PIKIRAN RAKYAT – Krisis kemanusiaan di Gaza yang berlangsung berbulan-bulan telah menimbulkan kekhawatiran untuk kesehatan ibu hamil. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa ibu hamil harus bertahan hidup dalam kondisi yang getir.
Israel telah melakukan blokade bantuan kemanusiaan sejak 2 Maret 2025 dan masih melakukan pembatasan hingga saat ini. Kebutuhan dasar seperti makanan, obat-obatan, hingga bahan bakar telah menipis.
“Dana Kependudukan PBB menyatakan ibu-ibu hamil hidup dengan sebagian kecil makanan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Semakin banyak ibu yang menderita kekurangan gizi dan satu dari tiga ibu hamil mengalami kehamilan berisiko tinggi di saat setengah dari obat-obatan kesehatan ibu yang penting tidak lagi tersedia,” kata juru bicara PBB Farhan Haq.
Soal stok bahan bakar, Haq menyebut stok yang ada saat ini telah mencapai di tingkat yang sangat rendah, khususnya solar di Gaza selatan, yang sangat penting untuk mengoperasikan air dan peralatan medis.
“Hari ini, otoritas Israel sekali lagi membantah adanya upaya untuk mengoordinasikan pengumpulan sejumlah pasokan bahan bakar dari Rafah. Aktivitas kemanusiaan, komunikasi, dan perbankan mungkin akan segera terhenti kecuali pasokan bahan bakar segera dilanjutkan atau PBB diizinkan oleh otoritas Israel untuk mengambil stok yang tersedia dari wilayah-wilayah di dalam Gaza yang memerlukan koordinasi,” ujarnya dilaporkan Middle East Monitor.
Haq juga melaporkan bahwa otoritas Israel menolak tujuh dari 17 permintaan koordinasi PBB, termasuk misi-misi yang sangat penting seperti pengangkutan air dan pembuangan limbah padat.
Sejak serangan Oktober 2023, Israel telah menyebabkan 55.432 warga Palestina meninggal dunia. Selain itu, 128.923 warga lainnya terluka dan belasan ribu orang hilang. Mayoritas korban merupakan anak-anak, perempuan, dan lansia.
Neraka di bumi
Situasi buruk yang tengah terjadi di Gaza dinilai lebih buruk dari neraka di bumi. Hal ini diungkapkan oleh Presiden Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Mirjana Spoljaric.
“Kemanusiaan sedang gagal di Gaza. Kita tidak bisa terus melihat apa yang terjadi,” katanya.
ICRC saat ini menempatkan sekitar 300 staf di Gaza dan membantu orang-orang yang terdampak genosida di Gaza. Spoljaric mengatakan rumah sakit yang dikelola IRC di Rafah dibanjiri korban dalam beberapa hari terakhir.
Saksi yang berada di lokasi mengatakan militer Israel penjajah menembaki kerumunan warga Palestina yang mencoba mendapatkan bantuan pangan yang begitu dibutuhkan.
“Situasi di wilayah tersebut melampaui standar hukum, moral, dan kemanusiaan yang dapat diterima. Fakta bahwa kita menyaksikan suatu bangsa dilucuti sepenuhnya dari martabat kemanusiaannya seharusnya benar-benar mengejutkan hati nurani kolektif kita,” tuturnya dilaporkan Arab News.
Lebih lanjut, dia mengatakan pemimpin dunia harus berbuat lebih banyak dan lebih nyata dalam upaya mengakhiri penderitaan warga Palestina di Gaza.
“Konsekuensinya akan menghantui mereka dan sampai ke rumah mereka,” katanya.***








