Category: Tribunnews.com Internasional

  • Hamas: Israel Sesatkan Opini Publik, Karang Pembenaran Palsu hingga Lanjutkan Genosida di Gaza – Halaman all

    Hamas: Israel Sesatkan Opini Publik, Karang Pembenaran Palsu hingga Lanjutkan Genosida di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas mengatakan Israel telah mengingkari perjanjian gencatan senjata, menghindari kewajibannya, dan terus melakukan pembantaian terhadap rakyat Palestina di Gaza.

    Pernyataan ini dikatakan oleh Hamas, Selasa (18/3/2025).

    Diketahui, Israel telah melanjutkan agresinya di Gaza dengan serangan udara yang intens, mengakibatkan korban tewas sebanyak 404 jiwa, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

    “Klaim yang dibuat oleh pasukan Israel mengenai persiapan untuk meluncurkan serangan terhadap pasukannya tidak berdasar dan hanya dalih palsu untuk membenarkan kembalinya perang dan meningkatkan agresi berdarahnya (di Gaza),” ujar keterangan Hamas, dikutip dari Al Mayadeen.

    Hamas menyebut Israel berusaha menyesatkan opini publik dan mengarang pembenaran palsu untuk menutupi keputusan terencananya dalam melanjutkan kampanye genosida melawan warga sipil yang tidak berdaya.

    Hal itu pun mengabaikan kesepakatan soal gencatan senjata yang telah dibuat.

    “Hamas mematuhi perjanjian sampai saat-saat terakhir dan berkomitmen untuk kelanjutannya (gencatan senjata),” lanjut Hamas.

    Hamas juga menyebut, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, lebih suka menyalakan kembali perang dengan mengorbankan darah rakyat Palestina.

    Dalam sebuah pernyataan terpisah, Hamas menganggap Amerika Serikat (AS) mendukung serangan Israel ke Gaza.

    Menurut The Wall Street Journal, Hamas menyebut Presiden AS, Donald Trump, menyalakan ‘lampu hijau’ agar Israel melakukan perang baru di Gaza setelah Hamas menolak untuk membebaskan lebih banyak tawanan.

    Israel Konsultasi ke AS sebelum Serang Gaza

    Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Israel berkonsultasi dengan pemerintahan Presiden Donald Trump sebelum meluncurkan serangkaian serangan udara skala besar di Gaza pada Selasa pagi.

    Pengakuan ini sekali lagi mengekspos keterlibatan dan bias terang-terangan AS yang mendukung pendudukan Israel.

    Hamas mengungkapkan kepalsuan klaimnya tentang memprioritaskan de-eskalasi.

    “Washington bertanggung jawab penuh atas pembantaian dan pembunuhan perempuan dan anak-anak di Gaza,” ujar Hamas.

    Hamas mendesak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan segera untuk meminta pertanggungjawaban pendudukan dan para pendukungnya atas kejahatan terhadap kemanusiaan ini.

    “Rakyat Palestina kami tidak akan mundur dari perjuangan mereka yang sah sampai pendudukan Israel berakhir dan hak-hak mereka sepenuhnya dipulihkan,” Hamas menggarisbawahi.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Zelensky Ingin Bicara dengan Trump, Penasaran soal Percakapan Presiden AS dan Putin – Halaman all

    Zelensky Ingin Bicara dengan Trump, Penasaran soal Percakapan Presiden AS dan Putin – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berharap dapat mengetahui rincian percakapan telepon terbaru antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Ia ingin berbicara dengan Donald Trump untuk membahas percakapan Trump dengan Putin yang dilakukan pada Selasa (18/3/2025) sekitar pukul 10.00 pagi waktu Washington.

    “Saya berharap dapat berdiskusi dengan Presiden Trump, sehingga kita dapat memahami rinciannya,” kata Zelensky seperti dikutip dari surat kabar Ukraina Obshchestvennoye Novosti pada Rabu (19/3/2025). 

    Zelensky mengatakan ia akan menindaklanjuti usulan AS dan membentuk tim yang diperlukan setelah mengetahui rincian percakapan Trump dan Putin.

    “Setelah kami mengetahui rincian dari pihak Amerika, kami akan mempersiapkan dan mengumumkan tanggapan kami terhadap usulan gencatan senjata infrastruktur energi, dan sebuah tim akan siap untuk negosiasi teknis,” tambahnya.

    Presiden Ukraina menegaskan bahwa ia tidak menerima perundingan tanpa melibatkan Ukraina.

    “Ada dua pihak dalam perang ini: Rusia dan Ukraina. Menurut saya, mencoba berunding tanpa Ukraina tidak akan produktif,” ujarnya, seperti diberitakan Newsweek.

    Zelensky mengklaim pemerintah Ukraina selalu mendukung gagasan AS mengenai larangan menargetkan serangan terhadap lokasi infrastruktur listrik.

    Usulan tersebut muncul setelah Rusia dan Ukraina saling menargetkan fasilitas energi yang menyebabkan kerusakan hingga terhambatnya pasokan energi untuk warga mereka.

    Sebelumnya, Putin dan Trump berbicara melalui telepon dan membahas masalah gencatan senjata selama 30 hari di Ukraina, ketentuan untuk mencegah eskalasi, dan sejumlah isu internasional. 

    Putin mendukung usulan Trump agar Rusia dan Ukraina menahan diri dari serangan terhadap fasilitas energi.

    “Kedua belah pihak juga sepakat untuk meluncurkan negosiasi teknis mengenai penerapan gencatan senjata maritim di Laut Hitam, gencatan senjata penuh, dan perdamaian permanen,” kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa.

    Sementara itu dikabarkan bahwa Kremlin mengatakan pencegahan eskalasi perang juga harus termasuk penghentian total bantuan militer asing dan penyediaan informasi intelijen ke Ukraina.

    Namun, Trump membantah laporan tersebut dengan mengatakan kepada Fox News pada hari Selasa, “Kami tidak membicarakan bantuan sama sekali. Kami membicarakan banyak hal, tetapi bantuan tidak pernah dibahas.”

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Hamas: Israel Sesatkan Opini Publik, Karang Pembenaran Palsu hingga Lanjutkan Genosida di Gaza – Halaman all

    Israel Bersiap Melakukan Invasi Darat Baru ke Gaza – Halaman all

    Israel Bersiap Melakukan Invasi Darat Baru ke Gaza

    TRIBUNNEWS.COM- Operasi militer Israel yang diperbarui di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 400 warga Palestina dalam 24 jam bersifat terbuka dan diperkirakan akan meluas, termasuk melalui kemungkinan invasi darat.

    Misi Rusia di PBB mengatakan mereka memiliki informasi intelijen bahwa tentara Israel sedang mempersiapkan operasi darat baru di Wilayah kantong yang dikepung tersebut.

    “Israel, mulai sekarang, akan bertindak melawan Hamas dengan meningkatkan kekuatan militer,” kata kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada tanggal 18 Maret.

    Seorang pejabat Israel, yang berbicara dengan syarat anonim kepada AP, mengatakan Israel menyerang militer, pemimpin, dan infrastruktur Hamas dan berencana untuk memperluas operasi di luar serangan udara.

    “Tujuan serangan mendadak yang kami luncurkan di Gaza adalah untuk membawa Hamas kembali ke meja perundingan dan mengamankan pembebasan setidaknya 10 tentara yang diculik dalam keadaan hidup. Jika itu tidak terjadi, kita akan melihat pasukan darat juga,” lapor koresponden militer Channel 14 Hillel Biton-Rosen.

    Wakil Rakyat Rusia mengemukakan kemungkinan invasi darat baru ke Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    “Kami memiliki informasi bahwa tentara Israel sedang mempersiapkan operasi darat di Jalur Gaza,” kata misi Rusia .

    “Situasi semakin memburuk karena penolakan Israel untuk memenuhi kebutuhan rakyat yang berada di bawah pendudukan. Melindungi warga sipil bukanlah salah satu prinsip dan metode tentara Israel,” tambah pernyataan itu.

    Ancaman invasi darat disertai peringatan dari menteri pertahanan Israel, Israel Katz. Ia menyatakan “gerbang neraka akan terbuka di Gaza” jika tawanan yang masih ditahan Hamas tidak dibebaskan.

    “Kami tidak akan berhenti berjuang sampai semua sandera kami pulang dan kami telah mencapai semua tujuan perang,” imbuh Katz.

    Sebaliknya, surat kabar Israel Ynet menyarankan operasi militer saat ini mungkin tidak termasuk invasi darat.

    “Saat ini, dimulainya kembali pertempuran di Jalur Gaza hanya terbatas pada operasi udara – dengan nama sandi ‘Pride and Sword’ – dan tidak termasuk invasi darat baru ke Gaza.”

    “Israel berusaha mendesak Hamas untuk memajukan negosiasi kesepakatan tersebut, atau setidaknya menyelesaikan fase tambahannya,” demikian pernyataan surat kabar berbahasa Ibrani tersebut.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Acuhkan Ancaman Trump, Houthi Lanjut Gempur Kapal Perang AS yang Melintas di Laut Merah – Halaman all

    Acuhkan Ancaman Trump, Houthi Lanjut Gempur Kapal Perang AS yang Melintas di Laut Merah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM –  Militan Houthi Yaman kembali menggempur kapal induk militer AS USS Harry Truman yang melintas di Laut merah.

    Juru bicara Houthi mengklaim setidaknya 4 kali serangan telah dilancarkan ke kapal Induk AS dalam 72 jam terakhir.

    Adapun serangan ini dilakukan Houthi dengan menggunakan pesawat tak berawak serta rudal balistik hipersonik yang memiliki jangkauan 2.150 km

    “Serangan rudal dan drone telah kami luncurkan dengan menargetkan kelompok kapal induk USS Harry S. Truman dalam serangan keempat dalam kurun waktu 72 jam,” kata Juru bicara militer Houthi, dikutip dari Al Arabiya.

    Tak dijelaskan secara rinci apakah serangan itu telah menyebabkan kerusakan,.

    Sementara itu pihak pejabat militer AS hingga kini belum memberikan komentar apapun mengenai klaim tersebut.

    Houthi Bersumpah Membalas

    Sebelum serangan dilakukan, militan Houthi bersumpah bahwa pihaknya akan terus menggempur kapal-kapal Israel dan sekutunya AS yang nekat melintas di Laut Merah.

    Dalam pidato yang disiarkan televisi, pemimpin Houthi Abdul Malik al-Huthi menyerukan unjuk rasa perlawanan “sejuta orang” di seluruh wilayah yang dikuasai.

    Houthi berdalih serangan dilakukan sebagai bentuk balasan atas agresi berbahaya AS di ibu kota Yaman, Sanaa serta sejumlah wilayah Yaman lainnya, seperti Provinsi utara Saada dan Hajjah.

    Imbas serangan mematikan yang dilakukan AS, 53 orang di Yaman dilaporkan tewas.

    Termasuk diantaranya lima anak-anak dan dua wanita. Sedangkan korban luka-luka melonjak hingga 98 orang.

    Alasan tersebut yang membuat Houthi meradang, hingga kelompok militan Yaman ini menyatakan tak akan tinggal diam dan bersumpah membalas serangan AS.

    “Agresi itu tidak akan dibiarkan begitu saja, dan angkatan bersenjata Yaman sepenuhnya siap menghadapi eskalasi dengan eskalasi,” ujar Houthi, sebagaimana dikutip dari Arab News.

    Houthi, yang didukung Iran, mengancam akan terus memperluas agresi jika Amerika Serikat kembali melakukan konfrontasi berkelanjutan.

    Houthi Bombardir Pangkalan Udara Israel

    Selain melakukan serangan di Laut Merah, Houthi juga mengklaim bahwa pihaknya telah meluncurkan rudal ke Pangkalan Udara Nevatim di Israel pada Selasa (18/3/2025).

    Imbas gempuran ini, sirene meraung kencang  di Beer al-Sabe, Merhav Am, Nevatim, dan Ravivim, dan lokasi lainnya.

    Layanan tanggap darurat Israel, Magen David Adom, melaporkan menerima panggilan mengenai individu yang mengalami kecemasan, meskipun tidak ada korban luka yang tercatat.

    Serangan seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan Houthi Yaman, selama setahun terakhir Houthi aktif melakukan serangan ke sejumlah wilayah Israel.

    Bahkan akibat serangan tersebut, pelabuhan terbesar di Israel yakni pelabuhan Eilat terpaksa memberhentikan setengah dari tenaga kerjanya karena serangan Houthi membuat kegiatan komersial pelabuhan mandek.

    Adapun gempuran ini dilakukan sebagai respons terhadap serangan Israel di Gaza yang mengakhiri gencatan senjata dengan Hamas.

    “Angkatan bersenjata Yaman akan memperluas cakupan sasaran mereka di wilayah pendudukan Palestina dalam beberapa jam dan hari mendatang kecuali agresi terhadap Gaza berhenti,” kata Juru bicara Houthi Yahya Saree.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Netanyahu Klaim Serangan Israel di Gaza Baru Permulaan, Salahkan Hamas atas Korban Sipil – Halaman all

    Netanyahu Klaim Serangan Israel di Gaza Baru Permulaan, Salahkan Hamas atas Korban Sipil – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memperingatkan bahwa gelombang serangan udara yang menewaskan ratusan warga Palestina di Gaza hanyalah “permulaan.”

    Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Selasa (18/3/2025) malam, Netanyahu menegaskan pasukan Israel akan terus menyerang Hamas dengan “kekuatan yang semakin meningkat”.

    Netanyahu juga menyinggung negosiasi gencatan senjata hanya akan dilakukan “di bawah tembakan.”

    “Hamas telah merasakan kekuatan kami dalam 24 jam terakhir, dan saya ingin meyakinkan Anda – dan mereka – ini baru permulaan,” ujar Netanyahu, seperti dilansir Al Jazeera.

    Serangan udara Israel yang dilancarkan sejak Senin (17/3/2025) malam menghantam berbagai wilayah Gaza, termasuk Khan Yunis, Rafah, Kota Gaza, dan Deir el-Balah.

    Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 404 warga Palestina tewas, termasuk banyak anak-anak, dan lebih dari 560 lainnya terluka.

    Serangan ini juga menghancurkan rumah-rumah warga, menyebabkan pengungsian massal, dan membebani fasilitas kesehatan yang sudah kewalahan akibat perang yang berkepanjangan.

    Dalam pidatonya, Netanyahu menyalahkan Hamas atas kelanjutan perang dan tingginya korban sipil di Gaza.

    “Warga sipil Palestina harus menghindari kontak dengan teroris Hamas,” katanya.

    Ia juga meminta warga Gaza untuk mengungsi ke daerah yang lebih aman, seraya menambahkan “setiap korban sipil adalah kesalahan Hamas.”

    Israel mengklaim telah menargetkan pejabat tinggi Hamas dalam serangan ini, termasuk Mayor Jenderal Mahmoud Abu Watfa, seorang pejabat senior di Kementerian Dalam Negeri Gaza, BBC melaporkan.

    Gagalnya Negosiasi Gencatan Senjata

    Serangan terbaru ini menghancurkan gencatan senjata yang sebelumnya dimulai pada 19 Januari.

    Negosiasi tahap kedua kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas mengalami kebuntuan setelah Israel menolak tawaran Hamas untuk membebaskan seorang warga negara ganda Amerika-Israel serta jenazah empat sandera yang telah tewas.

    Israel bersikeras memperpanjang tahap pertama gencatan senjata hingga pertengahan April, sementara Hamas menolaknya dan menuntut dimulainya tahap kedua yang mencakup pembebasan semua sandera serta penghentian permanen perang.

    Dengan serangan ini, prospek gencatan senjata jangka panjang semakin redup.

    Netanyahu menegaskan Israel akan terus berjuang hingga “membebaskan para sandera, menyingkirkan Hamas, dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.”

    Sementara itu, situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk, dan upaya diplomatik untuk menghentikan perang masih menemui jalan buntu.

    Dukungan AS dan Sikap Hamas

    Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, disebut telah berkoordinasi dengan Israel sebelum serangan ini terjadi.

    Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Brian Hughes, menyatakan Hamas seharusnya bisa membebaskan sandera untuk memperpanjang gencatan senjata, tetapi justru memilih “penolakan dan perang.”

    Di sisi lain, Hamas menuduh Israel sengaja menggagalkan kesepakatan demi terus melakukan serangan.

    Kelompok tersebut juga memperingatkan dimulainya kembali perang oleh Israel bisa menjadi “hukuman mati” bagi para sandera yang masih hidup di Gaza.

    Krisis Kemanusiaan Memburuk

    Dengan serangan baru ini, rumah sakit di Gaza kembali dipenuhi korban.

    Dr. Sabrina Das, seorang dokter yang melatih tenaga medis Palestina, mengatakan kepada BBC bahwa serangan ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan kepanikan di seluruh Gaza.

    “Kami tahu perang akan segera dimulai lagi,” ujarnya.

    Sementara itu, Mohammed Zaquot, direktur rumah sakit di Jalur Gaza, menyebut jumlah staf medis yang tersedia tidak cukup untuk menangani skala serangan ini, sehingga tim tambahan harus segera dipanggil.

    Protes Keluarga Sandera Israel

    Di Israel, keluarga sandera yang masih ditahan Hamas mengecam keputusan pemerintah untuk kembali melancarkan serangan ke Gaza.

    Kelompok yang mewakili keluarga sandera menuduh Netanyahu telah “menyerahkan sandera” dengan memilih opsi militer daripada negosiasi.

    Liran Berman, yang saudara kembarnya masih menjadi tawanan Hamas, mengatakan kepada BBC “jika Hamas mau, para sandera akan kembali. Mereka ada di tangan mereka.”

    Menurut data Israel, masih ada 59 sandera yang ditahan Hamas, dengan 24 di antaranya diyakini masih hidup.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • 5 Fakta di Balik Serangan Udara Besar-besaran Israel di Gaza: Gencatan Senjata Temui Jalan Buntu – Halaman all

    5 Fakta di Balik Serangan Udara Besar-besaran Israel di Gaza: Gencatan Senjata Temui Jalan Buntu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel kembali melancarkan serangan udara besar-besaran ke Gaza, menargetkan berbagai wilayah dengan gelombang serangan udara dan tembakan artileri.

    Lebih dari 300 orang dilaporkan tewas dan ratusan lainnya terluka, menurut otoritas Palestina.

    Serangan ini juga menargetkan sejumlah pejabat tinggi Hamas serta warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.

    Rumah sakit di Gaza kini kewalahan menangani lonjakan korban.

    Lalu, mengapa serangan ini terjadi sekarang?

    Berikut adalah lima fakta di balik serangan terbaru Israel ke Gaza.

    1. Serangan Terjadi di Tengah Kebuntuan Gencatan Senjata

    Serangan ini terjadi setelah berakhirnya fase pertama dari kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani pada Januari lalu.

    Kesepakatan tersebut awalnya dirancang untuk menghentikan perang secara bertahap, mengarah pada penarikan total pasukan Israel dari Gaza dan pembebasan semua sandera yang ditahan Hamas sejak 7 Oktober 2023.

    Namun, negosiasi mengalami kebuntuan.

    Dikutip dari The Guardian, Hamas menuduh Israel melanggar kesepakatan dengan menolak beralih ke fase kedua yang seharusnya mengarah pada gencatan senjata permanen.

    Sebaliknya, Israel justru mengusulkan perpanjangan fase pertama selama 30 hingga 60 hari, yang ditolak oleh Hamas.

    Israel berpendapat bahwa Hamas-lah yang melanggar kesepakatan dengan tidak membebaskan sandera tambahan.

    2. Israel Menargetkan Hamas dan Infrastruktur Militer

    Pemerintah Israel mengklaim serangan ini ditujukan untuk menghancurkan infrastruktur militer Hamas dan membebaskan sandera yang masih ditahan.

    Dalam beberapa minggu terakhir, kepemimpinan Hamas disebut-sebut mulai kembali mengendalikan Gaza.

    Pejabat Israel menilai bahwa melemahkan Hamas secara signifikan akan mempercepat pembebasan sandera, meskipun banyak keluarga sandera di Israel justru tidak setuju dengan pendekatan ini.

    3. Dukungan Logistik dan Militer Israel Sudah Pulih

    Salah satu alasan serangan ini baru dilakukan sekarang adalah kesiapan logistik dan militer Israel.

    Enam minggu lalu, Israel mengalami keterbatasan amunisi dan perlengkapan militer akibat perang yang berlangsung sejak Oktober 2023.

    Setelah menerima pasokan senjata dari Amerika Serikat dan memperbaiki peralatan militernya, Israel kini memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan skala besar.

    4. Faktor Politik Internal Israel Berperan dalam Serangan Ini

    Beberapa pengamat menilai bahwa serangan ini juga dipengaruhi oleh situasi politik dalam negeri Israel.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu saat ini menghadapi tekanan politik yang besar, termasuk dari sekutu sayap kanannya yang menentang gencatan senjata permanen.

    Netanyahu juga sedang berjuang mempertahankan kekuasaannya di parlemen Israel serta menghadapi persidangan atas tuduhan korupsi.

    Serangan ini dapat menjadi strategi politiknya untuk mengamankan dukungan dari kelompok sayap kanan dan mengalihkan perhatian dari isu domestik.

    5. Krisis Kemanusiaan di Gaza Memburuk

    Serangan baru ini semakin memperparah kondisi kemanusiaan di Gaza.

    Bantuan kemanusiaan yang sebelumnya mulai mengalir selama gencatan senjata kini kembali terhambat.

    Dua minggu lalu, Israel memberlakukan blokade total di Gaza, dengan alasan bahwa Hamas telah menyalahgunakan bantuan yang masuk.

    Akibatnya, menurut pejabat kemanusiaan, stok kebutuhan pokok di Gaza hanya cukup untuk bertahan sekitar tiga minggu ke depan.

    Dengan meningkatnya kekerasan, distribusi bantuan diperkirakan akan semakin sulit dilakukan.

    Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?

    Israel menegaskan bahwa operasi militer ini akan terus berlanjut hingga Hamas membebaskan semua sandera yang tersisa.

    Lebih dari 48.700 warga Palestina tewas akibat serangan Israel sejak Oktober 2023, tekanan internasional terhadap Israel semakin meningkat.

    Sementara itu, Hamas tetap menolak gencatan senjata jangka pendek dan menuntut penghentian total perang.

    Perundingan damai kemungkinan akan terus berlanjut, tetapi dalam waktu dekat, eskalasi kekerasan di Gaza tampaknya belum akan berakhir.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Bicara dengan Trump, Putin hanya Setuju Hentikan Serangan ke Fasilitas Energi Ukraina Selama 30 Hari – Halaman all

    Bicara dengan Trump, Putin hanya Setuju Hentikan Serangan ke Fasilitas Energi Ukraina Selama 30 Hari – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin setuju gencatan senjata dengan menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina selama 30 hari.

    Putin menyetujui gencatan senjata 30 hari setelah berbicara melalui telepon dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Selasa (18/3/2025).

    Kendati demikian, Putin menolak gencatan senjata penuh.

    Ia justru menetapkan syarat tambahan bagi Ukraina serta sekutu-sekutunya.

    Menurut laporan, Putin enggan menandatangani gencatan senjata komprehensif selama sebulan yang sebelumnya dirancang oleh tim Trump dan Ukraina dalam perundingan di Arab Saudi.

    Putin menegaskan gencatan senjata menyeluruh hanya dapat dicapai jika bantuan militer asing serta pembagian informasi intelijen dengan Ukraina dihentikan.

    Persyaratan ini sebelumnya telah ditolak oleh sekutu-sekutu Ukraina di Eropa.

    Pembicaraan lebih lanjut mengenai konflik ini akan kembali dilaksanakan di Jeddah, Arab Saudi, pada Minggu (23/3/2025) mendatang, sebagaimana diumumkan oleh utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.

    Meskipun ada kesepakatan untuk menghentikan serangan terhadap fasilitas energi, serangan udara Rusia masih terjadi di berbagai wilayah Ukraina.

    Di Sumy, sebuah rumah sakit menjadi target pesawat tak berawak Rusia, menyebabkan kerusakan pada bangunan dan kendaraan di sekitarnya.

    Laporan juga menyebutkan serangan terhadap infrastruktur listrik di Slovyansk, yang menyebabkan pemadaman sebagian di kota tersebut.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengutuk serangan ini dan menuduh Putin menolak proposal gencatan senjata penuh.

    “Sayangnya, ada serangan yang menargetkan infrastruktur sipil. Hari ini, Putin secara efektif menolak usulan gencatan senjata total,” tulis Zelensky di media sosial X.

    Trump Klaim Pembicaraan dengan Putin Berjalan Baik

    Dalam unggahannya di Truth Social, Trump menggambarkan panggilan telepon dengan Putin sebagai “sangat bagus dan produktif.”

    Ia menyatakan bahwa beberapa elemen “Kontrak Perdamaian” telah dibahas dan bahwa mereka sepakat untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi dengan harapan mencapai gencatan senjata penuh dan mengakhiri perang.

    Pernyataan Gedung Putih setelah panggilan telepon tersebut tidak merinci apakah ada kesepakatan konkret yang dibuat dengan Ukraina.

    Hanya disebutkan bahwa proses perdamaian akan dimulai dengan penghentian serangan terhadap infrastruktur energi dan dilanjutkan dengan negosiasi mengenai gencatan senjata di Laut Hitam, gencatan senjata penuh, dan perdamaian permanen.

    Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, sebelumnya menyatakan bahwa “bola” kini ada di tangan Rusia setelah Ukraina menyetujui proposal Washington untuk gencatan senjata penuh.

    Pernyataan Kremlin setelah panggilan telepon Trump-Putin menegaskan bahwa Rusia memiliki “serangkaian masalah penting” terkait implementasi kesepakatan dengan Ukraina.

    Zelensky menyatakan bahwa Ukraina terbuka terhadap ide penghentian serangan terhadap fasilitas energi, tetapi menunggu rincian lebih lanjut dari Washington sebelum memberikan tanggapan akhir.

    Kyiv tampaknya melihat kesepakatan ini sebagai taktik Putin untuk menunda gencatan senjata penuh sambil menetapkan persyaratan tambahan.

    Reaksi Eropa

    Di Berlin, Kanselir Jerman Olaf Scholz menyebut gencatan senjata terbatas sebagai langkah awal yang penting, tetapi menekankan perlunya penghentian perang secara menyeluruh.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron turut mendukung seruan untuk gencatan senjata penuh.

    Perdana Menteri Inggris, Sir Keir Starmer, juga berbicara dengan Zelensky setelah panggilan Trump-Putin dan “menegaskan kembali dukungan Inggris yang tak tergoyahkan” untuk Ukraina, menurut pernyataan juru bicara Downing Street.

    Putin Usulkan Pertandingan Hoki dengan AS

    Di luar isu perang, Kremlin menyebut bahwa dalam pembicaraan dengan Trump, Putin mengusulkan diadakannya pertandingan hoki es antara pemain profesional AS dan Rusia.

    Hal ini dianggap sebagai upaya diplomasi simbolik, mengingat Rusia telah dilarang mengikuti berbagai kompetisi internasional sejak invasi ke Ukraina pada 2022.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Dibantu Perusahaan Elon Musk, Astronot NASA yang Terdampar 9 Bulan di Luar Angkasa Akhirnya Pulang – Halaman all

    Dibantu Perusahaan Elon Musk, Astronot NASA yang Terdampar 9 Bulan di Luar Angkasa Akhirnya Pulang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Setelah hampir sembilan bulan terdampar di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), dua astronot NASA, Barry “Butch” Wilmore dan Sunita Williams, akhirnya berhasil kembali ke Bumi.

    Dikutip dari BBC, keduanya kembali ke bumi tepatnya di perairan wilayah lepas pantai Tallahassee, Florida sekitar pukul 17.58 hari Selasa (18/3/2025) waktu setempat.

    Keduanya mendarat di dalam sebuah kapsul antariksa bersama dengan astronot Nick Hague dari NASA dan kosmonot Aleksandr Gorbunov dari badan antariksa Rusia, Roscosmos yang ‘menjemput’ mereka pulang dengan bantuan SpaceX.

    Kembalinya Wilmore dan Williams yang sangat dinantikan ini terjadi melalui operasi Crew Dragon dari perusahaan yang dimiliki Elon Musk tersebut.

    Adapun operasi pendaratan Crew-9 tersebut dimulai pada pukul 01:05 hari Selasa waktu setempat.

    Kapsul Crew-9 diluncurkan ke stasiun luar angkasa pada September dengan Hague dan Gorbunov menumpang bersama dua kursi kosong yang disediakan untuk Williams dan Wilmore, yang telah berada di laboratorium orbit sejak Juni lalu.

    Keberangkatan Hague dan Gorbunov ini merupakan langkah evakuasi hasil kerjasama NASA dan SpaceX untuk mengevakuasi Wilmore dan Williams yang “terdampar” akibat moda transportasi awal mereka yakni pesawat ruang angkasa Boeing Starliner mengalami kerusakan .

    “Selamat datang kembali kepada para astronot Crew-9 — Nick Hague, Suni Williams, dan Butch Wilmore dari NASA serta kosmonot Aleksandr Gorbunov dari Roscosmos. Dedikasi dan komitmen tanpa henti kalian terhadap eksplorasi luar angkasa menginspirasi kita semua,” tulis Boeing Space di platform sosial X setelah kru tersebut kembali ke rumah.

    Awal Mula Masalah

    Wilmore dan Williams tiba di Stasiun Luar Angkasa ISS pada Juni tahun lalu untuk menjalankan misi rutin di stasiun luar angkasa.

    Namun, rencana kepulangan mereka kala itu harus ditunda akibat masalah teknis serius yang ditemukan pada pesawat Boeing Starliner.

    Pesawat ini mengalami kendala sistem terutama pada katup bahan bakar, yang membuatnya tidak layak untuk digunakan dalam misi kembali ke bumi.

    Akibatnya, kedua astronot tersebut terpaksa tinggal lebih lama di ISS, jauh melampaui jadwal awal mereka.

    Situasi ini menimbulkan kekhawatiran global, namun NASA segera mencari solusi alternatif untuk memastikan keselamatan mereka.

    Untuk menyelamatkan Wilmore dan Williams, NASA kemudian bekerja sama dengan perusahaan antariksa SpaceX yang dimiliki Elon Musk.

    Kedua pihak akhirnya sepakat melakukan operasi evakuasi dengan kapsul SpaceX Freedom sebagai alat transportasi mereka kembali ke Bumi.

    Pendaratan mereka dilakukan dengan sukses pada Selasa, 18 Maret 2025, setelah menempuh perjalanan panjang dari ISS ke permukaan Bumi .

    Kapsul SpaceX Freedom terbukti menjadi solusi yang andal, membawa kedua astronot kembali dengan selamat.

    Momen ini pun menjadi bukti nyata sinergi antara NASA dan mitra komersial mereka seperti SpaceX dalam menghadapi tantangan luar angkasa.

    Setelah melakukan proses evakuasi tersebut dengan lancar, kini NASA dan mitra-mitranya mulai mengalihkan fokus untuk memastikan bahwa insiden serupa tidak terjadi di masa depan.

    (Tribunnews.com/Bobby)

  • Hamas: Israel Sesatkan Opini Publik, Karang Pembenaran Palsu hingga Lanjutkan Genosida di Gaza – Halaman all

    Mesir Kutuk Serangan Israel di Gaza: Ini Upaya Paksa Pengusiran Warga Palestina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mesir yang bersama Qatar dan AS membantu mediasi gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas mengecam serangan Israel di Gaza pada hari Selasa (18/3/2025).

    Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi menyebut serangan Israeil ini adalah bagian dari upaya untuk ‘memaksa’ penduduk Palestina keluar dari Gaza.

    “Serangan itu merupakan bagian dari upaya yang disengaja untuk membuat Jalur Gaza tidak dapat dihuni dan memaksa warga Palestina mengungsi,” kata Sisi, dikutip dari The New Arab.

    Dalam pernyataan lain, Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan serangan Israel sebagai ‘pelanggaran terang-terangan’ terhadap perjanjian gencatan senjata yang berlaku sejak 19 Januari 2025.

    “Serangan ini merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata dan upaya untuk menyalakan kembali ketegangan di kawasan tersebut,” kata Kemenlu Mesir, dikutip dari Palestine Chronicle.

    Lebih lanjut, kemenlu menegaskan penentangan Mesir terhadap genosida Israel di Gaza.

    Oleh karena itu, Mesir mendesak masyarakat Internasional untuk bertindak mencegah agresi Israel di Gaza.

    “Mesir menghimbau masyarakat internasional untuk bertindak segera untuk menghentikan agresi Israel terhadap Jalur Gaza guna mencegah kawasan tersebut terjerumus dalam lingkaran kekerasan dan kontra-kekerasan baru,” tambahnya.

    Serangan Israel di Gaza Tewaskan Ratusan Orang

    Israel kembali melancarkan serangannya di Gaza pada Selasa (18/3/2025).

    Jet-jet tempur Israel menghantam berbagai wilayah di Gaza, mulai dari Gaza Utara, tengah hingga barat.

    Di Gaza Utara, jet tempur Israel menghantam sebuah kendaraan di lingkungan Al-Salateen.

    Kemudian di Gaza Tengah, sebuah rumah di kamp pengungsi Nuseirat juga menjadi target serangan israel.

    Sebuah mobil di kota Gaza Barat juga menjadi sasaran jet tempur Israel.

    Otoritas kesehatan Palestina mengatakan serangan Israel menewaskan lebih dari 400 orang.

    Sebagian besar korban adalah anak-anak.

    Sebuah sumber medis melaporkan anak-anak termasuk di antara enam warga Palestina yang kehilangan nyawa di lingkungan Al-Salateen di Gaza utara, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Sementara korban luka mencapai 562 orang, dikutip dari Al-Arabiya.

    Israel juga telah menghentikan pengiriman bantuan ke Gaza selama lebih dari dua minggu, memperburuk krisis kemanusiaan.

    Meski serangan Israel mendapat kecaman dari berbagai pihak, namun AS tetap memberikan dukungannya terhadap Zionis.

    Israel mengatakan serangan tersebut dilakukan atas persetujuan AS.

    Sejak Oktober 2023, lebih dari 48.500 warga Palestina telah terbunuh.

    Agresi Israel sejak saat itu telah mengakibatkan 112.000 orang terluka.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Hamas: Israel Sesatkan Opini Publik, Karang Pembenaran Palsu hingga Lanjutkan Genosida di Gaza – Halaman all

    Populer Internasional: Israel Kembali Menyerang Gaza – Kepala IRGC Sumpah Balas Serangan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rangkuman berita populer internasional dapat disimak di sini.

    Israel kembali melancarkan serangan terbesarnya di tengah gencatan senjata, menewaskan lebih dari 400 orang.

    Amerika Serikat rupanya terlibat dalam membantu Israel, Qatar dan Arab Saudi cemas.

    Kepala IRGC pun bersumpah akan membalas serangan tersebut.

    Berikut berita populer internasional selengkapnya.

    1. AS Terlibat Bantu Israel di Pembantaian Gaza, Qatar-Arab Saudi Cemas Perang Besar di Timur Tengah

    Gerakan perlawanan Palestina, Hamas menilai, Amerika Serikat (AS) terlibat langsung dalam pembantaian terbaru di Jalur Gaza, Selasa (18/3/2025) dini hari.

    Seperti dilaporkan, jet tempur Israel melancarkan serangan udara mendadak yang intens di Gaza pada Selasa dini hari, menewaskan lebih dari 400 orang, termasuk anak-anak, dan melukai yang lainnya.

    Lebih dari 100 orang yang terluka tiba di Rumah Sakit Al-Awda di Nuseirat saat serangan menargetkan rumah-rumah di Beit Hanoun, Deir al-Balah, dan Zeitoun.

    Pengeboman juga menghantam daerah-daerah dekat sekolah Al-Tabeen dan Al-Rafai di Gaza utara.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    2. Hamas: Israel Secara Sepihak Akhiri Gencatan Senjata di Gaza, Nasib Para Sandera Terkatung-katung

    Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada Reuters bahwa Israel telah mengakhiri perjanjian gencatan senjata di Gaza secara sepihak.

    Dalam pernyataan resminya, Hamas menuduh keputusan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk melanjutkan operasi militer di Gaza telah membuat para sandera menghadapi “nasib yang tidak diketahui.”  

    Hamas meminta para mediator, yakni Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir, untuk meminta pertanggungjawaban penuh dari Netanyahu atas berakhirnya kesepakatan tersebut.

    Selain itu, kelompok tersebut menyerukan kepada negara-negara Arab dan Muslim untuk mendukung “perlawanan Palestina” dalam upaya mematahkan blokade terhadap Gaza.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    3. Kepala IRGC Sumpah Balas Serangan AS dan Israel: Ancaman Terhadap Iran Undang Reaksi Menghancurkan

    Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mayor Jenderal Hossein Salami, bersumpah bahwa serangan apa pun terhadap Iran akan dibalas dengan respons yang “menghancurkan”.

    Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ancaman dari Amerika Serikat terhadap Teheran.

    Salami menegaskan, setiap Ancaman AS dan Israel terhadap Iran akan disikapi dengan reaksi keras dan tegas.

    “Jika kami menyerang di mana pun atau mendukung siapa pun, kami akan mengumumkannya dengan tegas,” ujar Salami, dikutip dari media Iran pada Minggu (15/3/2025),

    Ia juga menegaskan, Iran tidak memiliki peran dalam menetapkan kebijakan kelompok faksi perlawanan, termasuk Ansarallah (Houthi) di Yaman.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    4. Jet F-14 Iran Konfrontasi Langsung Drone MQ-4C AS, Houthi Serang Lagi Kapal Induk di Laut Merah

    Sebuah pesawat mata-mata tanpa awak (Drone) Amerika Serikat (AS) berjenis MQ-4C dilaporkan terdeteksi dekat dengan wilayah udara Iran, outlet media MNA melaporkan, Selasa (18/3/2025).

    Laporan menambahkan kalau pesawat tak berawak AS itu berkonfrontasi langsung dengan jet tempur Iran.

    “Sebuah drone pengintai MQ-4C Amerika Serikat secara  cepat menarik diri dari posisinya di dekat wilayah udara Iran setelah menghadapi jet tempur F-14 Iran dan drone pengintai,” tulis MNA mengutip Nournews melaporkan.

    Para pejabat militer Iran telah memperingatkan bahwa setiap entri yang tidak sah ke wilayah udara negara itu akan menghadapi tanggapan yang menentukan.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    (Tribunnews.com)