Category: Medcom.id News

  • Suporter Timnas Indonesia Gratis Naik MRT saat Laga Lawan Tiongkok, Begini Caranya

    Suporter Timnas Indonesia Gratis Naik MRT saat Laga Lawan Tiongkok, Begini Caranya

    Jakarta: Pemegang tiket pertandingan Indonesia vs Tiongkok bisa naik MRT secara gratis untuk keberangkatan dan kepulangan setelah menonton pertandingan di Stadion GBK. Yuk simak cara naik MRT gratis untuk menonton laga Indonesia kontra Tiongkok Kamis, 5 Juni 2025.

    Timnas Indonesia akan melakoni matchday 9 Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia melawan Tiongkok. Laga ini berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada Kamis, 5 Juni 2025.

    Laga Indonesia vs Tiongkok ini bakal krusial karena kedua tim sedang bersaing ketat di klasemen sementara Grup C. Skuad Garuda saat ini menempati urutan empat dengan koleksi 9 poin, tapi hanya berjarak tiga angka saja dengan Bahrain dan Tiongkok yang secara berurutan berada di bawahnya.
     

    Puluhan ribu suporter dipastikan akan memerahputihkan stadion GBK untuk memberi dukungan kepada skuad Garuda di laga krusial tersebut. Seperti diketahui tiket Indonesia vs Tiongkok ini ludes terjual.
    Cara Naik MRT Gratis ke Stadion GBK
    Bagi kamu yang sudah mengantongi tiket Indonesia vs Tiongkok bisa memanfaatkan fasilitas naik MRT gratis untuk memudahkan perjalanan menuju Stadion GBK. Kamu cukup menyiapkan barcode tiket dan men-scannya di Special Lane yang tersedia di stasiun keberangkatan.

    “Semua pembelian tiket pertandingan Timnas Indonesia sudah termasuk tiket MRT. Garuda Fans bisa langsung scan barcode tiket di tap masuk/keluar saat hari pertandingan,” tulis unggahan Instagram Timnas Indonesia @timnasindonesia seperti dikutip Rabu, 4 Juni 2025.

    Selain fasilitas MRT gratis, kamu juga bisa memanfaatkan fasilitas shuttle gratis. Tersedia 65 buggy shuttle yang tersebar di 6 titik.

    Jakarta: Pemegang tiket pertandingan Indonesia vs Tiongkok bisa naik MRT secara gratis untuk keberangkatan dan kepulangan setelah menonton pertandingan di Stadion GBK. Yuk simak cara naik MRT gratis untuk menonton laga Indonesia kontra Tiongkok Kamis, 5 Juni 2025.
     
    Timnas Indonesia akan melakoni matchday 9 Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia melawan Tiongkok. Laga ini berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada Kamis, 5 Juni 2025.
     
    Laga Indonesia vs Tiongkok ini bakal krusial karena kedua tim sedang bersaing ketat di klasemen sementara Grup C. Skuad Garuda saat ini menempati urutan empat dengan koleksi 9 poin, tapi hanya berjarak tiga angka saja dengan Bahrain dan Tiongkok yang secara berurutan berada di bawahnya.
     

    Puluhan ribu suporter dipastikan akan memerahputihkan stadion GBK untuk memberi dukungan kepada skuad Garuda di laga krusial tersebut. Seperti diketahui tiket Indonesia vs Tiongkok ini ludes terjual.

    Cara Naik MRT Gratis ke Stadion GBK
    Bagi kamu yang sudah mengantongi tiket Indonesia vs Tiongkok bisa memanfaatkan fasilitas naik MRT gratis untuk memudahkan perjalanan menuju Stadion GBK. Kamu cukup menyiapkan barcode tiket dan men-scannya di Special Lane yang tersedia di stasiun keberangkatan.
     
    “Semua pembelian tiket pertandingan Timnas Indonesia sudah termasuk tiket MRT. Garuda Fans bisa langsung scan barcode tiket di tap masuk/keluar saat hari pertandingan,” tulis unggahan Instagram Timnas Indonesia @timnasindonesia seperti dikutip Rabu, 4 Juni 2025.
     
    Selain fasilitas MRT gratis, kamu juga bisa memanfaatkan fasilitas shuttle gratis. Tersedia 65 buggy shuttle yang tersebar di 6 titik.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (RUL)

  • Harga Cabai Masih Pedas! Ini Daftar Lengkap Harga Pangan Hari Ini

    Harga Cabai Masih Pedas! Ini Daftar Lengkap Harga Pangan Hari Ini

    Jakarta: Harga pangan di Indonesia terus bergerak dinamis. Hari ini, Badan Pangan Nasional (Bapanas) kembali merilis daftar harga terbaru berbagai bahan pokok. 
     
    Kabar baiknya, sebagian harga komoditas mulai turun, tapi ada juga yang justru naik dan bikin belanja bulanan jadi lebih mahal.
     
    Melansir Antara, Selasa, 3 Juni 2025 pukul 09.00 WIB, harga cabai rawit merah terpantau turun tipis ke Rp47.489 per kg dari sebelumnya Rp47.966. 

    Begitu pula dengan bawang merah, kini dibanderol Rp38.154 per kg, sedikit lebih murah dari hari sebelumnya yang menyentuh Rp38.442.
     
    Meski begitu, jangan terlalu lega dulu, cabai merah besar dan cabai keriting justru naik, masing-masing menjadi Rp46.004 dan Rp45.848 per kg. Jadi, tetap harus pintar-pintar menyiasati menu dapur!

    Harga beras masih mahal
    Di sektor beras, harga beras premium naik tipis ke Rp15.720 per kg, sementara beras medium justru turun ke Rp13.818 per kg. Adapun beras program stabilisasi (SPHP) Bulog juga naik sedikit ke Rp12.675 per kg.
     
    Kalau kamu lagi berburu beras murah, beras SPHP bisa jadi alternatif paling terjangkau.
     

    Harga daging dan telur naik
    Harga daging sapi murni naik jadi Rp136.478 per kg, dan ayam ras ikut naik ke Rp35.298 per kg. Telur ayam ras, meski naiknya cuma tipis, tetap bikin total belanja makin terasa Rp29.026 per kg.
     
    Sementara itu, daging kerbau impor mengalami penurunan ke Rp103.533 per kg, dan kerbau segar lokal juga turun cukup signifikan ke Rp136.364 per kg.
    Harga ikan-ikanan 
    Harga ikan kembung naik ke Rp42.427 per kg, dan ikan tongkol ke Rp34.209 per kg. Tapi kabar baik buat pecinta ikan bandeng, karena harganya justru turun jadi Rp32.893 per kg.

    Harga bumbu dapur 
    Bawang putih bonggol: Rp40.265 per kg (turun)
    Gula pasir konsumsi: Rp18.471 per kg (turun tipis)
    Garam konsumsi: Rp11.615 per kg (naik tipis)
    Harga minyak goreng dan tepung 
    Minyak goreng kemasan: Rp20.531 per liter (turun)
    Minyak curah: Rp17.480 per liter (turun)
    Minyakita: Rp17.520 per liter (turun)
    Tepung terigu curah: Rp9.668 per kg (turun)
    Tepung terigu kemasan: Rp12.711 per kg (turun)
    Harga kedelai dan jagung 
    Harga kedelai impor kini di level Rp10.711 per kg, dan jagung untuk peternak berada di Rp5.921 per kg. Kedua komoditas ini turun cukup signifikan dibanding hari sebelumnya.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Strategi Ampuh Hadapi Kredit Macet, Tetap Aman di Tengah Ekonomi Sulit

    Strategi Ampuh Hadapi Kredit Macet, Tetap Aman di Tengah Ekonomi Sulit

    Jakarta: Di tengah tantangan ekonomi yang membayangi Indonesia pada 2025, banyak pelaku industri keuangan harus putar otak untuk tetap menjaga keberlanjutan bisnisnya. 
     
    Salah satu strategi yang mencuri perhatian datang dari PT JULO Teknologi Finansial (JULO), penyedia layanan kredit digital yang aktif menjaga kualitas pinjaman agar tetap sehat.

    Perkuat penagihan lapangan, repayment naik tajam
    Dalam tiga bulan pertama 2025, JULO memperkuat lini penagihan (collection) dengan menambah jumlah agen field collection hingga 48 persen. 
     
    Langkah ini memungkinkan JULO menjangkau lebih banyak wilayah dan pengguna tanpa meninggalkan prinsip penagihan beretika sesuai dengan arahan OJK dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).

    Hasilnya, Total pembayaran kembali alias repayment yang dilakukan oleh agen lapangan meningkat signifikan hingga 56 persen dibanding kuartal sebelumnya.
     

    Underwriting lebih cerdas berkat teknologi 
    Selain memperkuat penagihan, JULO juga memperbaiki proses underwriting atau penilaian kelayakan kredit menggunakan machine learning. Teknologi ini mempermudah analisis perilaku pengguna secara mendalam dan akurat.
     
    JULO juga telah terintegrasi dengan Fintech Data Center (FDC) dan data kependudukan dari Dukcapil untuk memperkuat proses verifikasi dan cegah potensi fraud. 
     
    Langkah-langkah ini efektif menjaga rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) tetap di bawah ambang batas yang ditetapkan OJK.
     
    Meski kondisi ekonomi tak menentu, JULO tetap menjaga bunga pinjaman di bawah batas maksimum OJK. Tak hanya itu, sistem pengingat pembayaran yang lengkap turut membantu pengguna mengelola keuangan lebih baik dan terhindar dari denda keterlambatan.
     
    “JULO Mengedepankan Prinsip Kehati-hatian” Presiden Direktur JULO, Harri Suhendra dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa, 3 Juni 2025.
     
    “JULO mengedepankan prinsip kehati-hatian, bukan hanya untuk mengurangi risiko gagal bayar, tapi juga untuk memberikan solusi yang meringankan sesuai dengan kemampuan pengguna. Sebagai anggota AFPI, kami terus menjaga komunikasi aktif dengan regulator dan mendukung kebijakan OJK untuk menjaga stabilitas industri,” jelasnya.
    Inklusi keuangan yang nyata dan aman
    Hingga kuartal pertama 2025, JULO telah menyalurkan pendanaan ke lebih dari 3,2 juta pengguna di Indonesia. Kolaborasi strategis dengan platform digital besar seperti Grab dan DANA juga membantu JULO menjangkau lebih banyak masyarakat secara bertanggung jawab.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Gaji Besar Tapi Selalu Habis? Ini 3 Kesalahan Keuangan yang Sering Kamu Lakukan Tanpa Sadar!

    Gaji Besar Tapi Selalu Habis? Ini 3 Kesalahan Keuangan yang Sering Kamu Lakukan Tanpa Sadar!

    Jakarta: Banyak orang merasa gajinya selalu kurang, padahal secara nominal sudah cukup, bahkan di atas rata-rata. 
     
    Dalam banyak sesi konsultasi keuangan, keluhan seperti ini sudah jadi langganan, tabungan seret, gaji cepat habis, dan akhirnya ngutang lagi pakai kartu kredit atau pinjol.
     
    Ternyata, bukan soal penghasilan yang kecil. Merangkum dari news letter Pintar Saham, Selasa, 3 Juni 2025, justru seringkali masalahnya ada di cara kita mengelola gaji. 
     

    Setelah berbicara dengan ratusan orang dari berbagai latar belakang, ada tiga kesalahan yang hampir selalu muncul.
    1. Kejar investasi, lupa dana darurat
    Investasi memang penting. Tapi kalau kamu terlalu fokus invest dan lupa sisihkan dana darurat, itu bisa jadi bumerang. Banyak orang semangat beli saham, reksa dana, atau bahkan kripto, tapi nggak punya tabungan darurat sama sekali.

    Bayangin kalau tiba-tiba kena PHK atau ada keluarga yang sakit. Tanpa dana cadangan, kamu terpaksa jual investasi di saat harga sedang turun. Bukannya untung, malah buntung.
     
    Idealnya, dana darurat disiapkan sebesar 3-6 bulan pengeluaran rutin. Simpan di tempat yang likuid dan aman, seperti tabungan atau deposito.

    2. Investasi agresif, tujuan keuangan terlupakan
    Kamu pengen cuan cepat, akhirnya semua uang ditaruh di instrumen berisiko tinggi. Saham gorengan, kripto, bahkan sampai pinjam modal buat trading.
     
    Sayangnya, strategi agresif tanpa perhitungan bisa bikin kamu kehilangan arah. Investasi jadi spekulasi, dan tujuan keuanganmu seperti beli rumah, dana pensiun, atau biaya sekolah anak terlupakan.
     
    Penting untuk punya rencana keuangan yang jelas. Sesuaikan alokasi investasi dengan target dan jangka waktunya. Ingat, nggak semua uang harus ‘bermain’ ekstrem.
    3. Gaji naik, gaya hidup ikut naik
    Ini yang paling umum tapi paling susah dihindari lifestyle inflation. Ketika gaji naik, kita merasa pantas hidup lebih nyaman. Upgrade gadget, nongkrong makin sering, cicilan makin banyak.
     
    Hasilnya? Tabungan dan aset tetap stagnan. Padahal idealnya, saat penghasilan meningkat, porsi yang ditabung atau diinvestasikan juga ikut naik.
     
    Cobalah tetap hidup dengan gaya lama saat gaji naik. Sisanya? Gunakan untuk memperkuat dana darurat, investasi jangka panjang, atau melunasi utang.
     
    Kesalahan kelola gaji bukan berarti kamu boros atau nggak mampu. Tapi pola pikir dan kebiasaan keuangan yang kurang tepat. Mulai dengan mengenali tiga kesalahan di atas, lalu perbaiki perlahan.
     
    Ingat, tujuan akhir bukan sekadar punya gaji besar, tapi hidup tenang dan mapan secara finansial. Yuk, atur ulang strategi keuangan kamu hari ini!

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Bacaan Niat Puasa Tarwiyah Lengkap dengan Jadwalnya

    Bacaan Niat Puasa Tarwiyah Lengkap dengan Jadwalnya

    Jakarta: Menjelang Iduladha 2025 ada dua puasa yang dianjurkan untuk dikerjakan. Salah satunya adalah puasa Tarwiyah.

    Puasa ini memiliki keutamaan menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun. Puasa Tarwiyah dilakukan pada hari Tarwiyah tepatnya pada tanggal 8 Dzulhijah.

    Melansir NU Online, 10 pertama bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa untuk menjalankan ibadah, seperti puasa. Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

    Artinya: Diriwayatkan Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah”. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, walaupun jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda, “Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya atau menjadi syahid”. (HR Bukhari).
    Kapan Puasa Tarwiyah
    Lalu kapan puasa Tarwiyah dikerjakan? Seperti disebutkan di atas puasa ini dikerjakan pada 8 Dzulhijah.

    Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan bulan Dzulhijjah 1446 jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025. Artinya puasa sunah Tarwiyah (8 Dzulhijah) jatuh pada Rabu, 4 Juni.  Sedangkan puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dilaksanakan pada Kamis, 5 Juni 2025. 
    Bacaan Niat Puasa Tarwiyah

    Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati yaumit tarwiyah lillahi ta‘ala.
     
    Artinya: Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah esok hari karena Allah Ta’ala

    Jakarta: Menjelang Iduladha 2025 ada dua puasa yang dianjurkan untuk dikerjakan. Salah satunya adalah puasa Tarwiyah.
     
    Puasa ini memiliki keutamaan menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun. Puasa Tarwiyah dilakukan pada hari Tarwiyah tepatnya pada tanggal 8 Dzulhijah.
     
    Melansir NU Online, 10 pertama bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa untuk menjalankan ibadah, seperti puasa. Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

    Artinya: Diriwayatkan Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah”. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, walaupun jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda, “Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya atau menjadi syahid”. (HR Bukhari).

    Kapan Puasa Tarwiyah
    Lalu kapan puasa Tarwiyah dikerjakan? Seperti disebutkan di atas puasa ini dikerjakan pada 8 Dzulhijah.
     
    Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan bulan Dzulhijjah 1446 jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025. Artinya puasa sunah Tarwiyah (8 Dzulhijah) jatuh pada Rabu, 4 Juni.  Sedangkan puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dilaksanakan pada Kamis, 5 Juni 2025. 
    Bacaan Niat Puasa Tarwiyah

    Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati yaumit tarwiyah lillahi ta‘ala.
     
    Artinya: Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah esok hari karena Allah Ta’ala
     

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (RUL)

  • Wadah Siswa untuk Mengenal Budaya Korea

    Wadah Siswa untuk Mengenal Budaya Korea

    Bekasi: PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) kembali menunjukkan komitmennya dalam menjalin hubungan yang kuat antara Korea dan Indonesia melalui kegiatan bertajuk “A Day With Hyundai.”
     
    Dalam kegiatan yang digelar pada 27 Mei 2025, karyawan berkebangsaan Korea dari Hyundai mengunjungi sekolah menengah atas dan berbagi pengalaman budaya Korea bersama lebih dari 70 siswa dari empat sekolah di Kabupaten Bekasi.
     
    “Kami ingin memberikan pengalaman lintas budaya yang positif dan menyenangkan bagi para siswa. Hyundai bukan hanya tentang mobil, tapi juga membangun hubungan yang berarti antara Korea dan Indonesia,” ujar Bong Kyu Lee, President Director PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesialewat siaran persnya.
     
    Berlangsung di SMA Negeri 1 Tambun Selatan sebagai tuan rumah, kegiatan ini juga melibatkan partisipasi dari SMA Negeri 2 Tambun Selatan, SMA Negeri 1 Cibitung, dan SMA Yadika Jatimulya.

     

     
    Acara ini menjadi ajang pembelajaran lintas budaya yang menyenangkan sekaligus edukatif. Para siswa berkesempatan mengenal budaya Korea lebih dekat langsung dari staf PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia yang berasal dari Korea Selatan.
     
    Adapun rangkaian kegiatannya mencakup pengenalan dasar bahasa Korea, lagu-lagu populer Korea, serta permainan tradisional seperti ddakji. Selain itu, siswa juga diperkenalkan dengan perusahaan Hyundai dan perannya di Indonesia.

    Para siswa SMA mencoba permainan tradisional Korea, ddakji. Foto: Istimewa

     

     
    Tak hanya itu, para siswa kemudian diajak untuk mencicipi makanan khas Korea yang telah disiapkan langsung oleh tim Hyundai. Melalui pengalaman kuliner ini, peserta dapat mengenal cita rasa unik dari kuliner Korea, serta merasakan kehangatan budaya yang selama ini banyak dikenal melalui media populer seperti drama dan musik K-pop.
     
    Ketua OSIS SMA N 1 Tambun Selatan, Geta Cakti Finata menuturkan kesannya terhadap aktivitas ini. “Kegiatannya sangat menarik, kami bisa belajar langsung dari orang Korea. Semoga ke depannya lebih banyak sekolah yang ikut dengan kegiatan yang lebih beragam,” jelas Geta.
     
    Senada dengan Geta, Kepala Sekolah SMA N 1 Tambun Selatan, Sayoga, S.pd, M.M., mengungkapkan kepuasannya untuk kegiatan ini, “Kami sangat senang Hyundai hadir membuka diri untuk lebih dekat dengan tak cuma siswa SMK, namun juga siswa SMA lewat kegiatan lintas budaya seperti ini.”

     

    Hyundai Connect – A Day With Hyundai kegiatan lintas budaya interaktif bersama beberapa sekolah. Foto: Istimewa

    Sambutan hangat dan antusiasme para siswa menjadi bukti nyata bahwa interaksi budaya seperti ini mampu menumbuhkan rasa ingin tahu, toleransi, serta semangat global di kalangan generasi muda. Program ini juga menjadi bagian dari upaya HMMI untuk terus mempererat hubungan dengan masyarakat sekitar, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengembangan generasi muda.
     
    Kegiatan Hyundai Connect – A Day With Hyundai diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kegiatan serupa di masa mendatang, di mana pertukaran budaya tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga memperkuat persahabatan antarbangsa.

    Bekasi: PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) kembali menunjukkan komitmennya dalam menjalin hubungan yang kuat antara Korea dan Indonesia melalui kegiatan bertajuk “A Day With Hyundai.”
     
    Dalam kegiatan yang digelar pada 27 Mei 2025, karyawan berkebangsaan Korea dari Hyundai mengunjungi sekolah menengah atas dan berbagi pengalaman budaya Korea bersama lebih dari 70 siswa dari empat sekolah di Kabupaten Bekasi.
     
    “Kami ingin memberikan pengalaman lintas budaya yang positif dan menyenangkan bagi para siswa. Hyundai bukan hanya tentang mobil, tapi juga membangun hubungan yang berarti antara Korea dan Indonesia,” ujar Bong Kyu Lee, President Director PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesialewat siaran persnya.
     
    Berlangsung di SMA Negeri 1 Tambun Selatan sebagai tuan rumah, kegiatan ini juga melibatkan partisipasi dari SMA Negeri 2 Tambun Selatan, SMA Negeri 1 Cibitung, dan SMA Yadika Jatimulya.
     
     

     
    Acara ini menjadi ajang pembelajaran lintas budaya yang menyenangkan sekaligus edukatif. Para siswa berkesempatan mengenal budaya Korea lebih dekat langsung dari staf PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia yang berasal dari Korea Selatan.
     
    Adapun rangkaian kegiatannya mencakup pengenalan dasar bahasa Korea, lagu-lagu populer Korea, serta permainan tradisional seperti ddakji. Selain itu, siswa juga diperkenalkan dengan perusahaan Hyundai dan perannya di Indonesia.
     

    Para siswa SMA mencoba permainan tradisional Korea, ddakji. Foto: Istimewa

     

     
    Tak hanya itu, para siswa kemudian diajak untuk mencicipi makanan khas Korea yang telah disiapkan langsung oleh tim Hyundai. Melalui pengalaman kuliner ini, peserta dapat mengenal cita rasa unik dari kuliner Korea, serta merasakan kehangatan budaya yang selama ini banyak dikenal melalui media populer seperti drama dan musik K-pop.
     
    Ketua OSIS SMA N 1 Tambun Selatan, Geta Cakti Finata menuturkan kesannya terhadap aktivitas ini. “Kegiatannya sangat menarik, kami bisa belajar langsung dari orang Korea. Semoga ke depannya lebih banyak sekolah yang ikut dengan kegiatan yang lebih beragam,” jelas Geta.
     
    Senada dengan Geta, Kepala Sekolah SMA N 1 Tambun Selatan, Sayoga, S.pd, M.M., mengungkapkan kepuasannya untuk kegiatan ini, “Kami sangat senang Hyundai hadir membuka diri untuk lebih dekat dengan tak cuma siswa SMK, namun juga siswa SMA lewat kegiatan lintas budaya seperti ini.”
     
     

    Hyundai Connect – A Day With Hyundai kegiatan lintas budaya interaktif bersama beberapa sekolah. Foto: Istimewa
     
    Sambutan hangat dan antusiasme para siswa menjadi bukti nyata bahwa interaksi budaya seperti ini mampu menumbuhkan rasa ingin tahu, toleransi, serta semangat global di kalangan generasi muda. Program ini juga menjadi bagian dari upaya HMMI untuk terus mempererat hubungan dengan masyarakat sekitar, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengembangan generasi muda.
     
    Kegiatan Hyundai Connect – A Day With Hyundai diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kegiatan serupa di masa mendatang, di mana pertukaran budaya tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga memperkuat persahabatan antarbangsa.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (PRI)

  • Pembagian Daging Kurban Berapa Kg? Ini Panduan Lengkap dan Praktisnya!

    Pembagian Daging Kurban Berapa Kg? Ini Panduan Lengkap dan Praktisnya!

    Jakarta: Tiap Iduladha, umat Islam berbondong-bondong menyembelih hewan kurban sebagai wujud ketakwaan kepada Allah SWT. 

    Tapi, satu pertanyaan klasik yang sering muncul yaitu berapa kg pembagian daging kurban sih yang ideal?

    Meskipun tidak ada angka pasti dalam Al-Qur’an atau hadis, syariat Islam menekankan pentingnya keadilan dan manfaat dari setiap bagian daging yang disalurkan. 

    Nah, merangkum dari laman BAZNAS DIY, artikel ini akan bantu kamu memahami panduan lengkap pembagian daging kurban secara adil dan syar’i.

    Siapa saja yang berhak menerima daging kurban?

    Secara umum, daging kurban dibagi ke tiga kelompok:

    – Diri sendiri (boleh menikmati sebagian)
    – Kerabat atau tetangga
    – Fakir miskin (yang paling utama)

    Tujuan utama dari pembagian ini bukan sekadar bagi-bagi daging, tapi berbagi keberkahan. 

    Jadi, penting banget buat membaginya dengan adil agar semua pihak bisa merasakan manfaatnya.
     

    Perkiraan daging bersih per jenis hewan kurban

    Supaya kamu bisa menghitung pembagian yang adil, berikut perkiraan jumlah daging bersih dari hewan kurban:

    – Kambing/Domba: 20–25 kg
    – Sapi/Kerbau: 120–140 kg

    Berapa kilogram ideal daging kurban untuk tiap penerima?

    Tidak ada angka baku, tapi ulama menyarankan 1-2 kg per penerima. Kenapa? Karena jumlah ini cukup untuk satu keluarga menikmati daging dalam satu atau dua kali makan.

    Kalau kamu memberi terlalu sedikit (misalnya 0,5 kg), manfaatnya jadi minim. Tapi kalau terlalu banyak untuk satu orang, keberkahannya bisa kurang tersebar. 

    Intinya, adil dan merata lebih baik daripada banyak tapi timpang.

    Tips pembagian yang adil dan efektif

    Agar pembagian daging kurban lebih tertib dan merata, kamu bisa ikuti tips berikut:

    – Gunakan kantong plastik ukuran 1–2 kg agar memudahkan distribusi.
    – Timbang tiap bagian daging, jangan asal ambil.
    – Prioritaskan fakir miskin dan yang benar-benar membutuhkan.
    – Hindari memberi berlebihan ke orang yang sudah mampu.

    Jadi, saat kamu bertanya “Pembagian daging kurban berapa kg?”, ingat bahwa inti dari kurban bukan cuma soal angka, tapi keberkahan dan manfaat yang tersebar luas. 

    Semoga ibadah kurbanmu tahun ini lebih bermakna, bermanfaat, dan tepat sasaran!

    Jakarta: Tiap Iduladha, umat Islam berbondong-bondong menyembelih hewan kurban sebagai wujud ketakwaan kepada Allah SWT. 
     
    Tapi, satu pertanyaan klasik yang sering muncul yaitu berapa kg pembagian daging kurban sih yang ideal?
     
    Meskipun tidak ada angka pasti dalam Al-Qur’an atau hadis, syariat Islam menekankan pentingnya keadilan dan manfaat dari setiap bagian daging yang disalurkan. 

    Nah, merangkum dari laman BAZNAS DIY, artikel ini akan bantu kamu memahami panduan lengkap pembagian daging kurban secara adil dan syar’i.

    Siapa saja yang berhak menerima daging kurban?

    Secara umum, daging kurban dibagi ke tiga kelompok:
     
    – Diri sendiri (boleh menikmati sebagian)
    – Kerabat atau tetangga
    – Fakir miskin (yang paling utama)
     
    Tujuan utama dari pembagian ini bukan sekadar bagi-bagi daging, tapi berbagi keberkahan. 
     
    Jadi, penting banget buat membaginya dengan adil agar semua pihak bisa merasakan manfaatnya.
     

    Perkiraan daging bersih per jenis hewan kurban

    Supaya kamu bisa menghitung pembagian yang adil, berikut perkiraan jumlah daging bersih dari hewan kurban:
     
    – Kambing/Domba: 20–25 kg
    – Sapi/Kerbau: 120–140 kg

    Berapa kilogram ideal daging kurban untuk tiap penerima?

    Tidak ada angka baku, tapi ulama menyarankan 1-2 kg per penerima. Kenapa? Karena jumlah ini cukup untuk satu keluarga menikmati daging dalam satu atau dua kali makan.
     
    Kalau kamu memberi terlalu sedikit (misalnya 0,5 kg), manfaatnya jadi minim. Tapi kalau terlalu banyak untuk satu orang, keberkahannya bisa kurang tersebar. 
     
    Intinya, adil dan merata lebih baik daripada banyak tapi timpang.

    Tips pembagian yang adil dan efektif

    Agar pembagian daging kurban lebih tertib dan merata, kamu bisa ikuti tips berikut:
     
    – Gunakan kantong plastik ukuran 1–2 kg agar memudahkan distribusi.
    – Timbang tiap bagian daging, jangan asal ambil.
    – Prioritaskan fakir miskin dan yang benar-benar membutuhkan.
    – Hindari memberi berlebihan ke orang yang sudah mampu.
     
    Jadi, saat kamu bertanya “Pembagian daging kurban berapa kg?”, ingat bahwa inti dari kurban bukan cuma soal angka, tapi keberkahan dan manfaat yang tersebar luas. 
     
    Semoga ibadah kurbanmu tahun ini lebih bermakna, bermanfaat, dan tepat sasaran!

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Kapan Puasa Arafah? Ini Waktu, Niat dan Keutamaanya

    Kapan Puasa Arafah? Ini Waktu, Niat dan Keutamaanya

    Jakarta: Memasuki awal Dzulhijjah, umat Muslim disunahkan untuk melaksanakan puasa. Pada 10 hari pertama ada tiga puasa yang dianjurkan, salah satunya puasa Arafah.

    Puasa ini sangat dianjurkan bagi orang-orang yang tidak menjalankan ibadah haji. Dalam sebuah hadis diriwayatkan puasa Arafah dapat menghapus dosa bagi yang menjalankannya.

    Sebagaimana hadis riwayat Abu as-Syekh Al-Ishfahani dan Ibnu an-Najar sebagai berikut :

    Artinya: “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang.” (HR Muslim).
    Dosa Apa Saja yang Dihapus?
    Menurut mayoritas ulama, dosa-dosa yang dihapus adalah dosa kecil. (An-Nawawi, Syarah Muslim, juz 3, h. 113).
     
    Rasulullah juga bersabda Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka pada Hari Arafah dibandingkan dengan hari-hari lainnya.
     

     

    Waktu Puasa Arafah

    Waktu pelaksanaan puasa sunnah Arafah adalah tanggal sembilan Dzulhijjah.  Durasinya sama seperti puasa pada umumnya, yaitu mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Selama durasi tersebut ia mesti mencegah dari hal-hal yang membatalkan puasa sebagaimana puasa-puasa lain.  

    Lalu kapan puasa Arafah dikerjakan? Seperti disebutkan di atas puasa ini dikerjakan pada 9 Dzulhijah. Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan bulan Dzulhijjah 1446 jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025. Artinya puasa puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dilaksanakan pada Kamis, 5 Juni 2025. 
    Niat Puasa Arafah

    Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an ada’i arafata sunnatan lillahi ta’ala  

    Artinya: Saya niat puasa sunnah Arafah hari ini karena Allah ta’ala.
     

    Jakarta: Memasuki awal Dzulhijjah, umat Muslim disunahkan untuk melaksanakan puasa. Pada 10 hari pertama ada tiga puasa yang dianjurkan, salah satunya puasa Arafah.
     
    Puasa ini sangat dianjurkan bagi orang-orang yang tidak menjalankan ibadah haji. Dalam sebuah hadis diriwayatkan puasa Arafah dapat menghapus dosa bagi yang menjalankannya.
     
    Sebagaimana hadis riwayat Abu as-Syekh Al-Ishfahani dan Ibnu an-Najar sebagai berikut :

    Artinya: “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang.” (HR Muslim).

    Dosa Apa Saja yang Dihapus?
    Menurut mayoritas ulama, dosa-dosa yang dihapus adalah dosa kecil. (An-Nawawi, Syarah Muslim, juz 3, h. 113).
     
    Rasulullah juga bersabda Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka pada Hari Arafah dibandingkan dengan hari-hari lainnya.
     

     

    Waktu Puasa Arafah

    Waktu pelaksanaan puasa sunnah Arafah adalah tanggal sembilan Dzulhijjah.  Durasinya sama seperti puasa pada umumnya, yaitu mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Selama durasi tersebut ia mesti mencegah dari hal-hal yang membatalkan puasa sebagaimana puasa-puasa lain.  
     
    Lalu kapan puasa Arafah dikerjakan? Seperti disebutkan di atas puasa ini dikerjakan pada 9 Dzulhijah. Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan bulan Dzulhijjah 1446 jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025. Artinya puasa puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dilaksanakan pada Kamis, 5 Juni 2025. 
    Niat Puasa Arafah

    Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an ada’i arafata sunnatan lillahi ta’ala  
     
    Artinya: Saya niat puasa sunnah Arafah hari ini karena Allah ta’ala.
     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (RUL)

  • Duh, BPS Temukan 1,9 Juta Penerima Bantuan Ternyata Mampu!

    Duh, BPS Temukan 1,9 Juta Penerima Bantuan Ternyata Mampu!

    Jakarta: Bantuan sosial (bansos) yang seharusnya menjadi penopang kelompok rentan, ternyata masih dinikmati oleh mereka yang tidak berhak. 
     
    Fakta ini terungkap dari pengecekan langsung Badan Pusat Statistik (BPS) terhadap data penerima bansos.
     
    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, dari hasil ground check terhadap 6,9 juta keluarga penerima manfaat (KPM), ditemukan 1,9 juta penerima yang sebenarnya sudah tergolong mampu.

    “Kami lakukan ground check itu ada 1,9 juta (data mereka) yang seharusnya tidak layak mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah,” ujar Amalia dalam jumpa pers usai rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto di Istana Presiden, dikutip dari Antara, Selasa, 3 Juni 2025.
     

    Data lama dibersihkan, DTSEN jadi acuan utama
    Data penerima bansos selama ini mengacu pada Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Namun, BPS menyadari perlu pembaruan data agar bansos benar-benar tepat sasaran.
     
    Kini, sebanyak 1,9 juta KPM yang semula terdata sebagai penerima bantuan, telah dikeluarkan dari daftar dan dialihkan ke kelompok yang berhak.
     
    “Dengan menggunakan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional ini, tentunya bansos yang nanti digulirkan pada Triwulan II, dan juga untuk mendorong sebagai salah satu program stimulus ekonomi, ini akan menjadi lebih tepat sasaran,” tutur Amalia.
     
    Pengecekan data ini bukan kerja BPS semata. Ada kolaborasi antara Kementerian Sosial, BPKP, dan BPS untuk memverifikasi penerima bansos. Dari total 20,3 juta data KPM, sudah ada 16,5 juta yang diverifikasi.
     
    Hasilnya, 14,3 juta KPM masuk kategori desil 1, yaitu rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah secara nasional. Bansos kepada kelompok ini mulai disalurkan per 31 Mei 2025.
     
    Dengan temuan dan pembaruan data oleh BPS, pemerintah berharap bantuan sosial bisa lebih menyasar mereka yang benar-benar membutuhkan.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Kumpulan Khutbah Iduladha 2025 Bertema Hikmah Qurban hingga Haji Mabrur

    Kumpulan Khutbah Iduladha 2025 Bertema Hikmah Qurban hingga Haji Mabrur

    Jakarta: Khutbah termasuk salah satu rangkaian ibadah salat Iduladha. Keberadaan khutbah dalam salat Id menjadi penanda bahwa shalat tersebut ada pada momen yang penting.

    Umumnya khutbah Iduladha menceritakan kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Kisah ini menjadi inti dari perayaan Idul Adha dan menjadi pelajaran penting tentang ketaatan dan pengorbanan kepada Allah SWT.

    Namun, khutbah Iduladha juga membahas tentang ibadah Haji. Termasuk tentang nilai-nilai dari rukun Islam kelima tersebut.
    Khutbah Iduladha 2025

    Berikut ini kumpulan khutbah Iduladha 2025 seperti Medcom rangkum dari laman resmi Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
    Khutbah 1
    Berqurban Untuk Menjadi Pribadi Paripurna

    (Oleh: M. Mahlani, S.Ag., M.Pd Sumber: Kemenag Kota Yogyakarta)

    Muslimin-muslimat, jama’ah Sholat ‘Idul Adha yang dimuliakan Allah
    subhanahu wata’ala …

    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala, di pagi hari ini, Jum’at,10 Dzulhijjah 1446/6 Juni 2025, kita baru saja menunaikan sholat sunah ‘Idul Adha dua raka’at sebagai ungkapan rasa syukur, sekaligus sebagai wujud ketaatan, kepasrahan dan pengabdian diri kita kepada Allah Subhanahu wata’ala, Dzat yang telah memberikan sekian banyak kenikmatan…kesehatan, kesempatan dan berbagai kemudahan dalam mencari penghidupan (ma’isyah) tanpa batas.

    Sholawat – salam semoga selalu dilimpahkan, dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarganya, para shahabat, tabi’it-tabi’in dan seluruh ummatnya hingga hari akhir nanti.
     

    Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah

    ‘Idul Adha, yang kita rayakan hari ini, selalu menjadi momen spesial bagi umat Islam sedunia. Setidaknya ada dua peristiwa utama di hari raya ‘Iedul Adha, atau riyoyo besar ini, yaitu ibadah haji dan ibadah kurban atau penyembelihan hewan kurban. Tepat tanggal 10 Dzulhijjah, saudara-saudara kita yang menunaikan ibadah haji, sedang berada di Mina, melakukan salah satu rukun haji, yaitu lempar jumrah, setelah semalam bermalam di Muzdalifah yang sebelumnya, tanggal 9 Dzulhijjah menunaikan ibadah paling menentukan 
    syah-tidaknya ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah.
    Surat Al Hajj

    “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
    kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
    segenap penjuru yang jauh”. (QS. Al Hajj: 27)

    Para jamaah haji ini sedang menunaikan rukun Islam ke-5 ini sedang melakukan “Muktamar Akbar”, memenuhi panggilan suci dari Allah Subhanahu wata’ala. Para tamu Allah ini sedang melakukan transendensi diri untuk menjadi manusia paripurna, yaitu menjadi kaum menjadi kaum Abrar (seperti doa yang dipanjatkan bagi setiap orang yang berhaji, yaitu hajjan mabruura – menjadi mabrur).

    Menjadi kaum Abrar, artinya menjadi pribadi yang telah bebas dari kendala diri (internal) dan kandala alam (eksternal). Bebas dari kendali diri artinya, mereka dapat memiliki kecakapan emosi yang baik; mantap kesadaran dirinya, mampu menata/mengendalikan diri secara efektif, mampu menjaga kestabilan motivasi, empati dan keterampilan sosial yang baik. Malas, egois, iri, dengki, suka menunda-nunda pekerjaan, lalai/abai terhadap kewajiban, putus asa dan sebagainya merupakan bagian dari contoh kendala diri yang kadang dialami setiap diri, tidak terkecuali saudara-saudara kita yang sedang berhaji.

    Sedangkan bebas dari kendala alam (eksternal) artinya pikiran, sikap dan perilakunya tidak lagi dikendalikan oleh budaya, gaya hidup, teknologi dan sebagainya yang berkembang di masyarakat.

    Jamaah Idul Adha Rahimakumullah…
    Menjadi kaum Abrar (mabrur), artinya menjadi pribadi yang berkelimpahan; kokoh imannya, kesadaran diri dan motivasi yang kuat, tertib ibadahnya, kaya hati, sabar, peduli kepada nasib orang lain, dan berani berkorban sebagaimana pengorbanan Nabiyullah Ibrahim ‘Alaihissalam. (Al Baqarah: 177) : Iman kepada
    Allah…Memberi sebagian harta kepada karib-kerabat, anak yatim, orang miskin,
    menunaikan sholat, zakat, menepati janji, sabar/kontrol diri yang baik dan sebagainya.

    Di sinilah pertautan ibadah haji dengan peristiwa besar kedua dalam perayaanIdul Adha, yaitu ibadah Qurban. Bahwa ibadah Qurban yang kita tunaikan hari ini merupakan wujud “partisipasi spiritual” dalam hubungannya dengan ibadah haji.

    Artinya bahwa ibadah haji itu hukumnya wajib bagi setiap muslim yang mampu (istitha’ah), mampu secara ekonomi, juga mampu dan aman untuk melakukan perjalanan ke tanah suci, Tetapi karena faktor keterbatasan kesempatan (quota jumlah jamaah), serta bisa jadi ada sebagian dari kita yang belum mampu dan belum atau tidak ada kesempatan menunaikan ibadah haji, maka dituntunkan/disyariatkan melakukan ibadah qurban di tempatnya masing-masing.

    Bahwa ibadah korban yang dilakukan dengan menyembelih hewan qurban, ini menggambarkan aktifitas yang menunjukkan kesetiaan atau mengandung makna kebaktian. Keberanian menunaikan ibadah qurban, juga sebagai wujud dari kesempurnaan diri yang kita persembahkan untuk menunjukkan pengagungan dan kebaktian kepada Allah Subhanahu wata’ala.

    Menunaikan ibadah qurban yang kita lakukan hari ini merupakan bagian dari ketaatan atas perintah Allah Subhanahu wata’ala.

    Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka
    dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang
    yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS. Al Kautsar: 1-3)
    Jamaah ‘Idul Adha yang dirahmati Allah
    Prosesi penyembelihan hewan qurban itu, merupakan ibadah yang memiliki
    beberapa pelajaran penting.
    1. Sebagai ibadah atas kecintaan kepada Allah Yang Maha Rahman dan Rahim. Bahwa ibadah qurban itu sebagai wujud kecintaan kepada Allah yang melebihi kecintaan kita terhadap harta dunia apapun wujudnya dan seberapapun banyaknya.
    2. Sebagai gambaran keberanian kita untuk menyembelih atau memutus segala bentuk ego ke “aku” an yang bisa saja muncul pada pribadi kita. Menyembelih binatang/hewan qurban ini menjadi gambaran sederhana bahwa kita sedang mengendalikan ego kita, menghilangkan sifat-sifat kebinatangan yang bisa jadi kadang atau malah sering muncul dalam diri kita, seperti: kesombongan, ketamakan, kesewenang-wenangan, ambisi yang dikendalikan oleh hawa nafsu dan sebagainya.
    3. Ibadah qurban mengajarkan pentingnya empati dan perhatian serius pada hewan/binatang. Bahwa memperlakukan hewan itu ada adab yang harus dijaga dan dilakukan. Saat kita menunaikan ibadah qurban, maka kita harus memahami bahwa hewan yang kita jadikan qurban juga makhluk Allah Subhanahu wata’ala, yang juga memiliki hak-haknya, seperti halnya kita makhluk manusia.

    Ini artinya bahwa melalui ibadah korban, kita belajar untuk memahami rasa sakit dan penderitaan makhluk lain. Harapanya, kita dapat merasakan kebutuhan kepedulian terhadap mereka. Pemahaman dan sikap ini penting dalam rangka untuk mengembangkan sifat empati dan memperlakukan semua makhluk Allah dan tata lingkungan/ekologi di sekitarnya dengan penuh tanggungjawab dan bijaksana.

    Jamaah Idul Adha, muslimin-muslimat yang berbahagia Perayaan hari raya Idul Qurban tahun ini, harapannya kita dapat terus belajar menjadi pribadi paripurna, pribadi yang semakin tulus dalam beribadah, memiliki kesadaran tinggi untuk belajar dari sejarah, belajar menjadi pribadi yang bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarganya dan masyarakatnya, seperti halnya Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam yang dijuluki Awwahun halim.

    Kamu bisa mengunduh versi lengkap khutbah ini di tautan ini.

    Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At Taubah: 24)

    Setiap orang ada kecenderungan menyenangi harta, anak, jabatan, popularitas dan sebagainya, ini tentu diperbolehkan, karena hal yang demikian itu merupakan bagian dari sunnatullah, itu bagian dari sifat kemanusiaan kita.

    “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali Imran: 14)

    Tetapi, kita harus ingat dan sadar bahwa kesenangan pada harta atau materi lainnya itu harus ada batasnya. Semua yang kita miliki tidak ada yang abadi, termasuk jazad kita ini juga cepat atau lambat akan kembali ke asal-muasalnya, yaitu tanah.

    Lantas apa yang kita banggakan hari ini dari badan kita ini? Kekuatan, kecantikan, ketampanan, popularitas, jabatan dan lain-lainnya? Semua itu ada limit waktunya.
    Semuanya akan selesai di saat takdir ajal/kematian telah tiba.

    Semoga, kita semua yang menunaikan ibadah Qurban tahun ini, tetap dapat menjaga niat, tulus-ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah Subhanahu wata’ala.

    Sementara yang belum berkesempatan, semoga tetap dapat menikmati daging qurban dengan rasa syukur – seberapapun adanya dan semoga di tahun-tahun mendatang masih ada kesempatan dan dimudahkan untuk dapat menunaikanya.

    Semoga kita semua dapat menjadi pribadi paripurna, pribadi yang akan mendapatkan jaminan keselamatan dan kemuliaan dunia-akhirat. Untuk versi lengkap khutbah ini kamu bisa mengunduhnya melalui di sini.
    Khutbah 2

    Haji Mabrur Itu Berkualitas Transformatif

    (Oleh: Agus Saeful Bahri, S.Ag, M.S.I  Sumber: Kemenag Kota Yogyakarta)

    Hadirin kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia

    Dengan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, hari ini kita dapat merayakan Idul Adha, dinamakan pula Idul Qurban, „Idun Nahr, dan Idul Akbar. Hari raya yang menekankan semangat sosial dan berkorban.

    Pagi ini saat kita berkumpul di lapangan/Masjid ini, saudara-saudara kitakaum muslimin yang sedang menunaikan rukun Islam yang kelima di tanah suci Mekah, dengan berbaik sangka berhusnudzhan kepada Allah SWT mereka berharap dan kita doakan hajinya diterima Allah sehingga mereka meraih kualitas haji mabrur.

    Aamiin ya mujiibas saailiin.

    Hadirin kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia Seorang muslim yang telah menunaikan ibadah haji dan dikualifikasikan atau digolongkan sebagai haji mabrur itu dicirikan dengan 2 (dua) hal. Pertama, membagikan makanan, dan kedua menebarkan salam. Hal ini ditegaskan dalam salah satu hadis ketika Nabi saw bersabda bahwa kualitas haji mabrur hanya pantas berbalaskan surga kemudian seorang sahabat bernama Jabir bertanya kepadanya:
    ”Wahai Nabi Allah apa haji mabrur itu?” Rosulullah saw pun menjawab:”haji mabrur
    adalah ith’am ath-tha’aam dan ifsya as-salaam.

    Hadirin kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia Dalam Islam praktek ritual ibadah tidak sebatas pengikat hubungan hamba dan Tuhannya, tetapi menuntut pembuktian dalam kehidupan sehari-hari sebagai ciri makhluk yang tidak bisa terlepas dari keterikatan dengan lingkungannya baik manusia, hewan, dan semesta alam seluruhnya.

    Berdasarkan hadis tersebut di atas secara normatif seseorang yang telah menunaikan ibadah haji dan dikategorikan mencapai kualitas haji mabrur ketika dirinya senantiasa mampu berbagi makanan dan mengucapkan salam (assalamu’alaikum) kepada orang lain yang dikenal maupun tidak dikenal. Tetapi apakah pengertiannya sebatas itu? Dalam kesempatan khutbah yang singkat ini saya akan menguraikan satu ciri saja dari kualitas haji mabrur dimaksud yaitu ith’aam aththa’aam.

    Kata “ith’aam ath-tha’aam” terdiri dari 2 (dua) kata yang berasal dari akar kata yang sama yaitu “tha’ama. Dan makna frase tersebut secara bahasa adalah memberikan segala sesuatu yang dapat dimakan untuk menghidupi dan menopang badan. Secara istilah dalam persfektif fiqih bermakna memberikan makan dalam jumlah tertentu dan berbeda kepada fakir miskin sesuai dengan kebutuhan. 

    Dalam pemaknaan moderan ith’aam ath-tha’aam diartikan sebagai kepedulian sosial. Adalah tidak keliru jika alumni haji apabila ingin meraih kemabruran dia senantiasa berbagi makanan kepada orang-orang yang membutuhkan. Hanya saja kiranya perlu difikirkan kembali bahwa aksi “berbagi makanan (ith’aam ath-tha’aam)” tidak saja bermakna harpiah membagikan makanan yang siap disantap tetapi juga menjadi sebuah gerakan pemberdayaan yang tepat sasaran dan menjadi solusi bagi persoalan persoalan sosial yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia yang diupayakan penyelesaiannya oleh pemerintah dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat termasuk para alumni haji.

    Pun dalam konteks penyembelihan hewan qurban yang dilakukan oleh orangorang yang tidak berangkat haji, juga ditemukan anjuran yang sama yang disampaikan oleh Rosulullah saw terkait daging hewan qurban untuk dibagi-bagikan kepada orangorang miskin bahkan yang berada jauh di wilayah tempat tinggal shohibul qurban. Nabi saw bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Malik dari „Aisiyah radiyallahuanha:

    Innamaa nahaitukum min ajli ad-daappati al-latii daffat ‘alaikum fakuluu wa
    tashoddaquu wa ad-dakhoruu ya’ni’bi ad-daappati qauman masaakiina qadimuu almadiinata

    “Saya melarang kalian karena adanya orang-orang yang datang. Makanlah daging tersebut, sedekahkanlah dan simpanlah sisanya, untuk diberikan kepada kaum miskin yang datang ke madinah”.

    Dua bentuk ibadah yang berbeda tetapi outcome yang diharapakannya sama yaitu pribadi-pribadi yang melaksanaan kedua ibadah tersebut menjadi pribadi yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi bahkan mampu melakukan transformasi (perubahan) yang berdampak baik di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

    Sebagai misal karakter ith’aam ath-tha’am diwujudkan dalam penghimpunan dana secara rutin setiap bulan dari para alumni haji kemudian bersinergi dan berkolaborasi dengan stakeholder lainnya baik pemerintah, civil society atau ormas keagamaan, dan kelompok masyarakat lainnya dengan menyelenggarakan kegiatankegiatan atau memperkuat daya dorong dan daya jangkau program-program terutama yang sedang dikerjakan oleh pemerintah dalam percepatan penurunan angka stunting seperti pemenuhan gizi keluarga baik yang bersifat kuratif (pengobatan) maupun preventif (pencegahan). Bisa juga dengan membiayai kegiatan pelatihan keterampilan bagi orang-orang yang tidak mempunyai penghasilan tetap atau bahkan menganggur seperti cukur rambut, kemudian diberikan modal untuk membuka usahanya sendiri sehingga bisa hidup mandiri bahkan bisa menghidupi keluarganya, maka cara ini merupakan bagian dari ith’aam ath-tha’aam yang dapat menghantarkan ke surga.

    Karena itu manakala seorang pulang haji lalu dia berusaha untuk memberdayakan orang di sekitarnya dengan harta atau keahlian yang dimilikinya termasuk bagian dari ith’aam ath-tha’aam, memberikan kail untuk memancing penghasilan sehingga beroleh makanan kemandirian, dan hal itu akan menambah keberkahan rejeki yang diperolehnya (ma naqasha maalun min shodaqotin bal yazdad, tidak akan berkurang harta karena sedekah sebaliknya akan bertambah). Perlu disadari juga terutama para alumni haji yang kaya, uangnya yang berlebih itu semestinya tidak dibayarkannya untuk melakukan haji yang kesekian kalinya tapi dia investasikan, misalnya untuk membiayai dana pendidikan siswa miskin, mahasiswa miskin sehingga dalam beberapa tahun ke depan akan lahir generasi anak bangsa dan keluarga yang cerdas dan terbebas dari kemiskinan. Itulah yang dimaksud dengan ith’aam ath-tha’aam.

    Hadirin kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia
    Salah satu cerita shufi malah menyebutkan bahwa kemabruran haji itu dapat diperoleh dengan tidak berhaji. Itu diturunkan pertamakali oleh Abdullah bin Mubarak dalam kisahnya bahwa dia diberitahu pada suatu tahun orang berhaji demikian melimpah ruah tetapi yang diterima hajinya sebagai haji mabrur oleh Allah SWT hanya beberapa gelintir orang saja. Diantara yang sedikit itu adalah seorang yang tidak pergi haji tetapi tercatat di sisi Allah seorang yang meraih haji mabrur. Dicarilah orang itu berhari-hari oleh Abdullah bin Mubarak. Tatkala ditemukan sang peraih haji hanya merasa aneh bagaimana mungkin ia meraih kemabruran tanpa berhaji? 

    Setelah didesak oleh Abdullah bin Mubarak apa yang dilakukannya selama musim haji tahun itu. Dia berkata,”saya tidak pergi haji tapi saya nyaris pergi haji. Saya kumpulkan
    uang puluhan tahun untuk pergi haji dan saya hendak pergi haji tahun ini. Ketika hendak berangkat haji saya diberitahu bahwa tetangga-tetangga saya yang miskin itu ditimpa musibah penyakit mewabah. Saya pun batalkan pergi haji saya berikan uang yang semula untuk pergi haji itu buat pengobatan dan makanan saudara-saudara saya yang miskin itu.

    Cerita di atas bukanlah hadis Nabi saw, tetapi spirit cerita itu mendapatkan dukungan ayat al-Qur?an surah al-Baqarah (2) ayat 177 ketika Allah berfirman:

    Bukanlah mengahadapkan wajahmu kea rah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;dan (memerdekakan) hamba sahaya,mendidirkan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

    Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Sebagaimana diketahui kata mabrur seakar dengan kata al-birru yang disebutkan ayat di atas. Mabrur berasal dari kata barra yabirru birran fahuwa baarun wadzaaka mabruurun. Jika al-birru itu dimaknai sebagai kebajikan maka mabrur itu orang yang diluruskan oleh Alah hatinya untuk senantiasa dalam kebajikan. Ayat di atas sama sekali tidak menyebutkan menyebutkan kata haji tetapi ayat di atas menyebutkan bahwa kebajikan, keimanan, mendermakan harta terbaik kepada sesama, menegakkan shalat, tunaikan zakat secara istiqamah, memelihara janji, senantiasa bersabar saat diuji Allah sebagai orang yang benar imannya yang mereka dilabeli orang yang bertaqwa. 

    Jika saat orang yang berhaji disuruh Allah untuk berbekal taqwa, orang pelaku kebajikan ini sudah dicap muttaqin oleh Allah. Dalam konteks inilah bagi siapapun yang tidak pergi haji atau bukan alumni dapat berkontribusi dalam perubahan menuju peradaban yang berlandaskan pada kepedulian sehingga terjadi perbaikan sosial. Wallahu a’lam bish showab. Dari keseluruhan urain di atas kiranya terjelaskan bahwa haji mabrur adalah haji dengan kualitas transformatif. Yaitu kualitas haji seseorang yang di dalam dirinya ada nilai-nilai perubahan menuju perbaikan. Suatu kualitas yang diperlukan oleh bangsa ini.

    Kamu bisa mengunduh khutbah Iduladha 2025 PDF lainnya di tautan ini.

    Jakarta: Khutbah termasuk salah satu rangkaian ibadah salat Iduladha. Keberadaan khutbah dalam salat Id menjadi penanda bahwa shalat tersebut ada pada momen yang penting.
     
    Umumnya khutbah Iduladha menceritakan kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Kisah ini menjadi inti dari perayaan Idul Adha dan menjadi pelajaran penting tentang ketaatan dan pengorbanan kepada Allah SWT.
     
    Namun, khutbah Iduladha juga membahas tentang ibadah Haji. Termasuk tentang nilai-nilai dari rukun Islam kelima tersebut.
    Khutbah Iduladha 2025

    Berikut ini kumpulan khutbah Iduladha 2025 seperti Medcom rangkum dari laman resmi Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

    Khutbah 1

    Berqurban Untuk Menjadi Pribadi Paripurna

    (Oleh: M. Mahlani, S.Ag., M.Pd Sumber: Kemenag Kota Yogyakarta)
     
    Muslimin-muslimat, jama’ah Sholat ‘Idul Adha yang dimuliakan Allah
    subhanahu wata’ala …
     
    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala, di pagi hari ini, Jum’at,10 Dzulhijjah 1446/6 Juni 2025, kita baru saja menunaikan sholat sunah ‘Idul Adha dua raka’at sebagai ungkapan rasa syukur, sekaligus sebagai wujud ketaatan, kepasrahan dan pengabdian diri kita kepada Allah Subhanahu wata’ala, Dzat yang telah memberikan sekian banyak kenikmatan…kesehatan, kesempatan dan berbagai kemudahan dalam mencari penghidupan (ma’isyah) tanpa batas.
     
    Sholawat – salam semoga selalu dilimpahkan, dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarganya, para shahabat, tabi’it-tabi’in dan seluruh ummatnya hingga hari akhir nanti.
     

     
    Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah
     
    ‘Idul Adha, yang kita rayakan hari ini, selalu menjadi momen spesial bagi umat Islam sedunia. Setidaknya ada dua peristiwa utama di hari raya ‘Iedul Adha, atau riyoyo besar ini, yaitu ibadah haji dan ibadah kurban atau penyembelihan hewan kurban. Tepat tanggal 10 Dzulhijjah, saudara-saudara kita yang menunaikan ibadah haji, sedang berada di Mina, melakukan salah satu rukun haji, yaitu lempar jumrah, setelah semalam bermalam di Muzdalifah yang sebelumnya, tanggal 9 Dzulhijjah menunaikan ibadah paling menentukan 
    syah-tidaknya ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah.
    Surat Al Hajj
     
    “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
    kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
    segenap penjuru yang jauh”. (QS. Al Hajj: 27)
     
    Para jamaah haji ini sedang menunaikan rukun Islam ke-5 ini sedang melakukan “Muktamar Akbar”, memenuhi panggilan suci dari Allah Subhanahu wata’ala. Para tamu Allah ini sedang melakukan transendensi diri untuk menjadi manusia paripurna, yaitu menjadi kaum menjadi kaum Abrar (seperti doa yang dipanjatkan bagi setiap orang yang berhaji, yaitu hajjan mabruura – menjadi mabrur).
     
    Menjadi kaum Abrar, artinya menjadi pribadi yang telah bebas dari kendala diri (internal) dan kandala alam (eksternal). Bebas dari kendali diri artinya, mereka dapat memiliki kecakapan emosi yang baik; mantap kesadaran dirinya, mampu menata/mengendalikan diri secara efektif, mampu menjaga kestabilan motivasi, empati dan keterampilan sosial yang baik. Malas, egois, iri, dengki, suka menunda-nunda pekerjaan, lalai/abai terhadap kewajiban, putus asa dan sebagainya merupakan bagian dari contoh kendala diri yang kadang dialami setiap diri, tidak terkecuali saudara-saudara kita yang sedang berhaji.
     
    Sedangkan bebas dari kendala alam (eksternal) artinya pikiran, sikap dan perilakunya tidak lagi dikendalikan oleh budaya, gaya hidup, teknologi dan sebagainya yang berkembang di masyarakat.
     
    Jamaah Idul Adha Rahimakumullah…
    Menjadi kaum Abrar (mabrur), artinya menjadi pribadi yang berkelimpahan; kokoh imannya, kesadaran diri dan motivasi yang kuat, tertib ibadahnya, kaya hati, sabar, peduli kepada nasib orang lain, dan berani berkorban sebagaimana pengorbanan Nabiyullah Ibrahim ‘Alaihissalam. (Al Baqarah: 177) : Iman kepada
    Allah…Memberi sebagian harta kepada karib-kerabat, anak yatim, orang miskin,
    menunaikan sholat, zakat, menepati janji, sabar/kontrol diri yang baik dan sebagainya.
     
    Di sinilah pertautan ibadah haji dengan peristiwa besar kedua dalam perayaanIdul Adha, yaitu ibadah Qurban. Bahwa ibadah Qurban yang kita tunaikan hari ini merupakan wujud “partisipasi spiritual” dalam hubungannya dengan ibadah haji.
     
    Artinya bahwa ibadah haji itu hukumnya wajib bagi setiap muslim yang mampu (istitha’ah), mampu secara ekonomi, juga mampu dan aman untuk melakukan perjalanan ke tanah suci, Tetapi karena faktor keterbatasan kesempatan (quota jumlah jamaah), serta bisa jadi ada sebagian dari kita yang belum mampu dan belum atau tidak ada kesempatan menunaikan ibadah haji, maka dituntunkan/disyariatkan melakukan ibadah qurban di tempatnya masing-masing.
     
    Bahwa ibadah korban yang dilakukan dengan menyembelih hewan qurban, ini menggambarkan aktifitas yang menunjukkan kesetiaan atau mengandung makna kebaktian. Keberanian menunaikan ibadah qurban, juga sebagai wujud dari kesempurnaan diri yang kita persembahkan untuk menunjukkan pengagungan dan kebaktian kepada Allah Subhanahu wata’ala.
     
    Menunaikan ibadah qurban yang kita lakukan hari ini merupakan bagian dari ketaatan atas perintah Allah Subhanahu wata’ala.
     
    Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka
    dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang
    yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS. Al Kautsar: 1-3)
    Jamaah ‘Idul Adha yang dirahmati Allah
    Prosesi penyembelihan hewan qurban itu, merupakan ibadah yang memiliki
    beberapa pelajaran penting.
    1. Sebagai ibadah atas kecintaan kepada Allah Yang Maha Rahman dan Rahim. Bahwa ibadah qurban itu sebagai wujud kecintaan kepada Allah yang melebihi kecintaan kita terhadap harta dunia apapun wujudnya dan seberapapun banyaknya.
    2. Sebagai gambaran keberanian kita untuk menyembelih atau memutus segala bentuk ego ke “aku” an yang bisa saja muncul pada pribadi kita. Menyembelih binatang/hewan qurban ini menjadi gambaran sederhana bahwa kita sedang mengendalikan ego kita, menghilangkan sifat-sifat kebinatangan yang bisa jadi kadang atau malah sering muncul dalam diri kita, seperti: kesombongan, ketamakan, kesewenang-wenangan, ambisi yang dikendalikan oleh hawa nafsu dan sebagainya.
    3. Ibadah qurban mengajarkan pentingnya empati dan perhatian serius pada hewan/binatang. Bahwa memperlakukan hewan itu ada adab yang harus dijaga dan dilakukan. Saat kita menunaikan ibadah qurban, maka kita harus memahami bahwa hewan yang kita jadikan qurban juga makhluk Allah Subhanahu wata’ala, yang juga memiliki hak-haknya, seperti halnya kita makhluk manusia.
     
    Ini artinya bahwa melalui ibadah korban, kita belajar untuk memahami rasa sakit dan penderitaan makhluk lain. Harapanya, kita dapat merasakan kebutuhan kepedulian terhadap mereka. Pemahaman dan sikap ini penting dalam rangka untuk mengembangkan sifat empati dan memperlakukan semua makhluk Allah dan tata lingkungan/ekologi di sekitarnya dengan penuh tanggungjawab dan bijaksana.
     
    Jamaah Idul Adha, muslimin-muslimat yang berbahagia Perayaan hari raya Idul Qurban tahun ini, harapannya kita dapat terus belajar menjadi pribadi paripurna, pribadi yang semakin tulus dalam beribadah, memiliki kesadaran tinggi untuk belajar dari sejarah, belajar menjadi pribadi yang bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarganya dan masyarakatnya, seperti halnya Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam yang dijuluki Awwahun halim.
     
    Kamu bisa mengunduh versi lengkap khutbah ini di tautan ini.
     
    Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At Taubah: 24)
     
    Setiap orang ada kecenderungan menyenangi harta, anak, jabatan, popularitas dan sebagainya, ini tentu diperbolehkan, karena hal yang demikian itu merupakan bagian dari sunnatullah, itu bagian dari sifat kemanusiaan kita.
     
    “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali Imran: 14)
     
    Tetapi, kita harus ingat dan sadar bahwa kesenangan pada harta atau materi lainnya itu harus ada batasnya. Semua yang kita miliki tidak ada yang abadi, termasuk jazad kita ini juga cepat atau lambat akan kembali ke asal-muasalnya, yaitu tanah.
     
    Lantas apa yang kita banggakan hari ini dari badan kita ini? Kekuatan, kecantikan, ketampanan, popularitas, jabatan dan lain-lainnya? Semua itu ada limit waktunya.
    Semuanya akan selesai di saat takdir ajal/kematian telah tiba.
     
    Semoga, kita semua yang menunaikan ibadah Qurban tahun ini, tetap dapat menjaga niat, tulus-ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah Subhanahu wata’ala.
     
    Sementara yang belum berkesempatan, semoga tetap dapat menikmati daging qurban dengan rasa syukur – seberapapun adanya dan semoga di tahun-tahun mendatang masih ada kesempatan dan dimudahkan untuk dapat menunaikanya.
     
    Semoga kita semua dapat menjadi pribadi paripurna, pribadi yang akan mendapatkan jaminan keselamatan dan kemuliaan dunia-akhirat. Untuk versi lengkap khutbah ini kamu bisa mengunduhnya melalui di sini.

    Khutbah 2

    Haji Mabrur Itu Berkualitas Transformatif
     
    (Oleh: Agus Saeful Bahri, S.Ag, M.S.I  Sumber: Kemenag Kota Yogyakarta)
     
    Hadirin kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia
     
    Dengan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, hari ini kita dapat merayakan Idul Adha, dinamakan pula Idul Qurban, „Idun Nahr, dan Idul Akbar. Hari raya yang menekankan semangat sosial dan berkorban.
     
    Pagi ini saat kita berkumpul di lapangan/Masjid ini, saudara-saudara kitakaum muslimin yang sedang menunaikan rukun Islam yang kelima di tanah suci Mekah, dengan berbaik sangka berhusnudzhan kepada Allah SWT mereka berharap dan kita doakan hajinya diterima Allah sehingga mereka meraih kualitas haji mabrur.
     
    Aamiin ya mujiibas saailiin.
     
    Hadirin kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia Seorang muslim yang telah menunaikan ibadah haji dan dikualifikasikan atau digolongkan sebagai haji mabrur itu dicirikan dengan 2 (dua) hal. Pertama, membagikan makanan, dan kedua menebarkan salam. Hal ini ditegaskan dalam salah satu hadis ketika Nabi saw bersabda bahwa kualitas haji mabrur hanya pantas berbalaskan surga kemudian seorang sahabat bernama Jabir bertanya kepadanya:
    ”Wahai Nabi Allah apa haji mabrur itu?” Rosulullah saw pun menjawab:”haji mabrur
    adalah ith’am ath-tha’aam dan ifsya as-salaam.
     
    Hadirin kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia Dalam Islam praktek ritual ibadah tidak sebatas pengikat hubungan hamba dan Tuhannya, tetapi menuntut pembuktian dalam kehidupan sehari-hari sebagai ciri makhluk yang tidak bisa terlepas dari keterikatan dengan lingkungannya baik manusia, hewan, dan semesta alam seluruhnya.
     
    Berdasarkan hadis tersebut di atas secara normatif seseorang yang telah menunaikan ibadah haji dan dikategorikan mencapai kualitas haji mabrur ketika dirinya senantiasa mampu berbagi makanan dan mengucapkan salam (assalamu’alaikum) kepada orang lain yang dikenal maupun tidak dikenal. Tetapi apakah pengertiannya sebatas itu? Dalam kesempatan khutbah yang singkat ini saya akan menguraikan satu ciri saja dari kualitas haji mabrur dimaksud yaitu ith’aam aththa’aam.
     
    Kata “ith’aam ath-tha’aam” terdiri dari 2 (dua) kata yang berasal dari akar kata yang sama yaitu “tha’ama. Dan makna frase tersebut secara bahasa adalah memberikan segala sesuatu yang dapat dimakan untuk menghidupi dan menopang badan. Secara istilah dalam persfektif fiqih bermakna memberikan makan dalam jumlah tertentu dan berbeda kepada fakir miskin sesuai dengan kebutuhan. 
     
    Dalam pemaknaan moderan ith’aam ath-tha’aam diartikan sebagai kepedulian sosial. Adalah tidak keliru jika alumni haji apabila ingin meraih kemabruran dia senantiasa berbagi makanan kepada orang-orang yang membutuhkan. Hanya saja kiranya perlu difikirkan kembali bahwa aksi “berbagi makanan (ith’aam ath-tha’aam)” tidak saja bermakna harpiah membagikan makanan yang siap disantap tetapi juga menjadi sebuah gerakan pemberdayaan yang tepat sasaran dan menjadi solusi bagi persoalan persoalan sosial yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia yang diupayakan penyelesaiannya oleh pemerintah dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat termasuk para alumni haji.
     
    Pun dalam konteks penyembelihan hewan qurban yang dilakukan oleh orangorang yang tidak berangkat haji, juga ditemukan anjuran yang sama yang disampaikan oleh Rosulullah saw terkait daging hewan qurban untuk dibagi-bagikan kepada orangorang miskin bahkan yang berada jauh di wilayah tempat tinggal shohibul qurban. Nabi saw bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Malik dari „Aisiyah radiyallahuanha:
     
    Innamaa nahaitukum min ajli ad-daappati al-latii daffat ‘alaikum fakuluu wa
    tashoddaquu wa ad-dakhoruu ya’ni’bi ad-daappati qauman masaakiina qadimuu almadiinata
     
    “Saya melarang kalian karena adanya orang-orang yang datang. Makanlah daging tersebut, sedekahkanlah dan simpanlah sisanya, untuk diberikan kepada kaum miskin yang datang ke madinah”.
     
    Dua bentuk ibadah yang berbeda tetapi outcome yang diharapakannya sama yaitu pribadi-pribadi yang melaksanaan kedua ibadah tersebut menjadi pribadi yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi bahkan mampu melakukan transformasi (perubahan) yang berdampak baik di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
     
    Sebagai misal karakter ith’aam ath-tha’am diwujudkan dalam penghimpunan dana secara rutin setiap bulan dari para alumni haji kemudian bersinergi dan berkolaborasi dengan stakeholder lainnya baik pemerintah, civil society atau ormas keagamaan, dan kelompok masyarakat lainnya dengan menyelenggarakan kegiatankegiatan atau memperkuat daya dorong dan daya jangkau program-program terutama yang sedang dikerjakan oleh pemerintah dalam percepatan penurunan angka stunting seperti pemenuhan gizi keluarga baik yang bersifat kuratif (pengobatan) maupun preventif (pencegahan). Bisa juga dengan membiayai kegiatan pelatihan keterampilan bagi orang-orang yang tidak mempunyai penghasilan tetap atau bahkan menganggur seperti cukur rambut, kemudian diberikan modal untuk membuka usahanya sendiri sehingga bisa hidup mandiri bahkan bisa menghidupi keluarganya, maka cara ini merupakan bagian dari ith’aam ath-tha’aam yang dapat menghantarkan ke surga.
     
    Karena itu manakala seorang pulang haji lalu dia berusaha untuk memberdayakan orang di sekitarnya dengan harta atau keahlian yang dimilikinya termasuk bagian dari ith’aam ath-tha’aam, memberikan kail untuk memancing penghasilan sehingga beroleh makanan kemandirian, dan hal itu akan menambah keberkahan rejeki yang diperolehnya (ma naqasha maalun min shodaqotin bal yazdad, tidak akan berkurang harta karena sedekah sebaliknya akan bertambah). Perlu disadari juga terutama para alumni haji yang kaya, uangnya yang berlebih itu semestinya tidak dibayarkannya untuk melakukan haji yang kesekian kalinya tapi dia investasikan, misalnya untuk membiayai dana pendidikan siswa miskin, mahasiswa miskin sehingga dalam beberapa tahun ke depan akan lahir generasi anak bangsa dan keluarga yang cerdas dan terbebas dari kemiskinan. Itulah yang dimaksud dengan ith’aam ath-tha’aam.
     
    Hadirin kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia
    Salah satu cerita shufi malah menyebutkan bahwa kemabruran haji itu dapat diperoleh dengan tidak berhaji. Itu diturunkan pertamakali oleh Abdullah bin Mubarak dalam kisahnya bahwa dia diberitahu pada suatu tahun orang berhaji demikian melimpah ruah tetapi yang diterima hajinya sebagai haji mabrur oleh Allah SWT hanya beberapa gelintir orang saja. Diantara yang sedikit itu adalah seorang yang tidak pergi haji tetapi tercatat di sisi Allah seorang yang meraih haji mabrur. Dicarilah orang itu berhari-hari oleh Abdullah bin Mubarak. Tatkala ditemukan sang peraih haji hanya merasa aneh bagaimana mungkin ia meraih kemabruran tanpa berhaji? 
     
    Setelah didesak oleh Abdullah bin Mubarak apa yang dilakukannya selama musim haji tahun itu. Dia berkata,”saya tidak pergi haji tapi saya nyaris pergi haji. Saya kumpulkan
    uang puluhan tahun untuk pergi haji dan saya hendak pergi haji tahun ini. Ketika hendak berangkat haji saya diberitahu bahwa tetangga-tetangga saya yang miskin itu ditimpa musibah penyakit mewabah. Saya pun batalkan pergi haji saya berikan uang yang semula untuk pergi haji itu buat pengobatan dan makanan saudara-saudara saya yang miskin itu.
     
    Cerita di atas bukanlah hadis Nabi saw, tetapi spirit cerita itu mendapatkan dukungan ayat al-Qur?an surah al-Baqarah (2) ayat 177 ketika Allah berfirman:
     
    Bukanlah mengahadapkan wajahmu kea rah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;dan (memerdekakan) hamba sahaya,mendidirkan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
     
    Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Sebagaimana diketahui kata mabrur seakar dengan kata al-birru yang disebutkan ayat di atas. Mabrur berasal dari kata barra yabirru birran fahuwa baarun wadzaaka mabruurun. Jika al-birru itu dimaknai sebagai kebajikan maka mabrur itu orang yang diluruskan oleh Alah hatinya untuk senantiasa dalam kebajikan. Ayat di atas sama sekali tidak menyebutkan menyebutkan kata haji tetapi ayat di atas menyebutkan bahwa kebajikan, keimanan, mendermakan harta terbaik kepada sesama, menegakkan shalat, tunaikan zakat secara istiqamah, memelihara janji, senantiasa bersabar saat diuji Allah sebagai orang yang benar imannya yang mereka dilabeli orang yang bertaqwa. 
     
    Jika saat orang yang berhaji disuruh Allah untuk berbekal taqwa, orang pelaku kebajikan ini sudah dicap muttaqin oleh Allah. Dalam konteks inilah bagi siapapun yang tidak pergi haji atau bukan alumni dapat berkontribusi dalam perubahan menuju peradaban yang berlandaskan pada kepedulian sehingga terjadi perbaikan sosial. Wallahu a’lam bish showab. Dari keseluruhan urain di atas kiranya terjelaskan bahwa haji mabrur adalah haji dengan kualitas transformatif. Yaitu kualitas haji seseorang yang di dalam dirinya ada nilai-nilai perubahan menuju perbaikan. Suatu kualitas yang diperlukan oleh bangsa ini.
     
    Kamu bisa mengunduh khutbah Iduladha 2025 PDF lainnya di tautan ini.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (RUL)