Category: Tribunnews.com Internasional

  • Trump Kirim Surat Ancaman Aksi Militer ke Iran, Khamenei Sebut AS Perundung – Halaman all

    Trump Kirim Surat Ancaman Aksi Militer ke Iran, Khamenei Sebut AS Perundung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, merespons surat yang dikirim oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

    Surat itu berisi ancaman akan menggunakan kekuatan militer jika Iran menolak melakukan perundingan tentang program nuklirnya.

    Khamenei menganggap surat tersebut sebagai bentuk perundungan atau penindasan.

    Dalam pertemuan dengan pejabat Iran, Khamenei mengatakan, “Beberapa negara suka menindas—saya tidak tahu istilah yang lebih tepat selain perundungan—mereka terus memaksa untuk bernegosiasi.”

    Trump mengungkapkan, ia mengirim surat kepada Khamenei untuk meminta perundingan baru mengenai kesepakatan nuklir.

    Trump memperingatkan, jika Iran menolak, maka opsi militer bisa menjadi pilihan.

    Namun, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi mengatakan, Iran belum menerima surat tersebut hingga Sabtu (8/3/2025), meskipun mereka sudah mendengar tentang hal itu, AFP melaporkan.

    “Kami belum menerima apa pun,” ujarnya dalam wawancara dengan televisi pemerintah.

    Khamenei menuduh negara-negara yang menindas sengaja menetapkan persyaratan baru yang sulit dipenuhi oleh Iran.

    “Mereka menetapkan harapan baru yang pasti tidak akan bisa dipenuhi oleh Iran,” ujarnya, meskipun tidak langsung menyebut AS.

    Araghchi menambahkan Iran tidak akan bernegosiasi di bawah “tekanan maksimum”, yang mengacu pada kebijakan Trump yang memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran setelah menarik diri dari perjanjian nuklir pada 2018.

    Beberapa bulan terakhir, Iran telah terlibat dalam pembicaraan dengan tiga negara Eropa—Inggris, Prancis, dan Jerman—untuk menyelesaikan masalah nuklirnya.

    Namun, pada Sabtu (9/3/2025), Khamenei mengkritik ketiga negara ini dan mempertanyakan apakah mereka sudah memenuhi komitmen mereka dalam perjanjian nuklir (JCPOA).

    Khamenei menegaskan bahwa Iran mematuhi perjanjian tersebut selama setahun setelah Trump keluar, namun akhirnya Iran terpaksa mengurangi komitmennya setelah AS memberlakukan sanksi.

    Dalam beberapa bulan terakhir, Iran meningkatkan pengayaan uraniumnya melebihi batas yang disepakati dalam JCPOA.

    AS kini memperkirakan bahwa Iran bisa memproduksi senjata nuklir dalam waktu singkat, meskipun Iran membantah hal itu.

    Khamenei juga menegaskan bahwa Iran menentang pengembangan senjata nuklir, berdasarkan fatwa yang ia keluarkan yang melarang senjata nuklir.

    “Tidak ada cara lain untuk melawan paksaan dan intimidasi,” ujar Khamenei, mengacu pada undang-undang Iran yang mengizinkan peningkatan pengayaan uranium.

    Sementara itu, Teheran telah memperkuat kemampuan pertahanan dan rudalnya, yang dianggap Barat sebagai ancaman bagi stabilitas Timur Tengah.

    Khamenei mengatakan bahwa Iran tidak akan menerima tuntutan baru dari AS, terutama yang berkaitan dengan kemampuan pertahanan, jangkauan rudal, dan pengaruh internasional Iran.

    Trump dalam wawancara dengan Fox Business mengatakan ada dua cara untuk menangani Iran: “secara militer atau membuat kesepakatan.”

    Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Brian Hughes, menegaskan AS tetap terbuka untuk negosiasi, namun berharap “rezim Iran mengutamakan kepentingan rakyatnya.”

    Dilaporkan oleh CNN, Khamenei menegaskan bahwa Iran tidak akan dipaksa menerima tuntutan baru yang tidak sesuai dengan kepentingannya.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Latihan Militer Besar-besaran, Kapal Perang Rusia dan China Memasuki Perairan Iran – Halaman all

    Latihan Militer Besar-besaran, Kapal Perang Rusia dan China Memasuki Perairan Iran – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Armada kapal militer Rusia dan China telah tiba di perairan teritorial Iran di bagian utara Samudra Hindia, Senin (10/3/2025), PressTV melaporkan.

    Kapal-kapal itu akan berpartisipasi dalam latihan angkatan laut gabungan berskala besar.

    Diberi nama Security Belt-2025 atau Sabuk Keamanan-2025, latihan ini akan menampilkan berbagai divisi dari tiga kekuatan besar.

    Korvet Rusia Rezkiy dan Geroy Rossiyskoy Federatsii Aldar Tsydenzhapov serta kapal tanker minyak Armada Pasifik Pechenga, bersama kapal perusak Baotou dan kapal pengisian ulang Gaoyouhu China, telah berlabuh di Pelabuhan Chabahar di tenggara Iran.

    Kapal-kapal itu disambut oleh komandan dan pejabat Angkatan Laut Republik Islam Iran dan Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) pada saat kedatangan.

    Perwakilan dari beberapa negara lain, seperti Azerbaijan, Irak, Kazakhstan, Oman, Pakistan, Qatar, Afrika Selatan, Sri Lanka, dan Uni Emirat Arab, juga mendarat di satu-satunya kota pelabuhan laut Iran itu.

    Negara-negara itu akan mengambil bagian dalam latihan militer sebagai pengamat.

    Panggung utama latihan militer angkatan laut Sabuk Keamanan-2025 akan dimulai pada Selasa (11/3/2025).

    Fregat Jamaran dan Alvand, korvet Bayandor, kapal serang cepat Neyzeh, selain kapal-kapal tambahan Ganaveh, Nayband, dan Bahregan milik Angkatan Laut Iran akan ikut serta dalam latihan tersebut.

    Korvet rudal Shahid Sayyad Shirazi milik Angkatan Laut IRGC, kapal serang cepat Shahid Rouhi, dan kapal pasokan lepas pantai Shahid Mahmoudi juga akan hadir.

    Sabuk Keamanan-2025 akan menjadi latihan angkatan laut gabungan China-Iran-Rusia kelima sejak 2019.

    Latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan militer dan memperkuat kerja sama praktis.

    Selama latihan, akan ada simulasi serangan terhadap target maritim, operasi kunjungan-pencarian-penyitaan kapal, dan latihan pencarian dan penyelamatan, ungkap Kementerian Pertahanan China dalam sebuah pernyataan.

    Angkatan laut Iran dan mitra-mitra dari China dan Rusia telah mengadakan beberapa latihan militer dalam beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan keamanan dan stabilitas perdagangan maritim internasional.

    Ketiganya juga terlibat dalam upaya bersama yang bertujuan untuk melawan pembajakan dan terorisme maritim, bertukar informasi dalam operasi penyelamatan dan bantuan angkatan laut serta berbagi pengalaman operasional dan taktis.

    Para ahli telah lama menganggap latihan tersebut sebagai cerminan dari kemitraan yang semakin kuat di antara ketiga kekuatan tersebut.

    Ketiga negara dianggap tengah berusaha untuk mengimbangi dominasi AS dan menantang tatanan global yang dipimpin Barat.

    Tanggapan AS

    Mengutip CNN, saat ditanya mengenai latihan militer gabungan tersebut, Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa dirinya tidak merasa khawatir.

    “Kami lebih kuat dari mereka semua. Kekuatan kami jauh lebih besar dibanding mereka,” ujar Trump kepada Fox News saat berada di Air Force One, Minggu (9/3/2025).

    Sementara itu, kekhawatiran di Washington semakin meningkat seiring terbentuknya kemitraan strategis antara China, Rusia, Iran, dan Korea Utara.

    Para anggota parlemen AS menyebut aliansi ini sebagai “poros otoriterisme,” “poros otokrat,” dan “poros diktator.”

    Mereka khawatir bahwa permusuhan bersama terhadap AS akan semakin mendorong keempat negara ini untuk bekerja sama, memperbesar ancaman terhadap Washington dan sekutunya.

    Tak hanya di satu kawasan, ancaman tersebut bisa meluas ke berbagai bagian dunia secara bersamaan.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Tahanan Palestina: Wajah Kami Disiram Air Pipis Tentara Israel, Dikubur Hidup-hidup – Halaman all

    Tahanan Palestina: Wajah Kami Disiram Air Pipis Tentara Israel, Dikubur Hidup-hidup – Halaman all

    Tahanan Palestina: Wajah Kami Disiram Air Pipis Tentara Israel, Dikubur Hidup-hidup

    TRIBUNNEWS.COM – Beberapa tahanan politik Palestina yang baru-baru ini dibebaskan dalam pertukaran tahanan terbaru telah berbagi pengalaman mengerikan tentang penyiksaan yang mereka alami di penjara Israel.

    Menurut penuturan mereka, penyiksaan yang terjadi disertai pelecehan fisik dan psikologis yang ekstrem, menurut sebuah laporan yang dibagikan oleh Middle East Eye (MEE), dikutip dari RNTV, Senin (10/3/2025).

    Salah satu metode yang paling mengganggu termasuk tentara Israel yang buang air kecil pada tahanan politik.

    “Mereka akan buang air kecil dalam wadah dan kemudian menuangkannya ke wajah dan tubuh kita,” kenang Mahmoud Abukhater, seorang tahanan yang dibebaskan.

    “Itu adalah salah satu bentuk penghinaan terburuk yang kami alami,” katanya.

    Dia juga menggambarkan perlakuan kejam yang dihadapi tahanan sebelum dipindahkan ke penjara.

    “Tangan dan kaki kami dibelenggu, dan mereka memukul kami dengan botol air beku dan botol berisi zaitun.”

    PENUH SIKSAAN – Tahanan Palestina dilucuti bajunya dan ditutup matanya di Gaza pada 8 Desember 2023 saat dibawa ke Penjara Israel. Di dalam penjara, mereka menerima berbagai perlakuan tidak manusiawi. (RNTV/TangkapLayar)

    Ditelanjangi Saat Musim Dingin

    Tahanan politik lainnya, Ibrahim Abdulrazzaq al-Majdalawi, 63, yang juga ditahan di kamp penahanan militer Sde Teiman yang terkenal, menggambarkan dilucuti dari pakaiannya meskipun cuaca musim dingin yang pahit.

    “Mereka menanggalkan kami dari semua pakaian kami, bahkan pakaian dalam kami, dan hanya memberi kami pakaian tipis. Para prajurit akan menegur dan memukuli kami setiap kali kami melakukan sesuatu atau mengucapkan sepatah kata pun,” katanya.

    “Beberapa hukuman diterima hanya karena berbicara atau bergerak tanpa izin termasuk berdiri dengan satu kaki selama berjam-jam.”

    Abukhater berbagi rincian lebih lanjut tentang penahanannya.

    “Mereka memaksa kami untuk duduk dari fajar sampai tengah malam tanpa bergerak, dan kami hanya diizinkan pergi ke toilet dengan izin dan dengan tangan kami dibelenggu. Kadang-kadang petugas mengizinkannya, di lain waktu dia tidak, dan banyak tahanan akhirnya buang air kecil pada diri mereka sendiri,” katanya.

    “Mereka juga membuat kami mandi air dingin setiap hari, tidak peduli seberapa keras musim dingin. Jika mereka tahu seseorang tidak mandi, mereka akan menghukum dan menyiksa mereka segera.”

    Salah satu metode paling kejam yang digunakan militer Israel di kamp adalah dengan berpura-pura menenggelamkan atau mencekik tahanan.

    Abukhater menjelaskan: “Mereka akan menempatkan kami dalam kain kafan, menghubungkan kami ke kamera dan selang, dan mengubur kami. Hanya ketika kami merasa kami akan mati, mereka akan membiarkan udara kecil untuk membuat kami tetap hidup.”

    TAHANAN PALESTINA DIBEBASKAN – Foto ini diambil pada Jumat (31/1/2025) dari publikasi resmi media negara Palestina, WAFA, pada Kamis (30/1/2025), menunjukkan Zakaria al-Zubaidi, satu dari 110 tahanan Palestina yang dibebaskan oleh Israel, merayakan pembebasannya bersama kerumunan warga Palestina dalam pertukaran tahanan ketiga antara Israel-Hamas di Jalur Gaza pada Kamis. (WAFA/Hamza Shalash)

    Keponakan Ismail Haniyeh Disiksa hingga Meninggal

    Tahanan politik lainnya menceritakan menyaksikan kematian Musaab Haniyeh yang lambat, keponakan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, yang disiksa sampai kematiannya di Penjara Ofer.

     “Luka-lukanya begitu parah sehingga cacing muncul, dan dia menjadi incontinent (tak bisa mengendalikan buang air kecil),” kata Abukhater.

    “Mereka tidak memberikan perawatan medis. Dia tiba dalam kesehatan yang baik, tetapi setelah berbulan-bulan disiksa, dia telah layu (kurus) setengah dari berat aslinya.”

    Selain pelecehan fisik yang tidak manusiawi, para tahanan menghadapi pengabaian medis yang parah.

    Ibrahim al-Majdalawi, 63, berbicara tentang omelan dan pemukulan terus-menerus yang diterimanya, meskipun usianya sudah senja. 

    Dia menerjemahkan untuk sesama tahanan, atas perintah tentara Israel, dan menyaksikan kondisi kritis tahanan diabetes diabaikan oleh petugas.

    “Terlepas dari kondisinya, mereka mengabaikannya untuk waktu yang lama,” kenang al-Majdalawi.

    “Ketika mereka akhirnya membawanya ke perawatan medis, mereka terus menganiaya dia.”

    Seorang mantan tahanan berusia 62 tahun, yang ditahan selama berbulan-bulan di Penjara Sde Teiman, menggambarkan pengalaman serupa. 

    Dia menderita berbagai kondisi medis, termasuk diabetes dan masalah prostat, dan menjadi sasaran pelecehan fisik dan pengabaian.

    “Ketika saya pingsan, mereka akan menghidupkan saya dengan air dingin dan kemudian melanjutkan pelecehan. Saya tidak bisa lepas dari rasa sakit,” katanya.

    Trauma emosional tetap lama setelah dibebaskan, ketika kerabat tahanan politik yang dibebaskan bersama.

    Salah satu anggota keluarga dari tahanan yang dibebaskan menjelaskan, “Sejak pembebasannya, dia telah berjuang dengan bekas luka psikologis yang mendalam. Dia bereaksi keras terhadap pemicu kecil dan takut akan segalanya.

    Terlepas dari kekejaman yang dihadapi oleh orang-orang ini, mereka menyatakan keteguhan berbalut dengan kemarahan. 

    Abukhater ingat kalau selama pembebasan mereka, pasukan Israel memaksa mereka untuk mengenakan baju yang dihiasi dengan Bintang Daud dan kata-kata, “Kami tidak akan pernah lupa, dan kami tidak akan pernah memaafkan.” 

    Dia berkata, “Kami membakarnya (seragam yang diberikan Israel) saat kami bebas.”

    Kesaksian-kesaksian ini menjelaskan kengerian tahanan Palestina di bawah tahanan Israel dan menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk akuntabilitas.

    Organisasi hak asasi manusia dan badan-badan internasional terus menyerukan penyelidikan atas tuduhan penyiksaan dan pelecehan, menuntut keadilan bagi para korban dari praktik-praktik yang tidak manusiawi ini.

     

    (oln/mee/rntv/*)

  • Diancam AS Soal Nuklir, Komandan AD Iran: Jari Kami di Pelatuk, Siap Hantam Agresor, Apa Kata Rusia? – Halaman all

    Diancam AS Soal Nuklir, Komandan AD Iran: Jari Kami di Pelatuk, Siap Hantam Agresor, Apa Kata Rusia? – Halaman all

    Tak Terima Iran Diancam AS Soal Nuklir, Komandan AD Iran: Jari Kami di Pelatuk, Siap Hantam Agresor, Apa Kata Rusia?

    TRIBUNNEWS.COM – Komandan Angkatan Darat Militer Iran, Brigadir Jenderal Kiumars Heidari mengatakan pasukannya sepenuhnya siap untuk memberikan respons tegas terhadap setiap kemungkinan tindakan agresi terhadap negara tersebut. 

    Berbicara kepada wartawan pada Senin (10/3/2025), Heidari mengatakan Angkatan Bersenjata Iran ‘tanpa henti’ mengikuti arahan Pemimpin Revolusi Iran,  Ayatollah Seyyed Ali Khamenei.

    “Jari Angkatan Bersenjata Iran sudah di pelatuk dan mereka dalam keadaan siap sepenuhnya,” tambahnya.

    Ia mencatat kalau Angkatan Bersenjata Iran telah melakukan semua persiapan yang diperlukan dan memiliki semua sumber daya untuk melawan ancaman apa pun dan akan mengalahkan apa yang dia indentifikasikan sebagai ‘para agresor.’

    LEPAS LANDAS – Tangkap layar dari Al Arabiya, Rabu (5/3/2025) menunjukkan jet tempur Amerika Serikat (AS) lepas landas dari kapal induk mereka. AS mengerahkan kembali kapal Induk USS Harry S Truman ke perairan Timur Tengah, khususnya Laut Merah, sehari setelah menerapkan gerakan Houthi sebagai organisasi teroris, Selasa (4/3/2025). (tangkap layar/al arabiya)

    AS Siap Main Cara Halus atau Kasar ke Iran

    Pernyataan komandan AD Iran ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meningkatkan tekanan terhadap Iran dalam seminggu terakhir soal nuklir.

    Trump mengklaim kalau Teheran ‘dapat ditangani’ baik melalui cara militer atau dengan mencapai kesepakatan atas program nuklirnya. 

    Namun, Ayatollah Khamenei pada Sabtu mengatakan kalau desakan AS untuk mengadakan pembicaraan dengan Iran tidak bertujuan untuk menyelesaikan masalah.

     Khamenei menekankan kalau Iran tidak akan pernah memenuhi keinginan dan desakan dari ‘negara-negara penindas’.

    Hal itu mengindikasikan kalau Iran bersikap untuk enggan bernegosiasi dengan AS di bawah tekanan. 

    Belum Ada Surat Trump yang Masuk

    Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan Republik Iran belum menerima surat dari Presiden AS Trump.

    Berbicara dalam konferensi pers mingguannya pada Senin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei berbicara tentang perkembangan terakhir di Iran dan kawasan itu.

    Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh wartawan tentang surat Trump kepada Iran, dia berkata, “Kami tidak menerima surat.”

    Ditanya tentang posisi Iran mengenai negosiasi, diplomat senior Iran itu mengatakan, “Kebijakan politisi Amerika adalah intimidasi. Republik Iran tidak pernah menolak untuk bernegosiasi. (Namun) Republik Iran tidak akan pernah menerima negosiasi di bawah tekanan.

    Mengutuk sanksi kejam Barat terhadap Iran, Baghaei mencatat, “Sanksi sepihak AS terhadap bangsa Iran tidak memiliki pembenaran atau dasar hukum dan benar-benar ilegal.”

    Dia juga mendesak negara-negara di kawasan itu untuk membuat keputusan berdasarkan kepentingan dan kekhawatiran nasional mereka, dan hubungan baik dengan Republik Iran, dan tidak membiarkan tekanan ilegal dan intimidasi Amerika Serikat untuk secara negatif mempengaruhi hubungan mereka dengan bangsa Iran dan menciptakan hasutan dan perpecahan di negara-negara di kawasan itu.

    PELURU ARTILERI – Angkatan bersenjata Iran melontarkan peluru artileri dalam sebuah latihan militer. Angkatan Darat Iran menyatakan siap merespons setiap ancaman yang datang seiring datangnya tekanan dari Amerika Serikat (AS) yang mendesak Iran untuk mau berunding soal program nuklirnya. (mna/tangkap layar)

    Rusia: Iran Negara Berdaulat

    Terkait situasi tersebut, Rusia menegaskan sikapnya yang memandang kalau Iran memiliki kedaulatan untuk menerima atau tidak menerima negosiasi dari negara mana pun tanpa ada tekanan dan desakan.

    Kremlin, yang ditanya pada Senin apakah Rusia telah mengadakan konsultasi dengan Iran sebelum atau setelah Teheran menanggapi surat dari Presiden AS Donald Trump yang mendesak negara itu untuk menegosiasikan kesepakatan nuklir, menyatakan kalau Iran merumuskan posisi kebijakannya sendiri.

    Ditanya apakah Moskow telah berkonsultasi dengan Teheran sebelum atau sesudah surat Trump, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan:

    “Tidak. Iran adalah negara berdaulat dan secara independen merumuskan posisinya tentang isu-isu kebijakan luar negeri utama. Jelas bahwa kontak yang sangat tegang ada di depan.”

    Trump sebelumnya mengatakan dia akan menerapkan kembali kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran.

    Tekanan maksimum ini bertujuan mencegah negara itu membangun senjata nuklir, bahkan ketika dia telah mengisyaratkan keterbukaan terhadap perjanjian nuklir baru dengan Teheran.

    Rusia dan Iran telah mendekat sejak awal perang di Ukraina, dengan Teheran menyediakan drone bagi Moskow.

    Mengenai kemungkinan pembicaraan tentang program nuklir Teheran, Peskov mengatakan: “Jelas bahwa Iran sedang mencari negosiasi berdasarkan saling menghormati, negosiasi yang konstruktif.”

    “Kami, tentu saja, untuk bagian kami, akan terus melakukan segala sesuatu yang tergantung pada kami, segala sesuatu yang mungkin, untuk membawa proses ini menyelesaikan berkas nuklir Iran ke arah yang damai.”

     

    (oln/mna/alarbya/*)

     

  • Rusia Jatuhkan Bom FAB3000 di Knyazhyi, Putus Rantai Logistik Tentara Ukraina di Front Kursk – Halaman all

    Rusia Jatuhkan Bom FAB3000 di Knyazhyi, Putus Rantai Logistik Tentara Ukraina di Front Kursk – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, KIEV – Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan serangan udara Rusia menggunakan bom panduan FAB3000 UMPK yang menghantam jembatan di Knyazhyi, sebuah pemukiman yang dikuasai Ukraina di wilayah Kursk, Rusia, Minggu (9/3/2025).

    Rekaman tersebut memperlihatkan dampak serangan yang menyebabkan kerusakan signifikan pada jembatan tersebut.

    Meskipun tanggal pasti serangan ini masih belum jelas, video yang dirilis menyoroti upaya berkelanjutan Rusia untuk mengganggu jalur pasokan Ukraina di sepanjang front Kursk, yang merupakan area penting dalam konflik ini.

    Serangan ini mencerminkan strategi Moskow dalam menargetkan infrastruktur guna melemahkan logistik Ukraina seiring berlanjutnya perang yang telah memasuki tahun ketiga.

    Berdasarkan laporan terbaru, pasukan Rusia telah berhasil merebut kembali sekitar 400 kilometer persegi wilayah di Kursk Oblast sejak akhir 2024, membalikkan beberapa pencapaian awal Ukraina.

    Menurut Institute for the Study of War, kemajuan Rusia bersifat inkremental namun konsisten, dengan pasukan memanfaatkan superioritas udara dan artileri untuk mendorong mundur posisi Ukraina.

    Keterangan dalam video yang beredar di Channel Telegram bloger militer Rusia menyebutkan, serangan udara Rusia dengan bom berpemandu FAB-3000 UMPK menghantam jembatan jalan di pemukiman Knyazhiy-2 yang dikuasai Ukraina, Kursk Oblast, Rusia.

    Pemukiman seperti Sudzha, yang terletak di selatan Knyazhyi-2, telah menjadi titik fokus pertikaian, dengan pasukan Rusia yang bertujuan untuk mengamankan pusat logistik utama.

    Serangan darat ini sejalan dengan serangan udara di Knyazhyi-2, yang menunjukkan upaya terkoordinasi untuk mengisolasi unit Ukraina dengan memutus rute pasokan mereka.

    Penggunaan FAB-3000 UMPK dalam serangan ini menandai pengerahan langka salah satu senjata konvensional terkuat Rusia.

    FAB-3000, yang awalnya merupakan bom jatuh bebas era Soviet, memiliki berat lebih dari 3.000 kilogram, atau sekitar 6.600 pon, dan telah dilengkapi dengan Modul Gliding and Correction Universal (UMPK) untuk mengubahnya menjadi amunisi berpemandu presisi.

    Peningkatan ini, yang dikembangkan oleh Tactical Missiles Corporation Rusia, mencakup sayap yang dapat dilipat dan sistem pemandu yang mengintegrasikan navigasi inersia dengan teknologi GLONASS berbasis satelit, yang memungkinkan bom meluncur hingga 60 kilometer dari titik pelepasannya.

    Hulu ledak itu sendiri membawa sekitar 1.400 kilogram bahan peledak tinggi, setara dengan hampir 1,5 ton TNT, yang membuatnya mampu menimbulkan kerusakan dahsyat.

    Menurut laporan Juli 2024 oleh Army Recognition, sebuah outlet berita pertahanan, radius ledakan FAB-3000 dapat meluas hingga lebih dari 900 meter, dengan efek fragmentasi mencapai hingga 1.000 meter atau sekitar 0,6 mil.

    Gelombang kejutnya sendiri dapat menyebabkan kerusakan struktural yang parah ratusan meter dari lokasi ledakan, menjadikannya alat yang tangguh terhadap posisi atau infrastruktur yang dibentengi seperti jembatan.

    Para ahli telah mencatat bahwa meskipun UMPK FAB-3000 menawarkan potensi kerusakan yang signifikan, akurasinya telah menjadi titik pertikaian.

    Sebuah analisis tahun 2024 oleh Yayasan Pertahanan Demokrasi Long War Journal mengutip klaim Rusia tentang kemungkinan kesalahan melingkar [CEP] sebesar 10 meter, yang berarti setengah dari bom harus mendarat dalam jarak tersebut dari targetnya.

    Namun, bukti video dari serangan sebelumnya, termasuk yang dibagikan di saluran Telegram, menunjukkan CEP mendekati 30 meter, yang menunjukkan presisi yang lebih rendah daripada yang digembar gemborkan. 

    Margin kesalahan ini, meskipun masih efektif terhadap target besar seperti jembatan atau bangunan, membatasi kegunaannya untuk serangan tepat sasaran.

    Ukuran dan kekuatan senjata juga mengorbankan jangkauan, dengan sumber seperti TASS, kantor berita negara Rusia, melaporkan pada bulan Juli 2024 bahwa jarak luncur FAB-3000 lebih pendek daripada rekan-rekannya yang lebih kecil, seperti FAB-500, yang dapat mencapai 70 kilometer.

    Terlepas dari kompromi ini, penyebaran bom di Knyazhyi-2 menunjukkan keinginan Rusia untuk meningkatkan daya tembaknya untuk mencapai tujuan taktis.

    UMPK FAB-3000 telah didokumentasikan hanya dalam beberapa contoh selama perang di Ukraina, yang mencerminkan statusnya sebagai senjata khusus daripada senjata rutin di gudang senjata Rusia.

    Salah satu penggunaan paling awal yang dikonfirmasi terjadi pada tanggal 20 Juni 2024, ketika saluran Telegram Rusia merilis rekaman serangan terhadap sebuah rumah sakit di Lyptsi, sebuah desa di wilayah Kharkiv, Ukraina.

    Defense Express, sebuah outlet analisis militer Ukraina, melaporkan bahwa bom tersebut meleset dari sasaran yang dituju sekitar 15 meter tetapi tetap menyebabkan kerusakan besar karena daya ledaknya.

    Penyebaran penting lainnya terjadi pada bulan September 2024, ketika sebuah FAB-3000 UMPK menyerang Vovchansk, juga di Oblast Kharkiv, yang menargetkan posisi pertahanan Ukraina, sebagaimana didokumentasikan dalam utas Reddit di komunitas CombatFootage.

    Hingga berita ini diturunkan, tingkat kerusakan penuh pada jembatan Knyazhyi-2 masih belum terverifikasi, tanpa ada pernyataan resmi dari otoritas Rusia atau Ukraina yang mengonfirmasi hasil serangan tersebut.

    Meskipun demikian, perilisan video tersebut berfungsi sebagai pengingat yang jelas tentang eskalasi persenjataan dan taktik yang sedang berlangsung, dengan kedua belah pihak beradaptasi dengan sifat konflik yang berlarut-larut.

    Apakah FAB-3000 akan digunakan secara lebih luas atau tetap menjadi senjata khusus?

    Semua itu bergantung pada kapasitas produksi Rusia dan dinamika yang berkembang di garis depan Kursk, di mana kendali jalur pasokan terus membentuk lintasan perang.

  • Trump Klaim Sudah Tawarkan Penjualan TikTok ke 4 Kelompok Berbeda – Halaman all

    Trump Klaim Sudah Tawarkan Penjualan TikTok ke 4 Kelompok Berbeda – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengatakan pada Minggu waktu setempat (9/3/2024), pemerintahannya sedang berkomunikasi dengan empat kelompok berbeda terkait penjualan platform media sosial TikTok yang dimiliki oleh perusahaan Tiongkok, ByteDance.

    Hal ini diutarakan Trump saat mendapatkan sejumlah pertanyaan dari wartawan di dalam Air Force One,

    “Bisa saja itu segera terjadi,” ungkap Trump ketika ditanya apakah kesepakatan terkait TikTok akan segera tercapai, 

    Menurutnya, semua perusahaan besar yang ikut dalam pembicaraan akusisi TikTok adalah pihak-pihak yang telah memberikan opsi terbaik.

    “Kami sedang berurusan dengan empat kelompok berbeda, dan banyak orang menginginkannya … keempatnya bagus,” tambahnya.

    Nasib TikTok sendiri masih menggantung di udara sejak disahkannya undang-undang yang mewajibkan pemiliknya, ByteDance, untuk menjual platform tersebut atas dasar keamanan nasional AS.

    Peraturan tersebut dirilis oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat dengan larangan operasional efektif mulai 19 Januari 2025.

    Pengecualian terjadi jika platform tersebut dijual oleh perusahaan induknya, ByteDance, yang berbasis di China ke badan usaha yang berasal dari luar Tiongkok.

    Undang-undang ini sendiri dirancang untuk mencegah China yang ditetapkan sebagai “pihak asing yang bermusuhan” (foreign adversary), dari potensi penyalahgunaan TikTok.

    Mahkamah Agung AS menilai China bakal memanfaatkan kendalinya atas TikTok guna melakukan aktivitas yang membahayakan keamanan nasional AS. 

    Salah satu kekhawatiran utama adalah kemungkinan akses pemerintah China terhadap data pengguna TikTok, yang mencakup informasi sensitif dari warga Amerika

    Setelah sempat shut down karena larangan beroperasi pada 19 Januari 2025, TikTok kemudian aktif kembali setelah Trump membatalkan kebijakan tersebut melalui perintah eksekutif.

    Di perintah yang ia terbitkan setelah dilantik pada 20 Januari 2025 tersebut, Trump menunda pelaksanaan undang-undang tersebut selama 75 hari.

    TikTok Sudah Diincar Nama-nama Besar

    Di wawancara yang dilakukan di Air Force tersebut, Trump enggan menjelaskan identitas empat calon pembeli potensial yang sedang berdiskusi aktif dengan pemerintahannya..

    Meskipun tidak merinci semua nama secara eksplisit, beberapa perusahaan besar beberapa waktu belakangan ini menunjukkan minatnya untuk mengakuisisi operasional TikTok di AS

    Dikutip dari South Morning China Post pada 27 Januari 2025, Microsoft disebut sebagai salah satu nama yang mencuat dalam perburuan tikTok.

    Trump bahkan membenarkan kabar ketertarikan perusahaan yang dipimpin oleh Satya Nadella untuk mengakuisisi TikTok pada akhir Januri lalu.

    Selain Microsoft, ada juga tawaran dari Perplexity AI , sebuah perusahaan rintisan berbasis di California yang fokus pada teknologi kecerdasan buatan.

    Nama lain yang muncul dalam daftar adalah konsorsium yang dimiliki pengusaha Frank McCourt , yang dianggap sebagai salah satu kandidat kuat untuk mengambil alih TikTok. 

    (Tribunnews.com/Bobby)

  • Hamas Tunjukkan Fleksibilitas dalam Perundingan Gencatan Senjata Gaza dengan Washington – Halaman all

    Hamas Tunjukkan Fleksibilitas dalam Perundingan Gencatan Senjata Gaza dengan Washington – Halaman all

    Hamas Tunjukkan Fleksibilitas dalam Perundingan Gencatan Senjata Gaza dengan Washington

    TRIBUNNEWS.COM- Seorang juru bicara Hamas mengatakan pada 10 Maret bahwa gerakan perlawanan menunjukkan “fleksibilitas” dalam pembicaraan gencatan senjata dengan mediator dan utusan Presiden AS Donald Trump, Adam Boehler. 

    Ketika Israel mengancam akan kembali berperang di Gaza, Washington berupaya untuk menegosiasikan kesepakatan terpisah dengan Hamas untuk membebaskan warga negara AS yang ditahan di Gaza.

    “Kami telah menunjukkan fleksibilitas dalam menangani upaya para mediator dan utusan Trump, dan kami sedang menunggu hasil negosiasi yang akan datang untuk memastikan Israel mematuhi perjanjian dan melanjutkan ke tahap kedua,” kata juru bicara Hamas Abdul Latif al-Qanou. 

    “Negosiasi yang dilakukan dengan mediator Mesir dan Qatar, serta utusan Trump, difokuskan pada upaya mengakhiri perang, penarikan pasukan, dan rekonstruksi. Kami telah berkomitmen penuh pada tahap pertama perjanjian, dan prioritas kami sekarang adalah melindungi dan memberikan bantuan kepada rakyat kami sambil memastikan gencatan senjata permanen,” imbuhnya. 

    “Gerakan ini telah menyetujui usulan Mesir untuk membentuk komite pendukung masyarakat dan telah menyetujui pekerjaannya di Gaza untuk memperkuat ketahanan rakyat kami dan menjaga mereka tetap berada di tanah mereka,” lanjut Qanou. 

    Ia juga mengatakan Israel berharap untuk “memaksa rakyat kami untuk bermigrasi dengan memperketat pengepungan, menutup penyeberangan, dan mencegah bantuan kemanusiaan – namun ini hanyalah delusi belaka.”

    “Pembicaraan Israel tentang rencana militer untuk melanjutkan pertempuran di Gaza dan keputusannya untuk memutus aliran listrik adalah pilihan yang gagal dan menimbulkan ancaman bagi para tawanannya, yang hanya akan dibebaskan melalui negosiasi.”

    Israel memblokir masuknya semua barang dan pasokan ke Jalur Gaza pada awal Maret, mengancam gerakan perlawanan Palestina dengan “konsekuensi tambahan” jika tidak menerima tuntutan Israel untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata.

    Tel Aviv telah memutus aliran listrik ke Gaza, dan kini mengancam akan memutus aliran air. 

    Perusahaan Penyiaran Israel (KAN) melaporkan pada 10 Maret bahwa Kepala Staf Angkatan Darat Israel yang baru, Eyal Zamir, telah mengizinkan rencana militer untuk memulai kembali perang di Jalur Gaza jika negosiasi untuk pertukaran tahanan dan gencatan senjata gagal.

    Perwakilan Hamas bertemu dengan para mediator di Kairo selama akhir pekan, begitu pula dengan utusan Trump. Washington tengah berupaya untuk merundingkan kesepakatan terpisah dengan Hamas guna membebaskan sejumlah tawanan Israel yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dengan kewarganegaraan AS. 

    Hamas terus bersikeras bahwa ketentuan kesepakatan awal harus dihormati dan pembicaraan untuk tahap kedua segera dimulai. 

    “Saya ingin MENJELASKAN dengan SANGAT JELAS karena beberapa pihak telah salah menafsirkan. Hamas adalah organisasi teroris yang telah membunuh ribuan orang tak berdosa. Mereka secara DEFINISI adalah orang-orang JAHAT. Dan seperti yang [Trump] katakan, tidak ada satu pun anggota Hamas yang akan aman jika Hamas tidak SEGERA MEMBEBASKAN SEMUA SANDERA,” kata Boehler pada hari Senin. 

    Boehler menanggapi reaksi keras yang ia hadapi dalam wawancara CNN di mana ia mengatakan bahwa pejabat Hamas “sebenarnya orang-orang seperti kami” dan “orang-orang yang cukup baik.” 

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Warga Israel Unjuk Rasa Hari Kedua untuk Menuntut Penyelesaian Kesepakatan Pertukaran Tahanan Gaza – Halaman all

    Warga Israel Unjuk Rasa Hari Kedua untuk Menuntut Penyelesaian Kesepakatan Pertukaran Tahanan Gaza – Halaman all

    Warga Israel Unjuk Rasa Hari Kedua untuk Menuntut Penyelesaian Kesepakatan Pertukaran Tahanan Gaza

    TRIBUNNEWS.COM- Untuk hari kedua berturut-turut, pengunjuk rasa Israel berkumpul di luar Kementerian Pertahanan di Tel Aviv pada hari Minggu untuk menuntut pemerintah melanjutkan gencatan senjata Gaza dan perjanjian pertukaran tahanan dengan Hamas, Anadolu melaporkan.

    Menurut surat kabar Maariv, ratusan pengunjuk rasa dan kerabat tawanan Israel di Gaza berkemah semalam di Tel Aviv untuk menyerukan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu agar tidak menyabotase kesepakatan pertukaran tersebut.

    Para pengunjuk rasa menuntut agar delegasi negosiasi Israel yang melakukan perjalanan ke Doha pada hari Senin diberikan kewenangan penuh untuk menyelesaikan perjanjian yang menjamin pengembalian semua tawanan sekaligus.

    Protes hari Minggu terjadi setelah ribuan demonstran mengepung kantor pusat kementerian pada hari Sabtu untuk menuntut penyelesaian kesepakatan gencatan senjata.

    Einav Zangauker, ibu dari tawanan Israel Matan, menyerukan tekanan publik yang berkelanjutan kepada pemerintah untuk menyelesaikan perjanjian tersebut.

    Keluarga tawanan dan aktivis Israel berencana untuk berdemonstrasi setiap hari di sekitar Kementerian Pertahanan dan melakukan aksi duduk semalaman untuk menambah tekanan pada pemerintahan Netanyahu agar menyelesaikan perjanjian tersebut.

    Gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan telah berlaku sejak Januari, menghentikan perang genosida Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 48.400 korban, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan meninggalkan daerah kantong itu dalam reruntuhan.

    Sejauh ini, 25 sandera Israel dan lima pekerja Thailand telah dibebaskan berdasarkan tahap pertama perjanjian dengan imbalan hampir 2.000 tahanan Palestina.

    November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR 

  • Pemerintah Gaza Konfirmasi Pemadaman Listrik Total akibat Tindakan Israel – Halaman all

    Pemerintah Gaza Konfirmasi Pemadaman Listrik Total akibat Tindakan Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah setempat Gaza telah mengonfirmasi pemadaman listrik total akibat ulah Israel pada hari Senin (10/3/2025).

    Juru bicara Perusahaan Distribusi Listrik Gaza, Mohammad Thabet menyesalkan keputusan Israel yang membuat Gaza gelap gulita.

    Menurutnya, pemadaman listrik ini menjadi ancaman serius bagi warga Gaza.

    “Pemutusan aliran listrik oleh pendudukan Israel mengancam bencana kesehatan dan lingkungan di Gaza,” kata Thabet, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Sebelum terjadinya agresi Israel, Tel Aviv telah memasok listrik sebanyak 10 saluran ke Gaza.

    Namun akibat perang selama berbulan-bulan ini, jaringan listrik hancur total.

    “Hampir 70 persen jaringan distribusi listrik dan 90 persen gudang dan tempat penyimpanan di Gaza hancur total,” jelas Thabet.

    Tidak hanya itu, kendaraan yang digunakan untuk mendistribusikan aliran listrik juga 90 persen mengalami rusak parah.

    Sebelumnya, Menteri Energi Israel Eli Cohen mengatakan dia telah memberikan instruksi untuk menghentikan pasokan listrik ke Gaza pada hari Minggu (9/3/2025).

    Pemadaman listrik total ini bagian dari upaya dalam melakukan ‘pengepungan’ warga Gaza.

    “Saya baru saja menandatangani perintah untuk segera menghentikan pasokan listrik ke Jalur Gaza,” kata Cohen dalam sebuah pernyataan video, dikutip dari Al-Arabiya.

    Keputusan Israel ini mendapat kecaman besar dari pelapor khusus PBB Francesca Albanese.

    Ia mengatakan bahwa ini dapat membuat warga Gaza semakin terkepung dan kesulitan mendapatkan air bersih.

    “Tindakan Israel tersebut merupakan ‘peringatan genosida’, bahwa tanpa listrik, tidak ada air bersih,” katanya.

    Akhir pekan lalu, Israel mengumumkan pihaknya memblokir pengiriman bantuan ke Gaza sampai militan Palestina menerima persyaratannya untuk perpanjangan gencatan senjata tahap pertama.

    Kesepakatan gencatan senjata tahap pertama telah berlangsung selama 42 hari dan berakhir pada 1 Maret 2025.

    Setelah tahap pertama berakhir, Israel menginginkan perpanjangan untuk mengamankan pembebasan lebih banyak tawanan Israel tanpa memenuhi kewajiban militer.

    Akan tetapi, Hamas menolak dan menginginkan transisi gencatan senjata tahap kedua.

    Israel memberlakukan ‘pengepungan penuh’ di wilayah tersebut setelah 9 Oktober 2023 akibat agresi Israel.

    Sejak saat itu, pasokan air, listrik dan makanan di Gaza terputus.

    Agresi Israel juga telah menewaskan lebih dari 48.450 orang.

    Sebagian besar korban merupakan wanita dan anak-anak.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Gaza Gelap Gulita, Israel Putus Pasokan Listrik ke Gaza di Tengah Perundingan Gencatan Senjata – Halaman all

    Gaza Gelap Gulita, Israel Putus Pasokan Listrik ke Gaza di Tengah Perundingan Gencatan Senjata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Energi Israel, Eli Cohen, memerintahkan pasokan listrik ke Gaza segera disetop.

    “Cukup bicaranya, saatnya bertindak!,” tulis Cohen dalam unggahannya di X, dikutip dari Al Jazeera.

    Pemadaman listrik di Gaza diumumkan hanya seminggu setelah Israel menghentikan semua pasokan barang ke Gaza, yang berdampak besar pada lebih dari dua juta warga Gaza.

    Kelangsungan operasional pabrik desalinasi utama di wilayah tersebut, yang vital bagi kebutuhan air bersih pun makin tersudut.

    Sebagian besar penduduk Gaza kini bergantung pada panel surya dan generator bahan bakar untuk mendapatkan listrik.

    Hanya ratusan ribu orang yang tinggal di tenda sementara, dan suhu malam hari diperkirakan turun hingga 12 derajat Celsius.

    Hamas dan sejumlah pihak internasional mendesak agar bantuan kemanusiaan dapat kembali mengalir tanpa ketentuan lebih lanjut.

    Dengan keputusan Israel untuk memutus pasokan listrik dan menghentikan bantuan, situasi di Gaza semakin mengerikan bagi warganya yang sudah menderita akibat perang dan blokade yang berlangsung lama.

    Perang Gaza yang berlangsung selama 15 bulan telah merenggut nyawa hampir 50.000 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza akibat serangan Israel.

    Israel berencana untuk memperpanjang tahap pertama gencatan senjata yang telah disepakati, sementara Hamas ingin melanjutkan ke tahap kedua untuk menyelesaikan gencatan senjata secara permanen.

    Penolakan Israel untuk memasuki tahap kedua gencatan senjata ini dianggap sebagai upaya untuk menghindari menarik pasukannya dari Koridor Philadelphia, wilayah yang memisahkan Gaza dari Mesir.

    Tanggapan Hamas dan Aktivis Hak Asasi Manusia

    Hamas mengecam keputusan Israel ini.

    Pejuang bersenjata Palestina itu menyebutnya sebagai “pemerasan murahan dan tidak dapat diterima yang bertujuan untuk menekan kelompok tersebut agar membebaskan para tawanan”, France24 melaporkan.

    Beberapa kelompok bantuan dan aktivis hak asasi manusia juga mengkritik keras langkah ini.

    Mereka menuduh Israel melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan melanggar hukum internasional.

    Perundingan Gencatan Senjata dan Reaksi Internasional

    Perundingan gencatan senjata akan dilanjutkan di Doha, Qatar, setelah delegasi Hamas tiba dari Kairo, Mesir.

    Hamas menginginkan tahap kedua dimulai, yang bertujuan untuk mengakhiri perang secara permanen, termasuk pembebasan sandera dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.

    Sementara itu, Israel terus melakukan serangan udara di Gaza.

    Serangan terbaru pada hari Minggu menewaskan dua warga Palestina di lingkungan Shujayea, Kota Gaza.

    Militer Israel menyatakan bahwa serangan tersebut menargetkan pejuang yang beroperasi dekat dengan pasukan Israel dan berusaha menanam alat peledak di Gaza utara.

    Serangan Israel dan Terus Berlanjutnya Kekerasan

    Di sisi lain, serangan Israel di wilayah Tepi Barat juga terus berlanjut.

    Tank-tank Israel memasuki wilayah sekitar desa Wadi Burqin, beberapa hari setelah gencatan senjata dimulai di Gaza, yang menyebabkan puluhan korban jiwa dan lebih dari 40.000 orang mengungsi.

    Israel juga mengancam akan melanjutkan tindakan militer lebih lanjut jika gencatan senjata tidak dapat dilanjutkan sesuai kesepakatan yang diinginkan kedua pihak.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)