Category: Tribunnews.com Internasional

  • Donald Trump Kaget Mesir dan Yordania Berani Menolak Usulan AS: Gaza Tak Bisa Dihuni – Halaman all

    Donald Trump Kaget Mesir dan Yordania Berani Menolak Usulan AS: Gaza Tak Bisa Dihuni – Halaman all

    Donald Trump Kaget Mesir dan Yordania Berani Menolak Usulannya: Gaza Tak Bisa Dihuni!

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengatakan dia terkejut pada kurangnya sambutan dari Yordania dan Mesir terhadap rencananya untuk membangun kembali Jalur Gaza.

    Dalam pernyataannya tersebut, Donald Trump juga menyindir penolakan Mesir dan Yordania atas niatan ini terjadi meski AS sudah memberi dua negara tersebut miliaran dolar setiap tahun.

    Trump menambahkan dalam pernyataannya pada Jumat (21/2/2025), “Rencana saya terkait Gaza bagus, tetapi saya tidak memaksakannya dan saya cukup merekomendasikannya.”

    Ia melanjutkan, “Saya terkejut bahwa Jalur Gaza berada di lokasi yang indah, dan saya bertanya-tanya mengapa Israel meninggalkannya.”

    Trump menambahkan, “Gaza saat ini tidak dapat dihuni, dan jika penduduknya diberi pilihan, mereka akan pergi.”

    Dia melanjutkan, “Amerika Serikat akan memiliki Gaza sesuai rencana saya, tidak akan ada Hamas, dan kami akan mulai mengembangkannya.”

    Mengenai kesepakatan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel, Trump berkata: 

    “Adegan-adegan ini tidak dapat dipercaya dan sangat brutal, dan tidak terbayangkan bahwa ini akan terjadi di era modern.”

    Ia melanjutkan, “Sejumlah sandera Israel yang dibebaskan berada dalam kondisi yang sangat buruk dan tampak seperti mereka telah meninggalkan bekas kamp konsentrasi di Jerman”.

    Ia menambahkan: “Hamas berusaha membebaskan para sandera Israel yang kondisinya baik terlebih dahulu.”

    Trump berkata kalau jajak pendapat menunjukkan kalau usulannya sangat populer diterima.

    KEMBALI PULANG – Ratusan ribu warga Gaza yang terusir dan mengungsi karena agresi militer Israel, kembali ke rumah-rumah mereka ke wilayah Gaza Utara, Senin (27/1/2025). (RNTV/TangkapLayar)

    Israel Sebar Pamflet Pengusiran Paksa

    Terkait usalan reokasi paksa warga Gaza, Israel menyebarkan selebaran di Jalur Gaza yang merupakan ancaman bagi warga Palestina agar menyetujui usulan Presiden AS Donald Trump yaitu pemidahan paksa.

    Tentunya apa yang dilakukan Israel ini menjadi ancaman dan merupakan taktik perang psikologis.

    Dalam selebaran yang disebarkan baru-baru ini, terlihat foto Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Dalam pesan tersebut, Israel mengatakan bahwa memberikan kesempatan terakhir sebelum warga Gaza dipindah paksa.

    “Kepada warga Gaza, setelah peristiwa yang terjadi, gencatan senjata sementara, dan sebelum pelaksanaan rencana wajib Trump—yang akan memaksa Anda mengungsi, suka atau tidak suka—kami memberikan satu kesempatan terakhir bagi mereka yang ingin menerima bantuan dengan syarat bekerja sama dengan kami,” tulis pesan tersebut, dikutip dari The New Arab.

    Israel juga mengancam bahwa keberadaan Gaza tidak lagi diakui oleh peta dunia.

    “Peta dunia tidak akan berubah jika semua orang Gaza lenyap. Tidak ada yang akan peduli, tidak ada yang akan bertanya tentang Anda. Anda telah ditinggalkan untuk menghadapi takdir yang tak terelakkan. Iran bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri, apalagi melindungi Anda, dan Anda telah melihat sendiri akibatnya.”

    Tidak hanya itu, Israel juga mengklaim bahwa nantinya Palestina tidak lagi mendapat dukungan Internasional, termasuk negara-negara Arab.

    Israel juga mengklaim bahwa nantinya mereka yang pernah mendukung Palestina akan beralih ke Israel.

    “Amerika dan Eropa tidak peduli dengan Gaza. Bahkan negara-negara Arab, yang kini menjadi sekutu kami, memberi kami uang dan senjata, sementara hanya mengirimkan kain kafan untuk Anda.”

    Menurut Israel, saat ini pihaknya memberikan kesempatan bagi warga Palestina untuk menyelamatkan diri.

    “Waktu yang tersisa semakin menipis, permainan hampir berakhir. Jika Anda ingin menyelamatkan diri sebelum terlambat, kami di sini, bertahan hingga akhir.”

    Selebaran ini sejalan dengan usulan Trump untuk “mengambil alih” Gaza dan memindahkan warga Palestina ke negara lain di Timur Tengah, sebuah ide yang telah menuai penolakan keras dari Palestina, Mesir, dan Yordania.

    Trump, dalam beberapa pernyataannya, menyebutkan bahwa pemindahan permanen warga Palestina dari Gaza ke negara-negara seperti Mesir dan Yordania akan menciptakan apa yang ia sebut ‘Riviera Timur Tengah’.

    PAMFLET ISRAEL – Tangkapan layar X/Twitter @tamerqdh yang diambil pada Sabtu (22/2/2025). Foto ini menunjukkan Israel menyebar pamflet di Gaza yang merupakan ancaman pemindahan paksa warga Palestina.

    Meski demikian, gagasan ini tidak mendapat sambutan positif dari negara-negara yang terlibat, yang menolak keras rencana tersebut.

    Mesir dan Yordania menegaskan bahwa mereka tidak bersedia menerima pemukiman warga Palestina dari Gaza.

    Namun, rencana Trump ini mendapat kecaman luas, baik dari negara-negara Arab maupun dari komunitas internasional. 

    Banyak yang khawatir bahwa kebijakan ini akan semakin meningkatkan ketegangan di kawasan yang sudah sangat sensitif ini.

    Banyak pihak di AS dan luar negeri yang menilai bahwa langkah tersebut berisiko memperburuk kondisi politik dan keamanan di Timur Tengah.

    Sementara itu, ini bukan pertama kalinya Israel menjatuhkan selebaran di Gaza.

    Sejak memutus akses komunikasi, Israel sering kali menjatuhkan selebaran di Gaza.

    Dalam beberapa bulan terakhir, isi pesan mereka menjadi semakin agresif.

    Sebelumnya, selebaran menggambarkan keluarga Palestina di tengah reruntuhan dengan nada mengejek “kemenangan perlawanan.”

    Namun, ancaman dalam selebaran terbaru telah memicu kemarahan global yang lebih besar karena menyiratkan genosida dan pemindahan paksa sebagai strategi yang terang-terangan dijalankan oleh Israel.

     

    (oln/khbrn/farrah/tribunnews/)

     

  • Sandera Israel Cium Kening Petempur Hamas Saat Pembebasan 3 Tawanan di Nuseirat Gaza Tengah – Halaman all

    Sandera Israel Cium Kening Petempur Hamas Saat Pembebasan 3 Tawanan di Nuseirat Gaza Tengah – Halaman all

    Sandera Israel Cium Kening Petempur Hamas Saat Pembebasan 3 Tawanan di Nuseirat Gaza Tengah

    TRIBUNNEWS.COM – Omer Shem Tov, seorang sandera Israel, menunjukkan emosinya saat Hamas membebaskan tiga tawanan di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah pada Sabtu (22/2/2025).

    Pembebasan tiga sandera ini menjadi bagian dari putaran ketujuh pertukaran sandera-tahanan antara Hamas dan Israel.

    Pada Sabtu, dijadwalkan ada enam sandera Israel yang dibebaskan Hamas untuk ditukar dengan pembebasan 602 tahanan Palestina.

    Sebelumnya, juga pada Sabtu, dua sandera Israel dibebaskan Hamas di lokasi terpisah, di Rafah, Gaza Selatan.

    Pada sesi kedua pembebasan sandera Israel hari ini, Hamas membebaskan Omer Shem Tov, Omer Wenkert, dan Eliya Cohen.

    Pada prosesi pembebasan itu, Shem Tov tampak mencium kening dua pejuang Hamas yang berada di panggung bersamanya.

    CIUM KENING – Omer Shem Tov, salah satu dari tiga sandera Israel yang dibebaskan mencium dahi seorang pejuang Hamas di panggung di Nuseirat, Gaza Tengah, Sabtu (22/2/2025). Pada putaran ketujuh pertukaran sandera-tahanan, Hamas membebaskan 6 sandera Israel yang akan ditukar dengan pembebasan 602 tahanan Palestina dari penjara Israel. (Foto: Tangkapan layar)

    Dia juga meniupkan ciuman kepada penonton.

    Sementara itu, Cohen tampak tengah berbincang dengan salah satu pejuang.

    Enam sandera Israel diperkirakan akan dibebaskan pada hari Sabtu.

    Dua sandera telah dibebaskan sebelumnya di Rafah. Yang terakhir, Hisham Al Sayed, warga Arab-Israel, akan dibebaskan di kota Gaza.

    11 TAHUN DITAWAN – Avera Mengistu, yang ditawan di Gaza sekitar satu dekade lalu dan telah ditahan di sana sejak saat itu, dibebaskan Hamas pada putaran ketujuh pertukaran sandera-tahanan pada Sabtu (22/2/2025).

    Avera Mengistu 11 Tahun Ditawan di Gaza

    Sebelum pembebasan 3 sandera Israel di Nuseirat, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, telah membebaskan dua sandera Israel di Rafah, Gaza Selatan.

    Satu di antaranya adalah tentara Israel Avera Mengistu yang sudah 11 tahun ditawan di Gaza.

    Selain itu, Hamas membebaskan tentara Israel Tal Shoham setelah 505 hari ditawan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan yang sedang berlangsung antara perlawanan Palestina dan Pendudukan Israel.

    Langkah ini menandai fase ketujuh dari proses pertukaran, dengan antisipasi rilis lebih lanjut berdasarkan ketentuan perjanjian antara kedua belah pihak.

    Dilaporkan, Hamas telah menyerahkan Avera Mengistu dan Tal Shoham kepada pejabat Palang Merah di Rafah untuk dipindahkan ke Israel sebagai bagian dari pertukaran sandera-tahanan ketujuh.

    Avera Mengistu, yang disandera pada tahun 2014 setelah menyeberang ke Gaza dan telah ditawan Hamas sejak saat itu, membuat penampilan publik pertamanya yang diketahui pada hari Sabtu dengan mengenakan pakaian olahraga abu-abu.

    Tal Shoham dibawa dari Kibbutz Be’eri pada tanggal 7 Oktober 2023, dan tampak mengenakan pakaian olahraga merah, hitam, dan abu-abu saat ia memegang dokumen pembebasannya di atas panggung yang disiapkan oleh Hamas untuk penyerahan.

    Mengistu adalah salah satu dari dua warga Israel yang dibebaskan pada hari Sabtu yang telah ditawan selama satu dekade, dengan keluarga mereka tidak mengetahui apakah mereka masih hidup atau sudah meninggal selama sebagian besar waktu tersebut.

    Mengistu, 38, dan Hisham Al Sayed, 37, yang keduanya dilaporkan menderita masalah kesehatan mental, ditangkap oleh Hamas setelah menyeberang ke Gaza dalam rentang waktu beberapa bulan.

    Empat sandera Israel lainnya, termasuk Al Sayed, akan dibebaskan di kemudian hari, sebagai ganti 602 tahanan Palestina, yang namanya belum diungkapkan.

     

    (oln/thntnl/*)

  • Korea Selatan: Yoon Suk Yeol Resmi Ditahan, Apa Selanjutnya? – Halaman all

    Korea Selatan: Yoon Suk Yeol Resmi Ditahan, Apa Selanjutnya? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, resmi ditahan oleh Kepolisian Korea Selatan, Pada Jumat, 21 Februari 2025.

    Penahanan ini merupakan hasil dari keputusan hukum yang menyatakan Yoon bersalah karena menghalangi pelaksanaan surat perintah penahanannya pada bulan lalu.

    Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan lebih lanjut mengenai kasus ini, latar belakangnya, serta dampak yang ditimbulkan.

    Apa yang Menyebabkan Penahanan Yoon Suk Yeol?

    Yoon Suk Yeol dinyatakan bersalah setelah terbukti memberikan instruksi kepada Layanan Keamanan Presiden (PSS) untuk menghalangi penyidik dalam usaha penangkapannya.

    Menurut laporan dari Korean Herald, Yoon mengirimkan instruksi tersebut kepada Wakil Kepala PSS, Kim Seong-hoon, melalui aplikasi pesan Signal pada 3 Januari 2025 saat penyidik berusaha menangkapnya di kediamannya.

    Pada tanggal 7 Januari, Yoon kembali memberikan instruksi yang sama untuk menghalangi upaya kedua penangkapannya.

    Tindakan ini menyebabkan kesulitan bagi penyidik dan polisi, yang terpaksa menghadapi Dinas Keamanan Presiden yang berusaha mencegah penangkapan Yoon.

    Kerusuhan pun terjadi, dengan beberapa orang terlibat dalam perkelahian yang mengakibatkan satu orang terluka.

    Bagaimana Kronologi Penangkapan Yoon?

    Yoon Suk Yeol ditangkap setelah dituduh melakukan pemberontakan, yang merupakan buntut dari deklarasi status darurat militer yang dikeluarkannya.

    Meskipun status darurat militer telah dicabut, Yoon harus menghadapi berbagai penyelidikan, termasuk oleh Lembaga Tinggi Investigasi Korupsi dan Kejaksaan Korea Selatan.

    Dalam pidatonya, Yoon menyatakan bahwa upaya tersebut merupakan bagian dari serangan oposisi yang ingin menggulingkan pemerintahnya.

    Namun, alasan di balik keputusan untuk memberlakukan darurat militer ternyata berkaitan dengan perselisihan anggaran dan tindakan antara Yoon dan parlemen yang didominasi oposisi.

    Majelis Nasional Korea Selatan menganggap deklarasi Yoon ilegal dan tidak konstitusional.

    Penolakan terhadap tindakan Yoon memicu enam partai oposisi untuk mengajukan rancangan undang-undang pemakzulan.

    Setelah serangkaian kericuhan, lebih dari 3.000 petugas polisi dan penyidik antikorupsi berhasil menangkap Yoon setelah memecah kerumunan pendukungnya di kediamannya.

    Mengapa Yoon Suk Yeol Menjadi Presiden Pertama yang Diadili?

    Pengadilan Distrik Pusat Seoul memulai sidang praperadilan pertama dalam kasus pidana Yoon pada 20 Februari 2025, hanya sebulan setelah ia didakwa.

    Hal ini menjadikan Yoon sebagai presiden pertama di Korea Selatan yang didakwa di tengah masa jabatannya.

    Jika terbukti bersalah, Yoon menghadapi hukuman maksimal penjara seumur hidup, dan ada kemungkinan hukuman mati.

    Kasus ini telah membelah opini publik Korea Selatan, dengan jajak pendapat dari Gallup menunjukkan bahwa 57 persen responden mendukung pemakzulan Yoon, sementara 38 persen menentangnya.

    Siapa yang Mengambil Alih Jabatan Presiden?

    Pasca penahanan Yoon, jabatan presiden diambil alih oleh Perdana Menteri Han Duck-soo sebagai pejabat presiden sementara.

    Penunjukan Han tidak lepas dari pengalamannya yang luas selama lebih dari tiga dekade dalam berbagai posisi kepemimpinan di bawah lima presiden yang berbeda, baik yang konservatif maupun liberal.

    Keahlian dan keterampilannya dianggap krusial dalam mengatasi krisis kepemimpinan yang terjadi akibat penahanan Yoon.

    Kasus yang menimpa Yoon Suk Yeol membawa dampak besar bagi politik Korea Selatan.

    Proses hukum yang dihadapi Yoon akan menjadi babak baru dalam sejarah politik negara ini, serta menentukan arah kepemimpinan dan stabilitas pemerintahan ke depan.

    Kita patut menantikan perkembangan selanjutnya terkait kasus ini dan dampaknya bagi masyarakat Korea Selatan.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Pemakaman Hassan Nasrallah: Simbol Kekuatan Hizbullah di Lebanon – Halaman all

    Pemakaman Hassan Nasrallah: Simbol Kekuatan Hizbullah di Lebanon – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hizbullah, kelompok militan sayap kanan Lebanon, akan menggelar upacara pemakaman mendiang pemimpin mereka, Hassan Nasrallah, pada hari Minggu, 23 Februari 2025.

    Pemakaman ini menjadi momen penting bagi Hizbullah dan para pengikutnya, hampir lima bulan setelah kematian Nasrallah akibat serangan udara yang dilancarkan oleh militer Israel di Beirut.

    Pemakaman Hassan Nasrallah dijadwalkan berlangsung di Stadion Camille Chamoun Sports City, yang terletak di pinggiran selatan Beirut, wilayah yang dikuasai Hizbullah.

    Upacara ini akan terbuka untuk publik, memungkinkan siapa saja untuk hadir dan memberikan penghormatan terakhir.

    Beberapa tokoh penting juga akan turut hadir, seperti Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, serta politisi senior Syiah dan komandan milisi yang akan terbang ke Beirut untuk acara tersebut.

    Mengapa Pemakaman Ini Sangat Penting bagi Hizbullah?

    Pemakaman ini tidak hanya menjadi sebuah upacara pemakaman, tetapi juga simbol dari keberadaan Hizbullah sebagai aktor utama dalam politik Syiah di Lebanon.

    Menurut Mohanad Hage Ali dari Carnegie Middle East Centre, “Upacara pemakaman besar yang dihadiri ratusan ribu orang adalah cara untuk memberi tahu semua orang bahwa Hizbullah masih ada.” Ini menunjukkan bahwa meskipun kehilangan pemimpin, Hizbullah tetap kokoh dan berpengaruh di wilayah tersebut.

    Hizbullah juga berencana memakamkan Hashem Safieddine, yang memimpin kelompok tersebut selama satu pekan setelah kematian Nasrallah.

    Safieddine juga menjadi korban dalam konflik yang sama, setelah dibunuh oleh Israel.

    Setelah pemakaman, Nasrallah direncanakan akan dimakamkan sementara di samping putranya, Hadi, yang tewas saat berperang untuk Hizbullah pada tahun 1997.

    Apa yang Terjadi pada Hassan Nasrallah Sebelum Pemakaman?

    Kematian Hassan Nasrallah terjadi dalam konteks serangan udara besar yang dilancarkan oleh militer Israel pada 27 September 2024.

    Serangan ini menargetkan kawasan Dahiyeh, yang dikenal sebagai basis kekuatan Hizbullah di selatan Beirut.

    Dalam serangan tersebut, Israel menggunakan sekitar 85 bom penghancur bunker dan jet tempur yang membawa bom seberat 2 ribu pon (900 kg) buatan Amerika Serikat untuk menyerang markas Nasrallah.

    Setelah serangan tersebut, Hizbullah mengonfirmasi kematian Nasrallah, menyebut aksi tersebut sebagai “berbahaya” dan bagian dari agresi Zionis di wilayah mereka.

    Kematian pemimpin yang sangat berpengaruh ini menjadi pukulan telak bagi kelompok Hizbullah dan memperburuk situasi di Lebanon.

    Hassan Nasrallah adalah pemimpin yang diakui sebagai salah satu tokoh paling karismatik dan berpengaruh di Timur Tengah.

    Ia memiliki kemampuan untuk mengubah Hizbullah menjadi kekuatan politik dan militer yang signifikan dalam konteks Lebanon.

    Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah tidak hanya menjadi pemain kunci dalam arena politik Lebanon, tetapi juga penyedia utama layanan kesehatan, pendidikan, dan sosial di wilayah tersebut.

    Dukungan Iran juga memberikan kontribusi pada kekuatan dan pengaruh Hizbullah dalam mencapai supremasi regional.

    Dengan pemakaman ini, Hizbullah berusaha menunjukkan bahwa meskipun mengalami kehilangan, mereka tetap merupakan kekuatan yang harus diperhitungkan di Lebanon dan Timur Tengah.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Kesepakatan Baru Digelar Hari Ini, Enam Tawanan Israel Ditukar 602 Tahanan Palestina – Halaman all

    Kesepakatan Baru Digelar Hari Ini, Enam Tawanan Israel Ditukar 602 Tahanan Palestina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pertukaran sandera yang melibatkan kelompok pejuang Palestina Hamas dan pemerintah Israel kembali dilanjutkan pada Sabtu, 22 Februari 2025.

    Dalam proses ini, enam tawanan Israel akan dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan yang lebih besar untuk memulangkan tahanan Palestina.

    Mengapa Pertukaran Sandera Ini Penting?

    Kesepakatan ini terjadi setelah sempat terjadinya masalah mengenai pengembalian jenazah yang salah diidentifikasi sebelumnya.

    Peristiwa tersebut menimbulkan ancaman bagi gencatan senjata yang rapuh antara kedua belah pihak.

    Namun, setelah kesalahpahaman itu diselesaikan, Israel dan Hamas sepakat untuk melanjutkan proses pertukaran sandera yang direncanakan di Gaza.

    Siapa Saja Tawanan yang Diberikan Kebebasan?

    Enam tawanan Israel yang akan dibebaskan terdiri dari:

    Mereka ditangkap oleh Hamas dalam serangan yang terjadi pada 7 Oktober 2023, sedangkan Hisham dan Avera telah ditahan sejak mereka memasuki Gaza secara terpisah sekitar satu dekade lalu.

    Mengutip BBC International, proses serah terima diperkirakan akan berlangsung sekitar pukul 08:30 pagi waktu setempat.

    Meskipun hingga kini Hamas belum memberikan rincian tempat pertukaran, kemungkinan besar acara tersebut akan dilaksanakan di Khan Younis, Gaza selatan.

    Apa yang Diperoleh Israel dalam Pertukaran Ini?

    Sebagai imbalan atas pembebasan keenam sandera tersebut, Israel mengumumkan bahwa mereka akan melepaskan 602 tahanan Palestina.

    Jumlah ini merupakan bagian dari tahap akhir dari pertukaran yang dimulai sejak 19 Januari lalu.

    Dari 602 tahanan yang dibebaskan, 445 di antaranya adalah warga Palestina yang ditangkap oleh militer Israel setelah serangan yang dilakukan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Juru bicara Klub Tahanan Palestina, Amani Sarahneh, menyatakan bahwa sekitar 60 orang dari mereka sedang menjalani hukuman penjara yang panjang, termasuk 50 napi yang sedang menjalani hukuman seumur hidup.

    Sebanyak 108 tahanan juga akan dideportasi ke luar Israel dan wilayah Palestina.

    Bagaimana Proses Negosiasi Tahap Kedua Berjalan?

    Meskipun kesepakatan gencatan senjata tahap pertama belum sepenuhnya terlaksana, Israel dilaporkan telah memulai negosiasi tidak langsung dengan Hamas untuk fase kedua dari perjanjian gencatan senjata.

    Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengatakan bahwa negosiasi tersebut diharapkan dapat dimulai pada 2 Februari mendatang.

    Qatar, bersama Mesir dan Amerika Serikat, berperan sebagai penengah dalam negosiasi ini.

    Pada tahap kedua, akan dibahas mengenai pengembalian sisa sandera yang masih tersisa, yang berjumlah 64 orang.

    Selain itu, isu-isu tentang pemerintahan di Gaza pasca-perang juga akan menjadi agenda dalam perundingan tersebut.

    Pejabat Israel menegaskan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menunjuk Ron Dermer sebagai orang kepercayaannya untuk memimpin negosiasi ini.

    Meski demikian, kantor berita Reuters memprediksi bahwa negosiasi tersebut akan menghadapi banyak tantangan, terutama terkait siapa yang akan memerintah di Gaza setelah konflik berakhir.

    Dengan semua informasi ini, proses pertukaran sandera ini tidak hanya penting untuk kedua belah pihak, tetapi juga bisa menjadi langkah awal menuju perdamaian yang lebih permanen di wilayah yang telah lama dilanda konflik.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Legenda Cinta dalam Sejarah yang Terkenal dan tak Dikenal – Halaman all

    Legenda Cinta dalam Sejarah yang Terkenal dan tak Dikenal – Halaman all

    Mereka mungkin hanya “teman tapi mesra”. Apakah Aleksander Agung dan penasihat yang juga pengawalnya, Hephaestion, terlibat asmara masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan hingga kini. Selama masa kepemimpinan Aleksander, yakni pada abad ke-4 sebelum masehi, hubungan sesama jenis bukanlah hal yang aneh. Ada juga bukti sejarah yang menyatakan bahwa Aleksander dan Hephaestion sering bekerja sama dalam pertempuran-pertempuran besar.

    Tulisan-tulisan sejarawan kuno mengklaim bahwa Aleksander sangat berduka atas kematian Hephaestion. Aleksander memberikan gelar manusia setengah dewa padanya, tidak mengizinkan festival dilangsungkan di seluruh kerajaan, membantai seluruh suku karena kesedihannya, hingga memerintahkan untuk menyiksa dan membunuh dokter pribadi Hephaistion. Tapi sulit memverifikasi kisah-kisah sejarah ini.

    Cleopatra dan Caesar: Hubungan cinta dan aliansi politik

    Tahun 48 Sebelum Masehi, perebutan kekuasaan di Mesir Kuno antara Cleopatra dan saudara laki-lakinya yang juga adalah suaminya, Ptolemy, telah meletus menjadi perang saudara yang sengit. Mencari dukungan dari Roma, Cleopatra berusaha memikat jenderal Romawi setempat, Julius Caesar, dengan pesona dan kecantikannya. Caesar menerima bujukan itu: selain terhubung dengan perempuan “tercantik dan terkuat “di zamannya, ia juga bisa mendapatkan kekuatan yang lebih besar, karena aliansi Romawi dengan Mesir akan memungkinkannya mempertahankan kekuasaan di Mediterania timur.

    Dengan pasukannya, Julius Caesar mengakhiri perang saudara di Mesir untuk kepentingan Cleopatra. Ptolemy mengalami kecelakaan mematikan. Caesar kemudian tinggal bersama Cleopatra di Roma, di mana hubungan dekatnya dengan sang ratu ‘asing’ tersebut menimbulkan kegemparan di Roma. Namun, banyak orang Romawi mengakui manfaat politik dari hubungan tersebut – yang berakhir dengan pembunuhan Caesar pada tahun 44 SM. Cleopatra kemudian memulai hubungan cinta lainnya di Roma, yang secara politis tidak kalah hebat.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Heloise dan Abelard: Kisah cnta abad pertengahan yang penuh pesona

    Abad ke-12: Peter Abelard, 40 tahun, dianggap sebagai cendekiawan paling cerdas di seluruh Eropa, sedangkan Heloise, 18 tahun, adalah gadis tercantik di Paris. Abelard ingin memenangkan hati si gadis cantik ini, tetapi harus melewati paman dan pelindungnya, sang pendeta Fulbert. Abelard pun memberikan pengajaran privat kepada Heloise. Abelard tidak hanya mengajarkan Heloise sains, tapi juga seni cinta. Heloise menunjukkan kemampuan yang berkembang pesat, sehingga Abelard turut membanggakan hal itu kepada murid-muridnya yang lain. Tak lama kemudian, seluruh Paris mengetahui hal ini – dan Fulbert adalah orang terakhir yang mengetahuinya.

    Ketika kemarahan Fulbert mereda, dia dan Abelard menegosiasikan sebuah kesepakatan: pernikahan segera Abelard dengan Heloise. Pernikahan itu harus tetap dirahasiakan, karena peran sebagai suami di abad pertengahan akan merusak reputasi Abelard sebagai bintang di antara kaum cendekiawan. Hal yang sama dirasakan Heloise. Ketika Fulbert mengingkari janjinya dan mengumumkan pernikahan Abelard dan Heloise kepada publik, Abelard yang jengkel mengirim Heloise ke sebuah biara. Fulbert kembali marah dan melihat hal ini sebagai upaya Abelard untuk menghindari kewajiban pernikahan dengan Heliose. Dia memerintahkan agar cendekiawan itu dikebiri. Abelard melarikan diri ke sebuah biara dan menjadi seorang biarawan, sedang Heloise tidak punya banyak pilihan selain menjadi biarawati. Meskipun dipisahkan oleh jarak dan sumpah agama, keduanya tetap erat terhubung selama sisa hidup mereka.

    Anne Boleyn dan Henry VIII: Cinta di ujung tanduk

    Tahun 1527: Raja Henry VIII dari Inggris menikah dengan Catherine dari Aragon. Namun, ia belum dapat melahirkan seorang putra bagi Henry. Sang raja pun merasa bahwa dayang-dayangnya, Anne Boleyn jauh lebih menarik dari istrinya. Dia merayu Anne dengan surat-surat cinta yang membara, tetapi Anne menjelaskan kepadanya bahwa dia tidak akan meneruskan hubungan lebih jauh sebelum mereka menikah. Henry sangat terobsesi dengan Anne, ia meninggalkan Gereja Katolik Roma lantas menceraikan Catherine dan menikahi Anne. Namun pernikahan itu juga gagal melahirkan pewaris takhta laki-laki. Pasangan ini pun terasing dan Henry mengetahui kabar perselingkuhan Anne. Dia memenjarakan mantan dayang-dayangnya tersebut di Menara London.

    Anne kemudian dinyatakan bersalah atas pengkhianatan besar dan dieksekusi di pagi hari tanggal 19 Mei 1536. Ribuan orang menyaksikan algojo memenggal kepala Anne Boleyn dengan pedang. Henry tidak termasuk di antara para penonton. Setelahnya, Henry menikah empat kali lagi. Ia juga memenggal kepala istri kelimanya karena selingkuh.

    Shah Jahan dan Mumtaz Mahal: Kisah cinta yang monumental

    Ini adalah kisah cinta pada pandangan pertama yang terjadi di tahun 1607, ketika Pangeran Khurram, 15 tahun, bertemu Arjumand Banu Begum, yang berusia 14 tahun. Lima tahun kemudian, mereka menikah. Sejak saat itu, Arjumand dijuluki “Mumtaz Mahal” – permata istana – dan menjadi istri kesayangan Shah Jahan. Sepanjang hayat, Arjumand menemani suaminya dan melahirkan 14 anak. Setelah kelahiran anak terakhir, ia mengalami pendarahan parah hingga akhirnya meninggal. Di ranjang kematiannya, dia meminta sebuah makam besar dan megah yang belum pernah ada di dunia.

    Pangeran Khurram pun menjadi Raja Dinasti Mughal India. Sepeninggal istrinya, ia menyiapkan sebuah masoleum terindah dalam sejarah yang dinamakan Taj Mahal. Berlokasi di Agra, India, Taj Mahal hingga saat ini masih merefleksikan cahaya marmer putih yang cemerlang.

    Gertrude Stein dan Alice B. Toklas: Pasangan yang berkuasa di Paris

    Para tokoh dan seniman terbaik Paris biasanya bertemu di Salon 27 rue de Fleurus yang dimiliki seorang Yahudi-Amerika, Gertude Stein, yang lahir 3 Februar 1874 dan meninggal 27 Juli 1946 di Paris. Gertrude Stein merupakan seorang penulis dan kolektor seni yang sangat peka terhadap tren. Di dinding salonnya tergantung lukisan-lukisan karya pelukis ternama seperti Gauguin, Picasso dan Delacroix. Para penulis terkenal seperti Ernest Hemingway, T.S. Eliot, menjadi pengunjung tetap salonnya. Di belakang kesuksesan Gertrude Stein ada seorang wanita lain yang merupakan cinta sejatinya: penulis Alice B. Toklas.

    Kedua perempuan telah jatuh cinta pada tahun 1907. Namun Alice bukan hanya kekasih Gertrude, dia juga juru masak, sekretaris, penasihat, editor, dan kritikusnya – dan mereka hidup bersama selama hampir 40 tahun hingga kematian Gertrude pada tahun 1946. Alice hidup 21 tahun lebih lama dari Gertrude. Alice dimakamkan di samping makam Gertrude di Paris, namanya tertera dalam huruf emas di bagian belakang batu nisan Gertrude Stein.

    Diadaptasi dari artikel DW Bahasa Inggris.

  • Pendidikan di Pakistan Dapat Sorotan, Menutup Kesenjangan Infrastruktur dan Sumber Daya – Halaman all

    Pendidikan di Pakistan Dapat Sorotan, Menutup Kesenjangan Infrastruktur dan Sumber Daya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sekolah-sekolah di Pakistan kekurangan infrastruktur dan fasilitas dasar. 

    Hal tersebut berdampak terhadap kualitas pendidikan hingga meningkatkan angka putus sekolah. 

    Dikutip dari Islam Khabar, Sabtu (22/2/2025), sekitar 26 juta anak Pakistan masih belum mendapatkan pendidikan dasar formal pada 2024.

    Bahkan, sekitar 80 persen anak-anak putus sekolah, tidak melanjutkan sekolah karena orang tua mengkhawatirkan rendahnya kualitas pendidikan di sekolah negeri Pakistan. 

    Fakta itu dikutip dari Laporan Indeks Kinerja Pendidikan Distrik terbaru dari Komisi Perencanaan.

    Pakar pendidikan Pakistan Nazeer Ahmed Arijo menyinggung pernyataan politikus di sana, yang menurutnya adalah bualan. Terutama, terkait reformasi revolusioner di sektor pendidikan. Dia mengatakan putranya menolak pergi ke sekolah karena panas terik dan kurangnya listrik. 

    “Seluruh bangunan sistem pendidikan negeri kita berdiri di atas fondasi yang rapuh, infrastruktur yang rusak, buku teks yang sudah ketinggalan zaman, dan kurikulum yang gagal mempersiapkan siswa menghadapi dunia modern,” kata Arijo.

    Sekitar setengah dari sekolah negeri di Pakistan tidak memiliki fasilitas toilet dasar. Termasuk ruang kelas yang layak, ungkap Laporan Statistik Pendidikan Pakistan. 

    Hal ini menunjukkan betapa situasi di daerah-daerah terpencil dan terlantar sangat memprihatinkan. Sekitar 77 persen sekolah dasar di provinsi Balochistan tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman.

    Sementara itu, di Kashmir yang dikelola Pakistan, jumlah tersebut mencapai 69 persen. Bahkan toilet hilang di 77 persen dan 58 persen sekolah dasar di Balochistan dan Kashmir yang dikelola Pakistan.

    Menurut Laporan Statistik Pendidikan Pakistan terbaru, angka putus sekolah adalah 38 persen. Kurangnya infrastruktur yang memadai menjadi penyebab utama tingginya angka putus sekolah. Hal tersebut, disebabkan kesalahan tata kelola dan kelalaian birokrasi.

    “Meskipun pentingnya pendidikan tidak dapat disepelekan, bukankah pemerintah melakukan pelanggaran konstitusi jika banyak anak-anak di negara ini putus sekolah?” kata Direktur Regional Institut Diplomasi dan Hak Asasi Manusia AS yang berbasis di Washington DC, Muhammad Asad.

    Gaji Guru Tak Layak

    Guru di Pakistan disebutkan terpaksa melakukan kegiatan non-inti seperti pendaftaran pemilih dan vaksinasi polio.

    Sementara banyak guru terlibat dalam membina hubungan politik.

    Hal ini telah menyebabkan keruntuhan pendidikan, kata analis ekonomi Gulab Umid. 

    “Alih-alih membina generasi muda, banyak guru yang berfokus pada mempertahankan kesetiaan politik untuk mengamankan posisi mereka. Hal ini berkontribusi pada penurunan cepat standar akademik di seluruh negeri,” katanya.

    Indikator utama pendidikan di Pakistan buruk meskipun terdapat banyak inisiatif kebijakan, hal ini disebabkan oleh implementasi kebijakan yang tidak konsisten, ketidakstabilan politik, inefisiensi birokrasi, dan kurangnya akuntabilitas, kata peneliti dan analis kebijakan Amal Kamal. 

    “Sistem pendidikan Pakistan menghadapi banyak sekali tantangan, dengan kelemahan struktural dan kebijakan yang menghambat kemampuannya untuk memberikan pendidikan berkualitas bagi bangsa. Selain itu, pendidikan di negara kita mengalami kekurangan dana yang kronis, sehingga menyebabkan kekurangan sumber daya dan kesulitan memenuhi kebutuhan populasi yang terus bertambah,” katanya.

    Anggaran Pendidikan Tak Mengalir

    Banyak sekolah di Pakistan, khususnya yang berada di daerah pedesaan tidak memiliki peralatan dasar dan bahkan listrik.

    Provinsi Khyber Pakhtunkhwa tidak mengeluarkan satu sen pun meskipun ada alokasi anggaran. 

    “Kami membutuhkan 30 kipas langit-langit lagi tetapi tidak punya uang untuk membelinya. Sekolah kami terletak di daerah kanton. Jika kondisinya sangat memprihatinkan, Anda bisa membayangkan hal-hal yang terjadi di sekolah-sekolah negeri yang beroperasi di daerah-daerah terpencil di provinsi ini,” kata seorang guru dari Khyber Pakhtunkhwa.

    Rusaknya infrastruktur sekolah negeri menghalangi siswa untuk bersekolah dan kuliah, kata Mushtaq Chhapra, salah satu pendiri The Citizen Foundation (TCF), jaringan sekolah amal terbesar di Pakistan. 

    “Sekolah-sekolah pemerintah ditutup. Mereka berada dalam kondisi terpuruk. Guru tidak pergi ke sekolah. Tidak ada toilet, tidak ada perabotan, dan bahkan tidak ada buku. Tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab, itulah inti masalah dalam sistem kami,” katanya.

    Umid mengatakan korupsi yang merajalela dan salah urus yang dilakukan oleh penguasa telah menyebabkan jutaan anak tidak memiliki pendidikan dasar, sehingga membuat mereka tidak siap menghadapi tantangan modern. 

    “Penyebab utama kejatuhan ini adalah pengabaian pemerintah terhadap pendidikan. Kesengsaraan ekonomi, kesenjangan sosial, dan ketidakstabilan politik di Pakistan semuanya terkait dengan rendahnya pendidikan penduduk. Masa depan Pakistan tergantung pada keseimbangan,” katanya.

    SUMBER

  • Pertukaran Sandera Berlanjut Hari Ini, Enam Tawanan Israel Ditukar 602 Tahanan Palestina – Halaman all

    Pertukaran Sandera Berlanjut Hari Ini, Enam Tawanan Israel Ditukar 602 Tahanan Palestina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok pejuang Palestina Hamas kembali melanjutkan kesepakatan pembebasan sandera dengan menyerahkan enam tawanan Israel hari ini, Sabtu (22/2/2025).

    Pertukaran ini digelar setelah sempat ada masalah seputar pengembalian jenazah yang salah diidentifikasi pekan ini dari Hamas ke Israel.

    Buntut masalah ini, agenda pertukaran sandera sempat terancam gagal, mengancam gencatan senjata yang rapuh di Gaza.

    Namun, setelah kesalahpahaman tersebut rampung, Israel dan Hamas sepakat melanjutkan pertukaran sandera  di Gaza hari ini.

    Enam sandera yang akan dibebaskan di antaranya ada Eliya Cohen (27 tahun), Tal Shoham, (40 tahun), Omer Shem Tov (22 tahun), dan Omer Wenkert, (23 tahun). Mereka ditangkap Hamas selama serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023.

    Sementara dua lainnya, Hisham Al-Sayed (36 tahun) dan Avera Mengistu (39 tahun) ditahan Hamas sejak mereka memasuki Gaza secara terpisah dalam keadaan yang tidak dapat dijelaskan sekitar satu dekade lalu.

    Adapun keenam sandera Israel yang dibebaskan Hamas merupakan kelompok terakhir yang masih hidup dari 33 orang yang disepakati akan dibebaskan di gencatan senjata tahap pertama.

    Mengutip BBC International, para sandera diperkirakan akan diserahkan sekitar pukul 08.30 pagi (06.30 GMT).

    Hingga kini Hamas belum menjelaskan secara detail di mana pertukaran sandera akan digelar.

    Meski begitu kemungkinan serah terima akan dilakukan di Khan Younis, Gaza selatan.

    Israel Bebaskan 602 Tahanan Palestina

    Sebagai imbalannya, Israel mengumumkan bahwa pihaknya akan membebaskan 602 tahanan Palestina dalam tahap terakhir pertukaran yang telah berlangsung sejak 19 Januari.

    Di antara mereka yang dibebaskan, 445 adalah warga Palestina dari Gaza yang diculik militer Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober.

    Sebanyak 60 orang lainnya tengah menjalani masa hukuman penjara yang panjang, 50 napi menjalani hukuman penjara seumur hidup, dan 47 orang yang ditangkap kembali setelah pertukaran tahanan tahun 2011.

    Hal itu diungkap langsung oleh juru bicara kelompok advokasi Klub Tahanan Palestina, Amani Sarahneh sebagaimana dilansir Al Arabiya, Sabtu (22/2/2025).

    Namun sebagai catatan, dalam pembebasan kali ini nantinya 108 tahanan yang akan dideportasi ke luar Israel dan wilayah Palestina.

    Negosiasi Tahap Kedua Gencatan Senjata Dimulai

    Kendati kesepakatan gencatan senjata tahap pertama belum rampung digelar, namun Israel kabarnya telah memulai negosiasi tidak langsung dengan kelompok militan Palestina Hamas mengenai fase kedua perjanjian gencatan senjata di Gaza pekan ini.

    “Itu akan terjadi minggu ini,” kata Gideon Sa’ar Menteri Luar Negeri Israel, Rabu (19/2/2025).

    Perundingan untuk tahap kedua kesepakatan itu seharusnya dimulai pada 2 Februari.

    Namun, Qatar yang bersama Mesir dan Amerika Serikat menjadi penengah antara kedua pihak, mengatakan perundingan tersebut belum dilakukan secara resmi.

    Pada negosiasi tahap dua akan dibahas pengembalian sisa sandera berjumlah 64.

    Dalam perundingan kali ini, Israel dan Hamas kabarnya bakal membahas beberapa isu-isu seperti pemerintahan di Gaza pasca perang.

    Hal tersebut, turut dikonfirmasi seorang pejabat Israel yang mengatakan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menunjuk orang kepercayaannya untuk memimpin negosiasi tahap kedua gencatan senjata dengan Hamas.

    Orang kepercayaan Benjamin Netanyahu itu merupakan Ron Dermer yang lahir di Amerika Serikat (AS).

    Namun, kantor berita Reuters memprediksi bahwa negosiasi tahap kedua akan berlangsung alot.

    Sebab, masalah siapa yang memerintah di Gaza pasca-perang bakal ditentukan dalam perundingan kali ini.

    (Tribunnews.com/Namira)

  • Penampakan Senjata-Senjata Rampasan Al-Qassam dari IDF: Baru 2 dari 6 Sandera Israel Dibebaskan – Halaman all

    Penampakan Senjata-Senjata Rampasan Al-Qassam dari IDF: Baru 2 dari 6 Sandera Israel Dibebaskan – Halaman all

    Baru 2 dari 6 Sandera Israel yang Dibebaskan Hamas: Qassam Pamer Senjata-Senjata Rampasan dari IDF

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Pembebasan Palestina Hamas dan Pendudukan Israel melaksanakan putaran ketujuh pertukaran sandera-tahanan, Sabtu (22/2/2025).

    Pertukaran ini membebaskan tahanan Palestina dari penjara Israel dan tawanan Israel yang ditahan di Gaza.

    Hamas mengonfirmasi bahwa pihaknya akan membebaskan enam tawanan pada hari Sabtu, yang merupakan individu terakhir yang masih hidup yang dijadwalkan akan diserahkan kepada entitas pendudukan pada tanggal 1 Maret, menandai berakhirnya fase pertama perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada tanggal 19 Januari.

    Klub Tahanan Palestina mengumumkan bahwa sebagai imbalannya, 602 tahanan Palestina akan dibebaskan, termasuk 50 orang yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

    Ditambahkannya, 108 tahanan politik yang dibebaskan akan dideportasi ke luar negeri.

    Nama-nama tawanan Israel yang akan dibebaskan adalah sebagai berikut:

    Eliya Cohen
    Omer Sem Tov
    Omer Wenkert
    Tal Shoham
    Avera Mengistu
    Hisham Al-Sayed

    2 Sandera Sudah Dibebaskan

    Dalam laporan perkembangan di lapangan, Hamas telah menyerahkan dua sandera Israel kepada pejabat Palang Merah di Rafah, Gaza Selatan untuk dipindahkan ke Israel sebagai bagian dari putaran ketujuh pertukaran sandera-tahanan, Sabtu.

    Dua sandera Israel yang sudah dibebaskan Hamas sejauh ini adalah Avera Mengistu dan Tal Shoham

    Avera Mengistu, yang disandera pada tahun 2014 setelah dibawa ke Gaza dan telah ditawan Hamas sejak saat itu, membuat penampilan publik pertamanya yang diketahui pada hari Sabtu dengan mengenakan pakaian olahraga abu-abu.

    Tal Shoham dibawa dari Kibbutz Be’eri pada tanggal 7 Oktober 2023, dan tampak mengenakan pakaian olahraga merah, hitam, dan abu-abu saat ia memegang dokumen pembebasannya di atas panggung yang disiapkan oleh Hamas untuk penyerahan.

    Empat sandera Israel lainnya akan dibebaskan di kamp Nuseirat di kemudian hari, sebagai ganti 602 tahanan Palestina, yang namanya belum diungkapkan.

    Israel Belum Berikan Nama-Nama Tahanan Palestina yang Akan Dibebaskan

    Kantor Media Tahanan Palestina mengatakan kepada The National bahwa, beberapa jam sebelum mereka akan dibebaskan, pihaknya belum menerima daftar nama tahanan dari otoritas Israel.

    Mantan kepala rumah sakit Kamal Adwan di Gaza, Dr Hussam Abu Safiya termasuk di antara mereka yang diperkirakan akan dibebaskan pada hari Sabtu, kata keluarganya.

    Hamas diperkirakan akan membebaskan enam sandera Israel pada hari Sabtu dari Gaza, dengan imbalan 50 tahanan Palestina yang dijatuhi hukuman seumur hidup, 60 yang menjalani hukuman panjang, 47 yang ditangkap kembali setelah dibebaskan dalam pertukaran di masa lalu, dan 445 dari Jalur Gaza yang diambil oleh Israel setelah serangan 7 Oktober 2023.

    SENJATA RAMPASAN – Penampakan senjata-senjata rampasan yang direbut Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, dari Pasukan Israel (IDF) dalam Perang Gaza. Pameran senjata rampasan dari IDF ini dilakukan di Rafah, saat putaran ketujuh pertukaran sandera-tahanan, Sabtu (22/2/2025). (Tangkap Layar/Telegram QudsNetwork)

    Al-Qassam Pamer Senjata Rampasan dari IDF

    Prosesi pembebasan sandera Israel pada Sabtu ini kembali digunakan pihak Perlawanan Palestina untuk melancarkan perang psikologis lain terhadap rezim Zionis.

    Hal itu dilancarkan dengan memamerkan senjata-senjata yang dirampas dari pasukan militer Israel (IDF) di tempat upacara pertukaran sandera.

    SENJATA RAMPASAN – Penampakan senjata-senjata rampasan yang direbut Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, dari Pasukan Israel (IDF) dalam Perang Gaza. Pameran senjata rampasan dari IDF ini dilakukan di Rafah, saat putaran ketujuh pertukaran sandera-tahanan, Sabtu (22/2/2025).

    Pasukan Perlawanan Palestina, yang sedang mempersiapkan tempat untuk upacara hari ini guna melaksanakan pertukaran tawanan putaran ketujuh dengan rezim Zionis, militer Zionis,

    Seperti pada putaran sebelumnya, Al Qassam, sayap militer gerakan Hamas, memamerkan senjata-senjata yang dirampas dari IDF.

    SENJATA RAMPASAN – Penampakan senjata-senjata rampasan yang direbut Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, dari Pasukan Israel (IDF) dalam Perang Gaza. Pameran senjata rampasan dari IDF ini dilakukan di Rafah, saat putaran ketujuh pertukaran sandera-tahanan, Sabtu (22/2/2025).

     

     

    (oln/rntv/thentnl/mna/*)

  • Efisiensi Anggaran, Trump Pecat 5400 Karyawan Pentagon dan Pindahkan 1500 Staf FBI dari Washington – Halaman all

    Efisiensi Anggaran, Trump Pecat 5400 Karyawan Pentagon dan Pindahkan 1500 Staf FBI dari Washington – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemangkasan anggaran secara besar-besaran terus dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan Elon Musk selaku pimpinan Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE).

    Departemen Pertahanan AS yang akrab dinamai Pentagon pun tak luput dari sasaran efisiensi pemerintahan Trump.

    Hal ini terjadi setelah pada Jumat waktu setempat (21/2/2025) di mana Pentagon mengumumkan pemberhentian 5400 karyawan mereka sebagai bagian dari efisiensi anggaran tersebut.

    Pemutusan hubungan kerja yang dijadwalkan berlangsung minggu depan tersebut merupakan bagian dari rencana pemangkasan jumlah pekerja federal di Kementerian Pertahanan yang diprediksi akan terus dilakukan hingga mencapai angka 50.000 orang. 

    Dikutip dari Reuters, hal tersebut dibenarkan oleh salah satu pejabat tinggi Pentagon, Darin Selnick.

    Selnick bahkan menyatakan bahwa Pentagon akan memberlakukan moratorium perekrutan dan bisa mengurangi tenaga kerja sipilnya sebesar 5 persen hingga 8 persen, atau sekitar 950.000 orang.

    Perombakan besar-besaran tak hanya terjadi Pentagon, Biro Investigasi Federal (FBI) juga mengalami dampak efisiensi biaya di pemerintahan Trump.

    Hal ini terjadi karena pada saat yang hampir bersamaan pada Jumat, FBI memerintahkan 1.500 staf untuk dipindahkan dari markas besarnya di Washington ke kantor-kantor mereka di penjuru daerah AS.

    Adapun para pegawai FBI tersebut akan ditempatkan di seluruh penjuru AS, menurut dua sumber dari Reuters.

    Kebijakan ini menuai sorotan mengingat angka tersebut setara dengan satu dari empat pegawai FBI yang saat ini bekerja di Washington, menurut data pemerintah.

    Perombakan ini adalah bagian terbaru dari strategi efisiensi besar-besaran yang dipimpin oleh Trump dan Elon Musk.

    Melalui masukan dari DOGE, Musk bahkan telah memecat lebih dari 20.000 pekerja federal di AS.

    Musk juga dan membongkar program-program di seluruh pemerintah AS, mulai dari Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) hingga sejumlah lembaga pengawasan keuangan.

    Tantangan hukum terhadap kebijakan ini masih terus mendapatkan respons yang beragam dari pihak legislatif hingga yudikatif sejauh ini.

    Sejumlah hakim federal menolak untuk menghentikan pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh pemerintahan Trump, namun ada pula yang memberikan lampu hijau.

    Satu respons yang menjadi sorotan adalah langkah Mahkamah Agung AS yang memblokir Trump untuk segera memecat pejabat kepala Kantor Penasihat Khusus yang merupakan sebuah lembaga pengawas independen.

    Dalam beberapa kasus, kebijakan Trump yang dinilai terburu-buru ini juga menuai sorotan karena beberapa blunder administrasi yang kemudian terjadi.

    Hal ini terlihat dalam langkah Trump yang merekrut kembali beberapa pekerja yang telah dipecat, termasuk mereka yang mengawasi keselamatan nuklir dan respons terhadap flu burung.

    Blunder tersebut begitu kentara terlihat di kebijakan Trump menyangkut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

    Pihak CDC menyatakan bahwa mereka akan memanggil kembali pekerja yang sebelumnya dipecat, yang bertugas mengawasi rencana kesehatan bagi 137.000 orang yang jatuh sakit akibat paparan racun setelah serangan pembajakan pada 11 September 2001.

    CDC juga menyatakan akan memulihkan dua kontrak penelitian yang dibatalkan untuk menyelidiki tingkat kanker di kalangan petugas darurat, setelah mendapat kritik dari anggota Kongres baik Demokrat maupun Republik.

    (Tribunnews.com/Bobby)