Category: Tribunnews.com Internasional

  • Rekam Jejak Digital Paus Leo XIV di Medsos: Kritik Donald Trump dan JD Vance – Halaman all

    Rekam Jejak Digital Paus Leo XIV di Medsos: Kritik Donald Trump dan JD Vance – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, AS – Kardinal asal Amerika Serikat (AS), Robert Francis Prevost, resmi diumumkan sebagai paus baru pada Kamis (8/5/2025) dan memilih nama Leo XIV.

    Pemimpin 1,4 miliar umat Katolik ini berasal dari Chicago meski banyak menghabiskan waktunya di Peru.

    Reaksi Presiden AS Donald Trump

    “Saya melihat asapnya, tetapi saya belum melihat Paus,” kata Trump saat keluar dari sebuah acara di Gedung Putih AS sebelum Paus terpilih.

    Tak lama setelah pernyataan Trump, Kardinal Robert Prevost diumumkan sebagai pengganti Fransiskus.

    Trump bereaksi terhadap terpilihnya Leo dengan menulis di Truth Social: “Selamat kepada Kardinal Robert Francis Prevost, yang baru saja diangkat menjadi Paus. Merupakan suatu kehormatan untuk menyadari bahwa ia adalah Paus Amerika pertama. Sungguh menggembirakan, dan merupakan Kehormatan Besar bagi Negara kita. Saya berharap dapat bertemu dengan Paus Leo XIV. Ini akan menjadi momen yang sangat berarti!”

    Pernah Kritik Donald Trump dan Wakilnya

    Sebelum diangkat jadi Paus, Robert Francis Prevost kerap mengkritik secara positif Donald Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance.

    JD Vance, seorang penganut Katolik, adalah penganut Katolik paling terkemuka dalam politik Amerika  menurut Newsweek.

    Pada awal Februari, Robert Prevost membagikan sebuah artikel dari sebuah publikasi Katolik dengan judul, “JD Vance salah: Yesus tidak meminta kita untuk menentukan peringkat kasih kita kepada orang lain.”

    Hal itu terjadi beberapa hari setelah Vance membahas kritik terhadap kebijakan imigrasi pemerintahan Trump.

    Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, dia merujuk pada prinsip Kristen “bahwa Anda mencintai keluarga Anda dan kemudian mencintai tetangga Anda, dan kemudian mencintai komunitas Anda, dan kemudian mencintai sesama warga negara Anda, dan kemudian setelah itu, memprioritaskan seluruh dunia.”

    Menanggapi kritik daring atas posisinya, Vance menulis di X, “Cukup cari di Google ‘ordo amoris.’ Selain itu, gagasan bahwa tidak ada hierarki kewajiban melanggar akal sehat dasar.”

    “Ordo amoris,” sebuah ajaran Katolik yang bersejarah, diterjemahkan menjadi “tatanan cinta.”

    Sepuluh hari setelah unggahan pertamanya, Robert Prevost membagikan tulisan lain dari sebuah publikasi Jesuit, berjudul, “Surat Paus Fransiskus, ‘ordo amoris’ JD Vance, dan apa yang Injil minta dari kita semua tentang imigrasi.”

    Sebelum postingan pertamanya di bulan Februari,  Robert Prevost telah tidak aktif di X sejak Juli 2023.

    Ucapan Selamat

    Setelah terpilihnya Robert Prevost jadi paus baru, Vance mengunggah ucapan selamat atas terpilihnya X, seraya menambahkan, “Saya yakin jutaan umat Katolik Amerika dan umat Kristen lainnya akan berdoa untuk keberhasilannya dalam memimpin Gereja. Semoga Tuhan memberkatinya!”

    Kritik untuk Donald Trump

    Saat kampanye Trump pada Juli 2015, Leo memposting ke X (twitter) sebuah opini di Washington Post yang ditulis oleh Kardinal Timothy Dolan, Uskup Agung New York.

    Opini itu berjudul, “Mengapa retorika anti-imigran Donald Trump begitu bermasalah.”

    Setelah terpilihnya Trump jadi presiden untuk pertama kali pada tahun 2016, Leo mengunggah ulang khotbah yang disampaikan Uskup Agung Los Angeles José Gomez.

    Khotbah  yang menggambarkan ketakutan banyak orang, termasuk anak-anak sekolah yang “berpikir pemerintah akan datang dan mendeportasi orang tua mereka, kapan saja”

    Beberapa hari kemudian, Leo juga mengunggah sebuah artikel dari media Katolik yang mengutip pernyataan dari Demokrat bahwa, dalam kekalahannya, calon dari Demokrat Hillary Clinton “mengabaikan para pendukung pro-kehidupan dan hal ini akan membahayakan dirinya sendiri.”

    Pada bulan September 2017, beberapa bulan setelah Trump memulai masa jabatan pertama, Leo menyebarkan kembali sebuah postingan yang ditulis oleh penulis sekaligus aktivis Sister Helen Prejean yang mengatakan bahwa dia mendukung “para #Dreamers dan semua orang yang tengah berupaya mewujudkan sistem imigrasi yang adil, jujur, dan bermoral.”

    Dia juga mengunggah ulang tulisan penulis sejarah gereja Rocco Palmo dengan cuplikan, “Mengatakan bahwa kalimat ‘orang jahat’ Trump memicu ‘rasisme dan nativisme,’ para uskup Cali mengirimkan serangan pendahuluan terhadap pencabutan DACA.”

    Sumber: AP/Newsweek

     

  • Rekam Jejak Digital Paus Leo XIV di Medsos: Kritik Donald Trump dan JD Vance – Halaman all

    Alasan Robert Prevost Gunakan Nama Paus Leo XIV, Mengambil dari Garis Keturunan Leo yang Agung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Setelah beberapa hari mengadakan konklaf untuk memilih paus baru, Vatikan akhirnya mengumumkan sosok paus baru, Kamis (8/5/2025).

    Sosok tersebut adalah Robert Prevost, orang Amerika Serikat pertama yang menjadi pemimpin Gereja Katolik setelah kematian Paus Fransiskus.

    Dalam pengumuman yang dibuat Vatikan, Robert Prevost akan menggunakan nama Paus Leo XIV selama kepausannya.

    Nama ‘Leo’ diadopsi Robert Prevost menempatkannya dalam garis keturunan yang terkait dengan kepemimpinan yang kuat.

    Selain itu, nama ‘Leo’ mengingatkan pada Paus Leo yang Agung, yang menjabat dari tahun 440 hingga 461.

    Paus Leo I adalah sosok paus yang dikenal dengan aksi heroiknya yang membujuk bangsa Hun untuk tidak menyerang Roma.

    Pemilihan ‘Leo’ sebagai nama kepausan memiliki pengaruh yang kuat secara historis. Nama tersebut telah diadopsi oleh 14 paus.

    Dikutip dari Newsweek, paus terakhir sebelum Prevost adalah Paus Leo XIII, yang memimpin gereja dari tahun 1878 hingga 1903.

    Ia memiliki masa pemerintahan terlama keempat dari semua paus dan menghasilkan ensiklik Rerum Novarum.

    Walaupun Prevost belum secara eksplisit mengonfirmasi alasannya untuk nama tersebut, garis keturunan yang diikutinya mencakup Leo III, yang memahkotai Charlemagne sebagai Kaisar Romawi Suci pada tahun 800, dan Leo X, yang mengucilkan Martin Luther pada tahun 1821.

    Sosok Robert Prevost

    Meski lama hidup di Peru, Robert Prevost lahir di Chicago, Amerika Serikat (AS) pada tahun 1955.

    Orang tua Robert Prevost merupakan keturunan Spanyol dan Prancis-Italia.

    Sebelum pindah ke Peru, ia sempat menjabat sebagai putra altar dan ditahbiskan sebagai pendeta pada tahun 1982.

    Di usia 30 tahun, atau tiga tahun setelah menjadi pendeta, Robert Prevost pindah ke Peru sebagai bagian dari misi Agustinian.

    Dikutip dari BBC, Robert Prevost hidup bertahun-tahun di Peru sebagai misionaris.

    Ia menghabiskan 10 tahun sebagai pendeta paroki setempat dan sebagai guru di sebuah seminari di Trujillo di barat laut Peru.

    Prevost dikenal baik oleh para kardinal karena peran pentingnya sebagai prefek Departemen Uskup di Amerika Latin, yang memiliki tugas penting dalam memilih dan mengawasi para uskup.

    Ia menjadi uskup agung pada waktu yang sama pada bulan Januari 2023 dan dalam beberapa bulan Fransiskus mengangkatnya menjadi kardinal.

    Karena 80 persen kardinal yang ambil bagian dalam konklaf ditunjuk oleh Fransiskus, tidaklah mengherankan bahwa seseorang seperti Prevost terpilih, meskipun ia baru saja ditunjuk.

    Selain menjadi paus pertama dari Amerika Serikat, Paus Leo XIV adalah biarawan Augustinian pertama yang terpilih menjadi paus.

    Ia lulus dari Universitas Villanova, salah satu dari dua universitas Katolik Augustinian di negara itu, pada tahun 1977.

    “Sebagai lembaga Katolik Agustinian, kami merayakan hari penting ini bagi komunitas Universitas dan Gereja global,” kata Pendeta Peter Donohue, presiden universitas, dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, dikutip dari ABC News.

    “Villanova, yang dibangun berdasarkan ajaran St. Augustine, selalu didasarkan pada upaya memajukan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan mendasar antara iman dan akal budi — antara spiritualitas dan kebijaksanaan.”

    “Dengan terpilihnya Yang Mulia Paus Leo XIV hari ini, saya tidak dapat tidak merenungkan apa arti kepausan Agustiniannya bagi komunitas Universitas dan dunia kita.”

    “Dikenal karena kerendahan hatinya, jiwanya yang lembut, kehati-hatian, dan kehangatannya, kepemimpinan Paus Leo XIV menawarkan kesempatan untuk menegaskan kembali komitmen kita terhadap misi pendidikan kita,” ungkapnya.

    Leo memasuki novisiat Ordo Santo Agustinus di provinsi Our Lady of Good Counsel, di Saint Louis, pada tahun 1977.

    Ia memperoleh diploma dalam teologi dari Catholic Theological Union of Chicago pada tahun 1982.

    Kemudian dirinya mempelajari hukum kanon di Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas dan menerima tahbisan imam pada tanggal 19 Juni 1982, menurut biografinya.

    Setelah menerima gelar sarjananya pada tahun 1984, ia dikirim untuk bekerja di misi Chulucanas, di Piura, Peru, dari tahun 1985 hingga 1986.

    Ia sebagian besar bertugas di Peru hingga kembali pada akhir tahun 1990-an ke Chicago, di mana ia terpilih untuk memimpin provinsi Midwest milik Ordo Augustinian pada tahun 1999.

    Ia kemudian dua kali terpilih menjadi jenderal sebelumnya, atau pemimpin utama, ordo religius Augustinian.

    Paus Leo XIV sempat diajak Paus Fransiskus untuk bekerja di Vatikan setelah pertama kali mengangkatnya pada tahun 2014 untuk menjabat sebagai uskup Chiclayo, Peru.

    Pada bulan April 2020, Fransiskus mengangkatnya menjadi administrator apostolik keuskupan Callao, juga di Peru, kata profilnya.

    Sejak 2023, ia menjabat di Vatikan sebagai Prefek Departemen Uskup, yang bertugas memeriksa nominasi uskup di seluruh dunia.

    Paus Leo mengatakan kepada Vatican News pada bulan Oktober 2024 bahwa “seorang uskup tidak seharusnya menjadi seorang pangeran kecil yang duduk di kerajaannya, melainkan dipanggil secara tulus untuk rendah hati, untuk dekat dengan umat yang dilayaninya, untuk berjalan bersama mereka dan untuk menderita bersama mereka”.

    Dalam wawancara dengan Catholic News Service tahun 2023, ia ditanya bagaimana ia menanggapi masalah dengan para uskup atau keuskupan — dan ia berkata ia mengingatkan para pendeta untuk merenungkan sumpah mereka untuk “hidup dan bekerja dalam persekutuan dengan Bapa Suci”.

    “Semangat sinodalitas mencakup kebutuhan dan keinginan untuk mendengarkan bukan hanya uskup sendiri, tetapi juga banyak orang di keuskupan untuk melihat cara terbaik dalam mempromosikan gereja yang autentik di setiap keuskupan di dunia,” katanya saat itu.

    (*)

  • Viral Remaja 16 Tahun Asal Malaysia Terkena STD, Diajak Teman ‘Coba Sesuatu yang Baru’ di Thailand – Halaman all

    Viral Remaja 16 Tahun Asal Malaysia Terkena STD, Diajak Teman ‘Coba Sesuatu yang Baru’ di Thailand – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun asal Malaysia kembali dari liburannya di Thailand dengan membawa STD (Sexually Transmitted Disease) atau infeksi menular seksual (IMS).

    Dilansir World of Buzz, dokter Malaysia bernama Ahmad Samhan membagikan kisah tersebut melalui unggahan Facebook pada 27 April 2025.

    Dalam unggahan itu, Dr. Samhan menceritakan bahwa remaja tersebut datang ke kliniknya dengan keluhan keluarnya nanah dari alat kelaminnya.

    Dr. Samhan sebenarnya sudah menduga ke mana arah kasus itu.

    Namun, ia tetap menanyakan lebih lanjut apa yang telah dilakukan remaja itu.

    Dr. Samhan meminta remaja tersebut untuk jujur sebelum memberikan diagnosis.

    Remaja itu akhirnya mengaku bahwa ia baru saja pulang dari Thailand, dan selama di sana, teman-temannya mengajaknya ke suatu tempat untuk “mencoba sesuatu yang baru.”

    Ia mengaku hanya ikut-ikutan.

    VIRAL MEDIA SOSIAL – Tangkap layar postingan Facebook Ahmad Samhan pada 27 April 2025. Dokter asal Malaysia ini menceritakan bagaimana remaja 16 bisa terkena STD, yang membuatnya prihatin. (Tangkap layar Facebook Ahmad Samhan)

    Dr. Samhan lalu menyampaikan bahwa remaja itu positif terkena IMS, meskipun ia tidak menjelaskan jenis infeksinya secara spesifik.

    Saat akan memberikan resep obat, sang dokter bertanya berapa uang yang dihabiskan untuk “pengalaman baru” tersebut dan dari mana uang itu diperoleh.

    “Dia bilang, ‘Saya hanya minta RM50 (sekitar Rp190 ribu). Ibu saya yang kasih,’” tulis Dr. Samhan.

    Setelah mendengar itu, sang dokter hanya bisa menghela napas, lalu memberi nasihat kepada remaja tersebut tentang pentingnya memilih lingkungan pergaulan yang baik.

    Beruntung remaja itu menerima teguran tersebut dengan terbuka.

    “Kamu terkena IMS di usia yang masih sangat muda. Perjalananmu masih panjang. Mohon bertobatlah,” ujar sang dokter.

    Dalam unggahan yang telah viral dengan lebih dari 2.400 likes, Dr. Samhan juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap risiko yang dihadapi remaja saat ini, terutama karena akses terhadap hal-hal berbahaya sangat mudah hanya dengan beberapa klik.

    Ia menambahkan banyak orang tua yang terlalu sibuk bekerja sehingga tidak menyadari pergaulan anak-anak mereka dan apa yang mereka akses secara daring.

    Sebagai ayah dari tiga anak, Dr. Samhan mengaku ia pun sering merasa khawatir bisa saja lalai dalam memantau kehidupan anak-anaknya.

    “Jangan hanya mengandalkan guru. Orang tua juga bertanggung jawab menjaga anak-anak mereka,” tegasnya.

    Tentang IMS (Infeksi Menular Seksual)

    Menurut Clarewell Clinics, keluarnya nanah dari alat kelamin pria bisa disebabkan oleh infeksi saluran kemih (ISK) atau penyakit menular seksual seperti sifilis, gonore, dan trikomoniasis.

    Dalam kasus yang jarang, herpes genital juga bisa menyebabkan keluarnya cairan, meski gejala ini tidak umum.

    Perlu diingat bahwa banyak IMS tidak menunjukkan gejala, terutama pada tahap awal.

    Beberapa IMS dapat disembuhkan dengan pengobatan, namun jika dibiarkan tanpa penanganan, infeksi bisa berkembang menjadi komplikasi serius seperti HIV, yang hingga kini belum memiliki obat.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Rekam Jejak Digital Paus Leo XIV di Medsos: Kritik Donald Trump dan JD Vance – Halaman all

    Profil Paus Leo XIV: Perjalanan Panjang Pope dari Chicago hingga Takhta Suci Vatikan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, VATIKAN – Vatikan resmi mencatat sejarah baru dalam dunia Gereja Katolik pada 8 Mei 2025, ketika Kardinal Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat terpilih sebagai Paus ke-267, menggantikan mendiang Paus Fransiskus.

    Dengan nama pontifikal Paus Leo XIV, ia menjadi Paus pertama dalam sejarah Gereja Katolik yang berasal dari Amerika Serikat, menandai era baru bagi umat Katolik di seluruh dunia.

    Pengumuman terpilihnya Paus Leo XIV disampaikan Vatikan melalui laman dan akun media sosial resmi @VaticanNews dengan pernyataan tradisional, “Habemus Papam! Kita punya Paus!”

    “Para kardinal yang berkumpul di Kapel Sistina Vatikan telah memilih Kardinal Robert Francis Prevost sebagai Paus ke-267, yang mengambil nama Paus Leo XIV.”

    PAUS LEO XIV – Robert Francis Prevost atau Paus Leo XIV diperkenalkan ke ribuan umat katolik usai terpilih sebagai Paus ke-267 di balkon Basilika Santo Petrus, Vatikan, Kamis (8/5/2025).  (The Guardian)

    Euforia menyambut pemimpin baru Gereja Katolik ini terlihat nyata di Lapangan Santo Petrus, setelah asap putih muncul dari cerobong Kapel Sistina pada pukul 18.15 waktu Roma, menandai terpilihnya Paus baru setelah proses konklaf yang diikuti 133 kardinal elektor.

    Setelah terpilih sebagai Paus baru, Paus Leo XIV melambaikan tangan ke hadapan ribuan umat katolik dari balkon Basilika Santo Petrus, Vatikan. 

    Profil Paus Leo XIV

    Paus Leo XIV lahir di Chicago, Illinois, Amerika Serikat pada 14 September 1955 (79 tahun) dan memiliki nama lahir lahir Robert Francis Prevost.

    Ia memiliki latar belakang panjang sebagai rohaniwan, akademisi, serta pemimpin ordo. 

    Ia menyelesaikan pendidikan menengahnya di seminari minor Ordo St Augustine pada 1973.

    Ia memperoleh gelar Sarjana Sains dalam bidang matematika di Universitas Villanova pada tahun 1977.

    Setelah memutuskan untuk menjadi seorang pendeta, pada tahun yang sama, Prevost bergabung dengan Ordo Santo Agustinus, dan mengucapkan kaul khidmat pada 1981, dan ditahbiskan menjadi imam pada 19 Juni 1982.

    Mengutip laman resmi vatican, pendidikan teologi Paus Leo XIV ditempuh di Persatuan Teologi Katolik Chicago dan Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas di Roma pada 1987.

    Pada tahun itu, ia dianugerahi gelar doktor dengan tesis “Peran prior setempat dalam Ordo Santo Agustinus”. Dan pada tahun yang sama ia terpilih sebagai direktur panggilan dan direktur misi provinsi Agustinian “Mother of Good Counsel” di Olympia Fields, Illinois, Amerika Serikat.

    Kiprah Paus Leo XIV DI dunia misi dimulai pada 1985 saat ia dikirim ke Chulucanas, Peru.

    Di sana ia menjabat sebagai pastor paroki, pengajar seminari, vikaris pengadilan, dan direktur pembinaan bagi para calon imam.

    Kontribusinya selama satu dekade di Peru menjadi fondasi penting dalam membangun reputasi pastoral dan kepemimpinannya. Ia juga dikenal sebagai sosok yang aktif membina komunitas Agustinian di wilayah-wilayah terpencil.

    Antara 2001 hingga 2013, Prevost memimpin Ordo Santo Agustinus dari kantor pusat di Roma.

    Kemudian, pada 2015, ia ditunjuk sebagai Uskup Chiclayo di Peru sebelum dipanggil kembali ke Vatikan pada 2023 untuk menjabat sebagai prefek Dikasteri untuk Para Uskup.

    ROBERT FRANCIS PREVOST – Kardinal Robert Francis Prevost bersalaman dengan Paus Fransiskus beberapa waktu lalu. Pada Kamis, 8 Mei 2025, Vatikan mengumumkan Kardinal Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat resmi terpilih sebagai Paus ke-267, menggantikan mendiang Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April 2025. (vaticannews.va)

    Pada 30 September 2023, Paus Fransiskus mengangkatnya menjadi kardinal.

    Dan 8 Mei 2025, proses konklaf yang diikuti 133 kardinal elektor memutuskan dirinya sebagai Paus ke-267, menggantikan Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April 2025.

    Robert Francis Prevost atau Paus Leo XIV menjadi paus pertama asal Amerika Serikat

    Sebagai Paus Leo XIV, Robert Francis Prevost kini menjabat sebagai pemimpin spiritual bagi lebih dari satu miliar umat Katolik dan kepala negara Kota Vatikan.

    Terpilihnya dia bukan hanya mencerminkan keberagaman Gereja Katolik global, tetapi juga membuka lembaran baru dalam kepemimpinan yang berakar dari semangat pelayanan, pendidikan, dan misi lintas budaya.

     

  • Sebelum Tampil di Balkon Basilika Santo Petrus, Paus Baru Bakal Masuk Kamar Air Mata – Halaman all

    Sebelum Tampil di Balkon Basilika Santo Petrus, Paus Baru Bakal Masuk Kamar Air Mata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, VATIKAN – Kemunculan asap putih dari cerobong asap Kapel Sistina, Vatikan, Kamis (8/5/2025), pertanda Paus baru sudah terpilih.

    Kemunculan asap putih pukul 18.15 waktu Roma atau tengah malam pukul 23.20 WIB ini disambut gembira oleh umat Katolik seluruh dunia.

    “Asap Putih, 133 kardinal elektor yang berkumpul di kapel Sistina Vatikan telah memilih Pepo yang baru. Ia akan segera muncul di jendela tengah Basilika Santo Petrus,” bunyi postingan Vaticannewsit yang dikutip Tribunnews.com.

    Mengutip Instagram Vaticannewsit, hingga tengah malam postingan soal White smoke atau asap putih ini disukai 402 ribu lebih warganet.

    Lantas bagaimana tahap selanjutnya setelah paus baru terpilih ?

    Romo Markus Solo Kewuta SVD atau Padre Marco yang saat ini bertugas di Vatikan mengatakan setelah terpilih, Kardinal Dekan bakal menanyakan kepada yang bersangkutan dalam keadaan berdiri, apakah dia menerima pemilihan tersebut. 

    Ketika dia menjawab Ya sebagai tanda kesediaanya, maka kepadanya dilontarkan pertanyaan kedua: Apa nama yang digunakan sebagai Paus. 

    Setelah memberikan jawaban kepada kedua pertanyaan ini dengan jelas, Paus baru dikenakan sebuah tanda khusus berupa sebuah pakaian kebesaran. 

    “Dulu, Paus terpilih dikenakan sebuah mahkota, tetapi tradisi ini sudah tidak berlaku lagi,” ucap Romo Markus Solo yang jadi penterjemah bagi Paus Fransiskus saat kunjungan ke Indonesia pada 2024 silam.

    Saat ini Romo Markus Solo menangani Desk Relasi Katolik-Muslim wilayah Asia dan Pasifik di Vatikan. Dia juga menjabat sebagai Wakil Presiden Yayasan Nostra Aetate, Pendidikan Dialog Lintas Agama pada Kantor Dewan Kepausan untuk Dialog Antar-Umat Beragama di Vatikan.

    PASTOR MARKUS SOLO – Kolase foto Anggota Dewan Kepausan Dikasteri untuk Dialog Antar Umat Beragama di Takhta Suci Vatikan Pastor Markus Solo Kewuta, SVD (Tribunnews.com/Theresia Felisiani)

    Setelah mengenakan pakaian khusus ini, Paus terpilih beranjak dari tempatnya menuju ke Altar, di mana di depan Altar tersebut sudah disediakan kursi khusus. Di hadapannya para Kardinal mengucapkan janji setia dan ketaatan mereka kepadanya. 

    Pada saat itu pengurus pembakaran kertas pilihan memasukkan kertas-kertas yang sudah dideretkan pada seutas tali dan dibakar dengan campuran kimia yang menghasilkan asap warna putih, sebagai tanda bahwa Gereja Katolik sudah memiliki seorang Paus. 

    Asap putih dari cerobong di atas atap Kapel Sistina akan diiringi dengan bunyi lonceng panjang Basilika Santo Petrus Vatikan.

    Pada saat yang sama, Paus baru dihantar menuju sebuah kamar di samping Altar yang disebut “camera lacrimatoria”, artinya Kamar Air Mata, di mana dia beristirahat, memikirkan apa yang harus dikatakan beberapa saat kemudian ketika diperkenalkan kepada dunia dari balkon Basilika Santo Petrus. 

    Kamar itu dinamakan “Kamar Air Mata“ karena berbagai alasan, antara lain sebuah tempat khusus, di mana Paus baru meluapkan segala perasaanya, yang umumnya di dalam sejarah berupa deraian air mata kegembiraan atau keterharuan. Di sini pula Paus baru tersebut dikenakan pakaian lain untuk ditampilkan ke publik. 

    ASAP PUTIH – Para pekerja di Vatikan pada hari Jumat waktu setempat (2/5/2025) diketahui telah memasang sebuah cerobong di atap Kapel Sistine untuk prosesi konklaf. Kabar gembira, Asap putih muncul mengepul dari cerobong asap Kapel Sistina, Vatikan, Kamis (8/5/2025) pertanda Paus baru sudah terpilih. (Tangkap Layar Youtube Vatican News)

    Dalam selang waktu antara 20 sampai 40 menit, ketika ratusan ribu umat dan peziarah bergegas menuju Lapangan Santo Petrus, Paus baru dihantar oleh rombongan Kardinal menuju Balkon Basilika Santo Petrus yang berbingkai merah dan ditutup dengan kain lebar berwarna merah pula. 

    Dua ajudan mendampingi seorang Kardinal Diakon yang akan mengumumkan kepada dunia nama Paus baru sebagai hasil konklav. Kardinal Diakon mengumumkan nama Paus baru dengan rumusan awal berikut: “Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus Papam!“, artinya: “Saya mengumumkan kepada anda kalian sebuah kegembiraan besar: Kita mempunyai seorang Paus!“

    Kardinal Diakon dan kedua ajudan mundur, lalu tampilah Paus baru sambil menyalami hadirin dan pemirsa di seluruh dunia dengan gestikulasi tangan khas. Paus baru juga membawakan wejangan singkat yang syarat makna. 

    Kata-kata awal sering tersirat kepribadian, spiritualitas, kiblat teologi, pastoral dan arah perjalanan pontifikatnya. Setelah melakukan perkenalan dan sambutan ini, beliau kembali ke kediaman barunya di dalam Vatikan. 

    Beberapa hari kemudian, sebuah Misa instalasi Paus baru akan dilaksanakan dan terbuka untuk umat. Umumnya terjadi di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Pada saat itu umat dipenuhi kegembiraan sekaligus rasa ingin tahu tentang apa yang akan disampaikan Paus baru di dalam kotbahnya, yang umumnya sudah bisa dibaca dengan jelas visi, misi dan harapannya serta apa yang akan dilakukan di masa-masa mendatang di dalam era kepemimpinannya.

  • BREAKING NEWS: Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat Terpilih Sebagai Paus Baru Umat Katolik – Halaman all

    BREAKING NEWS: Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat Terpilih Sebagai Paus Baru Umat Katolik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, VATIKAN – Vatikan mencatat sejarah baru pada Kamis malam, 8 Mei 2025 waktu setempat, ketika Kardinal Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat resmi terpilih sebagai Paus ke-267, menggantikan mendiang Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April lalu. Prevost memilih nama Paus Leo XIV sebagai nama kepausannya, menandai era baru dalam kepemimpinan Gereja Katolik dunia.

    Kabar menggembirakan ini diumumkan secara resmi oleh Vatikan dengan seruan tradisional “Habemus Papam! Kita punya Paus!” melalui akun media sosial X, @VaticanNews.

    “Para kardinal yang berkumpul di Kapel Sistina Vatikan telah memilih Kardinal Robert Francis Prevost sebagai Paus ke-267, yang mengambil nama Paus Leo XIV,” tulis akun tersebut, dikutip Jumat (9/5/2025) dini hari WIB.

    Terpilihnya Robert Francis Prevost disambut antusias oleh umat Katolik dari berbagai penjuru dunia. Proses pemilihan dilakukan secara tertutup dalam konklaf yang dihadiri 133 kardinal elektor dari berbagai negara.

    Setelah beberapa kali pemungutan suara, akhirnya muncul keputusan final yang ditandai dengan kemunculan asap putih dari cerobong Kapel Sistina.

    Asap putih yang mengepul pukul 18.15 waktu Roma atau sekitar 23.20 WIB menjadi pertanda bahwa seorang Paus baru telah terpilih. Momen ini langsung mengundang sorak sorai dan tangis haru dari ribuan peziarah yang memadati Lapangan Santo Petrus.

    Di media sosial, euforia juga terasa kuat.

    Unggahan akun Instagram resmi @vaticannewsit mengenai kemunculan asap putih telah disukai lebih dari 402 ribu pengguna hanya dalam beberapa jam.

    “Asap Putih, 133 kardinal elektor yang berkumpul di Kapel Sistina Vatikan telah memilih Pepo yang baru. Ia akan segera muncul di jendela tengah Basilika Santo Petrus,” demikian bunyi unggahan yang dikutip Tribunnews.com.

    Pemilihan Paus Leo XIV dimulai pada Rabu, 7 Mei 2025, melalui tahapan konklaf yang dijalankan dengan sangat khidmat dan penuh kehati-hatian. Dua putaran awal pemungutan suara masih menghasilkan asap hitam sebagai tanda belum tercapainya konsensus. 

    Namun pada hari kedua, dunia menyaksikan momen bersejarah saat asap putih mengepul, menandai terpilihnya pemimpin baru umat Katolik global.

    Dengan terpilihnya Robert Francis Prevost sebagai Paus asal Amerika Serikat, harapan besar pun menyertai masa kepemimpinannya.

    Banyak umat berharap Paus Leo XIV dapat melanjutkan perjuangan Paus Fransiskus dalam membangun gereja yang lebih inklusif, humanis, dan berorientasi pada perdamaian dunia.

  • BREAKING NEWS: Asap Putih Mengepul dari Cerobong Asap Kapel Sistina, Paus Baru Terpilih – Halaman all

    BREAKING NEWS: Asap Putih Mengepul dari Cerobong Asap Kapel Sistina, Paus Baru Terpilih – Halaman all

    Kabar gembira, asap putih muncul mengepul dari cerobong asap Kapel Sistina, Vatikan, Kamis (8/5/2025) pertanda Paus baru sudah terpilih.

    Tayang: Jumat, 9 Mei 2025 00:21 WIB

    Tangkap Layar Youtube Vatican News

    ASAP PUTIH – Para pekerja di Vatikan pada hari Jumat waktu setempat (2/5/2025) diketahui telah memasang sebuah cerobong di atap Kapel Sistine untuk prosesi konklaf. Kabar gembira, Asap putih muncul mengepul dari cerobong asap Kapel Sistina, Vatikan, Kamis (8/5/2025) pertanda Paus baru sudah terpilih. 

    TRIBUNNEWS.COM, VATIKAN – Asap putih akhirnya muncul, mengepul dari cerobong asap Kapel Sistina, Vatikan, Kamis (8/5/2025), pertanda Paus baru sudah terpilih.

    Kemunculan asap putih pukul 18.15 waktu Roma atau tengah malam pukul 23.20 WIB ini disambut gembira oleh umat Katolik seluruh dunia.

    Mengutip Instagram Vaticannewsit, hingga tengah malam postingan soal White Smoke atau asap putih ini disukai 402 ribu lebih warganet.

    “Asap Putih, 133 kardinal elektor yang berkumpul di kapel Sistina Vatikan telah memilih Pepo yang baru. Ia akan segera muncul di jendela tengah Basilika Santo Petrus,” bunyi postingan Vaticannewsit yang dikutip Tribunnews.com.

    Dalam postingan itu terlihat pula euforia para peziarah di Basilika Santo Petrus.

    Mereka gembira dan sukacita jadi saksi sejarah terpilihnya paus baru yang meneruskan perjuangan Paus Fransiskus, yang wafat 21 April 2025 silam.

    Untuk diketahui proses pemilihan Paus baru atau konklaf dimulai pada Rabu (7/5/2025) tetapi dalam dua kali putaran pemungutan suara sebelumnya asap hitam yang selalu keluar.

    KONKLAF DIMULAI. – Gambar diambil dari Twitter/X Vatican News @VaticanNews, Rabu (7/5/2025). Pemilihan Paus tidak selalu merupakan prosedur formal dan berdasarkan peraturan yang kita kenal saat ini. Semuanya berubah pada tahun 1271 setelah pemilihan paus berlangsung hampir tiga tahun. (Twitter/X Vatican News @VaticanNews)

     

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Pesawat Ruang Angkasa yang Gagal Capai Venus Jatuh ke Bumi pada Mei: Seberapa Besar Risikonya?  – Halaman all

    Pesawat Ruang Angkasa yang Gagal Capai Venus Jatuh ke Bumi pada Mei: Seberapa Besar Risikonya?  – Halaman all

    Pesawat Ruang Angkasa yang Gagal Capai Venus Jatuh ke Bumi: Seberapa Besar Risikonya? 

    TRIBUNNEWS.COM – Bagian dari wahana antariksa buatan Soviet yang diluncurkan hampir 50 tahun lalu untuk mencapai Venus bisa jatuh ke Bumi minggu ini.

    Dilansir Anews, para ahli memperkirakan jatuhnya wahana tersebut akan terjadi sekitar pertengahan Mei.

    Wahana antariksa yang disebut “Kosmos 482” itu mungkin memiliki bagian yang menurut para ilmuwan merupakan kapsul pendaratan, meskipun bagian pastinya masih belum diketahui.

    Kapsul tersebut dirancang untuk menahan suhu dan tekanan ekstrem Venus, sehingga dapat tetap utuh saat melewati atmosfer Bumi.

    Menurut Dr Jonathan McDowell dari Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian, jika bagian ini memang kapsul pendaratan, pelindung panasnya dapat memungkinkannya bertahan dari benturan dengan Bumi.

    Namun, McDowell menambahkan, “Peluangnya jatuh ke tanah sangat kecil. Tidak ada alasan yang perlu dikhawatirkan, tetapi Anda tentu tidak ingin benda itu jatuh menimpa kepala Anda.”

    Gagal Capai Venus

    Kosmos 482 merupakan bagian dari program Venera Uni Soviet yang diluncurkan pada tahun 1972 untuk mencapai Venus. 

    Akan tetapi, wahana antariksa tersebut gagal meninggalkan orbit Bumi dan menuju Venus.

    Akibatnya, misi yang gagal pada saat itu dicatat dengan nama “Kosmos.”

    Wahana antariksa lain yang diluncurkan selama misi yang sama berhasil mencapai permukaan Venus dan mengirimkan data selama sekitar 50 menit.

    Namun, Kosmos 482 tetap berada di orbit.

    Berdasarkan perilaku orbitnya, para ahli kini yakin bahwa objek yang diperkirakan jatuh itu adalah kapsul yang padat dan kuat.

    PLANET VENUS – Gambar planet Venus. Sebuah wahana antariksa yang diluncurkan 50 tahun untuk mencapai planet ini, gagal dan kemungkinan akan jatuh ke bumi.

    Risiko Rendah, Tetapi Bukan Berarti Tak Ada

    Menurut Aerospace Corporation yang berpusat di AS, kemungkinan jatuhnya puing-puing tersebut dapat membahayakan manusia adalah 1 berbanding 25.000.

    Puing-puing antariksa dan bagian-bagian roket lama memasuki atmosfer dengan cara yang sama setiap tahun, dan sebagian besar terbakar.

    Namun, kapsul ini mungkin lebih tahan lama karena desainnya.

    Pakar lalu lintas antariksa Marco Langbroek dari Universitas Teknologi Delft menyatakan bahwa wilayah geografis tempat jatuhnya objek itu sangat luas, meliputi sebagian Afrika, Amerika Selatan, Australia, AS, Kanada, Eropa, dan berbagai wilayah Asia.

    Akan tetapi, karena 70 persen Bumi ditutupi oleh lautan, kemungkinan jatuhnya objek itu ke laut lebih tinggi.

    Jangan Disentuh

    Para ahli menekankan bahwa jika kapsul itu mendarat di daratan, orang harus menghindari mendekatinya, karena kendaraan luar angkasa lama mungkin mengandung bahan bakar berbahaya.

    Parker Wishik dari Aerospace Corporation mengemukakan bahwa berdasarkan Perjanjian Luar Angkasa 1967, kepemilikan puing yang jatuh masih menjadi milik Rusia, yang mungkin berupaya mengambil kembali reruntuhan wahana antariksa tersebut.

    Wishik juga menyoroti pentingnya tindakan terhadap sampah luar angkasa: “Apa pun yang Anda kirim ke luar angkasa dapat kembali kepada Anda beberapa dekade kemudian.”

  • Rusia Perluas Pabrik Senjata di Siberia untuk Produksi Bom Kuat: Jauh dari Jangkauan Serang Ukraina – Halaman all

    Rusia Perluas Pabrik Senjata di Siberia untuk Produksi Bom Kuat: Jauh dari Jangkauan Serang Ukraina – Halaman all

    Rusia Perluas Pabrik Senjata di Siberia untuk Produksi Bom Dahsyat: Jauh dari Jangkauan Serang Ukraina

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah pabrik bahan peledak Rusia di Siberia dilaporkan sedang menjalani perluasan skala besar untuk memproduksi bahan peledak berkekuatan tinggi RDX, Reuters melaporkan, Kamis (8/5/2025).

    Mengutip catatan pengadaan dan sumber yang dekat dengan proyek tersebut, pabrik tersebut adalah Pabrik Biysk Oleum (BOZ).

    BOZ dilaporkan tengah membangun jalur produksi baru senilai 15,5 miliar rubel (189 juta dolar AS), dengan penyelesaian awalnya dijadwalkan pada akhir tahun 2025.

    Seorang sumber mengatakan kepada Reuters bahwa jadwal tersebut “tidak realistis” dan telah ditunda.

    Wakil Perdana Menteri Pertama Rusia Denis Manturov, yang mengunjungi lokasi tersebut pada bulan Agustus 2023 saat menjabat sebagai menteri industri dan perdagangan, menyebutkan angka serupa sebesar 15 miliar rubel untuk “reorganisasi menyeluruh” pabrik tersebut.

    Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Sergei Shoigu juga dilaporkan membahas penundaan konstruksi dalam sebuah pertemuan dengan direktur pabrik awal tahun ini.

    SULIT DIJANGKAU MUSUH – Pabrik Oleum Biysk (BOZ) milik Rusia di wilayah Siberia. Terletak sekitar 3.000 kilometer (1.860 mil) di timur Moskow, BOZ jauh dari jangkauan serangan pesawat tak berawak Ukraina yang semakin menargetkan sektor industri militer Rusia sejak dimulainya invasi skala penuh.

    Jauh dari Jangkauan Ukraina

    Terletak sekitar 3.000 kilometer (1.860 mil) di timur Moskow, BOZ jauh dari jangkauan serangan pesawat tak berawak Ukraina yang semakin menargetkan sektor industri militer Rusia sejak dimulainya invasi skala penuh.

    Fasilitas tersebut dimiliki oleh pabrik Ya.M. Sverdlov, yang berada di bawah sanksi Uni Eropa sebagai “satu-satunya produsen Rusia” bahan peledak berkekuatan tinggi RDX dan HMX.

    RDX merupakan komponen utama dalam peluru artileri, mortir, rudal, dan bom udara.

    Para ahli mengatakan bahwa RDX disukai karena stabilitas dan efektivitasnya, serta tidak mudah meledak secara tidak sengaja. 

    RDX merupakan zat kristal putih keras yang banyak digunakan dalam Perang Dunia II. RDX juga digunakan dalam tutup peledak untuk aplikasi sipil.

    Reuters memperkirakan fasilitas baru itu dapat memproduksi 6.000 metrik ton RDX setiap tahunnya — cukup untuk mengisi sekitar 1,28 juta peluru artileri 152 mm.

    Intelijen militer Ukraina memperkirakan kalau Rusia memproduksi sekitar 2 juta peluru artileri 122 mm dan 152 mm tahun lalu, sementara mengimpor tambahan 2,7 juta dari Korea Utara.

    Para ahli bahan peledak mengatakan kepada Reuters bahwa produksi di BOZ dapat dimulai dalam waktu enam hingga 10 minggu setelah menyelesaikan pekerjaan konstruksi.

     

    (oln/tmt/*)

  • Drone Mata-mata India Ditembak Jatuh di Lahore, Warga Pakistan Panik Dengar Ledakan – Halaman all

    Drone Mata-mata India Ditembak Jatuh di Lahore, Warga Pakistan Panik Dengar Ledakan – Halaman all

    Drone Mata-mata India Ditembak Jatuh di Lahore, Warga Pakistan Panik Dengar Ledakan

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah pesawat nirawak , yang diduga milik India, dilaporkan telah ditembak jatuh di Lahore, provinsi Punjab, di Pakistan timur. 

    Menurut sumber kepolisian setempat yang dikutip oleh Samaa TV, pesawat nirawak tersebut jatuh di dekat Walton Boulevard, antara Gopal Nagar dan Nasirabad, dekat dengan bandara lama dan fasilitas militer.

    Sumber keamanan Pakistan mengindikasikan kalau pesawat nirawak itu, yang berukuran panjang 1,5-2 meter, dikendalikan dari luar perbatasan India.

    Pesawat nirawak itu dilaporkan dilumpuhkan oleh jammer, dengan beberapa ledakan dan suara sirene terdengar di sekitarnya.

    Warga di daerah tersebut dikatakan panik dan meninggalkan rumah mereka, dan polisi serta tim penyelamat dikirim ke tempat kejadian.

    Pada tanggal 6 Mei, sebagai balasan atas serangan teror di wilayah Pahalgam pada tanggal 22 April yang menewaskan 26 orang, India melancarkan serangan rudal di wilayah Pakistan dan Azad Kashmir yang dikuasai Pakistan.

    Militer India mengklaim telah menyerang sembilan target, yang digambarkannya sebagai “fasilitas teroris,” sementara Islamabad melaporkan bahwa enam lokasi sipil terkena serangan, yang mengakibatkan 26 korban tewas.

    Angkatan Darat Pakistan mengumumkan kalau mereka menembak jatuh lima jet tempur India selama serangan itu, tetapi New Delhi tidak mengonfirmasi klaim ini.

    Perdana Menteri India Narendra Modi, dalam sebuah rapat kabinet, menamai operasi militer itu “Operasi Sindoor,” dan menyebutnya sebagai “momen kebanggaan.”

    Dalam bahasa Hindi, “Sindoor” merujuk pada bubuk merah yang dioleskan oleh wanita Hindu yang sudah menikah di dahi mereka.