISIS dalam Kunjungan ke Irak dan Suriah

    TRIBUNNEWS.COM- CENTCOM mengumumkan pada tanggal 10 Desember bahwa komandannya, Jenderal Michael Kurilla, mengunjungi Irak dan Suriah dan bertemu dengan komandan militer AS, pejabat Irak, dan perwakilan milisi Kurdi yang didukung Washington – Pasukan Demokratik Suriah (SDF).

    Kelompok perlawanan Irak, Gerakan Al-Nujaba, telah memperingatkan adanya rencana yang dipimpin Turki dan Barat untuk mengacaukan Irak setelah jatuhnya Suriah.

    Jenderal tersebut “mengunjungi komandan dan prajurit militer AS, serta mitra kami dalam Mengalahkan ISIS, Pasukan Demokratik Suriah, di beberapa pangkalan di Suriah,” kata CENTCOM dalam sebuah pernyataan. 

    “[Kurilla] menerima penilaian langsung atas langkah-langkah perlindungan pasukan, situasi yang berkembang pesat, dan upaya yang sedang berlangsung untuk mencegah ISIS memanfaatkan situasi saat ini. USCENTCOM tetap berkomitmen untuk mengalahkan ISIS secara permanen,” tambah pernyataan tersebut. 

    Di Baghdad, Kurilla bertemu dengan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani dan beberapa pejabat militer Irak lainnya. 

    Para pemimpin membahas “penguatan kerja sama bilateral dan keamanan regional, situasi yang berubah cepat di Suriah, serta operasi penumpasan ISIS di Irak. Para pemimpin juga membahas kemitraan berkelanjutan antara pasukan Koalisi dan Irak.”

    “Kami tetap berdedikasi untuk mengalahkan ISIS dan berkomitmen terhadap keamanan mitra kami yang bertetangga dengan Suriah – termasuk Irak, Yordania, Lebanon, dan Israel,” pernyataan tersebut mengutip pernyataan Kurilla. 

    Tidak ada pembahasan mengenai pembicaraan terkini antara Washington dan Baghdad untuk mengubah peran pasukan koalisi di Irak menjadi peran penasihat – negosiasi terus terhenti. Pada awal September, Sudani menyatakan bahwa ISIS tidak lagi menjadi ancaman bagi negaranya. 

    Pernyataan CENTCOM muncul dua hari setelah jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad dan penyerbuan Damaskus oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan proksi Turki – pasukan Tentara Nasional Suriah (SNA), yang memiliki hubungan dekat dengan ISIS selama bertahun-tahun. 

    Kelompok perlawanan Irak, Gerakan Al-Nujaba, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 10 Desember bahwa ada “ruang operasi” yang berbasis di Turki – yang melibatkan intelijen Inggris, Israel, dan negara-negara NATO – yang bertujuan untuk mengacaukan Irak dan menerapkan rencana “destruktif” dan “subversif” di negara tersebut. 

    “Peristiwa di Suriah bukan suatu kebetulan,” tambah pernyataan Gerakan Al-Nujaba. Sel-sel ISIS telah mulai mendapatkan momentum di Suriah setelah jatuhnya Assad. 

    Militan ISIS membunuh 54 tentara Suriah yang melarikan diri dari serangan kelompok teror tersebut di provinsi tengah Homs pada hari Senin.

    Militan ISIS menangkap “personel yang melarikan diri dari dinas militer di padang pasir … selama keruntuhan rezim” presiden terguling Bashar al-Assad dan “mengeksekusi 54” dari mereka di daerah Sukhna di padang pasir Homs, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR). 

    Militer AS telah dituduh selama bertahun-tahun memberikan dukungan logistik kepada elemen ISIS di gurun Suriah.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Komandan CENTCOM AS Kunjungi Pangkalan Pendudukan di Suriah, Bertemu Pemimpin Irak – Halaman all

    Komandan CENTCOM AS Kunjungi Pangkalan Pendudukan di Suriah, Bertemu Pemimpin Irak – Halaman all

    Kepala CENTCOM AS Kunjungi Pangkalan Pendudukan di Suriah, Bertemu Pemimpin Irak

    TRIBUNNEWS.COM- Jenderal Kurilla melakukan perjalanan ke Suriah, kemudian singgah di Baghdad dan mengadakan pembicaraan tingkat tinggi dengan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia’ al-Sudani, antara lain.

    US CENTCOM pada hari Selasa mengatakan dalam sebuah posting di X bahwa Panglima Jenderal Michael “Erik” Kurilla mengunjungi Suriah dan Irak untuk menilai operasi yang dituduhkan terhadap ISIS dan meningkatkan kerja sama keamanan regional.

    Kunjungan ke Suriah

    Menurut pernyataan itu, Kurilla mengunjungi beberapa pangkalan AS di Suriah pada tanggal 10 Desember, bertemu dengan prajurit Amerika dan pemimpin Pasukan Demokratik Suriah (SDF).

    “[Jenderal Kurilla] menerima penilaian langsung atas langkah-langkah perlindungan pasukan, situasi yang berkembang pesat, dan upaya yang sedang berlangsung untuk mencegah ISIS memanfaatkan situasi saat ini,” kata CENTCOM. Postingan tersebut menegaskan kembali “komitmen komando untuk mengalahkan ISIS secara permanen.”

    Diskusi di Irak

    Setelah kunjungannya ke Suriah, Jenderal Kurilla melakukan perjalanan ke Baghdad, di mana ia mengadakan pembicaraan tingkat tinggi dengan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani, Kepala Staf Jenderal Abdul Amir Rashid Yarallah, dan Wakil Komandan Operasi Gabungan Irak Jenderal Qais al-Muhammadawi.

    Diskusi tersebut dilaporkan difokuskan pada “penguatan kerja sama bilateral dan keamanan regional, situasi yang berubah dengan cepat di Suriah, serta operasi mengalahkan ISIS di Irak,” menurut pernyataan itu.

    Selain itu, Jenderal Kurilla bertemu dengan Mayor Jenderal Kevin Leahy, Komandan Pasukan Tugas Gabungan Operasi Inherent Resolve (CJTF-OIR), untuk mengevaluasi misi mengalahkan ISIS di Irak dan Suriah.

    “Kami tetap berdedikasi untuk mengalahkan ISIS dan berkomitmen terhadap keamanan mitra kami yang bertetangga dengan Suriah—termasuk Irak, Yordania, Lebanon, dan Israel,” kata Jenderal Kurilla.

    Ancaman yang mengintai
    Sebelumnya hari ini, anggota Dewan Pertimbangan Kemanfaatan Iran dan mantan Komandan IRGC, Mohsen Rezaei , memperingatkan bahwa “teroris sedang bersiap untuk melancarkan serangan terhadap Irak.”

    Ia menyatakan bahwa 11.000 militan ISIS telah dilatih di kamp militer AS di Suriah utara, menimbulkan kekhawatiran bahwa mereka mungkin menargetkan kota-kota Irak seperti Mosul atau Tikrit dalam beberapa bulan mendatang.

    Dalam komentar terkait, Rezaei melaporkan bahwa “Israel” telah menyerang 250 lokasi militer  dan target infrastruktur di Suriah dalam 24 jam terakhir, sembari menuduh AS dan militan menghancurkan semua lokasi militer di negara tersebut.

    Ia lebih lanjut mengemukakan bahwa perkembangan terkini di Lebanon, Suriah, dan mungkin Irak mencerminkan meningkatnya ketakutan musuh terhadap kemerdekaan wilayah tersebut dan upaya mereka untuk melemahkan penduduknya.

     

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Operasi Panah Bashan, Israel Sekali Lagi Pakai Nama-Nama Alkitabiah untuk Operasi Militer di Suriah – Halaman all

    Operasi Panah Bashan, Israel Sekali Lagi Pakai Nama-Nama Alkitabiah untuk Operasi Militer di Suriah – Halaman all

    Operasi Panah Bashan, Israel Sekali Lagi Pakai Nama-Nama Alkitabiah untuk Operasi Militer di Suriah

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel pada Minggu (8/12/2024) meluncurkan apa yang mereka juluki sebagai ‘Operation Arrow of Bashan’, “Operasi Panah Bashan,”.

    Terkait penamaan operasi militer itu, Israel sekali lagi menggunakan kiasan Alkitab untuk menggambarkan kampanye militer – dalam hal ini terhadap aset dan kemampuan militer Suriah, tulis laporan media internasional. 

    Seperti diberitakan, sejak jatuhnya rezim Bashar Assad selama akhir pekan, militer Israel memulai kampanye udara besar-besaran yang menargetkan lokasi militer di seluruh Suriah, termasuk serangan terhadap pelabuhan Suriah di al-Beida dan Latakia yang menghancurkan armada angkatan laut Suriah. 

    Militer Israel juga mengumumkan telah “sementara” menguasai zona penyangga demiliterisasi di Dataran Tinggi Golan, dengan mengatakan perjanjian pelepasan dengan Suriah tahun 1974 telah “runtuh.”

    Menurut perkiraan militer Israel, sekitar 80 persen kemampuan dan aset militer Suriah sejauh ini telah hancur, termasuk jet tempur, helikopter, tank, kapal perang, radar, dan berbagai jenis roket. 

    Personel militer Israel (IDF) dalam operasi di Suriah Selatan, 9 Desember 2024.

    Operasi Panah Bashan 

    Dalam sebuah pernyataan militer, Radio Militer Israel mengatakan operasi terhadap Suriah tersebut diberi nama “Operasi Panah Bashan.” 

    “Bashan” adalah istilah Alkitab yang merujuk pada wilayah di selatan Suriah dan timur Yordania yang ditaklukkan oleh orang Israel setelah mengalahkan Og, raja Bashan, menurut Perjanjian Lama.

    “Tentara Israel telah lama mengambil nama-nama perang dan operasi tempurnya dari teks-teks keagamaan Taurat serta narasi kuno lain keagamaan untuk memperkuat klaim hak ilahi guna membenarkan ambisi kolonialnya di wilayah tersebut,” tulis ulasan DS, Rabu (11/12/2024). 

    Dalam perang genosida Israel di Gaza, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga menggunakan referensi Alkitab untuk membenarkan kejahatan perang tentaranya terhadap warga Palestina.

    Pada tanggal 28 Oktober tahun lalu, Netanyahu menggunakan narasi Amalek Alkitab saat menghasut tentaranya untuk menyerang Gaza – sebuah teori kekerasan yang mengacu pada penghancuran total penduduk Gaza, termasuk wanita dan anak-anaknya.

    Pada awal Januari, tim hukum Afrika Selatan menggunakan hasutan Netanyahu untuk melakukan genosida – narasi Amalek dalam Alkitab – terhadap rakyat Palestina di Gaza dalam sesi sidang pertama di hadapan Mahkamah Internasional dalam gugatan genosida terhadap Israel. 

    IDF mengklaim pasukannya memasuki zona penyangga di Golan pada hari Minggu (9/12/2024), tepat setelah Bashar Al-Assad digulingkan. (X/Twitter)

    Bertujuan Merampas Wilayah

    Para pengamat mengatakan sejauh ini Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sudah melancarkan sekitar 300 serangan udara ke Suriah.

    IDF dilaporkan sudah menduduki Provinsi Quneitra di Suriah. Sebelumnya, Israel sudah mencaplok Dataran Tinggi Golan milik Suriah tahun 1981.

    Israel bersikeras mengatakan aksi-aksinya belakangan ini di Suriah sebagai bentuk tindakan perlindungan dan dipicu oleh kekhawatiran dalam hal keamanan.

    Akan tetapi, narasi Israel itu dibantah mentah-mentah oleh Furkan Halit Yolcu, pakar keamanan pada Universitas Sakarya di Turki.

    Yolcu bahkan menyebut tindakan Israel sebagai serangan yang bertujuan untuk merampas wilayah Suriah.

    Bisa dikatakan Israel saat ini bagaikan memancing di air keruh atau memanfatkan kekacauan yang terjadi di negeri jiran.

    Pasukan IDF Israel terlihat memasuki Suriah, dalam foto selebaran yang dikeluarkan oleh militer pada 9 Desember 2024. (IDF/Timesof Israel)

    “Sejarah mengatakan ini bukan aksi melindungi, tetapi itu semua tentang cara pandang ofensif yang tengah berlangsung, memanfaatkan kesempatan, dan secara perlahan mengklaim wilayah,” ujar Yolcu dikutip dari Sputnik.

    “Kapan pun ada kesempatan, kapan pun ada peluang, Israel sepertinya akan memanfaatkan momen itu dan berupaya mendapatkan lebih banyak wilayah selagi bisa,” katanya menjelaskan.

    Lalu, Yolcu memperkirakan Israel tak akan “lolos” dalam aksinya belakangan ini. Dia memprediksi tindakan Israel akan dibahas oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) segera setelah pemerintahan baru di Suriah terbentuk.

    “Perkara itu mungkin akan menjadi masalah yang lebih besar daripada saat ini karena [Suriah] belum punya punya pemerintahan,” ujar Yolcu.

    “Akan tetapi, ketika pemerintahan sudah terbentuk dan secara resmi diakui oleh masyarakat seperti halnya PBB, pasti sengketa wilayah akan dimulai.”

    Israel mengaku hancurkan 80 persen kemampuan militer Suriah

    Selepas melancarkan serangan selama beberapa hari, IDF mengklaim sudah menghancurkan 70 hingga 80 persen kemampuan militer Suriah milik rezim Presiden Bashar Al-Assad yang kini tumbang.

    “Dalam 48 jam terakhir, IDF menyerang sebagian besar gudang senjata strategis di Suriah,” kata IDF hari Selasa, (10/12/2024), dikutip dari All Israel News.

    Israel berdalih serangan itu dilakukan agar mencegah senjata jatuh ke tangan “unsur teroris”.

    Adapun bagian terbesar serangan itu disebut “Operasi Anak Panah Bashan” dan sudah rampung hari Selasa.

    Menurut Army Radio, operasi militer besar itu melenyapkan hampir semua peralatan militer Suriah yang disebut mengancam Israel.

    Operasi itu mendapat lampu hijau dari Kepala Staf IDF Letjen Herzi Halevi hari Sabu lalu atau teat sebelum rezim Assad resmi digulingkan.

    Dilaporkan total ada 350 pesawat yang diikutsertakan Israel dalam serangan ke Suriah. Jumlah itu bahkan lebih dari setengah jumlah pesawat Angkatan Udara Israel.

    IDF menyebut pesawat-pesawat itu terbang ratusan jam di atas langit Suriah.

    Israel mengklaim target yang dihancurkan termasuk senjata strategis seperti rudal Scud, rudal penjelajah, rudal darat ke laut, rudal darat ke udara, dan rudal udara ke udara, pesawat nirawak, jet tempur.

    Di samping itu, perlengkapan reguler tentara seperti helikopter serang, radar, tank, hanggar pesawat, dan infastruktur intelijen turut hancur.

    Israel juga mengerahkan angkatan lautnya untuk menyerang Pelabuhan Al-Beida dan Latakia. Serangan itu diklaim menghancurkan belasan kapal rudal milik Angkatan Laut Suriah.

    Di samping itu, pasukan IDF di darat terus dikerahkan di bekas zona demiliterisasi sepanjang perbatasan. Dalihnya ialah untuk mengamankan area itu.

    Tindakan tersebut mendapat kritik pedas dari negara-negara Arab. Sebagai contoh, Al-Araby Al-Jadeed menyebut aksi Israel itu sebagai pendudukan atas tanah Suriah.

    Adapun Utusan PBB untuk Suriah, Geir Pedersen pada hari Selasa menyebut tindakan Israel telah memperburuk ketidakstabilan di Suriah.

     

    (oln/ds/rtrs/*)

     
     
     

  • Pasukan Israel Melakukan Upaya Penahanan Skala Besar kepada Warga Palestina di Tepi Barat – Halaman all

    Pasukan Israel Melakukan Upaya Penahanan Skala Besar kepada Warga Palestina di Tepi Barat – Halaman all

    Pasukan Israel Melakukan Upaya Penahanan Skala Besar kepada Warga Palestina di Tepi Barat

    TRIBUNNEWS.COM- Pasukan pendudukan Israel menahan puluhan warga Palestina di beberapa daerah Tepi Barat yang diduduki sebelum konfrontasi meletus dengan pejuang perlawanan lokal.

    Pasukan pendudukan Israel melakukan serangkaian penahanan di beberapa wilayah Tepi Barat yang diduduki pada hari Selasa, menargetkan warga Palestina dalam kampanye yang meluas.

    Di al-Khalil, yang terletak di Tepi Barat selatan, 15 orang ditahan, sementara 17 orang ditahan di kota Areeha. Di Tepi Barat utara, satu orang ditahan di kota Silat al-Harithiya, sebelah barat Jenin, dan dua orang lainnya ditahan di Nablus.

    Ketika pasukan Israel memasuki desa Madama, sebelah selatan Nablus, konfrontasi meletus antara pemuda Palestina dan tentara Israel. Bentrokan meningkat saat pasukan pendudukan menembakkan peluru tajam, gas air mata, dan bom suara. Pasukan pendudukan Israel juga menyerbu kota Burqa di Nablus.

    Serangan lanjutan terjadi di kota Silwad dan Deir Jarir, timur Ramallah di Tepi Barat tengah, serta di desa Marda di distrik Salfit, tempat pasukan Israel menggunakan granat sonik.

    Selain penangkapan tersebut, otoritas Israel menyita 94 dunum lahan pertanian di Beit Jala, sebelah barat Beit Lahm di Tepi Barat bagian selatan. Media Palestina melaporkan penyitaan tersebut sebagai bagian dari upaya perluasan permukiman yang sedang berlangsung.

    Pasukan pendudukan Israel membunuh warga sipil di Tubas
    Pada hari Senin, konfrontasi serupa terjadi akibat penindasan Israel dan kampanye penahanan massal . 

    Di Tubas, Brigade Al-Qassam mengumumkan bahwa para pejuangnya terlibat dalam konfrontasi sengit dengan pasukan pendudukan Israel menggunakan senjata otomatis di dekat jalan utama kota, yang memaksa pasukan pendudukan Israel untuk mundur. Selama penyerbuan tersebut, pasukan pendudukan Israel melancarkan serangan udara terhadap Tubas, menewaskan dua warga Palestina.

    Dalam tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tim medis dicegah mencapai para martir karena pasukan pendudukan Israel menahan jenazah mereka.

    Sebelumnya, unit khusus Israel yang menyamar menyusup ke pusat Tuba dengan menyamar sebagai warga sipil dan menyerbu perusahaan penukaran uang.

    Begitu keberadaan mereka terungkap, pendudukan Israel mengerahkan bala bantuan dan kendaraan militer di berbagai lingkungan, menyita peralatan dan dokumen dari perusahaan tersebut. Selama operasi tersebut, seorang pemuda dari Tubas ditahan.

     

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Eks-Presiden Israel: Ratu Elizabeth II Percaya Setiap Orang Israel Adalah Teroris atau Anak Teroris – Halaman all

    Eks-Presiden Israel: Ratu Elizabeth II Percaya Setiap Orang Israel Adalah Teroris atau Anak Teroris – Halaman all

    Ratu Elizabeth II Percaya Setiap Orang Israel Adalah Teroris atau Anak Teroris

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan presiden Israel, Reuven Rivlin mengungkapkan kalau hubungan antara Israel dan mendiang Ratu Inggris, Ratu Elizabeth II terhitung sulit dan tidak akur.

    Rivlin mengenang, sikap mendiang Ratu Inggris itu ke Israel terkait dengan pandangan pribadinya terhadap Israel sebagai sebuah bangsa dan negara.

    “Hubungan antara kami dan Ratu Elizabeth sedikit sulit karena dia percaya bahwa setiap orang dari kami adalah teroris atau putra seorang teroris,” kata Rivlin pada acara gala di London, dilansir RNTV, Rabu (11/12/2024).

    Pandangan ini membuat Ratu Elizabeth II ‘tidak ramah’ ke para pejabat atau tokoh berentitas Israel.

    “Dia menolak untuk menerima pejabat Israel ke Istana [Buckingham], selain dari acara-acara internasional,” tambahnya.

    Sebaliknya, menurut Rivelin, Raja Charles III sebagai perbandingan, selalu “sangat ramah” terhadap tokoh dan pejabat Israel.

    Selama masa jabatannya, Ratu Elizabeth II melakukan perjalanan ke lebih dari 110 negara di enam benua, tetapi tidak pernah sekalipun mengunjungi Israel.

    Asap mengepul di atas kota Al-Qunatira di Suriah seperti yang terlihat dari sisi perbatasan Israel pada 9 Desember 2024 di Golan Heights. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memerintahkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk sementara mengambil alih kendali zona penyangga yang memisahkan Golan Heights yang diduduki Israel dari wilayah Suriah. Zona demiliterisasi tersebut ditetapkan dalam perjanjian tahun 1974 antara Israel dan Suriah, yang menurut Netanyahu telah runtuh sejak pasukan oposisi Suriah menggulingkan rezim Bashar al-Assad selama akhir pekan. (Foto oleh Amir Levy/Getty Images) (Amir Levy / GETTY IMAGES EUROPE / Getty Images via AFP)

    Serang Suriah Berhari-hari

    Pandangan negatif mendiang Ratu Inggris itu terhadap Israel diyakini karena kejadian meledaknya sebuah bom di Hotel King David di Yerusalem, menewaskan 91 orang pada Senin, 22 Juli 1946.  

    Almarhum raja, yang meninggal pada usia 96 tahun, berusia 20 tahun saat aksi terorisme itu terjadi.

    Ledakan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh kelompok teroris Yahudi Irgun tersebut merenggut nyawa 11 pejabat senior Inggris dan banyak warga sipil lainnya. 

    Hotel yang dibangun pada tahun 1929 tersebut pada awal tahun 1940-an telah menjadi kantor pusat tidak resmi bagi warga Inggris yang ditugaskan untuk bertugas di Mandat Palestina.

    Tempat itu merupakan tempat yang terkenal di mana para pejabat Inggris dan keluarga mereka berkumpul. 

    Praduga lain soal bencinya sang Ratu ke Israel adalah karena ulah zionisme negara pendudukan tersebut dalam manuver pendudukannya terhadap wilayah-wilayah di sekitar.

    Terbaru, dalam eskalasi terkini di kawasan Timur Tengah, Israel melancarkan serangan ke Suriah di tengah runyamnya situasi politik dan keamanan di negara itu.

    Para pengamat mengatakan sejauh ini Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sudah melancarkan sekitar 300 serangan udara ke Suriah.

    IDF dilaporkan sudah menduduki Provinsi Quneitra di Suriah. Sebelumnya, Israel sudah mencaplok Dataran Tinggi Golan milik Suriah tahun 1981.

    Israel bersikeras mengatakan aksi-aksinya belakangan ini di Suriah sebagai bentuk tindakan perlindungan dan dipicu oleh kekhawatiran dalam hal keamanan.

    Akan tetapi, narasi Israel itu dibantah mentah-mentah oleh Furkan Halit Yolcu, pakar keamanan pada Universitas Sakarya di Turki.

    Yolcu bahkan menyebut tindakan Israel sebagai serangan yang bertujuan untuk merampas wilayah Suriah.

    Bisa dikatakan Israel saat ini bagaikan memancing di air keruh atau memanfatkan kekacauan yang terjadi di negeri jiran.

    Pasukan IDF Israel terlihat memasuki Suriah, dalam foto selebaran yang dikeluarkan oleh militer pada 9 Desember 2024. (IDF/Timesof Israel)

    “Sejarah mengatakan ini bukan aksi melindungi, tetapi itu semua tentang cara pandang ofensif yang tengah berlangsung, memanfaatkan kesempatan, dan secara perlahan mengklaim wilayah,” ujar Yolcu dikutip dari Sputnik.

    “Kapan pun ada kesempatan, kapan pun ada peluang, Israel sepertinya akan memanfaatkan momen itu dan berupaya mendapatkan lebih banyak wilayah selagi bisa,” katanya menjelaskan.

    Lalu, Yolcu memperkirakan Israel tak akan “lolos” dalam aksinya belakangan ini. Dia memprediksi tindakan Israel akan dibahas oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) segera setelah pemerintahan baru di Suriah terbentuk.

    “Perkara itu mungkin akan menjadi masalah yang lebih besar daripada saat ini karena [Suriah] belum punya punya pemerintahan,” ujar Yolcu.

    “Akan tetapi, ketika pemerintahan sudah terbentuk dan secara resmi diakui oleh masyarakat seperti halnya PBB, pasti sengketa wilayah akan dimulai.”

    Israel mengaku hancurkan 80 persen kemampuan militer Suriah

    Selepas melancarkan serangan selama beberapa hari, IDF mengklaim sudah menghancurkan 70 hingga 80 persen kemampuan militer Suriah milik rezim Presiden Bashar Al-Assad yang kini tumbang.

    “Dalam 48 jam terakhir, IDF menyerang sebagian besar gudang senjata strategis di Suriah,” kata IDF hari Selasa, (10/12/2024), dikutip dari All Israel News.

    Israel berdalih serangan itu dilakukan agar mencegah senjata jatuh ke tangan “unsur teroris”.

    Adapun bagian terbesar serangan itu disebut “Operasi Anak Panah Bashan” dan sudah rampung hari Selasa.

    Menurut Army Radio, operasi militer besar itu melenyapkan hampir semua peralatan militer Suriah yang disebut mengancam Israel.

    Operasi itu mendapat lampu hijau dari Kepala Staf IDF Letjen Herzi Halevi hari Sabu lalu atau teat sebelum rezim Assad resmi digulingkan.

    Dilaporkan total ada 350 pesawat yang diikutsertakan Israel dalam serangan ke Suriah. Jumlah itu bahkan lebih dari setengah jumlah pesawat Angkatan Udara Israel.

    IDF menyebut pesawat-pesawat itu terbang ratusan jam di atas langit Suriah.

    Israel mengklaim target yang dihancurkan termasuk senjata strategis seperti rudal Scud, rudal penjelajah, rudal darat ke laut, rudal darat ke udara, dan rudal udara ke udara, pesawat nirawak, jet tempur.

    Di samping itu, perlengkapan reguler tentara seperti helikopter serang, radar, tank, hanggar pesawat, dan infastruktur intelijen turut hancur.

    Israel juga mengerahkan angkatan lautnya untuk menyerang Pelabuhan Al-Beida dan Latakia. Serangan itu diklaim menghancurkan belasan kapal rudal milik Angkatan Laut Suriah.

    Di samping itu, pasukan IDF di darat terus dikerahkan di bekas zona demiliterisasi sepanjang perbatasan. Dalihnya ialah untuk mengamankan area itu.

    Tindakan tersebut mendapat kritik pedas dari negara-negara Arab. Sebagai contoh, Al-Araby Al-Jadeed menyebut aksi Israel itu sebagai pendudukan atas tanah Suriah.

    Adapun Utusan PBB untuk Suriah, Geir Pedersen pada hari Selasa menyebut tindakan Israel telah memperburuk ketidakstabilan di Suriah.

    (FILES) Ratu Elizabeth II (kanan) dari Inggris berdiri bersama Pangeran Charles, Pangeran Wales dari Inggris untuk menyaksikan flypast khusus dari balkon Istana Buckingham setelah Parade Ulang Tahun Ratu, Trooping the Colour, sebagai bagian dari perayaan ulang tahun platinum Ratu Elizabeth II, di London pada 2 Juni 2022. (DANIEL LEAL / AFP)

    Disebut Meninggal Karena Kanker

    Terkait kematian Ratu Elizabeth II, mantan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson sempat menjadi bahan perbincangan publik Britania karena pernyataan kontroversialnya.

    Hal ini terjadi setelah Boris Johnson mengklaim, Ratu Elizabeth II sebenarnya meninggal karena mengalami kanker tulang di tahun-tahun terakhirnya,.

    Sosok yang pernah menjabat sebagai Wali Kota London ini menyampaikan klaim kontroversialnya tersebut dalam buku memoarnya yang baru dirilis.

    Di buku bertajuk “Unleashed,” yang akan diterbitkan Oktober ini, Boris mengatakan baru tahu penyakit yang diderita Ratu Elizabeth II tersebut saat hendak mengundurkan diri pada September 2022, atau dua hari sebelum kematiannya.

    Dikutip dari Politico, Boris diberitahu bahwa setidaknya sudah satu tahun lebih sang ratu Inggris didiagnosa mengalami sejenis kanker tulang pada saat itu.

    Ini adalah pertama kalinya seorang politikus senior Inggris membahas detil terkait penyebab kematian ratu.

    Selama ini, pihak Kerajaan Inggris dalam pernyataan resminya selalu menyebut bahwa Ratu Elizabeth II meninggal karena hal yang natural.

    Bahkan, Kerajaan Inggris juga mendaftarkan “usia tua” sebagai keterangan penyebab kematian Ratu Elizabeth II di sertifikat kematiannya.

    Pengungkapan informasi dari Boris Johnson ini juga dinilai sebagai hal yang sangat tidak biasa oleh publik Inggris. 

    Hal ini terjadi mengingat informasi terkait kesehatan ratu merupakan hal rahasia yang dijaga ketat selama masa pemerintahannya.

    Selain itu, informasi yang dibagikan dalam pertemuan antara perdana menteri dan ratu biasanya selalu dirahasiakan.

    Dalam memoarnya tersebut, Boris juga menceritakan pertemuan terakhir kalinya dengan Ratu Elizabeth II.

    Johnson mendeskripsikan bahwa sang ratu pada saat itu terlihat tampak tidak sehat.

    “Dia terlihat pucat dan lebih membungkuk, serta memiliki memar gelap di tangan dan pergelangan tangannya, mungkin dari infus atau suntikan.” ungkap Boris.

    Namun demikian, boris menambahkan bahwa suasana hati sang ratu saat itu tetap terlihat cerah meskipun kondisi fisiknya begitu memburuk.

    “Sepertinya ia tidak terpengaruh oleh penyakitnya, dan dari waktu ke waktu dalam percakapan kami saat itu, dia masih menunjukkan senyumnya yang cerah yang mampu mengangkat suasana hati,” lanjut Boris.

    Boris Johnson juga mengatakan bahwa Ratu Elizabeth II kala itu sudah mengetahui sepanjang musim panas bahwa dia tak memiliki ekspektasi hidup yang panjang lagi.

    “Namun demikian, ia tetap bertekad untuk bertahan dan menjalankan tugas terakhirnya,” pungkas Boris.

  • Rusia Tarik Pasukan Besar-besaran dari Suriah: Pesawat dan Kapal Balik Kanan, AS Aji Mumpung – Halaman all

    Rusia Tarik Pasukan Besar-besaran dari Suriah: Pesawat dan Kapal Balik Kanan, AS Aji Mumpung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rusia sedang melakukan operasi penarikan pasukan yang signifikan dari Suriah.

    Mereka memobilisasi sejumlah besar transportasi militer dan aset angkatan laut untuk mengevakuasi personel, peralatan, dan senjata.

    Serangkaian penerbangan yang melibatkan pesawat An-124 Ruslan dan Il-76MD telah dijadwalkan dari Pangkalan Udara Khmeimim.

    Penerbangan ini akan mengangkut pasukan dan material ke lapangan udara di Ulyanovsk, Chkalovsky, dan Privolzhsky di wilayah Rusia.

    Pada saat yang sama, persiapan angkatan laut sedang dilakukan untuk mendukung penarikan pasukan, dikutip dari Defense Express.

    Kapal kargo Sparta II dan kapal pendarat besar Alexander Shabalin sedang dipersiapkan untuk ditempatkan dari Baltiysk ke pelabuhan Tartus di Suriah.

    Selain itu, kapal pendarat Alexander Otrakovsky dan Ivan Gren dari Armada Utara sedang dalam perjalanan menuju Mediterania, bergabung dengan fregat Admiral Gorshkov dan Admiral Golovko.

    Di Tartus, operasi pembongkaran darurat sedang berlangsung sementara pasukan Rusia mempercepat pemindahan aset militer.

    Beberapa ratus personel pasukan khusus telah tiba di kota pelabuhan untuk mengawasi dan mengamankan penarikan pasukan.

    Para pengamat berpendapat bahwa kemunduran Rusia difasilitasi melalui perjanjian dengan pasukan antipemerintah Suriah.

    Khususnya, Moskow telah mengubah retorikanya, tidak lagi melabeli kelompok oposisi sebagai “teroris” dan mengambil sikap yang lebih netral untuk memastikan perjalanan yang aman.

    AS Ambil Kesempatan

    Militer Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan udara di Suriah setelah rezim Bashar al-Assad runtuh pada akhir pekan lalu. 

    AS bukan satu-satunya negara yang mengambil kesempatan dalam masa ketidakstabilan pemerintahan di Suriah.

    Pasukan Amerika, Israel, dan Turki semuanya terlibat dalam pengeboman sejumlah target di seluruh Suriah selama beberapa hari terakhir.

    Namun, ketiganya dinilai memiliki maksud dan kepentingan yang berbeda, dikutip dari Business Insider.

    Bagi Amerika Serikat, serangan ini bertujuan untuk terus memburu ISIS, seperti yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, tetapi kali ini dengan intensitas yang lebih tinggi untuk menyingkirkan kelompok tersebut.

    Presiden AS Joe Biden telah menyatakan misi ini akan terus berlanjut, meskipun ada ketidakpastian tentang masa depan kepemimpinan Suriah.

    AS telah berulang kali menyatakan mereka berkomitmen untuk mengalahkan ISIS selamanya.

    “Kami tidak ingin memberi ISIS kesempatan untuk memanfaatkan situasi yang sedang terjadi,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, kepada wartawan, Selasa (10/12/2024).

    Aksi Militer Meluas di Suriah

    1. Amerika Memerangi ISIS

    Gambar yang dipublikasikan pada tanggal 6 Desember ini menunjukkan pesawat tempur B-52H Stratofortress milik Angkatan Udara AS selama patroli udara tempur untuk mendukung misi anti-ISIS di Timur Tengah. (Komando Pusat AS)

    Saat pasukan pemberontak mencapai Damaskus pada Minggu (8/12/2024) dan Presiden Suriah Bashar al-Assad meninggalkan negara itu, pesawat pengebom B-52 Angkatan Udara AS, jet tempur F-15, dan pesawat serang A-10 mengebom target-target ISIS di Suriah tengah.

    Serangan tersebut menghantam para pemimpin, operator, dan kamp-kamp ISIS, kata Komando Pusat AS (US CENTCOM), yang mengawasi operasi-operasi di Timur Tengah.

    Berbicara kepada wartawan, seorang pejabat senior pemerintah menyebut operasi ini “penting.”

    Pejabat tersebut mengatakan pesawat tempur AS menjatuhkan sekitar 140 amunisi untuk menyerang 75 target.

    Militer AS menyatakan tujuan serangan ini adalah untuk mencegah ISIS bangkit kembali di Suriah tengah.

    Jonathan Lord, mantan analis politik-militer di Pentagon, mengatakan kepada Business Insider, militer AS khawatir ISIS dapat melarikan diri dari kekacauan ini, sehingga mereka menyerang sebanyak mungkin target.

    2. Israel Berupaya Melemahkan “Musuh”

    Pengeboman sejak Minggu tidak hanya dilakukan oleh AS.

    Israel juga telah melakukan lebih dari 300 serangan udara di negara tetangga Suriah, menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) yang berbasis di Inggris, sebuah organisasi pemantau perang.

    Israel menargetkan sisa-sisa militer Assad, termasuk pesawat, depot amunisi, fasilitas penyimpanan senjata, kapal perang, sistem radar, dan aset lainnya, kata SOHR.

    Pejabat Israel mengatakan serangan ini bertujuan untuk mencegah persenjataan jatuh ke tangan “musuh potensial.”

    “Israel tidak mau mengambil risiko dengan keamanan mereka dan tidak menunggu untuk mengetahui apakah pemerintahan baru Suriah bersahabat atau bermusuhan,” kata Lord.

    Lord, yang saat ini menjabat sebagai direktur program Keamanan Timur Tengah di lembaga pemikir Center for a New American Security, mengatakan serangan udara ini merupakan bagian dari upaya Israel untuk mengurangi risiko militer di masa mendatang.

    Militer Israel juga mengirim pasukan darat melintasi perbatasan Suriah melalui zona penyangga yang diawasi PBB, sebuah area yang memisahkan Suriah dan Israel.

    PBB mengecam tindakan tersebut.

    Pasukan IDF Israel terlihat memasuki Suriah, dalam foto selebaran yang dikeluarkan oleh militer pada 9 Desember 2024. (IDF/Timesof Israel)

    3. Turki Melawan Kurdi

    Sementara itu, Turki memiliki kepentingan sendiri di Suriah.

    Pesawat nirawak Turki menyerang lokasi militer di wilayah yang dikuasai Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin oleh Kurdi, kata SOHR pada Selasa (10/12/2024).

    Turki, yang memandang SDF sebagai kelompok teror, telah menargetkan pasukan Kurdi selama bertahun-tahun.

    AS sering bekerja sama dengan SDF dalam operasi melawan ISIS.

    “Turki memiliki ancaman kontraterorisme yang sah dan mereka berhak untuk menanganinya,” kata Kirby, juru bicara Gedung Putih, menanggapi pertanyaan wartawan tentang tindakan terhadap kelompok Kurdi.

    Jatuhnya Rezim al-Assad

    Aksi militer ini terjadi setelah runtuhnya Tentara Suriah di tengah serangan pemberontak yang menggulingkan Bashar al-Assad dari kekuasaan.

    Diktator yang telah lama berkuasa itu sangat bergantung pada dukungan militer dari Rusia, Iran, dan Hizbullah Lebanon untuk menekan oposisi.

    Pejabat AS mengatakan runtuhnya rezim Assad disebabkan oleh melemahnya sekutu-sekutu Suriah, yang teralihkan oleh konflik di Ukraina atau konfrontasi dengan Israel.

    Rusia, yang memiliki kendali signifikan atas wilayah udara Suriah, kini menghadapi masa depan pengaruh militernya yang tidak pasti.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha, Tiara Shelavie)

  • Pukulan Bagi Prestise Vladimir Putin, Arti Kejatuhan Rezim Assad di Suriah Bagi Rusia – Halaman all

    Pukulan Bagi Prestise Vladimir Putin, Arti Kejatuhan Rezim Assad di Suriah Bagi Rusia – Halaman all

    Pukulan Bagi Prestise Vladimir Putin, Arti Kejatuhan Rezim Assad bagi Rusia

     

    TRIBUNNEWS.COM – Setelah mengawasi 13 tahun kehancuran yang menjadi ciri perang saudara Suriah, mantan presiden negara tersebut, Bashar al-Assad, telah meninggalkan Damaskus ke Moskow, Rusia.

    Moskow menjadi tempat pilihan pelarian Assad karena kemungkinan dia dan keluarganya bisa melajutkan kehidupan mewah, seperti sebelum penggulingan di negeri Beruang Merah tersebut.

    “Setelah berunding dengan sejumlah pihak yang bertikai di Republik Arab Suriah, Bashar al-Assad memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Presiden Suriah dan meninggalkan negara itu, serta memerintahkan pemerintah untuk menyerahkan kekuasaan secara damai,” ungkap Kementerian Luar Negeri Rusia pada hari Minggu.

    Komunikasi tersebut berlanjut, dengan mengklarifikasi bahwa, meskipun Rusia tidak mengambil bagian dalam negosiasi tersebut, Rusia tetap “berhubungan dengan semua faksi oposisi Suriah”.

    “Penggunaan kata “oposisi” secara resmi oleh Rusia untuk menggambarkan kelompok-kelompok yang kini menguasai Damaskus menandai adanya perubahan. Minggu lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dengan tegas menyebut kelompok-kelompok tersebut sebagai “teroris” dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera,” tulis jurnalis Al Jazeera, Simon Speakman Cordall, Rabu (11/12/2024) .

    Rusia terbukti menjadi sekutu penting rezim al-Assad setelah memasuki konflik pada tahun 2015.

    Dari memberikan perlindungan diplomatik di Perserikatan Bangsa-Bangsa hingga mengerahkan kekuatan udaranya yang luas untuk membela rezim tersebut, para analis secara luas memuji Rusia yang telah mempertahankan kekuasaan al-Assad.

    Melalui dukungan itu, Presiden Vladimir Putin mampu memperluas pangkalan angkatan laut Rusia di Tartous, yang pertama kali didirikan selama pakta Suriah dengan Uni Soviet pada tahun 1971, serta pangkalan udara di dekatnya di Hmeimim yang telah dioperasikannya sejak tahun 2015.

    Kedua pangkalan tersebut, yang terletak di provinsi Latakia di pantai Mediterania Suriah, telah terbukti vital bagi ambisi internasional Rusia.

    Kedua pangkalan militer tersebut berfungsi sebagai landasan peluncuran untuk operasi dalam mendukung rezim Suriah serta tempat persiapan bagi Moskow untuk memproyeksikan pengaruhnya di seluruh wilayah Mediterania dan Afrika.

    “Kedua pangkalan itu penting bagi Rusia,” kata Mark Galeotti, kepala Mayak Intelligence, sebuah perusahaan riset dan konsultasi yang berpusat di Inggris yang berfokus pada Rusia, dan penulis beberapa buku tentang Putin dan Rusia.

    Meskipun Moskow berkomitmen terhadap operasi militernya di Ukraina, kekhawatirannya di Libya, Sudan, dan di seluruh Afrika Tengah sebagian besar bergantung pada pangkalannya di Latakia.

    “Turki tidak mengizinkan kapal perang untuk transit melalui Bosphorus,” lanjut Galeotti.

     “Itu berarti bahwa, tanpa pangkalan Rusia di Tartous, satu-satunya cara untuk memproyeksikan kekuatan angkatan laut ke Mediterania adalah melalui Baltik, yang tentu saja bukan cara yang ideal,” katanya.

    “Begitu pula, tanpa pangkalan udara di Hmeimim, penyediaan dukungan udara untuk operasi di Afrika juga akan bergantung pada niat baik Turki, yang mana kemungkinan besar tidak akan diterima dengan baik oleh Kremlin,” ungkapnya.

    Setidaknya untuk saat ini, integritas kedua pangkalan dan personelnya tampaknya telah terjamin, kata seorang sumber di Kremlin kepada kantor berita Rusia Interfax.

    Sumber Kremlin tidak memberikan indikasi berapa lama jaminan keamanan itu akan berlangsung.

    Beberapa blogger perang Rusia, banyak di antaranya dianggap dekat dengan militer, memperingatkan bahwa situasi di sekitar pangkalan tetap tegang.

    Dalam foto tanggal 20 November 2017 ini, Presiden Rusia Vladimir Putin, kiri, memeluk Presiden Suriah Bashar Assad di kediaman Bocharov Ruchei di resor Laut Hitam Sochi, Rusia.

    Suaka Assad Jadi Pesan Buat Para Sekutu Putin

    Pelarian Al-Assad ke Moskow membuat pemimpin Suriah itu bergabung dengan tokoh penting lainnya yang telah melarikan diri ke ibu kota Rusia.

    Almarhum pemimpin Yugoslavia Slobodan Milosovic pernah hidup di bawah naungan Rusia.

    Berbagai pejabat Georgia yang dicari atas tuduhan kriminal di Tbilisi atas tindakan yang dilakukan sebelum Revolusi Mawar tahun 2003 juga melarikan diri ke Rusia, begitu pula dengan whistleblower Amerika Serikat, Edward Snowden.

    Namun, Alexey Muravyev dari Universitas Curtin Australia memperingatkan bahwa meskipun al-Assad mungkin telah kehilangan nilai praktis bagi Kremlin, simbolisme masih memiliki nilai.

    “Saya pikir ini lebih tentang simbolisme, tentang bagaimana Putin secara efektif bereaksi terhadap mereka yang secara pribadi loyal kepadanya,” katanya kepada Al Jazeera.

    “Dan jelas, Assad menunjukkan loyalitas pribadi kepada Putin selama bertahun-tahun, termasuk mendukung invasi Rusia ke Ukraina.

    “Jadi ini adalah sinyal bagi klien dan teman Rusia lainnya di kawasan ini, di kawasan Teluk, di Timur Tengah yang lebih luas, serta di Afrika, di Asia,” katanya, “bahwa selama Anda tetap setia, kami tidak akan meninggalkan Anda. Kami tidak akan melakukan apa yang dilakukan orang Amerika di beberapa tempat. Kami akan menjaga Anda setelah kejadian.”

    Penggulingan Al-Assad tidak bertabur pertumpahan darah seperti yang terjadi di Suriah sejak upaya revolusi tahun 2011 yang memicu perang saudara.

    “Kami tahu bahwa Rusia tengah berunding dengan Iran dan Turki di Doha minggu lalu,” kata Galeotti, tentang pertemuan di sela-sela Forum Doha di Qatar antara dua sekutu utama rezim tersebut dan para penentangnya di Ankara.

    “Mungkin jalan keluar yang disetujui untuk Assad akan menghindari perlawanan terakhir yang brutal di Damaskus yang akan terjadi jika Assad tidak bisa melarikan diri,” katanya.

    “Bagi HTS juga, meski Iran akan selalu menjadi lawan, mungkin masuk akal untuk membuka dialog baru dengan Moskow,” katanya, merujuk pada Hayat Tahrir al-Sham, kekuatan oposisi yang kuat di Suriah yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh PBB, Rusia, Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

    Foto Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Suriah Bashar al-Assad (Tangkap layar X)

    Minus Satu Diktator dan Sekutu Putin

    Para kritikus Putin dan al-Assad dengan cepat merayakan jatuhnya pemimpin Suriah itu dan apa yang mereka lihat sebagai kemungkinan berakhirnya ambisi Rusia di Timur Tengah.

    “Minus satu diktator dan sekutu Putin,” tulis politisi oposisi terkemuka Rusia Ilya Yashin di X.

    Mantan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan: “Putin telah menjelek-jelekkan Assad untuk memperpanjang perangnya di Ukraina. Sumber dayanya terbatas, dan dia tidak sekuat yang dia pura-purakan.”

    Namun menurut beberapa pengamat, selama Rusia mampu mempertahankan pangkalannya di Latakia, tujuan kebijakan keseluruhannya, dan kedudukan regionalnya, ambisinya kemungkinan tidak akan terpengaruh.

    “Timur Tengah cukup penting bagi Rusia,” kata Paul Salem dari Institut Timur Tengah.

    Ia mengutip beberapa hubungan regional utama Rusia, seperti perdagangan energi dengan negara-negara Teluk, penjualan peralatan nuklir sipil, dan menurunnya penjualan senjata Moskow karena perang yang mahal di Ukraina, dan mengatakan semua itu tidak mungkin terpengaruh oleh hilangnya sekutu yang memecah belah.

    “Jadi kerugian [Suriah] tidak banyak berubah,” katanya.

    Bahkan pengerahan pasukan Rusia tahun 2015 untuk mendukung al-Assad dimaksudkan bukan sebagai bagian dari ambisi Timur Tengah yang lebih luas, melainkan sebagai penyeimbang ambisi regional AS dan upaya berulang kali untuk mengubah rezim, seperti di Irak dan Libya, kata Salem.

    Ia meramalkan bahwa hubungan regional utama Rusia, yakni dengan Iran, akan tetap utuh.

    “Kehilangan Assad jelas merupakan pukulan bagi prestise Putin secara umum,” kata Salem, tetapi “hal itu tidak banyak mengubah situasinya di Timur Tengah secara umum”.

     

    (oln/Al Jazeera/*)

  • Rusia Telah Duduki Sebagian Besar Kurakhovo, Pasukan Kiev Disebut Mulai Mundur ke Zaporozhye – Halaman all

    Rusia Telah Duduki Sebagian Besar Kurakhovo, Pasukan Kiev Disebut Mulai Mundur ke Zaporozhye – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM — Tak Tahan dengan gempuran pasukan Rusia, para pejuang Ukraina mulai meninggalkan wilayah industri di kota Kurakhovo, Donetsk, Ukraina timur.

    Informasi publik Rusia mengabarkan setelah dalam beberapa hari terjadi pertempuran sengit di wilayah perkotaan sekitar zona industri dan lokasi gedung bertingkat akhirnya Ukraina mundur teratur.

    Pejuang Kiev dengan panggilan Muchnoy mengabarkan bahwa pasukan Rusia terus mendesak para pejuang Kiev yang bertahan di gedung-gedung bertingkat.

    Akan tetapi gerakan prajurit Moskow tak tertahankan, banyak prajurit yang gugur mempertahankan wilayah tersebut.

    Menurut laporannya, Rusia telah menduduki sebagian besar distrik mikro “Yuzhny” dan terus mendorong unit Ukraina keluar dari bagian tengah gedung-gedung tinggi ke zona industri di tengah kota. 

    Pada awalnya mereka berusaha mempertahankan wilayah tersebut. Akan tetapi akhirnya dipukul mundur oleh Kremlin.

    “Kami akan pergi dari sana (dari Kurakhovo – Red.) sepenuhnya baik melalui ladang atau sepanjang jalan menuju Zaporozhye,” kata Muchnoy dikutip dari Strana, Rabu (11/12/2024).

    Zaporozhye adalah oblast (wilayah setingkat provinsi) yang berdekatan dengan Kurakhovo yang masih masuk oblast Donetsk.

    Meski telah mundur, ujarnya, mereka masih memiliki risiko yang cukup tinggi karena drone-drone Rusia masih merajalela dan bisa menyerang kapan saja.

    “Jadi kami perlu memperhitungkan semuanya agar tidak kehilangan pejuang,” kata prajurit itu. 

    Menurut peta publik Ukraina, Deep State, sebagian besar Kurakhovo direbut oleh Federasi Rusia atau berada di zona abu-abu. 

    Kurakhovo sebelumnya menjadi salah satu benteng pertahanan terkuat di wilayah Donetsk, selain Pokrovsk yang merupakan pusat logistik militer Ukraina di Donetsk.

    Setali tiga uang, Pokrovsk pun telah dimasuki oleh pasukan Rusia, yang berusaha menguasai pusat logistik agar distribusi senjata dan pasukan ke seluruh Donetsk semakin terganggu.

    Dari Pokrovsk, prajurit Rusia akan mudah masuk ke wilayah Ukraina bagian tengah yaitu Dniepropetrovsk.

    Pertempuran sengit di Kurakhovo tersebut diinformasikan oleh Ukrinform, yang menyebutkan dalam sehari terjadi puluhan serangan di sektor Kurakhovo. Pasukan Ukraina menangkis 45 serangan terhadap posisi mereka di dekat Sontsivka, Stari Terny, Zoria, Kurakhove, Dachne, dan Dalnie.

    Sementara di Pokrovsk, pasukan kuning biru mengkiam berhasil menangkis sebanyak 53 serangan dan tindakan ofensif oleh penyerang di dekat Myroliubivka, Promin, Myrnohrad, Novotroitske, Pushkine, Lysivka, Dachenske, Novyi Trud, Zelene, Pishchane, Pokrovsk, dan Shevchenko.

    “Pasukan Ukraina dan Rusia terlibat dalam 208 pertempuran kecil di sepanjang garis depan pada 10 Desember, dengan pertempuran paling sengit terjadi di sektor Pokrovsk dan Kurakhove,” demikian informasi yang didapatkan dari Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina.

    Sementara media asal Rusia, TASS menyebutkan dalam 24 jam terakhir Kelompok Tempur Rusia Selatan telah menewaskan sebanyak 225 pasukan Ukraina di sektor Kurakhovo.

    “Unit-unit Kelompok Tempur Selatan terus maju jauh ke dalam pertahanan musuh dan menimbulkan kerugian pada formasi dua brigade mekanik, satu brigade serbu gunung, dan satu brigade serbu udara tentara Ukraina di dekat pemukiman Kurakhovo, Novomarkovo, Ostrovskogo, Annovka, dan Uspenovka di Republik Rakyat Donetsk. Mereka berhasil memukul mundur dua serangan balik oleh kelompok penyerang musuh,” tulis Kementerian Pertahanan Rusia.

  • Paspampres Hadang Polisi yang Hendak Menggeledah Kantor Presiden Korsel – Halaman all

    Paspampres Hadang Polisi yang Hendak Menggeledah Kantor Presiden Korsel – Halaman all

     TRIBUNNEWS.COM, SEOUL – Polisi menghadapi hadangan pasukan pengamanan presiden (paspampres) saat hendak menggerebek kantor kepresidenan Korea Selatan (Korsel) pada Rabu (11/12/2024).

    Dinas keamanan presiden menghadang polisi yang datang untuk menyelidiki  dugaan pemberontakan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol setelah memberlakukan darurat militer pekan lalu.

    Sebuah tim yang terdiri dari 18 penyidik polisi ​​tiba di kompleks kantor kepresidenan sesaat sebelum tengah hari.

    Mereka hendak mencari materi yang terkait dengan dekrit darurat militer, termasuk catatan rapat kabinet yang diadakan sesaat sebelum Yoon mengumumkan perintah darurat militer  pada tanggal 3 Desember 2024, menurut Kantor Investigasi Nasional Badan Kepolisian Nasional (NPA).

    Namun hingga pukul 4 sore, para penyelidik belum memasuki gedung kantor presiden karena pembicaraan masih berlangsung dengan dinas keamanan presiden mengenai bagaimana penggerebekan akan dilakukan.

    Surat perintah penggeledahan mencantumkan Yoon sebagai tersangka.

    Dimana kantor presiden, ruang rapat Kabinet, Dinas Keamanan Presiden, dan gedung Kepala Staf Gabungan (JCS) sebagai subjek penggerebekan.

    Markas besar JCS terletak di kompleks yang sama dan komando darurat militer menggunakan ruang bawah tanah sebagai ruang situasi selama enam jam darurat militer diberlakukan.

    Dikutip dari Yonhap, polisi berusaha memasuki gedung untuk menyita materi yang terkait dengan operasinya.

    Laporan sebelumnya mengatakan Yoon tidak berada di dalam gedung kantor kepresidenan pada saat percobaan penggerebekan itu.

    Presiden Yoon telah ditetapkan sebagai tersangka atas tuduhan pemberontakan dan pembangkangan.

    Ia juga dilarang meninggalkan negara itu, menjadi presiden pertama yang dijatuhi larangan keluar negeri,

    Polisi menduga Yoon mendalangi pemberontakan tersebut.

    Komandan Perang Khusus Angkatan Darat Letnan Jenderal Kwak Jong-keun mengatakan kepada para anggota parlemen pada hari Selasa bahwa dia diperintahkan oleh Yoon untuk menyeret keluar para anggota parlemen dari dalam gedung Majelis Nasional untuk menghentikan mereka mencabut perintah darurat militer minggu lalu.

    Petugas penegak hukum juga telah membuka kemungkinan untuk menempatkan Yoon dalam penangkapan darurat tanpa surat perintah mengingat beratnya pemberontakan, kejahatan yang hukumannya hingga mati.

    Polisi juga menggerebek kantor NPA, Badan Kepolisian Metropolitan Seoul (SMPA), dan Garda Polisi Majelis Nasional pada hari Rabu.

    Pencarian tersebut dilakukan menyusul penangkapan darurat terhadap kepala NPA Cho Ji-ho dan kepala SMPA Kim Bong-sik pada dini hari.