Category: Tribunnews.com Internasional

  • Reaksi Dunia atas Pembantaian Warga Sipil di Suriah: PBB, WHO, Inggris hingga Mesir – Halaman all

    Reaksi Dunia atas Pembantaian Warga Sipil di Suriah: PBB, WHO, Inggris hingga Mesir – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pembantaian warga sipil di pesisir Suriah pada awal Maret 2025 memicu kecaman internasional.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam keras atas kekerasan yang terjadi setelah laporan tentang pembunuhan satu keluarga yang sangat mengerikan.

    Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, meminta penyelidikan segera dan menuntut pihak yang bertanggung jawab mendapat hukuman sesuai hukum internasional.

    “Ada laporan tentang eksekusi berdasarkan perbedaan agama oleh pelaku yang tidak dikenal, yang melibatkan anggota pasukan keamanan pemerintah dan kelompok yang terkait dengan pemerintahan sebelumnya,” kata Turk, dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan pada Minggu (9/3/2025), dikutip dari Al Mayadeen.

    Ia juga mengungkapkan seluruh keluarga, termasuk wanita dan anak-anak, terbunuh dalam serangan tersebut.

    PBB mendesak agar pembunuhan di wilayah barat laut Suriah dihentikan segera dan meminta agar penyelidikan dilakukan secara cepat, jelas, dan tanpa keberpihakan.

    Selain PBB, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengungkapkan kekhawatirannya.

    Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menekankan dampak kekerasan terhadap rumah sakit dan layanan medis di daerah yang terkena dampak.

    WHO sedang berupaya mengirimkan obat-obatan dan perlengkapan darurat untuk membantu korban.

    Di Inggris, Menteri Luar Negeri David Lammy mengutuk kekerasan yang menewaskan warga sipil Alawi.

    Dikutip dari BBC, laporan dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa pasukan keamanan dan kelompok sekutu telah menewaskan sekitar 1.000 orang dalam beberapa hari terakhir.

    Lammy menegaskan pemerintah di Damaskus harus memastikan perlindungan bagi semua warga sipil Suriah.

    Pemerintah sementara Suriah kini menghadapi tekanan internasional.

    Serangan terhadap warga sipil Alawi dimulai setelah serangkaian serangan terhadap angkatan bersenjata Suriah yang mendukung rezim baru.

    Seorang saksi mata melaporkan bahwa ia melihat pembunuhan terhadap tetangga, termasuk anak-anak.

    Kementerian Luar Negeri Mesir juga menyuarakan keprihatinannya terhadap kekerasan di Latakia dan menegaskan dukungannya terhadap stabilitas dan keamanan Suriah.

    Mesir menentang segala tindakan yang membahayakan keselamatan rakyat Suriah.

    Ahmed al-Sharaa, pemimpin sementara Suriah menyerukan perdamaian dan mengumumkan penyelidikan atas kekerasan tersebut.

    Namun, hingga kini, pemerintah Suriah belum memberikan tanggapan langsung terkait tuduhan kejam yang dilakukan oleh pendukungnya.

    Delegasi PBB dilaporkan memasuki kota Jableh di pedesaan Latakia, Suriah pada Minggu (9/3/2025) untuk pertama kalinya untuk memeriksa kerusakan akibat kekerasan.

    Mereka memeriksa toko-toko dan rumah-rumah yang dijarah dan dibakar.

    Pembantaian ini terjadi setelah bentrokan antara pasukan pemerintah dan kelompok yang berafiliasi dengan pemerintahan sebelumnya.

    Rekaman menunjukkan pasukan yang berafiliasi dengan Kementerian Pertahanan Suriah dan Pasukan Keamanan Dalam Negeri melakukan eksekusi massal terhadap warga sipil.

    Setidaknya 1.018 orang tewas akibat kekerasan di Latakia, dengan mayoritas korban adalah warga sipil Alawi, kelompok minoritas Muslim Syiah yang mendukung rezim Bashar al-Assad.

    Sebagai respons, warga Suriah menggelar demonstrasi di Damaskus pada 9 Maret untuk mendukung kelompok minoritas Alawi dan mengecam kekerasan tersebut.

    Mereka menuntut agar kekerasan dihentikan dan mengakhiri sektarianisme yang semakin meningkat di negara itu.

    Pemerintah Suriah, melalui Kepresidenan Transisi, telah membentuk komite nasional independen untuk menyelidiki kekerasan ini.

    Komite ini bertugas untuk mencari tahu penyebab serangan dan mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab.

    Kementerian Pertahanan Suriah juga mengonfirmasi adanya pelanggaran terhadap warga sipil yang dilakukan oleh kelompok yang tidak disiplin.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Jawaban Donald Trump saat Ditanya soal Israel, Hamas, Ukraina, dan Rusia – Halaman all

    Jawaban Donald Trump saat Ditanya soal Israel, Hamas, Ukraina, dan Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjawab pertanyaan tentang bagaimana pemerintah AS saat ini memperlakukan Israel dan Ukraina terkait konflik mereka dengan Hamas dan Rusia.

    Ia mendapat pertanyaan apakah Trump memperlakukan Israel dan Ukraina secara setara.

    “Mereka adalah dua tempat yang sangat berbeda, bukan? Mereka adalah tingkat kekuatan yang berbeda dan tempat yang berbeda di dunia,” jawab Donald Trump ketika ditanya dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada Minggu (9/3/2025).

    Dalam wawancara itu, Trump ditanya mengenai pendapatnya bahwa ia akhirnya mendapatkan kesepakatan dengan Ukraina melalui perjanjian mineral setelah pertengkarannya dengan Presiden Ukraina Zelensky dalam pertemuan akhir Februari lalu.

    “Apakah itu semua seni dari kesepakatan? Apa yang secara khusus membuat Anda marah?” tanya jurnalis Fox News, Maria Bartimoro.

    “Ya, Anda tahu, dia mampu mengambil uang dari negara ini di bawah pemerintah (Joe) Biden seperti permen dari bayi. Itu sangat mudah dan saya pikir dia tidak bersyukur,” kata Trump.

    “Kami memberinya, menurut pendapat saya 350 miliar dolar, Eropa memberi mereka 100 miliar dolar,” lanjutnya.

    Mengenai perjanjian mineral itu, Trump ditanya apakah ia yakin ada titanium, lithium dan semua mineral logam langka di Ukraina.

    “Saya sudah memeriksanya. Tanah itu sangat berharga,” kata Trump.

    Trump juga mengungkapkan kekesalannya karena Eropa memberi Rusia lebih banyak uang dengan membeli minyak mereka dan memberi lebih sedikit bantuan ke Ukraina.

    “Apakah Anda percaya Eropa mampu menawarkan keamanan yang berarti bagi Ukraina tanpa Amerika?” tanya jurnalis Fox News.

    “Saya ingin percaya, tapi pengalaman tiga tahun perang menunjukkan Ukraina tidak akan bertahan (melawan Rusia) tanpa dukungan Amerika,” jawab Trump.

    Trump menambahkan jika ia menjadi presiden saat itu maka Rusia tidak akan menginvasi Ukraina pada tahun 2022.

    “Jika saya jadi presiden, itu tidak akan pernah terjadi. Rusia tidak akan masuk ke Ukraina, Anda tidak akan punya situasi seluruhnya dengan Hamas dan 7 Oktober tidak akan pernah terjadi,” katanya.

    Trump mengatakan penarikan tentara Amerika dari Afghanistan pada tahun 2021 adalah evakuasi terburuk dan memalukan dalam sejarah Amerika.

    Jawaban Trump saat Ditanya soal Hamas dan Rusia

    Dalam wawancara itu, Trump ditanya mengenai pendapatnya apakah AS memperlakukan Rusia sama kerasnya dengan Hamas. 

    “Ukraina dan Israel keduanya diserang. Apakah Amerika memperlakukan keduanya secara sama?” tanya jurnalis Fox News.

    “Saya pikir demikian,” jawab Trump.

    “Apakah Anda lebih menyukai salah satunya?” tanya jurnalis kepada Trump.

    Trump memotong dengan mengatakan, “Mereka sangat berbeda, sangat berbeda tempatnya.”

    “Anda bicara tentang level kekuatan yang berbeda, Anda berbicara tentang bagian dunia yang berbeda. Timur Tengah telah diserang selamanya,” lanjutnya.

    Trump menambahkan bahwa AS berupaya membawa perdamaian di Timur Tengah dengan melakukan perjanjian Abraham pada tahun 2020 dengan sejumlah negara Arab dan Israel.

    “Apakah Anda sudah sama kerasnya dengan Rusia seperti Hamas?” tanya jurnalis.

    “Saya sudah lebih keras terhadap Rusia, lebih keras daripada siapa pun sebelum saya,” jawab Trump.

    “Saya tidak melakukan apa pun terhadap Hamas, itu tanggung jawab Israel untuk menghadapi mereka tapi mereka memberitahuku apa yang terjadi,” tambahnya.

    Sebelumnya, AS dan pejabat Hamas bertemu secara rahasia di Qatar untuk membicarakan negosiasi pembebasan sandera termasuk mereka yang memegang kewarganegaraan Amerika.

    Trump berulang kali mengancam Hamas bahwa akan ada neraka di Gaza jika Hamas tidak membebaskan sandera yang masih ditahan di Gaza serta menyatakan dukungan pemerintah AS kepada Israel.

    Mengenai perang Rusia-Ukraina, Trump telah menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin pada Februari lalu untuk menyampaikan usulannya agar AS menengahi perundingan damai, yang disusul dengan pertemuan delegasi AS dan Rusia di Arab Saudi pada 18 Februari 2025 tanpa perwakilan Ukraina.

    Di sisi lain, Trump bersikap keras kepada Presiden Ukraina Zelensky dan memintanya untuk menandatangani perjanjian mineral sebagai imbalan atas bantuan AS kepada Ukraina selama perang melawan Rusia.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Israel Izinkan Warga Druze Suriah Bekerja di Wilayah Suriah Diduduki Israel di Dataran Tinggi Golan – Halaman all

    Israel Izinkan Warga Druze Suriah Bekerja di Wilayah Suriah Diduduki Israel di Dataran Tinggi Golan – Halaman all

    Israel Izinkan Warga Druze Suriah Bekerja di Wilayah Suriah yang Diduduki Israel, Disebut Langkah Radikal

    TRIBUNNEWS.COM- Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, secara terbuka mengonfirmasi laporan terkini bahwa Israel akan melakukan “langkah radikal” dengan mengizinkan warga Druze dan Sirkasia Suriah untuk menyeberang ke wilayah Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel untuk tujuan bekerja, The Jerusalem Post melaporkan pada tanggal 9 Maret.

    Surat kabar itu menyebutnya sebagai “langkah yang tidak biasa” untuk mengizinkan “warga negara asing dari negara yang bermusuhan seperti Suriah untuk bekerja di Israel.” 

    Israel memulai persiapan untuk mengizinkan warga Druze Suriah bekerja di kota-kota Israel di Dataran Tinggi Golan yang diduduki pada akhir Februari,  menurut  Perusahaan Penyiaran Israel (KANN).

    Rencana tersebut disusun oleh Jenderal Israel Ghassan Alian, yang mengepalai Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT) dan seorang Druze sendiri.

    Druze Suriah merupakan kelompok minoritas di era Assad yang sebagian besar hidup menyendiri, dengan beberapa sejarah positif di masa lalu dengan Israel, khususnya komunitas Druze Israel, namun sebagian besar masih menentang Israel, The Jerusalem Post mencatat.

    Setelah militan dari Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang dipimpin oleh mantan komandan Al-Qaeda Ahmed al-Sharaa, menggulingkan pemerintah Suriah pada bulan Desember, Israel memulai kampanye publik untuk menunjukkan bahwa Druze membutuhkan perlindungan Israel.

    Meskipun secara diam-diam mendukung Sharaa dan HTS dengan uang dan senjata selama perang 14 tahun kelompok itu melawan pemerintahan Assad, Israel kini beralih menekankan masa lalu teroris dan ideologi ekstremis kelompok itu, menggunakannya sebagai dalih untuk menduduki wilayah Suriah tambahan dan untuk memenangkan dukungan di antara Druze Suriah.

    Jerusalem Post mengamati lebih lanjut bahwa, “Selama tiga bulan Divisi 210 IDF berada di Suriah selatan, telah ada upaya untuk membangun hubungan yang lebih kuat dengan Druze Suriah agar mereka tetap tenang mengenai kehadiran Israel di sana dan untuk menghindari ketegangan.”

    “Namun, mengizinkan Druze Suriah untuk bekerja di Israel, bahkan jika dibatasi di Golan, merupakan eskalasi besar dalam upaya memperdalam hubungan antara Israel dan komunitas tersebut,” imbuh surat kabar itu.

    Ini juga merupakan tanda bahwa Israel berencana untuk melanjutkan pendudukannya di Suriah selatan untuk waktu yang lama, meskipun hal itu ilegal menurut hukum internasional. 

    “Secara teknis, tidak ada dasar hukum internasional yang jelas bagi Israel untuk tetap berada di Suriah tanpa batas waktu,” The Jerusalem Post menjelaskan. Namun, klaim Israel bahwa “kehadirannya di Suriah menguntungkan warga Suriah setempat juga dapat membantu dalam perdebatan mengenai legitimasi atas kehadiran IDF di sana.”

    Israel juga menggunakan pembantaian warga Alawi yang dilakukan oleh pasukan keamanan Suriah yang berafiliasi dengan HTS selama tiga hari terakhir sebagai dalih untuk membenarkan pendudukannya atas Suriah.

    Presiden Suriah Sharaa telah “melepas topengnya dan memperlihatkan wajah aslinya: Seorang teroris jihadis dari aliran al-Qaeda yang melakukan tindakan mengerikan terhadap penduduk sipil,” kata Menteri Pertahanan Katz dalam sebuah pernyataan pada tanggal 7 Maret ketika pembantaian di wilayah pesisir Suriah sedang berlangsung.

    “Israel akan mempertahankan diri terhadap ancaman apa pun dari Suriah,” imbuh Katz, sembari berjanji militer akan terus menduduki zona penyangga di sepanjang perbatasan dan terus berupaya menjaga Suriah selatan tetap didemiliterisasi.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Geger Starlink di Ukraina dan 4 Calon Pengganti, Elon Musk Semprot Menlu Polandia: Diam Pria Kecil – Halaman all

    Geger Starlink di Ukraina dan 4 Calon Pengganti, Elon Musk Semprot Menlu Polandia: Diam Pria Kecil – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio dan CEO SpaceX Elon Musk terlibat perdebatan sengit dengan Menteri Luar Negeri Polandia Radoslaw Sikorski belum lama ini.

    Perdebatan terjadi dalam serangkaian posting X (Twitter) pada hari Minggu (9/3/2025) mengenai penggunaan sistem satelit Starlink di Ukraina.

    Dalam tanggapannya terhadap postingan Musk yang menyebutkan penutupan sistem, Sikorski menyiratkan bahwa ancaman apa pun untuk menutup Starlink akan mengakibatkan pencarian pemasok lain.

    Rubio dengan cepat menepis klaim bahwa Musk akan mematikan sistem tersebut dan mendesak Sikorski untuk bersyukur.

    Ketiganya saling berbalas posting di X yang berakhir dengan Musk menyebut Sikorski “lelaki kecil”, mengutip BBC.

    Sistem Starlink merupakan bagian dari misi SpaceX untuk menyediakan internet berkecepatan tinggi ke daerah-daerah terpencil dan kurang terlayani – seperti zona perang – di seluruh dunia.

    Pertukaran hari Minggu dimulai ketika sang pemilik SpaceX, Musk mengunggah bahwa Starlink adalah “tulang punggung tentara Ukraina”.

    “Seluruh garis depan mereka akan runtuh jika saya mematikannya,” tulisnya.

    Sikorski kemudian menanggapi postingan Musk dengan mengatakan bahwa Polandia yang membayar layanan tersebut.

    “Starlinks untuk Ukraina dibayar oleh Kementerian Digitalisasi Polandia dengan biaya sekitar $50 juta per tahun,” tulis Sikorski.

    “Terlepas dari etika mengancam korban agresi, jika SpaceX terbukti sebagai penyedia yang tidak dapat diandalkan, kami akan dipaksa mencari pemasok lain.”

    Postingan Sikorski menyebabkan Rubio menimpali, dengan menulis bahwa menteri luar negeri Polandia “hanya mengada-ada”.

    “Tidak seorang pun mengancam akan memutus hubungan Ukraina dengan Starlink,” tulis Rubio.

    “Dan sampaikan terima kasih karena tanpa Starlink, Ukraina sudah lama kalah dalam perang ini dan Rusia sekarang sudah berada di perbatasan dengan Polandia,” tambahnya.

    Musk kemudian menanggapi unggahan Sikorski dengan menyebutnya “pria kecil”.

    “Diamlah, wahai orang kecil. Anda hanya membayar sebagian kecil dari biayanya. Dan tidak ada yang dapat menggantikan Starlink,” tulis Musk.

    Adapun terminal Starlink merupakan kunci operasi militer Ukraina dan telah digunakan sejak dimulainya invasi Rusia pada Februari 2022.

    Ada puluhan ribu terminal di negara ini, termasuk hingga 500 yang dibeli oleh Departemen Pertahanan AS pada Juni 2023.

    Uni Eropa Cari Pengganti Starlink

    Negara-negara Eropa sedang mencari opsi untuk mengganti layanan internet satelit Starlink untuk Ukraina di tengah kemungkinan pemberhentian langganan.

    Demikian dilaporkan oleh Financial Times.

    Diketahui bahwa empat operator satelit sedang bernegosiasi dengan pemerintah dan organisasi Eropa untuk menyediakan layanan mereka ke Ukraina.

    Mulai dari SES dari Luksemburg, Hisdesat dari Spanyol, Viasat dari Inggris (pemilik Inmarsat) dan Eutelsat/OneWeb dari Prancis.

    Namun, publikasi tersebut menulis bahwa sulit untuk sepenuhnya menggantikan Starlink.

    Starlink sebagai layanan internet berbasis satelit menjadi hal yang baru di Tanah Air karena selama ini masyarakat Indonesia dilayani oleh Internet Service Provider (ISP) eksisting berbasis fiber optic dan broadband. (dok. Starlink)

    Hal ini karena lebih dari 40.000 terminalnya saat ini menyediakan komunikasi untuk militer, rumah sakit, bisnis, dan organisasi kemanusiaan.

    Salah satu pendorong utama negosiasi ini adalah pertemuan antara pemimpin Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden AS Donald Trump di Washington, DC, tak lama setelah Amerika berhenti memasok bantuan militer ke Ukraina.

    Dengan latar belakang ini, diskusi di Eropa juga semakin intensif tentang pembuatan jaringan satelit IRIS⊃2; mereka sendiri.

    Biayanya diperkirakan mencapai €10,6 miliar.

    Namun, proyek ini dijadwalkan baru akan diluncurkan pada tahun 2030.

    Negara-negara UE saat ini sedang meninjau cakupan proyek ini mengingat realitas keamanan baru.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha)

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.111: Rusia Rebut Wilayahnya di Kursk, Pasukan Ukraina Makin Terkepung – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.111: Rusia Rebut Wilayahnya di Kursk, Pasukan Ukraina Makin Terkepung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-1.111 pada Senin (10/3/2025).

    Para pejabat tinggi Ukraina akan berada di Arab Saudi untuk bertemu dengan menteri luar negeri AS, Marco Rubio, dan para pembantu Trump lainnya yang berangkat ke Jeddah pada hari Minggu (9/3/2025).

    Andriy Yermak, kepala kantor kepresidenan Ukraina Volodymyr Zelensky, diperkirakan akan memimpin delegasi Kyiv. 

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga mengatakan dia akan berada di Arab Saudi minggu ini. 

    Ia mengatakan Ukraina berkomitmen penuh untuk dialog yang konstruktif di Arab Saudi.

    “Proposal yang realistis ada di atas meja. Kuncinya adalah bergerak cepat dan efektif,” kata Zelensky, dikutip dari The Guardian.

    Sebelumnya pada 18 Februari lalu, para pejabat AS bertemu untuk membahas perang dengan para pejabat Rusia di Arab Saudi tanpa kehadiran perwakilan Ukraina.

    Trump Berharap Perundingan AS-Ukraina Membawa Hasil yang Baik

    Donald Trump mengatakan pada hari Minggu bahwa ia mengharapkan hasil yang baik dari perundingan tersebut.

    Ia mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintahannya hampir mencabut jeda intelijen mengenai Ukraina, dan sedang mempertimbangkan banyak hal terkait tarif terhadap Rusia.

    Trump mengatakan ia mengira Ukraina akan menandatangani perjanjian mineral dengan AS. 

    “Saya ingin mereka menginginkan perdamaian,” kata Trump.

    Zelensky: Rusia Melancarkan Ratusan Serangan

    Zelenskyy mengatakan Rusia telah melancarkan “ratusan serangan” terhadap Ukraina minggu lalu.

    Sekitar 1.200 bom udara berpemandu, hampir 870 pesawat nirawak serang, dan lebih dari 80 rudal berbagai jenis telah digunakan.

    Pasukan Rusia Berhasil Menyelinap Melalui Pipa Gas di Kursk

    Pasukan khusus Rusia dikabarkan menyelinap melalui jaringan pipa gas yang tidak digunakan lagi untuk menyerang unit Ukraina yang menguasai wilayah di wilayah Kursk, Rusia.

    Staf umum militer Ukraina mengonfirmasi pada Sabtu (8/3/2025) malam bahwa kelompok sabotase dan penyerang Rusia menggunakan jaringan pipa tersebut dalam upaya untuk mendapatkan pijakan di luar Sudzha. 

    “Pasukan Ukraina diserang dengan roket dan artileri setelah terdeteksi tepat waktu… Kerugian musuh di Sudzha sangat tinggi,” lapor militer Ukraina.

    Saluran Telegram Rusia menunjukkan foto-foto yang mereka katakan adalah pasukan khusus yang mengenakan masker gas dan bergerak di sepanjang apa yang tampak seperti bagian dalam pipa besar.

    Video lain menunjukkan apa yang dikatakan sebagai orang Rusia yang diamati dari udara dan diserang.

    Rusia Menyelinap dan Rebut Wilayah Kursk

    Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada hari Minggu bahwa pasukannya telah merebut empat desa di utara dan barat laut Sudzha yang terdekat sejauh 12 km dari pusatnya.

    Klaim tersebut muncul sehari setelah Rusia melaporkan perebutan tiga desa lainnya yaitu Malaya Lukhnya, Cherkaskoye Borishnoye, dan Kositsa, di utara Sudzha.

    “Angkatan bersenjata Rusia terus mengalahkan kelompok tentara Ukraina di wilayah-wilayah Kursk,” kata kementerian tersebut.

    Sejak invasi Ukraina pada Agustus tahun lalu, pasukan Rusia telah membuat beberapa kemajuan selama berhari-hari.

    Peta sumber terbuka yang dirilis pada hari Jumat (7/3/2025) menunjukkan pasukan Ukraina di Kursk hampir terkepung setelah kemajuan mendadak Rusia.

    Drone Ukraina Hantam Depot Minyak Rusia

    Drone Ukraina menargetkan infrastruktur minyak di Rusia selatan dan tengah pada malam hari hingga Minggu dini hari.

    Gubernur setempat mengatakan sebuah drone menghantam depot minyak di Cheboksary, sebuah kota Rusia di Sungai Volga sekitar 1.000 km dari perbatasan. 

    Rekaman daring menunjukkan apa yang tampak seperti kebakaran di atau dekat salah satu kilang minyak terbesar Rusia, di kota selatan Ryazan.

    Shot, saluran berita di Telegram, mengatakan penduduk mendengar ledakan di dekat kilang tersebut.

    Gubernur setempat, Pavel Malkov, mengonfirmasi serangan drone Ukraina di daerah tersebut.

    Prancis akan Pakai Laba Aset Rusia untuk Mempersenjatai Ukraina

    Prancis mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka akan menggunakan laba dari aset Rusia yang dibekukan untuk membiayai tambahan €195 juta ($212 juta) dalam bentuk senjata untuk Ukraina.

    Pengiriman senjata tersebut merupakan pengiriman bantuan militer terbaru yang didanai melalui aset Rusia.

    Menteri luar negeri Prancis, Sébastien Lecornu, mengatakan Paris akan mengirim lebih banyak peluru artileri 155 mm dan bom luncur untuk jet tempur Mirage 2000 yang diberikannya kepada Ukraina, seperti diberitakan surat kabar La Tribune Dimanche.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Demi Takut-takuti Hamas, Israel Putus Aliran Listrik di Gaza, Tuntut Pembebasan Sandera – Halaman all

    Demi Takut-takuti Hamas, Israel Putus Aliran Listrik di Gaza, Tuntut Pembebasan Sandera – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Setelah melakukan pemblokiran bantuan kemanusiaan, kini Israel memutus aliran listrik ke Gaza.

    Menteri Energi Israel, Eli Cohen, menandatangani perintah resmi yang memerintahkan perusahaan listrik Israel Electric Corporation (IEC) untuk menghentikan pasokan listrik yang tersisa ke daerah kantong tersebut.

    Dikutip dari Quds News Network, perintah tersebut tidak menyebutkan kapan aliran listrik akan dipadamkan.

    Laporan menunjukkan, tindakan tersebut bersifat segera dan tidak terbatas.

    Israel mengklaim pemadaman listrik tersebut merupakan taktik tekanan terhadap gerakan perlawanan Hamas.

    Hal ini bertepatan dengan terus terhambatnya negosiasi pertukaran tahanan oleh Israel.

    Israel menolak untuk memasuki fase kedua dari perjanjian gencatan senjata yang telah ditandatanganinya.

    Mesir, Qatar, dan AS menjadi penengah perjanjian tersebut.

    “Saya baru saja menandatangani perintah untuk segera menghentikan pasokan listrik ke Jalur Gaza,” kata Eli Cohen, dikutip dari CNN.

    Sementara itu, Juru Bicara Hamas, Hazem Qassem, menyatakan tindakan tersebut tidak akan banyak memberikan dampak praktis mengingat adanya pembatasan sebelumnya. 

    Namun, ia mengkritiknya sebagai “perilaku yang menegaskan niat pendudukan untuk melanjutkan perang genosida terhadap Gaza, melalui penggunaan kebijakan kelaparan, yang jelas-jelas mengabaikan semua hukum dan norma internasional.”

    Politikus sayap kanan Israel, Itamar Ben Gvir, menyambut baik langkah terbaru kementerian energi, dan mendesak pemerintah untuk bertindak lebih jauh lagi.

    “Jalur Gaza harus segera ditutup total selama masih ada satu sandera Israel yang ditahan di sana,” kata Ben Gvir.

    “Israel harus mengebom depot bahan bakar besar yang memasuki Jalur Gaza sebagai bagian dari kesepakatan yang tidak menguntungkan itu, serta generator yang dioperasikan oleh Hamas,” lanjutnya.

    Berita itu muncul bahkan saat pembicaraan mengenai gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan yang rapuh antara Israel dan Hamas sedang berlangsung.

    Kesepakatan Gencatan Senjata

    Utusan Amerika Serikat (AS) untuk sandera, Adam Boehler, mengatakan pertemuan dengan Hamas di Ibu Kota Qatar, Doha “sangat membantu”.

    Ia meyakini kesepakatan pembebasan sandera bisa tercapai dalam beberapa minggu lagi.

    Boehler mengatakan dia memahami “kekhawatiran” Israel, AS telah mengadakan pembicaraan dengan kelompok itu, tetapi mengatakan dia telah berusaha untuk memulai kembali negosiasi yang “rapuh” tersebut.

    “Pada akhirnya, saya rasa itu adalah pertemuan yang sangat membantu,” katanya, dikutip dari Al Arabiya.

    “Saya rasa sesuatu dapat terwujud dalam beberapa minggu. Saya rasa ada kesepakatan di mana mereka dapat membebaskan semua tahanan, bukan hanya orang Amerika,” lanjutnya.

    Boehler mengisyaratkan adanya kemungkinan perundingan lebih lanjut dengan para militan.

    “Anda tidak pernah tahu. Anda tahu terkadang Anda berada di area tersebut dan Anda mampir,” ungkapnya.

    Di sisi lain, delegasi Hamas juga telah tiba di Kairo, Mesir, hari Jumat, untuk membahas kesepakatan gencatan senjata dan mendorong kemungkinan fase kedua perjanjian tersebut.

    Sementara, Israel mengatakan pada hari Sabtu, mereka telah “menerima undangan” dari mediator yang didukung AS untuk mengirim delegasi Israel ke Doha pada hari Senin.

    Sebuah sumber Israel mengatakan kepada CNN, Israel “memberikan kesempatan pada negosiasi” sebelum kembali bertempur di Gaza.

    Sebanyak 59 sandera diperkirakan masih berada di Gaza, lebih dari separuhnya diperkirakan telah tewas, menurut Kantor Perdana Menteri Israel.

    Lima dari 59 sandera adalah warga negara Amerika Israel, hanya satu di antaranya – Edan Alexander – yang masih hidup.

    Pada hari Minggu, pejabat senior Hamas, Taher Al Nunu, mengatakan pihaknya tidak menentang pembebasan Alexander sebagai bagian dari negosiasi untuk mengakhiri perang.

    Hamas telah menyampaikan pesan itu kepada pejabat AS selama pembicaraan baru-baru ini yang difokuskan pada penerapan perjanjian sementara yang bertujuan mengakhiri perang, kata Al Nunu.

    (*)

  • Bukannya Fokus Bebaskan Sandera Israel, AS-Hamas Malah Bahas Pembebasan Sandera Amerika – Halaman all

    Bukannya Fokus Bebaskan Sandera Israel, AS-Hamas Malah Bahas Pembebasan Sandera Amerika – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pertemuan pemimpin Hamas dengan utusan AS, Adam Boehler, dalam beberapa hari terakhir, ternyata bukan membahas soal sandera Israel.

    Dalam pertemuan yang dilakukan di Ibu Kota Qatar, Doha selama seminggu terakhir, AS dan Hamas membahas perihal pembebasan sandera asal Amerika Serikat.

    “Beberapa pertemuan telah berlangsung di Doha, dengan fokus pada pembebasan salah satu tahanan berkewarganegaraan ganda. Kami telah menanganinya secara positif dan fleksibel, dengan cara yang melayani kepentingan rakyat Palestina,” kata penasihat politik pemimpin kelompok Palestina, Taher Al-Nono, dikutip dari Reuters.

    Al-Nono mengatakan, baik Hamas dan AS, telah membahas bagaimana mewujudkan implementasi perjanjian bertahap yang bertujuan untuk mengakhiri perang di Gaza.

    “Kami memberi tahu delegasi Amerika bahwa kami tidak menentang pembebasan tahanan dalam kerangka pembicaraan ini,” ungkap Al-Nono.

    Utusan khusus Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, mengatakan membebaskan Edan Alexander, pria berusia 21 tahun asal New Jersey merupakan prioritasnya.

    Alexander bertugas sebagai tentara di militer Israel.

    Boehler mengatakan tujuannya adalah agar pembebasannya, beserta jenazah empat sandera Amerika-Israel yang telah meninggal, akan menghasilkan pembebasan lebih banyak tawanan.

    Diskusi antara Boehler dan Hamas telah melanggar kebijakan Washington selama puluhan tahun yang melarang negosiasi dengan kelompok yang dicap AS sebagai organisasi teroris.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, yang mulai berlaku pada 19 Januari, Hamas sejauh ini telah menukar 33 sandera Israel dengan sekitar 2.000 tahanan dan tahanan Palestina dan juga telah membebaskan lima sandera Thailand.

    Pada hari Minggu, Menteri Energi Israel, Eli Cohen, mengatakan dia telah menginstruksikan Israel Electric Corporation untuk tidak menjual listrik ke Gaza.

    Hal itu ia lakukan sebagai sarana tekanan terhadap Hamas agar membebaskan sandera.

    Tindakan tersebut tidak akan berdampak langsung, karena Israel telah memutus pasokan ke Gaza pada awal perang.

    Namun, hal itu akan memengaruhi pabrik pengolahan air limbah yang saat ini dialiri listrik, menurut perusahaan listrik Israel.

    Kesepakatan Bakal Terjadi Beberapa Minggu Lagi

    Adam Boehler mengatakan pada hari Minggu, pertemuan dengan Hamas “sangat membantu”.

    Ia meyakini kesepakatan pembebasan sandera bisa tercapai dalam beberapa minggu lagi.

    Boehler mengatakan dia memahami “kekhawatiran” Israel, AS telah mengadakan pembicaraan dengan kelompok itu, tetapi mengatakan dia telah berusaha untuk memulai kembali negosiasi yang “rapuh” tersebut.

    “Pada akhirnya, saya rasa itu adalah pertemuan yang sangat membantu,” katanya, dikutip dari Al Arabiya.

    “Saya rasa sesuatu dapat terwujud dalam beberapa minggu. Saya rasa ada kesepakatan di mana mereka dapat membebaskan semua tahanan, bukan hanya orang Amerika,” lanjutnya.

    Boehler mengisyaratkan adanya kemungkinan perundingan lebih lanjut dengan para militan.

    “Anda tidak pernah tahu. Anda tahu terkadang Anda berada di area tersebut dan Anda mampir,” ungkapnya.

    (*)

  • Trump: Zelensky Dapat Uang dari Biden Semudah Mengambil Permen dari Bayi – Halaman all

    Trump: Zelensky Dapat Uang dari Biden Semudah Mengambil Permen dari Bayi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyamakan kemampuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam mengamankan ratusan miliar dolar dari pemerintahan sebelumnya dengan mengambil permen dari bayi.

    Ia telah berulang kali mengkritik pendahulunya, mantan Presiden Joe Biden, atas kemurahan hatinya yang tak terkendali terhadap Ukraina, dengan menekankan AS tidak memperoleh imbalan apa pun.

    “Dia mengambil uang dari negara ini, di bawah Biden, seperti permen dari bayi. Itu sangat mudah,” kata Trump dalam wawancara dengan Fox News yang ditayangkan pada Minggu (9/3/2025).

    Trump mengklaim Presiden Ukraina tersebut gagal menunjukkan rasa terima kasih yang sepantasnya kepada AS.

    “Saya rasa dia tidak bersyukur. Kami memberinya 350 miliar dan dia berbicara tentang fakta bahwa mereka telah berjuang dan mereka memiliki keberanian ini,” imbuh Trump.

    Trump sekali lagi menegaskan bahwa seandainya ia menjadi presiden AS pada tahun 2022, konflik Ukraina tidak akan meningkat menjadi perang terbuka.

    Trump: Rusia Lebih Mudah Diajak Berkomunikasi daripada Ukraina

    Sebelumnya, Trump mengatakan AS dapat meninggalkan Ukraina jika Zelensky tidak ingin berdamai dengan Rusia.

    “Jika (Ukraina) tidak ingin berdamai, kami akan keluar dari sana,” kata Trump kepada wartawan pada Jumat (7/3/2025).

    Trump kembali membahas pembicaraannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada pertengahan Februari 2025 yang mengatakan Rusia menginginkan perdamaian.

    “Apakah Anda masih percaya ketika dia (Putin) mengatakan bahwa dia menginginkan perdamaian?” tanyanya.

    “Saya percaya padanya. Saya pikir hubungan kami dengan Rusia berjalan sangat baik,” jawabnya.

    Ia mengatakan Rusia lebih mudah diajak berkomunikasi dibandingkan Ukraina.

    “Sejujurnya, saya merasa lebih sulit untuk berurusan dengan Ukraina. Dan mereka tidak punya kartunya,” imbuh Trump.

    “Dalam hal mendapatkan penyelesaian akhir, mungkin lebih mudah berurusan dengan Rusia, yang mengejutkan karena mereka punya semua kartunya,” lanjutnya.

    Bantuan AS lebih lanjut akan bergantung pada Ukraina yang menunjukkan komitmennya untuk mencapai perdamaian dengan Rusia.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • 78.000 Pasukan Zionis Cacat dan Luka usai Perang Gaza, Militer Israel Potensi Kurang Prajurit Parah  – Halaman all

    78.000 Pasukan Zionis Cacat dan Luka usai Perang Gaza, Militer Israel Potensi Kurang Prajurit Parah  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Pertahanan Israel telah mengungkapkan, jumlah pasukan militer Israel yang terluka dan cacat di militernya telah melonjak menjadi 78.000.

    Hal ini mengungkap sebuah gambaran nyata dari besarnya korban (dari pihak pasukan Israel) yang ditimbulkan oleh perang dan genosida Israel di Gaza.

    Pengungkapan ini terjadi selama pertemuan komite khusus mengenai pekerja asing, yang diketuai oleh anggota Knesset Israel Eti Hava Attia, Minggu (10/3/2025).

    Dalam pembicaraan itu, termasuk mengkaji kebutuhan para prajurit yang terluka dan para veteran cacat yang membutuhkan perawatan.

    Menurut kementerian Israel, lebih dari 50 persen korban luka adalah prajurit cadangan yang berusia di bawah 30 tahun. 

    Selain itu, 62 persen dari korban ini menderita cedera psikologis, dilansir Palestine Chronicle.

    Sementara, 10 persen lainnya dalam kondisi fisik sedang hingga parah. 

    Saat ini, 194 prajurit masih dirawat di rumah sakit, sebagian besar menerima perawatan di Sheba Medical Center, Tel Hashomer, dan Rumah Sakit Ichilov.

    Media Israel telah menyampaikan kekhawatiran yang berkembang di Israel atas kekurangan tenaga kerja yang parah dalam militer. 

    Perkiraan menunjukkan tentara Israel akan menghadapi defisit sumber daya manusia (SDM) yang berkepanjangan, dilaporkan Al-Mayadeen.

    Dalam laporan itu juga disebutkan, kekurangan tenaga kerja di militer mengingatkan pada tantangan selama periode ‘zona keamanan’ di Lebanon selatan dan Intifada Kedua.

    Sebuah laporan mendalam yang diterbitkan oleh surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, mengungkap krisis mendalam yang melanda tentara Israel karena meningkatnya beban pada pasukannya di tengah berbagai front.

    Serta, potensi persiapan untuk melancarkan agresi militer baru di Jalur Gaza.

    Laporan oleh analis militer surat kabar tersebut, Yoav Zitun, menyoroti kesulitan yang dihadapi oleh tentara, termasuk kekurangan tenaga kerja, tekanan operasional dan psikologis.

    Serta tantangan logistik yang mengancam kemampuannya untuk menjaga stabilitas di berbagai lini.

    Laporan tersebut juga membahas dampak tekanan-tekanan terhadap kemungkinan dilancarkannya perang baru di Gaza.

    Di mana hal itu juga berpotensi menjadi beban tambahan bagi prajurit Israel dan keluarga mereka.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Termasuk Partai Zionis, Menkeu Israel Bahas Perpindahan Warga Gaza: Sejarah Akhiri Konflik – Halaman all

    Termasuk Partai Zionis, Menkeu Israel Bahas Perpindahan Warga Gaza: Sejarah Akhiri Konflik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kaukus Knesset Tanah Israel yang dipimpin oleh MK Yuli Edelstein (Likud), Simcha Rothman (Partai Zionis Religius) dan Limor Son-Harmelech (Otzma Yehudit) menyelenggarakan konferensi pada Minggu (9/3/2025).

    Konferensi itu berjudul “Timur Tengah Baru: Rencana Emigrasi Sukarela dari Gaza”, seperti diberitakan JPost.

    Selain para pemimpin kaukus, pembicara pada konferensi tersebut termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Misi Nasional Orit Struk.

    Kemudian Ketua Knesset MK Amir Ohana, sejumlah MK tambahan dari koalisi, dan serangkaian perwakilan organisasi masyarakat sipil.

    Termasuk dari organisasi pemukiman Nachala, Forum Kohelet, Bithonistim, dan lainnya.

    Pembicara lainnya adalah sarjana budaya Arab dari Bar-Ilan, Prof. Motti Kedar.

    Smotrich berjanji dalam sambutannya, masalah penganggaran tidak akan menghalangi pembentukan “Direktorat Emigrasi” baru di Kementerian Pertahanan.

    Ia menuduh semua warga Gaza menyimpan “kebencian mendasar” terhadap Israel.

    Ia juga menggambarkan langkah emigrasi alias perpindahan warga Gaza selanjutnya.

    Menurutnya, emigrasi warga Gaza sebagai langkah bersejarah yang pada akhirnya dapat mengakhiri konflik Israel-Palestina.

    Barat Dukung Arab

    Menteri luar negeri Prancis, Jerman, Italia, dan Inggris mengatakan pada Sabtu (8/3/2025), mereka mendukung rencana para negara Arab untuk rekonstruksi Gaza yang akan menelan biaya US$53 miliar (S$70 miliar).

    Kemudian menghindari pengusiran warga Palestina dari daerah kantong itu.

    “Rencana tersebut menunjukkan jalur realistis menuju rekonstruksi Gaza dan menjanjikan — jika dilaksanakan — perbaikan cepat dan berkelanjutan terhadap kondisi kehidupan yang menyedihkan bagi warga Palestina yang tinggal di Gaza,” kata para menteri dalam pernyataan bersama, dikutip dari AsiaOne.

    Rencana tersebut, yang disusun oleh Mesir dan diadopsi oleh para pemimpin Arab pada hari Selasa, telah ditolak oleh Israel dan oleh Presiden AS Donald Trump, yang telah menyampaikan visinya sendiri untuk mengubah Jalur Gaza menjadi “Riviera Timur Tengah”.

    Usulan Mesir membayangkan pembentukan sebuah komite administratif yang terdiri dari teknokrat Palestina yang independen dan profesional yang diberi tugas untuk memerintah Gaza setelah berakhirnya perang di Gaza antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.

    Komite tersebut akan bertanggung jawab atas pengawasan bantuan kemanusiaan dan pengelolaan urusan Jalur Gaza untuk periode sementara di bawah pengawasan Otoritas Palestina.

    Pernyataan yang dikeluarkan oleh keempat negara Eropa pada hari Sabtu, mengatakan mereka “berkomitmen untuk bekerja dengan inisiatif Arab,” dan mereka menghargai “sinyal penting” yang telah dikirim oleh negara-negara Arab dengan mengembangkannya.

    Pernyataan tersebut menyatakan Hamas “tidak boleh memerintah Gaza dan tidak boleh menjadi ancaman bagi Israel lagi” dan keempat negara “mendukung peran utama Otoritas Palestina dan pelaksanaan agenda reformasinya.”

    Gencatan Senjata

    Hamas dilaporkan telah menyetujui usulan perpanjangan gencatan senjata tahap pertama selama dua bulan dengan Israel, serta pembebasan sandera Israel.

    Laporan tersebut disampaikan oleh media Arab Saudi, Al Hadath, pada Sabtu malam, 8 Maret 2025, yang menyebutkan bahwa menunjukkan fleksibilitas dalam perundingan yang berlangsung di Kairo, Mesir.

    Sumber Al Hadath mengungkapkan, perkembangan pembicaraan ini mendorong Israel untuk mengirimkan delegasinya ke Kairo pada hari Senin.

    Namun, hingga saat ini belum ada konfirmasi resmi dari pihak Hamas mengenai laporan tersebut.

    Media Saudi lainnya, Al Arabiya, juga melaporkan Hamas dan Israel telah menyepakati gencatan sementara selama bulan Ramadhan, meskipun kedua belah pihak membantah informasi tersebut.

    Pada hari yang sama, Israel mengumumkan pengiriman delegasi ke Doha, Qatar, pada Senin untuk membahas pembebasan sandera di Gaza.

    Menurut Yedioth Ahronoth, pengiriman delegasi ini dilakukan setelah adanya undangan dari Mesir dan Qatar sebagai mediator.

    Delegasi Israel terdiri dari pejabat senior Dinas Keamanan Israel (Shin Bet), penasihat politik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, serta perwakilan dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Mossad.

    Sebelumnya, Amerika Serikat (AS)  menawarkan perpanjangan gencatan senjata selama dua bulan dan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza, dengan syarat Hamas membebaskan beberapa sandera Israel yang masih hidup.

    Di antara sandera tersebut adalah Edan Alexander, yang memiliki kewarganegaraan ganda AS dan Israel.

    Tawaran ini disampaikan dalam pertemuan antara utusan Presiden AS, Adam Boehler, dan pejabat senior Hamas, termasuk Khalil Al Hayya.

    Hamas sebelumnya menolak usulan perpanjangan gencatan senjata tahap pertama dari Israel. Hamas mengatakan usulan tersebut tidak dapat diterima.

    Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, menyatakan Israel harus bertanggung jawab karena tidak memulai negosiasi untuk tahap kedua gencatan senjata.

    Hamas lebih memilih untuk merundingkan tahap kedua gencatan senjata.

    Jika tahap kedua dapat terwujud, semua sandera akan dipulangkan dan pasukan Israel akan ditarik sepenuhnya dari Gaza.

    (Tribunnews.com/Chrysnha, Febri)