Category: Tribunnews.com Internasional

  • Keir Starmer: Inggris dan Prancis Siap Kerja Sama untuk Rencana Perdamaian Ukraina – Halaman all

    Keir Starmer: Inggris dan Prancis Siap Kerja Sama untuk Rencana Perdamaian Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengumumkan rencana untuk menjalin kesepakatan damai di Ukraina bersama dengan Prancis dan akan menyampaikannya kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    Pernyataan ini disampaikan dalam wawancara dengan BBC pada hari Minggu.

    Keinginan untuk Berdialog

    Starmer menegaskan pentingnya menjadi penghubung dalam memulihkan perundingan damai.

    Ia menyatakan, “Saya merasa tidak nyaman melihat pertikaian antara Zelensky dan Trump yang terjadi di Gedung Putih. Tidak seorang pun ingin melihat itu.” Ia menekankan bahwa alih-alih memperburuk situasi, ia lebih memilih untuk langsung menghubungi kedua pemimpin tersebut untuk berdialog.

    Starmer menambahkan, “Kami sekarang telah sepakat bahwa Inggris bersama dengan Prancis dan mungkin satu atau dua negara lainnya akan bekerja sama dengan Ukraina dalam sebuah rencana untuk menghentikan pertempuran. Kemudian kami akan membahas rencana itu dengan Amerika Serikat,” seperti yang dilansir dari The Times of India.

    Pernyataan Starmer muncul setelah pertikaian publik antara Trump dan Zelensky di Gedung Putih.

    Trump menyatakan frustrasinya terhadap sikap Zelensky dalam perundingan damai dengan Rusia, menuduhnya tidak bersyukur atas dukungan yang diberikan Amerika Serikat.

    Pertemuan yang awalnya diharapkan akan menghasilkan kesepakatan penting berakhir tanpa kesepakatan, dengan Zelensky diminta meninggalkan Gedung Putih sebelum perjanjian dapat ditandatangani.

    Sambutan Hangat untuk Zelensky

    Pada hari Sabtu, 13 Februari 2025, Starmer menyambut hangat kedatangan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di London.

    Pertemuan ini berlangsung sehari setelah pertemuan tegang antara Zelensky dan Trump.

    Dalam acara tersebut, Inggris meluncurkan perjanjian pinjaman sebesar £2,26 miliar (sekitar Rp 47 triliun) untuk memperkuat pertahanan Ukraina.

    Starmer mengungkapkan, “Kami mendukung Anda bersama Ukraina selama yang diperlukan,” menandakan komitmen Inggris untuk membantu Ukraina di tengah konflik yang terus berlangsung.

    Dengan langkah diplomatik ini, Starmer berharap dapat membuka peluang untuk tercapainya solusi damai yang lebih luas dan mengurangi eskalasi konflik yang terus berlanjut.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Pertemuan Hangat Zelensky dan Starmer: Dukungan Inggris untuk Ukraina – Halaman all

    Pertemuan Hangat Zelensky dan Starmer: Dukungan Inggris untuk Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyambut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Downing Street dengan antusiasme tinggi pada Sabtu.

    Pertemuan ini terjadi sehari setelah pertemuan yang penuh ketegangan antara Zelenskyy dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Gedung Putih.

    Dukungan Inggris untuk Ukraina

    Kedatangan Zelenskyy ke Inggris menegaskan komitmen negara tersebut dalam mendukung Ukraina di tengah konflik yang berkepanjangan dengan Rusia.

    Dalam pertemuan tersebut, Inggris meluncurkan perjanjian pinjaman sebesar £226 miliar (sekitar Rp471 triliun) untuk memperkuat pertahanan Ukraina.

    Dana ini akan dibayar kembali melalui keuntungan dari aset kedaulatan Rusia yang saat ini tidak dapat dimobilisasi.

    Starmer menegaskan, “Anda sangat diterima di sini di Downing Street. Sorak-sorai dari masyarakat Inggris adalah bentuk solidaritas mereka terhadap Ukraina.” Ia juga menekankan pentingnya mencapai perdamaian abadi bagi Ukraina yang berlandaskan kedaulatan dan keamanan negara tersebut.

    Kontras dengan Pertemuan di Gedung Putih

    Berbeda dengan suasana tegang saat pertemuan Zelenskyy dengan Trump, kedatangan Zelenskyy di London disambut dengan sorakan dan dukungan publik.

    Starmer berjalan di sepanjang trotoar untuk menyambut Zelenskyy, dan keduanya berpelukan sebelum berinteraksi dengan pendukung yang bersorak di luar.

    Zelenskyy menyatakan, “Kami mengandalkan dukungan Anda dan kami sangat senang memiliki mitra dan teman seperti itu.” Pernyataan tersebut mencerminkan harapan Ukraina akan dukungan yang berkelanjutan dari Inggris.

    Ketegangan di Washington

    Sebelumnya, pada Jumat, Zelenskyy bertemu dengan Trump di Gedung Putih, namun pertemuan tersebut berubah menjadi pertikaian sengit.

    Keduanya saling menyela, dan konferensi pers yang direncanakan dibatalkan.

    Zelenskyy meninggalkan Washington tanpa kesepakatan, meskipun tetap optimis untuk menandatangani perjanjian yang dapat memberikan jaminan keamanan bagi Ukraina.

    Reaksi terhadap pertemuan tersebut bervariasi, dengan tanggapan partisan di AS dan apresiasi luas di Ukraina atas keberanian Zelenskyy dalam menghadapi tekanan diplomatik.

    Sementara itu, Rusia menyatakan bahwa Trump dan senator JD Vance bertindak dengan menahan diri dalam pertemuan tersebut.

    Dengan dukungan kuat dari Inggris, Zelenskyy mendapat suntikan semangat baru dalam perjuangan Ukraina.

    Kontras antara sambutan hangat di London dan ketegangan di Washington mencerminkan dinamika politik internasional yang semakin kompleks dalam konflik ini.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Trump Perintahkan Pengiriman Bantuan Militer Sebesar Rp 66,2 T ke Israel – Halaman all

    Trump Perintahkan Pengiriman Bantuan Militer Sebesar Rp 66,2 T ke Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio mengumumkan pada hari Sabtu, 23 Februari 2025, bahwa pemerintah AS akan mempercepat pengiriman bantuan militer senilai sekitar 4 miliar USD atau sekitar Rp 66,2 triliun ke Israel.

    Keputusan ini diambil sebagai langkah lanjutan setelah pemerintahan yang dipimpin oleh Donald Trump menyetujui penjualan hampir 12 miliar USD dalam bentuk bantuan militer asing ke negara tersebut.

    Rubio menandatangani deklarasi untuk mempercepat transfer senjata dan peralatan militer ke Israel, yang telah menjadi mitra strategis utama bagi Amerika Serikat di Timur Tengah.

    Pencabutan Arahan Biden

    Langkah terbaru ini juga terkait dengan keputusan kontroversial dari Presiden Donald Trump yang mencabut arahan yang dikeluarkan oleh mantan Presiden AS Joe Biden pada Februari 2024.

    Arahan tersebut berfokus pada pemberian perlindungan terhadap penggunaan senjata yang dipasok oleh AS, terutama dalam konteks perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, di mana senjata buatan AS telah digunakan oleh Israel.

    Pencabutan arahan tersebut secara efektif menghilangkan hambatan potensial terhadap penggunaan senjata oleh Israel, meskipun negara ini telah lama menghadapi kritik internasional terkait catatan panjang kejahatan perang yang dilakukan selama operasi militernya, terutama terhadap rakyat Palestina.

    Pembatalan Pembatasan Bom Kaliber Besar

    Selain itu, pemerintahan Trump juga menghapus pembatasan terkait transfer bom kaliber besar.

    Bom-bom ini telah digunakan oleh Israel di Jalur Gaza dan Lebanon selama beberapa bulan terakhir, menyebabkan kerusakan besar di blok permukiman dan menambah ketegangan di wilayah yang sudah tegang.

    Banyak pihak mengkritik langkah ini sebagai bentuk dukungan tanpa syarat terhadap kebijakan Israel yang sering kali melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan hukum internasional.

    Implikasi Kebijakan AS

    Keputusan untuk mempercepat pengiriman bantuan militer ini sekali lagi menegaskan komitmen pemerintah AS terhadap keamanan Israel, sebuah isu yang telah menjadi inti kebijakan luar negeri AS selama beberapa dekade terakhir.

    Namun, langkah ini juga menggarisbawahi kebijakan pro-Zionis yang semakin mencolok, dengan pemerintahan Trump mendukung penuh kebijakan pembersihan etnis Palestina di Jalur Gaza dan kawasan sekitarnya.

    Bantuan militer yang dipercepat ini dipandang oleh banyak pihak sebagai upaya untuk memperkuat posisi Israel di tengah ketegangan yang semakin meningkat, serta memperdalam peran AS dalam konflik Timur Tengah.

    Di sisi lain, kebijakan ini juga semakin memperburuk ketegangan internasional, khususnya dengan negara-negara yang mendukung Palestina dan menentang kebijakan Israel dalam konflik yang berlarut-larut.

     

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Starmer: Inggris dan Prancis Akan Jadi Jembatan Perdamaian Ukraina, Siap Berdialog dengan Trump – Halaman all

    Starmer: Inggris dan Prancis Akan Jadi Jembatan Perdamaian Ukraina, Siap Berdialog dengan Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, pada hari Minggu (2/3/2025) mengungkapkan niat untuk mengupayakan kesepakatan damai dengan Ukraina, bersama dengan Prancis, dan kemudian menyampaikannya kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

    Dalam pernyataannya, Starmer menekankan bahwa ia fokus untuk menjadi penghubung yang dapat memulihkan perundingan damai dan menggunakan kegagalan perundingan sebagai peluang untuk kembali terlibat dengan Trump dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, serta Presiden Prancis, Emmanuel Macron, daripada meningkatkan ketegangan dengan retorika yang semakin memanas.

    Starmer menyampaikan pandangannya dalam sebuah wawancara dengan BBC.

    Di mana ia mengungkapkan bahwa ia merasa “tidak nyaman” melihat pertikaian antara Zelensky dan Trump yang terjadi di Gedung Putih.

    “Tidak seorang pun ingin melihat itu,” kata Starmer.

    Ia menjelaskan bahwa alih-alih memperburuk situasi, ia memilih untuk “menyingsingkan lengan baju” dan langsung menghubungi kedua pemimpin tersebut untuk berdialog. 

    PM Inggris ini kemudian mengatakan bahwa saat ini pihaknya dan Prancis telah berkomitmen untuk mengusahakan perdamaian di Ukraina.

    Keduanya juga siap untuk berdialog dengan Trump tentang perdamaian ini.

    Kami sekarang telah sepakat bahwa Inggris, bersama dengan Prancis dan mungkin satu atau dua negara lainnya, akan bekerja sama dengan Ukraina dalam sebuah rencana untuk menghentikan pertempuran. Kemudian, kami akan membahas rencana itu dengan Amerika Serikat,” kata Starmer, dikutip dari The Times of India.

    Menurut Starmer, saat ini langkah yang ia pilih merupakan keputusan yang tepat.

    “Saya pikir kita sudah melangkah ke arah yang benar,” jelasnya.

    Pernyataan ini muncul hanya beberapa hari setelah pertikaian publik yang melibatkan Trump dan Zelensky di Gedung Putih, yang berlangsung di hadapan kamera. 

    Pertikaian ini dipicu oleh rasa frustrasi Trump terhadap sikap Zelensky dalam perundingan perdamaian dengan Rusia. 

    Trump menuduh Zelensky tidak “bersyukur” atas dukungan yang diberikan Amerika Serikat dalam perang yang sedang berlangsung.

    “Anda tidak memiliki kartu saat ini,” ujar Trump, memperingatkan bahwa tanpa kesepakatan, Ukraina akan menghadapi masa depan yang suram.

    Padahal, pertemuan tersebut awalnya direncanakan untuk menjadi kesempatan penandatanganan kesepakatan yang akan membuka akses Amerika Serikat terhadap mineral penting yang ada di Ukraina.

    Namun, konferensi pers yang seharusnya diadakan dibatalkan, dan Zelensky diminta untuk meninggalkan Gedung Putih sebelum perjanjian tersebut dapat ditandatangani.

    Meskipun meninggalkan Washington tanpa kesepakatan, Zelensky tetap teguh pada pendiriannya untuk menandatangani perjanjian tersebut sebagai “langkah pertama menuju jaminan keamanan” bagi Ukraina.

    Starmer Sambut Hangat Zelensky 

    Starmer menyambut hangat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di London pada Sabtu (1/3/2025).

    Pertemuan ini terjadi tepat  sehari setelah pertemuan tegang antara pemimpin Ukraina tersebut dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    Kedatangan Zelenskyy ke Inggris menandai kelanjutan dukungan dari negara tersebut terhadap perjuangan Ukraina di tengah konflik dengan Rusia.

    Sebagai bentuk komitmen, Inggris dan Ukraina meluncurkan perjanjian pinjaman sebesar £2,26 miliar  atau sekitar Rp 47 T (kurs £1 GBP = Rp20.860) untuk memperkuat pertahanan Ukraina. 

    Kedatangan Zelensky di London disambut meriah oleh rakyat Inggris.

    Starmer mengatakan bahwa sambutan dari rakyat adalah bentuk dukungan bagi ia dan Ukraina.

    “Dan seperti yang Anda dengar dari sorak sorai di luar, Anda mendapat dukungan penuh dari seluruh Inggris Raya, dan kami mendukung Anda bersama Ukraina selama yang diperlukan,” jelasnya.

    Langkah Keir Starmer untuk bekerja sama dengan Prancis dan negara-negara lainnya dalam upaya mencapai perdamaian menunjukkan keinginan Inggris untuk memainkan peran konstruktif dalam menyelesaikan krisis yang tengah melanda Ukraina. 

    Meskipun ketegangan antara Zelensky dan Trump masih memanas, upaya diplomatik yang dilakukan oleh Starmer diharapkan dapat membuka peluang untuk tercapainya solusi damai yang lebih luas dan mengurangi eskalasi konflik yang terus berlanjut.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Keir Starmer dan Konflik Rusia vs Ukraina

  • Perdebatan Zelensky dan Trump: Reaksi Oksana Markarova Viral di Media Sosial – Halaman all

    Perdebatan Zelensky dan Trump: Reaksi Oksana Markarova Viral di Media Sosial – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat, Oksana Markarova, menjadi perbincangan di media sosial setelah foto dirinya yang menepok jidat viral.

    Insiden tersebut terjadi saat pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Donald Trump di Ruang Oval pada tanggal 28 Februari 2025.

    Pertemuan ini awalnya dijadwalkan untuk membahas kelanjutan bantuan militer AS kepada Ukraina serta perjanjian keamanan jangka panjang, namun suasana berubah menjadi panas ketika Zelensky menolak pendekatan Trump terhadap gencatan senjata dengan Rusia.

    Menurut laporan dari Newsweek, ekspresi wajah Markarova mencerminkan frustrasi yang mendalam terkait memburuknya hubungan antara Amerika Serikat dan Ukraina.

    Dalam pertemuan tersebut, Trump bahkan keliru menyalahkan Ukraina sebagai pihak yang memulai perang dengan Rusia, serta menyebut Zelensky sebagai diktator.

    Pertemuan yang awalnya dimaksudkan untuk diskusi diplomatik berubah menjadi perdebatan sengit.

    JD Vance, Wakil Presiden yang turut hadir, mengkritik Zelensky dan menuduhnya memanfaatkan dukungan AS untuk tawar-menawar dengan Rusia.

    Konfrontasi ini semakin memanas ketika Zelensky merespons dengan menegaskan pentingnya dukungan AS bagi Ukraina.

    Trump juga tidak kalah keras dalam mengkritik, ia menyatakan, “Anda mempertaruhkan nyawa jutaan orang,” ketika Zelensky tidak setuju dengan pendekatan negosiasi.

    Alhasil, Zelensky meninggalkan Gedung Putih tanpa menandatangani perjanjian mineral yang sebelumnya diharapkan bisa menjadi syarat dukungan lanjutan bagi Ukraina.

    Siapa Oksana Markarova?

    Oksana Markarova diangkat sebagai Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat pada 20 April 2021, kurang dari setahun sebelum Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina.

    Sejak saat itu, Markarova telah menjadi juru bicara penting bagi negara asalnya di luar negeri, dengan sering tampil di media dan berbagai acara publik.

    Dalam Pidato Kenegaraan tahun lalu, ia menggambarkan kondisi kritis yang dihadapi Ukraina dan menekankan pentingnya dukungan internasional.

    Markarova bukanlah sosok asing dalam dunia diplomasi.

    Sebelum menjabat sebagai duta besar, ia menghabiskan lima tahun di Kementerian Keuangan Ukraina, di mana ia menjabat sebagai Menteri Keuangan.

    Ia terlibat dalam penyusunan program pemulihan ekonomi makro serta melaksanakan konsolidasi fiskal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Markarova juga memiliki pengalaman 17 tahun di sektor swasta, di mana ia memegang posisi manajerial senior dalam bidang ekuitas swasta dan penasihat keuangan.

    Pengalaman panjangnya memberikan landasan yang kuat untuk berperan sebagai duta besar dan mewakili kepentingan Ukraina di tingkat internasional.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Setelah Ketegangan dengan Trump, Zelensky Disambut Hangat Starmer, Dapat Pinjaman 47 T dari Inggris  – Halaman all

    Setelah Ketegangan dengan Trump, Zelensky Disambut Hangat Starmer, Dapat Pinjaman 47 T dari Inggris  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer menyambut hangat Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy di London pada Sabtu (1/3/2025).

    Pertemuan ini terjadi tepat sehari setelah pertemuan yang berlangsung menegangkan antara pemimpin Ukraina tersebut dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

    Kedatangan Zelenskyy ke Inggris menandai kelanjutan dukungan dari negara tersebut terhadap perjuangan Ukraina di tengah konflik dengan Rusia.

    Sebagai bentuk komitmen, Inggris dan Ukraina meluncurkan perjanjian pinjaman sebesar £2,26 miliar atau senilai Rp47,1 triliun (kurs £1 GBP = Rp20.860) untuk memperkuat pertahanan Ukraina. 

    Dana ini akan dibayar kembali dengan keuntungan dari aset kedaulatan Rusia yang saat ini tidak dapat dimobilisasi.

    Kontras dengan Pertemuan di Gedung Putih

    Jika pertemuan Zelenskyy dengan Trump di Gedung Putih diwarnai ketegangan, kedatangannya di Downing Street disambut dengan antusiasme tinggi.

    Kerumunan di Whitehall memberikan sorak-sorai, sementara Starmer mengambil langkah yang tidak biasa dengan berjalan di sepanjang trotoar untuk menyambut Zelensky, dikutip dari The Guardian.

    Keduanya kemudian berpelukan sebelum Starmer mengarahkan Zelenskyy ke arah pendukung yang bersorak di luar.

    Di dalam Downing Street No. 10, Starmer menegaskan dukungan Inggris terhadap Ukraina. 

    Ia menyatakan bahwa sorak-sorai dari masyarakat Inggris adalah bentuk solidaritas mereka terhadap Ukraina.

    “Anda sangat, sangat diterima di sini di Downing Street,” kata Starmer kepada Zelenskyy, dikutip dari SBS News.

    “Dan seperti yang Anda dengar dari sorak sorai di luar, Anda mendapat dukungan penuh dari seluruh Inggris Raya, dan kami mendukung Anda bersama Ukraina selama yang diperlukan,” tambahnya.

    Starmer juga menegaskan tekadnya untuk mencapai perdamaian abadi bagi Ukraina, yang didasarkan pada kedaulatan dan keamanan negara tersebut.

    “Tekad yang kuat untuk mencapai apa yang kita berdua ingin capai, yaitu perdamaian abadi, perdamaian abadi bagi Ukraina yang didasarkan pada kedaulatan dan keamanan bagi Ukraina, yang sangat penting bagi Ukraina, sangat penting bagi Eropa, dan sangat penting bagi Inggris Raya,” tegasnya.

    Zelenskyy merespons dengan menyatakan bahwa Ukraina mengandalkan dukungan Inggris dan mengungkapkan rasa syukurnya memiliki mitra yang solid.

    “Kami mengandalkan dukungan Anda, dan kami sangat senang memiliki mitra dan teman seperti itu,” kata Zelensky.

    Sebelumnya, pada Jumat (28/2/2025), Zelenskyy bertemu dengan Trump di Gedung Putih.

    Namun, pertemuan itu berubah menjadi pertikaian sengit di Ruang Oval, dengan keduanya saling menyela berulang kali, dikutip dari BBC.

    Padahal, pertemuan ini seharusnya menjadi ajang penandatanganan kesepakatan yang akan membuka akses AS ke mineral Ukraina.

    Konferensi pers yang direncanakan dibatalkan, dan Zelenskyy diminta meninggalkan Gedung Putih sebelum perjanjian ditandatangani.

    Dalam wawancara dengan Fox News, Zelenskyy mengakui bahwa pertengkaran publik tersebut “tidak baik”, tetapi ia masih yakin hubungan dengan Trump bisa diperbaiki.

    Meskipun meninggalkan Washington tanpa kesepakatan, Zelenskyy tetap menegaskan kesiapannya untuk menandatangani perjanjian tersebut sebagai “langkah pertama menuju jaminan keamanan” bagi Ukraina.

    Melalui Telegram, ia menekankan pentingnya memastikan bahwa Ukraina tetap didengar oleh dunia internasional, baik selama perang maupun setelahnya.

    Reaksi terhadap pertemuan ini beragam. 

    Di AS, tanggapan cenderung mengikuti garis partisan, sementara di Ukraina, Zelenskyy mendapat apresiasi luas karena mempertahankan pendiriannya dalam menghadapi tekanan diplomatik.

    Sementara itu, Rusia mengeluarkan pernyataan bahwa Trump dan senator J.D. Vance telah bertindak dengan menahan diri dalam pertemuan tersebut.

    Dengan dukungan kuat dari Inggris, Zelenskyy mendapat suntikan semangat baru dalam perjuangan Ukraina.

    Kontras antara sambutan hangat di London dan ketegangan di Washington menunjukkan dinamika politik internasional yang semakin kompleks dalam konflik ini.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Donald Trump, Keir Starmer dan Konflik Rusia vs Ukraina

  • AS Percepat Bantuan Militer Rp 66,2 T untuk Israel atas Perintah Trump – Halaman all

    AS Percepat Bantuan Militer Rp 66,2 T untuk Israel atas Perintah Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, mengumumkan pada hari Sabtu (2/3/2025) bahwa pemerintah AS akan mempercepat pengiriman bantuan militer senilai sekitar 4 miliar USD atau sekitar Rp 66,2 T ke Israel. 

    Keputusan ini merupakan bagian dari langkah lanjutan setelah pemerintahan yang dipimpin oleh Donald Trump menyetujui penjualan hampir 12 miliar USD dalam bentuk bantuan militer asing ke negara tersebut.

    Rubio menandatangani deklarasi untuk mempercepat transfer senjata dan peralatan militer ke Israel, yang telah menjadi mitra strategis utama bagi Amerika Serikat di Timur Tengah.

    Dalam pernyataannya, Rubio menegaskan bahwa AS akan terus membantu Israel dalam meningkatkan keamanan.

    “AS akan terus menggunakan semua alat yang tersedia untuk memenuhi komitmen jangka panjang Amerika terhadap keamanan Israel, termasuk cara untuk melawan ancaman keamanan,” kata Rubio, dikutip dari Al Mayadeen.

    Pencabutan Arahan Biden

    Langkah terbaru ini juga terkait dengan keputusan kontroversial dari Presiden Donald Trump yang mencabut arahan yang dikeluarkan oleh mantan Presiden AS, Joe Biden, pada Februari 2024. 

    Arahan tersebut berfokus pada pemberian perlindungan terhadap penggunaan senjata yang dipasok oleh AS.

    Terutama dalam konteks perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, di mana senjata buatan AS telah digunakan oleh Israel dalam melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.

    Pencabutan arahan tersebut secara efektif menghilangkan hambatan potensial terhadap penggunaan senjata oleh Israel.

    Meskipun negara ini telah lama menghadapi kritik internasional terkait catatan panjang kejahatan perang yang dilakukan selama operasi militernya, terutama terhadap rakyat Palestina.

    Pembatalan Pembatasan Bom Kaliber Besar

    Selain itu, pemerintahan Trump juga menghapus pembatasan terkait transfer bom kaliber besar.

    Bom ini telah digunakan oleh Israel dalam serangan-serangan besar di Jalur Gaza dan Lebanon selama beberapa bulan terakhir. 

    Bom-bom ini, yang memiliki daya destruktif tinggi, telah menyebabkan kerusakan besar di blok permukiman dan menambah ketegangan di wilayah yang sudah tegang.

    Banyak pihak yang mengkritik langkah ini sebagai bentuk dukungan tanpa syarat terhadap kebijakan Israel, yang sering kali melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan hukum internasional.

    Keputusan untuk mempercepat pengiriman bantuan militer ini sekali lagi menegaskan komitmen pemerintah AS terhadap keamanan Israel, sebuah isu yang telah menjadi inti kebijakan luar negeri AS selama beberapa dekade terakhir.

    Namun, langkah ini juga menggarisbawahi kebijakan pro-Zionis yang semakin mencolok, dengan pemerintahan Trump mendukung penuh kebijakan pembersihan etnis Palestina di Jalur Gaza dan kawasan sekitarnya.

    Bantuan militer yang dipercepat ini dipandang oleh banyak pihak sebagai upaya untuk memperkuat posisi Israel di tengah ketegangan yang semakin meningkat, serta memperdalam peran AS dalam konflik Timur Tengah. 

    Di sisi lain, kebijakan ini juga semakin memperburuk ketegangan internasional, khususnya dengan negara-negara yang mendukung Palestina dan menentang kebijakan Israel dalam konflik yang berlarut-larut.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Konflik Palestina vs Israel

  • Cerita Frengky Missa Soal Posisi Hingga Akui Ada Campur Tangan Thomas Doll di Kariernya – Halaman all

    Cerita Frengky Missa Soal Posisi Hingga Akui Ada Campur Tangan Thomas Doll di Kariernya – Halaman all

    Cerita Frengky Missa Soal Posisi Hingga Akui Ada Campur Tangan Thomas Doll di Kariernya

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemain muda Bhayangkara FC, Frengky Missa sukses membawa timnya kembali tampil di Liga 1 musim depan.

    Saat membela Bhayangkara FC di Liga 2, Frengky tercatat bermain sebanyak 17 pertandingan dengan mencetak empat gol dan empat assist.

    Frengky tak hanya tampil apik sebagai bek sayap, kepiawaiannya dalam membuat peluang dan mencetak gol pun membuat dirinya kerap ditempatkan sebagai penyerang sayap.

    “Pas awal musim masih main bek kiri tapi pas beberapa pertandingan, tiga pertandingan, pelatih suruh main di depan,” ujar Frengky di Solo, Jawa Tengah, Kamis (27/2/2025).

    Untuk penetapan posisi, pemain berusia 20 tahun tersebut mengaku nyaman saat diturunkan sebagai penyerang sayap maupun bek.

    Penetapan ia tampil sebagai penyerang maupun bek biasanya disesuaikan dengan formasi yang diterapkan coach Hanim Sugiarto.

    “Tergantung formasi kalau saya nyaman di depan karena pengen nyerang, tapi kalau main pakai lima bek saya lebih nyaman di bek kiri,” ujar Frengky,

    “Kalau lima bek kan bisa naik turun. kiri tapi kalau 433 saya lebih nyaman di winger (penyerang sayap),” terangnya.

    Perubahan posisi dalam setiap pertandingan dikatakan Frengky tak menyulitkan baginya, lantaran sudah terlatih sejak masih membela Persija U-18 saat tampil di Elite Pro Academy (EPA).

    Tak hanya itu, dirinya juga turut berterima kasih kepada Thomas Doll.

    Saat masih membela Persija Jakarta, Frengky kerap mendapatkan masukan dari pelatih asal Jerman tersebut.

    “Ya mungkin juga karena dia (Thomas Doll), saya awalnya kan dari sana (Persija) diajarin juga,” ucap pesepakbola yang juga anggota Kepolisian tersebut.

    “Saya masih ingat waktu EPA Persija U-18, saya dipromosikan pas coach Thomas lalu masuk ke Persija. Jadi banyak pelajaran dan nasihat juga dari dia,” pungkasnya.

  • Warga Gaza Bukber Hari Pertama Ramadan di Tengah Reruntuhan, Bersyukur Tidak Ada Serangan Udara – Halaman all

    Warga Gaza Bukber Hari Pertama Ramadan di Tengah Reruntuhan, Bersyukur Tidak Ada Serangan Udara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Warga Palestina di Gaza berkumpul untuk berbuka puasa pada hari pertama Ramadan, di tengah reruntuhan bangunan akibat perang.

    Lampu gantung warna-warni menghiasi beberapa sudut Gaza.

    Meskipun banyak bangunan hancur, warga tetap berbuka bersama dengan sukacita.

    Mereka bersyukur karena tidak ada serangan udara yang mengguncang di hari pertama puasa, dikutip dari Al-Jazeera dan AFP.

    Ramadan tahun ini dimulai dalam suasana gencatan senjata, yang membuat warga Gaza bersyukur karena tidak ada ledakan atau serangan udara.

    Beberapa toko yang belum hancur telah dibuka kembali, dan pedagang kaki lima mulai berjualan di pasar.

    Meskipun begitu, warga Gaza masih kesulitan untuk berbelanja akibat kehancuran yang terjadi karena perang.

    Gencatan senjata yang dimulai pada Januari membawa sedikit ketenangan, meskipun warga Gaza masih hidup dalam reruntuhan dan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar.

    Bagi Fatima Al-Absi, warga Jabaliya di Gaza, Ramadan tahun ini sangat berbeda.

    Suaminya dan menantu laki-lakinya telah terbunuh dalam perang, rumahnya hancur, dan masjid yang biasa ia datangi untuk salat juga rusak.

    “Tidak ada suami, tidak ada rumah, tidak ada makanan yang layak, dan tidak ada kehidupan yang layak,” ungkapnya.

    Meskipun demikian, dia tetap berdoa dan berharap Tuhan memberikan kesabaran dan kekuatan.

    Gencatan senjata tahap pertama antara Israel dan Hamas berakhir pada Sabtu (1/3/2025).

    Gencatan senjata ini memberi sedikit ketenangan bagi warga Gaza, yang kini harus berjuang untuk bertahan hidup di tengah reruntuhan dan kesulitan ekonomi.

    Ramadan tahun ini, meski penuh dengan kesedihan akibat perang, tetap menjadi waktu bagi umat Muslim untuk memperbanyak ibadah, merenungkan agama, dan berbuka puasa bersama keluarga dan teman-teman.

    Bagi banyak warga Gaza, kehidupan tetap sulit, dan mereka berharap untuk kedamaian dan keamanan di masa depan.

    Selama enam minggu gencatan senjata, Hamas telah membebaskan 25 sandera hidup dan menyerahkan delapan jenazah ke Israel, dengan imbalan ratusan tahanan Palestina.

    Negosiasi selanjutnya, masih membawa ketidakpastian bagi warga Gaza dan sandera yang ditahan oleh Hamas.

    Perang yang dimulai pada Oktober 2023 antara Israel dan Hamas telah menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan 48.000 orang di Gaza.

    Pemerintah Israel mendukung usulan untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata hingga bulan Ramadan dan Paskah Yahudi, meskipun Hamas menuntut perundingan untuk fase kedua.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Rusia Klaim Merebut Dua Desa di Ukraina Timur – Halaman all

    Rusia Klaim Merebut Dua Desa di Ukraina Timur – Halaman all

    Perkembangan Terbaru Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1103

    Pada hari Minggu, 2 Maret 2025, perang antara Rusia dan Ukraina memasuki hari ke-1103.

    Rusia mengeklaim telah merebut dua desa di Ukraina timur, yaitu Sudne dan Burlatske, yang terletak di dekat kota Velyka Novosilka.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan kemajuan ini pada Sabtu, 1 Maret 2025.

    Ketegangan Antara Zelensky dan Trump

    Perkembangan ini terjadi di tengah ketegangan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    Pertemuan Zelensky dan Trump di Ruang Oval Gedung Putih pada Jumat, 28 Februari 2025, menjadi sorotan media internasional.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa Zelensky bersedia untuk memulihkan dialog dengan AS.

    Menurut Macron, dialog tersebut akan mencakup kesepakatan yang memberi AS akses ke pendapatan dari sumber daya alam Ukraina.

    Macron juga berkomunikasi dengan Trump, namun tidak mengungkapkan rincian dari pembicaraan tersebut.

    Hingga saat ini, Gedung Putih belum memberikan komentar resmi terkait isu ini.

    Pertemuan Puncak Eropa di London

    Zelensky tiba di London untuk menghadiri pertemuan puncak para pemimpin Eropa yang membahas rencana perdamaian untuk perang Rusia-Ukraina.

    Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menyatakan dukungan penuh Inggris kepada Ukraina dan berjanji untuk mendukung Kyiv selama diperlukan.

    Zelensky juga mengungkapkan rencananya untuk menggunakan pinjaman baru sebesar £226 miliar (sekitar $284 miliar) dari Inggris untuk memproduksi senjata di dalam negeri.

    Pertemuan dengan Raja Charles

    Selain itu, Zelensky dijadwalkan untuk bertemu dengan Raja Charles pada hari yang sama.

    Audiensi resmi ini akan berlangsung di perkebunan raja di Sandringham, Inggris timur.

    Zelensky menyampaikan rasa senangnya atas pertemuan tersebut kepada Starmer.

    Rotasi Pengamat IAEA di PLTN Zaporizhzhia

    Sementara itu, rotasi pengamat dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia berlangsung melalui wilayah yang dikuasai Rusia.

    Kejadian ini dilaporkan oleh kantor berita Rusia, Interfax, dan merupakan yang pertama kalinya dilakukan di seluruh wilayah yang diduduki Rusia.

    Meskipun rotasi ini dijadwalkan berlangsung sebulan lalu, pelaksanaannya sempat ditunda dua kali.

    Hingga saat ini, baik IAEA maupun pemerintah Ukraina belum memberikan komentar terkait laporan ini.

     

    Perang Rusia-Ukraina terus berlanjut dengan dinamika yang semakin kompleks, melibatkan hubungan internasional yang rumit antara Ukraina, Rusia, dan negara-negara barat.

    Sementara itu, perkembangan di lapangan menunjukkan bahwa konflik ini masih jauh dari penyelesaian.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).