Category: Tribunnews.com Internasional

  • Sebut Israel Langgar Gencatan Senjata, Hamas Tunda Pembebasan Sandera, – Halaman all

    Sebut Israel Langgar Gencatan Senjata, Hamas Tunda Pembebasan Sandera, – Halaman all

    Kelompok militan Hamas mengumumkan, pihaknya akan menunda pembebasan sandera Israel yang ditahan di Jalur Gaza hingga pemberitahuan lebih lanjut. Alasan tindakan itu karena Hamas menyebut Israel telah gagal mematuhi perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya.

    Abu Obeida, juru bicara militan Hamas, mengeklaim bahwa sejak gencatan senjata diberlakukan pada 19 Januari, Israel telah menunda kepulangan pengungsi warga Palestina ke Gaza utara, menyerang warga Gaza dengan tembakan dan artileri militer, serta menghalangi bantuan kemanusiaan untuk masuk ke wilayah itu.

    Obeida menambahkan, pasukan Hamas tidak akan membebaskan para sandera kembali sampai Israel “mematuhi dan mengompensasi kesalahan dalam beberapa pekan terakhir.”

    Seharusnya, ada lebih banyak sandera yang dibebaskan pada Sabtu (08/02) sebagai bagian dari pertukaran dengan puluhan tahanan Palestina.

    Sejauh ini, sudah terjadi lima kali pertukaran sandera dan tahanan antara Israel-Hamas dalam fase pertama kesepakatan gencatan senjata ini. Tiga sandera telah dibebaskan pada Sabtu (08/02) lalu.

    Israel sebut Hamas langgar kesepakatan, militer disiagakan

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz mengatakan pada Senin (10/02) bahwa penundaan pembebasan sandera oleh Hamas ini justru adalah “pelanggaran total” terhadap perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya.

    “Pengumuman Hamas untuk menghentikan pembebasan sandera Israel adalah pelanggaran total terhadap perjanjian gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera. Saya telah menginstruksikan pasukan militer Israel (IDF) untuk bersiap siaga tingkat tertinggi dengan setiap kemungkinan situasi di Gaza,” kata Katz dalam sebuah pernyataan.

    Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu juga menyampaikan pernyataan bahwa “seluruh keluarga para sandera telah diberi tahu malam ini tentang pengumuman Hamas itu.”

    “Para keluarga diberi tahu bahwa Negara Israel berkomitmen untuk menghormati perjanjian dan menganggap setiap pelanggaran sebagai sesuatu yang sangat serius,” tambahnya.

    Presiden Palestina batalkan sistem tunjangan bagi keluarga tahanan

    Presiden Palestina Mahmoud Abbas menghentikan sistem tunjangan bagi keluarga warga Palestina yang dipenjara atau terbunuh oleh pasukan Israel.

    Tunjangan akan dialihkan ke badan pemerintahan yang berafiliasi dengan kantor presiden, dengan mekanisme distribusi baru yang detailnya belum diumumkan. Masih belum pasti bagaimana sistem bantuan keuangan untuk keluarga tahanan itu nantinya.

    Sistem ini telah lama menjadi sumber ketegangan dengan Amerika Serikat (AS), dan penghapusannya telah menjadi tuntutan utama berturut-turut dari pemerintahan AS terhadap Otoritas wilayah teritorial Palestina.

    Sebelumnya, Abbas membela sistem tunjangan itu sebagai “tanggung jawab sosial” kepada pihak keluarga korban,menyebut para tahanan sebagai “korban pendudukan Israel.”

    Namun, sistem ini mendapat kritik dari beberapa pihak yang menyebutnya sebagai “pay for slay” atau secara harfiah berarti membunuh dengan brutal, karena dinilai memberi penghargaan kepada keluarga militan yang melakukan serangan terhadap Israel, meskipun label tersebut ditolak oleh pihak Palestina.

    Militer Israel tingkatkan kesiagaan di sekitar Gaza

    Militer Israel menyatakan bahwa mereka akan meningkatkan kesiagaan dan “memperkuat” posisi pasukannya di wilayah sekitar Jalur Gaza setelah Hamas mengumumkan penundaan pembebasan sandera tersebut.

    “Penguatan pasukan akan mempertegas pertahanan di wilayah itu dan meningkatkan kesiapan untuk berbagai skenario,” tulis Pasukan Pertahanan Militer Israel (IDF) di media sosial X.

    Militer Israel juga mengatakan akan menunda cuti bagi pasukan tentara tempur dan unit operasional dalam komando selatannya.

    kp/hp (AFP, AP, dpa, Reuters)

  • Kata Jokowi soal Hubungannya dengan Prabowo: Sangat Solid – Halaman all

    Kata Jokowi soal Hubungannya dengan Prabowo: Sangat Solid – Halaman all

    Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) merespons pidato Presiden Prabowo Subianto yang menyebut ada pihak yang ingin memisahkan dirinya dengan Jokowi. Jokowi bilang hubungannya dengan dengan Prabowo sudah terjalin lama dan sangat solid.

    “Ya hubungan saya dengan Pak Presiden Prabowo ini sudah lama, sudah terjalin lama. Jadi hubungan kami baik, yang jelas sudah lama, dan sampai saat ini ya hubungannya sangat solid. Sama sekali nggak ada masalah,” kata Jokowi saat ditemui di rumahnya di Sumber, Solo, Selasa (11/2/2025).

    Saat dimintai tanggapan soal pernyataan Prabowo yang menyebut ada pihak yang ingin memisahkan mereka, Jokowi merespons santai.

    “Ya kan ndak papa. Sekali lagi hubungan saya dan Pak Prabowo itu hubungan yang sudah lama terjalin,” ujar Jokowi.

    “Ya biasa saja. Hubungan baik-baik saja, sangat baik,” sambungnya.

    Saat wartawan menanyakan apakah dirinya juga merasakan hal yang sama tentang adanya pihak yang hendak memisahkan dengan Prabowo, Jokowi mengulang pernyataannya.

    Saat ditanya siapa sosok yang hendak memisahkan dirinya dengan Prabowo Subianto, Jokowi hanya tertawa. “Ya, ya, he-he-he,” ucap Jokowi.

    Disinggung soal dirinya pernah berhadapan dengan Prabowo di Pemilihan Presiden 2014 dan 2019, Jokowi mengatakan kompetisi itu biasa di dalam politik.

    “Ya biasa saja. (Meski pernah bertarung di Pilpres?) Ya kan biasa dalam politik berkompetisi biasa,” terangnya.

    Jokowi menambahkan, dirinya sering bertemu dengan Prabowo kalau sedang di Jakarta.

    “Ya kalau pas ke Jakarta sering ketemu. Waktu perkawinan putri Pak Akbar Tanjung, kawinan putranya Hatta Rajasa ketemu (dengan Prabowo),” pungkasnya.

    Diberitakan sebelumnya, Prabowo membahas soal hubungannya dengan Jokowi saat memberi sambutan di acara Kongres ke-XVIII Muslimat NU di Jatim Expo, Surabaya, kemarin.

    “Ada yang sekarang mau memisahkan saya dengan Pak Jokowi. Lucu juga, untuk bahan ketawa boleh, jangan, kita jangan ikut pecah belah-pecah belah itu kegiatan mereka-mereka yang tidak suka sama Indonesia,” kata Prabowo, Senin (10/2/2025), dikutip dari detikNews.

    Prabowo juga bercerita bahwa dirinya belajar banyak soal politik dari Jokowi.

    “Jadi memang kalau politik ya saya belajar dari Pak Jokowi. Nggak usah malu-malu lah, kadang orang sudah nggak berkuasa mau dikuyu-kuyu, mau dijelek-jelekin, jangan. Kita hormati semua, hormati semua,” ucap Prabowo. (hp)

  • Abu Obeida: Hamas Telah Memantau Pelanggaran Israel atas Gencatan Senjata Tiga Pekan Terakhir – Halaman all

    Abu Obeida: Hamas Telah Memantau Pelanggaran Israel atas Gencatan Senjata Tiga Pekan Terakhir – Halaman all

    Abu Obeida: Hamas Telah Memantau Pelanggaran Israel atas Gencatan Senjata Tiga Pekan Terakhir

    TRIBUNNEWS.COM- Juru bicara Brigade al-Qassam mengumumkan penundaan penyerahan tawanan sampai “Israel” mematuhi ketentuan perjanjian gencatan senjata.

    Gerakan Perlawanan Hamas mengumumkan bahwa pertukaran tawanan yang ditetapkan pada tanggal 15 Februari telah ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut, karena pelanggaran Israel yang sedang berlangsung terhadap perjanjian gencatan senjata . 

    Juru bicara Brigade Martir Izz al-Din al-Qassam, Abu Obeida, mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa pimpinan Hamas telah memantau pelanggaran “Israel” terhadap perjanjian gencatan senjata selama tiga minggu terakhir.

    Pelanggaran tersebut termasuk melarang kembalinya warga Palestina ke distrik utara, menargetkan mereka di seluruh Jalur Gaza, dan melarang masuknya bantuan sesuai dengan ketentuan yang disepakati . 

    Di sisi lain, Hamas telah sepenuhnya mematuhi persyaratan perjanjian tersebut. 

    Akibatnya, tanggal penyerahan tawanan Israel, yang awalnya dijadwalkan pada tanggal 15 Februari, telah ditunda tanpa batas waktu, hingga pendudukan Israel mematuhi dan memberikan kompensasi atas hak-hak selama beberapa minggu terakhir. 

    Abu Obeida menegaskan bahwa Perlawanan Palestina akan tetap berkomitmen penuh terhadap ketentuan gencatan senjata. 

    Hamas sebut Israel berencana menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza
    Sebelumnya hari ini, seorang pejabat senior Palestina mengatakan kepada Al Mayadeen bahwa Gerakan Perlawanan Islam Hamas yakin “Israel” secara aktif berupaya menggagalkan perjanjian gencatan senjata . 

    Pejabat itu menyatakan bahwa pernyataan Israel mengenai tahap kedua kesepakatan itu menandakan keengganan untuk berkomitmen pada gencatan senjata yang langgeng.

    Lebih jauh lagi, Hamas, menurut pejabat tersebut, melihat “Israel” sangat bergantung pada keputusan sembrono Presiden AS Donald Trump untuk membenarkan kebijakan dan tindakannya di fase selanjutnya.

    Hamas mengatakan bahwa jika “Israel” tidak mematuhi tahap kedua perjanjian tersebut, maka mereka akan membayar harga yang mahal, pejabat Palestina tersebut menegaskan.

     

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Sekjen PBB Tolak Rencana AS untuk Menggusur Warga Palestina dari Gaza – Halaman all

    Sekjen PBB Tolak Rencana AS untuk Menggusur Warga Palestina dari Gaza – Halaman all

    Sekjen PBB Tolak Rencana AS untuk Menggusur Warga Palestina dari Gaza

    TRIBUNNEWS.COM- Dalam pengarahan PBB pada hari Senin, juru bicara Farhan Haq menegaskan kembali penolakan PBB terhadap kebijakan apa pun yang bertujuan mengusir penduduk Gaza.

    Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dengan tegas mengecam segala upaya untuk mengusir warga Palestina dari Gaza, menyusul usulan Presiden AS Donald Trump untuk menggusur penduduk Jalur Gaza secara permanen. 

    Pernyataan Trump, yang menegaskan bahwa warga Palestina tidak boleh diizinkan kembali ke tanah air mereka, telah memicu kemarahan, yang memicu kekhawatiran bahwa Amerika Serikat dan “Israel” tengah memajukan rencana pembersihan etnis di Gaza.

    Dalam pengarahan PBB pada hari Senin, juru bicara Farhan Haq menegaskan kembali penolakan PBB terhadap kebijakan apa pun yang bertujuan untuk mengusir penduduk Gaza. 

    Menanggapi komentar Trump, Haq menyatakan, “Jelas, Sekretaris Jenderal tidak setuju dengan apa pun yang melibatkan pemindahan paksa penduduk.” 

    Ia juga menunjukkan bahwa Guterres sebelumnya telah memperingatkan bahwa tidak ada resolusi untuk warga Palestina yang melibatkan pembersihan etnis, dengan menegaskan bahwa setiap langkah untuk mengusir warga Palestina dari Gaza akan menjadi pelanggaran berat terhadap hukum internasional.

    Pernyataan Trump, yang disampaikan pada hari itu, mengabaikan hak warga Palestina untuk kembali ke rumah mereka, dan sebaliknya menganjurkan pemukiman kembali permanen di negara-negara asing. 

    Pernyataannya sejalan dengan upaya Israel yang telah lama dilakukan untuk mengurangi jumlah penduduk Gaza dan menghalangi kedaulatan Palestina di masa mendatang atas tanah mereka. 

    Para pemimpin Palestina dan kelompok hak asasi manusia telah mengecam usulan tersebut, dengan memperingatkan bahwa usulan tersebut mencerminkan kebijakan pengusiran massal Zionis yang dimulai pada tahun 1948, ketika ratusan ribu warga Palestina dipaksa meninggalkan rumah mereka.

    Respons internasional sangat negatif. Negara-negara Arab , termasuk Mesir, Yordania, dan Arab Saudi, telah menolak mentah-mentah usulan Trump, dengan menekankan bahwa pemindahan paksa warga Palestina akan menjadi tindakan perang dan pelanggaran terang-terangan terhadap hak-hak nasional mereka.

    Pemerintah Eropa , termasuk Jerman, Prancis, dan Inggris, juga telah menyatakan kekhawatiran, dengan menyatakan bahwa warga Palestina harus dapat kembali ke tanah air mereka dan merebut kembali tanah mereka. 

    Sementara itu, organisasi hak asasi manusia telah menggambarkan usulan Trump sebagai cetak biru untuk pembersihan etnis, dengan memperingatkan bahwa AS dan “Israel” sedang berusaha untuk mengubah demografi wilayah tersebut dengan cara yang secara permanen menggusur warga Palestina dari rumah mereka yang sah.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, di sisi lain, secara terbuka menyambut baik usulan Trump, melihatnya sebagai peluang strategis untuk secara permanen menyingkirkan penduduk Palestina dari Gaza. 

    Dukungan Netanyahu telah memperdalam ketegangan dengan Mesir, yang menuduh “Israel” sengaja menghalangi upaya diplomatik untuk menstabilkan Gaza guna membenarkan agresi dan perampasan tanah yang berkelanjutan.

    Sebelumnya hari ini, mediator Mesir memperingatkan bahwa gencatan senjata saat ini di Gaza berisiko runtuh karena pelanggaran terus-menerus yang dilakukan “Israel” terhadap perjanjian tersebut, termasuk pembatasan bantuan kemanusiaan dan agresi militer yang berkelanjutan terhadap warga Palestina.

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Abu Obaida: Penundaan Pembebasan Sandera Berlanjut Hingga Israel Setop Serangan Terhadap Warga – Halaman all

    Abu Obaida: Penundaan Pembebasan Sandera Berlanjut Hingga Israel Setop Serangan Terhadap Warga – Halaman all

    Abu Obaida: Penundaan Berlanjut Hingga Israel Setop Serangan Terhadap Warga Palestina yang Kembali

    TRIBUNNEWS.COM- Hamas mengatakan pihaknya akan menunda pembebasan tawanan Israel tahap berikutnya “sampai pemberitahuan lebih lanjut”, menuduh Israel gagal mematuhi ketentuan perjanjian gencatan senjata.

    Gerakan Palestina mengatakan bantuan yang lebih besar perlu masuk ke Gaza dan serangan terhadap warga Palestina yang kembali harus dihentikan.

    Gerakan ini dijadwalkan membebaskan sejumlah warga Israel pada hari Sabtu, 15 Februari, dengan imbalan tahanan dan tahanan Palestina.

    Namun, Abu Obaida, juru bicara sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, mengatakan hal itu akan “ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut, sambil menunggu kepatuhan pendudukan dan pemenuhan kewajiban beberapa minggu terakhir secara retroaktif”.

    “Kami menegaskan kembali komitmen kami terhadap ketentuan perjanjian selama pendudukan mematuhinya,” tambahnya.

    Abu Obaida mengatakan penundaan akan terus berlanjut hingga Israel menghentikan serangannya terhadap warga Palestina yang kembali ke rumah mereka di Gaza dan mengizinkan bantuan ke daerah kantong itu pada tingkat yang telah disepakati sebelumnya.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan tindakan Hamas merupakan “pelanggaran total terhadap perjanjian gencatan senjata dan kesepakatan untuk membebaskan para sandera”.

    Ia mengatakan telah menginstruksikan militer “untuk bersiap pada tingkat kewaspadaan tertinggi terhadap kemungkinan skenario apa pun di Gaza”.

    Demikian pula, anggota parlemen sayap kanan yang berpengaruh, Itamar Ben-Gvir, menyerukan “serangan udara dan darat besar-besaran terhadap Gaza dan penghentian total bantuan kemanusiaan, termasuk listrik, bahan bakar, dan air”.

    Namun, Forum Sandera dan Keluarga Hilang, yang mengadvokasi para tawanan Israel, mengatakan pihaknya telah meminta negara-negara penengah untuk melakukan intervensi “yang akan memulihkan pelaksanaan kesepakatan” dan meminta pemerintah untuk “menahan diri dari tindakan yang membahayakan pelaksanaan perjanjian yang telah ditandatangani”.

    Rumah tahanan yang dibebaskan digerebek

    Pada hari Sabtu, Hamas membebaskan tiga tawanan Israel dari Gaza, dan Israel membebaskan 183 tahanan dan narapidana Palestina dari penjara di seluruh negeri.

    PBB mengatakan ” sangat menyedihkan” melihat tahanan yang dibebaskan di kedua belah pihak tampak kurus kering setelah dibebaskan.

    Hamas dan pejuang Palestina lainnya menangkap 250 orang selama serangan mereka di Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Sementara itu, Israel menahan sekitar 10.000 tahanan dan tahanan Palestina, termasuk 365 anak-anak.

    Masih ada 17 warga Israel yang akan dibebaskan selama tahap pertama perjanjian gencatan senjata yang dimulai bulan lalu dan 73 orang masih ditawan, banyak di antaranya diyakini telah tewas.

    Pasukan Israel menyerbu rumah sejumlah tahanan Palestina yang dibebaskan pada hari Sabtu, kata Kantor Media Tahanan Palestina. Penggerebekan tersebut terjadi di seluruh wilayah Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki. 

    Tujuh warga Palestina yang dibebaskan dibawa ke rumah sakit pada hari Sabtu. Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan beberapa dari mereka dalam kondisi serius. 

    Minggu lalu Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak dapat memastikan apakah gencatan senjata akan berlaku. 

    Dalam konferensi pers yang menggemparkan bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump mengatakan AS akan “mengambil alih” Jalur Gaza dan “memilikinya”, dengan paksa mengusir warga Palestina dari daerah kantong tersebut. 

    “Jika perlu, kami akan melakukannya; kami akan mengambil alih bagian itu. Kami akan mengembangkannya, menciptakan ribuan lapangan kerja, dan itu akan menjadi sesuatu yang bisa dibanggakan oleh seluruh Timur Tengah.”

    Hamas mengecam rencana Trump, dengan mengatakan bahwa rencana tersebut akan “menghancurkan mereka sebagaimana kami menghancurkan proyek-proyek sebelumnya”.

    Hamas, dan sejumlah warga Israel, juga menuduh pemerintah mengulur-ulur negosiasi.

    Pemimpin oposisi Yair Lapid menuduh Netanyahu mengulur waktu dan mempertaruhkan nyawa orang-orang yang masih ditahan di Gaza.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST EYE

  • 55 Tewas Setelah Bus Berusia 30 Tahun Terjun ke Jurang di Guatemala – Halaman all

    55 Tewas Setelah Bus Berusia 30 Tahun Terjun ke Jurang di Guatemala – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Senin pagi (10/2/2025), sebuah bus tergelincir dan jatuh ke jurang sedalam 35 meter di bawah jembatan Puente Belice, di pinggiran Guatemala City, Guatemala.

    Akibatnya, 55 orang tewas, DW News melaporkan.

    Kecelakaan terjadi setelah bus tersebut mengalami tabrakan beruntun dengan beberapa kendaraan kecil yang menyebabkan pengemudi kehilangan kendali.

    Bus itu berasal dari Progreso, sekitar 90 kilometer timur laut ibu kota dan sedang dalam perjalanan menuju Guatemala City.

    Juru bicara pemadam kebakaran sukarela, Oscar Sanchez, menyatakan bus tersebut terus melaju menabrak pagar logam sebelum akhirnya jatuh ke jurang.

    Menurut penyelidik dari Kementerian Publik Guatemala, 53 jenazah ditemukan langsung di lokasi kejadian, AP News melaporkan.

    Sementara dua korban lainnya meninggal dunia setelah dilarikan ke Rumah Sakit San Juan de Dios.

    Beberapa penumpang juga terluka serius akibat kecelakaan ini.

    Di antara para korban tewas, terdapat juga anak-anak.

    Juru bicara pemadam kebakaran, Edwin Villagran, menjelaskan bahwa bus tersebut jatuh ke jurang dan sebagian terbalik di aliran sungai yang tercemar limbah.

    Rekaman yang dibagikan oleh tim penyelamat menunjukkan kondisi bus yang sebagian tenggelam, dengan jasad korban ditemukan di sekitar bus.

    Bus Berusia 30 Tahun

    Penyelidikan awal menunjukkan bahwa bus yang terlibat kecelakaan berusia 30 tahun, namun masih memiliki izin beroperasi.

    Menteri Komunikasi Guatemala, Miguel Angel Diaz, mengungkapkan pihak berwenang sedang menyelidiki apakah bus tersebut membawa penumpang lebih dari kapasitas dan apakah ada kelalaian dalam operasional bus tersebut.

    Pemerintah Guatemala telah mengerahkan tentara dan badan penanggulangan bencana untuk membantu proses penyelamatan dan evakuasi.

    Wali Kota Guatemala, Ricardo Quinonez, mengatur jalur alternatif untuk mengurangi kemacetan di sekitar lokasi kecelakaan.

    Presiden Guatemala, Bernardo Arevalo, mengungkapkan rasa belasungkawa kepada keluarga korban dan mengumumkan tiga hari berkabung nasional, dikutip dari Reuters.

    Ia juga menyatakan solidaritas dengan keluarga yang kehilangan orang tercinta dalam insiden tragis ini.

    Polisi Nasional Sipil Guatemala menyatakan akan memberikan dukungan penuh dalam investigasi untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan ini, termasuk kemungkinan faktor kelalaian atau kondisi jalan yang buruk.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Afghanistan-Pakistan Bersitegang: Ancaman ISIS-K dan Sengketa Perbatasan – Halaman all

    Afghanistan-Pakistan Bersitegang: Ancaman ISIS-K dan Sengketa Perbatasan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hubungan Afghanistan dan Pakistan memanas karena ketegangan lintas batas dan masalah keamanan yang terus berlanjut.

    Meski Pakistan secara historis punya hubungan yang dekat dengan kelompok Taliban, perkembangan terkini menunjukkan meningkatnya ketegangan, khususnya terkait keberadaan dan aktivitas kelompok ekstremis Islamic State Provinsi Khorasan (ISIS-K) di wilayah tersebut.

    Pakistan menyatakan kekhawatiran atas keberadaan Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) di Afghanistan.

     

    Bahkan, Pakistan pernah melakukan serangan udara di provinsi perbatasan timur Afghanistan, Khost dan Paktika atas dasar kekhawatiran itu.

    Sebagai tanggapan, pemerintahan Afghanistan yang dipimpin Taliban telah mengambil tindakan di sepanjang Garis Durand, perbatasan yang disengketakan antara kedua negara.

    Perkembangan ini telah menyebabkan pergeseran hubungan, dengan kedua belah pihak menyuarakan kekhawatiran atas ancaman keamanan yang berasal dari seberang perbatasan. 

    Bangkitnya ISIS-K menghadirkan tantangan keamanan signifikan bagi Pakistan, termasuk pada Afghanistan dan negara di Asia Tengah dan Selatan yang lebih luas.

    Laporan menunjukkan bahwa kehadiran ISIS-K meningkatkan ancaman keamanan, yang semakin memperumit hubungan antara Afghanistan dan Pakistan.

    Dalam laporan keamanan tahunannya yang dirilis pada 22 Januari 2025, Komisi Pusat Keamanan dan Pembersihan Taliban menyoroti kekhawatiran tentang aktivitas ISIS-K.

    Laporan tersebut, sebagaimana dikutip Khaama Press pada Selasa (11/2/2025), menyatakan bahwa upaya melawan ISIS-Khorasan di Afghanistan sebagian besar berhasil, tetapi beberapa anggotanya telah mencari perlindungan di negara-negara tetangga. 

    Laporan tersebut juga mencatat bahwa beberapa individu terafiliasi ISIS-K telah berkumpul kembali di luar Afghanistan.

    Ada indikasi bahwa mereka telah mendorong eksistensi di wilayah tertentu di Pakistan, termasuk Balochistan dan Khyber Pakhtunkhwa. 

    Laporan tersebut menuding kelompok-kelompok tersebut memiliki akses ke jaringan perekrutan dan dukungan logistik di wilayah-wilayah ini. 

    Namun, klaim-klaim ini belum diverifikasi secara independen.

    Tantangan keamanan yang ditimbulkan ISIS-K telah terbukti dalam beberapa insiden.

    Termasuk, serangan pada 11 Desember 2024, di mana Khalil-ur-Rahman Haqqani, Menteri Pengungsi Afghanistan, tewas di Kabul.

    Perjanjian Dabori

    Baru-baru ini, pada 22 Januari 2025, ISIS-K mengaku bertanggung jawab atas serangan di provinsi Takhar, Afghanistan, yang mengakibatkan tewasnya seorang pekerja tambang Tiongkok.

    Insiden ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan internal Afghanistan dan dampaknya terhadap stabilitas regional.

    Sementara itu, Afghanistan telah menunjuk Pakistan sebagai basis aktivitas ISIS-K, Pakistan telah dengan tegas menolak tuduhan tersebut. Dalam pernyataan sebelumnya, pejabat Pakistan menuduh Taliban Afghanistan melindungi militan TTP, sebuah isu yang telah menjadi titik pertikaian sejak lama. 

    Dalam komentarnya pada 2023, mantan juru bicara TTP Ehsanullah Ehsan mengeklaim bahwa ISIS-K telah menjalin hubungan dengan kelompok-kelompok tertentu di Pakistan. Ia merujuk pada dugaan perjanjian, yang dikenal sebagai “Perjanjian Dabori,” yang menurutnya melibatkan kerja sama antara ISIS-Khorasan dan unsur-unsur dalam lembaga keamanan Pakistan. 

    Namun, verifikasi independen atas klaim ini masih belum tersedia, dan otoritas Pakistan secara konsisten membantah adanya hubungan dengan ISIS-K. Laporan menunjukkan bahwa beberapa tokoh senior ISIS-K telah aktif di wilayah tersebut, dengan klaim yang belum diverifikasi bahwa beberapa individu telah beroperasi di Pakistan.  

    Tokoh-tokoh seperti Sheikh Abdul Wadood, Zain ul Abideen, dan Maulana Muawiya telah disebutkan dalam berbagai laporan memiliki hubungan dengan ISIS-Khorasan, meski sumber resmi Pakistan belum mengonfirmasi pernyataan ini.

    Pakistan telah menyaksikan peningkatan aktivitas militan, khususnya di Khyber Pakhtunkhwa dan Balochistan.

    Sebagai tanggapan, pasukan keamanan Pakistan telah melancarkan operasi terhadap kelompok-kelompok seperti TTP, yang mengakibatkan bentrokan baru-baru ini. 

    Ketegangan di Garis Durand

    Di Khyber Pakhtunkhwa, pasukan keamanan melaporkan pemusnahan sejumlah anggota TTP, sementara operasi di Balochistan menyebabkan tewasnya sejumlah tersangka militan.

    Pada 7 Januari 2025, TTP mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan niatnya untuk menargetkan pasukan keamanan Pakistan dan usaha komersial yang terkait dengan militer. 

    Pernyataan ini bertepatan dengan meningkatnya ketegangan politik di Pakistan, khususnya yang melibatkan partai oposisi Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI).

    Pada 10 Januari, Sher Mohammad Abbas Stanikzai, Wakil Menteri Luar Negeri Afghanistan, menegaskan kembali tuduhan bahwa ISIS-Khorasan mengoperasikan pusat pelatihan di Pakistan. 

    Menurut Stanikzai, ada bukti, termasuk pengakuan dan rekaman video, yang menunjukkan bahwa anggota ISIS-K menerima pelatihan sebelum dikerahkan untuk operasi di Afghanistan.

    Namun, pihak berwenang Pakistan telah menepis klaim tersebut dan menganggapnya bermotif politik.

    Ketegangan di sepanjang Garis Durand tetap menjadi masalah yang sudah berlangsung lama dalam hubungan Afghanistan-Pakistan.

    Afghanistan secara historis tidak mengakui perbatasan tersebut, yang menyebabkan perselisihan mengenai upaya pembangunan pagar dan operasi keamanan. 

    Insiden baru-baru ini termasuk bentrokan yang dilaporkan antara pasukan perbatasan, semakin memperburuk hubungan diplomatik.

    Masalah keamanan yang sedang berlangsung, tuduhan kehadiran militan di kedua belah pihak, dan perselisihan perbatasan menyoroti kompleksitas hubungan Afghanistan-Pakistan.

    Situasi yang berkembang menimbulkan tantangan tidak hanya bagi kedua negara, tetapi juga bagi stabilitas regional.

    Mengatasi ketegangan ini melalui keterlibatan diplomatik dan kerja sama kontraterorisme tetap penting untuk memastikan perdamaian dan keamanan jangka panjang.

    SUMBER

  • Syarat dari Netanyahu untuk Fase Kedua Kesepakatan Gaza, Usir Pemimpin Hamas dan Bubarkan Perlawanan – Halaman all

    Syarat dari Netanyahu untuk Fase Kedua Kesepakatan Gaza, Usir Pemimpin Hamas dan Bubarkan Perlawanan – Halaman all

    Syarat Netanyahu untuk Fase Kedua Kesepakatan Gaza, Usir Pemimpin Hamas dan Bubarkan Perlawanan

    TRIBUNNEWS.COM- Perdana Menteri Israel Benjamin akan menyampaikan tuntutannya untuk gencatan senjata Gaza tahap kedua kepada Kabinet Keamanan Israel, yang diperkirakan akan ditolak oleh Hamas, menurut laporan surat kabar Yedioth Ahronoth pada tanggal 10 Februari.

    Perang di Gaza berpotensi kembali terjadi jika Hamas menolak tuntutan perdana menteri Israel untuk tahap kedua.

    Syarat-syaratnya termasuk mengusir seluruh pimpinan Hamas dari Gaza, membubarkan sayap militer kelompok perlawanan tersebut, Brigade Qassam, dan menjamin pembebasan seluruh tawanan Israel yang ditahan di Gaza.

    Saat ini ada 76 tahanan Israel di Jalur Gaza, sementara ribuan warga Palestina masih ditahan di penjara Israel dalam kondisi yang buruk, dan banyak yang meninggal dalam tahanan. Harian berbahasa Ibrani itu menyatakan bahwa jika Hamas menyetujui persyaratan ini, perang di Gaza akan berakhir. 

    Laporan itu juga mengungkap bahwa Netanyahu membahas persyaratan gencatan senjata dengan Presiden AS Donald Trump dan utusan Asia Barat Steve Witkoff. Jika Hamas menolak tuntutan tersebut, Netanyahu dapat memperpanjang fase pertama gencatan senjata dan menghindari komitmen untuk mengakhiri perang atau menarik pasukan Israel sepenuhnya dari Gaza.

    Selain itu, Israel dapat terus memanipulasi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Sumber Palestina mengatakan kepada Al Mayadeen pada hari Senin bahwa “Hamas yakin bahwa Israel berencana untuk menggagalkan perjanjian gencatan senjata,” seraya menambahkan, “Pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak Israel mengenai fase kedua perjanjian tersebut menunjukkan bahwa gencatan senjata permanen dan penyelesaian proses penarikan tidak akan tercapai.”

    Sumber tersebut juga menyatakan bahwa Israel “akan membayar harga yang mahal jika tidak mematuhi fase kedua.” 

    Sehari sebelumnya, Haaretz mengutip sumber Israel yang mengatakan bahwa Netanyahu bermaksud menyabotase tahap kedua kesepakatan pembebasan tahanan dan menggagalkan gencatan senjata Gaza. 

    “Ini hanya sandiwara,” kata salah satu sumber. “Netanyahu memberi isyarat dengan jelas bahwa dia tidak ingin pindah ke fase berikutnya. Dia mengirim tim [ke Doha] tanpa mandat dan tanpa kemampuan untuk melakukan apa pun.”

    Berdasarkan ketentuan perjanjian gencatan senjata, negosiasi mengenai pelaksanaan fase kedua kesepakatan itu seharusnya dimulai pada tanggal 3 Februari – hari ke-16 sejak gencatan senjata dimulai.

    Kesepakatan ini terdiri dari tahap awal 42 hari di mana 33 tawanan Israel akan dibebaskan dengan imbalan sekitar 1.900 tawanan Palestina. 

    Dua tahap 42 hari lagi diharapkan akan terjadi, di mana sisa tawanan Israel akan dibebaskan dengan imbalan sejumlah besar tawanan Palestina yang tidak ditentukan jumlahnya.

    Laporan itu muncul saat Presiden Trump bersikeras pada rencana untuk mengambil alih Gaza dan mengusir penduduknya. 

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Satgas DOGE: Kritik terhadap Tim Efisiensi Elon Musk – Halaman all

    Satgas DOGE: Kritik terhadap Tim Efisiensi Elon Musk – Halaman all

    Kurang dari seminggu setelah dibentuknya Satuan Tugas Department of Government Efficiency (ed. Departemen Efisiensi Pemerintah) atau DOGE oleh Presiden AS, Donald Trump, satgas ini mendapatkan akses masuk ke sistem birokrasi badan-badan federal AS untuk kemudian merombaknya.

    Sebagai respon atas kewenangan tidak terbatas yang dimiliki satgas tersebut, Partai Demokrat, serikat pekerja, kelompok sipil dan non-pemerintah telah mengajukan tuntutan hukum.

    Awal pekan ini, Partai Demokrat menyampaikan kekhawatiran mendalam kepada Trump atas tindakan anggota DOGE yang mendesak masuk fasilitas pemerintah federal untuk mengakses ruang rahasia dan data serta sistem informasi pemerintah yang sensitif.

    Mereka memperingatkan bahwa tindakan tersebut dapat menimbulkan risiko yang sangat besar bagi keamanan nasional dan privasi serta kebebasan sipil warga Amerika.

    Selain itu, pernyataan DOGE bahwa dana bantuan dari Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) harus dikurangi secara besar-besaran juga mendapat kritik keras.

    Namun, kekuasaan praktis dan hukum apa yang sebenarnya dapat dialihkan oleh Trump kepada DOGE?

    Apa yang dimaksud dengan DOGE?

    Meskipun istilah “departemen” biasanya merujuk pada kementerian, DOGE hanyalah sebuah satuan tugas dibawah Kantor Kepresidenan Trump. Setelah melalui rangkaian panjang proses pengambilan keputusan, paska pelantikan 20 Januari lalu, Trump membentuk satgas ini untuk mengurangi secara drastis jumlah peraturan federal, pengeluaran, dan staf pemerintahan.

    Pemimpin satgas tersebut, Elon Musk, mencirikan DOGE dengan mantra “efisiensi dengan cara apa pun”. Akronim DOGE juga mencerminkan mata uang kripto favorit Musk, “Dogecoin”. Pekerjaan Satgas DOGE ini banyak dipromosikan melalui platform media sosial X, yang juga dimiliki oleh Musk.

    Menurut majalah teknologi Wired, tim DOGE terdiri dari sejumlah sarjana informatika berusia sekitar 20 tahunan yang terhubung dengan berbagai perusahaan milik Musk. Para kritikus mengkritik minimnya transparansi dalam perekrutan tim tersebut serta turut mempertanyakan jika tim tersebut telah melalui pemeriksaan menyeluruh terkait faktor kesesuaian dan keamanan. Dan pada akhirnya, kritik ini turut menyerang Musk dan mandat hukum yang diterimanya untuk memimpin satgas tersebut.

    Apa yang telah dilakukan DOGE sejauh ini?

    DOGE telah berhasil “menembus” berbagai lembaga pemerintah – mulai dari Departemen Keuangan, Departemen Tenaga Kerja, Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional, dan Badan Bantuan Pemerintah USAID. Selanjutnya DOGE akan mengakses Departemen Kesehatan utama AS, Medicare dan Medicaid, serta Departemen Energi, yang mengelola program senjata nuklir dan keamanan AS.

    Lebih dari 1,2 miliar Dolar AS akan dihemat dari inisiatif diversity, equity, and inclusion-DEI (ed. kerangka kerja untuk keragaman, kesetaraan dan inklusi), demikian halnya dengan kontrak konsultan dan program-program pemerintah di luar negeri. Sebagai bagian dari program kerja yang baru, DOGE menawarkan paket pesangon kepada sekitar dua juta pegawai negeri sipil. Menurut laporan, tiga persen dari mereka telah menerima tawaran tersebut sebelum hakim menghentikannya untuk sementara waktu pada akhir minggu ini.

    Korban terbesar dari pemotongan biaya yang dilakukan Musk adalah USAID. Badan bantuan luar negeri AS yang memiliki anggaran lebih dari 40 miliar dolar AS ini mempekerjakan lebih dari 10.000 orang di seluruh dunia. Badan ini didirikan pada tahun 1961 oleh Presiden John F. Kennedy dan dianggap sebagai bagian penting dari “soft power” AS. Sekarang Trump ingin menghapusnya – juga seluruh Kementerian Pendidikan Federal.

    DOGE memang dapat mengusulkan langkah-langkah pemotongan biaya secara drastis, namun bukan berarti Konstitusi turut mengizinkan Presiden secara sepihak menghapuskan lembaga-lembaga yang telah terbentuk seperti USAID dan Departemen Pendidikan: “Biasanya, lembaga-lembaga yang didirikan atas persetujuan Kongres memerlukan keputusan serupa dari Kongres untuk menganulir lembaga tersebut,” ujar Roger Nober, Direktur George Washington Regulatory Studies Center, kepada DW. Nober mengatakan keraguannya bahwa penghapusan lembaga tersebut akan disetujui oleh kongres.

    Rintangan hukum apa yang harus dihadapi DOGE?

    “Awalnya, DOGE menjadi komite penasihat yang tunduk pada persyaratan spesifik terkait transparansi serta publisitas pertemuannya,” jelas Nober. Namun sekarang, DOGE telah dibentuk sebagai perpanjangan layanan digital pemerintah. Dan hal ini memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi satuan tugas tersebut.

    Menurut Scott R. Anderson dari Lembaga Think Tank Brookings Institution AS, Presiden dapat memberikan akses informasi rahasia, “Pengkategorian informasi biasanya dilakukan melalui keputusan. Jadi jika presiden memutuskan untuk memberikan akses informasi rahasia kepada masyarakat, ia bisa melakukannya,” jelas Anderson kepada DW.

    Tim DOGE secara teknis tidak terdiri dari pegawai negeri sipil. Mereka adalah pegawai pemerintah ‘khusus’ yang dapat bekerja 130 hari per tahun untuk pemerintah dan tunduk pada aturan etika dan konflik kepentingan. Selama waktu tersebut, mereka tidak diizinkan untuk terlibat dalam kegiatan politik.

    Pimpinan senat minoritas dari Partai Demokrat, Chuck Schumer, Selasa pekan lalu, menuduh Musk telah menjalankan “pemerintahan bayangan” dan mengatakan bahwa, “DOGE tidak memiliki wewenang untuk membuat keputusan pengeluaran, menghentikan program, atau mengabaikan hukum federal.”

    Analis Brookings, Anderson, memiliki pandangan yang sama: “Kami melihat pemerintahan Trump mengambil berbagai tindakan yang melanggar dan kemungkinan besar melangkahi gagasan konvensional tentang batas-batas hukum.” Anderson percaya bahwa tindakan melanggar tersebut akan kalah di pengadilan.

    Tindakan apa saja yang telah diambil terhadap DOGE?

    Sementara itu, beberapa gugatan hukum telah diajukan ke pengadilan. Pada hari Kamis lalu, serikat pegawai negeri sipil dan Kementerian Luar Negeri mengajukan keberatan atas “pembongkaran praktis” USAID. Keesokan harinya, diumumkan bahwa sembilan dari sepuluh pekerjaan di lembaga pemerintahan tersebut akan dipangkas. Hakim yang bertanggung jawab, Carl Nichols, yang juga ditunjuk oleh Trump, kini telah menghentikan kasus ini untuk sementara waktu. Seorang hakim distrik AS lainnya turut menghentikan sementara rencana pemerintahan Trump untuk “merumahkan” pegawai negeri sipil di semua bagian pemerintahan sebagai bagian dari “program pesangon”.

    Senin lalu, beberapa organisasi pegawai negeri, karyawan dan pensiunan telah mengajukan gugatan ke pengadilan federal di Washington D.C. karena Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, telah memberikan persetujuan untuk mengakses Departemen Keuangan kepada DOGE. Akibatnya, satgas tersebut dapat mengakses berbagai informasi sensitif.

    Pada hari Rabu, berbagai serikat pekerja serta institut kebijakan ekonomi mengajukan gugatan untuk mencegah satgas DOGE mengakses sistem informasi Kementerian Tenaga Kerja Federal. Namun, hakim yang bertanggung jawab menolaknya gugatan tersebut pada hari Jumat.

    Mengapa DOGE begitu penting bagi Trump?

    Trump dan Partai Republik telah lama ingin merampingkan administrasi. Namun, para pengamat berpendapat bahwa langkah-langkah DOGE bisa jadi hanya untuk menciptakan aparat yang lebih setia terhadap Trump. Peneliti regulasi, Nober mengatakan bahwa “Terlepas dari benar atau salahnya kebijakan ini, saya rasa pemerintah merasa banyak aparatur negara yang menentang inisiatif yang dikeluarkan Trump.” Trump turut menegaskan bahwa ia menginginkan birokrat yang loyal untuk menjalankan agenda pemerintahannya.

    “Jika tujuan pemerintah adalah untuk membuat para pegawainya merasa tidak nyaman dan tidak yakin dengan status kepegawaian jangka panjang mereka, maka pemerintahan ini telah berhasil melakukannya,” kata Nober.

    Bagi pakar dari Brookings, Anderson, pemerintahan Trump seharusnya dapat menghindarai kesalahan dengan mudah. Bagaimanapun juga, sesuatu yang efektif di sektor swasta memiliki risiko besar di sektor publik: “Begitu sistem pemerintahan runtuh, tidak mudah menyatukannya kembali,” kata Anderson. “Hingga bisa membangun dan menjalankannya sistem itu kembali, akan ada banyak orang yang menderita.”

  • Penyebab Gencatan Senjata di Gaza Kian Rapuh: Trump Makin Bikin Gaduh Saat Hamas dan Israel Gusar – Halaman all

    Penyebab Gencatan Senjata di Gaza Kian Rapuh: Trump Makin Bikin Gaduh Saat Hamas dan Israel Gusar – Halaman all

    Penyebab Gencatan Senjata di Gaza Kian Rapuh: Trump Makin Bikin Gaduh Saat Hamas dan Israel Gusar

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan pembebasan Palestina, Hamas, mengumumkan penundaan pembebasan berikutnya sandera Israel yang dijadwalkan berlansung pada Sabtu (15/2/2025) pekan ini.

    Penundaan ini membuat gencatan senjata sementara yang terjadi makin rapuh. Terlebih, komentar-komentar terbuka Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump justru makin meriuhkan tensi saat Israel dan Hamas tengah gusar menanti langkah-langkah berikutnya.

    Pengumuman Hamas ini dilakukan Senin (10/2/2025), hanya beberapa hari sebelum jadwal pembebasan kelompok sandera berikutnya.

    Juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Obaida, dalam salah satu pernyataan resminya yang dirilis di Telegram kelompok tersebut, menyebut penundaan dilakukan karena Israel melakukan sejumlah pelanggaran mencolok dalam gencatan senjata.

    Dia menyatakan pengumumannya sebagai “peringatan” bagi Israel dan mengatakan kalau mereka memberi mediator perundingan “cukup waktu untuk menekan pendudukan (Israel) agar memenuhi kewajibannya (dalam gencatan senjata) “.

    Dikatakannya “pintu tetap terbuka” untuk rilis (pembebasan sandera Israel) terjadwal berikutnya yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu.

    Kelompok perlawanan Palestina tersebut tampaknya memberi waktu agar kebuntuan itu terselesaikan.

    NETANYAHU DAN TRUMP – Foto ini diambil pada Senin (10/2/2025) dari publikasi resmi Netanyahu pada Rabu (5/2/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) berbicara dengan sekutunya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan), di Gedung Putih. (Instagram/b.netanyahu)

    Hamas Gusar, Donald Trump yang Malah Bikin Makin Gaduh

    Tapi apa sebenarnya kebuntuannya?

    Kegusaran Hamas ini tergambar dari serangkaian keluhan yang mereka suarakan soal pelanggaran gencatan senjata oleh Israel.

    Pelanggaran itu, mulai dari menunda pemulangan warga terlantar, terus menembaki mereka, dan tidak mengizinkan masuknya jenis bantuan kemanusiaan tertentu.

    BBC melansir, pejabat lain Palestina yang tidak terkait dengan Hamas (dari Otoritas Palestina/PA) telah menyatakan ada keengganan Israel untuk mengizinkan karavan memasuki Gaza untuk menampung sejumlah besar warga Palestina yang rumahnya telah dihancurkan.

    “Pada saat pemerintah Israel secara terbuka membahas cara untuk mendorong warga sipil meninggalkan Gaza, kegagalan memberikan izin untuk akomodasi sementara yang sangat dibutuhkan pasti akan memicu ketakutan warga Palestina akan pengusiran,” tulis BBC, dikutip Selasa (11/2/2025).

    KEMBALI PULANG – Ratusan ribu warga Gaza yang terusir dan mengungsi karena agresi militer Israel. Mereka kembali ke rumah-rumah mereka ke wilayah Gaza Utara, Senin (27/1/2025). (RNTV/TangkapLayar)

    Ketakutan diperburuk, hampir setiap hari, oleh Donald Trump yang justru makin membuat gaduh suasana dan mempertinggi tensi konflik.

    Apa yang awalnya merupakan ‘usulan’ spontan kalau sebagian besar warga Palestina harus pergi sementara Jalur Gaza dibangun kembali telah berubah menjadi ‘tuntutan’ sang presiden bahwa semua orang harus pergi dan bahwa AS harus mengambil alih dan memerintah Gaza.

    “Saat Trump terus menegaskan usulannya yang provokatif, Hamas mungkin bertanya-tanya apakah ada gunanya terlibat dalam tahap kedua perundingan gencatan senjata. Untuk apa sebenarnya perundingan itu?” ulas BBC.

    Jika Trump serius, Palestina tahu bahwa Israel harus memastikan Gaza bebas dari warga sipil.

    Merampas tempat tinggal mereka tidak akan cukup hanya lewat retorika dan diplomasi. Hampir pasti akan Israel melaksanakan ekskusi lewat kekuatan militer.

    Kini Trump telah mengatakan bahwa jika semua sandera yang ditawan di Gaza tidak dikembalikan pada hari Sabtu, ia akan mengusulkan pembatalan gencatan senjata dan “neraka” akan terjadi.

    Namun ia mengatakan bahwa ia berbicara atas nama dirinya sendiri dan “Israel dapat mengesampingkannya”.

    SANDERA ISRAEL DIBEBASKAN – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Sabtu (8/2/2025), memperlihatkan tiga sandera Israel (kiri-kanan); Ohad Ben Ami, Eli Sharabi, Or Levy, berdiri dengan masing-masing diapit oleh dua anggota Brigade Al-Qassam selama pertukaran tahanan ke-5 pada Sabtu (8/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza, dengan imbalan 183 tahanan Palestina. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Keluarga Sandera: Trump Lebih Baik Diam 

    Menghadapi kemungkinan dimulainya kembali perang, Hamas mungkin bertanya-tanya apa insentifnya untuk membebaskan sandera Israel yang tersisa.

    Bagi keluarga dan teman para sandera Israel, kebuntuan saat ini dan campur tangan Trump yang gaduh adalah penyebab kecemasan baru.

    “Setiap pernyataan atau pengumuman ini tentu saja membuat Hamas semakin keras kepala,” kata Dudi Zalmanovich kepada BBC. Keponakan istrinya, Omer Shem Tov, masih ditahan oleh Hamas.

    “Saya lebih suka jika dia bersikap kurang proaktif (diam),” kata Zalmanovich tentang Trump.

    Kegusaran Israel, Sandera yang Kurus 

    Israel mempunyai kecurigaan tersendiri mengenai alasan di balik ancaman penundaan Hamas.

    Tontonan para sandera kurus kering yang dibebaskan pada akhir pekan telah memunculkan kekhawatiran bahwa Hamas mungkin tidak ingin dunia melihat orang lain dalam kondisi yang lebih buruk.

    Selain tayangan di televisi yang memperlihatkan para pejuang Hamas bersenjata lengkap berparade di siang bolong, dan peringatan dari mantan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, bahwa kelompok tersebut telah merekrut tentara sebanyak jumlah yang hilang selama perang, tidak semua warga Israel yakin bahwa gencatan senjata dapat – atau bahkan seharusnya – dipertahankan.

    Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah proses yang dinegosiasikan secara hati-hati dan bertahap ini akan segera runtuh – seperti yang telah diprediksi banyak orang – tetapi setelah permulaan yang sebagian besar positif, proses ini berada di bawah tekanan yang semakin meningkat.

    Dengan kata lain, gencatan senjata yang sedang terjadi secara sementara, makin rapuh yang diperburuk oleh Trump yang tampaknya hobi membuat gaduh.

     

     

    (oln/bbc/*)