Category: Tribunnews.com Internasional

  • Sanaa dan Hodeidah Diserbu Serangan Udara Israel, Konflik dengan Houthi Makin Panas – Halaman all

    Sanaa dan Hodeidah Diserbu Serangan Udara Israel, Konflik dengan Houthi Makin Panas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Kamis (26/12/2024), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap target militer kelompok Houthi di Yaman, Middle East Eye melaporkan.

    Tel Aviv mengklaim operasi tersebut sebagai balasan atas serangan-serangan yang dilakukan oleh kelompok tersebut terhadap Israel.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Gideon Saar, mengonfirmasi bahwa serangan ini merupakan tanggapan terhadap serangan Houthi yang berkelanjutan sejak 7 Oktober 2023, termasuk peluncuran rudal dan pesawat nirawak ke Israel.

    Saar menambahkan bahwa Israel tidak akan menoleransi agresi tersebut, meskipun dilakukan oleh kelompok yang beroperasi sejauh 2.000 kilometer dari Israel, lapor Tass.

    Ia juga menyebut Houthi sebagai “inti dari poros kejahatan Iran.”

    Dalam serangan Kamis ini, IDF menyerang beberapa lokasi di Yaman, termasuk Bandara Internasional Sanaa, tiga pelabuhan, dan dua pembangkit listrik di Hodeidah.

    Media yang berafiliasi dengan Houthi, Almasirah, melaporkan bahwa serangan ini menewaskan sedikitnya tiga orang dan menyebabkan 11 orang lainnya terluka.

    Di antara lokasi yang diserang oleh IDF adalah pembangkit listrik Hezyaz dan Ras Kanatib, serta infrastruktur militer di pelabuhan Hodeidah, Salif, dan Ras Kanatib.

    Jurnalis Yaman, Hussain al-Bukhaiti, melaporkan kepada Al Jazeera bahwa serangan di Bandara Sanaa menargetkan salah satu menara kontrol bandara, yang mengakibatkan gangguan pada operasi bandara tersebut.

    Ia juga menyebut bahwa semua serangan Israel, baik terhadap Yaman maupun Gaza, dianggap sebagai eskalasi oleh pasukan Yaman, dan ada kemungkinan tentara Yaman akan membalas dengan serangan besar terhadap Israel.

    Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pernyataannya mengatakan bahwa serangan terhadap Houthi baru saja dimulai dan akan terus berlanjut sampai “pekerjaan selesai.”

    Dikutip dari Al Jazeera, Netanyahu juga menegaskan bahwa Israel bertekad untuk memotong kelompok yang terkait dengan Iran.

    Ia menyatakan bahwa Israel lebih memilih untuk “berbuat lebih banyak dan berbicara lebih sedikit” dalam merespons serangan-serangan ini.

    Serangan-serangan Houthi terhadap Israel telah berlangsung sejak Oktober 2023.

    Eskalasi meletus setelah serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel 7 Oktober 2023.

    Sejak itu, kelompok Houthi mengklaim bahwa serangan mereka merupakan bentuk solidaritas terhadap Palestina.

    Sebelumnya, kelompok Houthi juga menargetkan kapal-kapal yang berhubungan dengan Israel di Laut Merah dan Teluk Aden.

    Selain serangan pada Kamis ini, Israel juga telah meluncurkan serangan udara terhadap Sanaa dan Hodeidah pada minggu sebelumnya.

    Operasi pekan lalu dilaporkan menewaskan sembilan orang dan merusak beberapa infrastruktur penting.

    Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, telah memperingatkan bahwa Yaman akan “membayar harga” atas serangan-serangan yang dilakukan oleh Houthi terhadap Israel.

    Serangan terbaru ini terjadi setelah serangan rudal Houthi pada hari Rabu (25/12/2024), yang menyebabkan cedera pada 16 orang di Tel Aviv, yang semakin memperburuk ketegangan antara Israel dan Houthi.

    Israel menganggap serangan Houthi ini sebagai ancaman serius terhadap stabilitas dan keamanan regional, serta terhadap jalur pelayaran internasional yang dilalui oleh kapal-kapal dari berbagai negara.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Hamas Sulit Siapkan Daftar Sandera Israel yang Masih Hidup, Koneksi dengan Penjaga Terputus – Halaman all

    Hamas Sulit Siapkan Daftar Sandera Israel yang Masih Hidup, Koneksi dengan Penjaga Terputus – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas menghadapi kesulitan dalam memenuhi persyaratan Israel untuk menyerahkan daftar tahanan hidup yang dimaksudkan untuk dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan pertukaran tahanan.

    Menurut seorang pejabat Hamas, kelompoknya masih sulit berkomunikasi dengan anggota lainnya yang bertugas menjaga sandera karena memburuknya situasi keamanan di Jalur Gaza.

    “Selama perundingan, Hamas akan siap memberikan daftar lengkap nama tahanan Israel yang masih hidup pasca gencatan senjata,” kata pejabat itu kepada Al Araby, Kamis (26/12/2024).

    Namun, pejabat itu mengatakan Israel menolak tuntutan Hamas yang tidak setuju melepaskan tentara Israel yang disandera dalam pertukaran tahanan tahap pertama.

    “Israel menolak kesepakatan tersebut, karena desakan Hamas untuk tidak melepaskan tentaranya pada tahap pertama, serta karena tuntutan Hamas untuk menghentikan perang,” menurut laporan itu.

    “Salah satu hal yang menyulitkan perundingan tersebut adalah adanya tentara yang ditawan oleh Hamas. Tim perunding sedang berusaha mencapai kesepakatan mengenai masalah ini dan melepaskan mereka pada kesepakatan tahap pertama,” lanjutnya.

    Sementara itu, sumber di Mesir melaporkan perundingan yang berlangsung akhir-akhir ini yang ditengahi Mesir dan Qatar tinggal selangkah lagi menuju garis akhir.

    Namun, dalam dua hari terakhir, sebelum tim perunding Israel kembali dari Doha, terdapat kemajuan mengenai isu-isu yang telah lama diperdebatkan.

    Mengenai tuntutan Hamas untuk membebaskan sepuluh tahanan senior Palestina, Israel bersikeras untuk menunda pembebasan mereka sampai tahap akhir perjanjian.

    Menurut laporan tersebut, daftar tersebut mencakup pemimpin Fatah Marwan Barghouti, Sekretaris Jenderal Front Populer Ahmed Saadat, tahanan Hamas Abbas al-Sayyid, Abdullah Barghouti, Ibrahim Hamed dan Hassan Salama, dan dua pejabat senior dalam gerakan Jihad Islam.

    Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menolak pernyataan Hamas yang menuduh Israel menunda kesepakatan gencatan senjata karena menambahkan syarat baru, seperti diberitakan Al Wasat Today.

    Jumlah Korban di Jalur Gaza

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 45.399 jiwa dan 107.940 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (26/12/2024) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.

    Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • AS Tambah Pasukan-Senjata ke Suriah, Pasukan Khusus Tiba di Pangkalan Hasakah: Incar Minyak dan Gas – Halaman all

    AS Tambah Pasukan-Senjata ke Suriah, Pasukan Khusus Tiba di Pangkalan Hasakah: Incar Minyak dan Gas – Halaman all

    AS Tambah Pasukan dan Senjata ke Suriah, Pasukan Khusus Tiba di Pangkalan Hasakah 

    TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) dilaporkan menambah jumlah pasukan dan persenjatannya ke Suriah, Kamis (26/12/2024).

    “AS meningkatkan kehadirannya di Suriah seiring dengan semakin banyaknya pasukan Amerika yang tiba di pangkalan militer di provinsi Hasakah di timur laut,” demikian laporan media, MNA, Kamis.

    Konvoi pasukan militer AS, yang terdiri dari 20 kendaraan dan truk, memasuki pangkalan di Hasakah di timur laut Suriah dari pangkalan Ain al-Asad di Irak Kamis pagi, menurut media Suriah.

    Konvoi pasukan tersebut, yang dilindungi oleh dukungan udara (air support), juga termasuk Pasukan Khusus AS yang dikerahkan ke kawasan tersebut.

    Sumber-sumber lokal melaporkan, militer AS baru-baru ini mengerahkan sejumlah besar pasukan tempur dari pangkalan Ain al-Assad di provinsi Anbar dan pangkalan Harir di Erbil selatan.

    Suriah saat ini tengah mengalami pergolakan dan pelengseran rezim.

    Kelompok oposisi yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad awal bulan ini, segera setelah mereka melancarkan serangan kilat terhadap pemerintah pusat.

    Israel memanfaatkan situasi ini untuk merebut wilayah perbatasan termasuk puncak Gunung Hermon dengan dalil bubarnya perjanjian pada 1973 silam sering jatuhnya rezim Assad.

    Pasukan Amerika Serikat di Timur Tengah. Sebuah dokumen berisi perintah Pentagon dilaporkan memberi instruksi agar tentara AS yang berada di Irak bersiaga jika dibutuhkan untuk dikerahkan langsung dalam Perang Gaza membantu Israel melawan Hamas. (Photo: The US Army, via Wikimedia Commons)

    AS Tempatkan Ribuan Tentara di Suriah

    Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) mengakui kehadiran lebih dari 2.500 tentara Amerika di Irak.

    Pentagon juga menyatakan jumlah pasukan di Suriah telah meningkat selama beberapa tahun terakhir karena meningkatnya ancaman.

    “Setidaknya ada 2.500 anggota pasukan Amerika di Irak, selain beberapa pasukan pendukung sementara yang dikerahkan secara berkala,” kata juru bicara Pentagon, Pat Ryder dalam sebuah pernyataan, Senin (23/12/2024).

    Dia menambahkan, karena pertimbangan diplomatik, Pentagon tidak akan memberikan rincian lebih lanjut.

    AS menyelesaikan perundingan sensitif dengan pemerintah Irak pada bulan September lalu yang menetapkan dimulainya penarikan pasukan setelah pemilu pada bulan November.

    Kehadiran pasukan AS di sana merupakan beban politik jangka panjang bagi para pemimpin Irak, yang semakin mendapat tekanan dari Iran.

    Pejabat Amerika tidak memberikan rincian mengenai perjanjian penarikan tersebut, namun perjanjian tersebut mencakup penghentian misi melawan ISIS pada bulan September 2025, dengan beberapa pasukan AS tersisa hingga tahun 2026 untuk mendukung misi melawan ISIS di Suriah.

    Ada kemungkinan beberapa pasukan akan tetap berada di wilayah Kurdistan setelah itu karena pemerintah daerah ingin kehadiran mereka terus berlanjut, seperti diberitakan Al Arabiya.

    2.000 Tentara AS di Suriah

    Sebelumnya pada Kamis (19/12/2024), Pat Ryder mengumumkan ada sekitar 2.000 tentara Amerika di Suriah, lebih dari dua kali lipat dari 900 tentara yang diakui secara terbuka oleh AS sampai sekarang.

    Pada Senin (23/12/2024), ia mengatakan setidaknya ada 1.100 tentara tambahan dikerahkan untuk jangka waktu singkat untuk melakukan perlindungan pasukan, transportasi, pemeliharaan dan tugas-tugas lainnya.

    Jumlah tersebut berfluktuasi selama beberapa tahun terakhir dan meningkat seiring waktu.

    “Jumlah pasukan sementara tambahan ini telah berfluktuasi selama beberapa tahun terakhir berdasarkan kebutuhan misi, tetapi secara umum telah meningkat seiring waktu karena meningkatnya ancaman terhadap pasukan dasar,” kata Pat Ryder, Senin.

    Setelah Presiden Suriah Bashar Assad digulingkan oleh oposisi bersenjata pada 8 Desember lalu, negara itu bergulat dengan kekacauan. 

    Media lokal di Suriah melaporkan pada Senin kemarin terjadi bentrokan sengit antara SDF yang didukung AS dan yang didukung Turki di sekitar Bendungan Tishrin di Provinsi Aleppo, seperti diberitakan Mehr.

    Apa Kepentingan AS di Suriah?

    AS menjadi satu di antara banyak pihak yang berkepentingan di Suriah pasca-lengsernya rezim Assad.

    Ali Bilgic, profesor hubungan internasional dan politik Timur Tengah di Universitas Loughborough di Inggris, AS justru menjadi pemain inti dari para pemain regional yang punya kepentingan di Suriah.

    Menurut Ali Bilgic, cara para aktor utama bertindak di Suriah akan sangat bergantung pada Amerika Serikat.

    Bagi AS, jatuhnya rezim Assad merupakan tanda positif lantaran AS senantiasa berupaya mengganti pemerintahan Suriah secara langsung atau tidak langsung sejak 2011.

    Presiden AS Joe Biden pada Minggu (08/12) menyebut situasi di Suriah sebagai “masa penuh risiko dan ketidakpastian” bagi kawasan tersebut.

    Namun Biden hanya akan menjabat selama beberapa pekan ke depan.

    Pada Sabtu (07/12/2024), Presiden AS terpilih Donald Trump menyebut rangkaian peristiwa di Suriah dengan kalimat, “Ini bukan perang kita (AS).”

    Seperti yang dijelaskan oleh Ali Bilgic, “jika Amerika Serikat benar-benar memutuskan untuk tidak terlibat di Suriah, kekosongan kekuasaan akan diisi oleh aktor lain dan salah satu aktor tersebut bisa jadi adalah Rusia”.

    “Jika itu terjadi, Rusia tentu akan berjuang untuk mempertahankan pangkalannya di Suriah, khususnya pangkalan angkatan lautnya yang merupakan pusat operasinya untuk kawasan Afrika sub-Sahara,” kata sang profesor dilansir BBC.

    Saat ini tidak jelas peran apa yang akan dimainkan Amerika Serikat dalam tatanan baru Suriah.

    Tetapi, kata Bilgic, “sulit membayangkan presiden Amerika mana pun berkata, ‘Kami tidak tertarik pada Suriah’.”

    “Ada banyak hal yang dipertaruhkan bagi Amerika Serikat dan saya tidak bisa membayangkan Donald Trump bakal membiarkan kekuatan lain mengisi kekosongan di Suriah begitu saja.”

    Washington menempatkan ribuan tentara di daerah pengeboran minyak mentah di bagian timur laut Suriah yang dikuasai suku Kurdi. AS juga memiliki sebuah pangkalan militer di sebelah tenggara.

    Seorang personel Tentara Amerika Serikat (AS) di Suriah duduk di atas tank dengan berbendera AS.

    Incar Si Emas Hitam

    Peran AS dalam perang saudara Suriah telah berkali-kali berubah.

    Namun, bahkan Donald Trump pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden memahami bahwa meninggalkan Suriah sepenuhnya bukanlah “alternatif yang layak” untuk melindungi kepentingan negara, jelas Bilgic.

    “Jadi membiarkan Suriah begitu saja sangat tidak mungkin, karena kelompok Kurdi membutuhkan dukungan pasukan AS. Kelompok tersebut mengendalikan dan memelihara beberapa kamp penahanan mantan anggota ISIS dan keluarga mereka.”

    “Hal lain karena sumber daya alam Suriah, terutama minyak dan gas, sekarang berada di bawah kendali Kurdi. Di sanalah tentara AS ditempatkan,” tambahnya.

    Dengan demikian, saat transisi kekuasaan berlangsung dan masa depan politik Suriah dibahas, salah satu pertanyaan utama adalah: siapa yang akan mengendalikan sumber daya alam negara itu?

    “Tidak ada pembicaraan tentang itu sekarang, tapi saya pikir siapa pun pemegang kekuasaan di Damaskus tidak akan membiarkan Kurdi memiliki kendali penuh atas minyak dan gas alam di Suriah bagian utara.”

    “Dan jika itu masalahnya, pasukan AS akan berada di wilayah itu untuk melindungi kepentingan mereka. Jadi saya tidak berpikir Washington akan menarik diri dari Suriah. Saya ragu Donald Trump memiliki visi yang sempit,” kata Bilgic.

     

    (oln/MNA/BBC/*)

  • Mikir Dua Kali Serang Langsung Iran, PM Israel: Houthi akan Belajar Seperti Hamas dan Hizbullah – Halaman all

    Mikir Dua Kali Serang Langsung Iran, PM Israel: Houthi akan Belajar Seperti Hamas dan Hizbullah – Halaman all

    Mikir Dua Kali Serang Langsung Iran, PM Israel: Houthi akan Belajar Seperti Hamas dan Hizbullah

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menepis saran Badan Intelijen Israel, Mossad untuk menyerang langsung Iran saat serangan kelompok Houthi Yaman meningkat.

    Alih-alih menyerang langsung Iran, yang dikenal sebagai pendukung kelompok Yaman, Netanyahu justru memfokuskan ancamannya ke Houthi.

    Berpikir ulang untuk menyerang langsung Iran, Netanyahu menyatakan kalau ‘Teheran adalah masalah lain, akan ditangani pada kesempatan berbeda’.

    Ansarallah (Houthi) yang didukung Iran di Yaman dalam sepekan terakhir memang telah meningkatkan serangan rudal dan pesawat tak berawak terhadap Tel Aviv.

    “Kami menyerang musuh-musuh kami dan mereka yang mengira mereka dapat memutuskan benang kehidupan kami di sini. Ini akan berlaku untuk semua orang,” kata Netanyahu pada Rabu (25/12/2024) dalam sebuah pesan yang menandai dimulainya hari raya Yahudi Hanukkah.

    Menargetkan langsung kelompok Houthi, Netanyahu juga mengatakan: “Kelompok Houthi akan belajar, seperti halnya Hamas, Hizbullah, rezim Assad, dan yang lainnya, dan bahkan jika butuh waktu, pelajaran ini akan dipahami di seluruh Timur Tengah.”

    Kelompok Yaman mengatakan bahwa serangannya adalah balasan atas perang genosida Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 45.400 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Angkatan Bersenjata Yaman yang terafiliasi gerakan Ansarallah Houthi meluncurkan rudal hipersonik balistik Palestina-2 ke pangkalan militer Nevatim Israel. (TC/tangkap Layar)

    Saran Mossad: Serang Langsung Biangnya, Iran!

    Sebelumnya, kepala badan Intelijen Israel, Mossad, David Barnea, mendesak pimpinan Israel untuk berkonsentrasi menyerang Iran sebagai cara untuk membendung serangan dari kelompok Houthi.

    Hal itu menyusul kekhawatiran serangan Yaman yang didukung Iran akan meningkat dalam waktu dekat.

    Sikap yang  diambil oleh Barnea ini bertentangan dengan pendapat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz.

    Kabarnya Netanyahu dan Katz  lebih memilih untuk terus melancarkan serangan terhadap Houthi daripada terhadap Iran.

    Menurut surat kabar Haaretz, Barnea mengajukan opsi tersebut selama serangkaian diskusi mengenai kurangnya hasil dari tiga putaran serangan sebelumnya di Yaman.

    Laporan tersebut menyatakan bahwa Mossad yakin akan lebih efektif untuk menyerang Iran, yang mendanai dan mempersenjatai kelompok Syiah.

    “Kita harus melawan Iran secara langsung,” katanya kepada pejabat keamanan, menurut Channel 13.

    “Jika kita hanya menyerang Houthi, belum tentu kita akan mampu menghentikan mereka.”

    Tidak ada konfirmasi atau tanggapan langsung terhadap laporan tersebut, yang mengutip sumber tanpa nama yang mengetahui diskusi tersebut.

    Netanyahu, menurut Channel 13, tidak setuju dengan penilaian Barnea.

    Dan dia  sebaliknya memutuskan bahwa Iran adalah “masalah yang berbeda, yang akan ditangani pada waktu yang tepat.”

    Perkiraan Netanyahu diamini oleh sejumlah anggota senior lembaga keamanan, Channel 13 melaporkan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    Serangan Houthi

    Selama 10 hari terakhir, Houthi telah meluncurkan lima rudal balistik dan sedikitnya lima pesawat tak berawak ke Israel.

    Kelompok itu menyebut sebagai dukungan untuk Gaza yang diserang Israel.

    Netanyahu bersumpah bahwa Houthi akan mengalami nasib yang sama seperti musuh-musuh Israel lainnya di wilayah tersebut.

    “Hari ini kita menyalakan lilin pertama Hanukkah untuk memperingati kemenangan kaum Makabe pada masa itu dan kemenangan kaum Makabe saat ini,” katanya.

    “Seperti yang kita lakukan dulu, kita menyerang para penindas dan mereka yang mengira akan memutuskan tali kehidupan kita di sini, dan ini akan berlaku untuk semua orang.”

    “Kelompok Houthi juga akan belajar apa yang dipelajari Hamas, Hizbullah, rezim Assad, dan kelompok lainnya. Meskipun butuh waktu, pelajaran ini akan dipelajari di seluruh Timur Tengah,” janjinya.

    Israel Tingkatkan Serangan

    Kepala Angkatan Udara Israel, Mayjen Tomer Bar, juga mengisyaratkan peningkatan tindakan terhadap Houthi dalam waktu dekat.

    Ia mengatakan pada hari Rabu bahwa Angkatan Udara akan “bertindak tegas di mana pun kami diminta.”

    “Kami telah menyerang Houthi di Yaman tiga kali. Kami akan terus meningkatkan kecepatan dan intensitas serangan jika diperlukan,” katanya saat upacara wisuda pilot.

    Sementara semakin banyak pejabat tampaknya bersiap untuk memberikan pukulan telak terhadap kelompok yang didukung Iran.

    Situs berita Ynet melaporkan pada hari Rabu bahwa ada sedikit harapan di Yerusalem bahwa serangan semacam itu akan menghentikan serangan rudal dan pesawat tak berawak yang ditujukan ke Israel.

    Israel telah melancarkan tiga putaran serangan terhadap Houthi dan telah bersumpah untuk terus menggempur mereka, tanpa hasil yang signifikan.

    Para analis mengatakan jarak Israel dari Yaman menimbulkan tantangan operasional yang dapat diatasi dengan dukungan dari AS atau kekuatan Barat lainnya.

    Para pejabat Israel telah membahas rencana untuk meningkatkan serangan dengan mitra mereka dari AS, yang menurut laporan turut serta.

     

  • Media AS: Aturan Main di Gaza Berubah, Tiap Tentara Israel Dibolehkan Bunuh 20 Warga Sipil Palestina – Halaman all

    Media AS: Aturan Main di Gaza Berubah, Tiap Tentara Israel Dibolehkan Bunuh 20 Warga Sipil Palestina – Halaman all

    Investigasi Media AS: Aturan Main di Gaza Berubah, Tiap Tentara Israel Dibolehkan Bunuh 20 Warga Sipil 

    TRIBUNNEWS.COM – Investigasi komprehensif yang dilakukan media Amerika Serikat (AS) New York Times dan dilaporkan oleh surat kabar Ibrani, Maariv mengungkapkan perubahan perintah dan komando di militer Israel (IDF) yang terjadi setelah serangan Banjir Al Aqsa pada 7 Oktober 2023 silam. 

    Instruksi baru bagi personel IDF ini disebutkan ‘mengubah aturan main’ di Gaza.

    Maariv, mengutip laporan Times tersebut, melaporkan kalau tepat pada pukul satu siang tanggal 7 Oktober 2023, pimpinan senior militer Israel mengeluarkan perintah baru.

    Perintah baru ini mengizinkan perwira IDF tingkat menengah memiliki wewenang -belum pernah terjadi sebelumnya- untuk mengizinkan serangan yang dapat mengakibatkan kematian warga sipil menjadi 20 orang.

    Sebagai catatan, aturan baru ini menaikkan tingkat toleransi pembunuhan warga sipil secara drastis.

    Sebelumnya, batas maksimum ‘collateral damage’ berupa kematian warga sipil Palestina yang diperbolehkan dalam operasi adalah 5 warga sipil.

    “Artinya, mereka yang dianggap sebagai anggota milisi dan pejuang perlawanan Palestina bisa menjadi target serangan sah bahkan ketika para terduga ini sedang berada di rumah bersama keluarga mereka,” kata laporan tersebut dikutip Khaberni, Kamis (26/12/2024).

    Metode ini menjelaskan mengapa Tentara Israel membunuh banyak warga sipil Palestina dalam setiap serangan mereka.

    IDF mengklaim, setiap serangan yang menyasar fasilitas sipil, baik sekolah, rumah sakit, atau bahkan tenda-tenda pengungsian, menyasar anggota milisi Palestina yang mereka sebut membaur dengan warga sipil.

    Metode ini dianggap PBB dan dunia internasional sebagai aksi genosida dan pembersihan etnis dan menuntut Israel dengan tuduhan kejahatan perang.

    Namun Israel bergeming dan tetap melanjutkan pembantaian mereka dengan dalil kalau warga sipil Palestina yang terkena serangan mereka sekadar collateral damage, korban tambahan yang tidak terhindarkan.

    Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri cadangan melakukan patroli di wilayah Gaza Utara yang tampak rata tanah. Meski sudah beroperasi berbulan-bulan, IDF belum mampu membongkar kemampuan tempur Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas yang menjalankan taktik gerilya hit and run. (khaberni/HO)

    Sasar Pemuda di Bawah Batas Usia Dewasa

    Menurut laporan investigas media AS tersebut, tentara pendudukan Israel juga secara signifikan memperluas cakupan sasaran para pemuda di bawah umur.

    “IDF mengizinkan serangan terhadap aktivis muda Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ). Pada minggu-minggu pertama perang, Angkatan Udara Israel khususnya, menggunakan bom berat dengan berat 450 dan 900 kg, yang mencakup sekitar 90 persen amunisi,” kata tulisan khaberni mengutip New York Times.

    Pejabat senior di angkatan bersenjata Israel menjelaskan, perubahan aturan tersebut dilakukan dengan latar belakang perasaan akan adanya bahaya yang muncul setelah serangan tanggal 7 Oktober, dan ketakutan akan munculnya front lain di utara. 

    Menurut mereka, instruksi baru itu dilakukan karena perang yang terjadi saat ini belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak seperti konflik-konflik sebelumnya.

    “Menurut investigasi, pada bulan November 2023, dengan latar belakang meningkatnya kritik internasional, tentara Israel mulai memperketat peraturannya lagi. Ada perubahan perintah ,di antaranya, jumlah warga sipil yang dapat terkena ‘colleteral damage’ saat serangan menurun menjadi 10 orang,” tulis Khaberni. 

    “Namun, aturan-aturan ini juga masih lebih keras dibandingkan dengan periode sebelum perang,” tambah laporan itu.

    Para korban dirawat di dalam rumah sakit Kamal Adwan di Beit Lahia di Jalur Gaza utara, setelah serangan Israel di sekitar kompleks medis tersebut pada tanggal 6 Desember 2024, saat perang antara Israel dan kelompok militan Hamas Palestina berlanjut. (Photo by AFP) (AFP/-)

    Korban Meninggal Tembus 45.361 Jiwa

    Adapun serangan Israel terhadap Gaza, per Kamis telah memasuki hari ke-447, dengan pasukan IDF terus melakukan pemboman hebat di berbagai wilayah Jalur Gaza yang terkepung.

    Serangan agresi ini mengakibatkan puluhan korban sipil.

    Sumber-sumber Palestina melaporkan Kamis pagi kalau pesawat tempur ‘Israel’ secara langsung menargetkan kendaraan yang membawa wartawan di luar gerbang selatan Rumah Sakit Al-Awda di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza tengah.

    Pusat Informasi Palestina mengonfirmasi bahwa lima wartawan tewas dalam serangan terhadap kendaraan di dekat Rumah Sakit Al-Awda di kamp pengungsi Nuseirat.

    Koresponden RNTV, mengidentifikasi jurnalis yang terbunuh itu sebagai Faisal Abu Al-Qumsan, Fadi Hassouna, Ayman Al-Jadi, Ibrahim Al-Sheikh, dan Ali Mohammad Al-Da’a.

    Secara terpisah, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan melaporkan bahwa pasukan Israel meledakkan sekitar 10 perangkat robotik di dekat rumah sakit, menyebabkan kerusakan parah pada pintu, penghalang internal, dan jendela.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan bahwa pasukan Israel melakukan tiga pembantaian dalam 24 jam terakhir, yang mengakibatkan sedikitnya 23 kematian dan 39 luka-luka.

    Kementerian tersebut lebih lanjut menyatakan bahwa total korban tewas akibat serangan ‘Israel’ di Gaza sejak Oktober 2023 telah meningkat menjadi 45.361, dengan 107.803 orang terluka.

    Bayi-bayi di Rumah Sakit Al-Helal Al-Emirati di Rafah. (November, 2023).

    Tiga Bayi Meninggal Kedinginan

    Terkait agresi Israel, media Palestina melaporkan bahwa 3 bayi baru lahir tewas di Jalur Gaza, selama 48 jam terakhir, karena suhu dingin di tenda pengungsi dan ketidakmampuan keluarga mereka untuk menemukan alat penghangat.

    “Hari ini, Kamis, bayi Sila Mahmoud Al-Fasih menjadi syahid setelah ia membeku karena kedinginan tenda di Mawasi Khan Yunis, Gaza Selatan” tulis laporan RNTV.

    Ibu anak tersebut berkata: “Sila meninggal karena kedinginan. Saya sedang menghangatkan dan memeluknya. Namun kami tidak memiliki pakaian tambahan untuk menghangatkan gadis ini.”

    Video yang beredar menunjukkan bahwa wajah anak tersebut membiru.

    Dalam empat puluh delapan jam terakhir, Dr. Ahmed Al-Farra, kepala Departemen Pediatri dan Obstetri di Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, melaporkan kematian Sila dan setidaknya dua anak lainnya, salah satunya berusia 3 hari dan yang lainnya berumur satu bulan, karena suhu rendah dan ketidakmampuan mencapai tempat berlindung yang hangat.

    Wilayah pesisir Al-Mawasi, sebelah barat Rafah, yang sebelumnya diklasifikasikan oleh entitas tersebut sebagai “wilayah kemanusiaan”, berulang kali menjadi sasaran serangan Zionis.

    Ribuan warga Palestina mengungsi ke sana untuk mencari perlindungan, dan telah tinggal selama berbulan-bulan di tenda-tenda yang terbuat dari kain dan nilon.

    Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan pada hari Rabu bahwa jumlah korban tewas akibat agresi Israel telah meningkat menjadi 45.361 dan jumlah korban luka menjadi 107.803 sejak 7 Oktober 2023.

     

    (oln/khbrn/RNTV/*)

     

     

  • Azerbaijan Airlines Diduga Ditembak Jatuh Rusia, Moskow Langsung Meradang, Minta Tunggu Investigasi – Halaman all

    Azerbaijan Airlines Diduga Ditembak Jatuh Rusia, Moskow Langsung Meradang, Minta Tunggu Investigasi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah dugaan muncul setelah pesawat Azerbaijan Airlines jatuh di Kazakhstan pada Rabu (25/12/2024) kemarin.

    Dalam peristiwa tersebut, sebanyak 38 orang dinyatakan tewas dan 29 lainnya mengalami luka-luka, termasuk dua anak-anak.

    Empat sumber Azerbaijan yang mengetahui penyelidikan pesawat jatuh itu mengatakan, Azerbaijan Airlines diduga telah ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara milik Rusia.

    Penerbangan Azerbaijan Airlines J2-8243 jatuh di dekat Kota Aktau, Kazakhstan setelah dialihkan dari wilayah Rusia.

    Pengalihan rute itu dikarenakan Rusia menggunakan sistem pertahanan udara terhadap serangan pesawat tak berawak Ukraina dalam beberapa bulan terakhir.

    Pesawat jet penumpang itu terbang ratusan mil dari rute yang dijadwalkan dari Baku, Azerbaijan, ke Grozny, di wilayah Chechnya, Rusia bagian selatan.

    Pesawat itu jatuh di tepi seberang Laut Kaspia setelah apa yang menurut pengawas penerbangan Rusia adalah keadaan darurat yang mungkin disebabkan oleh tabrakan dengan burung.

    Para pejabat tidak menjelaskan mengapa pesawat itu melintasi laut, tetapi kecelakaan itu terjadi setelah serangan pesawat nirawak Ukraina bulan ini menghantam Chechnya.

    Bandara Rusia terdekat di jalur penerbangan pesawat itu ditutup pada Rabu pagi.

    Salah satu sumber Azerbaijan yang mengetahui investigasi kecelakaan itu mengatakan kepada Reuters bahwa hasil awal menunjukkan pesawat itu diserang oleh sistem pertahanan udara Pantsir-S Rusia, dan komunikasinya dilumpuhkan oleh sistem peperangan elektronik saat mendekati Grozny.

    “Tidak ada yang mengklaim bahwa hal itu dilakukan dengan sengaja.”

    “Namun, dengan mempertimbangkan fakta-fakta yang ada, Baku berharap pihak Rusia mengakui penembakan pesawat Azerbaijan tersebut,” kata sumber itu, dikutip dari Reuters.

    Perusahaan keamanan penerbangan, Osprey Flight Solutions mengatakan dalam peringatan kepada maskapai penerbangan pada hari Rabu, bahwa rekaman reruntuhan dan keadaan di sekitar wilayah udara di Rusia barat daya menunjukkan kemungkinan bahwa pesawat itu terkena beberapa bentuk tembakan anti-pesawat.

    Wilayah Dagestan dan Chechnya di Rusia telah menjadi sasaran pesawat nirawak militer bersenjata Ukraina bulan ini, dengan pertahanan udara Rusia diaktifkan sebagai respons, kata Osprey.

    Sebelumnya pada hari Rabu, Kementerian Pertahanan Rusia telah melaporkan jatuhnya 59 pesawat tak berawak Ukraina di beberapa wilayah, katanya.

    Beberapa dilaporkan jatuh di wilayah udara tertutup di atas wilayah yang berbatasan dengan Ukraina, termasuk Laut Azov.

    Operasi penerbangan dilaporkan ditangguhkan sementara di Bandara Kazan Rusia karena aktivitas tersebut.

    Selain itu, data pelacakan penerbangan ADS-B yang tersedia untuk umum menunjukkan bahwa pesawat tersebut mengalami gangguan GPS selama penerbangannya di atas Rusia barat daya, kata peringatan itu.

    Rusia Marah Dituduh Tembak Azerbaijan Airlines

    Puing-puing pesawat penumpang Azerbaijan Airlines di dekat Kota Aktau, Kazakhstan, 25 Desember 2024. (REUTERS) (tangkap layar/Anews)

    Pemerintah Rusia telah memperingatkan agar tidak mempromosikan “hipotesis” tentang penyebab jatuhnya pesawat Azerbaijan Airlines.

    Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menegaskan kepada semua pihak bahwa mereka harus menunggu hasil investigasi sebelum menuduh Rusia menembak jatuh pesawat tersebut.

    “Adalah salah untuk mengajukan hipotesis apa pun sebelum kesimpulan investigasi,” kata Peskov, dikutip dari BBC.

    Peskov dengan tegas mengatakan, Rusia tidak akan melakukan tindakan membahayakan nyawa seperti menembak jatuh pesawat penumpang.

    Dalam pernyataannya, Peskov sekali lagi meminta semua pihak untuk menunggu hasil investigasi selesai.

    Seorang penumpang yang selamat mengatakan kepada TV Rusia, bahwa ia yakin pilot telah mencoba dua kali mendarat di tengah kabut tebal di atas Grozny.

    “Pada ketiga kalinya, sesuatu meledak. Beberapa kulit pesawat terlihat terkelupas,” kata penumpang tersebut.

    Sebagian besar penumpang pesawat adalah warga negara Azerbaijan, tetapi ada juga beberapa penumpang dari Rusia, Kazakhstan, dan Kirgistan.

    Azerbaijan Airlines mengatakan kepada wartawan bahwa pesawat itu telah diservis sepenuhnya pada bulan Oktober dan tidak mengalami kerusakan teknis.

    Embraer, produsen asal Brasil dan pesaing kecil Boeing dan Airbus, memiliki rekam jejak keselamatan yang kuat.

    (Tribunnews.com/Whiesa)

  • End Game, Rusia Incar Pusat-Pusat Pengambil Keputusan di Kiev, Lavrov: Ukraina Serang Target Sipil – Halaman all

    End Game, Rusia Incar Pusat-Pusat Pengambil Keputusan di Kiev, Lavrov: Ukraina Serang Target Sipil – Halaman all

    End Game, Rusia Incar Pusat-Pusat Pengambil Keputusan di Kiev, Lavrov: Ukraina Serang Target Sipil

    TRIBUNNEWS.COM – Pusat-pusat pengambilan keputusan di Ibu Kota Ukraina, Kiev potensial menjadi target serangan Rusia, dalam gelombang serangan besar yang menghujam negara tersebut beberapa hari terakhir.

    Ancaman ini dilontarkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, yang menyebut serangan yang ditargetkan Rusia tergantung pada ancaman yang ada.

    “Tetapi Moskow tidak pernah menyerang fasilitas sipil,” kata Lavrov dalam pernyataan pada wawancara dengan media dalam dan luar negeri, Kamis (26/12/2024).

    “Kami memilih target untuk serangan di wilayah Ukraina, semata-mata berdasarkan ancaman terhadap Rusia. Target ini bisa berupa fasilitas militer dan perusahaan pertahanan. Pusat-pusat pengambilan keputusan di Kiev juga bisa menjadi target semacam itu. Namun, tidak ada aturan untuk melakukan serangan balasan terhadap target sipil,” kata Lavrov.

    Menyerang target sipil, tambahnya, justru dipertontonkan Ukraina dengan dukungan sekutu Baratnya.  

    “Ini (menyerang target sipil) adalah aturan Nazi yang telah bercokol di Kiev dengan dukungan Barat dan ini adalah aturan mereka yang memasok senjata kepada mereka untuk menghancurkan infrastruktur sipil dan warga sipil,” kata diplomat tinggi Rusia itu.

    “Kiev setiap hari melaporkan serangan menggunakan kendaraan udara tak berawak dan rudal Barat terhadap “target sipil yang jelas,” kata Lavrov menekankan, dilansir TASS.

    “Warga sipil terbunuh dalam serangan ini. Serangan tersebut dilancarkan terhadap ambulans, pasar barang, dan fasilitas sipil lainnya,” lanjut menteri luar negeri Rusia tersebut.

    “Tidak ada satu pun negara Barat yang memasok senjata kepada rezim Nazi di Kiev yang pernah memperingatkannya agar tidak terlibat dalam pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional dan aturan peperangan,” kata Lavrov.

    “Selama rezim Kiev terus berperilaku seperti ini, dan ini tidak hanya didorong tetapi juga diarahkan oleh Barat, termasuk Prancis, kami akan menanggapi (membalas) tetapi kami tidak akan menanggapi dengan cara yang dilakukan oleh rezim Kiev atas dorongan Anda,” kata menteri luar negeri Rusia, menjawab pertanyaan dari seorang jurnalis Prancis.

    “Kami hanya menyasar fasilitas militer, lokasi industri militer, dan instalasi lain yang terkait dengan pasokan angkatan bersenjata Ukraina,” kata Lavrov.

    Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, Kiev juga kehilangan lebih dari 2.360 prajurit, empat tank, termasuk satu tank Leopard buatan Jerman dan dua tank Abrams buatan Amerika. (Sputnik/Mikhail Voskresenski)

    Risiko End Game Bagi Ukraina

    Ancaman Lavrov di atas bisa jadi skenario mematikan bagi Ukraina yang kemungkinan menjadi end game dengan akhir berupa kekalahan memalukan bagi Barat.

    Kiev, lokasi di mana Ukraina mengelola keputusan dalam perang melawan Rusia, menjadi lokasi inti bagi presiden Volodymir Zelensky.

    Ancaman Rusia ini bukan isapan jempol semata.

    Rusia mengeklaim telah menghancurkan empat peluncur rudal Patriot MIM-104 yang diproduksi Amerika Serikat, bersama dengan sistem radar AN/MPQ-65, dalam serangan presisi yang dilakukan oleh angkatan bersenjata mereka, pekan lalu.

    Serangan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan Rusia untuk merusak infrastruktur pertahanan udara Ukraina.

    Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, serangan ini tidak hanya menargetkan radar dan peluncur, tetapi juga pangkalan udara militer Ukraina, konsentrasi pasokan, dan peralatan strategis di 146 lokasi.

    “Combat control vehicle, radar AN/MPQ-65, dan empat peluncur sistem pertahanan udara Patriot telah dihancurkan,” ungkap Kementerian Pertahanan Rusia.

    Serangan tersebut dilakukan menggunakan kombinasi rudal balistik Iskander-M, pesawat tempur taktis, dan drone bersenjata, menunjukkan kemampuan Rusia yang semakin berkembang dalam perang misil dan akurasi yang meningkat dalam menargetkan aset bernilai tinggi.

    Sistem Patriot, salah satu teknologi pertahanan udara tercanggih di gudang senjata Ukraina, telah menghadapi kerugian yang meningkat selama beberapa bulan terakhir.

    Eleminasi pertama Patriot terjadi pertengahan 2023, di mana rekaman telah muncul yang mendokumentasikan penghancuran berbagai komponen Patriot, dengan salah satu serangan paling awal yang dikonfirmasi terjadi pada Mei 2023, ketika jet tempur MiG-31K Rusia meluncurkan serangan rudal balistik pada radar Patriot.

    Serangan berikutnya, termasuk serangan rudal besar pada Maret 2024, telah menunjukkan kerusakan lebih lanjut pada baterai Patriot di seluruh wilayah yang diperebutkan, khususnya di wilayah Donetsk dan Odesa.

    Salah satu insiden paling signifikan terjadi pada bulan Juli, ketika pasukan Rusia menghancurkan dua baterai Patriot di dekat Yuzhnoye, menggunakan rudal berpemandu presisi. 

    Baru-baru ini, pada bulan Agustus, rudal Rusia menghantam peluncur Patriot dan stasiun radar di lokasi yang dirahasiakan, membuktikan kerentanan berkelanjutan dari sistem pertahanan berteknologi tinggi ini.

    Penghancuran sistem Patriot ini menggarisbawahi tren yang lebih luas: pengurangan parah aset pertahanan udara Ukraina yang paling canggih. 

    Karena Rusia semakin menargetkan sistem ini, Kyiv menghadapi tantangan untuk mempertahankan jaringan pertahanan udaranya di bawah tekanan.

    Ukraina dalam bahaya besar.

    Sistem pertahanan udara Patriot saat di operasikan di Ukraina. Peluncur rudal buatan AS itu habis di Ukraina karena diserang oleh Rusia,kini Kiev kembali meminta untuk mengamankan wilayahnya. (Kementerian Pertahanan Ukraina)

    Menipisnya pertahanan udara membuat negara itu rentan menghadapi ancaman drone, pesawat tempur hingga rudal Moskow.

    Karena Rusia mengintensifkan kampanye rudalnya, ketergantungan Ukraina pada sistem pertahanan rudal Patriot MIM-104 berteknologi tinggi menjadi semakin bermasalah. 

    Kekurangan global sistem ini sangat membatasi kemampuan Ukraina untuk mengganti aset yang hancur, membuat negara itu rentan terhadap serangan Rusia yang meningkat.

    Sistem Patriot, di antara teknologi pertahanan udara tercanggih yang tersedia, telah menjadi landasan strategi Ukraina melawan rudal dan pesawat nirawak Rusia. 

    Namun, kapasitas produksi yang terbatas dari sistem ini, dikombinasikan dengan kepentingan strategisnya bagi negara-negara NATO, telah menciptakan kemacetan pasokan yang parah.

    AS dan negara-negara NATO menghadapi tantangan signifikan dalam menyeimbangkan kebutuhan pertahanan mereka sendiri dengan tuntutan untuk mendukung Ukraina. 

    Dengan keterbatasan cadangan Patriot dan tidak adanya pengganti segera, Ukraina berjuang untuk mempertahankan jaringan pertahanan udara yang kuat.

    Faktanya, banyak Patriot yang dipasok ke Ukraina telah hancur dalam serangan Rusia, dan pengisian ulangnya terbukti menjadi proses yang lambat dan rumit.

    Kekurangan sistem Patriot berarti Ukraina menjadi semakin bergantung pada alternatif yang sudah ketinggalan zaman atau kurang efektif, sehingga meninggalkan celah dalam pertahanan udaranya. Sistem berteknologi tinggi ini sangat penting untuk mencegat rudal Rusia berkecepatan tinggi dan melindungi infrastruktur penting.

    Tanpa sistem tersebut, pertahanan Ukraina akan melemah secara signifikan, dan lebih banyak kota, instalasi militer, dan lapangan udaranya akan tetap terkena serangan Rusia.

    Sejak pertengahan 2023, telah terjadi beberapa contoh sistem Patriot yang dikonfirmasi dihancurkan oleh serangan rudal Rusia, termasuk keberhasilan penargetan peluncur dan stasiun radar di wilayah yang disengketakan seperti Donetsk dan Odesa. 

    Pengurangan ini diperparah oleh lambatnya pengisian ulang sistem ini dari stok NATO, yang sudah menipis.

    Situs Militer Bulgaria menulis, meskipun sekutu Barat terus berupaya untuk mengirim sistem pertahanan rudal alternatif seperti NASAMS, teknologi ini tidak dapat menandingi kemampuan Patriot untuk melawan rudal balistik berkecepatan tinggi.

    “Hal ini membuat Ukraina berada pada posisi yang kurang menguntungkan dalam perjuangannya untuk mempertahankan wilayah udaranya dari serangan rudal dan pesawat nirawak Rusia yang semakin canggih.”

    Dengan cadangan sistem Patriot global yang sangat rendah dan NATO tidak dapat menyediakan pengganti yang cepat, kemampuan Ukraina untuk mempertahankan diri dari ancaman udara Rusia semakin dipertanyakan. 

    Sistem Patriot dianggap oleh banyak orang sebagai standar emas pertahanan udara, tetapi kelangkaannya dan biayanya yang tinggi membuatnya sulit untuk ditingkatkan dengan cepat. Bagi Ukraina, kurangnya sistem ini berarti meningkatnya kerentanan.

    Selain itu, sementara AS dan negara-negara NATO lainnya terus mengirim bantuan militer, mereka juga menghadapi kenyataan bahwa kebutuhan pertahanan udara mereka sendiri merupakan prioritas. 

    Keseimbangan antara mendukung Ukraina dan memastikan keamanan nasional semakin rumit seiring berlanjutnya perang.

    Tanpa peningkatan signifikan dalam produksi sistem ini, negara-negara NATO mungkin tidak akan mampu mempertahankan komitmen pertahanan mereka sendiri dan persyaratan Ukraina.

    Kekurangan sistem rudal Patriot secara global dapat berdampak jangka panjang bagi Ukraina dan NATO.

    Jika Rusia terus menargetkan infrastruktur pertahanan udara Ukraina dengan peningkatan efisiensi, Kyiv perlu menemukan cara untuk beradaptasi dengan cepat.

    Serangan Rusia ke Ukraina 2022

    Perang dua negara ini bermula pada 21 Februari 2022, Rusia menyatakan bahwa fasilitas perbatasannya diserang oleh pasukan Ukraina, yang mengakibatkan tewasnya lima pejuang Ukraina. 

    Namun, Ukraina dengan cepat menepis tuduhan ini, dan menyebutnya sebagai ‘false flags’.

    Dalam sebuah langkah penting pada hari yang sama, Rusia mengumumkan secara resmi mengakui wilayah DPR dan LPR yang diproklamirkan sendiri. 

    Menariknya, menurut Presiden Rusia Putin, pengakuan ini mencakup semua wilayah Ukraina. Setelah deklarasi ini, Putin mengirim satu batalion pasukan militer Rusia, termasuk tank, ke wilayah ini.

     

    (oln/tass/MNA/*)

  • Pemerintah Suriah Buru Loyalis Rezim Assad hingga ke Desa dan Hutan, Diminta Serahkan Senjata – Halaman all

    Pemerintah Suriah Buru Loyalis Rezim Assad hingga ke Desa dan Hutan, Diminta Serahkan Senjata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah baru Suriah melakukan operasi “pembersihan” terhadap loyalis rezim presiden Bashar al-Assad yang masih tersisa di berbagai wilayah Suriah.

    Operasi ini digelar di seluruh Suriah, termasuk di wilayah pesisir tempat 14 polisi tewas sehari sebelumnya.

    Provinsi Tartous yang menjadi rumah bagi banyak anggota sekte Alawite pro-Assad menjadi salah satu lokasi yang menjadi fokus operasi ini.

    “Pasukan keamanan pemerintahan baru melancarkan operasi untuk mengendalikan keamanan, stabilitas, dan perdamaian sipil, serta mengejar sisa-sisa milisi Assad di hutan dan perbukitan di daerah pedesaan Tartous,” lapor kantor berita SANA, Kamis (26/12/2024).

    Sebelumnya, pada Rabu (25/12/2024), terjadi bentrokan antara polisi dari pemerintah baru Suriah yang akan menangkap militan yang setia kepada rezim Assad di beberapa daerah Tartous, Jableh, dan Qardaha di pesisir pantai.

    Bentrokan itu menewaskan 14 polisi Suriah dan melukai 10 lainnya, sehingga pemerintah baru Suriah mengirim pasukan tambahan.

    Untuk membendung kekerasan, pemerintah sementara memberlakukan jam malam di Homs, Tartous, Latakia, dan Jableh dari pukul enam pada Rabu malam hingga pukul delapan pada Kamis pagi.

    Selain itu, operasi tersebut mencakup penggerebekan dan pencarian senjata di beberapa wilayah.

    Di pedesaan Damaskus, Pasukan Keamanan Umum menemukan gudang amunisi dalam jumlah besar di beberapa rumah, dan mencatat banyak penduduk lingkungan tersebut menyerahkan sejumlah besar senjata.

    Anggota Militer Rezim Assad Serahkan Senjata

    Tentara rezim presiden Bashar al-Assad terus menyerahkan senjatanya setelah rezim Assad digulingkan oleh aliansi oposisi bersenjata Hayat Tahrir al-Sham (HTS) pada 8 Desember lalu.

    Mereka mengantre untuk menyerahkan senjata mereka dan mendaftar di “Pusat Pemukiman” di lingkungan Jamiliyah di Kegubernuran Aleppo, yang didirikan oleh pemerintahan baru Suriah.

    Ratusan tentara rezim berbaris di depan pusat pemukiman itu, di mana mereka memasuki pusat tersebut setelah menyerahkan senjata dan menginjak foto Bashar al-Assad.

    Pendaftar mendapat kartu sementara untuk jangka waktu tiga bulan, sehingga ia dapat bepergian ke seluruh negeri dengan aman.

    “Saya datang ke sini demi penyelesaian masalah. Perawatannya baik, dan semoga Tuhan mengutuk Bashar al-Assad,” kata Muhammad Al-Ali, salah satu dari mereka yang dulu bertugas di Kegubernuran Suwayda di Suriah selatan.

    Sementara itu, Abdul Razzaq Muhammad Al-Hussein mengatakan ia berpangkat brigadir jenderal dan telah menjadi sukarelawan di militer sejak 1993.

    “Saya datang untuk menyelesaikan situasi saya dengan saudara-saudara revolusioner kita. Perlakuan mereka sangat baik… Kita semua adalah manusia, dan masyarakat Suriah dicirikan oleh nilai-nilai persaudaraan dan hidup berdampingan,” kata Abdul Razzaq Muhammad Al-Hussein, seperti diberitakan Anadolu Agency.

    Anggota lainnya, Bahaa Abdul yang dulu bertugas di cabang Keamanan Negara di Aleppo, juga mendukung keputusan pemerintahan baru Suriah dan mengatakan ia diperlakukan baik di pusat pemukiman tersebut.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Sanaa dan Hodeidah Diserbu Serangan Udara Israel, Konflik dengan Houthi Makin Panas – Halaman all

    Giliran Drone Kamikaze Houthi Hantam Zona Industri Ashkelon, IRGC Iran: Israel Salah Perhitungan – Halaman all

    Giliran Drone Kamikaze Houthi Hantam Zona Industri Ashkelon, IRGC Iran: Israel Salah Perhitungan

    TRIBUNNEWS.COM – Dalam peningkatan serangan ke wilayah Israel dalam sepekan terakhir, Angkatan Bersenjata Yaman terafiliasi gerakan Houthi, kembali meluncurkan rudal mereka ke negara pendudukan tersebut.

    Setelah meluncurkan rudal-rudal balistiknya, Tentara Yaman mengatakan telah melakukan operasi lain berupa serangan pesawat tak berawak yang menargetkan “zona industri musuh Israel” di wilayah Ashkelon.

    Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman, Brigadir Jenderal Yahya Saree membuat pengumuman tersebut pada Rabu (25/12/2024), PressTV melaporkan. 

    Operasi tersebut, klaim Saree, “berhasil mencapai tujuannya.”

    Menurut Saree, operasi dua tahap oleh Angkatan Udara Yaman juga mencakup serangan terhadap posisi vital Israel di wilayah Jaffa, Palestina yang diduduki Israel. 

    Pada tahap operasi lainnya, kawasan industri tersebut diserang.

    Yahya Saree, mengatakan dalam sebuah pernyataan kalau “Kekuatan rudal menargetkan sasaran militer tentara pendudukan di wilayah Jaffa yang diduduki, dengan rudal balistik hipersonik Palestina 2,”.

    Saree mengklaim kalau operasi tersebut juga mencapai targetnya.

    Tentara pendudukan Israel mengumumkan sebelumnya pada Rabu pagi bahwa mereka telah mencegat sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman menuju Israel.

    Pernyataan tentara pendudukan yang dipublikasikan di aplikasi Telegram mengatakan, “Sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman berhasil dicegat.”

    Sementara itu, Channel 13 mengutip sumber yang mengatakan bahwa Perdana Menteri Pendudukan Benjamin Netanyahu menentang usulan kepala Mossad yang percaya kalau tindakan harus diambil secara langsung terhadap Iran dan bukan terhadap Houthi.

    Rakyat Yaman telah menyatakan dukungan terbuka mereka terhadap perjuangan Palestina melawan pendudukan Israel sejak rezim tersebut melancarkan perang yang menghancurkan di Gaza pada tanggal 7 Oktober setelah gerakan Perlawanan Palestina di wilayah itu melancarkan serangan balasan mendadak, yang dijuluki Operasi Badai Al-Aqsa, terhadap entitas pendudukan.

    Angkatan Bersenjata Yaman telah menyatakan,  mereka tidak akan menghentikan serangan sampai serangan darat dan udara Israel yang tiada henti di Gaza, yang telah menewaskan sedikitnya 27.948 orang dan melukai 67.459 orang lainnya, berakhir.

    Amerika Serikat dan Inggris pada bulan Desember mengumumkan koalisi militer untuk menargetkan Yaman guna mendukung Israel. 

    Tangkapan layar video peluncuran rudal yang dirilis Houthi (via Ynet)

    IRGC Iran: Israel Salah Perhitungan

    Terkait eskalasi serangan Houthi ke Israel, Brigadir Jenderal Ali Mohammad Naeini, seorang juru bicara Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan serangan rudal “cepat” oleh gerakan perlawanan Ansarullah (Houthi) Yaman menyiratkan kalau Israel salah perhitungan.

    “Serangan Houhti mengubah perhitungan Israel karena rezim tersebut gembira atas situasi Suriah,” katanya dilansir MNA.

    Pernyataan Brigadir Jenderal Ali Mohammad Naeini itu disandarkan pada hipotesis kalau Israel memanfaatkan pergolakan di Suriah dan menilai pengaruh Iran terputus karena pergantian rezim di negara tersebut.

    Brigadir Jenderal Ali Mohammad Naeini, yang juga merupakan kepala Departemen Hubungan Masyarakat IRGC, menyampaikan pernyataan tersebut pada Kamis (26/12/2024) di tengah agresi rezim Israel terhadap Suriah dan serangan rudal Yaman yang terus-menerus terhadap wilayah pendudukan.

    “Langkah-langkah kuat yang dilakukan oleh gerakan Ansarullah Yaman menunjukkan bahwa front perlawanan itu mandiri dan bebas di berbagai bidang dan mempunyai kemampuan yang tak tertandingi untuk menanggapi kejahatan rezim Zionis,” katanya.

    Ia menambahkan bahwa media global sedang menargetkan perlawanan dan menyebarkan propaganda menentangnya untuk membungkam suaranya.

    Komandan IRGC menekankan perlunya membentuk front media yang luas untuk menghadapi gerakan yang menentang front perlawanan dengan cara yang inovatif.

    Sistem pertahanan udara Arrow Israel mencegat rudal yang ditembakkan kelompok Houthi Yaman. Untuk ketiga kali dalam sepekan, Houthi menyerang Israel tengah dengan Tel Aviv sebagai sasarannya, Selasa (24/12/2024). (khaberni/tangkap layar)

    Bukan Musuh Biasa

    Sumber militer dan keamanan Israel dalam wawancara bersama Maariv, Senin (23/12/2024), mengungkapkan serangan kelompok Houthi Yaman pada Sabtu (21/12/2024), telah membayangi dan menimbulkan kekhawatiran bagi Tel Aviv.

    Sumber itu mengakui strategi teka-teki Houthi rumit diprediksi, dan mengatakan, “Mereka bukanlah musuh biasa.”

    Di antara berbagai kerumitan dalam menghadapi Houthi dan Angkatan Bersenjata Yaman, kata sumber itu, adalah jarak ribuan kilometer yang memisahkan Israel dan Yaman.

    Terlebih, Angkatan Bersenjata Yaman tersebar di seluruh negeri dan hadir di wilayah-wilayah yang tidak tercantum di peta, dilansir Al Mayadeen.

    Sumber keamanan lainnya mengatakan, kelompok Houthi merupakan tantangan yang belum pernah “dihadapi Israel sebelumnya.”

    “Israel tidak tahu bagaimana cara mengatasinya,” lanjut sumber itu.

    Baru-baru ini, media Israel secara menyeluruh memeriksa kesulitan militer dalam menghadapi Houthi, terutama kemampuan militer Yaman dan kegagalan lembaga keamanan Israel untuk mencegat rudal balistik Houthi.

    Karena itu, Israel memandang sulit untuk mengalahkan Houthi.

    Israel, lapor i24News, merasa perlu bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS) untuk melawan kelompok itu.

    Netanyahu Bakal Ambil Tindak Tegas Terhadap Houthi

    Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pihaknya bakal bertindak tegas terhadap kelompok Yaman, Houthi, yang didukung Iran.

    Ia juga memastikan “balasan Israel” terhadap Houthi, tak akan berbeda kepada kelompok militan lain yang didukung Iran.

    “Sebagaimana kami bertindak dengan kekuatan penuh terhadap poros yang didukung Iran, maka kami akan bertindak serupa terhadap Houthi,” kata Netanyahu dalam pertemuan Kabinet Keamanan di Komando Angkatan Udara utara, Minggu (22/12/2024), dikutip dari Iran International.

    Lebih lanjut, Netanyahu mengungkapkan Israel akan dibantu sekutunya, Amerika Serikat (AS), dalam menghadapi Houthi.

    “Hanya dalam kasus ini, kami tidak bertindak sendiri. Amerika Serikat, serta negara-negara lain, melihat Houthi sebagai ancaman tidak hanya bagi pelayaran internasional, tetapi juga bagi tatanan internasional.”

    “Oleh karena itu, kami akan bertindak dengan kekuatan, tekad, dan kecanggihan,” urai dia.

    Sebagai informasi, AS melancarkan serangan udara terhadap Houthi di Sana’a, Yaman, Sabtu.

    Serangan itu terjadi beberapa jam setelah Houthi menembakkan rudal yang menghantam wilayah sipil di Israel.

    Houthi yang didukung Iran, yang menguasai sebagian besar Yaman, melancarkan blokade Laut Merah pada November tahun lalu atas perintah Pemimpin Tertinggi Iran, menyusul pecahnya perang Gaza, dalam kesetiaan kepada Hamas.

    Meskipun awalnya mereka bermaksud menargetkan kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel dalam upaya untuk memaksakan gencatan senjata, serangan tersebut kemudian telah menyebar ke pengiriman komersial global, dengan banyak kapal menjadi sasaran serangan dan puluhan pelaut internasional disandera.

    Rudal Houthi Hantam Kementerian Pertahanan Israel

    Pekan lalu, Houthi mengumumkan telah melancarkan dua rudal hipersonik ke Israel, Rabu (17/12/2024).

    Salah satu rudal menghantam Kementerian Pertahanan Israel di pusat kota.

    Sementara, satu rudal lainnya diluncurkan saat pesawat tempur Israel menyerang Yaman.

    Operasi itu bersamaan dengan serangan udara Israel di Yaman, dilansir Al Mayadeen.

    Pemimpin gerakan Houthi, Abdul Malik al-Houthi, mengungkapkan serangan pihaknya ke Kementerian Israel menyebabkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) “mengalami kebingungan signifikan sebab misi mereka terganggu.”

    Ia menegaskan pihaknya tak akan mundur sedikitpun dari posisi mendukung rakyat Palestina.

    “Kami tidak akan menyimpang dari posisi kami dalam mendukung rakyat Palestina, terlepas dari tantangan atau serangan dari AS, Israel, atau sekutu mereka,” tegasnya.

    Al-Houthi juga menyerukan kepada rakyat Yaman untuk berpartisipasi dalam unjuk rasa besar-besaran pada Jumat (20/12/2024), untuk mendeklarasikan tantangan mereka terhadap Israel dan menegaskan kembali keteguhan mereka.

    Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Israel juga pernah menjadi sasaran serangan kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah, pada pertengahan November 2024.

    Saat itu, Hizbullah mengatakan drone mereka tepat mengenai sasaran yang dituju.

     

    (oln/khbrn/*)

     

  • Pernah Disebut Ingin Ledakkan Timur Tengah, Menteri Israel Ben Gvir Nekat Berdoa di Al-Aqsa – Halaman all

    Pernah Disebut Ingin Ledakkan Timur Tengah, Menteri Israel Ben Gvir Nekat Berdoa di Al-Aqsa – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, kembali menginjakkan kaki di kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem Timur, pagi ini, Kamis (26/12/2024).

    Ben Gvir mengaku “berdoa” di kompleks itu. Tindakan itu melanggar aturan karena orang Yahudi sudah secara resmi dilarang berdoa di kompleks Al-Aqsa.

    “Saya pergi ke tempat suci kita pagi ini untuk berdoa demi keamanan tentara kita, agar semua yang disandera cepat pulang, dan demi kemenangan total, dengan bantuan Tuhan,” katanya di media sosial X.

    Tidak diketahui secara pasti apakah Ben Gvir benar-benar berdoa di komplek Al-Aqsa.

    Times of Israel mengabarkan setelah Ben Gvir mengaku berdoa di Al-Aqsa, Kantor Perdana Menteri Israel menyatakan “status quo Bait Suci (kompleks Al-Aqsa) tidak berubah”.

    Status quo itu memungkinkan umat Islam untuk masuk dan berdoa di sana. Nonmuslim seperti Yahudi hanya bisa masuk ke sana saat waktu tertentu dan terbatas.

    Kompleks Al-Aqsa saat ini dikelola oleh yayasan keagamaan Yordania. Orang Yahudi bisa masuk, tetapi tidak boleh berdoa di sana.

    Menteri Keamanan Nasional dalam pemerintahan pendudukan Israel, Itamar Ben Gvir. (khaberni)

    Ben Gvir ingin bangun sinagog

    Pada bulan Agustus kemarin, Ben Gvir mengaku ingin membangun sinagog di atas kompleks Al-Aqsa.

    “Apabila saya bisa melakukan apa yang saya inginkan, sebuah sinagog juga akan di bangun di atas Bait Suci,” katanya kepada Army Radio.

    “Jika saya berkata bahwa umat Islam tidak diizinkan untuk berdoa, kalian akan membunuh saya.”

    Dia juga mengatakan tidak akan mencegah umat Islam membawa sajadah di Tembok Barat yang menjadi situs Yahudi di Kota Tua Yerusalem.

    Dikutip dari Middle East Eye, orang-orang Israel dengan bantuan pihak berwenang sudah kerap menyerbu Al-Aqsa dan melakukan ritual di sana.

    Ben Gvir dan beberapa politikus sayap kanan Israel juga sering ikut menyerbu Al-Aqsa.

    Menteri Dalam Negeri Israel, Moshe Arbel, mengutuk pernyataan Ben Gvir itu. Menurut dia, pernyataan itu justru membahayakan “aliansi strategis Israel dengan negara-negara muslim”.

    Arbel mewakili faksi Ortodoks dalam koalisi pemerintahan Israel. Dia menolak keberadaan orang Yahudi di Al-Aqsa.

    Ada banyak komunitas ultra-Ortodoks yang meyakini kompleks itu sebagai area sakral dan mematuhi aturan yang melarang kunjungan ke sana.

    Sementara itu, warga Palestina takut, serbuan Israel itu pada akhirnya akan membuat masjid itu dibagi dua menjadi milik umat Islam dan Yahudi.

    Hal seperti itu pernah terjadi pada Masjid Ibrahimi di Hebron yang dipecah tahun 1990-an.

    Komunitas Yahudi dengan latar belakang Kompleks Masjid Al Aqsa yang mereka sebut dengan Bukit Bait Suci di Al-Quds (Yerusalem) di wilayah Palestina yang diduduki Israel. (khaberni/HO)

    Dituding ingin “ledakkan Timur Tengah”

    Perilaku Ben Gvir yang kerap masuk ke kompleks Al-Aqsa perang dikecam oleh Yoav Gallant yang waktu itu masih menjadi Menteri Pertahanan Israel.

    Gallant menuding Israel ingin “meledakkan” Timur Tengah dengan mengubah status quo Al-Aqsa.

    Tuding itu disampaikan Gallant setelah Ben Gvir mengizinkan pemukim Yahudi untuk berdoa di sana.

    “Itamar Ben Gvir terus berupaya meledakkan Timur Tengah,” kata Gallant di X pada bulan Juli 2024.

    “Saya dengan tegas menolak gagasan apa pun yang membahayakan status quo di kota suci Yerusalem.”

    (Tribunnews/Febri)