Category: Tribunnews.com Internasional

  • Putin Setujui Gencatan Senjata 30 Hari dengan Ukraina, tapi Ada Syarat dan Pertanyaan Penting – Halaman all

    Putin Setujui Gencatan Senjata 30 Hari dengan Ukraina, tapi Ada Syarat dan Pertanyaan Penting – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin menyetujui usulan Amerika Serikat (AS) untuk gencatan senjata selama 30 hari dengan Ukraina, tetapi ia mengajukan persyaratan.

    AS sebelumnya berharap Rusia tidak mengajukan persyaratan apa pun, tetapi Putin mengatakan masih banyak pertanyaan yang belum terjawab mengenai usulan tersebut.

    “Kami setuju dengan usulan untuk mengakhiri permusuhan di Ukraina, asalkan hal itu mengarah pada perdamaian jangka panjang dan menawarkan solusi untuk akar konflik,” kata Putin dalam konferensi pers dengan Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko, pada Kamis (13/3/2025).

    Putin menggambarkan gencatan senjata 30 hari yang diusulkan oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump sebagai ide yang bagus.

    Namun, Putin menekankan ada pertanyaan serius tentang hal itu dan rincian tepat yang perlu dipelajari.

    “Mengapa mereka membutuhkan gencatan senjata selama 30 hari? Untuk memobilisasi atau memasok senjata kepada Ukraina? Atau tidak satupun dari hal ini akan dilakukan?” katanya.

    Ia mencatat itu akan bermanfaat bagi Ukraina untuk memobilisasi pasukan dan memasok senjata, mengingat isolasi total pasukan Ukraina yang telah menyusup ke wilayah Rusia di Kursk.

    “Apakah mereka yang ada di sana akan keluar tanpa perlawanan? Haruskah kita membebaskan mereka dari sana setelah mereka melakukan banyak kejahatan terhadap warga sipil? Atau akankah pimpinan Ukraina memberikan perintah untuk menyerah?” kata Putin mempertanyakan tentang pasukan Ukraina yang masih berada di wilayahnya di Kursk.

    Ia menambahkan akan sangat sulit untuk memantau kepatuhan terhadap gencatan senjata.

    “Siapa yang akan memberi perintah kepada pasukan Ukraina dan berapa harga perintah tersebut?” tanyanya, khawatir jika terjadi pelanggaran.

    Putin juga mempertanyakan siapa yang akan memantau penerapan gencatan senjata selama 30 hari terutama di garis depan.

    “Siapa yang akan memantau gencatan senjata? Garis depan membentang sejauh 2.000 kilometer,” lanjutnya, seperti diberitakam RBC.

    Sebelumnya pada bulan lalu, Trump mengusulkan untuk menempatkan pasukan perdamaian Eropa di wilayah Ukraina jika terjadi gencatan senjata, sebuah usulan yang ditolak Rusia karena pasukan apa pun dari Eropa dianggap sebagai pasukan NATO.

    Putin mengatakan Rusia harus membahas isu terkait gencatan senjata di Ukraina dengan Amerika Serikat, dan mungkin dengan Presiden Trump, berdasarkan situasi di lapangan.

    Presiden Rusia mengisyaratkan ia mungkin perlu menelepon Trump untuk menyampaikan rasa terima kasihnya kepada presiden AS atas minatnya dalam menengahi negosiasi perang antara Rusia dan Ukraina.

    “Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih saya kepada Presiden AS Trump atas minat besar yang diberikannya terhadap penyelesaian di Ukraina,” kata Putin.

    Selain itu, ia menekankan semua rencana militer di Oblast Kursk dan di garis depan lainnya akan dilaksanakan untuk melanjutkan kemajuan yang diraih pasukan Rusia baru-baru ini.

    Putin mengatakan pasukan Rusia sedang berupaya untuk memblokir unit yang cukup besar dari Angkatan Bersenjata Ukraina di Kursk.

    “Berdasarkan situasi di lapangan, kami akan menyepakati langkah selanjutnya untuk mengakhiri konflik dan mencapai kesepakatan yang dapat diterima semua pihak,” tegasnya.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Tangis dan Penantian, Keluarga Korban Perang Narkoba Duterte Tak Menyerah Berjuang Tuntut Keadilan – Halaman all

    Tangis dan Penantian, Keluarga Korban Perang Narkoba Duterte Tak Menyerah Berjuang Tuntut Keadilan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Warga Filipina, Crisanto dan Juan Carlos, menjadi korban perang narkoba mantan presiden Rodrigo Duterte.

    Keduanya menghilang secara tiba-tiba pada suatu pagi di Quezon Citu, distrik utara Metro Manila.

    Kepergian mereka yang tiba-tiba meninggalkan luka yang mendalam bagi ibu mereka, Llore Pasco.

    Pasco hingga kini terus dihantui rasa sakit akibat kehilangan dua anak laki-lakinya dalam pembunuhan brutal yang belum ada keadilan.

    Peristiwa ini terjadi pada Mei 2017, dikutip dari Al Jazeera.

    Saat itu, tepatnya pada pagi hari, Crisanto yang merupakan ayah dari empat orang anak, pergi untuk bekerja.

    Pria berusia 34 tahun ini merupakan seorang penjaga kemanan swasta di Filipina.

    Setelah Crisanto, sang adik, yaitu Juan Carlos, yang merupakan penagih tagihan listrik paruh waktu, menyusul sang kakak untuk bekerja.

    Namun, berita mengejutkan diterima oleh keluarga pada keesokan harinya.

    Media memberitakan kakak-adik ini ditemukan tewas.

    Saat ditemukan, keduanya dalam kondisi mengenaskan. Tubuh korban dipenuhi luka akibat peluru.

    Polisi menuduh mereka sebagai bagian dari kelompok perampok yang berbahaya.

    Namun, bagi keluarga Pasco, ini adalah kenyataan yang tak bisa diterima.

    Ibu mereka, Pasco, bersama dengan kerabat lainnya, mengetahui kabar itu dari laporan berita televisi. 

    Dengan berat hati, Pasco menghabiskan seminggu penuh dan mengeluarkan biaya sebesar 1.500 USD untuk mengambil jenazah kedua putranya dari kamar mayat.

    Pemakaman mereka berlangsung dengan kesedihan mendalam.

    Akan tetapi bagi Pasco, penderitaan yang lebih besar datang setelahnya.

    Pasco bertahun-tahun menunggu keadilan yang tak kunjung datang. 

    Tak ada satu pun yang bisa mengembalikan anak-anaknya, dan harapan untuk keadilan semakin sirna dalam sistem yang tampaknya tak peduli.

    Namun, sebuah perubahan datang baru-baru ini.

    Ketika Pasco mendengar berita, mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, yang bertanggung jawab atas kebijakan perang narkoba yang brutal, telah ditangkap, emosi campur aduk menghampirinya.

    Pasco mengungkapkan ini merupakan penantian yang sangat berharga.

    Menurutnya, ini adalah awal dari keadilan bagi para korban.

    “Saya merasa sangat gugup dan takut, tetapi juga gembira,” katanya. “Mata saya berkaca-kaca. Akhirnya, setelah sekian tahun menunggu, ini akan terjadi. Ini dia,” ungkap Pasco kepada Al Jazeera.

    Penangkapan Duterte, yang dilakukan atas perintah dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), memberikan harapan baru bagi keluarga korban perang narkoba seperti Pasco.

    ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Duterte atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait dengan ribuan pembunuhan yang terjadi selama masa pemerintahannya.

    Tuntutan ini, menurut Pasco, adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkan keadilan bagi putranya, yang telah kehilangan nyawa dalam kekerasan yang tak terhitung jumlahnya.

    Pasco adalah salah satu dari banyak ibu yang tergabung dalam “Rise Up for Life and for Rights,” sebuah kelompok yang terdiri dari para ibu dan istri korban perang narkoba di Filipina. 

    Bagi mereka, penangkapan Duterte memberi secercah harapan, meskipun sudah begitu lama mereka hidup dengan ketidakpastian dan keputusasaan.

    Namun, meskipun rasa harapan itu tumbuh, Pasco tetap menjaga sikap hati-hati. 

    Bagi dirinya dan mereka yang kehilangan, meskipun langkah hukum ini penting, keadilan yang sebenarnya hanya akan terwujud jika ada pertanggungjawaban atas semua pembunuhan yang terjadi dalam perang narkoba ini.

    “Ini akan menjadi langkah pertama untuk penyembuhan total bagi negara kita,” kata Pasco.

    Sebagai informasi, Duterte ditangkap di Bandara Internasional Manila pada Selasa (11/3/2025).

    Dalam surat perintah penangkapan ICC tertulis Duterte telah melakukan berbagai pelanggaran.

    Di antaranya, membentuk, mendanai, dan mempersenjatai regu pembunuh yang melakukan pembunuhan terhadap para pengguna dan pengedar narkoba.

    Setelah ditangkap, Duterte diterbangkan ke Den Haag, Belanda.

    Menurut catatan polisi, lebih dari 7.000 orang tewas dalam operasi antinarkoba resmi yang diperintahkan oleh Duterte saat ia menjabat dari tahun 2016 hingga 2022.

    Duterte akan menjalani sidang pertama dalam beberapa hari ke depan.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Rodrigo Duterte

  • Ditembak Drone Israel, Gadis Palestina Berhasil Lalui 4 Bulan dengan Peluru Bersarang di Kepalanya – Halaman all

    Ditembak Drone Israel, Gadis Palestina Berhasil Lalui 4 Bulan dengan Peluru Bersarang di Kepalanya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang wanita Palestina menceritakan penderitaannya setelah peluru tembakan Israel bersarang di kepalanya selama empat bulan.

    Dilansir CBS News, pada 22 Oktober 2024, Sarah al-Awady (18) sedang duduk bersama keluarganya di tenda pengungsian mereka di Al-Zawaida, Gaza bagian tengah.

    Namun, tiba-tiba, sebuah drone quadcopter Israel menembakkan peluru ke arahnya.

    “Tiba-tiba saya merasakan sakit di kepala, seperti dipukul dengan batang besi atau semacamnya,” kata Awady kepada CBS News minggu ini.

    “Keluarga saya mulai berteriak, ‘Peluru! Peluru!’ Semua orang panik. Mereka menggendong saya dan membawa saya ke Rumah Sakit Shuhada al-Aqsa.”

    Para dokter berusaha semampu mereka dengan peralatan yang terbatas di tengah kehancuran Gaza.

    Mereka bisa melihat peluru itu bersarang di tengkorak Awady, tepat di belakang mata kanannya. Namun, mereka tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk mengeluarkannya.

    Akhirnya, Awady diberi tahu, tidak ada lagi yang bisa dilakukan para dokter di Gaza.

    Namun, ia menolak menyerah dan bersikeras tetap tinggal di rumah sakit.

    Paling tidak, pikirnya, matanya yang terluka akan lebih terlindungi dari debu di tempat pengungsian keluarganya.

    Ia bertahan di rumah sakit dengan hanya mengandalkan obat penghilang rasa sakit, tanpa ada rencana pasti untuk mengatasi cederanya.

    Pada awal November, tim medis sukarelawan mengunjungi Rumah Sakit Eropa di dekat Khan Younis, Gaza selatan.

    Dr. Mohamed Tawfik, seorang dokter asal Mesir yang tergabung dalam tim tersebut, melihat kondisi Awady dan teringat seseorang yang mungkin bisa menolongnya.

    Tawfik segera menghubungi ayahnya, Dr. Ahmed Tawfik, seorang dokter mata senior, untuk meminta pendapat medis.

    Dr. Ahmed Tawfik mengatakan kepada CBS News, ia ingin pergi ke Gaza untuk membantu, tetapi perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir ditutup.

    “Saya mengikuti kasus ini hampir setiap hari. Saya merasa ini adalah tanggung jawab saya,” ujarnya.

    Namun, ia tidak dapat menemukan cara untuk masuk ke Gaza. Sementara itu, Israel sangat membatasi izin keluar bagi warga Gaza, bahkan untuk perawatan medis.

    Putra dokter tersebut akhirnya kembali ke Mesir. Sementara itu, Awady mulai putus asa.

    Selama berbulan-bulan, ia hidup dalam ketakutan akan kehilangan penglihatan permanen di mata kanannya.

    “Saya mengajukan permohonan perawatan di luar negeri, seperti banyak orang lainnya.”

    “Ketika orang bertanya berapa lama saya sudah menunggu, saya menjawab sebulan. Mereka berkata, ‘Lupakan saja, kami sudah menunggu jauh lebih lama.’”

    Secercah harapan datang tiga bulan setelah peluru bersarang di kepalanya.

    Pada 19 Januari 2024, Israel dan Hamas menyetujui kesepakatan gencatan senjata, memungkinkan Awady untuk kembali ke rumahnya di Gaza utara yang telah hancur.

    Ia lega saat menemukan rumah keluarganya masih berdiri di antara reruntuhan bangunan lainnya.

    Ia tinggal di sana selama seminggu hingga, pada malam 8 Februari, ia menerima telepon dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang memberitahunya ia akan diberangkatkan ke Mesir keesokan harinya.

    “Tidak ada listrik, jadi saya benar-benar mengepak barang bawaan dengan cahaya lilin,” kenangnya.

    Hanya ibunya yang diizinkan menemaninya.

    Mereka tiba di Mesir sesuai rencana. Awady pertama kali dikirim ke kota Port Said, di pesisir Mediterania Mesir.

    Seminggu kemudian, Dr. Tawfik memindahkannya ke rumah sakit tempat ia bekerja di Provinsi Al-Sharqia, Delta Nil.

    Tiga tim medis—oftalmologi, bedah saraf, dan radiologi—bekerja sama untuk mencari cara terbaik mengeluarkan peluru yang telah bersarang selama berbulan-bulan di dekat saraf optik Awady.

    “Kami melakukan beberapa simulasi untuk menemukan jalur terbaik guna menghindari saraf optik,” kata Dr. Mohamed Khaled Shawky dari Pusat Radiologi Al Nour kepada CBS News.

    Ia membantu memandu operasi dari jarak jauh melalui video.

    “Peluru itu berada di lokasi terbaik bagi pasien, tetapi juga di tempat terburuk bagi tim medis,” kata Shawky.

    “Jika peluru itu bergerak satu milimeter saja ke arah mana pun, dampaknya bisa sangat berbahaya.”

    Para dokter akhirnya sepakat untuk mengakses peluru melalui rongga mata Awady agar tidak merusak otaknya.

    Tawfik dengan jujur menjelaskan kepada Awady, peluang keberhasilannya hanya 50 persen.

    Ada risiko pendarahan internal, kehilangan mata, atau gangguan penglihatan yang parah.

    “Saya menangis. Saya sangat takut, tetapi saya berdoa dan menerima risikonya,” katanya kepada CBS News.

    “Tim medis yang luar biasa berusaha menguatkan mental saya. Mereka berhasil membuat saya siap secara psikologis. Saya bahkan masuk ruang operasi dengan perasaan gembira,” ujarnya.

    Operasi yang dilakukan minggu lalu berhasil.

    Tawfik mengatakan ia terkejut dengan banyaknya infeksi dan abses akibat peluru yang telah berkarat selama berbulan-bulan di dalam kepala Awady.

    Namun, meskipun peluru telah diangkat, Awady belum sepenuhnya pulih.

    “Tiga jam setelah operasi, saya membuka mata, dan mereka mengatakan semuanya berjalan baik,” kenangnya. “Saya menangis lagi.”

    “Kondisinya kini stabil. Ia masih minum obat dan terus membaik,” kata Tawfik.

    “Prioritas utama kami adalah menghilangkan rasa sakit akibat infeksi dan, kedua, mempertahankan penglihatannya.”

    “Saya berharap setelah menangani ablasi retina, penglihatannya bisa membaik.”

    Namun, Awady tidak akan pernah bisa melihat seperti sebelumnya.

    Seperti banyak warga Palestina yang berhasil keluar dari Gaza untuk perawatan medis, kebahagiaannya tidaklah sempurna.

    Ia merindukan keluarganya yang masih tertinggal di Gaza.

    Ketika ditanya tentang peluru berkarat yang bersarang di kepalanya selama empat bulan, ia mengungkapkan rencananya untuk menyimpannya.

    “Saya berpikir untuk membingkainya,” katanya kepada CBS News.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Masih Dirawat di RS, Paus Fransiskus Peringati 12 Tahun Jabatannya sebagai Kepala Gereja Katolik – Halaman all

    Masih Dirawat di RS, Paus Fransiskus Peringati 12 Tahun Jabatannya sebagai Kepala Gereja Katolik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Paus Fransiskus menandai 12 tahun masa jabatannya sebagai pemimpin Gereja Katolik pada Kamis (13/3/2025).

    Pada 13 Maret 2013, setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI, Kardinal Jorge Mario Bergoglio dari Argentina terpilih sebagai Paus baru.

    Selama 12 tahun masa jabatannya, Paus Fransiskus dikenal karena belas kasih dan seruan perdamaian, Al Jazeera melaporkan.

    Ia telah mereformasi pemerintahan Vatikan dan mengambil tindakan keras terhadap kasus pelecehan anak oleh pendeta.

    Terhitung sudah empat minggu setelah Paus Fransiskus dirawat di rumah sakit akibat pneumonia ganda.

    Ia dirawat di rumah sakit Gemelli di Roma sejak 14 Februari

    “Paus telah menghabiskan malam yang tenang,” menurut pernyataan dari Vatikan.

    Hasil rontgen dada mengonfirmasi adanya perbaikan pada kondisinya.

    Dokter menyatakan kalau Paus Fransiskus tidak lagi di ambang kematian.

    Meski demikian, kondisinya masih dipantau dengan cermat.

    Lebih lanjut, masa jabatan Paus Fransiskus tidak lepas dari tantangan dan kritik, baik dari dalam Gereja maupun luar.

    Diplomasi dan Aksi Internasional

    Fransiskus melakukan 47 perjalanan ke luar negeri.

    Selama kunjungannya, Paus memprioritaskan negara-negara dengan komunitas Katolik yang kecil atau terpinggirkan.

    Ia terus menyerukan perdamaian di wilayah rawan konflik seperti Sudan, Gaza, dan Ukraina.

    Pada November 2023, ia menyerukan penyelidikan mengenai tuduhan genosida yang dilakukan Israel di Gaza.

    Sebagai putra imigran Italia di Argentina, Paus Fransiskus juga membela hak-hak migran dan mengkritik kebijakan deportasi massal Presiden AS Donald Trump.

    Fransiskus juga seorang juru kampanye vokal untuk lingkungan hidup.

    Dalam ensikliknya yang terkenal, “Laudato Si” (Semoga Engkau Selalu Terpuji), yang diterbitkan pada 2015, ia mendesak dunia untuk bertindak cepat terhadap perubahan iklim, dengan menekankan tanggung jawab negara-negara kaya.

    Kasih Sayang, Keadilan Sosial, dan Reformasi Gereja

    Sebagai seorang liberal, Paus Fransiskus berupaya membangun Gereja Katolik yang lebih inklusif.

    Ia mendukung perubahan dalam aturan perceraian dan lebih terbuka terhadap anggota LGBTQ.

    Keputusannya pada 2023 untuk mengizinkan pemberkatan pasangan sesama jenis dalam beberapa kasus sempat memicu kontroversi, terutama di Afrika dan Amerika Serikat.

    Fransiskus juga telah melaksanakan reformasi mendasar di Kuria Roma, pemerintahan pusat Vatikan.

    Reformasi tersebut mencakup desentralisasi kekuasaan, meningkatkan transparansi, serta memberikan peran lebih besar kepada kaum awam dan perempuan.

    Pada 2022, ia mengesahkan konstitusi yang mengatur ulang departemen-departemen Vatikan.

    Salah satu langkah utamanya adalah membersihkan keuangan Vatikan yang ternoda oleh skandal dan korupsi.

    Fransiskus juga membentuk sekretariat khusus untuk ekonomi Vatikan pada tahun 2014, yang berupaya memberantas korupsi serta meningkatkan pengawasan terhadap investasi dan Bank Vatikan.

    Dalam reformasi kelembagaannya, Paus Fransiskus juga melibatkan lebih banyak anggota awam, termasuk perempuan, dalam Sinode, badan diskusi Katolik yang melihat masa depan Gereja.

    Beberapa keputusan penting, seperti perempuan diakon, akan diputuskan pada Juni 2025.

    Tantangan dan Pertentangan

    Meskipun banyak mendapat pujian atas reformasinya, Paus Fransiskus juga menghadapi kritik, terutama dari kalangan tradisionalis.

    Beberapa menganggapnya bertindak tirani, terutama terkait kebijakan dan perubahan yang ia lakukan dalam Gereja.

    Paus Fransiskus tetap melanjutkan misinya untuk mengubah Gereja Katolik menjadi lebih terbuka dan inklusif, meski tak lepas dari pertentangan keras dari beberapa pihak.

    Perjuangan Paus Fransiskus Melawan Pelecehan Seksual di Gereja Katolik

    Paus Fransiskus dihadapkan pada tantangan besar sejak awal masa jabatannya pada tahun 2013, yaitu pelecehan seksual oleh pendeta dan upaya penutupan kasus-kasus tersebut di seluruh dunia.

    Salah satu momen penting dalam perjuangannya terjadi pada 2018 saat ia mengunjungi Cile.

    Awalnya, Paus Fransiskus membela seorang uskup Cile yang dituduh menutupi kejahatan seorang pendeta.

    Paus Fransiskus bahkan menuntut agar para penuduh menunjukkan bukti yang jelas.

    Namun, setelah kritik yang keras, Paus Fransiskus mengakui telah membuat “kesalahan serius” dan meminta maaf atas tindakannya.

    Ini adalah pengakuan pertama dari seorang Paus yang mengakui kesalahan dalam penanganan kasus pelecehan.

    Sebagai langkah lanjutan, Paus memanggil semua uskup Cile ke Vatikan, dan mereka semua mengajukan pengunduran diri sebagai bentuk pertanggungjawaban.

    Pada tahun yang sama, Paus Fransiskus mencabut gelar kardinal dari Theodore McCarrick, seorang pendeta asal AS yang terbukti melakukan pelecehan.

    Pada 2019, McCarrick juga kehilangan statusnya sebagai pendeta.

    Tak hanya itu, Paus Fransiskus juga mengadakan pertemuan puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mendengarkan keluhan dari para korban pelecehan, dan berjanji untuk melakukan “pertempuran habis-habisan” melawan pelecehan oleh pendeta.

    Sebagai langkah nyata, Vatikan membuka arsip gereja terkait pelecehan dan memperkenalkan pengadilan awam untuk kasus-kasus ini.

    Paus Fransiskus juga mewajibkan pelaporan segala dugaan pelecehan seksual kepada otoritas Gereja untuk mencegah upaya penutupan kasus tersebut.

    Meskipun sudah ada beberapa perubahan signifikan, aktivis seperti Anne Barrett Doyle mengkritik langkah-langkah Paus.

    Dia mengatakan bahwa secara struktural, Gereja Katolik masih memiliki banyak masalah terkait transparansi, pengawasan eksternal, dan kurangnya sanksi tegas bagi pelaku, AFP melaporkan.

    Anne menilai bahwa meskipun ada niat baik, gereja masih belum melakukan cukup banyak untuk memberantas masalah ini secara mendalam.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani) 

  • Israel dan Hamas Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata di Gaza – Halaman all

    Israel dan Hamas Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Negosiasi yang dimediasi antara Israel dan Hamas mengenai perpanjangan gencatan senjata di Gaza atas usulan Amerika Serikat (AS) berlanjut di Doha.

    Rencananya gencatan senjata Gaza akan diperpanjang selama 60 hari.

    Selain itu, perundingan ini juga membahas pembebasan 10 tawanan Israel yang masih hidup.

    Utusan Gedung Putih,Steve Witkoff datang ke Qatar dan bergabung dalam dialog tidak langsung antara Israel dan Hamas, yang mulai diadakan minggu ini.

    Pembicaraan ini merupakan pertemuan pertama sejak Presiden Donald Trump menjabat pada Januari 2025.

    Tahap pertama dari kesepakatan gencatan senjata baru berakhir pada 1 Maret 2024 kemarin, BBC melaporkan.

    Israel kini berharap agar AS bisa mendorong perpanjangan gencatan senjata selama dua bulan, yang diharapkan dapat dimulai dengan pembebasan sebagian dari sandera yang masih hidup.

    Hamas sejauh ini menolak usulan tersebut.

    Kelompok pejuang yang menguasai Gaza itu meminta perundingan tahap kedua dari gencatan senjata segera dimulai.

    Diharapakan di fase kedua, perang dapat dihentikan dan pasukan Israel ditarik secara penuh dari wilayah Gaza.

    Keresahan warga Gaza

    Warga Gaza, seperti Husam Rustom, seorang pembuat roti, merasa sangat tertekan karena kelangkaan bahan pangan dan kenaikan harga yang pesat.

    Serangan baru-baru ini oleh Israel ke Gaza juga menambah ketegangan. Israel mengklaim bahwa serangan udara mereka menyasar “teroris” yang dianggap mengancam pasukan Israel.

    Namun, banyak warga yang tewas dalam serangan ini, termasuk seorang pria yang hanya sedang mengambil barang-barang dari kamp pengungsi.

    Di sisi lain, gerakan Houthi dari Yaman mengancam akan melanjutkan serangan terhadap kapal-kapal Israel di Laut Merah dan Teluk Aden sebagai respons terhadap pemblokiran bantuan ke Gaza.

    Mereka menganggap ini sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina yang menderita akibat perang.

    Sementara itu, keluarga dan pendukung warga Israel yang masih ditawan terus menuntut pembebasan mereka.

    Beberapa di antaranya berkemah di luar Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv, meminta agar pemerintah segera menyelesaikan masalah gencatan senjata untuk membawa kembali para sandera.

    Di tengah perundingan yang intens, terdapat perbedaan pandangan di Israel mengenai siapa yang lebih peduli terhadap nasib para sandera: Presiden AS Donald Trump atau Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Sebuah jajak pendapat menunjukkan bahwa 50 persen warga Israel percaya Trump lebih peduli, dibandingkan hanya 29 persen yang percaya Netanyahu.

    Meskipun ada tekanan internasional dan mediasi dari Qatar, Mesir, serta AS, pihak Hamas diyakini tidak akan melepaskan banyak sandera tanpa memastikan pertempuran di Gaza benar-benar berakhir.

    Mereka melihat sandera sebagai alat tawar-menawar yang sangat penting.

    Hingga saat ini, meskipun gencatan senjata belum membuahkan hasil yang signifikan, baik Israel maupun Hamas masih menghindari eskalasi besar-besaran.

    Namun, serangan udara harian dari Israel menunjukkan bahwa ketegangan tetap tinggi.

    Mesir sambut baik keputusan Trump untuk tidak menggusur warga Palestina

    Mesir mengatakan pihaknya menghargai pernyataan Trump yang tidak menuntut penduduk Gaza meninggalkan daerah kantong itu, menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri.

    Pernyataan itu muncul setelah Trump mengatakan “tidak ada yang mengusir warga Palestina dari Gaza” saat menanggapi pertanyaan selama pertemuan di Gedung Putih  dengan Taoiseach Irlandia Micheal Martin, Rabu (12/3/2025).

    “Sikap ini mencerminkan pemahaman akan perlunya mencegah memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza dan pentingnya menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan untuk masalah Palestina,” tambah Kementerian Luar Negeri Mesir.

    Trump mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh Timur Tengah dan sekitarnya bulan lalu ketika ia mengusulkan pengambilalihan Gaza oleh AS dan mengusulkan agar penduduk Palestina di wilayah yang dilanda perang itu dipindahkan secara permanen ke negara-negara tetangga.

    Hamas Desak Aksi Internasional Cegah Bencana Kelaparan di Gaza

    Juru bicara Hamas, Abdel-Latif al-Qanou, mengeluarkan pernyataan yang menanggapi blokade Israel terhadap bantuan ke Gaza.

    Dalam komentarnya yang diterjemahkan, al-Qanou menyampaikan keprihatinannya terkait penderitaan yang dialami oleh penduduk Gaza akibat pengepungan yang telah berlangsung selama dua minggu.

    Al-Qanou menekankan bahwa blokade tersebut mencegah masuknya makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, yang berisiko menyebabkan kelaparan bagi penduduk Gaza.

    Ia mengingatkan bahwa jika masyarakat internasional tidak segera mengambil langkah untuk membantu, penduduk Gaza akan menghadapi bencana kelaparan pada bulan suci Ramadan mendatang.

    “Hamas menyerukan kepada para mediator internasional untuk memberikan lebih banyak tekanan kepada Israel agar membuka penyeberangan, mengizinkan aliran bantuan, dan menghentikan hukuman kolektif terhadap penduduk Gaza,” ungkap al-Qanou dalam pernyataannya.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani) 

  • Jajaki Garis Depan Pertempuran, Putin Kenakan Seragam Militer untuk Pertama Kalinya Sejak Perang – Halaman all

    Jajaki Garis Depan Pertempuran, Putin Kenakan Seragam Militer untuk Pertama Kalinya Sejak Perang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin mengenakan seragam militer lengkap untuk pertama kalinya sejak melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Rabu (12/3/2025).

    Dilansir Newsweek, keputusan Putin untuk mengenakan seragam militer tampaknya bertujuan memperkuat citranya sebagai pemimpin di masa perang.

    Putin juga dinilai ingin meningkatkan moral tentaranya menjelang kemungkinan perundingan damai untuk mengakhiri konflik.

    Ia mengenakan pakaian militer tersebut saat mengunjungi pos komando di garis depan pertempuran wilayah Kursk, Rusia bagian barat, yang berbatasan dengan Ukraina.

    Di sana, ia mengusulkan pembentukan “zona penyangga” di sepanjang perbatasan.

    Kunjungan ke Kursk ini merupakan yang pertama bagi Putin sejak wilayah tersebut diserang oleh Ukraina pada Agustus lalu.

    Dalam kunjungannya, Putin menyerukan agar pasukannya segera memukul mundur pasukan Ukraina dari wilayah tersebut secepat mungkin, demikian menurut laporan media pemerintah Rusia.

    Pasukan Rusia, yang dibantu oleh tentara Korea Utara, dilaporkan berhasil merebut kembali kendali atas beberapa desa di wilayah Kursk baru-baru ini.

    “Saya berharap semua tugas tempur yang dihadapi unit kita dapat diselesaikan, dan wilayah Kursk segera dibebaskan sepenuhnya dari musuh,” ujar Putin.

    “Tentu saja, saya ingin meminta Anda untuk mempertimbangkan pembentukan zona penyangga di sepanjang perbatasan negara di masa mendatang,” tambahnya saat mengunjungi pos komando.

    “Pasukan Ukraina akan diperlakukan sebagai teroris sesuai dengan hukum Federasi Rusia,” tegas Putin.

    Potensi Perundingan Damai

    Kemunculan Putin dengan seragam tempur bertepatan dengan agenda kunjungan utusan Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, ke Moskow minggu ini. 

    Witkoff disebut membawa usulan gencatan senjata untuk Kremlin serta membahas ketentuan perjanjian damai.

    Menurut juru bicara Gedung Putih Caroline Leavitt, Witkoff akan berada di Moskow dari 12 Maret hingga 16 Maret. 

    Namun, dia tidak mengungkapkan dengan siapa Witkoff akan bertemu.

    Laporan dari Bloomberg menyatakan bahwa Witkoff diperkirakan akan bertemu langsung dengan Putin. 

    Sebelumnya pada 11 Maret di Jeddah, Amerika Serikat mengusulkan rencana gencatan senjata Rusia-Ukraina selama 30 hari.

    Ukraina menyetujui usulan tersebut, yang membuat AS untuk melanjutkan pembagian informasi intelijen dan bantuan keamanan.

    Setelah itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengonfirmasi bahwa usulan gencatan senjata akan secara resmi disampaikan kepada Rusia. 

    Namun, Putin berulang kali menyatakan bahwa Rusia tidak menginginkan gencatan senjata sementara.

    Ia beralasan bahwa negara-negara NATO dapat menggunakan jeda tersebut untuk mempersenjatai kembali Ukraina.

    Meski Rusia belum secara resmi merespons usulan gencatan senjata 30 hari tersebut, dua sumber yang mengetahui masalah tersebut, mengatakan bahwa Kremlin telah memberikan daftar tuntutannya.

    Dilansir Reuters dan Sky News, para pejabat dari kedua belah pihak telah membahas persyaratan tersebut selama tiga minggu terakhir, ujar sumber tersebut.

    Tuntutan dari Rusia meliputi:

    1. Tidak ada keanggotaan NATO untuk Ukraina

    2. Perjanjian untuk tidak mengerahkan pasukan asing di Ukraina

    3. Pengakuan internasional atas klaim Vladimir Putin atas Krimea dan empat provinsi Ukraina (Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson) 

    Namun komitmen Putin terhadap kemungkinan perjanjian gencatan senjata masih belum pasti, dengan rincian yang belum diselesaikan.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Partisipasi Wajib Militer Rendah, Israel Rayu Tambahan Insentif Buat Personel IDF Divisi Cadangan – Halaman all

    Partisipasi Wajib Militer Rendah, Israel Rayu Tambahan Insentif Buat Personel IDF Divisi Cadangan – Halaman all

    Wajib Militer Pada Kabur, Israel Rayu Tambahan Insentif Bagi Personel IDF dari Divisi Cadangan

    TRIBUNNEWS.COM – Laporan yang menyatakan kalau militer Israel (IDF) tengah menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya di kalangan divisi prajurit cadangan (Reserve Division), bukan isapan jempol.

    Reserve division adalah tulang punggung IDF di berbagai operasi militer dan pertempuran yang mereka hadapi.

    Lazimnya, para personel pasukan cadangan ini akan diterjunkan dalam unit-unit tempur lapangan, mulai dari pasukan infanteri, artileri, hingga pasukan teknik tempur. 

    Dalam sistem kemiliterannya, Israel mengandalkan perekrutan pemukim dan warga negara sebagai prajurit tempur dalam kerangka wajib militer.

    Sementara bagi tentara karier, kedinasan mereka biasanya dilakukan dalam pangkalan militer untuk mengerjakan urusan administrasi kemiliteran.

    Masalahnya, kata laporan Haaretz, tanda-tanda yang jelas muncul dari meningkatnya keengganan dari warga Israel untuk menanggapi panggilan dinas militer.

    Banyak pemukim dan warga Israel memilih untuk ‘kabur’ guna menghindari wajib militer ini.

    “Hal ini melemahkan kemampuan Israel untuk melanjutkan pertempuran di Jalur Gaza jika terjadi gagalnya negosiasi gencatan senjata dengan Gerakan Perlawanan Palestina Hamas,” kata laporan tersebut dikutip Khaberni, Selasa (11/3/2025).

    Koresponden militer media Israel, Haaretz, Amos Harel mengungkapkan, angka perkiraan dari IDF menunjukkan kalau setengah dari pasukan cadangan di beberapa unit tempur belum bergabung dengan kedinasan militer baru-baru ini.

    AGRESI – Pasukan infanteri Tentara Israel (IDF) saat melaksanakan operasi militer di Jabalia, Gaza Utara. Penyergapan demi penyergapan menyebabkan kerugian besar di kalangan IDF. (rntv/tangkap layar)

    Tambahan Insentif dan Tunjangan

    Untuk mengatasi rendahnya partisipasi wajib militer,  Menteri Pertahanan Israel Katz dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengumumkan rencana baru untuk memberi tunjangan tambahan bagi para personel pasukan IDF di Divisi Cadangan.

    “Jumlah penambahan insentif bagi pasukan cadangan IDF ini sekitar NIS tiga miliar dan disusun oleh Kementerian Pertahanan dan Keuangan,” tulis laporan Jpost, dikutip Kamis (13/3/2025).

    “Rencana tersebut mencakup pemberian manfaat tambahan bagi prajurit tempur dan ditujukan untuk “langkah-langkah bermakna” yang akan memperdalam penghargaan dan bantuan bagi para prajurit cadangan dan dukungan keuangan bagi keluarga mereka, serta memperkuat para pengusaha yang mempekerjakan para prajurit cadangan,” kata kementerian tersebut dilansir JPost.

    Insentif dan tunjangan tambahan ini juga termasuk keringanan pajak untuk prajurit tempur, dompet digital baru untuk tunjangan, tunjangan untuk komandan, dan masih banyak lagi, tambah laporan tersebut.

    PASUKAN DIVISI CADANGAN – Para personel pasukan cadangan dari Batalion Beeri militer Israel (IDF). Jelang invasi berikutnya IDF ke Gaza, partisipasi wajib militer di kalangan warga pemukim Israel makin rendah.

    Tetap Tak Bisa Menggantikan Peran Suami dan Ayah

    ‘Rayuan’ pemerintah Israel ini tentu disambut baik, namun tunjangan dan bantuan tidaklah cukup untuk mengganti ketidakhadiran para anggota cadangan di rumah, kata istri seorang anggota cadangan kepada JPost.

    “Sudah saatnya mereka (pemerintah Israel) memberikan tunjangan kepada prajurit tempur, karena (pekerjaan mereka) sungguh berat,” kata istri seorang prajurit cadangan yang telah bertugas lebih dari 200 hari dan akan bertugas 70 hari lagi dalam beberapa bulan mendatang.

    “Bagus juga bahwa rencana ini memberi para anggota cadangan pilihan dalam hal tunjangan alih-alih hanya menawarkan “hal-hal yang mungkin tidak Anda perlukan,” tambahnya seraya menyebut kalau tambahan insentif dan tunjangan dari pemerintah ini “sangat dihargai.”

    “Tetapi pada akhirnya, saya akan berada di rumah bersama bayi berusia empat bulan selama 70 hari sendirian,” katanya.

    “Tentu saja, uang itu sangat membantu, beserta berbagai macam hibah, jadi saya bisa membeli makanan dan tidak harus membuatnya sendiri, membeli pembersih, atau semacamnya. Itu sangat membantu, tetapi tidak membantu jika sudah jam tiga pagi, anak itu tidak mau tidur, dan tidak ada yang bisa menggantikan Anda.”

    Dia juga keberatan pada wacana agar warga pemukim Israel tetap dikenakan wajib militer sepanjang masa.

    “Gagasan bahwa ‘mereka akan melakukan tugas cadangan selamanya, dan (bertugas) 70 hari setiap enam bulan,’ itu tidak masuk akal,” tambahnya.

    AGRESI – Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri melakukan agresi militer darat ke Jalur Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Prajurit Non-Tempur Tak Dapat Tunjangan Tambahan

    Seorang prajurit cadangan yang telah bertugas sekitar 100 hari di unit non-tempur menyatakan kekecewaannya karena beberapa tunjangan hanya diperuntukkan bagi prajurit tempur.

    “Saya tahu bahwa prajurit tempur memang bertempur, tetapi semua orang di militer harus menunda kehidupan mereka untuk pergi ke (divisi wajib militer reserve division) cadangan,” katanya.

    “Orang-orang harus menghentikan semuanya. Saya tahu orang-orang di unit saya yang harus menunda sekolah atau menunda membantu mengasuh bayi mereka yang baru lahir. Dan bagi pemerintah untuk memutuskan bahwa sumbangan satu orang lebih berarti, sementara semua orang melakukan apa yang mereka bisa dan lebih dari itu, itu menyakitkan.”

    “Saya tahu banyak orang yang mengalami pemotongan gaji, dan banyak orang yang menjadi sukarelawan untuk unit yang tidak terlibat dalam pertempuran – tetapi itu tidak berarti mereka tidak membantu,” tambahnya.

    “Para prajurit itu tidak akan bertahan lama di medan perang jika tidak ada yang memberi mereka makan,” katanya.

     

    (oln/hrtz/JPost/*)

     

  • Manfaatkan Air yang Membeku, Pasukan Rusia Seberangi Sungai Oskil: Peluru Tentara Ukraina Menanti – Halaman all

    Manfaatkan Air yang Membeku, Pasukan Rusia Seberangi Sungai Oskil: Peluru Tentara Ukraina Menanti – Halaman all

    Manfaatkan Air yang Membeku, Pasukan Rusia Seberangi Sungai Oskil, Tentara Ukraina Menanti

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Rusia memanfaatkan Sungai Oskil yang membeku di wilayah Kharkiv Oblast, untuk memindahkan sebagian pasukan mereka dengan menyeberanginya. 

    Sungai ini berada di antara Kursk dan Voronezh dan mengalir ke selatan dan bergabung dengan aliran sungai Siverskyi Donets yang mengalir ke tenggara untuk menyatu dengan Sungai Don.

    Pravda melaporkan, setelah memindahkan pasukannya dengan menyeberangi air sungai yang membeku, Rusia memanfaatkan kesempatan untuk memindahkan sebagian peralatan mereka menyeberangi sungai lagi menggunakan kapal-kapal kecil.

    Hal ini dilaporkan oleh Juru Bicara Kelompok Pasukan Strategis Operasional Khortytsia (OSGT) Ukraina, Mayor Viktor Trehubov, dilansir Ukrinform, Kamis (13/3/2025).

    Menurutnya, saat ini Pasukan Ukraina bersiap menyambut kedatangan tentara Rusia itu dengan serangan guna memukul mundur pasukan Moskow.

    “Rusia menggunakan kesempatan itu untuk mengerahkan sejumlah pasukan menyeberangi sungai yang membeku. Kini, tugas Ukraina adalah mengusir mereka dari sana. Selain itu, mereka berupaya mengirim bala bantuan melalui sungai menggunakan perahu-perahu kecil, tetapi itu bukan ‘keberhasilan’ seperti yang mereka alami sebelumnya. Oleh karena itu, saat ini mereka memiliki sejumlah pasukan yang tengah mereka upayakan untuk dimanfaatkan, sementara Ukraina, tentu saja, berupaya untuk mendorong mereka kembali menyeberangi sungai,” kata Trehubov.

    Menurut Juru Bicara, banjir di Sungai Oskil tidak diperkirakan terjadi pada musim semi ini.

    “Tidak sekarang. Kemungkinan besar, tidak akan ada banjir. Di satu sisi, bagus juga kalau saljunya sedikit, kalau tidak, sungainya akan tetap beku untuk waktu yang lebih lama, sehingga mereka bisa mengerahkan lebih banyak pasukan. Namun, banjir besar tidak diperkirakan terjadi, dan sungainya tidak akan meluap dan menghanyutkan mereka semua,” Trehubov menambahkan.

    Seperti dilaporkan sebelumnya, di sektor Kupiansk, Pasukan Rusia mencoba mengerahkan pasukan ke tepi barat Sungai Oskil.

    PERANG DI SALJU – Pasukan Ukraina tampak bertempur di salju Kursk, Rusia yang berbatasan dengan Ukraina (Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina)

    Mengapa Sungai Oskil Penting?

    Pravda melansir, Sungai Oskil berfungsi sebagai benteng alami dengan garis pantai yang menantang.

    Menyeberanginya dapat memudahkan pasukan Rusia untuk maju lebih jauh ke wilayah Ukraina.

    “Dari peta DeepState, jelas bahwa penyeberangan Rusia di sungai dan penciptaan pijakan di tepi seberang di Kharkiv Oblast mengancam untuk menempatkan Rusia di belakang posisi Ukraina di kota Kupiansk dari utara,” kata laporan itu.

    Baru-baru ini Rusia berhasil mendapatkan kemenangan menentukan di wilayah Kursk yang diduduki pasukan Ukraina.

    Kursk diserbu pasukan Ukraina dalam serangan mendadak tujuh bulan lalu. Saat itu sebagian wilayah Kursk jatuh ke tangan Ukraina dan pasukan Rusia terpaksa mundur.

    Namun, kali ini situasi berbalik karena pasukan Ukrainalah yang harus mundur. Pertahanan Ukraina di Kota Sudzha yang berada di Kursk sudah jatuh.

    Media Russia Today mengungkapkan strategi Rusia menyerang balik tentara Ukraina di wilayah Kursk.

    Setelah serangan-serangan Ukraina berakhir pada bulan Oktober 2024, pasukannya beralih ke posisi bertahan.

    Pasukan Ukraina secara perlahan mulai kehilangan wilayah yang didudukinya di Kursk.

    Kendali Ukraina atas wilayah itu juga sudah terpecah-pecah dan tidak lagi menjadi ancaman yang harus segera ditangani Rusia.

    RUSIA REBUT WILAYAH – Tangkapan layar dari YouTube DW News pada Rabu (12/3/2025) memperlihatkan wilayah yang kembali direbut Rusia dari pasukan Ukraina. (Tangkapan layar dari YouTube DW News)

    Pada penghujung tahun 2024, Rusia memilih memfokuskan serangan di wilayah Donbass.

    Akan tetapi, pada awal tahun ini Rusia  mulai mengintensifkan serangan ke Sudzha. Ukraina berusaha menguatkan pertahanannya.

    Di sisi lain, Rusia menggunakan strategi yang sangat baik seperti yang digunakan di Donbass. Strategi itu adalah mengepung tentara Ukraina dari tiga penjuru, memutus jalur perbekalan, dan membuat tentara Ukraina tumbang dengan cara perang atrisi.

    Masa titik balik dimulai setelah pada pertengahan Februari kemarin pasukan Rusia berhasil membebaskan Kota Sverdlikovo dan menyeberangi Sungai Lokanya. Rusia berhasil mendapatkan akses ke jalur perbekalan utama pasukan Ukraina dari Sumy ke Kursk.

    Situasi menjadi sangat buruk bagi Ukraina. Laporan Ukraina juga menyebut tentara Rusia unggul jauh.

    “Karena pasukan Rusia kini beroperasi di wilayah Ukraina, perbatasan teritorial menjadi tidak relevan, kebutuhan militer mendikte pergerakan,” kata Russia Today.

    PUTIN – Foto ini diambil pada Kamis (13/3/2025) dari Kepresidenan Rusia memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov (tidak terlihat dalam foto) di pos komando Rusia di Kursk pada Rabu (12/3/2025). (Kremlin)

    Serangan ke Sudzha

    Fase aktif serangan dimulai tanggal 7 Maret. Pasukan Rusia menyerang jalur perbekalan tentara Ukraina dan perlintasan penting sembari melancarkan serangan dari berbagai penjuru.

    Rusia bahkan menyerbu ke perbatasan di selatan untuk memutus jalur perbekalan sekunder ke Sudzha. Meski tentara Rusia kemudian mundur, serangannya sudah menyebabkan kekacauan parah dalam perbekalan Ukraina.

    Berbeda dengan perang panjang di Donbass, perang yang dilakukan Rusia di Sudzha mengutamakan faktor kecepatan, kejutan, dan penghancuran jaringan perbekalan Ukraina secara sistematis.

    Puncak operasi militer adalah “operasi pipa” tanggal 8 Maret. Dalam operasi itu ada 800 tentara Rusia yang merusak rantai perbekalan Ukraina. 

    Pada penghujung hari itu Rusia sudah berhasil menguasai area-area industri penting di utara dan timur Sudzha.

    Sementara itu, pasukan Ukraina berupaya mundur ke arah Sudzha demi menstabilkan garis pertahanan dan memperpanjang pertempuran.

    Akan tetapi, pada tanggal 10 Maret pertahanan Ukraina mulai tampak jatuh. Satuan-satuannya mundur. Beberapa lari ke perbatasan dan meninggalkan peralatan militer.

    Dua hari kemudian pasukan Rusia sudah menguasai zona industri, pinggiran, dan pusat pemerintahan di Sudzha.

    The Moscow Times melaporkan per tanggal 13 Maret, Rusia sudah sukses merebut kembali Sudzha yang diduduki pasukan Ukraina selama 7 bulan.

    “Satuan-satuan pasukan ‘Sever’ membebaskan pemukiman di Meloyov, Podil, dan Sudzha saat serangan,” kata Kementerian Pertahanan Rusia di Telegram.

    PERTEMPURAN DI KURSK – Pasukan Ukraina di Kursk, Rusia, yang berbatasan dengan Ukraina. (Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina)

    Pasukan Ukraina awalnya menduduki wilayah seluas 1.376 km persegi di Kursk setelah melancarkan serangan mendadak pada bulan Agustus tahun lalu.

    Ukraina berharap bisa memanfaatkan Kursk sebagai alat untuk menekan Rusia dalam perundingan perdamaian yang akan datang. Namun, harapan itu tidak terpenuhi.

    Adapun Sudzha adalah satu-satunya pemukiman besar di Kursk yang diduduki Ukraina setelah serangan pada bulan Agustus.

    Oleksander Syrsky, seorang panglima militer top Ukraina, pada hari Rabu mengatakan pertahanan Ukraina nyaris dihancurkan total oleh serangan udara Rusia.

    Dia mengatakan pasukan Ukraina akan berusaha mempertahankan pertahanannya di sisa-sisa wilayah Kursk yang masih diduduki “sepanjang itu cocok dan dibutuhkan”.

    (*)

  • Trump Longgarkan Kebijakan, Batal Hajar Baja dan Aluminium Kanada Pakai Tarif Impor 50 Persen – Halaman all

    Trump Longgarkan Kebijakan, Batal Hajar Baja dan Aluminium Kanada Pakai Tarif Impor 50 Persen – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membatalkan rencananya untuk mengenakan tarif 50 persen terhadap baja dan aluminium asal Kanada.

    Mengutip BBC International, penangguhan itu diberlakukan Trump tepat setelah Perdana Menteri Ontario Doug Ford membatalkan ancaman tarif 25 persen terhadap listrik yang diekspor Kanada ke lebih dari 1 juta rumah tangga di AS.

    Sebelumnya Kanada mengancam akan untuk memutus pasokan listrik ke Amerika Serikat (AS) jika Presiden Donald Trump terus memberlakukan tarif impor 25 persen. 

    Tak sampai disitu, Ford juga mengancam akan mengambil tindakan tegas dengan melarang perusahaan AS mengajukan tender dalam proyek infrastruktur Ontario.

    Serta membatalkan kesepakatan senilai 100 juta dolar dengan Starlink, penyedia layanan internet milik miliarder Elon Musk yang merupakan teman dekat Trump.

    Ancaman ini yang kemudian membuat Musk melunak, hingga membatalkan rencananya untuk mengenakan tarif 50 persen terhadap baja dan aluminium asal Kanada.

    Meski begitu, Trump menegaskan bahwa pihaknya akan tetap memberlakukan tarif 25 persen yang sebelumnya telah direncanakan pada baja dan aluminium dari semua negara, termasuk Kanada, tanpa pengecualian mulai Rabu (12/3/2025).

    Dampak Tarif Impor Baja dan Aluminium

    Meski pajak impor telah dikurangi 25 persen, namun pengenaan tarif ini bisa mengalihkan perdagangan internasional, mengubah aliran impor dan ekspor baja dan alumunium.

    Negara-negara lain mungkin akan mendapat peluang untuk memasok baja dan alumunium ke AS atau Kanada, namun juga bisa menambah ketegangan perdagangan global.

    Dampak kebijakan ini juga berpotensi memicu fluktuasi harga baja dan alumunium dalam pasokan global.

    Jika tarif AS terhadap Kanada mengurangi pasokan dari Kanada, ini bisa mengarah pada lonjakan harga yang lebih besar di pasar global.

    Hal ini terjadi lantaran Kanada merupakan salah satu penghasil baja terbesar di dunia.

    Meskipun produksinya lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara seperti China atau Jepang, namun baja Kanada banyak digunakan dalam berbagai sektor, termasuk otomotif, konstruksi, dan infrastruktur.

    Lebih lanjut dampak tarif impor dapat menyebabkan gangguan dalam distribusi produk tersebut, memperlambat proses produksi global, dan meningkatkan biaya logistik.

    Pasar Saham Anjlok

    Imbas Keputusan mendadak Putin, pasar saham terutama Indeks Wall Street mengalami tekanan besar dengan penurunan tajam yang mendekati zona koreksi.

    Penurunan ditandai dengan merosotnya indeks Dow Jones Industrial Average di Bursa Efek New York, Amerika Serikat, yang turun 478,23 poin, atau sekitar 1,14 persen, menjadi 41.433,48 pada awal pembukaan pasar Rabu (13/3/2025).

    Indeks S&P 500 juga ikut dilaporkan melemah 42,49 poin, atau sekitar 0,76 persen, menjadi 5.572,07. Disusul Indeks komposit Nasdaq yang merosot 32,23 poin, atau sekitar 0,18 persen, menjadi 17.436,1.

    Saham perusahaan pengelola department store Kohl’s juga ikut terjun bebas 24,1 persen setelah mencatatkan penurunan penjualan tahunan melampaui ekspektasi. Sementara Saham perusahaan ritel Dick’s Sporting Goods anjlok 5,7 persen dipicu ekspektasi penurunan perolehan laba tahunan.

    Menyusul yang lainnya saham maskapai penerbangan Delta Air Lines terjun 7,3 persen usai perkiraan penurunan perolehan laba kuartal pertama sebesar 50 persen.

    Kemudian saham American Airlines turun 8,3 persen setelah memperkirakan kerugian kuartal pertama melampaui ekspektasi.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Militer Israel Klaim Temukan 90 Terowongan Gaza-Mesir di Sepanjang Koridor Philadelphia – Halaman all

    Militer Israel Klaim Temukan 90 Terowongan Gaza-Mesir di Sepanjang Koridor Philadelphia – Halaman all

    Militer Israel Klaim Temukan 90 Terowongan Gaza-Mesir di Sepanjang Koridor Philadelphia

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel (IDF) menyatakan telah menemukan sebanyak 90 terowongan di sepanjang Koridor Philadelphia di Jalur Gaza, khaberni melaporkan, Kamis (13/3/2025).

    Pernyataan IDF itu menyebut temuan pasukannya menunjukkan kalau beberapa terowongan di antaranya melintasi perbatasan, beberapa mencapai perbatasan Gaza-Mesir, dan lainnya masih dalam tahap pembangunan.

    Laporan itu menyebut, sumber-sumber informasi Israel menyatakan kalau pasukan teknik tentara Israel berhasil menemukan sekitar 90 terowongan berbagai jenis di sepanjang koridor Philadelphia, yang membentang dari penyeberangan Rafah yang ditutup hingga ke laut.

    “Menurut perkiraan militer Israel, mungkin ada terowongan tambahan yang belum ditemukan,” kata laporan itu.

    Sumber keamanan Israel juga menyakini kalau kontrol dan patroli Jalan Raya Philadelphia sangat penting untuk mencegah upaya pergerakan penyelundupan melalui penggunaan pesawat nirawak, kapal, dan terowongan.

    Militer IDF mencatat kalau  masih ada terowongan terbuka yang belum ditutup dengan metode rekayasa buatan.

    “Sebagian besar terowongan ini telah ditutup menggunakan beton khusus, beberapa dengan peledakan, dan yang lainnya di bawah kendali Israel untuk tujuan penelitian intelijen,” kata laporan tersebut.

    TEROWONGAN – Satu dari beberapa foto yang dirilis pasukan Israel soal klaim mereka atas ditemukannya terowongan besar di sepanjang perbatasan Mesir-Gaza. Dalih ini digunakan IDF untuk bertahan dan tak mau menarik pasukannya dari akses koridor Philadelphia dan penyeberangan Rafah. Manuver Israel ini mengabaikan peringatan Mesir yang mewanti-wanti Tel Aviv kalau perang akan meluas. (khaberni)

    Cuma Dalih, Perjanjian Damai dengan Mesir Terancam

    Ini bukan kali pertama Israel mengklaim adanya keberadaan terowongan di Koridor Philadelphia.

    Faktanya, Israel sudah sering menyuarakan niatnya mengusai Koridor Philadelphia.

    Mesir juga sudah berkali-kali menyatakan, militernya memastikan pelaksanaan patroli rutin di sepanjang perbatasan untuk memastikan tidak ada terowongan yang terakses.

    Pada masa awal-awal pelaksanaan agresi militer ke Jalur Gaza, Israel juga sudah menyatakan hal ini dan menjadikannya dalil untuk menempatkan pasukannya di sepanjang garis perbatasan Gaza-Mesir ini.

    Hal itu dinyatakan langsung Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada akhir 2023 silam soal pentingnya Israel menguasai Koridor Philadelphia.

    Sejumlah analis geopolitik menyatakan, aksi IDF menguasai Koridor Philadelphia justru akan mengancam perjanjian perdamaian dengan Mesir.

    Pakar keamanan nasional Mesir, Mohamed Makhlouf menilai, pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai penguasaan Rute Philadelphia bersifat provokatif.

    Makhlouf menambahkan, pernyataan Netanyahu itu merupakan serangan terhadap perjanjian perdamaian antara Mesir dan Israel yang dikenal dengan nama Camp David,

    Diketahuhi, pada Sabtu (30/12/2023), Netanyahu menyatakan kalau Poros Philadelphia harus berada di tangan Tel Aviv, dan menekankan kalau Israel tidak akan menerima opsi lain demi memberantas Hamas.

    Makhlouf, wakil pemimpin redaksi di “Dar Akhbar Al Youm,” menyatakan kalau ia melihat pernyataan Netanyahu sebagai upaya untuk menyeret Mesir sebelum waktunya ke dalam peperangan langsung sebagai tanggapan terhadap pernyataan provokatif tersebut.

    Seperti dilansir media Mesir, Khaberni, Makhlouf menegaskan, Mesir lazimnya enggan merespons aksi verbal.

    Sebaliknya, kata dia, Mesir tanpa basa-basi akan selalu merespons secara praktis terhadap aksi yang melewati garis merah, tidak hanya melalui pernyataan.

    Dia mencontohkan aksi Mesir yang langsung bertindak saat eskalasi meningkat dan garis merah cenderung dilanggar di Sirte-Jufra saat konflik terjadi di Libya pada 2020 silam.

    Gambar yang diambil dari Rafah menunjukkan asap mengepul di atas Khan Yunis di Jalur Gaza selatan selama pemboman Israel pada 30 Desember 2023, ketika pertempuran antara gerakan Hamas Palestina dan Israel terus berlanjut. (AFP)

    “Pernyataan ini adalah upaya putus asa Netanyahu untuk menyiratkan kelanjutan pemerintahannya dan untuk menenangkan masyarakatnya dengan pernyataan simpatik yang akan dengan cepat membayangi pengurangan kehadirannya dalam otoritas Israel,” kata Makhlouf menegaskan.

    Makhlouf menyebut, rasa frustasi Netanyahu terutama karena ia telah terekspos secara politik, ekonomi, dan secara militer terhadap gerakan perlawanan di Palestina.

    Lebih jauh lagi, ia memperingatkan Netanyahu agar tidak mendekati perbatasan Mesir.

    Dia menegaskan bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan yang tidak bisa ditolerir.

    “Tanah Mesir tidak pernah dan tidak akan pernah dilanggar,” katanya.

    Ia juga membenarkan kabar kalau Angkatan Bersenjata Mesir berada dalam kondisi kesiapan penuh.

    “Angkatan Bersenjata Mesir tidak akan membiarkan ancaman atau pelanggaran apa pun terhadap perbatasannya, berapa pun akibatnya,” katanya.

    Perang Ketuk Pintu Mesir

    Niat Israel menguasai Poros Salah al-Din atau Koridor Philadelphia dalam upaya mereka memberantas Hamas dinilai sejumlah pengamat geopolitik seolah menjadi ketukan di pintu Mesir oleh api perang yang masih berkobar di Gaza.

    Ketukan pintu ini ditandai oleh para pejabat Israel yang dilaporkan merencanakan operasi militer berisiko untuk mengambil kendali sisi Gaza di perbatasan Mesir, sebidang tanah yang dikenal sebagai Poros Salah al-Din atau Koridor Philadelphia, demikian yang dilaporkan Wall Street Journal (WSJ) pada 14 Oktober 2024 sialm.

    Menurut pejabat saat ini dan mantan pejabat Israel serta pejabat Mesir yang berbicara dengan WSJ, operasi tersebut akan memungkinkan Israel untuk mengambil kendali atas titik penyeberangan utama, Penyeberangan Perbatasan Rafah, yang telah lama menjadi satu-satunya rute bagi warga Palestina ke dunia luar di tengah kehancuran karena blokade Israel selama bertahun-tahun.

    “Kami tidak mungkin membiarkan penyeberangan ini beroperasi seperti sebelumnya,” kata Michael Milshtein, mantan kepala Departemen Urusan Palestina di intelijen militer Israel.

    Tel Aviv ingin menempatkan pasukan Israel di sepanjang 14 km dari perbatasan Gaza-Israel-Mesir di tenggara hingga Laut Mediterania di barat daya wilayah kantong yang terkepung.

    Hal ini diklaim Israel akan memungkinkan IDF untuk memblokir penyelundupan melalui terowongan bawah tanah dari Sinai, Mesir.

    Milisi Perlawanan Palestina disebut-sebut menggunakan terowongan ini untuk membawa senjata ke Gaza, sementara warga Palestina menggunakannya untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari.

    Beberapa pejabat Israel telah mengumumkan ambisi mereka untuk menduduki Rute Philadelphia.

    Dalam konferensi pers pada 30 Desember 2023, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, “Koridor Philadelphia – atau, lebih tepatnya, titik penghentian di selatan – harus berada di tangan kita. Harus ditutup.”

    Dua hari sebelumnya, mantan menteri pertahanan Avigdor Lieberman memposting di X bahwa koridor tersebut harus dihancurkan.

    Penduduk Palestina di Khan Younis di Jalur Gaza Selatan. Foto diambil Sabtu (13/1/2024).

    Apa itu Koridor Philadelphia?

    Koridor Philadelphia, juga dikenal sebagai Rute Philadelphi, adalah jalur sepanjang 14 km (8,7 mil) yang mewakili keseluruhan wilayah perbatasan antara Gaza dan Mesir.

    Wilayah ini ditetapkan sebagai zona penyangga yang dikendalikan dan dipatroli oleh angkatan bersenjata Israel sebagai bagian dari perjanjian damai tahun 1979 dengan Mesir yang mengakhiri pendudukan Israel di Semenanjung Sinai dan membuka kembali Terusan Suez.

    Tujuannya adalah untuk menghentikan senjata dan material agar tidak sampai ke tangan warga Palestina di Jalur Gaza, yang diduduki Israel, dan untuk mencegah orang berpindah antara tanah Palestina dan Mesir tanpa pemeriksaan yang ketat.

    Di mana Posisi Mesir Soal Wilayah Perbatasan Ini?

    Pada tahun 2005, Israel menarik diri dari Jalur Gaza di bawah tekanan internasional dan malah mengubah tanah Palestina yang padat penduduknya menjadi ‘penjara terbuka terbesar di dunia’.

    Mesir menjadi pemain utama yang mengendalikan koridor tersebut, yang menandakan satu-satunya hubungan dengan dunia luar yang tidak dikendalikan oleh Israel – karena Tel Aviv mempertahankan blokade darat, laut dan udara terhadap jalur tersebut dari semua sisi lainnya.

    Sebuah perjanjian setelah keluarnya Israel dari wilayah tersebut pada tahun 2005 memungkinkan Mesir untuk mengerahkan 750 tentara dan senjata berat untuk berpatroli dan menjaga sisi koridor Mesir, dengan tanggung jawab pihak lain diserahkan kepada Otoritas Palestina.

    Namun Hamas memegang kendali penuh atas Jalur Gaza sekitar dua tahun setelah penarikan Israel, dan keadaan berubah.

    Selama bertahun-tahun, Mesir mengatakan pihaknya terus menghancurkan terowongan yang digali oleh warga Palestina untuk menyelundupkan senjata dan manusia, namun Israel mempertanyakan efektivitas tindakan Kairo.

    Kini, Israel menginginkan kendali penuh atas wilayah perbatasan, termasuk penyeberangan Rafah yang penting, untuk menjamin keamanannya.

    Namun hal ini berarti pendudukan kembali Jalur Gaza secara de facto, sesuatu yang secara terbuka menimbulkan perselisihan Israel dan sekutu abadi mereka, Amerika Serikat.

    Baik Mesir maupun Hamas menentang Israel untuk mendapatkan kembali kendali atas koridor tersebut.

    Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi telah berulang kali mengatakan Kairo tidak akan membiarkan warga Palestina mengungsi dari tanah air mereka ke Mesir.

    Bukan apa-apa, bagi Mesir, terusirnya pengungsi Palestina dan berpindah ke wilayah otoritas mereka, bisa menjadi masalah besar nantinya.

    Belajar dari kejadian dan sikap Israel pada tahun-tahun sebelumnya, Mesir tidak ingin wilayahnya dibombardir Israel dengan dalih memberantas kelompok perlawanan Palestina yang berbasis di wilayah Mesir.

    Ini adalah masalah keamanan nasional bagi Mesir.

    Karena itu, Mesir sudah menyatakan sikap tegas, Israel memancing perang dengan niat mengendalikan koridor ini. 

    Apa yang diinginkan Israel?

    Netanyahu ingin meyakinkan audiens domestiknya – yang semakin marah dan kritis terhadap cara dia menangani perang dan kegagalannya membawa kembali puluhan tawanan yang masih berada di Gaza – menurut Rami Khouri, seorang jurnalis dan peneliti terkemuka di American University of Beirut.

    Pada saat yang sama, kata Khouri, PM Israel ingin menanamkan lebih banyak ketakutan di kalangan warga Palestina dan menciptakan pengaruh baru untuk negosiasi dengan AS dan Mesir.

    “Jadi, apa pun yang dia katakan memiliki banyak audiens, berbagai tujuan, dan tidak boleh dianggap remeh,” kata Khouri kepada Al Jazeera.

    “Kita harus menganggap ini sebagai elemen lain yang dia lemparkan ke dalam pot negosiasi.”

    Khouri mengatakan Mesir tidak akan setuju jika Israel mengambil kembali kendali atas koridor tersebut dan membangun kehadiran militer di sana beberapa dekade setelah Israel meninggalkannya.

    Dia mengatakan komentar Netanyahu juga dapat dilihat dalam konteks upaya Israel yang terus-menerus melakukan ekspansionisme teritorial sejak pembentukannya pada tahun 1948 – meskipun hal ini tidak membawa keamanan bagi negara tersebut.

    “Semakin mereka berekspansi, semakin mereka menguasai tanah, semakin mereka mencoba untuk mengamankan tanah mereka dengan mengambil alih tanah-tanah penduduk dan mengusir orang-orang dari rumah mereka, semakin tidak aman mereka karena mereka hanya memicu bentuk perlawanan yang lebih besar dan lebih intens dari warga Palestina dan orang lain, termasuk Hizbullah di Lebanon.”

     

    (oln/khbrn/aja/wsj/*)