Category: Liputan6.com Regional

  • Masih Awas, Warga Diimbau Tak Aktivitas di Sungai

    Masih Awas, Warga Diimbau Tak Aktivitas di Sungai

    Liputan6.com, Jakarta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kembali menegaskan, status Gunung Semeru hingga Senin (24/11/2025) pagi masih berada pada Level IV atau Awas.

    Status ini menunjukkan aktivitas vulkanik yang tinggi dan dinamis. Sehingga seluruh rekomendasi keselamatan wajib dipatuhi warga. Terutama yang bermukim maupun beraktivitas di sekitar sektor tenggara gunung.

    Warga yang berada di sekitar Gunung Semeru diimbau untuk selalu menggunakan masker sebagai langkah pencegahan terhadap paparan abu vulkanik dan partikel berbahaya dari awan panas.

    Abu vulkanik yang terbawa angin dan hujan dapat masuk ke saluran pernapasan, berisiko menyebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), terutama pada anak-anak, lansia, dan orang dengan penyakit pernapasan kronis.

    Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kabupaten Lumajang, dr. Rosyidah menekankan, meski erupsi masih berlangsung, warga tetap dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan aman jika mematuhi protokol keselamatan.

    “Penggunaan masker secara rutin saat berada di zona terdampak dapat meminimalkan risiko gangguan kesehatan akibat partikel abu vulkanik dan mencegah ISPA,” ujarnya.

    Selain masker, warga disarankan menjaga jarak dari jalur awan panas, menghindari aktivitas di daerah aliran sungai yang menjadi jalur luncuran material vulkanik. Warga diimbau segera melapor ke fasilitas kesehatan jika mengalami batuk, sesak napas, atau gejala ISPA lainnya.

    Pemerintah Kabupaten Lumajang bersama tim medis dan petugas lapangan terus memantau kondisi masyarakat dan memastikan ketersediaan masker serta perlengkapan kesehatan di posko-posko pengungsian maupun titik rawan terdampak. 

    Dengan langkah ini, keselamatan dan kesehatan warga tetap menjadi prioritas utama, sekaligus menegaskan pentingnya kesadaran kolektif dalam menghadapi aktivitas vulkanik Gunung Semeru.

  • Salah Prediksi Langit, Kala Laut Menggulung Nyawa Nelayan Tua di Ketapang Kalbar

    Salah Prediksi Langit, Kala Laut Menggulung Nyawa Nelayan Tua di Ketapang Kalbar

    Berita itu menyambar Desa Sukabangun seperti petir yang jatuh dekat rumah. Tangis pecah di rumah kayu itu. Tetangga berdatangan membawa doa, bacaan pendek, dan pelukan. Anak-anak dulu sering menerima ikan pemberian Asmi kini hanya diam menunduk.

    Mereka mungkin tak sepenuhnya mengerti arti kematian, namun mereka merasakan kehilangan dalam laut biasa memberi kehidupan, kini telah merenggut seseorang yang mereka cintai selamanya.

    Asmi pulang, tapi tidak dengan cara yang diharapkan. Jenazahnya dibaringkan di ruang tengah, dikelilingi warga datang mengucap belasungkawa. 

    Peristiwa ini bukan kasus tunggal. Dalam lima bulan terakhir, SAR Pontianak menangani 14 insiden kedaruratan laut yang sebagian besar dipicu cuaca ekstrem.

    Data BMKG menunjukkan peningkatan 29–33 persen intensitas hujan ekstrem di Kalbar dalam dua tahun terakhir.

    Gelombang dapat mencapai 2–2,5 meter di perairan Ketapang bagian selatan. Kecepatan angin melonjak dari 10 knot menjadi 30 knot dalam beberapa jam saja.

    Pola angin baratan menuju Selat Karimata menyebabkan pembentukan badai lokal berbahaya.

    Laut Kalbar kini bukan lagi laut yang jinak. Ia berubah menjadi lautan memerlukan kewaspadaan setingkat lebih tinggi, khususnya bagi nelayan kecil menggantungkan hidup pada perahu sederhana.

    Usai operasi pencarian, Junetra kembali memberi imbauan keras. “Melihat intensitas cuaca ekstrem mungkin masih berlangsung selama beberapa hari, kami mengimbau masyarakat pesisir untuk menunda aktivitas di lapangan.”

    Ia menambahkan, “Utamakan keselamatan dan terus memantau prakiraan cuaca guna menghindari kejadian tidak diinginkan.”

    Namun bagi keluarga Asmi, imbauan ini tiba seperti bayangan yang datang setelah pintu tertutup. Terlambat. Pahit. Menyesakkan.

    Laut berubah. Hidup yang harus beradaptasi. Kisah Asmi menyisakan pertanyaan besar, bagaimana nelayan kecil menghadapi cuaca ekstrem semakin tak menentu?

    Banyak dari mereka masih mengandalkan “tanda alam” sebagai pegangan. Namun alam kini telah berubah wajah.

    Di tengah perubahan iklim, langit tak lagi bisa dibaca. Angin berubah tak terduga, gelombang menghantam tanpa pola, dan badai datang tiba-tiba.

    Nelayan pun berlayar dalam kebingungan, bagai menebak-nebak amarah alam yang kian tak bersahabat.

    Karena itulah, mereka butuh informasi cuaca cepat, peringatan dini sampai ke pelosok pesisir, serta teknologi navigasi yang murah dan mudah. Sebab, nyawa mereka tak boleh lagi jadi taruhan hanya karena ketiadaan akses dan pengetahuan.

    Tanpa itu, tragedi seperti yang menimpa Asmi hanya menunggu giliran untuk terulang. 

    Asmi mungkin hanya seorang nelayan kecil. Namun kisahnya adalah potret generasi hidup dari laut tanpa banyak perlindungan.

    Generasi yang mengajarkan ketangguhan, namun kini terdesak oleh alam yang tidak lagi ramah.

    Ia pergi dengan cara yang sunyi, namun meninggalkan pesan yang nyaring. Bahwa laut tidak lagi sama. Bahwa cuaca tidak lagi bisa ditebak. Bahwa keselamatan harus menjadi hal pertama, bukan terakhir.

    Kehidupan pesisir membutuhkan perhatian dunia lebih dari sebelumnya. Malam tiba di Ketapang. Laut tampak tenang, seolah tidak pernah mengamuk.

    Tapi bagi keluarga Asmi, bagi Desa Sukabangun, dan bagi para petugas SAR menyaksikan langsung ganasnya badai, ketenangan itu kini hanya ilusi.

    Di baliknya, ada nama yang hilang. Ada perahu yang tak pulang. Ada nelayan tua yang tidak sempat berkata, “Saya balik cepat.” Laut menyimpan banyak cerita. Cerita Asmi kini menjadi salah satunya.

     

  • Dedi Mulyadi Ubah Gerbang Gedung Sate Seperti Candi: Itu Bukan Cagar Budaya

    Dedi Mulyadi Ubah Gerbang Gedung Sate Seperti Candi: Itu Bukan Cagar Budaya

    Sementara itu, Humas Bandung Heritage Society sekaligus Ahli Cagar Budaya, Tubagus Adhi mengatakan, perubahan Gerbang Gedung Sate tidak salah untuk dilakukan. Sebab menurutnya, gerbang tersebut bukan termasuk bangunan cagar budaya.

    “Enggak ada pagar waktu masa kolonial itu. Sekarang ada pagar, itu penting. Gimana kalau seperti kemarin, yang ada pagar di DPRD aja dibakar,” kata Adhi.

    Adhi menejelaskan, dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, boleh mengembangkan cagar budaya dengan penyesuaian kebutuhan saat ini. Namun, pengembangan cagar budaya tidak boleh menghilangkan nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah bangunan.

    “Pagar itu penting bagi saya, tapi harus memberikan aksesibilitas bagi pejalan kaki termasuk difabel,” kata dia.

    Dia mengatakan, perubahan gerbang Gedung Sate sah untuk dilakukan. Mengingat, arsitektur utama Gedung Sate, J. Gerber merancang gedung yang dominan warna putih itu mengusung konsep arsitektur Art Deco dengan perpaduan tradisional dan kolonial.

    “Desain Gedung Sate itu kan gaya eksentrik ya atau bisa sebut Art Deco,” ucap dia.

    Adhi menilai sentuhan Candi Bentar pada gapura di pintu masuk area Gedung Sate ini menarik, karena menjadi hal baru. Berbeda dengan di Bali, Jawa Timur, maupun Jawa Tengah yang sudah lebih dulu memberikan sentuhan Candi Bentar.

    “Gapura yang dapat sentuhan Candi Bentar itu keren, karena untuk saya pribadi ada nilai sejarah. Kalau di Bali, Jawa Timur, maupun Jawa Tengah kan sudah menerapkannya, kalau di sini kan baru,” kata Adhi.

  • Momen TNI Bantu Penyelamatan Badak Jawa ‘Mustofa’ di Taman Nasional Ujung Kulon

    Momen TNI Bantu Penyelamatan Badak Jawa ‘Mustofa’ di Taman Nasional Ujung Kulon

    Liputan6.com, Jakarta – Satuan Tugas (Satgas) Operasi Merah Putih melakukan Translokasi Badak Jawa. Hal ini dilakukan dalam upaya penyelamatan dan penguatan populasi Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus).

    Satgas Operasi Merah Putih dipimpin oleh Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Brigjen TNI Edi Saputra yang sehari-hari menjabat sebagai Danrem 064/Maulana Yusuf, dengan Wakil Komandan Satuan Tugas (Wadansatgas) Kolonel Laut (P) Catur Yogiantoro selaku Danlanal Banten.

    Edi mengatakan, alat angkut yang digunakan untuk translokasi badak tersebut yaitu KAPA K-61 milik Satuan Korps Marinir yang telah direncanakan jauh-jauh hari.

    “Sejumlah uji simulasi dilaksanakan untuk memastikan kendaraan mampu mengangkut kandang berisi satwa lebih dari satu ton tersebut tanpa risiko berlebih,” kata Edi dalam keterangannya, Senin (24/11).

    Ia menjelaskan, apa yang dilakukannya ini menjadi tonggak penting dalam program konservasi nasional, sekaligus bukti nyata sinergi antara TNI dengan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Kehutanan, Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Yayasan Badak Indonesia (YABI), Taman Safari Indonesia, serta para ahli konservasi dan tim medis.

    Di bawah koordinasi Dansatgas dan Wadansatgas, seluruh elemen dijelaskannya bekerja dalam satu alur operasi yang sistematis dan terencana.

    “Badak jantan yang diberi nama Mustofa tersebut kini telah berhasil dipindahkan dari Gardu Buruk Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) menuju Kandang Rawat (Paddock) Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) dalam kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Proses translokasi tersesebut di bawah kendali dan pengawasan Satgas Operasi Merah Putih,” jelasnya.

     

  • Anak Panti Asuhan Jadi Korban Bullying di SMPN 10 Kupang, Pelaku Rekam dan Sebarkan Video

    Anak Panti Asuhan Jadi Korban Bullying di SMPN 10 Kupang, Pelaku Rekam dan Sebarkan Video

    Penganiayaan sendiri terjadi pada Jumat (21/11/2025) sekitar pukul 10.00 Wita di depan SMP N 10 Kupang, Kelurahan Lasiana, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang. Saat itu S kembali membully korban dan menganiaya korban. Adegan kekerasan ini direkam salah satu rekannya atas permintaan S.

    S juga mengajak salah satu rekannya yang juga siswi SMPN 10 Kupang ikut menganiaya korban. Korban tidak bisa melawan dan hanya pasrah. Saat pulang ke panti asuhan, ia hanya bisa menangis dan mogok makan.

    Ibunya yang kebetulan pengasuh panti asuhan, MIMB (54) heran dengan perubahan sikap sang anak. Setelah ditanya barulah korban bercerita kalau korban dipukul oleh teman sesama siswi di SMPN 10 Kupang.

    Kepada ibunya, korban mengaku dianiaya oleh beberapa teman sekolahnya.

    “Korban mengalami rasa sakit pada bagian perut dan kaki. Korban juga trauma, merasa takut dan terus menangis apabila mengingat akan kejadian tersebut,” ungkap ibu korban.

     

  • Jasad Janda Ditemukan Membusuk di Rumahnya, Polisi Tangkap Pelaku Pembunuhan

    Jasad Janda Ditemukan Membusuk di Rumahnya, Polisi Tangkap Pelaku Pembunuhan

    Liputan6.com, Jakarta – Warga Kelurahan Kaliawi, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung, digegerkan dengan penemuan jasad seorang janda paruh baya yang sudah dalam kondisi membusuk di dalam rumahnya, Minggu (23/11/2025).

    Korban diketahui bernama Wiwik Safitri (50), seorang kader posyandu yang tinggal seorang diri. Polisi memastikan Wiwik menjadi korban pembunuhan.

    Pantauan Liputan6.com di lokasi, warga tampak berkerumun menyaksikan proses identifikasi dan evakuasi jasad korban.

    Kepergian Wiwik membuat warga terpukul, mengingat kesehariannya dikenal ramah dan aktif berbaur dengan lingkungan.

    Tim Inafis Satreskrim Polresta Bandar Lampung terlihat keluar masuk rumah korban untuk mengumpulkan sejumlah barang bukti yang dapat mengungkap motif dan kronologi kejadian.

    Kematian Wiwik terungkap setelah seorang tetangganya, Maya, datang hendak mengajaknya menghadiri undangan pernikahan. Namun rumah dalam keadaan terkunci dan tercium bau menyengat.

    “Tadi pagi saya datang sama teman-teman mau ngajak kondangan. Tapi rumahnya terkunci terus tercium bau busuk,” kata Maya, Minggu (23/11).

    Merasa curiga, ia kemudian melapor ke ketua RT dan pihak kepolisian. Saat pintu dibuka, korban ditemukan sudah meninggal di atas kasur di dalam kamar.

     

  • Pelaku Penusukan Pemuda di Ciwastra Ditangkap, Motif Diduga Karena Cekcok di Jalan

    Pelaku Penusukan Pemuda di Ciwastra Ditangkap, Motif Diduga Karena Cekcok di Jalan

    Liputan6.com, Bandung – Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polrestabes Bandung menangkap pelaku penusukan terhadap seorang pemuda berinisial HSJ alias A yang tewas di kawasan Ciwastra, Kota Bandung, pada Jumat malam, 21 November 2025. Pelaku berinisial AP ditangkap tak lama setelah kejadian.

    Kepala Satreskrim Polrestabes Bandung, Kompol Anton, mengatakan peristiwa itu terjadi sekitar pukul 21.30 WIB ketika pelaku dan korban tidak sengaja berpapasan di jalan saat sama-sama mengendarai sepeda motor.

    “Pelaku merasa kesal kepada korban karena pada saat mengendarai sepeda motor ketika dia belok arah, dia tidak memberikan lampu isyarat atau sen. Kemudian pelaku menegur korban dan terjadilah percekcokan mulut dan terjadi perkelahian,” ujar Anton saat konferensi pers di Kantor Satreskrim Polrestabes Bandung, Minggu (23/11/2025).

    Berdasarkan keterangan saksi dan hasil penyelidikan, korban sempat meminta maaf. Namun, pelaku disebut masih dalam pengaruh obat-obatan hingga tetap melanjutkan aksinya.

    “Korban sempat meminta maaf, tapi pelaku juga dalam pengaruh obat-obatan,” kata Anton.

    Pelaku kemudian mengeluarkan pisau yang dibawanya dan menusuk korban di bagian dada kiri hingga mengenai jantung.

    “Luka tusuk cuma satu, di dada menembus jantung. Dia selalu membawa itu, senjatanya. Pelaku tidak saling mengenal. Si korban tidak memberikan sen, dongkol dia. Kemudian cekcok terus dikejar sama pelaku,” jelasnya.

     

    Seorang anggota TNI menjadi korban penusukan di tempat hiburan malam kawasan Jakarta Selatan. Berawal dari adu argumen dengan pelaku, anggota TNI itu mendapat 13 tusukan di tubuhnya.

  • Banjir Rendam Enam Desa di Banyuwangi, 739 KK Terdampak

    Banjir Rendam Enam Desa di Banyuwangi, 739 KK Terdampak

    Liputan6.com, Jakarta – Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Banyuwangi bagian selatan pada Sabtu sore (22/11/2025) menyebabkan banjir di sejumlah titik. Enam desa di Kecamatan Siliragung dan Kecamatan Pesanggaran dilaporkan terdampak.

    Di Kecamatan Siliragung, desa yang terendam banjir meliputi Buluagung, Siliragung, Semporejo, dan Kesilir. Sementara dua desa lainnya berada di Kecamatan Pesanggaran, yakni Sumberagung dan Sumbermulyo.

    Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, turun langsung memantau kondisi warga sekaligus memastikan langkah penanganan. “Intensitas hujannya memang tinggi, ratusan rumah warga tergenang,” ujar Ipuk saat meninjau lokasi, Minggu (23/11/2025).

    Dalam kunjungannya, Ipuk mendatangi rumah warga, termasuk kediaman Madori (44) di Dusun Krajan, Desa Buluagung, yang mengalami kerusakan pada bagian dapur akibat pondasi tergerus arus banjir.

    Sarjono, salah satu warga terdampak, menceritakan banjir datang secara tiba-tiba. “Tiba-tiba air datang sekitar pukul 17.30 dan masuk ke rumah dan tidak bisa menyelamatkan barang-barang. Ketinggiannya ada setengah meter. Tapi tidak lama air kembali surut,” katanya.

    Selain meninjau rumah warga, Ipuk juga menyerahkan bantuan kebutuhan pokok bagi keluarga terdampak dan memantau kondisi SDN 3 Sumberagung yang turut terendam. Setelah banjir surut, guru dan siswa dibantu petugas gabungan melakukan pembersihan fasilitas sekolah.

    “Memang permasalahannya ada di drainase dan juga di sungai,” ujar Ipuk.

     

    Presiden Prabowo Subianto meminta masyarakat tidak khawatir mengenai utang proyek kereta cepat Whoosh. Dia menyebut dirinya akan bertanggung jawab, dan bahkan ingin agar rute Whoosh diperpanjang dari Jakarta hingga Banyuwangi, Jawa Timur.

  • Buron Pencurian 15 iPhone 17 Akhirnya Tertangkap di Lampung

    Buron Pencurian 15 iPhone 17 Akhirnya Tertangkap di Lampung

    Sebelumnya, sebuah aksi pencurian yang terbilang nekat terjadi di Bandar Lampung. Toko handphone PS Store di Jalan Pangeran Antasari, Kelurahan Tanjung Baru, Kecamatan Kedamaian, disatroni maling pada Sabtu (15/11/2025) dinihari. Para pelaku menggasak belasan ponsel flagship iPhone seri 17 dan menghilang sebelum fajar menyingsing.

    Kasatreskrim Polresta Bandar Lampung, Kompol Faria Arista, mengonfirmasi bahwa pihaknya menerima laporan resmi atas kejadian itu.

    Dia menyebut timnya langsung diterjunkan ke lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara.

    “Benar, kemarin pagi kami menerima laporan pembobolan salah satu toko handphone di Antasari. Tim sudah melakukan olah TKP awal dan menelusuri setiap petunjuk yang tersisa,” ujar Faria, Minggu (16/11/2025).

    Dari keterangan karyawan dan jejak yang diamankan polisi, para pelaku diduga masuk dengan persiapan matang. Mereka langsung menyasar etalase tempat penyimpanan gawai termahal.

    “Hilang 15 unit iPhone seri 17. Nilai kerugian yang dilaporkan mencapai sekitar Rp 300 juta,” bebernya.

     

  • 2 Hari Buron, Ditangkap di Gubuk Terpencil

    2 Hari Buron, Ditangkap di Gubuk Terpencil

    Liputan6.com, Jakarta – Setelah dua hari diburu, Rustam, (36) tersangka pembunuhan ayah kandungnya sendiri di Bandar Lampung, akhirnya ditangkap polisi. Ia diamankan di sebuah gubuk terpencil di wilayah Lampung Selatan, Sabtu malam (22/11/2025).

    Dalam rekaman video yang diterima Liputan6.com, tim gabungan dari Polda Lampung, Polresta Bandar Lampung, dan Polsek Kedaton tampak berhati-hati saat mengepung lokasi persembunyian Rustam sebelum menangkapnya.

    Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Lampung, Komisaris Besar Indra Hermawan, membenarkan penangkapan tersebut. “Benar, sudah tertangkap,” ujarnya, Minggu (23/11/2024).

    Indra menjelaskan, keberhasilan penangkapan itu berkat kerja sama aparat dan warga yang memberikan informasi mengenai keberadaan pelaku.

    “Pelaku ditangkap di Dusun Pal Putih, Desa Karang Anyar, Kecamatan Jatiagung, Lampung Selatan, oleh tim gabungan,” ungkapnya.

    Saat ini Rustam telah dibawa ke Mapolda Lampung untuk menjalani pemeriksaan intensif. “Masih dilakukan pemeriksaan, informasi selanjutnya akan kami sampaikan,” jelas dia.

    Sebelumnya, polisi mengungkap fakta baru dalam kasus pembunuhan sadis yang dilakukan Rustam (37) terhadap ayah kandungnya yang sudah berusia lanjut, Marso (67) di Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung. Terduga pelaku disebut mengidap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

    Fakta itu disampaikan oleh Kapolsek Kedaton, AKP Budi Harto. Ia menerangkan, pelaku mengalami gangguan kejiwaan belasan tahun lalu.

    “Untuk keterangan yang kita peroleh dari masyarakat sekitar, memang ada gangguan kejiwaan serta depresi dari si pelaku,” kata Budi, Sabtu (22/11/2025).