Category: Tribunnews.com Internasional

  • Jumlah Warga yang ‘Dibunuh’ Duterte, Buat ICC Jebloskan Eks Presiden Kontroversial Filipina – Halaman all

    Jumlah Warga yang ‘Dibunuh’ Duterte, Buat ICC Jebloskan Eks Presiden Kontroversial Filipina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Misi perang melawan narkoba yang diusung Rodrigo Duterte selama menjabat sebagai Presiden Filipina membuatnya berurusan dengan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

    Ia yang dikenal kontroversial karena tegas terhadap narapidana narkoba kini menjadi sorotan.

    Pasalnya, Duterte dikenal tegas dengan perintahnya kepada aparat untuk menembak mati pelaku kejahatan narkoba di Filipina.

    Hal ini tentu menjadi sorotan otoritas hak asasi manusia internasional.

    Hingga pada akhirnya, ICC memerintahkan penangkapan terhadap Duterte, Selasa (11/3/2025).

    Adapun sejak menjabat Presiden Filipina pada 30 Juni 2016, Rodrigo Duterte telah melakukan “perang melawan narkoba” yang telah menyebabkan kematian lebih dari 12.000 warga Filipina, dikutip dari laman Human Rights Watch.

    Sebagian besar para korban meninggal adalah kaum miskin perkotaan.

    Setidaknya 2.555 pembunuhan telah dikaitkan dengan Kepolisian Nasional Filipina. 

    Duterte dan pejabat senior lainnya telah memicu dan mendorong pembunuhan dalam sebuah kampanye yang dapat dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Penelitian Human Rights Watch telah menemukan bahwa polisi memalsukan bukti untuk membenarkan pembunuhan yang tidak sah tersebut.

    Meskipun ada seruan yang berkembang untuk penyelidikan, Duterte telah berjanji untuk melanjutkan kampanye tersebut.

    Kekerasan di luar hukum skala besar sebagai solusi kejahatan merupakan penanda masa jabatan Duterte selama 22 tahun sebagai wali kota Davao City dan landasan kampanye kepresidenannya .

    Menjelang kemenangannya dalam pemilu pada 9 Mei 2016, Duterte mengatakan kepada lebih dari 300.000 orang: “Jika saya berhasil masuk ke istana presiden, saya akan melakukan apa yang saya lakukan sebagai wali kota. Kalian pengedar narkoba, perampok, dan orang-orang yang tidak melakukan apa-apa, sebaiknya kalian keluar karena saya akan membunuh kalian.”

    Awal Mula Penangkapan

    Mengutip The Straits Times, Duterte kini ditahan setelah ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan atas kejahatan terhadap kemanusiaan terkait perang narkoba brutal yang mewarnai masa jabatan kepresidenannya.

    Pengadilan tersebut meminta bantuan dari kepolisian global Interpol untuk menegakkan surat perintah penangkapan, yang dilayangkan segera setelah Duterte mendarat di Manila pada tanggal 11 Maret setelah menghadiri acara kampanye di Hong Kong dengan para kandidat senator dari partai politiknya sehari sebelumnya.

    Kepolisian Nasional Filipina (PNP) bekerja sama, karena Presiden Ferdinand Marcos Jr telah mengisyaratkan kesediaan pemerintahannya untuk mematuhi arahan ICC.

    Hal ini merupakan pembalikan tajam dari penolakan sebelumnya yang dilakukan oleh Bapak Marcos terhadap yurisdiksi ICC, di mana ia menyatakan bahwa pengadilan tersebut tidak berhak mencampuri urusan dalam negeri negara tersebut.

    Namun posisinya berubah setelah perselisihan politiknya dengan keluarga Duterte.

    Ketegangan meningkat pada bulan Februari setelah putri Duterte, wakil presiden Sara Duterte, dimakzulkan atas ancaman pembunuhannya terhadap Marcos dan penyalahgunaan dana publik senilai jutaan dolar. Sidangnya akan dimulai pada bulan Juli.

    Hal ini kemudian memicu Duterte untuk menggunakan pidato kampanye terbarunya untuk menuduh penggantinya sebagai pecandu narkoba, sebuah tuduhan yang berulang kali dibantah oleh presiden.

    ICC tidak memiliki pasukan polisi sendiri, melainkan mengandalkan Interpol dan negara-negara anggotanya untuk melakukan penangkapan.

    Untuk menegakkan penangkapan Duterte, ICC mengeluarkan permintaan difusi kepada Interpol untuk secara resmi mencari kerja sama organisasi kepolisian global tersebut dalam menangkap mantan presiden tersebut.

    ARSIP FOTO Presiden Filipina Rodrigo Duterte memberi hormat usai pidato dalam rangka ulang tahun militer, pada Desember 2017. (Ted Aljibe/AFP)

    Polisi Filipina, didampingi oleh perwakilan Interpol, menyerahkan surat perintah penangkapan kepada Duterte di dalam bandara. Ia kemudian dikawal melalui pintu belakang dan dibawa pergi menggunakan mobil polisi bersama istri iparnya Honeylet Avancena.

    Filipina bukan lagi anggota ICC, setelah menarik diri dari Statuta Roma, perjanjian pendirian ICC, pada tahun 2019 berdasarkan arahan Duterte.

    Namun, pengadilan tersebut menyatakan bahwa pengadilan tersebut masih memiliki yurisdiksi atas dugaan kejahatan yang dilakukan saat negara tersebut menjadi anggota.

    Itulah sebabnya penyelidikan ICC yang dipimpin oleh jaksa Karim Khan difokuskan pada pembunuhan dalam perang narkoba selama tiga tahun pertama masa jabatan Duterte, dari tahun 2016 hingga 2019.

    Ia menjalankan kampanye antinarkoba hingga akhir masa jabatannya pada tahun 2022.

    Polisi mengatakan lebih dari 6.000 tersangka narkoba tewas dalam perang narkoba brutal Duterte.

    Namun kelompok hak asasi manusia mengklaim jumlah korban tewas bisa dua kali lipat lebih tinggi, termasuk pembunuhan di luar hukum yang tidak dilaporkan yang diduga dilakukan oleh polisi dan warga sipil.

    Duterte yang terkenal tegas dalam bicaranya mengatakan dalam pidatonya di Hong Kong bahwa ia siap menghadapi kemungkinan penangkapan.

    “Jika (surat perintah itu) benar, mengapa saya melakukannya? Untuk diri saya sendiri? Untuk keluarga saya? Untuk Anda dan anak-anak Anda, dan untuk bangsa kita,” katanya. “Jika ini benar-benar takdir hidup saya, tidak apa-apa, saya akan menerimanya. Mereka dapat menangkap saya, memenjarakan saya.”

    (Tribunnews.com/ Chrysnha)

  • Akibat ‘Perang Lawan Narkoba’ ala Gangster, Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Kini Ditahan – Halaman all

    Akibat ‘Perang Lawan Narkoba’ ala Gangster, Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Kini Ditahan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan Presiden Rodrigo Duterte ditahan setelah pemerintah Filipina menerima surat perintah dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk penangkapannya pada hari Selasa (11/3/2025).

    “Pagi ini, INTERPOL Manila menerima salinan resmi surat perintah penangkapan dari Mahkamah Kriminal Internasional (ICC),” menurut pernyataan dari Kantor Komunikasi Kepresidenan, pada Selasa.

    Rodrigo Duterte kembali ke Ibu Kota Filipina, Manila, pada hari Selasa dari Hong Kong setelah menyampaikan pidato berapi-api pada rapat umum kampanye hari Minggu (8/3/2025) kepada diaspora Filipina di Hong Kong.

    “Setibanya di sana, Jaksa Agung mengajukan pemberitahuan ICC untuk surat perintah penangkapan terhadap mantan Presiden atas kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata pernyataan itu.

    Rodrigo Duterte saat ini berada dalam tahanan pihak berwenang dan dalam keadaan baik, seperti diberitakan CNA.

    Sebelumnya, selama acara di Hong Kong, Rodrigo Duterte mengecam penyelidikan ICC di tengah spekulasi ICC akan mengeluarkan surat perintah penangkapannya atas perannya dalam operasi perang melawan narkoba yang kontroversial.

    “Perang Melawan Narkoba” ala Gangster pada Masa Pemerintahan Rodrigo Duterte 

    Sejak Rodrigo Duterte menjabat sebagai Presiden Filipina pada 1 Juli 2016, ia telah menjadikan perang melawan narkoba sebagai prioritas utamanya. 

    “Kami tidak akan berhenti sampai bandar narkoba terakhir, pemodal terakhir, dan pengedar terakhir menyerah atau dipenjara atau dipenjarakan, jika mereka menghendakinya,” ujar Rodrigo Duterte dalam pidato kenegaraan pertamanya.

    Kebijakan tersebut adalah kebijakan khasnya setelah Rodrigo Duterte meraih kekuasaan pada tahun 2016.

    Selama kampanye, ia menjanjikan pemberantasan kejahatan dan akan membunuh pengedar narkotika.

    “Jika saya berhasil masuk ke istana presiden, saya akan melakukan apa yang saya lakukan sebagai wali kota. Kalian pengedar narkoba, perampok, dan orang-orang yang tidak melakukan apa-apa, sebaiknya kalian keluar karena saya akan membunuh kalian,” kata Rodrigo Duterte menjelang kemenangannya dalam pemilu pada 9 Mei 2016.

    Human Rights Watch mengatakan “perang melawan narkoba” telah menyebabkan kematian lebih dari 12.000-30.000 warga Filipina hingga saat ini, sebagian besar adalah kaum miskin perkotaan.

    Setidaknya 2.555 pembunuhan telah dikaitkan dengan Kepolisian Nasional Filipina, yang dibantah oleh pihak berwenang.

    ICC telah menyelidiki sejumlah besar pembunuhan yang dilakukan polisi dan orang-orang bersenjata di bawah tindakan keras mantan presiden terhadap narkoba ilegal, yang mengakibatkan ribuan tersangka yang sebagian besar miskin tewas.

    Sementara itu, pemerintah di bawah Presiden Filipina Ferdinand Marcos telah mengindikasikan Rodrigo Duterte dapat diserahkan.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Jumlah Warga yang ‘Dibunuh’ Duterte, Buat ICC Jebloskan Eks Presiden Kontroversial Filipina – Halaman all

    Penyebab Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Ditangkap, Terseret Kasus Kejahatan Kemanusiaan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte resmi ditahan oleh pihak kepolisian setelah tiba di Manila, Selasa (11/3/2025).

    Dikutip dari Philippine News Agency, Rodrigo Duterte ditangkap polisi atas perintah dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

    Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) mengatakan, surat perintah penangkapan Rodrigo Duterte diterima oleh Organisasi Polisi Kriminal Internasional (Interpol) Manila dari ICC pada Selasa pagi.

    Duterte tiba di Filipina melalui penerbangan Cathay Pacific CX 907 dari Hong Kong pada pukul 09.20 pagi waktu setempat.

    Setibanya di sana, Jaksa Agung menyerahkan pemberitahuan resmi ICC yang mengonfirmasi surat perintah penangkapan untuk Duterte, menurut PCO.

    Duterte menghadapi kejahatan terhadap kemanusiaan di hadapan ICC atas perang berdarahnya melawan narkoba.

    PCO meyakinkan publik bahwa Duterte yang berusia 79 tahun dalam keadaan sehat dan langsung diperiksa oleh dokter pemerintah saat kedatangannya.

    “Mantan presiden dan timnya dalam keadaan sehat dan sedang diperiksa oleh dokter pemerintah. Kesehatannya terjamin,” kata PCO.

    Petugas Kepolisian Nasional Filipina yang menegakkan surat perintah tersebut juga dilengkapi dengan kamera tubuh untuk memastikan transparansi selama operasi, kata PCO.

    Pemerintah sebelumnya mengatakan tidak akan bekerja sama dengan penyelidikan ICC terhadap Duterte.

    Namun, pemerintah menyatakan bahwa negara tersebut akan berkewajiban untuk bertindak sesuai kewajibannya kepada Interpol.

    DIINCAR ICC SEJAK 2011

    ICC mulai menyelidiki pembunuhan terkait narkoba di bawah Duterte sejak 1 November 2011, saat ia masih menjabat sebagai Wali Kota Davao, hingga 16 Maret 2019, sebagai kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Dikutip dari AP News, Duterte menarik Filipina dari Statuta Roma pada tahun 2019 dalam sebuah langkah yang menurut aktivis hak asasi manusia bertujuan untuk menghindari akuntabilitas.

    Pemerintahan Duterte bergerak untuk menangguhkan penyelidikan pengadilan global tersebut pada akhir tahun 2021 dengan menyatakan bahwa otoritas Filipina sudah menyelidiki tuduhan yang sama, dengan alasan ICC — pengadilan pilihan terakhir — tidak memiliki yurisdiksi.

    Hakim banding di ICC memutuskan pada tahun 2023 bahwa penyelidikan dapat dilanjutkan dan menolak keberatan pemerintahan Duterte.

    Berkantor pusat di Den Haag, Belanda, ICC dapat turun tangan ketika negara-negara tidak mau atau tidak mampu mengadili tersangka dalam kejahatan internasional yang paling kejam, termasuk genosida, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Presiden Ferdinand Marcos Jr., yang menggantikan Duterte pada tahun 2022, telah memutuskan untuk tidak bergabung kembali dengan pengadilan global tersebut.

    Namun, pemerintahan Marcos mengatakan akan bekerja sama jika ICC meminta polisi internasional untuk menahan Duterte melalui apa yang disebut Red Notice, permintaan kepada lembaga penegak hukum di seluruh dunia untuk menemukan dan menangkap sementara tersangka kejahatan.

    (*)

  • Penyanyi Korsel Wheesung Ditemukan Tewas di Apartemennya, Diduga Overdosis  – Halaman all

    Penyanyi Korsel Wheesung Ditemukan Tewas di Apartemennya, Diduga Overdosis  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Penyanyi RnB dan ballad asal Korea Selatan, Choi Wheesung ditemukan tewas pada Senin (10/3/2025) waktu setempat.

    Dikutip dari Korea JoongAng Daily, Wheesung ditemukan dalam kondisi serangan jantung pada Senin pukul 18.29 waktu setempat di apartemennya di Distrik Gwangjin, Seoul Timur.

    Adapun jasad Wheesung ditemukan oleh pihak keluarga yang kemudian melaporkan temuan tersebut ke polisi.

    Kemudian, polisi beserta pihak paramedis langsung tiba di lokasi setelah adanya laporan tersebut.

    Polisi setempat mengatakan tewasnya Wheesung diduga akibat mengakhiri hidup dengan cara meminum obat-obatan sehingga mengalami overdosis.

    “Sepertinya sudah cukup lama sejak kematiannya. Ada kemungkinan mengakhiri hidup dan overdosis,” kata polisi.

    Polisi juga tidak menemukan tanda kerusakan di apartemen Wheesung seperti dipaksa untuk dibobol.

    “Tidak ada bukti pembobolan atau kecurangan lainnya. Kami sedang mencari tahu lebih lanjut, seperti apakah dia meninggalkan catatan,” ujarnya.

    Kata Pihak Agensi

    Agensi Wheesung, Tajoy Entertainment pun telah memberikan pernyataan resmi terkait tewasnya salah satu bintangnya tersebut.

    Dalam pernyataan tersebut, Tajoy Entertainment turut berbelasungkawa atas meninggalnya Wheesung.

    Selain itu, mereka meminta agar seluruh penggemar untuk tidak segera percaya dengan segala rumor yang belum terverifikasi kebenarannya terkait meninggalnya Wheesung.

    Hal itu, sambungnya, demi menghormati pihak keluarga yang tengah berduka atas meninggalnya Wheesung.

    Selengkapnya berikut pernyataan resmi dari Tajoy Entertainment dikutip dari Soompi:

    Kami sangat menyesal untuk berbagi berita yang memilukan dan tragis ini.

    Pada tanggal 10 Maret, artis tercinta kami, Wheesung, meninggal dunia. Dia ditemukan dalam keadaan serangan jantung di rumahnya di Seoul dan kemudian dinyatakan meninggal dunia.

    Kepergiannya yang tiba-tiba telah meninggalkan keluarganya, rekan-rekan artis di Tajoy Entertainment, dan seluruh staf kami dalam kesedihan yang mendalam.

    Dengan berat hati kami menyampaikan berita duka ini kepada para penggemar yang selalu mendukung dan mencintai Wheesung. Kami mohon agar kalian selalu mengenangnya dalam pikiran dan doa kalian sehingga ia dapat beristirahat dengan tenang.

    Rincian mengenai pengaturan pemakaman akan diumumkan secara terpisah.

    Selama masa sulit ini, kami dengan tulus meminta kalian untuk menahan diri dari rumor yang belum diverifikasi atau laporan spekulatif untuk menghormati keluarganya yang berduka.

    Sekali lagi, kami menyampaikan belasungkawa terdalam kami saat kami mengucapkan selamat tinggal terakhir kepada Wheesung.

    Profil Singkat Wheesung

    Choi Wheesung merupakan sosok kelahiran Februari 1982 atau saat meninggal dunia berusia 43 tahun.

    Dia memulai debutnya sebagai penyanyi pada tahun 2002 dengan mengeluarkan album berjudul ‘Like A Movie’.

    Namanya semakin melambung lewat lagu-lagunya seperti ‘Insomnia’ (2009) dan ‘Heartsore Story’ (2011).

    Sebenarnya, dirinya bakal menggelar konser dengan penyanyi KCM di Auditorium Daegu EXCO pada 15 Maret 2025 mendatang.

    Sebelumnya, Wheesung pernah ditemukan tak sadarkan diri pada Maret dan April 2020 setelah menggunakan etomidate atau obat tidur secara berlebihan.

    Setelahnya, dia pun dijatuhi hukuman dua tahun penjara terkait penyalahgunaan propofol.

    Dia dinyatakan bersalah karena telah menghabiskan 6,5 juta won untuk 12 resep propofol dari September hingga November 2019.

    (Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

     

  • Israel Lagi-lagi Langgar Gencatan Senjata di Gaza, IDF Bunuh 3 Warga Palestina di Kamp Bureij – Halaman all

    Israel Lagi-lagi Langgar Gencatan Senjata di Gaza, IDF Bunuh 3 Warga Palestina di Kamp Bureij – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel lagi-lagi telah melanggar kesepakatan gencatan senjata yang dibuat dengan Hamas di Gaza.

    Terbaru, pasukan Israel telah membunuh tiga warga Palestina di dekat Kamp Bureij, Gaza.

    Dalam laporan Al Mayadeen, serangan drone Israel ini menargetkan perkumpulan warga sipil di sebelah timur Kamp Bureij.

    Sebelumnya pada hari Senin, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan dalam pembaruan statistik hariannya bahwa sembilan orang telah tercatat — lima di antaranya jenazahnya telah ditemukan dan empat yang baru dikonfirmasi — bersama dengan 16 orang yang terluka yang dirawat di rumah sakit dalam 24 jam terakhir.

    Hal ini terjadi ketika Israel meningkatkan serangannya terhadap Gaza, di mana mereka telah melanggar kesepakatan gencatan senjata.

    Pasukan Pendudukan Israel menambah catatan pelanggaran mereka terhadap warga sipil, menembak seorang wanita pada tanggal 10 Maret di lingkungan Tal al-Sultan, sebelah barat Rafah.

    Kementerian Kesehatan Palestina mendokumentasikan kedatangan sembilan martir dalam laporan statistik hariannya pada tanggal 10 Maret.

    Pada tanggal 9 Maret, pasukan Israel melepaskan tembakan di daerah Shujaiyya, sebelah timur Kota Gaza, menewaskan seorang warga Palestina dan melukai beberapa lainnya.

    Sementara dalam eskalasi pelanggaran gencatan senjata lebih lanjut, sebuah pesawat tak berawak Israel menargetkan warga Palestina di daerah Al-Zafaran, sebelah timur kamp pengungsi Al-Maghazi di Gaza tengah.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada tanggal 2 Maret bahwa sedikitnya empat orang tewas dan beberapa lainnya cedera dalam serangan udara di berbagai bagian wilayah tersebut.

    Dua orang tewas dalam serangan pesawat nirawak Israel di sebelah timur bandara Gaza, sementara satu orang lainnya tewas dalam serangan pesawat nirawak di Beit Hanoun.

    Tentara pendudukan telah menewaskan 100 warga Palestina dan melukai 820 lainnya di Jalur Gaza sejak perjanjian gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari 2024, menurut Salamah Ma’arouf, kepala kantor pers pemerintah pada 2 Maret.

    Pasukan Israel Masih di Koridor Philadelphia

    Pelanggaran kesepakatan gencatan senjata Israel tak hanya membunuh warga Gaza, melainkan juga mereka tidak segera menarik diri dari Koridor Philadelphia.

    Hamas telah mengecam Israel yang tidak segera menarik diri dari Koridor Philadelphia berdasarkan kesepakatan gencatan senjata.

    Dikutip dari The Times of Israel, koridor ini membentang sepanjang perbatasan selatan Gaza dengan Mesir.

    Teks kesepakatan gencatan senjata mengharuskan Israel untuk mulai menarik diri dari koridor tersebut pada hari ke-42.

    Pasukan Israel juga diharuskan untuk menyelesaikan penarikan pada hari ke-50 — yang jatuh pada 10 Maret 2025.

    Hingga saat ini, Pasukan Israel dilaporkan masih berada di zona penyangga.

    Blokir Bantuan

    Selain itu, Israel juga telah memblokir bantuan yang akan masuk ke Gaza.

    Pemblokiran barang-barang yang masuk ke Gaza oleh Israel telah mulai berdampak buruk pada daerah kantong Palestina itu.

    Beberapa toko roti tutup dan para pejabat memperingatkan tentang meningkatnya risiko terhadap lingkungan, termasuk kemungkinan pembuangan limbah mentah ke laut.

    Langkah ini dilakukan Israel untuk menekan Gerakan Perlawanan Islam, Hamas, agar menerima syarat-syarat Israel untuk gencatan senjata.

    Dikutip dari Middle East Monitor, syarat-syarat ini berlaku untuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.

    Hamas menggambarkan tindakan tersebut sebagai “hukuman kolektif” dan menegaskan bahwa mereka tidak akan dipaksa untuk membuat konsesi dalam diskusi tersebut.

    Badan pengungsi Palestina PBB, UNRWA, mengatakan bahwa keputusan untuk menghentikan bantuan kemanusiaan mengancam nyawa warga sipil yang kelelahan akibat perang “brutal” selama 17 bulan.

    UNRWA menegaskan bahwa sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza bergantung pada bantuan.

    Israel telah memblokir masuknya makanan ke wilayah tersebut sejak minggu lalu dalam kebuntuan yang memburuk terkait gencatan senjata yang telah menghentikan pertempuran selama tujuh minggu terakhir.

    Langkah tersebut telah menyebabkan kenaikan harga bahan makanan pokok serta bahan bakar, yang memaksa banyak orang untuk membatasi jumlah makanan yang sudah sedikit yang dapat mereka peroleh.

    (*)

  • Zelensky dan Tim AS Tiba di Arab Saudi, Ukraina Usulkan Gencatan Senjata Udara-Laut dengan Rusia – Halaman all

    Zelensky dan Tim AS Tiba di Arab Saudi, Ukraina Usulkan Gencatan Senjata Udara-Laut dengan Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ukraina akan mengusulkan gencatan senjata di udara dan laut dalam pertemuannya dengan delegasi Amerika Serikat (AS) di Arab Saudi.

    Delegasi Ukraina dan AS tiba di Arab Saudi pada hari Senin (10/3/2025) untuk melakukan pembicaraan pada hari Selasa (11/3/2025).

    Pertemuan tersebut bertujuan untuk menengahi pembicaraan dengan Rusia yang diharapkan akan mengakhiri perang Rusia-Ukraina.

    Menjelang keberangkatannya ke Arab Saudi, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina menginginkan perdamaian.

    “Kami selalu mengatakan Rusia adalah satu-satunya alasan berlanjutnya perang,” kata Zelensky pada Senin.

    Ia mengatakan Ukraina telah mencari perdamaian sejak awal perang.

    Televisi pemerintah Saudi melaporkan kedatangan Zelensky di Jeddah, kota pelabuhan di Laut Merah tempat pertemuan puncak Ukraina-AS akan berlangsung pada hari ini.

    Zelensky mengatakan tim Ukraina terdiri atas Kepala Staf Andriy Yermak, Menteri Luar Negeri Andriy Sybiha, dan Menteri Pertahanan Rustem Umerov.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio yang memimpin tim AS juga terbang ke Jeddah.

    “Kami optimistis dengan pertemuan besok dan berterima kasih kepada Arab Saudi karena telah menjadi tuan rumah konferensi ini,” kata Marco Rubio kepada wartawan dalam perjalanannya ke Arab Saudi, Senin (10/3/2025).

    “Kita dapat memulai dengan gencatan senjata di Ukraina dan kemudian beralih ke negosiasi,” lanjutnya.

    Ia mengatakan Inggris dan Prancis memainkan peran positif dalam pembicaraan dengan Ukraina, serta menekankan tidak akan ada gencatan senjata di Ukraina tanpa konsesi dari kedua belah pihak.

    Dalam wawancara itu, Marco Rubio mengatakan belum ada tanggal spesifik untuk pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Namun, ia yakin pemerintah AS memiliki alat untuk menekan Rusia agar mau berdamai dengan Ukraina.

    Sebelumnya, seorang pejabat Ukraina mengatakan mereka akan mengusulkan gencatan senjata udara dan laut selama pembicaraan dengan AS di Arab Saudi.

    “Kami punya usulan gencatan senjata di udara dan laut karena kedua opsi gencatan senjata ini mudah dilaksanakan, mudah dipantau dan bisa dimulai,” kata pejabat yang meminta dirahasiakan identitasnya itu.

    Selain itu, pertemuan tim Ukraina dan AS di Jeddah bertujuan untuk meningkatkan kerja sama antara AS dan Ukraina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Laporan NYT: 41 Sandera Israel Tewas akibat Serangan Pasukan IDF Sendiri – Halaman all

    Laporan NYT: 41 Sandera Israel Tewas akibat Serangan Pasukan IDF Sendiri – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sejak dimulainya konflik pada 7 Oktober 2023, lebih dari 40 tawanan Israel yang berada di Gaza, tewas akibat serangan pasukan pendudukan Israel (IDF).

    Dalam laporan yang diterbitkan oleh New York Times pada hari Sabtu (8/3/2025), disebutkan 41 dari 251 tentara dan pemukim Israel yang ditahan di Gaza tewas akibat pengeboman IDF.

    Laporan ini menyebutkan, 24 dari 59 tawanan masih hidup.

    Sementara, 130 lainnya telah dibebaskan dengan selamat.

    Jumlah sandera yang tewas sebagian besar terbunuh saat awal perang.

    “Beberapa tawanan hampir pasti terbunuh pada hari-hari awal perang, sebelum gencatan senjata dapat dicapai.”

    “Namun, banyak lainnya yang tewas sejak gencatan senjata singkat pertama berakhir pada November 2023 dan pertempuran terus berlanjut dalam perang yang telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina,” menurut laporan NYT, dikutip dari Al Mayadeen.

    Dalam kesepakatan gencatan senjata, puluhan jenazah telah dikembalikan.

    “Mayat 40 orang lainnya telah dikembalikan ke Israel sebagai imbalan atas pembebasan ratusan tahanan dan tahanan Palestina menyusul perjanjian gencatan senjata pada November 2023 dan Januari tahun ini,” jelasnya.

    Laporan ini didasarkan pada penyelidikan forensik, investigasi militer terkait kematian tawanan, serta wawancara dengan pejabat Israel dan anggota keluarga para tawanan. 

    Ibu Sandera Israel Ungkap sang Anak Tewas dalam Pengeboman IDF

    Seorang ibu sandera Israel yang ditahan di Gaza, Ron Sherman, mengatakan sang anak tewas akibat serangan Israel.

    Menurut Maayan Sherman, sang anak dibunuh secara sengaja oleh Israel.

    Jasad sang anak dan dua orang lainnya ditemukan di sebuah terowongan Gaza.

    Di mana terowongan tersebut hancur akibat serangan Israel.

    Pengakuan Sherman ini ia ungkapkan melalui Facebook pribadinya.

    Dalam unggahan tersebut, Sherman mengatakan sang anak tewas bukan karena Hamas, melainkan karena bom dan gas beracun yang dilemparkan IDF ke sebuah terowongan.

    Saat jasad Ron ditemukan, beberapa bagian tubuhnya ada yang hilang.

    Sherman menduga ini terjadi lantaran sang anak berusaha melarikan diri dari pengeboman tersebut.

    Pengakuan Sherman dan laporan NYT ini sejalan dengan pernyataan Hamas yang berulang kali menekankan, sandera Israel tewas karena pengeboman Israel sendiri.

    Pertama kali Hamas menegaskan pihaknya bukan penyebab kematian para sandera Israel adalah pada awal Desember 2024.

    Hamas dengan tegas mengatakan narasi yang dibuat oleh IDF yang menuduh Hamas sebagai penyebab kematian para sandera adalah salah.

    Menurut Hamas, semakin banyak sandera yang tewas, itu artinya bukti kuat, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, gagal membebaskan mereka.

    Justru hal ini menunjukkan Netanyahu tidak ingin membebaskan sandera lantaran serangan yang terus berlanjut di Gaza dan berakhir membunuh para tawanan.

    Juru bicara militer Brigade al-Qassam Hamas, Abu Obeida, juga membuat pernyataan, Israel sengaja menargetkan lokasi di mana para sandera berada.

    Tidak hanya sekali, Israel terus menerus menyerang lokasi para sandera ditahan.

    “Kelompok Perlawanan memiliki informasi intelijen yang mengonfirmasi bahwa musuh sengaja menargetkan lokasi para sandera berada dengan maksud membunuh tawanan dan pengawal mereka,” kata Abu Obeida melalui Telegram.

    Sebagai informasi, Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2024.

    Serangan ini menyebabkan lebih dari 48.450 warga Palestina telah terbunuh.

    Sebagian besar korban merupakan wanita dan anak-anak.

    Lebih dari 111.800 warga Palestina terluka akibat agresi Israel.

    Namun sejak kesepakatan gencatan senjata, serangan Israel telah dihetikan sesuai kesepakatan yang berlaku pada 19 Januari 2025.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Tentara Ukraina: Jika Kami Kehabisan Peluru dari Amerika, Kami Akan Cari Senjata Lain – Halaman all

    Tentara Ukraina: Jika Kami Kehabisan Peluru dari Amerika, Kami Akan Cari Senjata Lain – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Tentara Ukraina mengungkapkan dampak dari keputusan Presiden AS, Donald Trump, yang memangkas dukungan militer untuk melawan serangan Rusia.

    Sejumlah tentara yang bertugas di unit pertahanan udara dekat Kyiv berbagi pandangan mereka dengan Business Insider pada Jumat (8/3/2025).

    Demi alasan keamanan, mereka meminta untuk hanya disebut dengan nama depan.

    Para tentara ini mengungkapkan kekecewaan mereka, tetapi menegaskan mereka akan tetap menemukan cara untuk bertahan dan berjuang.

    “Ini bukan keputusan rakyat Amerika, tetapi keputusan satu orang,” kata Oleksiy, salah satu tentara Ukraina.

    “Sangat disayangkan, tetapi kami akan terus berjuang.”

    Jeda Bantuan Militer AS Membuat Ukraina Rentan

    Trump memerintahkan penghentian sementara bantuan militer ke Ukraina pada 3 Maret 2025.

    Hal itu dilakukan untuk menekan Ukraina agar mau bernegosiasi dalam proses perdamaian dengan persyaratan yang dianggap tidak menguntungkan.

    Tak hanya bantuan militer, AS juga memangkas akses Ukraina ke informasi intelijen serta membatasi penggunaan citra satelit penting.

    Keputusan ini membuat Ukraina semakin rentan terhadap serangan Rusia, yang semakin berani di medan perang dan luar wilayah konflik.

    Beberapa pejabat Ukraina bahkan melaporkan, Rusia kini tengah memperluas serangannya.

    Selain itu, beberapa senjata terbaik Ukraina tidak dapat digunakan secara maksimal, sementara kekhawatiran tentang pasokan amunisi terus meningkat.

    Prajurit Ukraina: Akan Gunakan Senjata Apa Pun yang Tersedia

    Pejabat Ukraina mengatakan dampak penuh dari penghentian bantuan AS masih harus dipantau, tetapi konsekuensinya bisa terasa di seluruh sektor pertahanan.

    Salah satu yang terdampak adalah unit pertahanan udara dari Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina.

    Mereka mengandalkan senapan mesin Browning M2 kaliber .50, yang dipasang di truk, untuk menembak jatuh pesawat nirawak Rusia yang membawa bahan peledak.

    “Jika kami kehabisan amunisi untuk senapan mesin Amerika, kami akan menggunakan senjata lain,” ujar Oleksiy.

    Meskipun kalibernya lebih kecil, ia menegaskan mereka tetap akan menjalankan tugas mereka.

    Sementara itu, Oleksiy lainnya—wakil komandan unit pertahanan udara—mengatakan nyawa warga Ukraina sangat bergantung pada bantuan militer AS.

    “Kami berharap masalah ini segera terselesaikan,” katanya.

    “Kami berjuang di tanah kami sendiri dan akan terus mempertahankannya.”

    Ketidakpastian Masa Depan Ukraina Tanpa Dukungan AS

    ZELENSKY DAN TRUMP – Foto ini diambil pada Rabu (5/3/2025) dari YouTube The White House, memperlihatkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (kanan) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) berbincang dalam pertemuan di Gedung Putih pada hari Jumat, 28 Februari 2025. Tentara Ukraina mengatakan bahwa mereka kecewa dengan keputusan Trump memotong bantuan militer tetapi mereka akan terus berjuang. (YouTube The White House)

    Pada akhir Februari lalu, dalam sebuah perdebatan sengit dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, di Ruang Oval, Trump menyatakan bahwa ragu Ukraina bisa memenangkan perang melawan Rusia.

    Kini, ketidakpastian terkait masa depan Ukraina terus meningkat jika bantuan AS terus dihentikan.

    Beberapa pejabat dan anggota parlemen Ukraina berharap negara mereka bisa bertahan dengan mengandalkan industri pertahanan yang berkembang pesat serta dukungan dari negara-negara Eropa.

    Namun, sebagian besar dukungan AS, terutama dalam pertahanan udara, dinilai sangat krusial.

    Serhiy Rakhmanin, anggota Komite Parlemen Ukraina untuk Keamanan Nasional, Pertahanan, dan Intelijen, mengatakan kepada Business Insider, meskipun Ukraina dapat mengelola operasi taktis di garis depan tanpa AS, keterlibatan Washington tetap sangat penting dalam strategi perang jangka panjang.

    “Sulit untuk mengatakannya, kita lihat saja nanti,” ujar Svitlana, satu-satunya perempuan di unit pertahanan udara.

    Pejabat Ukraina Peringatkan Dampak Global

    Beberapa pejabat Ukraina menganggap keputusan AS dapat membawa konsekuensi lebih luas.

    Oleksandr Markushyn, komandan TDF sekaligus wali kota Irpin, kota di pinggiran Kyiv, mengaku terkejut dengan kebijakan Trump.

    Berbicara melalui penerjemah dalam wawancara terpisah pada Sabtu (9/3/2025), Markushyn memperingatkan, jika AS tidak lagi membantu Ukraina, Rusia bisa memperluas agresinya ke negara-negara Eropa lainnya.

    Sebagai pemimpin pertahanan Ukraina di Irpin selama minggu-minggu awal invasi, ia menegaskan, hanya Amerika Serikat yang memiliki kekuatan untuk menghentikan Rusia.

    “Amerika Serikat adalah negara yang kuat,” katanya. “Jika bukan AS, tidak ada yang akan menghentikan Rusia.”

    Rusia Diprediksi Akan Manfaatkan Situasi

    Hingga kini, belum jelas berapa lama jeda bantuan militer AS akan berlangsung.

    Trump kerap menyuarakan ketidakpuasannya terhadap pendekatan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dalam upaya AS mengakhiri invasi Rusia, yang kini telah berlangsung lebih dari tiga tahun.

    Menurut Institute for the Study of War, sebuah lembaga kajian konflik yang berbasis di Washington DC, Rusia kemungkinan besar akan memanfaatkan situasi ini untuk meningkatkan serangan rudal dan drone terhadap Ukraina.

    Pejabat Ukraina mengonfirmasi, serangan terbaru Rusia pada akhir pekan menewaskan lebih dari 12 orang dan melukai belasan lainnya.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Tumpukan Brankas dan Mesin ATM Curian Ditemukan di Santa Susana Pass oleh Relawan – Halaman all

    Tumpukan Brankas dan Mesin ATM Curian Ditemukan di Santa Susana Pass oleh Relawan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sekelompok relawan dari Volunteers Cleaning Communities menemukan tumpukan brankas dan mesin ATM curian tergeletak di bukit curam di Santa Susana Pass, California, Amerika Serikat (AS).

    Beruntung, barang-barang yang ditemukan jatuh ke tangan orang yang baik hati.

    David Weisberg, salah satu relawan, menceritakan temuan mengejutkannya saat sedang berjalan bersama pacarnya, Nancy Nicoloro, untuk memungut sampah di daerah tersebut.

    “Saya melihat ke bawah bukit dan melihat banyak sekali brankas. Gila,” kata Weisberg seperti dilaporkan oleh ABC7.

    Ketika menemukan tumpukan brankas dan ATM, pasangan ini memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut.

    “Saya mendaki ke sana, dan ada sekitar tujuh brankas, banyak dokumen dan barang pribadi berserakan di sana,” ujar Weisberg.

    “Semua brankas tampak digergaji dan serupa.”

    Weisberg dan Nicoloro mulai memeriksa dokumen-dokumen yang ditemukan di sekitar brankas, dan mereka berhasil mengumpulkan informasi kontak salah satu korban yang brankasnya dicuri.

    “Kami dapat menghubungi mereka dan mengembalikan barang-barang mereka, dan mereka sangat senang karenanya,” kata Weisberg.

    Barang yang ditemukan di dalam brankas antara lain paspor, akta kelahiran, album pernikahan, dan dokumen perwalian penuh.

    Salah satu korban mengungkapkan, uang $5.000 mungkin hilang dari brankasnya.

    Nicoloro juga berharap bisa menemukan brankas miliknya yang hilang.

    “Saya berpikir, ‘Brankas saya pasti ada di luar sana,’” katanya.

    Ketika mereka menemukan brankas lain, Nicoloro merasa sangat bersemangat karena mereka memiliki dokumen yang sama dalam brankas yang hilang.

    Meskipun beberapa brankas yang dicuri berisi informasi pribadi, Weisberg dan Nicoloro tidak yakin jika pencuri terlibat dalam pencurian identitas.

    Barang-barang yang ditemukan sebagian besar tidak memuat uang.

    Departemen Kepolisian Los Angeles telah membuka penyelidikan terkait kasus ini.

    Temuan ini menunjukkan, Santa Susana Pass telah menjadi tempat pembuangan brankas dan mesin ATM curian oleh para penjahat.

    “Saya menemukan seluruh lokasi penuh dengan brankas,” ujar Weisberg.

    “Kami juga menemukan mesin ATM yang telah ditinggalkan.”

    Beberapa brankas dan mesin ATM yang ditemukan ternyata memiliki barang berharga seperti paspor, surat berharga, dan dokumen pribadi lainnya.

    Weisberg dan kelompoknya berhasil melacak salah satu korban, Kenn Ramage, yang terkejut ketika mengetahui barang-barang miliknya ditemukan.

    “Rasanya, Anda pasti bercanda,” kata Ramage, yang kehilangan banyak barang berharga termasuk senjata antik dan perhiasan keluarganya dalam pencurian tersebut.

    Dia merasa beruntung karena barang-barang seperti foto pernikahan putrinya selamat.

    Rekaman kamera keamanan menunjukkan saat pencuri memindahkan brankas Ramage menggunakan kereta dorong ke dalam mobil.

    Ramage menyebut, pencuri tampaknya terorganisir dengan baik, mengetahui dengan persis lokasi brankas yang dicuri.

    Penyelidikan lebih lanjut oleh Kepolisian Los Angeles sedang dilakukan.

    “Sepertinya kebetulan sekali, tujuh brankas ditemukan di tempat yang sama di bukit ini. Mereka sepertinya tahu persis tempatnya,” kata Weisberg, dikutip dari CBS News dan Yahoo News.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Dituding Mata-mata, Dua Diplomat Kedubes Inggris di Moskow Diusir Rusia – Halaman all

    Dituding Mata-mata, Dua Diplomat Kedubes Inggris di Moskow Diusir Rusia – Halaman all

    TRIBUNEWS.COM – Pada  Senin waktu setempat (10/3/2025), Rusia mengumumkan akan mengusir dua diplomat asal Inggris dari negara Beruang Merah tersebut.

    Kedua diplomat yang selama ini bertugas di Kedutaan Besar Inggris di Moskow terrsebut diusir atas tuduhan melakukan kegiatan spionase.

    Kabar tersebut disampaikan oleh Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB), dalam pernyataan yang dikutip oleh kantor berita Rusia RIA Novosti.

    FSB menyatakan, kedua diplomat tersebut telah memberikan data pribadi palsu saat meminta izin untuk masuk ke negara itu.

    Keduanya juga dituduh terlibat dalam aktivitas intelijen dan subversi yang diduga mengancam keamanan Rusia.

    Namun demikian, FSB tidak memberikan secara rinci bukti-bukti apa saja yang mendukung klaim tersebut.

    Menurut laporan RIA Novosti, FSB telah memutuskan untuk mencabut akreditasi kedua diplomat tersebut, dan mereka diperintahkan untuk meninggalkan Rusia dalam waktu dua minggu.

    Kementerian Luar Negeri Rusia, dalam pernyataan terpisah menyebutkan, mereka telah memanggil seorang pejabat dari Kedutaan Besar Inggris terkait kejadian tersebut.

    “Moskow tidak akan menoleransi aktivitas petugas intelijen Inggris yang tidak dideklarasikan di wilayah Rusia,” bunyi pernyataan tersebut.

    Menanggapi kabar deportasi tersebut, pemerintah Inggris menyebut apa yang dilakukan pihak Rusia adalah “tuduhan jahat dan tanpa dasar.”

    Kecaman tersebut secara publik disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Inggris di London.

    “Ini bukan pertama kalinya Rusia membuat tuduhan jahat dan tanpa dasar terhadap staf kami,”  demikian pernyataan pihak Kemenlu Inggris menanggapi peristiwa tersebut.

    Pihak Kemenlu Inggris tidak memberikan langkah lebih lanjut terkait kebijakan atau respons yang akan dilakukan terkait pengusiran dari Rusia tersebut dalam rilisnya.

    Rusia dan Inggris Saling Usir Diplomat

    Pengusiran diplomat antara Inggris dari Rusia bukanlah peristiwa pertama yang terjadi di Kremlin.

    Pada tahun lalu, FSB juga mengusir tujuh diplomat Inggris dengan tuduhan serupa yakni melakukan aktivitas spionase di Rusia. 

    Enam pengusiran diumumkan pada bulan September, dan satu lagi pada bulan November tahun lalu. 

    Inggris sempat melakukan “pembalasan” pada bulan Februari lalu dengan mencabut kredensial seorang atase di Kedutaan Besar Rusia di London.

    Pemerintah Inggris kala itu menyebut kebijakan pencabutan kredensial yang dilakukan adalah tanggapan atas pengusiran serupa yang dilakukan Rusia pada bulan November.

    Selain itu, Pemerintah Inggris juga membatasi kegiatan diplomatik Moskow di London.

    Sebelumnya pada Mei 2024, Inggris juga sempat mengusir atase pertahanan Rusia di London dengan tuduhan bahwa ia adalah seorang petugas intelijen yang tidak dideklarasikan.

    Inggris juga menutup beberapa properti diplomatik Rusia di negara itu yang menurut mereka digunakan untuk kegiatan spionase.

    Beberapa hari kemudian, Rusia membalas dengan mengusir atase pertahanan Inggris.

    Pengusiran diplomat baik utusan Barat yang bekerja di Rusia maupun diplomat Rusia di negara-negara Barat pun semakin sering terjadi sejak Moskow meluncurkan invasi ke Ukraina pada tahun 2022.

    Pada 2023, outlet berita Rusia, RBC, melaporkan bahwa negara-negara Barat dan Jepang telah mengusir total 670 diplomat Rusia antara awal tahun 2022 hingga Oktober 2023.

    Sementara itu, Moskow merespons dengan mengusir 346 diplomat.

    Menurut RBC, jumlah ini lebih banyak dibandingkan gabungan pengusiran selama 20 tahun sebelumnya.

    (Tribunnews.com/Bobby)