Category: Tribunnews.com Internasional

  • Kim Jong Un Diam-Diam Kembali Kirim 10.000 Tentara Tambahan ke Rusia Untuk Gempur Ukraina – Halaman all

    Kim Jong Un Diam-Diam Kembali Kirim 10.000 Tentara Tambahan ke Rusia Untuk Gempur Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Korea Utara (Korut) Kim Jong Un kembali kepergok mengirimkan 10.000 tentara tambahan ke Rusia untuk membantu pasukan Putin melawan Ukraina.

    Hal tersebut diungkap langsung oleh Badan Intelijen Korea Selatan, Badan Intelijen Nasional (National Intelligence Service/NIS), Kamis (27/2/2025).

    NIS tak mengungkap berapa jumlah tentara yang dikirim Korut ke Rusia selama bulan Februari ini.

    Namun menurut informasi yang beredar menyebutkan, lebih dari 10 ribu tentara Korea Utara telah dikirim ke Rusia tepatnya ke wilayah Kursk sejak tahun lalu.

    Adapun para pasukan Korsel itu diberangkatkan menuju Kursk dengan menggunakan kapal kargo dan pesawat militer Rusia.

    “Pasukan Korea Utara dikerahkan kembali ke garis depan Kursk pada awal Februari setelah jeda sekitar satu bulan,” jelas laporan NIS mengutip dari The Korea Herald.

    “Jumlah pastinya masih dikaji, tetapi ada penambahan pengerahan,” imbuh badan tersebut.

    Sebelum isu ini mencuat, pada awal Januari lalu pasukan Korut yang dikerahkan Rusia sempat absen dari garis depan Kursk, tempat mereka terlibat aktif dalam pertempuran.

    Laporan dari Ukraina menunjukkan bahwa pasukan Korea Utara tengah berjuang untuk mempertahankan posisi mereka.

    Ini lantaran sebanyak 4.000 pasukan dilaporkan tewas di medan pertempuran, selain lonjakan korban tewas para pasukan yang berada di Kursk juga mengeluhkan kesulitan logistik.

    Alasan ini yang membuat Pyongyang harus menarik pasukannya dari medan pertempuran Kursk.

    Tentara Korut Diiming-Imingi Gaji Rp 31 Juta Per Bulan

    Rusia diketahui menjanjikan bayaran sebesar 2.000 dolar AS atau sekitar Rp 31 Juta per bulan bagi tentara Korea Utara (Korut) yang bersedia untuk ditugaskan ke Kursk garda depan konflik Rusia dan Ukraina.

    Jumlah gaji yang dibayarkan oleh Moskow menunjukkan peningkatan fantastis hingga 10 kali lipat jika dibandingkan dengan gaji sebelumnya.

    Di mana pada bulan lalu, Radio Free Asia melaporkan bahwa gaji rata-rata untuk personel militer Korut hanya berkisar antara 100 dan 300 won.

    Namun demi memikat prajurit Korut agar mau bergabung ke garda depan konflik Rusia, Presiden Vladimir Putin mulai menaikkan gaji para tentara bayaran asal Korut.

    Badan Intelijen Nasional Korea Selatan, atau NIS, mencatat sejauh ini lebih dari 3.000 tentara Korea Utara telah dikirim ke Rusia.

    Jumlah tersebut diperkirakan bertambah, mencapai 10.000 prajurit pada bulan Desember 2024.

    Alasan Korut Kirim Pasukan ke Rusia

    Namun tak berselang lama Korut kembali mengirim pasukannya ke Rusia.

    Selain mengirim pasukan, hubungan ini juga mencakup pertukaran teknologi militer dan senjata.

    Beberapa laporan menyebutkan bahwa Korea Utara mungkin mengirim amunisi atau peralatan militer lainnya ke Rusia sebagai imbalan atas bantuan teknologi atau senjata canggih dari Rusia.

    Kim Jong Un mungkin melihat perang Rusia-Ukraina sebagai kesempatan untuk memperkuat pengaruhnya di Asia dan dunia dengan mendekatkan diri kepada Rusia.

    Melalui aliansi ini, Korea Utara bisa mendapatkan keuntungan lebih dalam hal sumber daya, teknologi, dan pengaruh politik di kawasan.

    Dengan mengirim pasukan ke Rusia, Kim Jong Un juga menunjukkan bahwa Korea Utara tetap berperan aktif dalam geopolitik dunia meskipun berada di bawah sanksi dan tekanan internasional.

    Ini memberikan pesan kepada negara-negara besar lainnya bahwa Korea Utara memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan global, meskipun dalam keterbatasan.

    Lebih dari itu, dengan mengirim pasukan ke Rusia hal tersebut dapat memperkuat hubungan dengan Rusia, sebagai langkah strategis dalam menghadapi tekanan internasional, terutama dari negara-negara Barat yang memberlakukan sanksi terhadap Korea Utara.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Unit Khusus Tentara Lebanon Temukan Perangkat Mata-mata Israel di Lebanon Selatan – Halaman all

    Unit Khusus Tentara Lebanon Temukan Perangkat Mata-mata Israel di Lebanon Selatan – Halaman all

    Unit Khusus Tentara Lebanon Temukan Perangkat Mata-mata Israel di Lebanon Selatan

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Lebanon pada Rabu (26/2/2025) mengatakan unit khusus mereka menemukan perangkat mata-mata Israel di Lebanon selatan .

    Militer Lebanon mengatakan dalam sebuah pernyataan kalau satuan khusus mereka, selama operasi survei teknik di sejumlah wilayah di Lebanon selatan, mengidentifikasi dua perangkat mata-mata yang ditanam oleh tentara Israel.

    Perangkat mata-mata Israel tersebut, yang disembunyikan di dalam pohon dan batu, dilengkapi dengan kamera dan sensor.

    Militer Lebanon juga menerbitkan foto-foto peralatan pengawasan, dan mengatakan unit-unit terkait bekerja untuk membongkarnya.

    Tentara Israel belum mengomentari pernyataan militer Lebanon tersebut.

    Sebagai informasi, gencatan senjata -yang rapuh- telah berlaku di Lebanon sejak 27 November, mengakhiri perang lintas perbatasan selama berbulan-bulan antara Israel dan gerakan Hizbullah yang meningkat menjadi konflik skala penuh September lalu.

    Hizbullah menyerang wilayah pendudukan Israel di Utara sejak Oktober 2023 sebagai dukungan terhadap perlawanan Gaza terhadap agresi Israel.

    Israel kemudian melancarkan agresi ke Lebanon Selatan pada Oktober 2024 dengan dalih memukul mundur Hizbullah dari wilayah perbatasan.

    Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah kemudian terjadi pada 27 November 2024.

    Sejauh ini, pihak berwenang Lebanon telah melaporkan lebih dari 1.000 pelanggaran gencatan senjata oleh Israel, termasuk kematian sedikitnya 83 korban dan cedera pada 280 lainnya.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Israel seharusnya menarik diri sepenuhnya dari Lebanon selatan paling lambat tanggal 26 Januari, tetapi batas waktu diperpanjang hingga tanggal 18 Februari setelah Israel menolak mematuhinya.

    Adapun Israel masih mempertahankan kehadiran militer di lima pos perbatasan.

    SERANGAN UDARA – Asap mengepul dari sebuah kota di Lebanon selatan setelah beberapa serangan udara Israel pada hari Senin, 23 September 2024. (via Al Mayadeen)

    Abaikan Gencatan Senjata, Serangan Drone Israel Menewaskan Dua Orang di Baalbek

    Serangan pesawat tak berawak Israel pada Selasa menewaskan dua orang dan melukai dua lainnya di distrik Baalbek di Lebanon timur, Anadolu Agency melaporkan.

    Kantor Berita Nasional Lebanon, NNA, mengatakan serangan udara itu dilakukan di daerah Shaara di Janta, yang terletak di distrik Baalbek dekat pegunungan Lebanon timur.

    Tentara Israel terus melanggar perjanjian gencatan senjata 27 November dengan Lebanon dengan lebih dari 1.033 pelanggaran yang dilaporkan oleh otoritas Lebanon, termasuk kematian sedikitnya 81 korban dan cedera pada 279 orang.

    Perjanjian gencatan senjata mengakhiri perang lintas perbatasan selama berbulan-bulan antara Israel dan kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah, yang meningkat menjadi konflik skala penuh pada bulan September.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Israel seharusnya menarik diri sepenuhnya dari Lebanon selatan pada tanggal 26 Januari, tetapi batas waktu diperpanjang hingga 18 Februari setelah Israel menolak untuk mematuhinya.

    Tentara Israel menarik diri dari kota-kota di Lebanon selatan minggu lalu tetapi mempertahankan kehadiran militer di lima pos perbatasan.

     

    (oln/anews/*)

     

  • Pengamat: Netanyahu Merasa Dipermalukan karena Hamas Masih Bertahan – Halaman all

    Pengamat: Netanyahu Merasa Dipermalukan karena Hamas Masih Bertahan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Jasad empat tawanan Israel diserahkan oleh Hamas pada Kamis (27/2/2025) pagi, waktu setempat.

    Penyerahan itu, diikuti pembebasan 600 tahanan Palestina ke Tepi Barat, yang seharusnya dipulangkan pekan lalu.

    Presiden Israel Isaac Herzog mengatakan bahwa identitas keempat jenazah tawanan itu telah diverifikasi.

    Kini, fase pertama gencatan senjata tahap pertama antara Israel dan Hamas pada dasarnya sudah selesai.

    Namun, Antony Loewenstein, seorang jurnalis dan penulis asal Sydney, mengaku merasa khawatir dengan tahap selanjutnya.

    “Saya merasa cemas dengan tahap berikutnya, karena banyak laporan di media Israel yang menunjukkan bahwa Netanyahu dan lingkungannya tidak tertarik untuk melanjutkan ke tahap kedua, apalagi tahap ketiga,” kata Loewenstein kepada Al Jazeera.

    “Tahap ketiga, di akhir kesepakatan ini, seharusnya mencakup penarikan penuh seluruh pasukan Israel dari Gaza,” tambahnya.

    “Saya senang pertukaran tawanan ini terjadi, namun saya yakin Netanyahu merasa dipermalukan karena Hamas masih bertahan.”

    “Mereka masih memiliki pejuang, kekuatan, dan mengendalikan sebagian besar wilayah Gaza.”

    “Ketika kekaisaran merasa marah, mereka sering kali merespons dengan cara yang sangat kejam dan tidak masuk akal.”

    “Kita sudah melihat hal serupa di Irak dan Afghanistan selama 20 tahun terakhir.”

    “Saya rasa itulah yang mungkin akan kita lihat di Gaza dan daerah lain dalam beberapa bulan dan tahun ke depan,” ujar Loewenstein.

    Tahap Kedua Gencatan Senjata Akan Lebih Sulit

    Sementara itu, Stephen Zunes, direktur studi Timur Tengah di Universitas San Francisco, menyatakan kelegaannya setelah pertukaran tawanan dan tahanan berhasil dilakukan sepenuhnya.

    “Namun, fase kedua akan jauh lebih sulit, mengingat kecenderungan Israel untuk mempertahankan wilayah yang telah mereka kuasai,” ujarnya kepada Al Jazeera.

    “Sebagai contoh, mereka menolak mundur dari Lebanon dan memperluas pendudukan di Suriah,” tambah Zunes.

    Ia juga menilai, Netanyahu mungkin menunda mengakhiri perang sepenuhnya untuk menghindari tekanan politik dan pemilu.

    “Masalah utama adalah tidak ada harapan bahwa pemerintahan Trump akan menekan Netanyahu untuk berkompromi.”

    “Trump kemungkinan akan mendukung perang ini tanpa protes, jadi mungkin masyarakat sipil Israel dan tekanan internasionallah yang dapat mendorong perubahan,” tambah Zunes.

    Hamas Siap Bahas Fase Berikutnya Gencatan Senjata

    Dalam perkembangan terbaru, Hamas menyatakan, siap untuk merundingkan fase berikutnya dari gencatan senjata di Jalur Gaza, setelah pertukaran tawanan hari ini, Kamis (27/2/2025), menurut laporan AP News.

    Pertukaran ini, adalah yang terakhir yang disepakati kedua belah pihak sebagai bagian dari gencatan senjata yang akan berakhir akhir pekan ini.

    Negosiasi fase kedua, di mana Hamas akan membebaskan lebih banyak sandera dengan imbalan tahanan tambahan serta gencatan senjata yang lebih panjang, belum dimulai.

    Hamas menyatakan, satu-satunya cara Israel dapat mengamankan pembebasan sandera yang tersisa adalah melalui negosiasi dan mematuhi perjanjian.

    Hamas juga memperingatkan bahwa upaya untuk menarik kembali kesepakatan hanya akan memperburuk penderitaan para tawanan dan keluarga mereka.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Elon Musk Akui DOGE ‘Grasak-grusuk’, Tak Sengaja Pangkas Bantuan Penanganan Ebola di Uganda – Halaman all

    Elon Musk Akui DOGE ‘Grasak-grusuk’, Tak Sengaja Pangkas Bantuan Penanganan Ebola di Uganda – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Elon Musk menegaskan pandangannya, pribahasa “tiada gading yang tak retak” juga terjadi pada kinerja Departemen Efisiensi Pemerintah AS (DOGE) yang  dipimpinnya.

    Dikutip dari Washington Post, pada Rabu (26/2/2025), Musk menyampaikan ketidaksempurnaaan kantor DOGE yang dipimpinnya tersebut.

    Hal ini diutarakan Musk setelah Trump meminta dirinya untuk berbicara tentang upaya DOGE selama pertemuan kabinet pertama masa jabatan keduanya.

    Di dalam konferensi pers di Gedung Putih tersebut, Elon Musk mengakui DOGE yang dipimpinnya berbuat salah dengan melakukan pemangkasan pada beberapa sektor penting secara tidak sengaja,

    “Saya juga harus mengatakan bahwa kami akan membuat kesalahan. Kami tidak akan sempurna,” kata Musk kepada kabinet Presiden Donald Trump.

    Musk menyatakan stafnya sempat “tidak sengaja” ikut memotong pendanaan pencegahan Ebola.

    “Ketika kami membuat kesalahan, kami akan segera memperbaikinya. Sebagai contoh, dengan USAID, salah satu hal yang secara tidak sengaja kami batalkan untuk sementara waktu adalah pencegahan Ebola.” terang Musk.

    Parahnya lagi, hal itu terjadi saat wabah Ebola tersebut sedang berkecamuk di Uganda.

    “Saya pikir kita semua menginginkan pencegahan Ebola,” ujarnya.

    Namun demikian, Musk menyatakan “tidak ada gangguan” dalam upaya pencegahan Ebola meskipun kesalahpahaman tersebut sempat terjadi.

    Ia menjelaskan, DOGE perlu bergerak “sangat cepat” untuk tetap sesuai jalur guna mencapai tujuan utamanya yakni memotong anggaran pengeluaran setidaknya hingga $1 triliun.

    Ini bukan pertama kalinya Musk menyatakan DOGE mungkin melakukan kesalahan.

    Selama penampilannya sebagai anggota pemerintahan bersama Trump di Ruang Oval, Musk mengatakan ia “tidak akan mencapai akurasi 100 persen” dalam menjalankan program pemangkasan DOGE.

    Satu kasus di antaranya yang menjadi sorotan adalah klaim DOGE yang mengaku telah melakukan efisiensi dengan membatalkan kontrak senilai $8 miliar, sedangkan data di lapangan menunjukkan kontrak tersebut sebenarnya bernilai $8 juta.

    Ebola Mewabah di Uganda

    Penyakit Ebola menjadi perhatian utama setelah terungkap, Kantor DOGE memangkas anggaran Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), yang sebelumnya menjalankan berbagai program kesehatan global, termasuk penanganan wabah tersebut di Uganda.

    Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) sebelumnya telah mengeluarkan peringatan perjalanan pada awal bulan ini, dengan menegaskan tidak ada kasus Ebola yang dilaporkan di Amerika Serikat.

    Namun demikian, penyakit tersebut sedang mewabah di Uganda, salah satu negara yang sebelumnya mendapat bantuan dari USAID.

    Pada 29 Januari, pejabat Kementerian Kesehatan Uganda menyatakan wabah Ebola yang terjadi di negara tersebut disebabkan oleh virus Sudan.
     
    Penyebaran virus di Uganda semakin meluas karena pemerintah setempat mengalami kesulitan dalam menanganinya.

    Hal ini disebabkan oleh terhentinya bantuan tenaga medis dan prasarana dari USAID, yang membuat upaya pengendalian wabah semakin terhambat.

    Penyebarannya di Uganda pun kian menjadi-jadi setelah pemerintah Uganda merasa kewalahan lantaran mandeknya bantuan tenaga dan prasarana dari USAID.

    Anggota Kongres Don Beyer dari Virginia, seorang anggota fraksi Demokrat pun mengkritik pengakuan Musk atas kelalaian terhadap pemangkasan bantuan USAID di Uganda tersebut.

    “Orang biasa yang melakukan sesuatu yang sekonyol ‘secara tidak sengaja membatalkan pencegahan Ebola’ tidak akan dipuji, melainkan akan dipecat,” tulis Beyer di platform X.

    “Musk terus naik dalam pemerintahan ini bukan karena ia mendapatkan pekerjaannya, tetapi karena ia membelinya. Ini adalah bentuk korupsi, dan membahayakan kesehatan serta keselamatan rakyat Amerika.” lanjut Beyer.

    (Tribunnews.com/Bobby)

  • Respons Uni Eropa usai Donald Trump Ancam akan Pungut Tarif Impor 25 Persen – Halaman all

    Respons Uni Eropa usai Donald Trump Ancam akan Pungut Tarif Impor 25 Persen – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan rencananya untuk mengenakan tarif impor sebesar 25 persen pada barang-barang dari Uni Eropa. 

    “Kami akan segera mengumumkannya,” kata Trump pada Kamis (27/2/2025), dikutip dari BBC.

    Tarif ini akan berlaku untuk mobil dan barang lainnya.  Uni Eropa merespons dengan tegas rencana Trump.

    Blok tersebut menyatakan akan segera bereaksi terhadap tarif yang dianggap tidak dapat dibenarkan. 

    Di sisi lain, Presiden AS juga mengkritik kebijakan Uni Eropa yang menurutnya merugikan eksportir AS, terutama di sektor makanan dan mobil. 

    Uni Eropa membantah klaim tersebut dengan menyatakan pasar regional mempermudah bisnis bagi perusahaan AS. 

    “Kami siap bermitra jika Anda mengikuti aturan, tetapi kami juga akan melindungi konsumen dan bisnis kami,” kata juru bicara Komisi Eropa, dikutip dari Al Jazeera.

    Trump berencana menggunakan pungutan tarif ini untuk mendorong manufaktur AS, mengumpulkan dana, dan menekan negara-negara lain untuk mengubah kebijakan yang tidak disukainya. 

    Tobin Marcus, kepala kebijakan dan politik AS di Wolfe Research mengatakan, ancaman tarif 25 persen ini mencerminkan kisaran tertinggi yang pernah disebutkan Trump. 

    “Ini angka yang mengkhawatirkan dan dapat merusak hubungan perdagangan trans-Atlantik,” kata Marcus.

    ‘Menipu’ Amerika

    Trump mengatakan bahwa tarif akan dikenakan pada impor dari Uni Eropa, dengan klaim bahwa blok tersebut diciptakan untuk “menipu” AS. 

    Carl Bildt, mantan Perdana Menteri Swedia mengatakan, pandangan Trump tentang Uni Eropa sangat menyimpang, padahal tujuan pembentukannya adalah untuk mencegah perang di Eropa. 

    Serangan perdagangan Trump ini terjadi di tengah ketegangan antara Washington dan Brussels mengenai kebijakan “America First” yang diterapkan pemerintahannya. 

    Pada pertemuan kabinetnya, Trump menegaskan bahwa keputusan tarif telah dibuat dan akan segera diumumkan. 

    Ia juga mengkritik Uni Eropa karena tidak menerima mobil dan produk pertanian AS, sementara AS mengambil “segalanya dari mereka.” 

    Saat ini, Uni Eropa mengenakan tarif 10 persen pada kendaraan impor AS.

    Komisi Eropa menegaskan akan melindungi pasar dari hambatan yang tidak adil terhadap perdagangan bebas. 

    Trump juga menambah kekhawatiran terkait komitmennya terhadap keamanan Eropa dan masa depan NATO.

    Ia sempat dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan menyerang Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. 

    Banyak pejabat di Kyiv dan Brussels khawatir Trump akan membuat kesepakatan damai yang menguntungkan Rusia, termasuk membiarkan Moskow mempertahankan wilayah Ukraina yang direbut. 

    Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, berusaha meredakan kekhawatiran tentang masa depan NATO dan mendorong negara-negara Eropa untuk lebih banyak berinvestasi dalam pertahanan mereka sendiri. 

    “NATO tidak dalam bahaya, namun negara-negara Eropa harus lebih serius dalam menginvestasikan dana untuk pertahanan mereka,” kata Rubio.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Warga Suriah Minta Tel Aviv Dibom, Israel Cegah Suriah Selatan Berubah Jadi Lebanon Selatan – Halaman all

    Warga Suriah Minta Tel Aviv Dibom, Israel Cegah Suriah Selatan Berubah Jadi Lebanon Selatan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan Israel tak akan mengizinkan kawasan Suriah selatan “berubah menjadi Lebanon selatan”.

    Saat ini Israel masih menganggap kawasan Suriah selatan sebagai ancaman bagi Israel. Bahkan, Perdana Menteri Israel Netanyahu meminta adanya demiliterisasi penuh di Suriah selatan.

    Adapun Lebanon selatan selama 1,5 tahun terakhir menjadi momok bagi Israel karena Hizbullah melancarkan serangan dari sana.

    Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan masih menyerang target militer di Suriah selatan, termasuk markas dan gudang senjata.

    “Keberadaan aset dan pasukan militer di Suriah selatan menjadi ancaman bagi warga negara Israel,” kata IDF dikutip dari All Israel News.

    Sementara itu, Katz mengatakan serangan IDF adalah bagian dari kebijakan baru Israel untuk “mengamankan” Suriah selatan.

    “Pesannya sudah jelas: Kami tidak akan mengizinkan Suriah selatan menjadi Lebanon selatan,” kata Katz.

    Rezim baru Suriah ingin berdamai dengan Israel?

    Presiden Suriah Ahmad Al Sharaa atau yang juga dikenal sebagai Al Jolani disebut mengirimkan sinyal bahwa dia menginginkan perdamaian dengan Israel.

    Al Sharaa berkuasa setelah kelompok yang dipimpinnya, Hayat Tahrir Al Sham (HTS), menumbangkan pemerintahan Presiden Bashar Al Assad di Suriah akhir tahun lalu.

    Pada hari Selasa pekan ini Al Sharaa memimpin konferensi “Persatuan Nasional” di Suriah yang bertujuan untuk menjelaskan masa depan politik dan ekonomi Suriah.

    Al Sharaa mengecam pelanggaran yang dilakukan Israel di Suriah. Dia juga meminta masyarakat internasional untuk membantu mencegah agresi Israel.

    Meski demikian, media Israel Kan News melaporkan Al Sharaa juga mengirimkan sinyal perdamaian kepada Israel selama beberapa hari terakhir.

    Setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji akan melindungi komunitas Druze di Suriah selatan, seorang perwakilan komunitas itu disebut bertemu dengan Al Sharaa di Kota Damaskus.

    Menurut narasumber Kan News yang hadir dalam pertemuan itu, Al Sharaa berusaha menghentikan kekhawatiran komunitas Druze. Dia juga memberikan sinyal kepada Israel bahwa rezimnya tidak akan menjadi ancaman.

    “Tidak ada ancaman keamanan di dalam negeri Suriah. Kami menginginkan perdamaian. Kami tidak punya musuh. Kami ingin membangun negeri dan menyediakan layanan,” demikian pernyataan Al Sharaa seperti yang dilaporkan.

    “Kami tidak punya keinginan untuk memulai perang dengan siapa pun.”

    Menurut narasumber itu, Al Sharaa mengatakan ancaman yang pernah muncul dari wilayah Suriah sudah tidak ada lagi. Ancaman itu dimunculkan oleh rezim Assad, Hizbullah, dan Iran.

    Dia juga menegaskan upaya pemerintahan baru di Suriah untuk melawan penyelundupan senjata Hizbullah lewat perbatasan Suriah-Lebanon.

    Di samping itu, dia membantah pernyataan Netanyahu bahwa komunitas Druze yang menjadi minoritas di Suriah kini berada dalam bahaya.

    Di sisi lain, Israel masih menyerang Suriah. Pada hari Selasa, Israel menyerang daerah Al Kiswah, selatan Damaskus, dan menewaskan empat orang.

    Serangan juga dilakukan di Kota Izra. Al Mayadeen menyebut pangkalan lama tentara Suriah juga ditargetkan Israel.

    Selepas serangan itu warga Suriah di Damaskus dan Hom menggelar aksi unjuk rasa. Mereka meminta Al Sharaa untuk menyerang Israel.

    “Jolani, jatuhkan bom ke Tel Aviv,” kata pengunjuk rasa.

    (*)

  • Terus Gelisah, Israel Tuding Hamas dan Jihad Islam Buka Front Baru di Suriah – Halaman all

    Terus Gelisah, Israel Tuding Hamas dan Jihad Islam Buka Front Baru di Suriah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mengklaim Hamas telah membuka front baru di Suriah untuk melawan Israel.

    Saar menyebut saat ini front utara Israel masih menjadi ancaman serius bagi keamanan negara Yahudi itu.

    Hal itu disampaikan Saar saat Forum Dewan Asosiasi Uni Eropa-Israel di Kota Brussels, Belgia, pada hari Senin lalu, (24/2/2025).

    Menurut Saar, Israel tak akan berkompromi perihal keamanannya di perbatasan Suriah.

    “Hamas dan Jihad Islam beroperasi di Suriah untuk membuat front baru guna melawan Israel,” kata Saar,” dikutip dari All Israel News.

    Dia mengklaim pendapat bahwa rezim di Suriah telah berganti demi kebaikan adalah hal yang tak masuk akal.

    Saar mengatakan Israel senang karena rezim Presiden Bashar Al Assad telah ambruk. Namun, Israel belum bisa tenang.

    “Pemerintah barunya adalah kelompok jihad Islam dari Idlib yang mengambil alih Damaskus dengan paksa. Kami semua senang Assad telah pergi, tetapi kami harus realistis. Para islamis berbicara lembut, lihat bagaiman Iran berbicara pada tahun 1979 (saat revolusi). Namun, semua orang tahu siapa pemimpinnya.”

    Dia mengklaim Suriah hanya akan stabil jika negara itu menjadi federasi yang menyertakan berbagai wilayah otonom.

    Pernyataan Saar itu dilontarkan beberapa hari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta adanya demiliterisasi penuh di Suriah selatan. Netanyahu menegaskan Israel tak menoleransi ancaman apa pun terhadap komunitas Druze di Suriah selatan.

    PETA SURIAH – Tangkap layar situs Liveuamap yang diambil pada Rabu (5/2/2025), memperlihatkan peta Suriah di mana titik berbagai peristiwa sedang terjadi. (Tangkapan layar situs Liveuamap)

    Israel kembali serang Suriah

    Sementara itu, Israel masih melancarkan serangan ke Suriah. Pada hari Selasa pekan ini Israel mengaku menargetkan fasilitas militer berisi senjata di Suriah selatan.

    Setidaknya dua orang dilaporkan tewas akibat serangan udara Israel itu. Tidak diketahui dengan pasti apakah keduanya adalah warga sipil atau kalangan militer.

    “Selama beberapa jam terakhir, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyerang target militer di Suriah selatan, termasuk pusat komando dan banyak fasilis yang berisi senjata,” kata IDF dikutip dari Le Monde.

    IDF mengklaim keberadaan fasilitas militer di Suriah selatan mengancam keamanan warga Israel.

    “IDF akan terus beroperasi guna menyingkirkan setiap ancaman bagi warga Israel.”

    Sementara itu, Obervatorium Suriah untuk HAM mengatakan ada dua fasilitas militer di Suriah selatan yang ditargetkan.

    “Pesawat Israel melancarkan empat serangan terhadap satu markas satuan militer di barat daya Damaskus. Pada waktu bersamaan, serangan Israel lainnya menghantam fasilitas di Provinsi Daraa,” kata Obervatorium Suriah.

    Israel mulai menyerbu Suriah pada hari yang sama ketika Assad digulingkan. Saat itu pasukan Israel memasuki zona penyangga yang memisahkan pasukan Israel dan pasukan Suriah di Dataran Tinggi Golan.

    Netanyahu mengatakan pasukan Israel tetap akan berada di zona penyangga dalam waktu yang belum bisa ditentukan demi “melindungi warga Israel dan mencegah ancaman”.

    Israel sudah melancarkan ratusan serangan udara yang menargetkan fasilitas militer Suriah sejak rezim Assad berakhir.

    “Kami tidak akan mengizinkan pasukan dari organisasi HTS atau tentara baru Suriah memasuki area selatan Damaskus,” kata Netanyahu.

    HTS yang dimaksud Netanyahu ialah kelompok Hayat Tahrir al-Sham yang menggulingkan Assad.

    “Kami meminta demiliterisasi penih di Suriah selatan, termasuk Provinsi Quneitra, Daraa, dan Suwayda,” kata PM Israel itu.

    (*)

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.100: Zelensky akan Kunjungi Inggris setelah Temui Donald Trump – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.100: Zelensky akan Kunjungi Inggris setelah Temui Donald Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-1.100 pada Kamis (27/2/2025).

    Pada tengah malam, operasi pertahanan udara terdengar di Kyiv dan pinggiran kota.

    Pemerintah Negara Kota Kyiv sebelumnya telah melaporkan ancaman penggunaan pesawat tak berawak.

    Pada pukul 03.00 waktu setempat, masih ada sekitar 15 UAV yang diamati di atas Ukraina dan ledakan terdengar di Brovary.

    Ukraina Umumkan Serangan Balik ke Pasukan Rusia di Pokrovsk

    Pasukan Ukraina pada hari Rabu (26/2/2025) mengumumkan serangan balik terhadap pasukan Rusia yang berhasil untuk merebut kembali pemukiman Kotlyne di dekat kota utama Pokrovsk.

    “Upaya Rusia selama setahun untuk merebut Pokrovsk sejauh ini gagal, dan pasukan Rusia tampaknya telah meninggalkan upaya untuk merebut kota itu secara langsung, dan lebih memilih untuk melakukan pengepungan yang luas,” lapor Institut Studi Perang (ISW).

    “Kremlin mungkin telah meninggalkan upaya itu untuk saat ini, namun, karena perlawanan Ukraina meningkat di daerah itu dan kerugian Rusia yang sangat besar,” lanjut laporan tersebut.

    Rusia Klaim Rebut Kembali 2 Permukiman di Kursk

    Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukannya telah merebut kembali permukiman Pogrebki dan Orlovka, di utara kota Sudzha, di oblast Kursk tempat pasukan Ukraina menguasai wilayah di dalam Rusia sejak Agustus 2024.

    Kementerian tersebut mengatakan pasukan Rusia telah menyerang unit dan posisi Ukraina di dekat lebih dari selusin permukiman, termasuk beberapa di sekitar Sudzha.

    “Hampir tujuh bulan pasukan Ukraina telah menguasai zona penyangga di wilayah agresor di Rusia. Mereka hampir terbiasa dengan hal itu,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidato video pada Rabu malam.

    Ukraina Serang Kilang Minyak Rusia

    Militer Ukraina mengatakan telah menyerang kilang minyak Tuapse milik Rusia di pantai Laut Hitam dan sedikitnya 40 ledakan telah tercatat di lokasi tersebut.

    Tuapse adalah rumah bagi salah satu kilang minyak terbesar Rusia dan telah menjadi sasaran pesawat nirawak Ukraina beberapa kali sebelumnya.

    Militer Ukraina juga mengatakan telah menyerang dua lapangan udara militer di Krimea yang dikuasai Rusia tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

    Rusia mengonfirmasi pesawat nirawak menyerang wilayah Krasnodar selatannya, termasuk pelabuhan Tuapse, pada hari Rabu.

    “Pesawat nirawak juga menyerang wilayah Rusia di Bryansk dan Kursk, yang berbatasan dengan Ukraina,” menurut laporan kementerian pertahanan Rusia.

    5 Orang Tewas dalam Serangan Rusia

    Ukraina mengatakan serangan Rusia di kota Kostyantynivka di timur menewaskan sedikitnya lima orang dan melukai delapan lainnya. 

    Drone Rusia juga menewaskan dua orang di dekat Kyiv, termasuk jurnalis Ukraina Tetiana Kulyk yang bekerja untuk kantor berita Ukrinform.

    Kementerian Dalam Negeri Ukraina mengatakan secara terpisah bahwa dua orang terluka di kota Kharkiv selama serangan drone.

    Perusahaan energi swasta terbesar Ukraina, DTEK, mengatakan salah satu fasilitasnya telah rusak di wilayah Dnipropetrovsk.

    Zelensky Desak AS Beri Jaminan Keamanan kepada Ukraina

    Zelensky mendesak AS agar memberikan jaminan keamanan untuk Ukraina jika AS menginginkan perjanjian mineral.

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan Zelensky akan mengunjungi AS pada hari Jumat (28/2/2025) untuk menandatangani perjanjian tersebut.

    “Bagi saya dan bagi kita semua di dunia, penting bahwa dukungan AS tidak dihentikan. Kekuatan dibutuhkan di jalan menuju perdamaian,” kata Zelensky dalam pidato malamnya kepada warga Ukraina pada hari Rabu.

    Perdana Menteri Italia Desak NATO Beri Jaminan Keamanan ke Ukraina

    Perdana menteri Italia Giorgia Meloni mengatakan setiap kesepakatan damai untuk Ukraina harus mencakup jaminan keamanan yang melibatkan NATO.

    Pernyataan Giorgia Meloni berbicara ketika muncul sebuah rancangan kesepakatan antara AS dan Ukraina yang tidak mencakup jaminan keamanan, tetapi hanya merujuk pada Ukraina yang entah bagaimana memperolehnya.

    “Perdamaian di Ukraina hanya dapat dicapai jika Kyiv diberi jaminan keamanan yang memadai untuk memastikan bahwa apa yang telah kita lihat selama tiga tahun terakhir tidak terjadi lagi,” kata Giorgia Meloni pada hari Selasa (25/2/2025).

    Zelensky akan Kunjungi Inggris Pekan Ini

    Zelensky diperkirakan akan mengunjungi Inggris akhir pekan ini untuk berunding dengan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, dan para pemimpin Eropa lainnya.

    Zelensky kemungkinan akan mengunjungi Inggris setelah rencana perjalanannya ke Washington pada hari Jumat.

    “Saya berencana untuk pergi ke London, dan segera setelah ini saya dan orang-orang Eropa akan bertemu di sana dengan Keir Starmer,” kata Zelensky.

    Sebelumnya, Keir Starmer mengatakan ia akan mengadakan pertemuan dengan Zelensky setelah ia kembali dari pertemuan dengan Trump di Washington.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Presiden AS Donald Trump: Ukraina Harus Lupakan NATO jika Ingin Damai dengan Rusia – Halaman all

    Presiden AS Donald Trump: Ukraina Harus Lupakan NATO jika Ingin Damai dengan Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan kepada Ukraina agar melupakan usahanya untuk bergabung dengan aliansi pertahanan NATO.

    Trump mengatakan itu adalah salah satu syarat agar Ukraina dapat menghentikan perang dengan Rusia.

    “Saya dapat memberi tahu orang Ukraina bahwa Anda dapat melupakan NATO, saya pikir itulah yang memulai semuanya,” kata Donald Trump kepada wartawan di Gedung Putih, Rabu (26/2/2025).

    Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin berulang kali mengatakan salah satu penyebab perang Rusia-Ukraina adalah keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO dan pergerakan NATO ke Eropa Timur yang dapat mengancam keamanan Rusia.

    Dalam wawancara kemarin, Trump mengatakan tujuan pertama pemerintahannya adalah menghentikan perang tersebut.

    Sedangkan tujuan kedua adalah mengembalikan uang bantuan yang telah dikeluarkan negaranya untuk mendukung Ukraina selama perang dengan Rusia sejak tahun 2022.

    “Kami menghabiskan 350 miliar dolar, Eropa menghabiskan 100 miliar dolar, dan orang-orang Eropa mendapatkan kembali uang mereka, tetapi kami tidak,” kata Donald Trump, membandingkan jumlah bantuan dari AS dan Eropa untuk Ukraina.

    Ia lalu membahas perjanjian mineral yang akan disepakati dengan Ukraina yang memungkinkan perusahaan-perusahaan AS untuk mengelola dan mendapat keuntungan dari sumber daya mineral di Ukraina termasuk logam tanah jarang.

    “Perjanjian tersebut akan mengembalikan uang kami,” kata Donald Trump, seperti diberitakan Al Mayadeen.

    Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta jaminan keamanan dari AS sebagai salah satu syarat perjanjian mineral.
     
    Trump menekankan AS tidak akan memberikan jaminan keamanan besar kepada Ukraina, tetapi Eropa akan melakukannya.

    “Eropa akan mengawasi dengan ketat. Inggris dan Prancis telah mengajukan diri untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian,” kata Donald Trump, pernyataan yang kemarin dibantah oleh Kremlin dan menegaskan Putin tidak setuju jika ada pasukan perdamaian dari anggota NATO di Ukraina.

    Dalam wawancara kemarin, Trump menggambarkan Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai orang yang sangat cerdas dan mengungkapkan harapannya untuk mencapai kesepakatan mengenai Ukraina, seperti diberitakan RBC Ukraine.
     
    Trump berharap dapat mencapai kesepakatan dengan Putin untuk menyelesaikan perang di Ukraina, tetapi ia tidak dapat menjamin keberhasilannya.

    Pada pertengahan Februari, Donald Trump mengungkapkan keinginannya untuk menengahi perundingan perdamaian antara Rusia dan Ukraina.

    Menyusul usulan tersebut, perwakilan tinggi Rusia dan AS bertemu di Arab Saudi pada 18 Februari 2025, tanpa partisipasi Ukraina.

    Sementara itu Ukraina dan negara Eropa pendukungnya merasa khawatir sejak kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih, yang memperlihatkan kedekatan pemerintah AS saat ini dengan Rusia.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • PM Israel Netanyahu: Gaza Adalah Penjara Terbuka Terbesar di Dunia, Penduduknya Bisa Pergi Kapan pun – Halaman all

    PM Israel Netanyahu: Gaza Adalah Penjara Terbuka Terbesar di Dunia, Penduduknya Bisa Pergi Kapan pun – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menekankan perlunya mendukung rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengusir penduduk Jalur Gaza dan mengambil alih kawasan tersebut.

    Ia menekankan pentingnya pelaksanaan rencana Trump bagi masa depan Israel.

    “Rencana Trump untuk Jalur Gaza harus didukung dan dilaksanakan,” kata Netanyahu, Rabu (26/2/2025).

    “Semua orang mengatakan bahwa Gaza adalah penjara terbuka terbesar di dunia, jadi kami membiarkan mereka pergi tanpa membayar apa pun,” lanjutnya.

    Netanyahu mengatakan rencana Trump bertujuan memberi kebebasan bagi penduduk Jalur Gaza untuk pergi ke luar kawasan tersebut.

    “Rencana tersebut bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada penduduk Jalur Gaza untuk meninggalkannya,” kata Netanyahu, seraya mencatat bahwa Israel mendukung inisiatif ini.

    Netanyahu menekankan Israel bertekad untuk melenyapkan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan memastikan Jalur Gaza tidak menjadi ancaman bagi Israel di masa depan.

    “Tujuan utama Israel adalah melenyapkan Hamas, memulangkan para tahanan, dan memastikan bahwa Jalur Gaza tidak akan menjadi ancaman bagi negara tersebut di masa mendatang,” kata Netanyahu.

    “Israel berupaya mengubah wajah Timur Tengah berkat keberanian para pejuangnya dan keputusan para pemimpin politik yang diambil dalam konteks ini,” tambahnya.

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyerukan pemindahan dan pemukiman sejumlah besar warga Palestina ke Yordania, Mesir, dan negara Arab lainnya.

    Pernyataan tersebut memicu kecaman warga Palestina, Yordania, Mesir, dan Arab yang menolak usulan ini dan menegaskan hak rakyat Palestina untuk mempertahankan tanah mereka dan tetap berada di sana.

    Sementara itu Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, juga mengumumkan bahwa ia telah mengadakan konsultasi dengan mitra-mitra AS di kawasan tersebut, termasuk Mesir, Yordania, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA), mengenai rencana Presiden Donald Trump untuk Jalur Gaza.

    Rubio mengatakan negara-negara tersebut tidak menyetujui rencana yang diusulkan dan ia berharap negara-negara Arab akan menyajikan rencana yang lebih baik untuk rekonstruksi dan pengelolaan Jalur Gaza.

    Sejauh ini, negara Arab, Qatar dan Mesir telah berperan sebagai mediator untuk menengahi perundingan Israel dan Hamas yang menyepakati gencatan senjata pada 19 Januari lalu.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel