PIKIRAN RAKYAT – Transformasi besar-besaran tengah digulirkan di tubuh Garuda Indonesia. Maskapai nasional yang sempat tertatih dalam pusaran krisis kini mendapat suntikan finansial strategis dari PT Danantara Asset Management (Persero), anak perusahaan Danantara Indonesia.
Pinjaman pemegang saham atau shareholder loan senilai Rp6,65 triliun atau setara 405 juta dolar AS telah resmi dikucurkan sebagai bagian awal dari paket pendanaan yang diproyeksikan mencapai hingga Rp16,3 triliun (setara 1 miliar dolar AS).
Langkah ini menjadi babak baru dalam restrukturisasi dan transformasi Garuda Indonesia, dengan Danantara Indonesia mengambil peran lebih dari sekadar penyandang dana.
Pendanaan Strategis: Lebih dari Sekadar Modal
Chief Operating Officer Danantara Indonesia, Dony Oskaria, menegaskan bahwa investasi ini merupakan komitmen jangka panjang untuk menghidupkan kembali dan memperkuat Garuda Indonesia.
“Penyaluran dana ini adalah bentuk nyata dari mandat transformasi yang kami emban, dengan pendekatan yang profesional, terukur, dan mengedepankan prinsip tata kelola yang baik. Kami bukan sekadar memberikan pendanaan, namun hadir sebagai pemegang saham dengan mandat yang jelas dan pendekatan institusional,” ujar Dony dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa 24 Juni 2025.
Dukungan ini difokuskan pada aspek vital operasional, seperti perawatan, perbaikan, dan pemeriksaan armada, baik untuk Garuda Indonesia sebagai full service carrier (FSC) maupun Citilink sebagai low cost carrier (LCC). Pendanaan ini menjadi fondasi dari transformasi jangka panjang yang akan melibatkan optimalisasi bisnis, efisiensi finansial, serta penguatan tata kelola perusahaan.
Menatap 2030: 120 Pesawat dan Pendapatan Positif
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, menyebut kemitraan dengan Danantara sebagai tonggak penting dalam restrukturisasi perusahaan. Ia optimistis bahwa bantuan ini menjadi katalisator menuju pemulihan operasional penuh.
“Kami meyakini bahwa keberhasilan penyehatan kinerja tidak hanya bergantung pada dukungan finansial semata, namun juga pada komitmen perusahaan yang didukung oleh berbagai pihak untuk menata ulang strategi operasional dan bisnis secara menyeluruh,” tutur Wamildan.
Garuda Indonesia menargetkan mengoperasikan sekitar 120 pesawat hingga 2030, seiring upaya ekspansi jaringan dan penguatan armada. Wamildan memperkirakan bahwa tahun 2026 akan menjadi titik balik penting, saat Garuda Indonesia mulai kembali mencetak laba bersih (net income) positif.
“Kami optimistis, kita akan membukukan net income yang positif dan ini menjadi bagian dari peningkatan dan optimasi dari operasional perusahaan,” ujarnya.
Kolaborasi Jangka Panjang: Akselerasi dan Tata Kelola
Kerja sama dengan Danantara tak hanya menyuntikkan dana segar, namun juga membawa pendekatan institusional dalam menjalankan transformasi. Proses akan dijalankan secara bertahap, dengan evaluasi rutin atas pencapaian dan akuntabilitas.
“Danantara memastikan proses transformasi berjalan sesuai rencana. Setiap tahapan akan dievaluasi berdasarkan capaian. Fokus utama kami adalah menjaga keberlangsungan operasional serta kualitas layanan Garuda Indonesia dan Citilink,” kata Dony Oskaria.
Transformasi menyeluruh ini juga diarahkan untuk mendorong Garuda menjadi maskapai yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi di kawasan. Upaya tersebut sejalan dengan misi untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional yang inklusif dan tangguh.***









