Category: Tribunnews.com Internasional

  • Israel Tambah Pasukan Besar-besaran ke Gaza dalam 48 Jam, Pakar: IDF Masih Buta Kemampuan Hamas – Halaman all

    Israel Tambah Pasukan Besar-besaran ke Gaza dalam 48 Jam, Pakar: IDF Masih Buta Kemampuan Hamas – Halaman all

    Israel Tambah Pasukan Besar-besaran ke Gaza dalam 48 Jam, Pakar: IDF Masih Buta Kemampuan Hamas

    TRIBUNNEWS.COM – Tentara Israel (IDF) mengumumkan akan mengerahkan lebih banyak pasukan ke Gaza dalam waktu 48 jam untuk memperluas operasi militer baru di wilayah kantung Palestina yang sudah hancur tersebut .

    “IDF mengatakan meskipun tentaranya sudah beroperasi di Gaza, Hamas memiliki kemampuan dan dapat meluncurkan roket ke Israel,” tulis laporan Khaberni, Minggu (23/3/2025) menyiratkan keterkejutan militer zionis akan masih adanya kemampuan perlawanan Palestina.

    Seiring rencana tersebut, media Israel telah meliput meningkatnya rasa frustrasi di antara berbagai kalangan di Israel mengenai kompleksitas konfrontasi dengan Gerakan Perlawanan Hamas. 

    SAYAP MILITER – Foto file Khaberni yang diambil, Kamis (13/3/2025) yang menunjukkan personel Brigade Al Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas saat berkumpul dalam parade militer. Seorang analis dan penulis Israel, Gideon Levy meyakini kalau Hamas akan tetap eksis terlepas dari niat Israel melancarkan perang lagi di Gaza dengan kekuatan yang lebih besar dari agresi sebelumnya. (khaberni/tangkap layar)

    Masih Buta Kekuatan Hamas

    Analis dan mantan pejabat keamanan mengakui kalau Israel belum memahami secara utuh kemampuan gerakan tersebut meskipun perang di Jalur Gaza telah berlangsung lebih dari 16 bulan.

    “Hal ini menunjukkan bahwa taruhan bahwa Hamas akan menyerah hanyalah ilusi,” tulis laporan media Israel mengutip pernyataan para analis Israel.

    Alon Ben-David, analis urusan militer untuk Channel 13, mengatakan kalau Israel tengah menuju eskalasi terukur yang intensitasnya akan meningkat secara bertahap, tetapi intelijen Israel tidak melihat tanda-tanda perubahan dalam posisi Hamas, meskipun Menteri Pertahanan Yisrael Katz menyatakan sebaliknya. 

    Ia menambahkan bahwa lembaga keamanan mengakui kalau dampak operasi militer IDF sejauh ini terhadap gerakan tersebut masih terbatas.

    Dalam konteks yang sama, Lior Ackerman, mantan perwira Shin Bet, menegaskan kalau Katz mungkin mempromosikan tuduhan kalau Hamas melemah untuk tujuan partisan.

    “Siapa pun yang memahami doktrin Hamas menyadari bahwa hal itu tidak akan mengibarkan bendera putih dalam kondisi apa pun,” kata Ackerman.

    Sementara itu, presenter media Kan 11 mempertanyakan efektivitas operasi darat dalam membawa Hamas kembali ke meja perundingan.

    Pakar urusan Palestina Ronni Shaked menanggapi dengan tajam, dengan mengatakan, “Kita berbicara tentang memulangkan tentara yang diculik, bukan bernegosiasi dengan Hamas.”

    Ia menambahkan kalau setelah 16 bulan bertempur, Israel belum memahami hakikat gerakan tersebut, karena terus membahas berbagai masalah secara internal tanpa benar-benar memahami realitas konfrontasi tersebut.

    AGRESI GAZA – Pasukan Israel (IDF) memasuki wilayah Gaza Utara. Agresi baru IDF ke Jalur Gaza rupanya disertai penentangan dari kalangan internal militer Israel, terlebih IDF dilaporkan memiliki tujuan untuk menduduki Jalur Gaza dalam agresi kali ini. (IDF/Ynet)

    Kurangnya Visi Politik

    Mantan kepala Intelijen Militer, Amos Yadlin, menekankan perlunya menetapkan tujuan yang jelas untuk perang, yaitu melenyapkan Hamas dan membebaskan sandera di Gaza. 

    Namun, ia mengakui bahwa untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan strategi jangka panjang, bukan solusi langsung.

    Ia mengkritik kurangnya visi politik yang jelas dari para pemimpin Israel untuk periode pascaperang.

    Sementara itu, Dana Weiss, analis politik untuk Channel 12, mengungkapkan kebingungannya atas kurangnya kejelasan mengenai tujuan Israel dalam melanjutkan perang, dengan bertanya, “Apakah kita mencoba melenyapkan Hamas? Atau memaksakan kekuasaan militer? Apa rencana untuk masa depan?”

    Ia menekankan bahwa pertanyaan-pertanyaan ini belum terjawab.

    EVAKUASI – Tangkap layar Khaberni, Kamis (6/2/2025), petugas medis militer Israel mengevakuasi seorang prajurit militer Israel (IDF) yang terluka saat melakukan agresi di Jalur Gaza. Seorang letnan kolonel IDF dilaporkan tewas tertimpa derek di Gaza Utara, Kamis. (khaberni/tangkap layar)

    Harga Mahal yang Harus Ditebus Israel

    Senada dengan itu, Nimrod Sheffer, mantan kepala divisi perencanaan militer Israel, memperingatkan kalau Israel akan kembali ke titik awal setelah seluruh perang ini, tetapi dengan harga yang mahal.

    Harga-harga mahal yang harus dibayar Israel itu antara lain termasuk meningkatnya jumlah korban tewas, meningkatnya penolakan para prajurit cadangan untuk bertugas, dan berkurangnya peluang untuk menyelamatkan tawanan yang ditangkap hidup-hidup.

    Ronen Manelis, mantan juru bicara militer Israel, membenarkan kalau Israel seperti berjudi kalau tekanan militer yang terus berlanjut akan mendorong Hamas untuk membuat konsesi.

    Akan tetapi, ia mengakui bahwa strategi ini belum mencapai keberhasilan apa pun selama 16 bulan terakhir, karena Israel tidak mampu melenyapkan gerakan tersebut atau memaksanya untuk mengubah posisinya.

    Sementara itu, jurnalis Channel 12 Menachem Horowitz menyoroti kemampuan Hamas untuk melancarkan serangan meskipun operasi militer intensif, dan mencatat bahwa tembakan roket dari Gaza dan ancaman Houthi di Laut Merah telah mengirim jutaan warga Israel ke tempat perlindungan, yang mencerminkan kegagalan rencana untuk membongkar kemampuan gerakan tersebut.

     

     

    (oln/khbrn/*)

     
     
     
     

  • Kiev Mandi Drone Moskow, Ukraina Bom Pangkalan Utama Engels-2 Rusia: Rebut Kembali Nadiya di Luhansk – Halaman all

    Kiev Mandi Drone Moskow, Ukraina Bom Pangkalan Utama Engels-2 Rusia: Rebut Kembali Nadiya di Luhansk – Halaman all

    Ukraina Bom Pangkalan Utama Engels-2 Rusia, Rebut Kembali Satu WIlayah: Kiev Mandi Drone Moskow

    TRIBUNNEWS.COM – Saat Rusia terus melancarkan serangan udara terhadap Ukraina dengan pesawat tak berawak dan rudal, Ukraina berhasil menargetkan sumber beberapa serangan tersebut, BBC melaporkan Minggu (23/3/2025).

    Laporan itu menyatakan, satu di antara serangan balasan Ukraina ini tepat menyasar Pangkalan Udara Engels-2.

    Serangan ini merupakan pukulan telak bagi Moskow, karena selain letaknya jauh di dalam teritorial, Pangkalan Udara Engles-2 Rusia ini merupakan pangkalan utama bagi pembom strategis Moskow dan juga berfungsi sebagai titik pengisian bahan bakar.

    Engels-2, kata Ukraina, juga menyimpan senjata termasuk rudal jelajah subsonik Kh-101 yang diluncurkan dari udara, yang harganya jutaan dolar per rudal, telah sering digunakan dalam serangan malam hari.

    “Serangan pesawat tak berawak terhadap Engels dilaporkan telah menghancurkan fasilitas penyimpanan amunisi, dengan gambar sebelum dan sesudah dari citra satelit Maxar yang merinci luasnya operasi,” tulis laporan. 

    PANGKALAN UTAMA RUSIA – Pangkalan Udara Engels-2 di Rusia merupakan pangkalan utama bagi pesawat pembom strategis Moskow. Serangan pesawat nirawak Ukraina di Pangkalan Udara Engels-2 dilaporkan telah menghancurkan fasilitas penyimpanan amunisi, Minggu (23/3/2025).

     

    Kepala Pusat Penanggulangan Disinformasi Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, Letnan Andriy Kovalenko menulis di Telegram, “Di Engels, Rusia kehilangan rudal, termasuk Kh-101, sebagai akibat dari serangan itu. Jumlahnya akan dijelaskan nanti. Lapangan terbang ini menyimpan jumlah rudal terbanyak yang digunakan oleh penerbangan strategis untuk menyerang Ukraina.”

    Sementara operasi militer Rusia ditentukan oleh besarnya serangan, sumber daya Ukraina yang jauh lebih terbatas harus difokuskan pada serangan tepat sasaran ke instalasi militer utama.

    “Rusia akan mencoba melanjutkan serangan malam harinya untuk mengalahkan pertahanan udara dan sistem peperangan elektronik yang digunakan Kiev untuk mencoba mengalahkan pesawat tak berawak yang menyerbu,” tulis laporan BBC.

    Dua tentara Ukraina pada 24 September 2023, dekat Kreminna, wilayah Luhansk. Pertempuran di bagian timur laut negara itu semakin intensif dalam beberapa bulan terakhir. (Libkos/Getty Images)

    Rebut Desa di Luhansk

    Dalam laporan perkembangan perang, Angkatan Darat Ukraina mengklaim mereka telah merebut kembali Nadiya, sebuah desa di wilayah Luhansk, di timur negara itu.

    Dalam sebuah posting di Telegram, disebutkan kalau mereka merebut Nadiya dalam operasi selama 30 jam, dan telah merebut kembali wilayah seluas tiga kilometer persegi.

    Postingan tersebut juga memperlihatkan video pertempuran, termasuk pertempuran tank.

    Rekaman itu belum diverifikasi secara independen.

    Pada awal konflik, Rusia pada dasarnya telah menguasai seluruh wilayah Luhansk, tujuan strategis utama invasi Presiden Putin ke Ukraina.

    Sebagian besar Luhansk kini masih berada di bawah kendali militer Rusia.

    Dampak dari serangan rudal terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di ibu kota Ukraina, Keiv, pada 2 Januari 2024. Moskow menembakkan rudal hipersonik Kinzhal yang diluncurkan dari udara pada Selasa dini hari. Serangan Rusia itu menargetkan Kiev sebagai sasaran utama, menurut kepala departemen Angkatan Udara Ukraina. (Tangkap Layar/Kostiantyn Liberov/Libkos/Getty Images)

    Tiga Tewas Kena Serangan Rusia di Kiev

    Sebaliknya, srangan Rusia terhadap Ukraina pada Minggu dini hari juga telah menewaskan tiga orang di Keiv dan menyebabkan beberapa orang terluka, kata pejabat setempat.

    Seorang saksi mata mengatakan “semua orang mulai berteriak dan berlarian” saat puing-puing menghantam sebuah blok apartemen.

    Angkatan udara Ukraina mengatakan telah menembak jatuh 97 dari 147 pesawat tak berawak Rusia yang diluncurkan ke negara itu.

    Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pihaknya menembak jatuh hampir 60 pesawat tak berawak Ukraina dan mengatakan satu orang tewas setelah sebuah mobil terbakar menyusul serangan itu.

    Menyusul serangan di ibu kota negaranya, Presiden Ukraina Zelensky telah meminta tekanan baru terhadap Rusia.

    Hal ini terjadi setelah Kremlin menyatakan mereka selangkah lebih dekat ke pertemuan tatap muka antara Trump dan Putin – tetapi seorang juru bicara mengatakan pembicaraan teknis yang “sulit” perlu dilakukan sebelum hal ini dapat berlanjut.

    Delegasi AS dan Ukraina akan bertemu di Arab Saudi pada hari Minggu, saat Washington berupaya berunding untuk mengakhiri konflik tersebut.

    Pada hari Senin, AS diperkirakan akan bertemu dengan mitranya dari Rusia.

    Putin telah menolak seruan bersama AS-Ukraina untuk jeda penuh dan segera selama 30 hari, dan mengusulkan untuk menghentikan serangan hanya terhadap fasilitas energi.

     

    (oln/bbc/*)

  • Terungkap, Pembangkangan di Militer Israel: IDF Mainkan Taktik ‘Tanah untuk Darah’ Duduki Penuh Gaza – Halaman all

    Terungkap, Pembangkangan di Militer Israel: IDF Mainkan Taktik ‘Tanah untuk Darah’ Duduki Penuh Gaza – Halaman all

    Terungkap, Pembangkangan di Militer Israel: IDF Mainkan Taktik ‘Tanah untuk Darah’ di Gaza

    TRIBUNNEWS.COM – Laporan media Israel, Ynet, pada Minggu (23/3/2025) mengungkapkan sejumlah hal di balik keputusan rezim Israel saat ini di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk kembali berperang di Gaza.

    Laporan mengindikasikan, kalau keputusan operasi militer baru pasukan Israel (IDF) di Gaza tidak mendapat dukungan secara luas dari publik Israel.

    Keputusan agresi baru ini, tulis Ynet, bahkan berpotensi menimbulkan  perpecahan yang berbahaya di dalam Israel, terutama karena adanya pembangkangan dari IDF sendiri atas operasi baru di Gaza ini.

    “Peperangan di Gaza kembali terjadi dengan latar belakang perpecahan masyarakat yang berbahaya dan tidak adanya konsensus nasional setelah serangan  7 Oktober. Keputusan agresi baru ini diiringi sejumlah sinyalemen perpecahan yaitu , tanda-tanda pembangkangan dalam IDF, promosi rancangan undang-undang pengecualian untuk orang Yahudi ultra-Ortodoks, upaya perombakan peradilan, dan protes yang terus meningkat terhadap pemerintah masih terus berlanjut. Di dalam Staf Umum IDF yang baru dibentuk, tujuan sebenarnya dari kampanye baru tersebut tetap tidak jelas, meskipun biaya yang harus dikeluarkan sangat besar,” tulis ulasan pembuka di Ynet.

    Ulasan itu menyertakan dua ‘petunjuk halus’ mengenai potensi perpecahan di negara Israel atas rencana agresi IDF di Gaza melalui pernyataan spontan Menteri Pertahanan Israel Katz dan Brigadir Jenderal (purnawirawan) Erez Wiener, yang hingga baru-baru ini menjabat sebagai kepala divisi ofensif di Komando Selatan IDF.

    Disebutkan dalam ualsan, tanpa koordinasi sebelumnya, kedua pria itu mengungkapkan apa yang tampaknya menjadi awal dari agresi baru IDF di Gaza.

    “Kalau tak mau disebut agresi baru, manuver IDF setidaknya bisa disebut sebagai operasi militer-politik yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam manuver darat selama berbulan-bulan, yang berakhir pada bulan Agustus tahun lalu dengan operasi darat terakhir IDF di Rafah,” kata ulasan tersebut.

    Sementara bibit perpecahan terus berkembang, Kepala Staf IDF Eyal Zamir tetap diam saat gelombang tekanan yang meningkat mengancam akan menelan militer, kata laporan Ynet.

    PIMPIN IDF – Mayor Jenderal (Purn) Eyal Zamir mengambil alih sebagai panglima baru tentara Israel pada hari Rabu (5/3/2025). Dia menggantikan Herzi Halevi , yang memimpin militer selama perang genosida di Jalur Gaza. (Anews/Tangkap Layar)

    Dokumen Rahasia di Tempat Parkir

    Tulisan media Israel itu kemudian mengulas ‘petunjuk halus’ pertama terkait bibit perpecahan di negara Israel.

    Tulisan menggambarkan Brigadir Jenderal (purnawirawan) Erez Wiener mengungkap isi dokumen rahasia yang menyiratkan tujuan agresi IDF ke Gaza kali ini adalah untuk mencaplok dan menduduki Gaza.

    Rencana ini terindikasi dalam unggahan Wiener di media sosial.

    “Dalam sebuah posting Facebook, Wiener menyampaikan versinya tentang insiden dokumen rahasia — sebuah kasus yang diungkap oleh Ynet dan Yedioth Ahronoth — di mana materi sensitif disalahtempatkan di tempat parkir (di kota) Ramat Gan. Eyal Zamir dan kepala baru Komando Selatan, Mayjen Yaniv Assor, mengetahui insiden tersebut melalui media dan langsung memecat Wiener,” kata laporan tersebut.

    Pemecatan Wiener disertai sejumlah alasan, menurut tulisan itu.

    “Di samping tuduhannya yang tidak biasa terhadap sesama perwira IDF—yang ia tuduh berusaha “menyabotase” dirinya karena mereka menentang “sikap ofensifnya”—Wiener mengisyaratkan rencana masa depan IDF (mencaplok dan menduduki) di Gaza,” ulas Ynet.

    “Saya sedih karena setelah satu setengah tahun ‘mendorong kereta ke atas bukit’, tepat saat kita mencapai titik di mana pertempuran akan berbelok ke kanan (yang seharusnya terjadi setahun yang lalu), saya tidak akan lagi berada di belakang kemudi,” tulis Wiener, mengisyaratkan perkembangan rencana IDF yang akan dilakukan (menduduki Gaza). 

    Ia juga mengkritik “kesempatan, tekanan, dan pertimbangan yang hilang yang membentuk jalur peperangan yang dipilih” (mencaplok Gaza).

    Wiener bukanlah perwira senior biasa di Komando Selatan.

    Selama 500 hari perang, termasuk minggu terakhir masa tugasnya, ia bertanggung jawab untuk merencanakan manuver ofensif IDF di Gaza, mengawasi pelaksanaan taktis dan implikasi strategis jangka panjang.

    Ia tidak membantah tuduhan komunikasi tidak sah dengan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich selama perang.

    Smotrich telah berulang kali menganjurkan pembentukan pemerintahan militer Israel di Gaza untuk menggantikan kendali Hamas atas penduduk sipil.
     
    Pimpinan IDF sebelumnya, Herzi Halevi, dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant menentang rencana tersebut karena biayanya yang tinggi — ribuan tentara Israel akan dibutuhkan untuk mengelola Jalur Gaza, yang akan membuat mereka menghadapi risiko yang signifikan, kehilangan nyawa atau cacat, saat mengelola kehidupan sehari-hari penduduk setempat. 

    “Sebaliknya, mereka merekomendasikan pembentukan otoritas Palestina alternatif untuk memerintah dua juta penduduk Gaza. Entitas ini, meskipun sebagian berafiliasi dengan Otoritas Palestina, akan membutuhkan dukungan Amerika, pengawasan Mesir, dan pendanaan dari negara-negara Teluk seperti Uni Emirat Arab,” kata ulasan tersebut.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Smotrich menolak pendekatan ini, dengan berpegang teguh pada strategi lama mereka untuk memecah belah Hamas dan Otoritas Palestina guna mencegah terbentuknya negara Palestina.

    “Kebijakan ini tetap terlihat dalam tindakan pemerintah, karena Hamas tetap menguasai Gaza setelah satu setengah tahun perang meskipun Israel telah mengerahkan banyak upaya militer dan finansial,” kata laporan tersebut.

    Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri cadangan melakukan patroli di wilayah Gaza Utara yang tampak rata tanah. Meski sudah beroperasi berbulan-bulan, IDF belum mampu membongkar kemampuan tempur Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas yang menjalankan taktik gerilya hit and run. (khaberni/HO)

    Taktik Tanah untuk Darah

    Indikasi kedua pembangakan atas rencana agresi IDF di Gaza datang dari Menteri Pertahanan Katz.

    Katz mengumumkan kalau ia telah memerintahkan IDF untuk merebut wilayah tambahan di Gaza sambil mengevakuasi penduduk setempat dan memperluas zona keamanan di sekitar komunitas perbatasan Israel. 

    “Selama Hamas terus menolak membebaskan para sandera, Hamas akan kehilangan lebih banyak tanah, yang akan dianeksasi ke Israel,” kata Katz.

    Pernyataan Katz, yang disetujui oleh Netanyahu, merupakan perubahan kebijakan yang dramatis.

    Pernyataan itu menunjukkan kalau kemajuan teritorial IDF baru-baru ini di Gaza tidak semata-mata ditujukan untuk memerangi Hamas, tetapi juga untuk merebut tanah guna ditukar dengan sandera—atau, jika Hamas terus menolak perundingan, untuk mencaplok wilayah tersebut ke Israel secara permanen. 

    “Dengan kata lain: tanah untuk darah,” tulis ulasan tersebut menggambarkan kalau pertukaran dengan Hamas berpotensi berubah dengan variabel sandera Israel ditukar pembebasan wilayah yang dicaplok Israel.

    Israel sejauh ini menghindari mengisyaratkan kemungkinan pemukiman kembali di Gaza untuk mempertahankan legitimasi internasional atas agresi militernya yang berkepanjangan.

    Legitimasi ini semakin terancam karena surat perintah penangkapan internasional terhadap Netanyahu dan Gallant, embargo senjata Eropa, dan potensi tindakan hukum terhadap personel IDF di luar negeri.

    Saat ini, operasi teritorial IDF difokuskan pada pendudukan dan penguasaan wilayah terbatas di Gaza tanpa terlibat dalam pertempuran besar.

    Ini termasuk mengamankan posisi di dekat bekas koridor Netzarim—tempat pasukan IDF mundur dua bulan lalu tetapi kini telah kembali—serta beberapa bagian garis pantai Beit Lahia dan lingkungan Shabura di Rafah.

    Di wilayah-wilayah ini, tidak ada pertempuran, ledakan, atau korban jiwa baru-baru ini. Hamas tampaknya menghemat sumber dayanya, menahan diri dari pembalasan yang signifikan sambil mempertahankan para pejuang dan persenjataannya di tengah penduduk sipil Gaza.

    PASUKAN DIVISI CADANGAN – Para personel pasukan cadangan dari Batalion Beeri militer Israel (IDF). Jelang invasi berikutnya IDF ke Gaza, partisipasi wajib militer di kalangan warga pemukim Israel makin rendah. (kredit foto: tangkap layar JPost/Courtesy Yoaz Hendel)

    Lebih Kejam dari Rencana Jenderal

    Rencana baru IDF (untuk menduduki Gaza) kemungkinan melibatkan pendekatan yang lebih luas daripada “Rencana Jenderal” sebelumnya.

    Pendekatan yang lebih kejam ini sebagaimana dibuktikan oleh serangan baru-baru ini ke Jabaliya oleh Divisi ke-162 IDF sebelum gencatan senjata.

    “Operasi itu melibatkan evakuasi paksa warga sipil dari wilayah yang luas dan pencegahan kepulangan mereka — sebuah taktik yang sekarang dapat ditiru dalam skala yang lebih besar,” tulis ulasan Ynet.

    Sementara itu, IDF belum memberikan penjelasan publik mengenai operasi baru ke Gaza tersebut. 

    Juru bicara militer Brigadir Jenderal Daniel Hagari belum berbicara kepada media untuk mengklarifikasi tujuan operasi tersebut selain pernyataan samar tentang “meningkatkan tekanan pada Hamas,” yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan runtuh sementara puluhan sandera Israel masih ditawan.

    “Karena dukungan publik yang luas terhadap potensi serangan darat IDF ke Gaza — yang diperkirakan akan mengakibatkan ratusan korban dan ribuan orang terluka — terus terkikis, krisis kepercayaan terhadap pemerintah semakin dalam,” tulis bagian penutup ulasan Ynet. 

    Kontroversi atas undang-undang penghindaran wajib militer, bersamaan dengan upaya untuk memecat Direktur Shin Bet Ronen Bar dan Jaksa Agung Gali Baharav-Miara, telah semakin memperlebar ketidakpercayaan publik Israel terhadap pemerintahannya.

    “Dalam suasana yang menegangkan ini, kebungkaman Kepala Staf IDF yang baru, Letnan Jenderal Eyal Zamir, semakin terlihat,” tulis Ynet. 

    “Satu-satunya tindakan pembangkangan yang dilakukan Zamir dalam beberapa hari terakhir adalah menunjukkan dukungan publik kepada rekannya yang tengah berjuang, Ronen Bar. Dalam sebuah langkah yang secara luas ditafsirkan sebagai simbolis, IDF merilis dua foto ke media yang memperlihatkan Zamir dan Bar bersama-sama mengawasi pertempuran baru di Israel selatan,” kata tulisan tersebut.

     

     

    (oln/Ynet/*)

  • Inggris Akui Pesawat Pengintai Shadow R1 Terbang di Sekitaran Gaza, Hamas Dikeroyok Israel Cs – Halaman all

    Inggris Akui Pesawat Pengintai Shadow R1 Terbang di Sekitaran Gaza, Hamas Dikeroyok Israel Cs – Halaman all

    Inggris Akui Pesawat Pengintai Shadow R1 Terbang di Sekitaran Gaza, Hamas Dikeroyok Israel Cs

    TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Pertahanan Inggris mengonfirmasi kalau pesawat pengintai Shadow R1 masih melakukan operasi dari Pangakalan Udara Royal Air Forces (RAF) Akrotiri menuju Gaza.

    RAF Akrotiri adalah pangkalan militer Inggris yang terletak di Siprus. Pangkalan ini merupakan markas Unit Dukungan Operasi Siprus (Cyprus Operations Support Unit).  

    Misi tugas Pesawat Shadow R1 itu disebutkan sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk mengamankan pembebasan sandera Israel.

    Pengakuan Inggris ini terjadi saat Israel menyatakan akan mengerahkan lebih banyak pasukan mereka dalam agresi militer kali ini ke Gaza.

    IDF Tambah Pasukan

    Seperti diketahui, Militer Israel (IDF) baru-baru ini memulai kembali operasi militer di Gaza dalam upaya menekan Hamas agar melunakkan posisinya dalam negosiasi perpanjangan tahap pertama perjanjian gencatan senjata penyanderaan. 

    Israel enggan melanjutkan negosiasi ke Tahap II karena mengharuskan mereka menarik pasukan dari Gaza dan membuka blokade bantuan masuk.

    Pada Sabtu malam, sumber pemerintah Israel mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa tekanan militer tidak berhasil ke Hamas. 

    “Israel telah menyerang Gaza selama tujuh hari, tetapi Hamas tidak menunjukkan fleksibilitas, yang menghalangi negosiasi untuk dilanjutkan,” kata sumber itu. 

    Seorang pejabat pemerintah mengatakan kalau militer Israel sengaja menjaga operasinya pada ambang batas yang lebih rendah, untuk menilai respons Hamas.

    Sejauh ini, apa yang diklaim sebagai ‘ambang batas rendah’ serangan sudah membunuh lebih dari 500-an penduduk Gaza selama lima hari terakhir.

    “Namun, mengingat kurangnya respons Hamas, Pasukan Pendudukan Israel (IDF) kemungkinan akan meningkatkan operasinya dalam beberapa hari mendatang,” kata sumber tersebut.

    “Kami menginginkan kesepakatan untuk pembebasan sandera, jadi untuk saat ini, kami menahan respons di bawah ambang batas tertentu. Namun Hamas memberi isyarat bahwa mereka tidak akan melunak, jadi tidak ada pilihan lain – respons akan meningkat,” kata pejabat itu. 

    Di sisi sebaliknya, Hamas menyatakan terbuka untuk melanjutkan negosiasi sesuai tahapan yang sudah disepakati pada Januari yang menyertakan 3 fase gencatan senjata.

    Fase pertama (tahap pertama), berakhir pada Februari dengan pembebasan puluhan sandera Israel di Gaza dan pembebasan ribuan tahanan Palestina dari penjara Israel.

    Saat memasuki negosiasi fase kedua (Tahap Kedua), Israel justru menginginkan perpanjangan fase pertama sembari menekan Hamas terus membebaskan sandera.

    KEHANCURAN Gaza – Foto aerial kehancuran di sepanjang garis pantai di Jalur Gaza akibat bombardemen Israel. (tangkap layar twitter)

    Misi Pesawat Pengintai Shadow R1 Inggris

    Terkait bantuan Inggris ke Israel, menanggapi pertanyaan parlemen dari Anggota Parlemen Partai Buruh Neil Duncan-Jordan, Menteri Pertahanan Inggris Luke Pollard mengonfirmasi kalau penerbangan tersebut telah terjadi sejak 19 Januari 2025, sebagai bagian dari upaya pengumpulan intelijen Inggris yang lebih luas di kawasan tersebut.

    Pollard menyatakan bahwa “Kementerian Pertahanan Inggris telah melakukan penerbangan pengintaian di atas Mediterania Timur, termasuk operasi di wilayah udara Israel dan Gaza.”

    Ia lebih lanjut menekankan kalau mandat Inggris tetap terbatas pada upaya pembebasan sandera, seraya menambahkan bahwa “untuk menghindari keraguan, mandat kami didefinisikan secara sempit untuk fokus pada pengamanan pembebasan sandera saja; pesawat pengintai tidak bersenjata dan tidak memiliki peran tempur.”

    Penerbangan ini, yang telah diketahui publik selama beberapa waktu, merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan Inggris untuk berbagi intelijen dengan mitra regional, termasuk Israel.

    “Meskipun keberadaan mereka bukanlah hal baru, konfirmasi terbaru memperkuat bahwa mereka tetap aktif dan berkelanjutan,” tulis laporan ukdefencejournal.

    Inggris diketahui juga aktif membantu Amerika Serikat (AS) dalam bombardemen di Yaman yang diklaim menyasar kelompok Ansarallah Houthi.

    Houthi menegaskan posisinya untuk mendukung perlawanan Palestina dengan memblokade Laut Merah dan memberikan serangan langsung ke Israel serta kapal-kapal perang AS.

    PESAWAT PENGINTAI – Pesawat pengintai Shadow R1 milik Angkatan Udara Inggris (RAF). Inggris mengakui kalau pesawat ini beroperasi di sekitaran Gaza saat Israel hendak memperluas agresi militer mereka melawan Hamas.

    Profil Shadow R1

    Pesawat Pengintai shadow R1 memainkan peran penting dalam Pasukan ISTAR RAF.

    ISTAR RAF adalah singkatan dari Intelijen, Pengawasan, Akuisisi Target, dan Pengintaian (Intelligence, Surveillance, Target Acquisition, and Reconnaissance) di Angkatan Udara Kerajaan Inggris (RAF).

    ISTAR RAF bermarkas di RAF Waddington, Lincolnshire

    Dalam pelaksanaan misinya, pesawat pengintai Shadow R1 menggunakan sensor canggih untuk mengumpulkan intelijen yang penting bagi pasukan darat. 

    Sensor elektro-optik dan elektronik definisi tinggi melengkapi platform lain, meningkatkan analisis intelijen.

    Pesawat ini dilengkapi komunikasi satelit untuk transmisi data waktu nyata dan dilengkapi dengan perangkat bantuan defensif untuk keamanan operasional.

    Dikembangkan dari Beechcraft King Air 350, Shadow R1 awalnya dibeli untuk meningkatkan pengumpulan intelijen di Afghanistan.

    RAF menerima empat pesawat pada tahun 2009 berdasarkan Persyaratan Operasional Mendesak, kemudian bertambah menjadi enam berdasarkan Tinjauan Strategis Pertahanan dan Keamanan 2015.

    Dioperasikan oleh Skuadron 14, armada tersebut kini tengah menjalani peningkatan dan akan bertambah menjadi delapan pesawat berdasarkan Program Peningkatan Shadow Mk2.

     

    (oln/*)

  • Houthi: Kami Bentrok dengan Kapal Perang AS Selama Berjam-jam Pakai Rudal dan Drone di Laut Merah – Halaman all

    Houthi: Kami Bentrok dengan Kapal Perang AS Selama Berjam-jam Pakai Rudal dan Drone di Laut Merah – Halaman all

    Houthi: Kami Bentrok dengan Kapal Perang AS Selama Berjam-jam Pakai Rudal dan Drone
     

    TRIBUNNEWS.COM – Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman yang berpusat di Sanaa terafiliasi gerakan Houthi, Yahya Saree, Minggu (23/3/2025) mengumumkan kalau pihaknya melancarkan serangan dengan menargetkan kapal induk Amerika Serikat (AS) USS Harry Truman dan barisan kapal perang pengawalnya di Laut Merah.

    Dalam pidato yang disiarkan di saluran satelit Al Masirah, Yahya Saree mengatakan kalau pertempuran dengan kapal induk Truman dan kapal perang AS lainnya dilakukan dengan rudal dan drone dan berlangsung selama berjam-jam.

    “Ini adalah kelima kalinya kelompok Houthi mengumumkan penargetan kapal induk Truman sejak dimulainya serangan udara intensif AS di Yaman lebih dari seminggu yang lalu,” tulis laporan Khaberni, Minggu.

    Yahya Saree juga mengumumkan kalau Bandara Ben Gurion di Jaffa yang diduduki Israel telah menjadi sasaran rudal balistik hipersonik “Palestine 2”.

    Juru bicara militer Houthi mengatakan operasi itu mencapai tujuannya, karena lalu lintas udara di bandara dihentikan selama setengah jam.

    Militer Israel mengatakan sebelumnya hari ini bahwa angkatan udara mereka mencegat rudal yang ditembakkan dari Yaman sebelum memasuki wilayah udara Israel.

    SERANGAN RUDAL – Sirene peringatan roket berbunyi di seluruh Israel bagian tengah, Minggu (23/3/2025). Houthi melanjutkan serangan jarak jauh mereka ke Israel di tengah berlangsungnya serangan udara AS ke Yaman dan agresi militer Israel di Jalur Gaza. (Foto: Kumta/Ynet)

    Tentara Israel menambahkan bahwa sirene serangan udara berbunyi di beberapa wilayah Israel setelah peluncuran rudal tersebut.

    Channel 12 Israel juga melaporkan kalau lalu lintas udara dihentikan sementara di Bandara Ben Gurion di sebelah timur Tel Aviv sementara sirene serangan udara berbunyi.

    Yahya Saree menegaskan bahwa Houthi akan terus mendukung rakyat Palestina dan mencegah navigasi Israel di wilayah operasi sampai agresi berhenti dan pengepungan di Gaza dicabut.

    RUDAL HOUTHI YAMAN – Foto ini diambil dari Telegram Houthi pada Kamis (20/3/2025), memperlihatkan dua rudal hipersonik Palestine 2 diluncurkan ke dua target militer musuh Zionis di Jaffa yang diduduki pada 19 Desember 2024. Pada Selasa (19/3/2025), Houthi kembali meluncurkan rudal balistik Palestine 2 ke Jaffa. (Telegram Houthi)

    AS Bombardir Hodeidah

    Sementara itu, media yang berafiliasi dengan kelompok Ansarallah Houthi melaporkan kalau serangan udara AS menargetkan pelabuhan Al-Salif, barat laut Hodeidah, distrik Majzar di provinsi Ma’rib, dan distrik Sahar dan Kitaf di Sa’ada tadi malam .

    Sumber yang sama juga melaporkan bahwa jet tempur AS melancarkan dua gelombang serangan udara yang menargetkan Bandara Internasional Al Hudaydah.

    Dalam konteks terkait, Menteri Energi Israel Eli Cohen mengatakan ada koordinasi penuh dengan Amerika Serikat mengenai serangan di Yaman.

    Sementara itu, situs web Inggris, Declassified melaporkan bahwa pemerintah Inggris membantu serangan AS di Yaman Sabtu dan Minggu lalu.

    Sabtu lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kalau dia telah memerintahkan militer negaranya untuk melancarkan serangan besar-besaran terhadap kelompok Houthi di Yaman, sebelum mengancam akan melenyapkan kelompok Houthi sepenuhnya.

    KOBARAN API – Tangkap layar kobaran api dari ledakan yang terjadi di Al-Jaffar, Sanaa, Yaman, Sabtu (15/3/2025) seusai dibom serangan udara Amerika Serikat. Kelompok Houthi Yaman bersumpah akan membalas serangan ini. (RNTV/TangkapLayar) (RNTV/TangkapLayar)

    Kelompok Houthi menanggapi bahwa ancaman Trump tidak akan menghalangi mereka untuk melanjutkan dukungan mereka terhadap Gaza.

    Mereka telah melanjutkan penembakan di dalam wilayah Israel dan mengirim kapal-kapal ke Laut Merah menuju wilayah tersebut selama berhari-hari, bertepatan dengan dimulainya kembali perang pemusnahan oleh Tel Aviv terhadap Jalur Gaza sejak fajar Selasa lalu.

    Hingga Kamis malam, puluhan serangan udara AS telah dipantau di Yaman, menewaskan 79 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya, termasuk wanita dan anak-anak, menurut pernyataan Houthi.

     

    (oln/khbrn/*)

     
     

  • Perang Israel-Hamas: Korban Tewas Mencapai 50.000 Jiwa – Halaman all

    Perang Israel-Hamas: Korban Tewas Mencapai 50.000 Jiwa – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Serangan Israel di Jalur Gaza selatan pada Minggu malam, 23 Maret 2025, mengakibatkan tewasnya 26 warga Palestina, termasuk seorang pemimpin politik Hamas serta beberapa wanita dan anak-anak.

    Dengan perkembangan ini, jumlah total korban tewas di Gaza sejak dimulainya konflik Israel-Hamas kini melampaui 50.000 jiwa.

    Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa serangan Israel yang berlanjut setelah gencatan senjata berakhir minggu lalu, telah menewaskan ratusan orang.

    Militer Israel mengklaim bahwa mereka menyerang target-target militan di Gaza dan telah mengirimkan pasukan darat ke Kota Rafah.

    Perintah Evakuasi

    Militer Israel memerintahkan warga untuk meninggalkan daerah Tel al-Sultan di Rafah yang telah hancur parah.

    Mereka diminta untuk berjalan kaki menuju daerah Muwasi yang lebih aman. “Ini pengungsian akibat tembakan,” ungkap Mustafa Gaber, seorang jurnalis lokal yang mengungsi bersama keluarganya.

    Dia menambahkan bahwa ratusan orang melarikan diri saat suara tembakan tank dan pesawat tak berawak semakin dekat.

    Korban Jiwa dan Reaksi

    Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan total 50.021 warga Palestina tewas dan lebih dari 113.000 orang terluka.

    Dari jumlah tersebut, perempuan dan anak-anak menjadi lebih dari separuh korban.

    Sementara itu, Hamas mengonfirmasi kematian Salah Bardawil, seorang anggota biro politiknya, dalam serangan di Muwasi.

    Serangan ini juga mengakibatkan tewasnya beberapa anggota keluarganya.

    Penanganan Medis Terkendala

    Layanan darurat Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan bahwa mereka kehilangan kontak dengan tim medis yang merespons serangan di Rafah.

    Pasukan Israel dilaporkan menghalangi ambulans untuk menjangkau lokasi serangan, yang membuat situasi semakin sulit bagi warga yang membutuhkan pertolongan.

    Negosiasi Gencatan Senjata Tertunda

    Kedua belah pihak seharusnya memulai negosiasi mengenai fase gencatan senjata baru pada awal Februari.

    Namun, rencana tersebut tidak terlaksana karena Hamas menolak proposal yang didukung oleh Israel dan AS.

    Protes massal oleh warga Israel juga terjadi, menuntut kesepakatan untuk memulangkan para sandera yang ditahan oleh Hamas.

    Sejak serangan pada 7 Oktober, sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, telah tewas, dan 251 orang disandera.

    Serangan yang berkelanjutan ini telah mengakibatkan kerusakan parah di Gaza, dengan sekitar 90 persen penduduk terpaksa mengungsi.

    Israel juga menutup wilayah yang dihuni oleh 2 juta warga Palestina dari akses makanan, bahan bakar, dan obat-obatan, dalam upaya untuk menekan Hamas dan mengubah perjanjian gencatan senjata yang ada.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • AS Targetkan Gencatan Senjata Rusia-Ukraina pada 20 April 2025 – Halaman all

    AS Targetkan Gencatan Senjata Rusia-Ukraina pada 20 April 2025 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) berharap gencatan senjata yang luas dalam perang Rusia-Ukraina dapat tercapai dalam beberapa minggu ke depan, meskipun serangan terus berlangsung antara kedua negara.

    Gedung Putih menargetkan perjanjian gencatan senjata pada 20 April 2025, yang bertepatan dengan perayaan Paskah di gereja-gereja Barat dan Ortodoks.

    Meskipun ada tanda-tanda pembicaraan yang dijadwalkan dalam waktu dekat, Kremlin tidak terlihat terburu-buru untuk mencapai kesepakatan.

    Menurut sumber yang enggan disebutkan namanya, terdapat kesenjangan besar antara posisi kedua belah pihak.

    Presiden AS, Donald Trump, berjanji untuk memberikan resolusi cepat terhadap konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun ini.

    Namun, kemajuan yang dicapai sejauh ini terbatas.

    Pertemuan Diplomatik

    Para pejabat AS dijadwalkan untuk bertemu dengan perwakilan Rusia dan Ukraina di Arab Saudi dalam beberapa hari mendatang.

    Ini akan menjadi negosiasi paralel pertama sejak awal invasi Rusia. “Saya yakin kita akan segera mencapai gencatan senjata penuh,” kata Trump kepada wartawan pada 21 Maret 2025.

    Namun, Rusia telah menetapkan tuntutan maksimalis, termasuk pengakhiran pasokan senjata untuk Ukraina, yang ditolak oleh Kyiv dan sekutunya.

    Gencatan Senjata Terbatas

    Ukraina dan Rusia pada prinsipnya sepakat untuk melakukan gencatan senjata terbatas setelah Trump berbicara dengan para pemimpin negara.

    Kesepakatan sementara ini muncul setelah Putin menolak desakan Trump untuk gencatan senjata penuh selama 30 hari.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengungkapkan harapannya untuk menyusun daftar target yang akan dilindungi berdasarkan perjanjian tersebut. “Salah satu langkah pertama untuk mengakhiri perang sepenuhnya adalah dengan mengakhiri serangan terhadap energi dan infrastruktur sipil lainnya,” kata Zelensky.

    Tantangan dan Harapan

    Meskipun ada kemajuan dalam pembicaraan, tantangan tetap ada.

    Ketiga pihak memiliki pandangan berbeda tentang apa yang akan dicakup dalam perjanjian gencatan senjata.

    Pembicaraan di Arab Saudi akan membahas rincian teknis pelaksanaan dan pemantauan gencatan senjata selama 30 hari.

    Trump telah mendorong kesepakatan ekonomi dengan Ukraina, yang menurutnya akan memberikan AS kepentingan material dalam keamanan negara tersebut pascaperang.

    Namun, Gedung Putih mengirimkan sinyal yang membingungkan mengenai nasib kesepakatan sumber daya.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Korban Tewas Perang Israel-Hamas Tembus 50.000 Jiwa, Zionis Terus Serang Gaza & Perintahkan Evakuasi – Halaman all

    Korban Tewas Perang Israel-Hamas Tembus 50.000 Jiwa, Zionis Terus Serang Gaza & Perintahkan Evakuasi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Serangan Israel di Jalur Gaza selatan menewaskan sebanyak 26 warga Palestina pada Minggu (23/3/2025) malam waktu setempat.

    Korban tewas termasuk seorang pemimpin politik Hamas dan beberapa wanita serta anak-anak.

    Militer Israel mengirim pasukan darat ke sebagian Kota Rafah di selatan saat ribuan warga Palestina mematuhi perintah evakuasi baru.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah total warga Palestina yang tewas di Gaza sejak dimulainya perang Israel-Hamas kini telah melampaui 50.000 jiwa, setelah Israel mengakhiri gencatan senjata minggu lalu dengan serangkaian serangan yang menewaskan ratusan orang.

    Israel terus menyerang apa yang disebutnya sebagai target militan dan telah melancarkan serangan darat di Gaza utara.

    Pada Sabtu (22/3/2025) malam, Kabinet Israel menyetujui usulan untuk mendirikan direktorat baru yang bertugas memajukan “keberangkatan sukarela” warga Palestina sesuai dengan usulan Presiden AS, Donald Trump, untuk mengosongkan Gaza dan membangunnya kembali untuk orang lain.

    Warga Palestina mengatakan mereka tidak ingin meninggalkan Tanah Air mereka, dan kelompok hak asasi manusia mengatakan rencana itu dapat dianggap sebagai pengusiran yang melanggar hukum internasional.

    Militer Israel memerintahkan orang-orang untuk meninggalkan daerah Tel al-Sultan di Rafah yang sudah hancur parah dengan berjalan kaki melalui satu rute ke Muwasi, daerah yang luas dengan kamp-kamp tenda kumuh.

    Kemudian diumumkan, pasukan telah mengepung Tel al-Sultan untuk melenyapkan pejuang Hamas dan infrastruktur militan.

    Pria, wanita dan anak-anak Palestina terlihat berjalan di sepanjang jalan tanah dan membawa barang-barang mereka, pemandangan yang berulang dalam perang yang telah memaksa sebagian besar penduduk Gaza mengungsi dari wilayah tersebut, seringkali berkali-kali.

    “Ini pengungsian akibat tembakan,” kata Mustafa Gaber, seorang jurnalis lokal yang meninggalkan Tel al-Sultan bersama keluarganya, Minggu, dilansir AP News.

    Dalam panggilan video, ia mengatakan ratusan orang melarikan diri saat tembakan tank dan pesawat tak berawak bergema di dekatnya.

    “Ada orang-orang yang terluka di antara kami. Situasinya sangat sulit,” katanya.

    Mohammed Abu Taha, warga lain yang mengungsi, mengatakan banyak orang tidak dapat mengungsi karena serangan mendadak yang terjadi pada malam hari.

    Ia juga mengatakan saudara perempuannya dan keluarganya berlindung di sebuah sekolah di daerah Rafah yang dikelilingi oleh pasukan Israel.

    Layanan darurat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan pihaknya kehilangan kontak dengan tim medis yang menanggapi serangan di Rafah.

    Sementara, Israel menyalahkan Hamas atas kematian warga sipil karena Hamas beroperasi di daerah berpenduduk padat.

    Hamas Konfirmasi Kematian Anggotanya

    Diberitakan Arab News, Hamas mengatakan, Salah Bardawil, seorang anggota biro politiknya dan parlemen Palestina, tewas dalam sebuah serangan di Muwasi yang juga menewaskan istrinya.

    Bardawil adalah anggota sayap politik kelompok yang terkenal yang memberikan wawancara media selama bertahun-tahun.

    Rumah sakit di Gaza selatan mengatakan mereka telah menerima 24 mayat lagi dari serangan pada malam hari, termasuk beberapa wanita dan anak-anak.

    Rumah Sakit Eropa mengatakan lima anak dan orang tua mereka tewas dalam serangan di kota selatan Khan Younis.

    Keluarga lain — dua gadis dan orang tua mereka — tewas dalam serangan terpisah.

    SAYAP MILITER – Foto file Khaberni yang diambil, Kamis (13/3/2025) yang menunjukkan personel Brigade Al Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas saat berkumpul dalam parade militer. Seorang analis dan penulis Israel, Gideon Levy meyakini kalau Hamas akan tetap eksis terlepas dari niat Israel melancarkan perang lagi di Gaza dengan kekuatan yang lebih besar dari agresi sebelumnya. (khaberni/tangkap layar)

    Rumah Sakit Nasser di Khan Younis mengatakan telah menerima jenazah dua anak dan orang tua mereka yang tewas dalam serangan di rumah mereka.

    Dua anak lainnya masih berada di bawah reruntuhan, menurut rumah sakit tersebut.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan total 50.021 warga Palestina telah tewas dalam perang tersebut dan lebih dari 113.000 orang terluka.

    Jumlah korban terbaru yang diumumkan pada hari Minggu, mencakup 673 orang yang tewas sejak pemboman mendadak Israel pada hari Selasa serta 233 jenazah yang baru-baru ini diidentifikasi, kata kementerian tersebut.

    Kementerian tersebut tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan dalam catatannya, tetapi mengatakan perempuan dan anak-anak merupakan lebih dari separuh korban tewas.

    Sementara, Israel mengatakan telah menewaskan sekitar 20.000 pejuang, tanpa memberikan bukti.

    Layanan darurat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan pasukan Israel menghalangi ambulansnya untuk menanggapi serangan di Rafah dan beberapa petugas medisnya terluka.

    Tidak ada komentar langsung dari militer, yang mengatakan mereka hanya menargetkan militan dan mencoba menghindari melukai warga sipil.

    Kedua belah pihak seharusnya memulai negosiasi pada awal Februari, mengenai fase gencatan senjata berikutnya, di mana Hamas akan membebaskan 59 sandera yang tersisa — 35 di antaranya diyakini telah meninggal — sebagai ganti lebih banyak tahanan Palestina, gencatan senjata yang langgeng, dan penarikan pasukan Israel.

    Pembicaraan tersebut tidak pernah dimulai, dan Israel menarik diri dari perjanjian gencatan senjata setelah Hamas menolak proposal yang didukung Israel dan AS untuk membebaskan lebih banyak sandera sebelum adanya pembicaraan mengenai gencatan senjata yang langgeng.

    Puluhan ribu warga Israel kembali turun ke jalan pada Sabtu malam dalam protes massal terbaru yang menuntut kesepakatan untuk memulangkan para sandera.

    Militan yang dipimpin Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 251 orang dalam serangan 7 Oktober.

    Sebagian besar tawanan telah dibebaskan dalam perjanjian gencatan senjata atau kesepakatan lainnya, sementara pasukan Israel menyelamatkan delapan orang hidup-hidup dan menemukan puluhan mayat.

    Serangan itu telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan pada puncaknya telah mengungsi sekitar 90 persen penduduk.

    Israel menutup wilayah yang dihuni 2 juta warga Palestina dari makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan pasokan lainnya awal bulan ini untuk menekan Hamas agar mengubah perjanjian gencatan senjata.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Lynx Mesir Tiba-tiba Serang Tentara Israel: Apa yang Terjadi? – Halaman all

    Lynx Mesir Tiba-tiba Serang Tentara Israel: Apa yang Terjadi? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Tentara Zionis Israel (IDF) mengalami serangan tak terduga dari seekor Lynx Mesir di perbatasan Israel-Mesir, tepatnya di daerah Gunung Harif.

    Media Israel melaporkan bahwa Lynx tersebut menyerang dengan agresif, mengakibatkan sejumlah tentara mengalami luka-luka parah.

    Misteri Serangan

    Bagaimana predator liar ini bisa melintasi perbatasan dan menyerang tentara Israel masih menjadi misteri.

    Seorang inspektur dari Otoritas Alam dan Cadangan segera tiba di lokasi insiden untuk menangani situasi.

    Lynx tersebut berhasil ditangkap sebelum dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut dan kemudian dipindahkan ke rumah sakit satwa liar untuk pemeriksaan lebih lanjut.

    Profil Lynx Mesir

    Lynx Mesir adalah predator yang tangguh, berukuran antara 60 hingga 130 cm, dan mampu mencapai kecepatan hingga 80 km/jam saat berburu.

    Hewan ini biasanya memangsa hewan kecil seperti rodensia, tetapi interaksinya dengan manusia, khususnya tentara IDF, menunjukkan sisi yang berbahaya.

    Kritik terhadap Militer Israel

    Diberitakan sebelumnya, Mantan Menteri Pertahanan Israel, Moshe Yaalon, mengkritik kinerja militer Israel dalam konteks perang melawan pejuang kemerdekaan Palestina.

    Dalam laporannya, Yaalon mengungkapkan bahwa IDF telah mengalami kerugian signifikan, dengan 15.000 personel hilang, termasuk ratusan yang tewas dan banyak yang terluka, sehingga pasukan menjadi tidak lagi siap untuk bertugas.

    Kepala Staf baru, Jenderal Eyal Zamir, kini menghadapi tantangan besar dalam membangun kembali moral dan kapasitas militer Israel sambil menavigasi tekanan politik yang ada.

    Insiden serangan Lynx ini tidak hanya menyoroti tantangan yang dihadapi oleh militer Israel, tetapi juga menambah kompleksitas situasi di perbatasan Israel-Mesir.

    (*)

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Sosok Salah al-Bardawil, Pejabat Senior Hamas yang Tewas dalam Serangan Udara Israel – Halaman all

    Sosok Salah al-Bardawil, Pejabat Senior Hamas yang Tewas dalam Serangan Udara Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengonfirmasi kematian Salah al-Bardawil, anggota biro politik gerakan dan anggota parlemen Palestina, dalam serangan udara Israel pada Minggu (23/3/2025) pagi.

    Salah al-Bardawil tewas bersama istrinya ketika melakukan ibadah salat malam. 

    “Dr. Salah al-Bardawil syahid dalam operasi pembunuhan Zionis yang berbahaya, saat ia sedang melaksanakan salat malam pada malam kedua puluh tiga bulan suci Ramadan, di tendanya di daerah Al-Mawasi, sebelah barat Khan Yunis,” kata Hamas dalam pernyataannya pada Minggu (23/3/2025) pagi.

    “Martir Dr. Salah al-Bardawil adalah simbol kerja politik, media, nasional, dan tidak pernah gagal dalam menjalankan tugas, mengambil posisi, atau melakukan kegiatan jihad atau kegiatan terkait layanan,” tambahnya.

    “Semoga Allah mengasihani pemimpin kita yang syahid, Dr. Salah Al-Bardawil beserta istrinya, serta menempatkan mereka di tempat yang lapang di surga-Nya, dan memberikan mereka kekuatan untuk keluarga mereka,” lanjutnya, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Israel kembali meluncurkan serangan udara ke Jalur Gaza sejak Selasa (18/3/2025) ketika mereka melanggar perjanjian gencatan senjata.

    Salah Al Bardawil

    Salah al-Bardawil lahir pada bulan Agustus 1959 di kamp pengungsi Khan Younis.

    Kehidupannya di daerah tersebut menghubungkannya erat dengan tokoh-tokoh seperti mendiang pemimpin Hamas Yahya Sinwar dan komandan Brigade al-Qassam, Mohammed Deif, yang juga berasal dari wilayah ini.

    Salah al-Bardawil memegang beberapa posisi senior dalam kelompok Palestina tersebut, termasuk keanggotaan dalam biro politiknya selama beberapa periode. 

    Ia juga bertugas menangani urusan internal dan eksternal yang penting bagi Hamas.

    Salah al-Bardawil berasal dari desa Palestina al-Jura, sekarang bagian dari distrik Ashkelon yang diduduki Israel.

    Ia memperoleh gelar Sarjana Bahasa Arab dari Universitas Kairo pada tahun 1982, gelar Master dalam sastra Palestina pada tahun 1987 dan gelar Doktor di bidang yang sama pada tahun 2001.

    Setelah lulus dari universitas, Salah al-Bardawil menghabiskan sebagian besar tahun 1990-an bekerja sebagai guru dan dosen universitas, sambil juga terlibat dalam jurnalisme.

    Ia adalah anggota pendiri dan pemimpin redaksi surat kabar mingguan Al-Risalah yang berbasis di Gaza, di mana ia menerbitkan kolom kritis berjudul “Dari Jalanan Tanah Air”, yang mengecam kebijakan Otoritas Palestina.

    Secara politis, Salah al-Bardawil memainkan peran penting dalam mendirikan Partai Keselamatan Nasional, sebuah front politik bagi Hamas setelah tindakan keras Otoritas Palestina terhadap gerakan tersebut pada tahun 1996, seperti diberitakan Al Arabiya. 

    Hal ini membawanya menjadi anggota Dewan Nasional Palestina, yang mewakili partai tersebut.

    Ia kemudian menjadi anggota penting Dewan Legislatif Palestina, terpilih pada tahun 2006 sebagai perwakilan Blok Perubahan dan Reformasi Hamas dari Khan Younis.

    Selama masa jabatannya, Salah al-Bardawil bertanggung jawab atas hubungan luar negeri dan bertugas di berbagai komite parlemen, termasuk komite politik dan pengawasan.

    Salah al-Bardawil menjadi anggota Persatuan Penulis Palestina di Gaza dan Persatuan Jurnalis Palestina, dan mendirikan Pertemuan Nasional untuk Pemikiran dan Kebudayaan.

    Meskipun memiliki sejarah panjang terlibat dalam perlawanan terhadap otoritas Israel, termasuk penangkapannya pada tahun 1993, Salah al-Bardawil dibebaskan setelah tidak ada tuduhan yang terbukti terhadapnya.

    Selama bertahun-tahun, ia memegang beberapa peran kepemimpinan dalam Hamas, termasuk kepala departemen media dan perwakilan untuk hubungan nasional dan faksi, hingga ia dibunuh.