Category: Tribunnews.com Internasional

  • Delegasi AS di Suriah Sebut Jaringan Penjara Penyiksaan Rezim Assad Jauh Lebih Banyak: Lebih dari 40 – Halaman all

    Delegasi AS di Suriah Sebut Jaringan Penjara Penyiksaan Rezim Assad Jauh Lebih Banyak: Lebih dari 40 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Terdapat lebih banyak penjara rezim Assad di Suriah daripada yang diperkirakan sebelumnya.

    Hal ini diungkapkan oleh delegasi tingkat tinggi diplomat Amerika Serikat (AS) saat mereka mencari warga Amerika yang hilang di Suriah, Jumat (20/12/2024).

    Kunjungan resmi itu menjadi yang pertama dilakukan pejabat Amerika ke Suriah setelah 12 tahun.

    Delegasi tersebut bertemu anggota kepemimpinan sementara Suriah, untuk mendesak pembentukan pemerintahan yang inklusif dan untuk menemukan warga negara AS yang hilang selama konflik.

    Utusan Khusus Presiden untuk Urusan Penyanderaan Roger Carstens, yang merupakan bagian dari delegasi tersebut, mengatakan jumlah penjara tempat para tahanan disiksa dan dibunuh oleh rezim Assad jauh lebih tinggi dari yang diduga.

    “Kami kira mungkin ada 10 atau 20,” katanya, seperti diberitakan Arab News.

    “Mungkin lebih dari 40; bahkan mungkin lebih. Kadang-kadang mereka berkumpul dalam kelompok kecil. Kadang-kadang mereka berada di daerah terpencil di Damaskus,” jelasnya.

    Carstens mengatakan, AS memiliki sumber daya terbatas yang tersedia di Suriah dan akan fokus pada enam penjara dalam upaya untuk menentukan nasib Austin Tice.

    Namun, ia mengatakan pencarian pada akhirnya akan diperluas hingga mencakup semua 40 lokasi penjara.

    Adapun Austin Tice adalah jurnalis AS yang hilang di Suriah.

    “Kami akan bertindak seperti anjing bulldog dalam hal ini,” katanya.

    “Kami tidak akan berhenti sampai kami menemukan informasi yang kami butuhkan untuk menyimpulkan apa yang terjadi pada Austin, di mana dia berada, dan untuk memulangkannya ke keluarganya,” terang Carstens.

    Ia mengatakan FBI tidak dapat hadir di Suriah untuk waktu yang lama guna mencari warga Amerika yang hilang “saat ini”, tetapi mengisyaratkan hal ini mungkin berubah di masa mendatang.

    Sementara itu, AS terus bekerja sama dengan “mitra,” termasuk organisasi nonpemerintah dan media berita di Suriah.

    Sebelumnya, negara-negara Barat telah berupaya menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh senior dalam kelompok militan Hayat Tahrir Al-Sham yang memimpin serangan yang memaksa Presiden Bashar Assad turun dari kekuasaan bulan ini.

    Menteri Luar Negeri untuk Urusan Timur Dekat Barbara Leaf, yang memimpin delegasi AS, mengatakan para delegasi menghadiri acara peringatan untuk “puluhan ribu warga Suriah dan non-Suriah yang ditahan, disiksa, dihilangkan secara paksa atau hilang, dan yang tewas secara brutal di tangan rezim sebelumnya.”

    Di antara warga Amerika yang hilang adalah jurnalis lepas Austin Tice, yang diculik pada tahun 2012, dan Majid Kamalmaz, seorang psikoterapis dari Texas yang menghilang pada tahun 2017 dan diperkirakan telah meninggal.

    Penjara Penyiksaan Assad Disebut yang Terburuk

    Diberitakan BBC, Penjara Saydnaya terletak di sebuah bukit terlarang, sekitar setengah jam perjalanan dari pusat kota Damaskus.

    Dalam beberapa hari terakhir pintu masuk telah dicat ulang dengan warna hijau, putih, dan hitam, seperti bendera revolusioner Suriah. Warna-warna baru itu tidak menghilangkan suasana menyeramkan di tempat itu.

    Saat saya berjalan melewati gerbang, saya memikirkan keputusasaan yang pasti mencengkeram ribuan warga Suriah yang melakukan perjalanan yang sama.

    Salah satu perkiraan adalah lebih dari 30.000 tahanan tewas di Saydnaya sejak dimulainya perang Suriah pada tahun 2011. Jumlah tersebut merupakan proporsi besar dari lebih dari 100.000 orang, hampir semuanya laki-laki tetapi termasuk ribuan perempuan – serta anak-anak – yang menghilang tanpa jejak ke dalam gulag Bashar al-Assad.

    Bagian lain dari sistem penjara Assad tidak sekejam dulu. Panggilan telepon ke rumah diizinkan, dan keluarga diizinkan berkunjung.

    Namun Saydnaya adalah jantung rezim yang gelap dan busuk. Ketakutan akan dijebloskan ke sana dan dibunuh tanpa ada yang tahu apa yang telah terjadi merupakan bagian utama dari sistem pemaksaan dan penindasan rezim Assad.

    Pihak berwenang tidak perlu memberi tahu keluarga yang telah dipenjara di sana. Membiarkan mereka takut akan hal terburuk adalah cara lain untuk memberikan tekanan. Rezim terus menekan warga Suriah karena kekuatan, jangkauan, dan kebiadaban berbagai badan intelijennya yang saling tumpang tindih, dan karena penyiksaan dan eksekusi yang rutin dilakukan.

    Saya berada di penjara-penjara terkenal lainnya pada hari-hari setelah mereka dibebaskan, termasuk Abu Salim, penjara terkenal milik mantan pemimpin Libya Kolonel Gaddafi di Tripoli dan Pul-e-Charki di luar Kabul di Afghanistan.

    Keduanya tidak sekotor dan seberbahaya Saydnaya. Di sel-selnya yang penuh sesak, para pria harus buang air kecil ke dalam kantong plastik karena akses mereka ke jamban terbatas.

    Ketika kunci-kunci itu dibuka paksa, mereka meninggalkan kain-kain kotor dan potongan-potongan selimut yang merupakan satu-satunya yang mereka miliki untuk menutupi diri mereka saat mereka tidur di lantai. Penyiksaan dan eksekusi telah didokumentasikan di Saydnaya.

    Dalam beberapa bulan ke depan sudah pasti akan muncul lebih banyak informasi mengenai kengerian yang dilakukan di dalam tembok penjara tersebut dari para mantan narapidana.

    Di koridor Saydnaya, Anda dapat melihat betapa sulitnya memperbaiki negara yang dirusak Assad untuk mencoba menyelamatkan rezimnya. Sekarang penjara telah dibuka, seperti negaranya, penjara itu telah menjadi gambaran kecil dari semua tantangan yang dihadapi Suriah sejak rezim Assad runtuh dan tersapu bersih.

    Kronologi Jatuhnya Rezim Assad

    Dikutip dari Al Jazeera, pasukan oposisi merebut Damaskus pada Minggu (8/12/2024) pagi, mengakhiri 50 tahun kekuasaan keluarga al-Assad dalam serangan mendadak yang mencapai ibu kota hanya dalam 12 hari.

    Serangan dimulai pada 27 November, ketika pasukan oposisi yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), melancarkan serangan dari pangkalan mereka di provinsi Idlib di Suriah barat laut dan kemudian bergerak ke selatan untuk menggulingkan Bashar al-Assad.

    Pada Sabtu (7/12/2024), pasukan oposisi merebut sebagian besar wilayah Deraa di selatan Suriah – tempat lahirnya pemberontakan tahun 2011.

    Masyarakat juga mengambil tindakan sendiri dan bergabung dalam pertempuran, lalu berbaris ke utara bersama para pejuang, menurut analis politik dan aktivis Nour Adeh.

    Kelompok selatan bergerak ke utara sementara pejuang barat laut mendekati Homs, kota berikutnya di jalan raya menuju Damaskus.

    Rezim merasa tertekan saat menyaksikan pejuang oposisi mendekat dari semua sisi.

    Pejuang antipemerintah mengibarkan bendera oposisi di kota Aleppo di utara Suriah pada tanggal 30 November 2024. (AFP/OMAR HAJ KADOUR)

    Pasukannya mengalami keruntuhan organisasi, menurut Sanad, badan investigasi digital Al Jazeera, dengan gambar-gambar yang muncul menunjukkan para prajurit meninggalkan senjata dan seragam mereka sementara banyak yang melarikan diri dengan berjalan kaki dari posisi militer mereka.

    Runtuhnya moral ini memicu demonstrasi luas di daerah pedesaan sekitar Damaskus, di mana para pengunjuk rasa merobek poster al-Assad dan menyerang posisi militer.

    Karena putus asa ingin menghentikan oposisi, rezim mengebom Jembatan Rastan, namun pasukan oposisi tetap merebut Homs, pada Minggu dini hari.

    Dengan itu, mereka telah memisahkan al-Assad dari benteng pertahanannya di pesisir pantai, tempat dua pangkalan militer Rusia berada.

    Perebutan Homs merupakan “lonceng kematian bagi kemungkinan yang tersisa bagi tentara Suriah untuk mengkonsolidasikan kekuatannya dan mengambil tindakan,” kata profesor Universitas Oklahoma Joshua Landis kepada Al Jazeera.

    Dengan kelompok oposisi bersenjata mendekati Damaskus dari segala arah, kota itu terjerumus ke dalam kekacauan.

    Ruang operasi militer mengerahkan divisi “Bulan Sabit Merah”, yang dilatih khusus untuk serangan perkotaan, sementara banyak pasukan pemerintah diperintahkan untuk mundur ke Bandara Internasional Damaskus dan pusat keamanan di pusat kota Damaskus, tetapi tidak ada hasil.

    Para pejuang oposisi mengatakan mereka telah menguasai Pangkalan Udara Mezzeh di Damaskus, sebuah kemenangan strategis dan simbolis karena pangkalan tersebut digunakan oleh pemerintah untuk serangan roket dan serangan udara terhadap wilayah yang dikuasai oposisi sepanjang perang.

    Dalam waktu dua jam, rekaman baru muncul dari Lapangan Umayyah di jantung kota Damaskus, menunjukkan warga merayakan saat pasukan oposisi memasuki ibu kota tanpa perlawanan, dengan tembakan perayaan dan nyanyian yang menandakan jatuhnya al-Assad.

    Pada pukul 6 pagi tanggal 8 Desember, para pejuang menyatakan Damaskus telah dibebaskan, yang mengonfirmasi bahwa Bashar al-Assad telah meninggalkan negara tersebut.

    Orang-orang dengan cepat membongkar simbol-simbol pemerintahan keluarga al-Assad.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Suriah

  • Pemagang Indonesia Meninggal Akibat Terjebak Mesin Peternakan di Jepang – Halaman all

    Pemagang Indonesia Meninggal Akibat Terjebak Mesin Peternakan di Jepang – Halaman all

    Seorang trainee magang teknis laki-laki berkebangsaan Indonesia terjebak dalam mesin peternakan hingga meninggal dunia.

    Tayang: Sabtu, 21 Desember 2024 20:14 WIB

    HBC

    Kantor Polisi Esashi Asahikawa homen Hokkaido Jepang sedang menyelidiki kasus kecelakaan hingga meninggal pemagang Indonesia kemarin (20/12/2024 

    Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

    TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Seorang pria Indonesia yang  terjebak dalam mesin peternakan saat menyiapkan pakan ternak di peternakan di Kota Esashi, Hokkaido, Jepang, meninggal dunia Jumat (20/12/2024).

     Sekitar tengah hari tanggal 20 Desember kemarin, seorang trainee magang teknis laki-laki berkebangsaan Indonesia yang sedang menyiapkan pakan ternak di sebuah peternakan di Kota Esashi, Hokkaido, terjebak dalam mesin peternakan  dan meninggal.

    Almarhum adalah seorang trainee magang teknis berusia 22 tahun berkebangsaan Indonesia yang tinggal di Kota Esashi.

    Sekitar tengah hari pada tanggal 20 Desember, seorang petugas peternakan menelepon 119 melaporkan bahwa seorang pria terjebak dalam mesin saat bekerja.

    Ketika bagian darurat ditelpon dan tiba bersama ambulans, pria Indonesia itu ditemukan terjebak dalam mesin yang mengaduk rumput, dan dia dinyatakan meninggal di tempat.

    Menurut polisi, diyakini bahwa pria itu sedang menyiapkan pakan ternak pada saat kecelakaan, dan polisi sedang menyelidiki situasi saat itu, seperti mendengarkan rekan-rekan yang bekerja dengannya.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Pakar: Rudal Oreshnik Rusia Tak Bisa Ditangkis Sistem Pertahanan Barat & Israel, Patriot Diejek – Halaman all

    Pakar: Rudal Oreshnik Rusia Tak Bisa Ditangkis Sistem Pertahanan Barat & Israel, Patriot Diejek – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Baru-baru ini Presiden Rusia Vladimir Putin menantang Barat untuk menjatuhkan rudal hipersonik Oreshnik milik Rusia.

    Putin meminta Barat mengerahkan sistem pertahanan terbaiknya untuk menangkis Oreshnik mungkin nanti ditembakkan ke Ukraina.

    Tak hanya Putin, seorang pakar militer Rusia bernama Alexey Leonkov juga percaya diri dengan keampuhan Oreshnik.

    Dia mengklaim saat ini tidak ada sistem pertahanan udara milik Barat yang mampu menembak jatuh rudal hipersonik yang dibangga-banggakan Rusia itu.

    Dikutip dari Sputnik, sistem pertahanan THAAD milik Amerika Serikat (AS) dan Arrow 3 milik Israel mungkin bisa menangkis rudal hipersonik Rusia generasi pertama seperti Kinzhal dan Zirkon.

    Namun, kedua sistem itu hampir mustahil bisa menjatuhkan Oreshnik yang merupakan rudal hipersonik generasi kedua.

    Sistem pertahanan lain seperti IRIS-T milik Jerman, SAMP-T milik Prancis, atau NASAMS buatan AS dan Norwegia juga diklaim tidak berdaya menghadapi Oreshinik, bahkan jika sistem-sistem itu menembakkan seluruh rudal penangkisnya.

    Peluncuran rudal balistik jarak menengah 9M729 Oreshnik milik Rusia. (Kementerian Pertahanan Rusia)

    Leonkov kemudian menyindir sistem pertahanan Patriot buatan AS yang begitu terkenal.

    Dia menyebut Patriot pernah menembakkan semua rudal penangkisnya yang berjumlah 32 buah untuk menangkis rudal Kinzhal, tetapi tetap saja gagal.

    Sistem pertahanan Barat bisa mengarahkan rudal penangkis untuk menghantam target yang terbang dengan kecepatan Mach 2,5 atau 2,5 kali kecepatan suara.

    Namun, sistem itu tak akan bisa mengatasi Oreshnik yang mempunyai kecepatan hingga Mach 12.

    Leonkov menyebut sistem itu bisa “melihat” Oreshnik, tetapi tak bisa berbuat banyak.

    Oreshnik terus bermanuver dalam kecepatan hipersonik saat mendekati target. Oleh karena itu, sistem pertahanan lawan hampir mustahil bisa memprediksi lintasan Oreshnik.

    Eks pejabat Kemenhan AS akui kehebatan Oreshnik

    Michael Maloof, mantan analis senior kebijakan keamanan pada Kementerian Pertahanan (Kemenhan) AS juga tidak menyangkal keampuhan Oreshnik.

    Dia menyindir Barat yang masih meragukan rudal hipersonik generasi kedua itu. Menurutnya, Oreshnik bahkan membuat AS jauh ketinggalan.

    “AS tidak hanya tidak punya sistem serangan hipersonik, AS bahkan juga tidak punya sistem pertahanan yang mungkin bisa menghentikan Oreshnik dan rudal kelas baru yang keluar,” kata Maloof.

    Dia mengatakan AS berusaha keras menjadi yang terdepan dalam sistem persenjataan canggih seperti itu.

    Sayangnya, AS malah cenderung menambah fitur yang tidak penting pada sistem itu. Pada akhirnya, sistem itu menjadi kemahalan dan malah tertinggal.

    Rudal Oreshnik (Newsinfo.ru)

    Menurut Maloof, AS enggan mengakui senjata yang dipunyai Rusia dan Tiongkok, tetapi tidak dipunyai AS, yakni rudal hipersonik.

    Dia menyebut seandainya AS tidak menarik diri dari Perjanjian Senjata Nuklir Jarak menengah tahun 2019, rudal seperti Oreshnik mungkin tidak akan dibuat oleh Rusia.

    Menurutnya, tindakan Rusia memamerkan Oreshnik merupakan cara lain Putin untuk meminta Presiden AS terpilih Donald Trump mempertimbangkan kembali perjanjian itu.

    Tantangan dari Putin

    Tempo hari Putin sudah menantang Barat untuk menembak jatuh rudal Oreshnik.

    Putin tampaknya ingin membungkam mulut para pakar dari Barat yang meragukan keampuhan Oreshnik.

    “Biarkan mereka (para pakar itu) memanggil nama kita dan mereka di Barat dan AS yang membayar analisis mereka untuk melakukan semacam eksperimen teknologi dan melakukan duel teknologi tinggi bergaya abad ke-21,” ujar Putin di Moskow hari Kamis, (19/12/2024), dikutip dari TASS.

    “Biarkan mereka memilih target, katakanlah di Kiev, dan menumpuk sistem pertahanan udara dan rudal mereka di sana, sementara kita akan meluncurkan rudal Oreshnik ke target. Kita akan melihat apa yang terjadi. Kita siap melihat eksperimen seperti itu.”

    Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam kunjungannya ke Kazakhstan. (EPA Photo)

    Putin mengatakan hal itu akan menarik bagi Rusia.

    “Apa yang saya katakan kepada kalian ialah apa yang dikatakan insinyur, ilmuwan, dan pakar militer katakan kepada saya. Pada level pemimpin politik di AS, mereka juga mengatakan sesuatu kepada saya. Mari lakukan eksperimen seperti duel teknologi dan lihat apa yang terjadi.”

    (Tribunnews/Febri)

  • Rudal Yaman Sukses Jebol Arrow, Pakar Militer Israel Akui Negaranya Gagal & Tak Siap Hadapi Houthi – Halaman all

    Rudal Yaman Sukses Jebol Arrow, Pakar Militer Israel Akui Negaranya Gagal & Tak Siap Hadapi Houthi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel diklaim tidak siap menghadapi ancaman dari kelompok Houthi atau Ansarallah di Yaman.

    Klaim itu disampaikan oleh Avi Askhenazi, seorang pakar militer dan koresponden untuk media kenamaan Israel bernama Maariv, setelah pada hari ini rudal Houthi sukses menembus sistem pertahanan Arrow milik Israel.

    “Kita harus menghadapi kenyataan secara langsung dan mengatakannya dengan keras: Israel gagal mengatasi tantangan dari Houthi di Yaman. Israel gagal melawan Houthi,” kata Ashkenazi di kolom Maariv hari Sabtu, (21/12/2024).

    Dia mengatakan Houthi memunculkan kerusakan besar dalam ekonomi Timur Tengah secara umum, dan ekonomi Israel khususnya.

    “Tertutupnya kebebasan berlayar di Laut Arab karena Houthi adalah peristiwa yang sebelumnya pernah dialami Israel saat Perang 6 Hari,” ujarnya.

    Menurutnya, Houthi telah menembakkan 201 rudal dan meluncurkan lebih dari 170 drone atau pesawat tanpa awak sejak perang di Jalur Gaza meletus tahun lalu.

    Sebagian besar rudal dan drone itu ditangkis oleh Amerika Serikat (AS) dan Angkatan Udara serta Angkatan Darat.

    “Israel tidak siap dalam hal intelijen dan diplomasi untuk menghadapi ancaman dari Houthi di Yaman. Israel belum membentuk koalisi regional untuk melawan ancaman yang membahayakan Mesir, Yordania, dan Eropa.”

    Menurutnya, IDF dan komunitas intelijen “bangun terlambat” atau telat menyadari ancaman Houthi. Dia mengatakan hanya Mossad dan Direktorat Intelijen yang mencari informasi intelijen tentang Houthi.

    Askhenazi berujar Houthi mendapat bantuan dari Iran. Setelah rezim Bashar al-Assad di Suriah tumbang, Iran berinvestasi lebih besar untuk Houthi.

    Iran juga menjadikan Houthi pemimpin kelompok perjuangan yang disebut Poros Perlawanan atau Axis of Resistance.

    “Rudal dan drone yang diluncurkan dari Yaman adalah buatan Iran. Iranlah yang memperbaiki jalur terbang drone itu, yang membuat Angkatan Udara susah mendeteksinya.”

    Selain itu, Iran juga berhasil meningkatkan kemampuan rudal balistik sehingga rudal itu bisa menembus sistem pertahanan Arrow milik Israel.

    “(Arrow) sayangnya empat kali gagal secara berturut-turut dalam menangkis rudal balistik, tiga dari Yaman dan satu dari Lebanon.”

    Hal yang menyedihkan, kata Ashkenazi, ialah bahwa Israel tidak membuat rencana yang nyata untuk melawan ancaman dari penjuru timur. Bahkan, Israel mulai “menormalisasi” atau menjadikan serangan Houthi sebagai hal biasa.

    “Israel punya armada kapal rudal dan kapal selam yang untuk beberapa alasan tidak benar-benar digunakan untuk melawan Houthi di Yaman.”

    Lalu, dia menyindir aksi Israel yang hanya mengebom kapal-kapal di Yaman.

    “Mengebom kapal tanker atau beberapa kapal tunda di pelabuhan kecil di Yaman itu hanyalah seperti mengebom bukit pasir di Gaza.”

    Rudal Houthi menjebol pertahanan Israel

    Rudal yang ditembakkan Houthi ke Israel pada Sabtu dini hari, (21/12/2024), melukai belasan orang di Tel Aviv dan Jaffa.

    Kebanyakan dari korban mendapat luka ringan karena terkena pecahan kaca ketika bergegas menuju ke tempat perlindungan.

    Times of Israel melaporkan rudal itu jatuh dan meledak di sebuah taman. Di sana terlihat ada kawah yang muncul setelah rudal itu menghantam tanah.

    Sirene peringatan terdengar di Israel tengah pada dini hari. Jutaan warga Israel bangun dan berlarian menuju tempat perlindungan.

    Militer Israel mengakui bahwa pihaknya gagal menangkis rudal itu.

    Menurut hasil penyelidikan awal, beberapa rudal penangkis di sistem pertahanan sudah diluncurkan untuk menghantam rudal Houthi di udara. Akan tetapi, rudal penangkis itu gagal menjatuhkan rudal Houthi.

    Saat ini Angkatan Udara Israel masih menyelidiki penyebab kegagalan itu.

    (Tribunnews.com/Febri)

  • Agenda Politik Jerman 2025: Ekonomi, Demokrasi dan Pengungsi – Halaman all

    Agenda Politik Jerman 2025: Ekonomi, Demokrasi dan Pengungsi – Halaman all

    Terlepas dari partai manapun yang memenangkan pemilihan umum dini Februari nanti, tugas pemerintah Jerman selanjutnya sudah digariskan sejak sebelum masa kampanye: Memerangi imigrasi ilegal dan mengundang tenaga kerja terampil, melindungi ranah digital dari serangan siber dan memperkuat demokrasi dari dorongan otoritarianisme di dalam dan luar negeri.

    Tapi, menurut para veteran politik di parlemen Bundestag, semua tantangan itu tidak sebanding dengan krisis yang sedang dihadapi perekonomian. Satu per satu raksasa industri seperti Volkswagen mengumumkan penutupan pabrik atau pemecatan massal. Masyarakat khawatir kehilangan pekerjaan atau tidak lagi mampu mengimbangi tingkat inflasi yang tinggi.

    Harga energi dan kelangkaan tenaga kerja

    Marco Wanderwitz, CDU, adalah Komisaris Pemerintah Federal untuk negara bagian Jerman Timur hingga tahun 2021. Politisi dari Saxony ini mengatakan kepada DW, “masalah terbesar yang kita hadapi di negara ini adalah perekonomian yang terpuruk. Dan hal ini sangat mempengaruhi pondasi dan kelangsungan hidup kita di masa depan. Masalah terbesarnya adalah hilangnya kepercayaan pelaku ekonomi terhadap politik.”

    Alasannya adalah harga energi dan tingkat upah yang tinggi, infrastruktur yang menua serta persaingan yang ketat dengan Cina.

    Jerman juga dikeluhkan kekurangan tenaga kerja terampil, serta birokrasi yang merajalela dan berjalan lamban.

    Menurut Omid Nouripour, mantan punggawa Partai Hijau, poin terakhir ini terutama menunjukkan kegagalan digitalisasi yang lambat.

    “Kita mengalami krisis ganda, baik ekonomi maupun struktural. Hal ini terlihat dari fakta bahwa mesin fax masih menjadi alat komunikasi kelas atas di departemen kesehatan. Dan hal ini dapat dilihat bersumber pada macetnya investasi di negara ini,” ungkapnya dalam wawancara dengan DW.

    Selain itu, terdapat serangan digital atau upaya peretasan dari luar, seringkali dari Rusia, terhadap infrastruktur vital seperti jaringan listrik. “Yang paling penting adalah melindungi infrastruktur utama. Kita mempunyai terlalu banyak kerentanan di bidang ini. Dan terlalu banyak pihak yang ingin melumpuhkan infrastruktur penting,” kata Nouripour.

    Oleh karena itu, perampungan birokrasi, peningkatan kapasitas kepolisian dan dinas rahasia merupakan tugas penting pemerintah untuk tahun depan.

    Ketegasan soal imigrasi ilegal

    Imigrasi menjadi isu yang harus disikapi kaum moderat di kedua kutub ideologi dalam menghadapi lonjakan populisme dan ekstremisme kanan di Jerman. Dalam hal ini, jumlah permohonan suaka dan perkiraan jumlah imigrasi ilegal baru-baru ini menurun.

    Namun badan perbatasan Eropa Frontex masih memperkirakan sekitar 166.000 orang mencoba memasuki UE secara acak dalam sembilan bulan pertama tahun ini.

    Jerman juga telah menerapkan kembali kontrol di seluruh perbatasan. Partai konservatif Uni Kristen Demokrat, CDU, yang diprediksi memenangkan pemilu dini Februari nanti, bahkan mendukung kebijakan mengusir pengungsi di perbatasan.

    Pemerintah kota kewalahan hadapi imigrasi?

    Di dalam negeri, semakin banyak pemerintahan kota yang mengeluhkan kekurangan dana dan kapasitas untuk menampung dan merawat pengungsi.

    Hal ini juga diamati oleh perwakilan minoritas Frisia dan Denmark di bagian utara, menurut Stefan Seidler dari Asosiasi Pemilih Schleswig Selatan, SSW. Dia mengatakan kepada DW. “Pemerintah kota saat ini menghadapi tugas besar yang sulit dan harus kami tangani. Yang kami butuhkan adalah dukungan dari pemerintah federal.”

    Marco Wanderwitz, pensiunan anggota parlemen Bundestag, melihatnya berbeda. Dia yakin imigrasi bisa dikendalikan, namun polarisasi emosional berpotensi terus terjadi.

    “Di satu sisi, jumlah pengungsi menurun. Dan di sisi lain, menurut saya isu ini terlalu dilebih-lebihkan. Kebanyakan politisi lokal yang saya kenal mengatakan bahwa keadaan di sini tidak seburuk tahun 2014 atau 2015,” katanya. dalam wawancara dengan DW. “Tapi tetap saja, semua orang mengibarkan bendera putih.”

    Omid Nouripour menyatakan bahwa angka imigrasi bisa meningkat lagi dalam beberapa tahun mendatang.”Kami tahu bahwa situasi di Ukraina dapat menyebabkan lebih banyak pengungsi, dan kami melihat satu atau dua konflik di Timur Tengah dapat meningkat lebih jauh lagi.”

    Membentengi Mahkamah Konstitusi Federal

    Partai-partai politik di Jerman menyikapi kebangkitan partai ekstrem kanan Alternatif untuk Jerman, AfD, dengan memperkuat hambatan legislatif bagi campur tangan politik terhadap lembaga peradilan.

    AfD yang kini mengantongi dukungan 17 persen di Jerman berpeluang menghimpun mayoritas sederhana di masa depan, dan dengan begitu bisa mengubah UU terkait lembaga yudikatif. Sebab itu, Bundestag kini menyepakati syarat minimal mayoritas absolut alias dua pertiga untuk meloloskan perubahan penyelenggaraan atau struktur Mahkamah Konstitusi.

    “Saat ini kita sedang mendapat tekanan besar-besaran dari kelompok sayap kanan. Kita sedang mengalami adanya kekuatan di Jerman yang menganggap bahwa mayoritaslah yang selalu mengambil keputusan dan berhak menafsirkan. Dan sebagai politisi minoritas, saya hanya bisa mengatakan dengan jelas dan jelas, demokrasi yang baik juga mempertimbangkan kelompok minoritas.”

  • Apakah Paspor Membuat Kita Bebas? – Halaman all

    Apakah Paspor Membuat Kita Bebas? – Halaman all

    Ketika warga Britania Raya memberikan suaranya untuk keluar dari Uni Eropa di tahun 2016. passpor Britania Raya tak lagi memberikan hak para pemegangnya untuk berpergian secara bebas di seluruh Eropa.

    Bisa dibilang, Brexit sebenarnya mengubah identitas para warga Britania Raya menjadi: Bukan lagi warga Eropa.

    Contohnya masyarakat Britania Raya yang tinggal di Jerman, memutuskan mengajukan permohonan kewarganegaraan Jerman untuk mendapatkan paspor Jerman sehingga mereka bisa tetap tinggal di Uni Eropa secara legal tanpa memerlukan visa. Bagi warga Britania Raya, hal ini mungkin hanya memperparah rasa keterasingan mereka.

    Namun, belum lama ini, seseorang dapat berpergian melintasi perbatasan tanpa paspor.

    Paspor merupakan penemuan yang relatif baru

    Hermine Diebolt, yang bekerja di Perpustakaan dan Arsip Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, Swiss, mengatakan kalau faktanya paspor yang kita tahu sekarang ini baru ada sekitar 100 tahun yang lalu.

    Jenewa dulunya adalah rumah bagi Liga Bangsa-Bangsa, pendahulu Perserikatan Bangsa-Bangsa yang didirikan pada tahun 1920 untuk membantu menjaga perdamaian setelah keganasan Perang Dunia Pertama.

    Itu masa ketika kerjaan kolonial lama runtuh dan negara-negara baru lahir. Orang-orang tidak lagi tunduk kepada penguasa mereka, tapi ingin menjadi warga negara.

    Banyak orang pun yang melewati perbatasan setelah mengungsi akibat perang. Akan tetapi, kebanyakan orang juga cenderung membawa surat-surat untuk membuktikan identitas mereka.

    Selama masa perang, negara seperti Jerman, Prancis, Britania Raya, dan Italia menuntut agar orang-orang dari negara musuh memiliki dokumen identifikasi resmi untuk memasuki wilayah mereka.

    “Para petugas perbatasan tiba-tiba dihadapkan dengan banyak dokumen perjalanan yang berbeda dengan bentuk dan ukuran yang berbeda, dan sulit untuk mengetahui apakah paspor tersebut asli atau tidak,” kata Diebolt mengenai perpindahan besar-besaran setelah tahun 1918 ketika perang berakhir. “Jadi, mereka benar-benar perlu menemukan solusi.”

    Akhirnya pada tahun 1920, Liga Bangsa-Bangsa mengadakan pertemuan dengan para pemimpin dunia untuk berpartisipasi pada “Conference on Passports, Custom Formalities and Through Tickets” dI Paris.

    Maka sudah resmi: paspor di manapun harus terlihat dengan cara serta mencakup informasi yang sama.

    Berukuran 15,5 kali 10,5 sentimeter (6 kali 4 inci), paspor harus terdiri dari 32 halaman – format yang masih digunakan sampai sekarang – dan bagian depan dokumen harus mencantumkan nama negara dan lambang negara.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Tuntutan penghabusan paspor

    Lebih lanjut, Diebolt menjelaskan, tak lama muncul reaksi keras terhadap paspor.

    Banyak pemimpin dunia yang lebih menyukai hal-hal seperti sebelumnya, ketika mereka bisa bergerak bebas tanpa perlu membawa dokumen.

    Paspor ini juga sangat tidak populer di kalangan publik dan pers. Orang-orang berpikiran kalau paspor merusak kebebasan serta menyerang privasi mereka. Pengurusan dokumen tersebut juga banyak birokrasi dan administrasi yang lama serta berbelit-belit.

    Pada tahun 1926, sebuah artikel di The New York Times merujuk pada “The Passport Nuisance.”

    “Haruskah paspor dipertahankan sebagai syarat permanen untuk bepergian?” tulis surat kabar tersebut. “Sistem yang populer sejak perang ini tidak praktis, menjengkelkan, dan menghambat hubungan bebas antar negara.”

    Namun, sudah terlambat untuk mewujudkan “kebebasan berpergian” ini.

    Para anggota Liga Bangsa-Bangsa tidak dapat menyepakati seperti apa dunia tanpa kontrol perbatasan dan paspor.

    Oleh karenanya, paspor itu tetap ada.

    Paspor modern mencerminkan kesenjangan global

    Di seluruh dunia, dokumen perjalanan yang sederhana dapat “mempermudah” atau “mempersulit” warga negaranya, kewarganegaraan seseorang menentukan ke mana mereka dapat melakukan perjalanan dan di mana mereka dapat tinggal.

    Itulah sebabnya “indeks paspor” dirilis setiap tahun yang mengurutkan paspor berdasarkan berapa banyak negara yang dapat dikunjungi bebas visa oleh pemegang paspor.

    Menurut Global Passport Power Rank 2023, peringkat pertama dipegang oleh negara produsen minyak, Uni Emirat Arab, yang berarti warganya memiliki kebebasan yang kuat untuk bepergian ke seluruh dunia.

    Di peringkat terbawah adalah Afghanistan, sebuah negara yang dilanda perang dan rakyatnya yang berada di bawah rezim Taliban yang terisolasi hanya memiliki sedikit kesempatan untuk bepergian.

    Namun, bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki kewarganegaraan sehingga tidak memiliki paspor?

    Bagi sekitar 10 juta orang tanpa kewarganegaraan di dunia, sering kali disebabkan oleh diskriminasi terhadap kelompok etnis tertentu, seperti orang Roma dan Sinti, dengan sekitar 70% populasi mereka di Jerman yang tidak memiliki kewarganegaraan, menurut Institut Diplomasi dan Hak Asasi Manusia Amerika Serikat.

    Tetapi keadaan tanpa kewarganegaraan bukanlah hal yang baru, muncul sekitar masa yang sama dengan paspor, seiring dengan runtuhnya kekaisaran dan munculnya negara-negara kebangsaan setelah Perang Dunia I.

    Lebih dari 9 juta orang juga mengungsi di Eropa pada saat itu. Ini termasuk para pengungsi dari Rusia yang tidak memiliki kewarganegaraan ketika kaum Bolshevik mengeluarkan dekrit yang mencabut kewarganegaraan para ekspatriat Rusia.

    Sementara itu, ketika peta Eropa direka ulang, jutaan orang mendapati diri mereka berada di negara-negara yang tidak mengakui identitas hukum mereka atau tidak bersedia memberikannya.

    Kebebasan bergerak bagi segelintir orang

    Hal ini kembali menjadi masalah di tahun 2020-an, termasuk di UEA, meskipun UEA menduduki peringkat teratas dalam indeks paspor global.

    Generasi muda hanya bisa mendapatkan paspor jika mereka memiliki ayah warga negara UEA, meskipun dengan beberapa pengecualian. Sementara itu, kelompok minoritas atau penentang keluarga kerajaan yang berkuasa sering kali tidak mendapatkan dokumen identitas ini.

    Meskipun demikian, UEA telah berusaha untuk mengesahkan penduduk tanpa kewarganegaraan dengan membeli sekitar 50.000 paspor dari negara kepulauan Komoro di lepas pantai timur Afrika. Ini melegalkan status mereka dan juga memastikan bahwa mereka akan tetap menjadi “penduduk asing” dengan hak-hak yang terbatas dibandingkan dengan warga negara Emirat.

    Ini hanyalah salah satu contoh bagaimana paspor adalah instrumen yang kuat untuk kebebasan – dan penindasan.

  • Mobil Tabrak Kerumunan Orang di Pasar Natal Magdeburg di Jerman – Halaman all

    Mobil Tabrak Kerumunan Orang di Pasar Natal Magdeburg di Jerman – Halaman all

    Menurut laporan media Jerman, Setidaknya satu orang tewas. Juru bicara pemerintah daerah menggambarkan insiden itu sebagai serangan.

    Tayang: Sabtu, 21 Desember 2024 16:58 WIB

    Deutsche Welle

    Mobil Tabrak Kerumunan Orang di Pasar Natal Magdeburg di Jerman 

    Sebuah mobil menabrak kerumunan orang di pasar Natal di kota Magdeburg, Jerman bagian tengah, pada Jumat (20/12/24) malam. Setidaknya satu orang tewas, menurut laporan media Jerman.

    Juru bicara kota Michael Reif mengatakan ada “banyak yang terluka.” Polisi telah menahan si pengemudi, menurut sumber pemerintah daerah yang dikutip oleh kantor berita Jerman dpa. Pihak berwenang telah menutup pasar Natal dan layanan darurat telah dibuka di tempat kejadian.

    “Ini adalah peristiwa yang mengerikan, terutama sekarang menjelang Natal,” kata perdana menteri negara bagian Saxony-Anhalt, Reiner Haseloff, saat menuju Magdeburg.

    Juru bicara pemerintah daerah Matthias Schuppe mengatakan, ia menduga insiden itu adalah serangan. Friedrich Merz, kandidat kanselir untuk CDU , mengatakan ia sedih mendengar berita dari Magdeburg ini. “Pikiran saya tertuju pada para korban dan keluarga mereka. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua layanan darurat yang telah merawat para korban luka di lokasi,” katanya.

    Wakil Kanselir Robert Habeck juga menyatakan keterkejutannya “atas berita burk dari Magdeburg, tempat orang-orang ingin menghabiskan masa Advent dalam damai dan kebersamaan. Pikiran saya tertuju pada para korban dan keluarga mereka.”

    Magdeburg, yang berpenduduk sekitar 240 ribu jiwa, yang terletak di sebelah barat Berlin, adalah ibu kota negara bagian Sachsen-Anhalt.

    yf/vlz (dpa, AP, Reuters)

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Stigma dan Peran Ganda: Lika-liku Ibu Tunggal Meraih Bahagia – Halaman all

    Stigma dan Peran Ganda: Lika-liku Ibu Tunggal Meraih Bahagia – Halaman all

    Mempersiapkan kebutuhan rapat dengan klien, menyiapkan bekal, hingga mengantar sekolah si bungsu jadi rutinitas pagi hari Icha, sapaan akrab bagi Anisa. Ia memutuskan mengakhiri pernikahannya pada awal 2021. Icha pun harus berperan ganda, sebagai ibu sekaligus ayah bagi kedua anaknya.

    Sebelum memutuskan bercerai, Icha sadar bahwa tanggung jawab yang kelak dipikulnya tidaklah mudah. Salah satunya adalah peran baru sebagai tulang punggung keluarga. Ini mengharuskan Icha masuk kembali ke dunia kerja setelah 8 tahun menjadi ibu rumah tangga.

    “Aku biasa bekerja, kemudian setelah menikah harus berhenti bekerja untuk mengurus anak dan rumah tangga,” kenang Icha.

    “Akhirnya sekarang aku mencoba untuk melamar pekerjaan lagi tapi sangat sulit karena semua perusahaan itu mempertimbangkan kondisiku yang sudah punya anak,” tambahnya.

    Perempuan kerap dinilai tak kompeten hanya karena punya anak

    Selain bertaruh dengan kesediaan posisi kerja, ibu yang ingin kembali berkarier juga masih harus “bertarung” dengan bias dalam proses seleksi. Selain itu, usia juga menjadi alasan sulitnya Icha kembali ke dunia kerja, terlebih dengan banyaknya perusahaan yang lebih memilih untuk merekrut fresh graduate.

    Kepada DW, Icha mengisahkan perjalanannya mencari pekerjaan. Ia dinilai tak cukup cakap, hanya karena telah menjadi ibu. “Pada saat itu sih alasannya takut anak menjadi pengganggu pada saat aku bekerja.”

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Icha pun merasa pengalamannya sebagai ibu rumah tangga cenderung tak dianggap serius. Celah kosong di CV-nya juga jadi salah satu hambatan bagi kala berhadapan dengan rekruter.

    “Sebetulnya aku masih bisa manage waktu dengan baik, antara anak dan pekerjaan. Tapi tidak ada kesempatan untuk aku mencoba, semisal minimal probation 3 bulan, …. Sudah langsung di-cut di awal,” kata Icha.

    Sebuah studi dari Stanford University menyebut bahwa para perekrut punya kecenderungan 2,1 kali lipat lebih tinggi untuk memanggil kembali pelamar perempuan yang bukan ibu, daripada yang berstatus ibu, meski dengan kualifikasi yang sama.

    Komisioner Komnas Perempuan, Alimatul Qibtiyah, menyebut ibu yang ingin kembali ke dunia kerja kerap didera stigma dengan banyaknya miskonsepsi bahwa pekerja perempuan hanya bisa punya satu jenis karakter: hangat atau kompeten.

    “Perempuan yang berlatar belakang ibu rumah tangga ini sering dianggap memiliki karakter hangat sehingga praktis dihakimi bahwa mereka tak cakap dan kompeten dalam bekerja. Bias seperti ini yang kerap menghantui para ibu yang ingin kembali bekerja,” jelas Alimatul.

    Ibu tunggal perlu mandiri finansial

    Kemandirian finansial menjadi satu dari banyaknya isu fundamental yang mendera ibu tunggal. Data Komnas Perempuan menyebut, dari total jumlah perceraian yang terjadi, 98% ayah tidak lagi memberi nafkah pada anaknya.

    Kondisi ini membuat Icha tak henti memutar otak untuk bisa membiayai anaknya, Hingga akhirnya ia memutuskan menjadi pekerja lepas pada sebuah event organizer.

    “Sekarang ini aku merasa lebih punya power buat anak-anakku, bersyukur sekali akhirnya ada pekerjaan yang bisa melihat aku dan potensiku. Terlebih dengan freelance seperti ini, aku juga bisa lebih membagi waktu antara pekerjaan dan anak-anak,” ujar Icha.

    Stigma ibu tunggal di luar pernikahan

    Stigma berbeda mendera Martina Ikha Rustiana Sari, perempuan yang memilih membesarkan anaknya seorang diri, tanpa menikah. “Aku tahu saat itu aku melakukan kesalahan, aku hamil di usia sangat muda sebelum memiliki ikatan pernikahan,” kata Ikha.

    Single moms by choice adalah perempuan yang memutuskan menjadi seorang ibu tunggal tanpa menikah. Mereka adalah memutuskan siap dan sanggup mempertahankan janinnya, melahirkan, dan membesarkan bayi itu tanpa bantuan laki-laki yang sudah menanam benih.

    Pilihan besar ini diambilnya 20 tahun lalu, saat ia memutuskan membatalkan pernikahannya dengan sosok mantan pacar kala itu.

    “Aku membatalkannya (pernikahan) beberapa hari sebelum acara pemberkatan. Karena aku melihat sikap mantanku saat itu yang jauh berubah jadi kasar dan emosional. Aku langsung membayangkan, bagaimana jika nanti anakku harus menghadapi ini semua?”

    Jalan ini dipilihnya setelah menimbang berbagai hal dan redleksi diri, “Dia (mantan Ikha) marah saya hamil. Kayaknya dia kecewa. Bagaimana saya bisa menikah dengan orang yang berlandaskan rasa kecewa. Saya pikir kondisi itu lebih mengerikan. Saya enggak mau menurunkan luka pada anak atas kesalahan yang saya lakukan.”

    Sejak memutuskan tidak menikah, Ikha mengatakan tidak ada kontak dengan mantan, begitu pula sebaliknya. “Saya cuma berpikir kalau dia masih mau sebagai ayah, saya izinkan. Tapi faktanya, setelah kami pisah, berlalu begitu saja,” ungkapnya.

    “Sering bangetlah saya dicap ini dan itu, perempuan nakal, segala macam. Tapi akhirnya saya ada di titik yang menyadari, buat apa mikirin omongan orang yang bahkan enggak bayarin hidup kita,” ujar Ikha.

    Ibu yang bahagia penting bagi generasi penerus

    Single moms by choice masih tabu bahkan dianggap aib. Namun bagi Ikha, segala cap yang diberikan lingkungan terhadapnya tak pernah menyurutkan niat untuk selalu memberikan yang terbaik untuk sang anak.

    “Meskipun banyak orang yang men-judge ini dan itu, tapi satu yang selalu saya tanamkan di benak saya. Lahirnya anak saya ke dunia ini bukanlah kesalahan, justru dia adalah berkat terbesar yang Tuhan kasih buat saya.”

    Ikha memilih mengambil jalan hidup yang terjal demi menyelamatkan sang anak dari kondisi keluarga yang tak ideal. Satu hal yang ia sadari, kebahagiaan tak melulu datang dari pasangan atau “standar kebahagiaan ideal” yang ditentukan banyak orang.

    Bagi Ikha, untuk bisa merawat dan membesarkan anak yang bahagia, harus berangkat dari kekuatan ibu yang bahagia. Terlepas dari stigma yang mendera dan perjalanan masa lalunya, bagi Ikha, menjadi seorang ibu adalah perjalanan panjang memberikan kasih tanpa pamrih.

    Editor: Arti Ekawati

  • Serangan di Pasar Natal Jerman: 2 Tewas, Puluhan Terluka – Halaman all

    Serangan di Pasar Natal Jerman: 2 Tewas, Puluhan Terluka – Halaman all

    Kepala pemerintahan Magdeburg menyatakan polisi menangkap warga negara Saudi yang diduga mengemudikan mobil sewaan ke arah kerumunan.…

    Tayang: Sabtu, 21 Desember 2024 16:56 WIB

    Deutsche Welle

    Serangan di Pasar Natal Jerman: 2 Tewas, Puluhan Terluka 

    Perdana menteri negara bagian Sachsen-Anhalt, Reiner Haseloff, mengatakan sedikitnya dua orang tewas dan 60 orang lainnya terluka, akibat insiden mobil tabrak kerumunan di Pasar Natal Magdeburg Jerman, pada Jumat (20/12) malam.

    Haseloff mengatakan bahwa polisi telah menahan pengemudi tersebut, yang merupakan seorang warga negara Arab Saudi, dan meyakini bahwa ia bertindak sendirian.

    Haseloff mengatakan bahwa pria tersebut adalah seorang dokter dengan status kependudukan permanen dan telah tinggal di Jerman sejak 2006. Dia menggunakan mobil sewaan dalam serangan itu.

    Insiden hari Jumat itu, memicu ingatan akan serangan tahun 2016 di pasar Natal Berlin. Serangan tersebut dilakukan oleh seorang Islamis dengan menggunakan truk curian, menewaskan 13 orang dan melukai lebih dari 70 orang.

    Reaksi pemerintah Jerman

    Friedrich Merz, kandidat kanselir untuk partai konservatif CDU, mengatakan bahwa ia merasa sangat sedih dengan berita dari Magdeburg.

    “Pikiran saya tertuju pada para korban dan keluarga mereka. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua layanan darurat yang merawat para korban di lokasi,” katanya.

    Wakil Kanselir Jerman Robert Habeck juga menyatakan keterkejutannya atas “berita yang mengerikan dari Magdeburg, di mana orang-orang ingin menghabiskan musim Adven dalam kedamaian dan kebersamaan. Pikiran saya tertuju kepada para korban dan keluarga mereka.”

    Sementara, Kanselir Olaf Scholz memberikan respons terhadap insiden tersebut di X, menyatakan bahwa “berita dari Magdeburg menunjukkan hal yang paling mengkhawatirkan.” Ia juga menyampaikan terima kasihnya kepada para petugas darurat yang segera merespons kejadian tersebut.

    Presiden Federal Jerman Frank-Walter Steinmeier bereaksi dengan mengatakan, “Antisipasi akan perayaan Natal yang damai tiba-tiba terganggu oleh berita dari Magdeburg”.

    Magdeburg, sebuah kota di sebelah barat Berlin, adalah ibu kota negara bagian Sachsen-Anhalt dan merupakan rumah bagi sekitar 240.000 orang.

    pkp/ (dpa, AP, Reuters)

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Kegagalan Iron Dome: Serangan Rudal Yaman ke Israel – Halaman all

    Kegagalan Iron Dome: Serangan Rudal Yaman ke Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Yaman melancarkan serangan rudal ke Tel Aviv, yang mengakibatkan kerusakan signifikan.

    Meskipun sistem pertahanan Israel, Iron Dome dan David’s Sling, dipasang di wilayah tersebut, pasukan pendudukan Israel gagal mencegat serangan tersebut.

    Dampak Serangan

    Serangan rudal ini menyebabkan kebakaran di lokasi jatuhnya rudal dan melukai sedikitnya 11 pemukim Israel, menurut laporan media Israel yang mengutip sumber medis.

    Sirene peringatan meraung di seluruh Tel Aviv hingga Ashdod utara saat rudal menghujani wilayah tersebut.

    Polisi Israel mengonfirmasi dampak dari serangan ini dan mencatat kerusakan yang ditimbulkan.

    Penyelidikan Kegagalan Intersepsi

    Pihak berwenang Israel menekankan bahwa penyelidikan akan diluncurkan untuk menentukan penyebab kegagalan intersepsi rudal oleh sistem pertahanan mereka.

    “Kami akan menyelidiki mengapa Iron Dome dan David’s Sling tidak dapat mencegat rudal ini,” ujar seorang pejabat keamanan yang enggan disebutkan namanya.

    Tanggapan Yaman

    Setelah serangan tersebut, Yaman menerima ancaman serangan balasan dari Israel.

    Namun, meskipun ada ancaman tersebut, pemerintah Yaman menegaskan solidaritasnya dengan Palestina.

    Pada Jumat, 20 Desember 2024, warga Yaman menggelar demonstrasi besar-besaran di seluruh negeri untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap Palestina dan Angkatan Bersenjata Yaman (YAF).

    Protes Massal di Yaman

    Demonstrasi tersebut dihadiri oleh sekitar satu juta orang di Sanaa dan provinsi-provinsi lainnya.

    Dalam pawai tersebut, warga Yaman menyatakan kesiapan mereka untuk menghadapi segala kemungkinan agresi dari Amerika Serikat (AS) dan Israel.

    Protes ini terjadi sehari setelah pesawat tempur Israel menyerang fasilitas energi dan infrastruktur sipil di kota pelabuhan Hodeidah dan ibu kota Sanaa.

    Serangan ini menandai eskalasi ketegangan di kawasan dan menunjukkan ketidakmampuan sistem pertahanan Israel dalam menghadapi ancaman rudal dari Yaman.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).