Category: Tribunnews.com Internasional

  • Ukraina Krisis Senjata, Pasukan Zelensky Curhat Kehabisan Rudal ATACMS Untuk Lawan Rusia – Halaman all

    Ukraina Krisis Senjata, Pasukan Zelensky Curhat Kehabisan Rudal ATACMS Untuk Lawan Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ukraina diketahui kehabisan stok Rudal Taktis pasokan Amerika Serikat ATACMS yang biasa digunakan dalam perang melawan Rusia.

    Hal itu diungkap seorang pejabat militer  Ukraina yang bertempur di medan perang melawan Rusia.

    Dalam laporan yang dikutip dari Kyiv Independent, pejabat militer Ukraina itu menjelaskan bahwa pasukannya tidak lagi memiliki misil ATACMS di gudang senjata.

    Sementara itu, dalam laporan lain seorang pejabat Amerika menyebut jika pasokan rudal ATACMS dari negaranya yang dipasok untuk Ukraina sudah habis sejak akhir Januari 2025 lalu.

    ATACMS sendiri merupakan rudal balistik yang dipasok AS yang dapat terbang hingga 300 kilometer (sekitar 186 mil).

    ATACMS dilengkapi dengan sistem panduan GPS yang memungkinkan presisi tinggi dalam penargetan.

    Dengan kemampuan ini, ATACMS mampu menghancurkan target yang sangat spesifik dengan kerusakan minimal pada area sekitarnya.

    Selain itu ATACMS dapat menyasar berbagai target penting dengan cepat dan akurat.

    Oleh karena itu ATACMS ideal untuk digunakan dalam operasi militer berskala besar yang membutuhkan serangan cepat untuk mengganggu logistik atau menghancurkan kekuatan musuh yang kritis.

    Ukraina sendiri mulai menerima dan menggunakan sistem rudal ATACMS pada Oktober 2023.  sementara penggunaan ATACMS pertama kali tercatat pada 17 Oktober 2023.

    Serangan ini menargetkan koridor darat yang diduduki Rusia menuju Krimea dan pangkalan udara Rusia di utara Krimea, yang mengakibatkan penghancuran beberapa helikopter militer Rusia di darat.

    Pada 19 November 2024, Ukraina kembali menggunakan ATACMS dengan menargetkan wilayah dalam perbatasan internasional Rusia, menghancurkan fasilitas penyimpanan amunisi di wilayah Bryansk.

    AS Stop Pasok Senjata ke Ukraina

    Saat masa kepemimpinan Presiden Joe Biden, AS diketahui mengirim 40 misil ATACMS ke Ukraina.

    Namun sejak Presiden terpilih AS Donald Trump menjabat, AS mulai memperketat aturannya dengan membatasi pasokan senjata ke Ukraina.

    Termasuk menghentikan pasokan misil ATACMS, hal ini yang membuat Kyiv kehabisan rudal tersebut sejak Januari

    Presiden AS, Donald Trump diketahui memerintahkan penangguhan semua bantuan militer ke Ukraina.

    Penangguhan sementara bantuan militer ini tidak hanya mempengaruhi bantuan di masa mendatang, tetapi juga senjata yang sedang dalam perjalanan.

    Termasuk pengiriman melalui pesawat dan kapal, serta peralatan yang sedang transit di Polandia.

    Keputusan ini diambil setelah pertemuan yang penuh ketegangan antara Trump dan Zelensky, di mana ketidaksepakatan mengenai bantuan militer dan sikap strategis Ukraina memicu ketegangan.

    Imbas penangguhan ini, Amerika diprediksi tidak akan memasok lagi rudal ATACMS ke Ukraina. Pasalnya, Trump sangat menentang penggunaan rudal jarak jauh untuk menyerang wilayah Rusia.

    Zelensky Akui Ukraina Krisis senjata

    Presiden Ukraina mengakui bahwa sebagian besar unit militer Kiev mengalami krisis senjata.

    Ia mengungkap bahwa krisis terjadi lantaran negaranya kesulitan untuk memasok senjata di tengah meningkatnya kerusakan peralatan dan masalah pemeliharaan yang terus-menerus.

    Komentar Zelensky muncul di tengah meningkatnya tekanan dari para pendukung Kiev, khususnya Amerika Serikat yang mulai memperketat aturan.

    Tak hanya krisis senjata, Ukraina juga mengalami krisis pasukan selama perang melawan Rusia.

    Informasi publik militer Ukraina, Deep State menunjukkan dalam peta garis depan, pertempuran Ukraina mempertahankan tanah mereka banyak mengalami kegagalan.

    Ini lantaran pasukan yang diterjunkan menghadapi Rusia yang tidak memadai.

    Adapun jumlah pasukan yang dikerahkan untuk brigade nya hanya 3-5 ribu orang. Padahal untuk melawan Rusia dibutuhkan setidaknya 25.000 personel.

    Buntut krisis ini militer Kiev diam-diam memasukkan para dokter dan operator serta teknisi rudal Patriot untuk berjuang di garis depan.

    Wakil parlemen dari Partai Hamba Rakyat yang dikenal vokal tersebut mengatakan bahwa sejatinya dokter akan bertugas di belakang untuk menjamin kesehatan, sementara operator dan teknisi Patriot mengoperasikan rudal tersebut untuk menyerang Rusia.

    Akan tetapi kini mereka justru diperintahkan untuk angkat senjata berperang sebagai pasukan infanteri.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Membongkar Taktik Rusia Hancurkan Pertahanan Ukraina di Kursk, Kota Sudzha Direbut Putin – Halaman all

    Membongkar Taktik Rusia Hancurkan Pertahanan Ukraina di Kursk, Kota Sudzha Direbut Putin – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Baru-baru ini Rusia berhasil mendapatkan kemenangan menentukan di wilayah Kursk yang diduduki pasukan Ukraina.

    Kursk diserbu pasukan Ukraina dalam serangan mendadak tujuh bulan lalu. Saat itu sebagian wilayah Kursk jatuh ke tangan Ukraina dan pasukan Rusia terpaksa mundur.

    Namun, kali ini situasi berbalik karena pasukan Ukrainalah yang harus mundur. Pertahanan Ukraina di Kota Sudzha yang berada di Kursk sudah jatuh.

    Media Russia Today mengungkapkan strategi Rusia menyerang balik tentara Ukraina di wilayah Kursk.

    Setelah serangan-serangan Ukraina berakhir pada bulan Oktober 2024, pasukannya beralih ke posisi bertahan.

    Pasukan Ukraina secara perlahan mulai kehilangan wilayah yang didudukinya di Kursk.

    Kendali Ukraina atas wilayah itu juga sudah terpecah-pecah dan tidak lagi menjadi ancaman yang harus segera ditangani Rusia.

    RUSIA REBUT WILAYAH – Tangkapan layar dari YouTube DW News pada Rabu (12/3/2025) memperlihatkan wilayah yang kembali direbut Rusia dari pasukan Ukraina. (Tangkapan layar dari YouTube DW News)

    Pada penghujung tahun 2024, Rusia memilih memfokuskan serangan di wilayah Donbass.

    Akan tetapi, pada awal tahun ini Rusia  mulai mengintensifkan serangan ke Sudzha. Ukraina berusaha menguatkan pertahanannya.

    Di sisi lain, Rusia menggunakan strategi yang sangat baik seperti yang digunakan di Donbass. Strategi itu adalah mengepung tentara Ukraina dari tiga penjuru, memutus jalur perbekalan, dan membuat tentara Ukraina tumbang dengan cara perang atrisi.

    Masa titik balik dimulai setelah pada pertengahan Februari kemarin pasukan Rusia berhasil membebaskan Kota Sverdlikovo dan menyeberangi Sungai Lokanya. Rusia berhasil mendapatkan akses ke jalur perbekalan utama pasukan Ukraina dari Sumy ke Kursk.

    Situasi menjadi sangat buruk bagi Ukraina. Laporan Ukraina juga menyebut tentara Rusia unggul jauh.

    “Karena pasukan Rusia kini beroperasi di wilayah Ukraina, perbatasan teritorial menjadi tidak relevan, kebutuhan militer mendikte pergerakan,” kata Russia Today.

    PUTIN – Foto ini diambil pada Kamis (13/3/2025) dari Kepresidenan Rusia memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov (tidak terlihat dalam foto) di pos komando Rusia di Kursk pada Rabu (12/3/2025). (Kremlin)

    Serangan ke Sudzha

    Fase aktif serangan dimulai tanggal 7 Maret. Pasukan Rusia menyerang jalur perbekalan tentara Ukraina dan perlintasan penting sembari melancarkan serangan dari berbagai penjuru.

    Rusia bahkan menyerbu ke perbatasan di selatan untuk memutus jalur perbekalan sekunder ke Sudzha. Meski tentara Rusia kemudian mundur, serangannya sudah menyebabkan kekacauan parah dalam perbekalan Ukraina.

    Berbeda dengan perang panjang di Donbass, perang yang dilakukan Rusia di Sudzha mengutamakan faktor kecepatan, kejutan, dan penghancuran jaringan perbekalan Ukraina secara sistematis.

    Puncak operasi militer adalah “operasi pipa” tanggal 8 Maret. Dalam operasi itu ada 800 tentara Rusia yang merusak rantai perbekalan Ukraina. 

    Pada penghujung hari itu Rusia sudah berhasil menguasai area-area industri penting di utara dan timur Sudzha.

    Sementara itu, pasukan Ukraina berupaya mundur ke arah Sudzha demi menstabilkan garis pertahanan dan memperpanjang pertempuran.

    Akan tetapi, pada tanggal 10 Maret pertahanan Ukraina mulai tampak jatuh. Satuan-satuannya mundur. Beberapa lari ke perbatasan dan meninggalkan peralatan militer.

    Dua hari kemudian pasukan Rusia sudah menguasai zona industri, pinggiran, dan pusat pemerintahan di Sudzha.

    The Moscow Times melaporkan per tanggal 13 Maret, Rusia sudah sukses merebut kembali Sudzha yang diduduki pasukan Ukraina selama 7 bulan.

    “Satuan-satuan pasukan ‘Sever’ membebaskan pemukiman di Meloyov, Podil, dan Sudzha saat serangan,” kata Kementerian Pertahanan Rusia di Telegram.

    PERTEMPURAN DI KURSK – Pasukan Ukraina di Kursk, Rusia, yang berbatasan dengan Ukraina. (Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina)

    Pasukan Ukraina awalnya menduduki wilayah seluas 1.376 km persegi di Kursk setelah melancarkan serangan mendadak pada bulan Agustus tahun lalu.

    Ukraina berharap bisa memanfaatkan Kursk sebagai alat untuk menekan Rusia dalam perundingan perdamaian yang akan datang. Namun, harapan itu tidak terpenuhi.

    Adapun Sudzha adalah satu-satunya pemukiman besar di Kursk yang diduduki Ukraina setelah serangan pada bulan Agustus.

    Oleksander Syrsky, seorang panglima militer top Ukraina, pada hari Rabu mengatakan pertahanan Ukraina nyaris dihancurkan total oleh serangan udara Rusia.

    Dia mengatakan pasukan Ukraina akan berusaha mempertahankan pertahanannya di sisa-sisa wilayah Kursk yang masih diduduki “sepanjang itu cocok dan dibutuhkan”.

    (*)

  • Penasihat Diplomatik Presiden UEA Sampaikan Pesan Donald Trump ke Iran – Halaman all

    Penasihat Diplomatik Presiden UEA Sampaikan Pesan Donald Trump ke Iran – Halaman all

    Penasihat Diplomatik Presiden UEA Sampaikan Pesan Donald Trump ke Iran

    TRIBUNNEWS.COM- Kantor berita Iran Fars melaporkan pada hari Rabu bahwa Anwar Gargash, penasihat diplomatik Presiden UEA, telah menyampaikan pesan dari Presiden AS Donald Trump kepada Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi.

    ISNA Iran melaporkan sebelumnya hari ini bahwa Gargash akan mengadakan pembicaraan dan konsultasi dengan pejabat Iran dan Menteri Luar Negeri Iran mengenai masalah bilateral dan regional.

    Hal ini terjadi beberapa jam setelah Araghchi mengumumkan bahwa, “Surat Trump telah ditulis dan belum sampai kepada kami; seorang utusan dari salah satu negara Arab akan menyampaikannya di Teheran.” Menteri tersebut mencatat bahwa “Iran adalah anggota Perjanjian Non-Proliferasi (NPT)” dan bahwa program nuklirnya beroperasi dalam kerangka yang sama.

    “Kami selalu siap berunding dari posisi yang setara mengenai masalah nuklir,” jelas Araghchi. “Pertemuan trilateral dengan Tiongkok dan Rusia akan diadakan dalam beberapa hari mendatang untuk membahas masalah ini.”

    Trump mengumumkan Sabtu lalu bahwa ia telah mengirim surat kepada pimpinan Iran untuk merundingkan perjanjian nuklir, sebuah klaim yang dibantah Iran saat itu.

    Dalam wawancara dengan Fox Business , Trump mengonfirmasi bahwa ia ingin menegosiasikan perjanjian nuklir dengan Iran, seraya menambahkan, “Saya harap Anda akan bernegosiasi, karena itu akan jauh lebih baik bagi Iran.” Ia menambahkan, “Kita harus melakukan sesuatu, karena Anda tidak dapat membiarkan mereka [Iran] memiliki senjata nuklir.”

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian menanggapi seruan Trump untuk berunding pada Selasa malam, dengan mengatakan bahwa Iran tidak akan berunding jika diancam. “Lakukan apa pun yang Anda inginkan,” katanya kepada Trump.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR

  • Putin Mempelajari dengan Saksama Perjanjian Gencatan Senjata Washington & Kyiv, AS akan Kontak Rusia – Halaman all

    Putin Mempelajari dengan Saksama Perjanjian Gencatan Senjata Washington & Kyiv, AS akan Kontak Rusia – Halaman all

    Putin Mempelajari dengan Saksama Perjanjian Gencatan Senjata Washington-Kyiv, AS akan Kontak Rusia

    TRIBUNNEWS.COM- Vladimir Putin “mempelajari dengan saksama” hasil perundingan perdamaian berisiko tinggi antara Washington dan Kyiv , kata Moskow pada hari Rabu sementara Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan AS akan melakukan kontak dengan Rusia untuk menyampaikan proposal tersebut secara langsung.

    Kremlin mengatakan pihaknya sedang menunggu rincian dari Washington tentang kesepakatan gencatan senjata 30 hari yang sejauh ini disetujui Ukraina , setelah Washington dan Kyiv mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka berkomitmen untuk “membahas proposal khusus ini dengan perwakilan dari Rusia.”

    Para pejabat Rusia memperkirakan AS akan memberi mereka informasi terbaru tentang “rincian negosiasi yang berlangsung dan kesepahaman yang dicapai,” kata juru bicara pemimpin Rusia Dmitri S. Peskov, menurut The New York Times.

    Presiden Rusia Vladimir Putin “mempelajari dengan saksama” hasil perundingan damai antara Ukraina dan Amerika Serikat minggu ini, menurut Kremlin.

    Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz bertemu dengan pejabat Ukraina di Jeddah, Arab Saudi pada 11 Maret 2025.
    Peskov juga mencatat: “Rubio dan [Penasihat Keamanan Nasional Mike] Waltz mengatakan bahwa mereka akan menyampaikan informasi terperinci kepada kami melalui berbagai saluran tentang inti pembicaraan yang terjadi di Jeddah. Pertama, kami harus menerima informasi ini.”

    Rubio, sementara itu, mengatakan AS mengharapkan tanggapan positif dari Rusia terkait kesepakatan tersebut.

    “Kami semua sangat menantikan respons Rusia dan mendesak mereka dengan tegas untuk mempertimbangkan mengakhiri semua permusuhan,” kata Rubio saat singgah di Irlandia dalam perjalanan kembali ke Washington.

    “Jika mereka berkata ‘tidak’, maka jelas kita harus memeriksa semuanya dan mencari tahu di mana posisi kita di dunia ini dan apa niat mereka yang sebenarnya. Jika mereka berkata tidak, itu akan memberi tahu kita banyak hal tentang apa tujuan mereka dan apa pola pikir mereka,” lanjutnya.

    Rubio tidak mau menyebutkan bagaimana AS akan menanggapi jika pejabat Rusia menarik diri dari kesepakatan tersebut, tetapi mengatakan pembicaraan sebelumnya menunjukkan keinginan Moskow untuk menghentikan konflik.

    Ketika ditanya apakah Rusia dapat menerima gencatan senjata tanpa syarat, Rubio menjawab: “Itulah yang ingin kami ketahui — apakah mereka siap melakukannya tanpa syarat.”

    Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dia yakin Kyiv “dapat memperkirakan” AS akan mengambil “langkah-langkah kuat” terhadap Rusia jika Moskow menolak proposal gencatan senjata, menurut CNN.

    “Sejauh yang saya pahami, kita dapat mengharapkan langkah-langkah yang kuat. Saya tidak tahu rinciannya, tetapi kita berbicara tentang tindakan sanksi masing-masing dan penguatan Ukraina,” kata Zelensky.

    Zelensky mengatakan Ukraina telah menerima kesepakatan 30 hari yang diusulkan oleh AS, yang akan mencakup gencatan senjata di laut, udara, dan darat.

    “Semuanya tergantung pada Rusia. AS telah mengambil langkah, Ukraina telah memperjelas posisinya. Sekarang Rusia perlu merespons,” katanya.

    Zelensky menolak mengatakan apa yang akan terjadi jika Rusia melanggar kesepakatan gencatan senjata 30 hari.

    Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz bertemu dengan pejabat Ukraina di Jeddah, Arab Saudi pada 11 Maret 2025.

    SUMBER: NYPOST.COM

  • Rusia Sampaikan Daftar Tuntutan ke AS Sebagai Syarat Kesepakatan Akhiri Perang di Ukraina – Halaman all

    Rusia Sampaikan Daftar Tuntutan ke AS Sebagai Syarat Kesepakatan Akhiri Perang di Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rusia telah mengajukan daftar tuntutan kepada Amerika Serikat (AS) sebagai bagian dari upaya untuk mencapai kesepakatan dalam mengakhiri perang yang sedang berlangsung dengan Ukraina.

    Tuntutan tersebut bertujuan untuk mengatur ulang hubungan Rusia dengan Washington dan juga mencerminkan persyaratan yang sebelumnya diajukan kepada Ukraina, AS, dan NATO.

    Menurut laporan yang disampaikan oleh Reuters pada 13 Maret 2025, yang mengutip dua sumber yang dirahasiakan, pejabat dari kedua negara telah membahas daftar tuntutan ini dalam beberapa kali percakapan, baik secara tatap muka maupun virtual.

    Pembicaraan tersebut dilaporkan telah berjalan selama 3 minggu terakhir.

    Meskipun demikian, rincian pasti mengenai isi tuntutan tersebut masih belum jelas.

    Persyaratan yang Diajukan Rusia

    Beberapa persyaratan yang sebelumnya diajukan Rusia mencakup permintaan agar Ukraina secara permanen meninggalkan aspirasi untuk bergabung dengan NATO, dikutip dari Kyiv Independent.

    Rusia juga menuntut agar Ukraina melarang penempatan pasukan asing di wilayahnya.

    Terakhir, Rusia meminta agar Internasional mengakui klaim Vladimir Putin atas Krimea dan empat provinsi Ukraina, dikutip dari Sky News.

    Keempat provinsi tersebut di antaranya, oblast Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia, sebagai bagian dari wilayah Rusia.

    Ini menyusul permintaan Putin pada bulan Juni 2024.

    Di mana Putin meminta Ukraina untuk segera menarik pasukannya dari keempat wilayah yang disebutkan di atas sebagai syarat negosiasi.

    Namun tampaknya permintaan Putin tidak mendapatkan sambutan baik dari Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

    Pada Selasa (12/3/2025), Zelensky dengan tegas mengatakan pihkanya tidak akan mengizinkan keempat wilayah tersebut diakui sebagai bagian dari Rusia.

    Tuntutan ini tidak hanya menyoroti masalah teritorial yang sudah menjadi sengketa sejak Rusia mengkriminalisasi wilayah-wilayah tersebut pada 2014, tetapi juga mencerminkan ketegangan panjang dalam hubungan Rusia dengan negara-negara Barat, khususnya AS dan NATO.

    Meski persyaratan yang diajukan Rusia sangat ketat, belum ada kejelasan apakah Rusia bersedia terlibat dalam pembicaraan damai dengan pemerintah Ukraina sebelum semua tuntutan ini dipenuhi. 

    Hal ini menjadi salah satu pertanyaan besar yang harus dijawab dalam upaya untuk menciptakan jalan menuju perdamaian.

    Pihak Ukraina, yang didukung oleh AS dan negara-negara Barat lainnya, sejauh ini menolak beberapa tuntutan utama Rusia, terutama mengenai status Krimea dan wilayah-wilayah yang diduduki. 

    Penolakan ini memperlihatkan betapa sulitnya mencapai kesepakatan damai, mengingat posisi kedua belah pihak yang bertolak belakang.

    Ukraina Setujui Gencatan Senjata 30 Hari

    AS dan Ukraina mengeluarkan pernyataan bersama setelah para pejabat bertemu pada hari Selasa di Arab Saudi.

    Dalam pernyataan tersebut, Ukraina terbuka terhadap usulan AS untuk memberlakukan gencatan senjata sementara selama 30 hari yang dapat diperpanjang dengan kesepakatan bersama para pihak.

    Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan kepada wartawan bahwa kesepakatan itu dicapai setelah negosiasi berjam-jam antara pejabat Amerika dan Ukraina di Jeddah, Arab Saudi.

    “Hari ini, kami mengajukan tawaran yang diterima Ukraina, yaitu untuk melakukan gencatan senjata dan negosiasi segera guna mengakhiri konflik ini dengan cara yang bertahan lama dan berkelanjutan serta memperhitungkan kepentingan, keamanan, dan kemampuan mereka untuk maju sebagai sebuah negara,” kata pejabat tinggi urusan luar negeri Donald Trump, dikutip dari Yahoo News.

    Rubio berharap Rusia juga sepakat terkait gencatan senjata ini.

    “Dan mudah-mudahan kami akan menyampaikan tawaran ini kepada Rusia, dan kami berharap mereka akan mengatakan ya, bahwa mereka akan mengatakan ya untuk perdamaian,” tambah Rubio. 

    Tak hanya Rubio, Zelensky juga mengonfirmasi kesepakatan tersebut melalui X.

    Menurut Zelensky, saat ini adalah tugas AS untuk meyakinkan Rusia.

    “Kini, giliran Amerika Serikat untuk meyakinkan Rusia agar melakukan hal yang sama,” kata Zelensky dalam pernyataan terpisah tentang X.

    “Jika Rusia setuju, gencatan senjata akan segera berlaku,” tambahnya.

    Dalam pernyataan terpisah, Zelensky mengatakan cakupan apa saja dalam kesepakatan gencatan senjata tersebut.

    “Usulan gencatan senjata akan membentuk gencatan senjata penuh selama 30 hari, tidak hanya terkait rudal, drone, dan bom, tidak hanya di Laut Hitam, tetapi juga di sepanjang garis depan,” jelas Zelensky melalui Telegram, dikutip dari Al Jazeera.

    Namun Trump hingga saat ini masih menunggu kabar dari Putin mengenai apakah Rusia akan menyetujui gencatan senjata selama 30 hari yang telah disetujui Ukraina dengan syarat Moskow juga menyetujuinya. 

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Konflik Rusia vs Ukraina

  • Tentara Ukraina Disebut Mundur Bertahap dari Kursk, Kota Sudzha Kini Berada di Bawah Kendali Rusia – Halaman all

    Tentara Ukraina Disebut Mundur Bertahap dari Kursk, Kota Sudzha Kini Berada di Bawah Kendali Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Media pemerintah Rusia dan para blogger pro-perang berbagi video yang menunjukkan pasukan Rusia mengibarkan bendera di kota Sudzha di wilayah Kursk barat daya, Rabu (12/3/2025).

    Saluran Telegram yang terhubung dengan Pasukan Lintas Udara Rusia menerbitkan video udara pendek yang memperlihatkan para prajurit mengibarkan bendera Rusia di samping spanduk unit di alun-alun pusat Sudzha pada Rabu pagi.

    Pada waktu yang sama, versi video berdurasi 38 detik muncul di situs web kantor berita milik pemerintah RIA Novosti dan TASS.

    Dalam video tersebut, seorang petugas di balik kamera menunjuk ke tujuh tentara di alun-alun yang kosong, dan menggambarkan mereka sebagai pasukan terjun payung dan unit lain yang telah “bersama-sama merebut kembali” kota tersebut.

    Pada hari Rabu, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan telah mengambil alih kendali atas empat permukiman di wilayah Kursk, yang semuanya terletak di pinggiran Sudzha.

    Sehari sebelumnya, militer Rusia melaporkan telah merebut kembali 12 permukiman di wilayah perbatasan.

    Analis militer independen, Yan Matveev, mengatakan kehadiran media Rusia di dekat Sudzha menunjukkan pasukan Ukraina mundur tanpa perlawanan, yang tampaknya merupakan upaya untuk melindungi personel dan peralatan mereka.

    Matveev menyebut pasukan Rusia akan mendapatkan kembali kendali penuh atas wilayah Kursk pada hari Rabu.

    Senada dengan itu, Ruslan Leviev, pendiri pemantau perang independen Conflict Intelligence Team, mengatakan kepada lembaga penyiaran TV Rain pada hari Rabu bahwa tentara Ukraina secara bertahap mundur dari wilayah Kursk.

    “Kami telah melihat bahwa semua wilayah yang berada di bawah kendali Rusia telah direbut tanpa perlawanan sedikit pun. Hal yang sama berlaku untuk Sudzha,” kata Leviev, dilansir The Moscow Times.

    “Hari ini, kami melihat mereka berada di sisi seberang (kota). Dan sekali lagi, tidak ada gambar pertempuran apa pun.”

    “Pada titik ini, adil untuk mengatakan bahwa seluruh kota Sudzha sekarang berada di bawah kendali Rusia,” jelasnya.

    Menurut Leviev, pasukan Ukraina mungkin akan mencoba mempertahankan desa-desa perbatasan yang masih berada di bawah kendali mereka di wilayah Kursk selama beberapa hari lagi.

    Laporan akhir pekan lalu mengklaim bahwa 800 pasukan khusus Rusia telah merangkak sejauh 15 kilometer melalui bagian pipa yang tidak terpakai, yang pernah membawa gas Rusia ke Eropa melalui Ukraina, untuk melakukan serangan diam-diam terhadap pasukan Ukraina di Sudzha.

    Militer Ukraina mengatakan pihaknya berhasil menangkis  serangan Rusia melalui pipa gas di pinggiran Sudzha pada Sabtu (8/3/2025).

    Pada Senin (10/3/2025), Jenderal Ukraina Oleksandr Syrskyi  mengatakan, serangan balik Rusia tidak menempatkan pasukannya pada risiko pengepungan, meskipun ia mengindikasikan bahwa mereka mundur ke “posisi yang menguntungkan untuk pertahanan.”

    Pasukan Ukraina awalnya merebut 1.376 kilometer persegi (531 mil persegi) tanah di wilayah Kursk setelah melancarkan serangan pada bulan Agustus, yang bertujuan untuk menggunakan wilayah yang diduduki sebagai pengaruh dalam negosiasi perdamaian di masa mendatang dengan Rusia.

    Hingga hari Rabu, wilayah di bawah kendali Ukraina telah menyusut menjadi kurang dari 200 kilometer persegi (77 mil persegi), menurut DeepState, pelacak medan perang yang memiliki hubungan dengan militer Ukraina.

    Senjata AS Kembali Mengalir ke Ukraina

    Diberitakan AP News, pengiriman senjata Amerika Serikat (AS) ke Ukraina dilanjutkan pada hari Rabu, kata sejumlah pejabat.

    Pengiriman dilakukan sehari setelah pemerintahan Donald Trump mencabut penangguhan bantuan militer untuk Kyiv dalam perang melawan invasi Rusia, dan sejumlah pejabat menunggu tanggapan Kremlin terhadap usulan gencatan senjata selama 30 hari yang didukung oleh Ukraina.

    Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan penting untuk tidak “terburu-buru” menanggapi pertanyaan tentang gencatan senjata, yang diusulkan oleh Washington.

    Ia mengatakan kepada wartawan bahwa Moskow sedang menunggu “informasi terperinci” dari AS dan menyarankan agar Rusia mendapatkannya sebelum dapat mengambil posisi.

    PRESIDEN ZELENSKY – Tangkapan layar YouTube NBC News yang diambil pada Selasa (18/2/2025) menunjukkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbincang tentang perspektifnya tentang perundingan damai antara Ukraina dan Rusia pada 16 Februari 2025. (Tangkapan layar YouTube NBC News)

    Kremlin sebelumnya menentang apa pun kecuali akhir permanen konflik dan belum menerima konsesi apa pun.

    Presiden AS Donald Trump ingin mengakhiri perang tiga tahun dan menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk ikut berunding.

    Penghentian bantuan AS terjadi beberapa hari setelah Zelensky dan Trump berdebat tentang konflik tersebut dalam pertemuan yang menegangkan di Gedung Putih.

    Trump mengatakan “sekarang tergantung pada Rusia” saat pemerintahannya menekan Moskow untuk menyetujui gencatan senjata.

    “Dan mudah-mudahan kita bisa mendapatkan gencatan senjata dari Rusia,” kata Trump pada hari Rabu dalam perbincangan panjang dengan wartawan selama pertemuan di Ruang Oval dengan Micheál Martin, Perdana Menteri Irlandia.

    “Dan jika kita berhasil, saya kira itu sudah 80 persen dari jalan untuk mengakhiri pertumpahan darah yang mengerikan ini,” jelasnya.

    Presiden AS itu kembali melontarkan ancaman terselubung akan menjatuhkan sanksi baru kepada Rusia.

    “Kita bisa, tetapi saya harap itu tidak diperlukan,” kata Trump.

    Sementara itu, Zelensky mengatakan gencatan senjata selama 30 hari akan memungkinkan kedua belah pihak “untuk sepenuhnya mempersiapkan rencana langkah demi langkah guna mengakhiri perang, termasuk jaminan keamanan bagi Ukraina.”

    Pertanyaan teknis mengenai cara memantau gencatan senjata secara efektif di sepanjang garis depan sepanjang sekitar 1.000 kilometer (600 mil), tempat drone kecil namun mematikan biasa ditemukan, adalah “sangat penting,” kata Zelensky kepada wartawan pada hari Rabu di Kyiv.

    Sebagai informasi, pengiriman senjata ke Ukraina telah dilanjutkan melalui pusat logistik Polandia, demikian diumumkan menteri luar negeri Ukraina dan Polandia pada hari Rabu.

    Pengiriman dilakukan melalui pusat NATO dan AS di kota Rzeszow di Polandia timur yang telah digunakan untuk mengangkut senjata Barat ke negara tetangga Ukraina sekitar 70 kilometer (45 mil) jauhnya.

    Bantuan militer Amerika sangat penting bagi militer Ukraina yang kekurangan personel dan kelelahan, yang mengalami kesulitan untuk menahan kekuatan militer Rusia yang lebih besar.

    Bagi Rusia, bantuan Amerika berpotensi menimbulkan kesulitan yang lebih besar dalam mencapai tujuan perang, dan hal itu dapat membuat upaya perdamaian Washington menjadi lebih sulit di Moskow.

    Pemerintah AS juga telah memulihkan akses Ukraina ke gambar satelit komersial yang tidak dirahasiakan yang disediakan oleh Maxar Technologies melalui program yang dijalankan Washington, kata juru bicara Maxar Tomi Maxted kepada The Associated Press.

    Gambar-gambar tersebut membantu Ukraina merencanakan serangan, menilai keberhasilannya, dan memantau pergerakan Rusia.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

  • Warga Yahudi Israel Ngamuk-ngamuk Menyiram Wajah Wanita Kristen yang Sedang Berkhotbah di Yerusalem – Halaman all

    Warga Yahudi Israel Ngamuk-ngamuk Menyiram Wajah Wanita Kristen yang Sedang Berkhotbah di Yerusalem – Halaman all

    Warga Israel Sambil Teriak Ngamuk-ngamuk Menyiram Wanita Kristen yang Sedang Berkhotbah di Yerusalem

    TRIBUNNEWS.COM- Beberapa orang pria warga Israel mengamuk-ngamuk dan mengoceh, salah seorang di antaranya menyiramkan air dari botol minuman ke arah wajah wanita Kristen yang sedang berkhotbah di Yerusalem.

    Insiden yang terjadi pada malam hari itu terekam jelas kamera.

    Seorang wanita Kristen sedang berkhotbah di jalanan Yerusalem ketika beberapa orang warga Israel menghampirinya dan memarahi mereka.

    Salah seorang warga Israel kemudian menyiram wajah wanita Kristen tersebut dengan air sambil menyuruhnya pergi.

    “Apa yang kau inginkan? Pergilah,” katanya sambil membentak. “Ini Israel, Yahudi!.”

    Beberapa orang berusaha menghalangi pria Israel tersebut.

    Pria Israel tersebut masih marah-marah dan mengoceh memprotes aksi wanita Kristen tersebut.

    Pria Israel itu kemudian mengatakan nama tempat dengan suara keras.

    “India, India, Pergi ke India. Ini Yahudi, Pergi ke India, Ini Israel, Saya Cinta Israel,” teriaknya lagi.

    Insiden tersebut terekam kamera dan diposting di media sosial. 

    Kejadian tersebut banyak dikomentari netizen.

    Beberapa netizen menuliskan komentarnya.

    “Sebagai seorang Kristen, saya benar-benar terkejut dengan banyaknya orang Kristen yang mendukung Israel berdasarkan apa yang disebut “solidaritas evangelis”. Mereka tidak pernah menghormati kami atau agama lain” tulis salah seorang netizen.

    “Mungkin ini saat yang tepat untuk menyadarkan para Zionis evangelis” tulis yang lain.

    “Orang-orangnya baik, ramah, baik hati, sopan, (sarkasme)” tulis yang lainnya lagi.

    “Mereka hanya menyukai orang-orang di sekitar mereka. Semoga semua orang menyadari hal ini” tulis yang lainnya lagi.

     

     

     

     

     

     

     

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR 

  • Penasihat Diplomatik Presiden UEA Sampaikan Pesan Donald Trump ke Iran – Halaman all

    Donald Trump Menarik Kembali Rencana Pembersihan Etnis: ‘Tak Ada yang Mengusir Siapa Pun dari Gaza’ – Halaman all

    Donald Trump Menarik Kembali Rencana Pembersihan Etnis: Tidak Ada yang Mengusir Siapa Pun dari Gaza 

    TRIBUNNEWS.COM- Presiden AS Donald Trump menyatakan pada tanggal 12 Maret bahwa warga Palestina tidak akan “diusir” dari Gaza.

    Trump tampaknya menarik kembali ancaman yang dilontarkannya awal tahun ini untuk melakukan pembersihan etnis Palestina di jalur tersebut guna membangun “Riviera Timur Tengah.”

    Pernyataan Trump baru-baru ini muncul setelah para pejabat Tel Aviv menyatakan kemarahan mereka atas diskusi langsung Washington tentang gencatan senjata dengan Hamas.

    “Kami tidak mengusir siapa pun dari Jalur Gaza,” kata Trump kepada wartawan menjelang pertemuannya dengan Perdana Menteri Irlandia Micheál Martin.

    Pernyataan Trump sangat kontras dengan pernyataannya pada tanggal 4 Februari bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, di mana ia mengatakan, “AS akan mengambil alih Jalur Gaza … Saya melihatnya sebagai posisi kepemilikan jangka panjang,” dan menekankan bahwa AS dan Israel “akan menghancurkannya; 1,8 juta orang harus pergi.”

    Hal ini terjadi hanya seminggu setelah juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Brian Hughes menyatakan bahwa Trump “berpegang teguh pada visinya untuk membangun kembali Gaza yang bebas dari Hamas,” menolak usulan Mesir untuk Gaza pascaperang yang diajukan oleh negara-negara Arab pada pertemuan puncak baru-baru ini di Kairo.

    “Usulan saat ini tidak membahas kenyataan bahwa Gaza saat ini tidak dapat dihuni dan penduduknya tidak dapat hidup secara manusiawi di wilayah yang tertutup puing-puing dan persenjataan yang belum meledak,” kata Hughes.

    Selama bulan lalu, presiden AS berulang kali menegaskan ancamannya untuk “mengambil alih” Gaza, dengan mengklaim bahwa ia “berkomitmen untuk membeli dan memiliki” daerah kantong itu. 

    Namun, pada akhir Februari, ia mengklaim tidak ingin memaksakan rencana “Riviera” dengan paksa, tetapi “akan merekomendasikannya.”

    Pernyataan terbaru Trump muncul menyusul negosiasi langsung AS-Hamas mengenai gencatan senjata di Gaza yang dipimpin oleh utusan sandera AS Adam Boehler. 

    “Lihat, mereka tidak punya tanduk yang tumbuh di kepala mereka; mereka sebenarnya orang-orang seperti kita; mereka orang-orang yang cukup baik. Kami adalah Amerika Serikat, kami bukan agen Israel. Kami memiliki kepentingan tertentu yang sedang dimainkan,” kata Boehler kepada CNN minggu lalu, yang mengundang kemarahan Tel Aviv.

    Boehler semakin membuat marah pejabat Israel dengan berbicara kepada Channel 12 News, mengatakan kepada penyiar tersebut bahwa telah terjadi “perkembangan positif dalam negosiasi” dengan Hamas.

    “[Boehler] berusaha merundingkan pembebasan sandera Amerika. Kami menjelaskan kepadanya bahwa ia tidak dapat berbicara atas nama kami, dan jika ia ingin berunding atas nama Amerika Serikat, maka ia akan beruntung,” kata Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich kepada Radio Angkatan Darat Israel.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Khamenei Menantang Trump: Tawaran soal Perjanjian Nuklir AS-Iran yang Baru Adalah Tipuan – Halaman all

    Khamenei Menantang Trump: Tawaran soal Perjanjian Nuklir AS-Iran yang Baru Adalah Tipuan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, menyinggung ancaman Amerika Serikat (AS) yang mendesak Iran untuk melakukan negosiasi perjanjian nuklir.

    Khamenei mengatakan tawaran AS hanya tipuan dan menegaskan AS tidak berhak mencegah Iran untuk memiliki senjata nuklir.

    “Kami tidak menginginkan senjata nuklir, dan kami juga tidak berusaha memilikinya. Kami telah menjelaskan alasannya sebelumnya,” kata Ali Khamenei dalam pertemuan dengan para mahasiswa di Iran, Rabu (12/3/2025).

    “Jika kami ingin memperoleh senjata nuklir, Amerika Serikat tidak akan mampu mencegah kami melakukannya,” lanjutnya.

    Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengatakan dia telah mengirim surat kepada Khamenei yang mengusulkan perundingan nuklir yang baru antara AS dan Iran.

    Selain itu, Trump juga memperingatkan Iran dengan mengatakan, “Ada dua cara untuk menangani Iran: secara militer, atau Anda membuat kesepakatan.”

    Khamenei: Tawaran Trump adalah Tipuan

    Ali Khamenei mengatakan tawaran Donald Trump untuk berunding adalah tipuan.

    Beberapa pihak mendesak pemerintah Iran untuk melakukan negosiasi perjanjian nuklir dengan AS, namun Khamenei menegaskan pemerintah Iran memiliki alasannya.

    Menurutnya, bernegosiasi dengan AS hanya akan berakhir dengan peningkatan tekanan terhadap Iran.

    “Saya ingin menegaskan bahwa jika tujuan negosiasi adalah mencabut sanksi, maka bernegosiasi dengan pemerintahan AS tidak akan mengarah ke sana. Sebaliknya, hal itu akan membuat sanksi menjadi lebih rumit dan meningkatkan tekanan,” katanya.

    Khamenei mengatakan pemerintah AS mengajukan tuntutan yang lebih tinggi dalam tawarannya terhadap Iran, sehingga membuat situasi menjadi lebih rumit.

    “Apa gunanya bernegosiasi jika kita tahu dia tidak akan menepatinya,” kata Khamenei, merujuk pada perjanjian nuklir internasional tahun 2015 yang ditarik Trump setelah mengecamnya karena terlalu lunak terhadap Iran.

    “Kami duduk dan bernegosiasi selama beberapa tahun, dan orang ini (Trump) mengambil perjanjian yang telah diselesaikan, difinalisasi, dan ditandatangani dari meja perundingan dan merobeknya,” lanjutnya.

    “Oleh karena itu, undangan untuk bernegosiasi … adalah penipuan opini publik,” kata Khamenei, seperti diberitakan Iran International.

    Ia dengan tegas menolak tawaran baru Trump untuk negosiasi perjanjian nuklir yang baru.

    Iran akan Merespons Jika AS Melakukan Tindakan Militer

    Dalam pidatonya, Khamenei juga menyinggung soal ancaman Trump yang memberikan dua pilihan kepada Iran, yaitu opsi militer atau diplomasi.

    “Ancaman Amerika Serikat akan opsi militer tidak rasional, karena perang tidak akan melibatkan serangan langsung ke satu pihak,” katanya.

    Khamenei mengatakan dia belum melihat surat tersebut, namun menegaskan bahwa Iran tidak mencari perang dan akan melawan jika diserang.

    “Jika Amerika Serikat dan antek-anteknya melakukan tindakan bodoh terhadap kita, tanggapan Iran akan tegas dan pasti,” katanya, seperti diberitakan Al Mayadeen.

    Ia menegaskan AS akan paling menderita dalam perang semacam itu dan menekankan Iran mampu memberikan respons yang tepat.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Putin Mempelajari dengan Saksama Perjanjian Gencatan Senjata Washington & Kyiv, AS akan Kontak Rusia – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-1.114: Putin Bangga, Ukraina Mundur setelah Digempur Rusia di Kursk – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-1.114 pada Kamis (13/3/2025).

    Pada tengah malam, suara ledakan dapat terdengar di Kyiv dan disusul dengan suara ledakan yang kedua pada pukul 01.16 waktu setempat.

    Setengah jam kemudian, Rusia menyerang Kherson secara besar-besaran.

    Sementara itu, ledakan terdengar di wilayah Zaporizhia pada pukul 04.00 pagi waktu setempat.

    Angkatan Udara Ukraina memperingatkan tentang ancaman pesawat tak berawak terhadap Zaporizhia.

    Pada waktu yang beriringan, peringatan serangan udara telah dicabut di Kyiv, seperti diberitakan Suspilne.

    Putin Kunjungi Kursk

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi wilayah perbatasannya di Kursk untuk pertama kalinya sejak Ukraina menginvasi sebagian wilayah Rusia dalam serangan mendadak pada Agustus 2024.

    Putin berharap pasukannya hampir berhasil membebaskan sepenuhnya wilayah Kursk setelah mengklaim telah merebut kembali 24 permukiman dalam lima hari terakhir.

    “Saya berharap semua tugas tempur yang dihadapi unit kami akan terpenuhi, dan wilayah wilayah Kursk akan segera dibebaskan sepenuhnya dari musuh,” kata Putin di televisi pemerintah, Rabu (12/3/2025).

    Putin juga mengatakan Rusia memperlakukan semua tawanan perang dengan baik.

    Putin Memuji Pasukan Rusia dalam Operasi Pipa di Kursk

    Dalam kunjungannya di Kursk, Putin memuji pasukan Rusia yang meliputi personel dari Brigade Serangan Lintas Udara ke-11, Resimen Senapan Bermotor ke-30, dan detasemen pasukan khusus Akhmat yang berpartisipasi dalam operasi khusus di Kursk.

    Ia diberitahu oleh Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia, Jenderal Valery Gerasimov, bahwa pasukan Rusia berhasil melakukan operasi khusus melalui saluran pipa dalam serangan yang mengejutkan pasukan Ukraina di Kursk.

    “Tim penyerang dari formasi gabungan ini, yang berjumlah lebih dari 600 orang, menggunakan pipa transmisi gas untuk menempuh jarak sekitar 15 kilometer dan menyusup ke formasi tempur angkatan bersenjata Ukraina,” lapor Gerasimov kepada Putin.

    “Tindakan ini mengejutkan musuh dan menyebabkan runtuhnya pertahanan mereka serta perkembangan serangan kami di wilayah Kursk,” imbuh Gerasimov.

    Ukraina Tarik Pasukannya dari Kursk setelah Digempur Rusia

    Beberapa menit setelah pernyataan Putin disiarkan, panglima tertinggi angkatan darat Ukraina, Jenderal Oleksandr Syrski, mengisyaratkan pasukannya ditarik mundur untuk meminimalkan kerugian.

    “Dalam situasi yang paling sulit, prioritas saya adalah menyelamatkan nyawa tentara Ukraina. Untuk tujuan ini, unit-unit pasukan pertahanan, jika perlu, akan bermanuver ke posisi yang lebih menguntungkan,” tulis Syrski, Rabu.

    Syrski: Rusia Menyerang dengan Pasukan Udara dan Unit Khusus

    Jenderal Oleksandr Syrski mengatakan militer Rusia menderita kerugian personel dan peralatan yang besar saat mencoba meraih keuntungan politik dengan berupaya mengusir pasukan Ukraina dari pemukiman Sudzha di Kursk. 

    Namun, sumber terbuka Deep State yang berbasis di Ukraina menunjukkan bahwa Ukraina tidak lagi memegang kendali penuh atas pemukiman tersebut.

    Meski mengatakan musuh menderita kerugian, Syrski mengakui Rusia telah mengerahkan pasukan terbaiknya untuk memukul mundur pasukan Ukraina.

    “Musuh menggunakan unit penyerangan pasukan udara dan pasukan operasi khusus untuk menerobos pertahanan kami, mengusir pasukan kami keluar dari wilayah Kursk dan memindahkan pertempuran ke wilayah Sumy dan Kharkiv,” kata Syrskyi, seperti diberitakan The Guardian.

    Zelensky: Kami Berupaya Melindungi Tentara Ukraina

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina melakukan upaya semaksimal mungkin untuk melindungi tentaranya di garis depan medan perang.

    “Rusia jelas berusaha memberikan tekanan maksimal pada pasukan kami, dan komando militer kami melakukan apa yang harus dilakukan,” kata Presiden Ukraina dalam konferensi pers di Kyiv, Rabu.

    “Kami menjaga keselamatan prajurit kami semaksimal mungkin,” lanjutnya.

    Trump Ancam Rusia secara Finansial jika Tak Setujui Usulan Gencatan Senjata 30 Hari

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengisyaratkan ia dapat menargetkan Rusia secara finansial atau memberikan sanksi lagi.

    Hal ini terjadi setelah Zelensky mendesaknya untuk mengambil langkah-langkah kuat jika Rusia gagal mendukung gencatan senjata 30 hari yang disepakati antara delegasi Ukraina dan AS yang bertemu di Arab Saudi pada 11 Maret lalu.

    Sebelumnya Zelensky mengatakan ia mengharapkan tindakan tegas dari Washington jika Rusia menolak usulan gencatan senjata.

    “Saya memahami bahwa kita dapat mengandalkan langkah tegas. Saya belum tahu rinciannya tetapi kita berbicara tentang sanksi (terhadap Rusia) dan memperkuat Ukraina,” kata Zelensky.

    AS, Ukraina, dan Eropa Menunggu Respons Rusia

    Pemerintah AS, Kyiv, dan Eropa sedang menunggu tanggapan Moskow terhadap usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari dengan Ukraina.

    Utusan AS yang dikirim ke Moskow diharapkan untuk mengadakan pembicaraan dengan Putin pada akhir minggu ini.

    Kremlin belum secara terbuka mengatakan apakah mereka mendukung gencatan senjata segera atau tidak.

    Menlu AS Ingin Rusia Setujui Rencana AS Tanpa Syarat Apa Pun

    Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan pemerintahan Trump menginginkan persetujuan Rusia tanpa syarat apa pun atas usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari dengan Ukraina.

    “Itulah yang ingin kami ketahui – apakah mereka siap melakukannya tanpa syarat,” kata Rubio di pesawat menuju pertemuan G7 di Kanada.

    “Jika jawabannya ya, maka kami tahu kami telah membuat kemajuan nyata, dan ada peluang nyata untuk mencapai perdamaian. Jika jawaban mereka tidak, itu akan sangat disayangkan, dan itu akan memperjelas niat mereka,” imbuhnya.

    Eropa Bahas Pembentukan Pasukan Jaminan untuk Ukraina

    Ketika Rusia belum memberikan jawaban atas usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari dengan Ukraina, para pejabat tinggi militer Eropa (Inggris, Jerman, Italia, Polandia dan Prancis) berkumpul di Paris pada Rabu kemarin.

    Mereka membahas kemampuan Eropa memberikan jaminan keamanan untuk Ukraina jika gencatan senjata dengan Rusia telah disepakati.

    Menteri pertahanan Prancis, Sébastien Lecornu, mengatakan pengumuman gencatan senjata bisa datang secepatnya pada hari  (13/3/2025) dan Eropa harus siap untuk membantu menegakkannya.

    “Kami berharap untuk melihat gencatan senjata besok” katanya.

    Ia mengatakan setidaknya 15 negara bersedia berkontribusi pada pasukan hingga 30.000 personel yang akan secara permanen mengamankan bandara, pelabuhan, dan infrastruktur Ukraina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina