Category: Liputan6.com Regional

  • OPINI: Momentum Gorontalo Wujudkan Bank Syariah

    OPINI: Momentum Gorontalo Wujudkan Bank Syariah

    Liputan6.com, Gorontalo – Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa Bank Sulawesi Utara Gorontalo (BSG) pada Rabu (9/4/2025) menyisakan catatan kritis bagi pemerintah daerah di Provinsi Gorontalo.

    Banyak pihak, terutama jajaran pemerintah kabupaten dan kota di Gorontalo, menyampaikan kekecewaan atas hasil penetapan jajaran komisaris dan direksi yang dinilai belum mencerminkan prinsip proporsionalitas dan profesionalitas.

    RUPS yang juga dihadiri pemerintah daerah dari Provinsi Sulawesi Utara itu dianggap belum mengakomodasi aspirasi pemegang saham dari Gorontalo, yang notabene turut menempatkan dana fiskal daerah pada bank tersebut.

    Situasi ini dinilai sebagai momentum strategis bagi Gorontalo untuk mewujudkan kemandirian fiskal dan moneter daerah, salah satunya dengan mendorong pembentukan lembaga perbankan sendiri yang berbasis ekonomi dan keuangan syariah.

    “Sudah saatnya Gorontalo memiliki perbankan sendiri yang dikelola dengan sistem syariah. Ini bukan hanya soal ekonomi, tapi juga cerminan dari nilai religiusitas dan budaya masyarakat Gorontalo,” ujar Sofhian, penggiat ekonomi dan keuangan syariah Gorontalo.

    Data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa kontribusi sektor ekonomi dan keuangan syariah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Rantai Nilai Halal atau Halal Value Chain (HVC) berperan penting dalam pertumbuhan ini, dengan kontribusi stabil di kisaran 24–25 persen sejak 2016 hingga 2024.

    Bahkan saat ekonomi nasional mengalami kontraksi pada tahun 2020, sektor ekonomi syariah tetap menunjukkan ketahanan yang lebih baik dibandingkan sektor lainnya. Kontribusi usaha dan pembiayaan syariah tercatat mencapai 45,66 persen terhadap PDB nasional.

    Selain itu, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2045 telah mengintegrasikan ekonomi syariah sebagai prioritas pembangunan nasional, yang menandakan komitmen jangka panjang pemerintah Indonesia.

    Data global juga menunjukkan posisi Indonesia sebagai pemimpin di sektor ekonomi syariah. Indonesia menduduki peringkat pertama dalam Global Muslim Travel Index (GMTI) 2023, yang menunjukkan potensi besar sektor wisata halal nasional.

    Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan aset keuangan syariah mencapai Rp2.756,45 triliun per Juni 2024, meningkat 13,37 persen (yoy), dengan market share sebesar 11,67 persen terhadap total aset keuangan nasional.

    “Angka-angka ini bukan sekadar statistik, melainkan indikator bahwa sistem keuangan syariah mampu berkontribusi secara nyata, dan ini bisa diterapkan di Gorontalo,” jelas Sofhian.

  • Imbas Kebijakan Tarif Impor AS, Industri Padat Karya di Sukabumi ‘Dihantui’ PHK Massal

    Imbas Kebijakan Tarif Impor AS, Industri Padat Karya di Sukabumi ‘Dihantui’ PHK Massal

    Selain itu, SP TSK SPSI juga meminta pemerintah untuk segera menghapus hambatan investasi yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi serta merumuskan rencana darurat perlindungan sosial bagi buruh sektor padat karya. “Dengan nilai tukar rupiah yang kian melemah hingga menyentuh angka Rp17.000 per dolar AS, harga kebutuhan pokok dipastikan meningkat, yang pada akhirnya menurunkan daya beli buruh. Pemerintah harus siap menghadapi dampak sosial dan ekonomi ini,” jelasnya.

    Terkait hubungan industrial di tingkat perusahaan, pihaknya juga mengimbau kepada para pengusaha, khususnya di sektor padat karya di Kabupaten Sukabumi untuk menghindari PHK dan lebih mengedepankan dialog sosial. “Kami meminta agar pengusaha mengoptimalkan komunikasi dengan serikat pekerja di tiap perusahaan untuk menyusun langkah-langkah strategis bersama. SP TSK SPSI siap menjadi mitra dan membuka ruang dialog demi mencari solusi terbaik,” jelasnya.

    Ia berharap, dengan membangun dialog sosial yang kuat bersama antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah, dampak kebijakan tarif Trump ini dapat dikurangi. “Kami berharap dengan membangun sosial dialog yang efektif, kebijakan tarif Trump sebesar 32 persen, khususnya untuk sektor padat karya terutama garmen dan alas kaki yang ada anggota SP TSK SPSI-nya di Kabupaten Sukabumi, bisa diminimalisir resikonya sekecil mungkin,” ungkapnya.

  • Arus Mudik Lebaran 2025: 4 Meninggal Dunia dalam 7 Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di Pringsewu

    Arus Mudik Lebaran 2025: 4 Meninggal Dunia dalam 7 Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di Pringsewu

    Liputan6.com, Lampung – Polres Pringsewu mencatat sebanyak tujuh kasus kecelakaan lalu lintas terjadi selama masa arus mudik dan balik Lebaran 2025 atau Operasi Ketupat Krakatau 2025. Dari insiden tersebut, empat orang dilaporkan meninggal dunia. Operasi Ketupat Krakatau 2025 digelar sejak 23 Maret hingga 7 April 2025. Selama periode itu, total ada 12 korban tercatat akibat kecelakaan yang melibatkan 12 sepeda motor, satu mobil, dan satu pejalan kaki.

    “Dari jumlah tersebut, empat orang meninggal dunia, satu mengalami luka berat, dan tujuh lainnya luka ringan. Total kerugian materiil mencapai sekitar Rp28,5 juta,” kata Kasat Lantas Polres Pringsewu, Iptu David Pulner, Rabu (9/4/2025).

    Menurut dia, mayoritas korban kecelakaan merupakan warga lokal, bukan para pemudik. Ia menyebutkan bahwa jumlah kecelakaan tahun ini mengalami lonjakan drastis dibanding tahun lalu. “Dibandingkan Operasi Ketupat 2024, peningkatannya mencapai 85,7 persen. Tahun lalu hanya terjadi satu kecelakaan dengan dua korban luka dan kerugian materiil sekitar Rp1 juta,” sebutnya.

    Dia mengungkapkan, sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh faktor kelalaian pengendara atau human error, seperti tidak mematuhi aturan lalu lintas. Menanggapi tingginya angka kecelakaan tersebut, Polres Pringsewu berencana memperkuat edukasi keselamatan berkendara dan menindak tegas pelanggaran di jalan. “Kami mengimbau seluruh masyarakat, terutama para pengendara, untuk selalu memprioritaskan keselamatan, patuh terhadap aturan lalu lintas, dan tidak berkendara saat lelah atau mengantuk,” tutupnya.

  • Terdengar Suara Dentuman Saat Gempa Guncang Bogor, Begini Penjelasan BMKG

    Terdengar Suara Dentuman Saat Gempa Guncang Bogor, Begini Penjelasan BMKG

     

    Liputan6.com, Jakarta – Gempa Magnitudo 4,1 mengguncang wilayah Bogor, Kamis malam (10/4/2025), pukul 22.16.13 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, episenter gempa Bogor ini terletak di darat tepatnya pada koordinat 6.62 LS dan 106.8 BT dengan kedalaman hiposenter 5 km.

    Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, Jumat (11/4/2025) mengatatakan, gempa Bogor merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif.

    Daryono mengatakan, bukti bahwa Gempa Bogor adalah gempa tektonik tampak pada bentuk gelombang gempa hasil catatan sensor seismik DBJI (Darmaga) dan CBJI (Citeko) dengan karakteristik gelombang S (Shear) yang kuat dengan komponen frekuensi tinggi (Strong shearing is a characteristic of tectonic earthquakes that occur when faults rupture and release energy).

    Hasil analisis mekanisme sumber gempa oleh BMKG menunjukkan bahwa Gempa Bogor memiliki mekanisme geser (strike-slip).

    “Episenter gempa Bogor terletak pada jalur Sesar Citarik yang memiliki mekanisme geser mengiri,” katanya.

    Getaran gempa Bogor turut dirasakan di wilayah Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Depok dengan Skala Intensitas III-IV MMI dan menimbulkan kerusakan ringan pada beberapa bangunan rumah warga di Kota Bogor.

    Terkait suara gemuruh dan dentuman yang didengar warga saat gempa terjadi, Daryono menyebutkan hal itu sebagai sesuatu yang wajar.

    “Gempa Bogor disertai munculnya suara gemuruh dan dentuman adalah hal wajar. Suara tersebut muncul karena getaran frekuensi tinggi dekat permukaan, sekaligus sebagai bukti bahwa gempa yang terjadi memiliki kedalaman hiposenter sangat dangkal. Semua gempa sangat dangkal disertai dengan suara ledakan, dentuman dan gemuruh,” katanya.

    Hingga pagi ini 11 April 2025 pukul 06.00 WIB, hasil monitoring BMKG terhadap Gempa Bogor telah terjadi aktivitas gempa susulan sebanyak empat kali, antara lain pukul 23.12 WIB (Magnitudo 1,9), pukul 23.14 WIB (Magnitudo 1,7), pukul 01.04 WIB (Magnitudo 1,6), dan pukul 01.38 WIB (Magnitudo 1,7).

  • Rahasia di Balik Aroma Segar Setelah Hujan

    Rahasia di Balik Aroma Segar Setelah Hujan

    Liputan6.com, Yogyakarta – Aroma khas yang muncul setelah hujan yang dikenal sebagai petrichor, ternyata berasal dari bakteri tanah dan senyawa kimia alami. Proses di balik fenomena ini menjelaskan mengapa manusia begitu peka terhadap bau segar tersebut.

    Mengutip dari berbagai sumber, petrichor merupakan istilah yang diciptakan ilmuwan Australia pada 1964. Istilah ini merujuk pada bau khas tanah setelah hujan.

    Aroma hujan ini terutama dihasilkan oleh geosmin, senyawa organik yang diproduksi bakteri streptomyces dan actinomycetes. Bakteri ini hidup di tanah lembap dan melepaskan spora saat lingkungan mengering.

    Ketika hujan turun, tetesan air menghantam tanah dan melepaskan spora serta geosmin ke udara. Partikel kecil ini kemudian terbawa angin dan menciptakan aroma segar yang khas.

    Manusia memiliki kepekaan terhadap geosmin. Hidung kita dapat mendeteksinya dalam konsentrasi 5 bagian per triliun, lebih sensitif daripada hiu terhadap darah di air laut.

    Selain bakteri, minyak atsiri yang dikeluarkan tanaman selama cuaca kering juga menjadi penyebabnya. Senyawa organik ini menempel pada batuan dan tanah, lalu terlepas saat hujan membasahi permukaan.

    Hujan gerimis atau rintik-rintik cenderung menghasilkan aroma lebih kuat dibanding hujan deras. Hal ini karena tetesan air yang kecil mengangkat lebih banyak partikel dari permukaan tanah tanpa menghanyutkannya.

    Sebaliknya, hujan lebat justru membersihkan udara dari partikel tersebut, mengurangi intensitas baunya. Penelitian menunjukkan bahwa aroma setelah hujan dapat memengaruhi suasana hati.

    Beberapa ilmuwan mengklaim bahwa kepekaan manusia terhadap geosmin telah terkait dengan nenek moyang kita yang mengandalkan hujan untuk bertahan hidup. Bau ini bisa menjadi sinyal alam bahwa air sebagai sumber kehidupan telah tiba.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Gunung Dukono Meletus Jumat Pagi 11 April 2025, Kolom Abu Capai 1.200 Meter

    Gunung Dukono Meletus Jumat Pagi 11 April 2025, Kolom Abu Capai 1.200 Meter

     

    Liputan6.com, Jakarta – Gunung Dukono di Halmahera Utara, Maluku Utara, kembali erupsi pada Jumat pagi (11/4/2025), pukul 08.10 WIT. Laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, tinggi kolom letusan Gunung Dukono teramati mencapai 1.200 meter di atas puncak, atau sekitar 2.287 meter di atas permukaan laut.

    Kolom abu erupsi Gunung Dukono teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur. Saat laporan ini dibuat, erupsi masih berlangsung.

    Petugas Pos Pantau Gunung Dukono Bambang Sugiono mengimbau masyarakat dan wisatawan yang berada di sekitar Gunung Dukono untuk tidak beraktivitas, mendaki, dan mendekati Kawah Malupang Warirang di dalam radius 4 km.

    Mengingat letusan dengan abu vulkanik secara periodik terjadi dan sebaran abu mengikuti arah dan kecepatan angin, sehingga area landaan abunya tidak tetap, maka direkomendasikan agar masyarakat di sekitar Gunung Dukono untuk selalu menyediakan masker/penutup hidung dan mulut untuk digunakan pada saat dibutuhkan guna menghindari ancaman bahaya abu vulkanik pada sistem pernapasan.

    Sepanjang 2025, Gunung Dukono tercatat sudah meletus sebanyak 78 kali. Hingga hari ini, Jumat, 11 April 2025, pukul 06.34 WIB, Gunung Dukono masih berstatus Waspada (Level II).

  • Taman Putroe Phang, Romansa Cinta di Kerajaan Aceh Darussalam

    Taman Putroe Phang, Romansa Cinta di Kerajaan Aceh Darussalam

    Gunongan bukan hanya menjadi simbol kasih sayang sultan, tetapi juga menggambarkan kemajuan arsitektur Kesultanan Aceh pada masa itu. Dibangun dengan batu putih dan dihiasi relief yang indah, Gunongan menjadi bagian penting dari kompleks taman kerajaan dan hingga kini masih berdiri sebagai bukti kejayaan Aceh.

    Di dalam kompleks taman ini terdapat sebuah gerbang kecil berbentuk kubah yang dikenal sebagai Pinto Khop. Gerbang ini merupakan penghubung antara taman dengan istana, yang memungkinkan Putroe Phang dan para dayang bergerak dengan leluasa tanpa harus melewati jalur umum.

    Pinto Khop juga menjadi tempat peristirahatan sang permaisuri setelah berenang dan bermain di taman. Di tempat ini, para dayang akan membasuh rambutnya dan mempersiapkan segala kebutuhan sang permaisuri sebelum kembali ke istana.

    Tak jauh dari Gunongan, terdapat sebuah kolam yang digunakan untuk mandi bunga dan keramas oleh Putroe Phang. Kolam ini dirancang untuk memberikan pengalaman mandi yang menyenangkan, dengan air jernih yang mengalir serta aroma bunga yang menyegarkan. Ritual mandi bunga bukan sekadar aktivitas rekreasi, tetapi juga dipercaya memiliki manfaat spiritual dan kesehatan.

    Sebagai bagian dari warisan budaya Kesultanan Aceh, Taman Sari Gunongan telah mengalami berbagai perubahan seiring berjalannya waktu. Meskipun beberapa bagian taman telah rusak akibat bencana alam dan perang, situs ini tetap dijaga dan menjadi salah satu daya tarik wisata sejarah di Banda Aceh.

    Pemerintah dan masyarakat setempat berupaya melestarikan taman ini agar tetap menjadi saksi bisu kisah cinta Sultan Iskandar Muda dan Putroe Phang. Saat ini, Taman Sari Gunongan sering dikunjungi wisatawan yang ingin menyaksikan langsung keindahan peninggalan sejarah Aceh.

    Dengan desain arsitektur yang unik dan suasana yang menenangkan, taman ini menjadi tempat yang tepat untuk mengenang kejayaan masa lalu dan merasakan nuansa romantis yang masih terasa hingga kini.

    Taman Sari Gunongan bukan sekadar taman kerajaan biasa, tetapi sebuah monumen cinta dan kejayaan yang mencerminkan betapa dalamnya kasih sayang Sultan Iskandar Muda kepada permaisurinya, Putroe Phang.

    Keindahan arsitektur, filosofi yang mendalam, dan sejarah yang kaya menjadikan taman ini sebagai salah satu warisan budaya paling berharga di Aceh. Hingga hari ini, taman ini tetap berdiri sebagai saksi bisu kisah cinta yang abadi, menginspirasi generasi demi generasi tentang arti kasih sayang, kesetiaan, dan kejayaan peradaban Nusantara.

    Penulis: Belvana Fasya Saad

  • Pulau Tubir Seram, Potensi Wisata Tersembunyi di Fakfak

    Pulau Tubir Seram, Potensi Wisata Tersembunyi di Fakfak

    Posisi patung yang menghadap langsung ke Kota Fakfak seakan mengingatkan masyarakat akan jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan. Selain monumen Krapangit Gewab, Pulau Tubir Seram juga memiliki gapura dengan tulisan Selamat Datang di Bumi Merah Putih.

    Tulisan ini bukan sekadar sambutan bagi pengunjung, tetapi juga mencerminkan semangat nasionalisme yang tertanam kuat di hati masyarakat Fakfak. Sejarah panjang perjuangan rakyat Fakfak di bawah kepemimpinan Krapangit Gewab menjadi salah satu alasan mengapa setiap tanggal 16 November diperingati sebagai hari penting di Fakfak.

    Pada tanggal ini, masyarakat merayakan dua peristiwa besar, yaitu terbentuknya pemerintahan Kabupaten Fakfak serta peringatan Kota Fakfak sebagai kota perjuangan.

    Selain nilai sejarahnya, Pulau Tubir Seram juga menyimpan potensi wisata bahari yang bisa dikembangkan lebih lanjut. Keindahan alamnya yang masih asri membuatnya cocok untuk aktivitas seperti snorkeling, menyelam, atau sekadar bersantai menikmati panorama laut.

    Jika dikelola dengan baik, pulau ini bisa menjadi destinasi unggulan yang tidak hanya menarik wisatawan lokal tetapi juga mancanegara. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk terus menjaga kelestarian lingkungan serta memperkenalkan Pulau Tubir Seram sebagai ikon wisata sejarah dan alam yang membanggakan.

    Bagi siapa pun yang berkunjung ke Fakfak, menginjakkan kaki di Pulau Tubir Seram bukan sekadar perjalanan wisata, tetapi juga sebuah pengalaman mendalam dalam memahami sejarah dan perjuangan rakyat Papua Barat. Keindahan alam yang mempesona berpadu dengan jejak heroik masa lalu menjadikan pulau ini sebagai destinasi yang tidak boleh dilewatkan.

    Penulis: Belvana Fasya Saad

  • Jejak Kucing dalam Prasasti dan Naskah Kuno Nusantara

    Jejak Kucing dalam Prasasti dan Naskah Kuno Nusantara

    Liputan6.com, Yogyakarta – Prasasti Tuk Mas, peninggalan abad ke-7 Masehi di Jawa Tengah, menjadi bukti tertua yang menggambarkan hubungan manusia dan kucing di Nusantara. Pada relief prasasti ini, kucing diukir di antara simbol kemakmuran seperti padi dan mata air.

    Mengutip dari berbagai sumber, keberadaan kucing dalam relief tersebut merupakan gambaran peran kucing sebagai penjaga lumbung padi dari hama tikus. Sekaligus menjadi simbol keseimbangan alam dalam kebudayaan agraris Jawa Kuno.

    Prasasti Batu Tulis (1533 M) di Sunda Kuno memperkuat bukti sejarah ini. Dalam prasasti berbahasa Sunda Kuno, kata meong (kucing) disebut sebagai hewan peliharaan tokoh penting kerajaan.

    Teks prasasti mencatat pemberian kucing kepada seorang bangsawan sebagai bentuk penghargaan. Dalam Prasasti Canggal (732 M) dari era Kerajaan Mataram Kuno menyimpan keunikan tersembunyi.

    Simbol kucing kecil di sudut prasasti merupakan tanda tangan empu pembuat prasasti yang mencintai kucing. Naskah Kakawin Ramayana versi Jawa Kuno, yang ditulis sekitar abad ke-9, menyebut kucing sebagai sahabat setia penghuni istana.

    Deskripsi ini selaras dengan temuan relief di Candi Borobudur yang menggambarkan hewan mirip kucing di antara ukiran flora dan fauna. Meski tidak eksplisit, kucing telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa pada masa itu.

    Prasasti dan naskah kuno juga mengisyaratkan peran kucing dalam aspek spiritual. Dalam kepercayaan Hindu-Buddha yang berkembang di Jawa, kucing kerap dikaitkan dengan dewi kesuburan, Dewi Sri.

    Prasasti Tuk Mas menampilkan perpaduan gambar kucing dengan simbol padi yang dihubungkan dengan pemujaan terhadap seorang dewi. Tradisi Jawa bernama tedhak siti yang didokumentasikan dalam naskah Serat Centhini tahun 1814

    Tradisi ini memasukkan kucing sebagai bagian dari rangkaian upacara. Praktik ini berakar dari kepercayaan kuno bahwa kucing mampu mengusir roh jahat.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Legenda Urban: Misteri Hantu Suluh, Pembawa Obor di Kalimantan Selatan

    Legenda Urban: Misteri Hantu Suluh, Pembawa Obor di Kalimantan Selatan

    Liputan6.com, Banjarmasin – Hantu suluh merupakan salah satu legenda urban yang cukup misterius dan menyeramkan di Kalimantan Selatan. Hantu ini berbentuk api yang seolah melayang-layang di udara.

    Mengutip dari berbagai sumber, dahulu hantu suluh banyak muncul di wilayah Hulu Sungai, tepatnya saat masih minim penerangan. Beberapa daerah di wilayah tersebut masih belum memiliki akses listrik 24 jam, sehingga terkadang masih gelap gulita di malam hari.

    Hantu ini memang menjadi pembicaraan di kalangan penduduk pedesaan, terutama yang tempat tinggalnya masih sangat dekat dengan alam, hutan lebat, dan persawahan. Wilayah hutan yang mengelilingi persawahan inilah yang konon kerap menjadi lokasi hantu suluh menampakkan diri.

    Hantu suluh memiliki tampilan seperti bola api, obor, lentera, serta cahaya. Penampakan ini mirip dengan lentera yang kerap digunakan masyarakat setempat untuk menerangi jalan saat akan mencari ikan di malam hari.

    Namun, cahaya yang dihasilkan hantu suluh berbeda dengan cahaya yang digunakan manusia. Cahaya ini hanya muncul di tempat-tempat tak terduga, seolah memang sengaja bersembunyi.

    Hantu ini sebenarnya tak memiliki wujud menyeramkan. Warga juga menganggap bahwa hantu ini tak memiliki maksud jahat kepada manusia.

    Bahkan, beberapa orang percaya bahwa hantu suluh sebenarnya juga sedang mencari ikan, sama seperti warga setempat yang berburu ikan di malam hari. Tak jarang, warga yang sedang mencari ikan melihat keberadaan cahaya hantu suluh sebagai penunjuk jalan dan arah.
Meski diyakini tak berbahaya, tetapi sebagian orang merasa bahwa hantu ini bukan sekadar cahaya biasa. Tak jarang ada yang menganggap bahwa kemunculan hantu suluh sebagai tanda atau pesan gaib.

    Jika seseorang berani mendekati cahaya tersebut terlalu jauh, konon ia akan mengalami hal aneh. Meski dianggap sebagai penunjuk arah, tak jarang ada yang justru tersesat saat mengikuti cahaya tersebut lebih jauh.

    Terlepas dari kepercayaan masing-masing masyarakat terkait keberadaan hantu suluh, cerita tentang hantu ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi lisan masyarakat Kalimantan Selatan. Hingga kini, misteri munculnya hantu suluh masih terus diperbincangkan masyarakat setempat meski beberapa wilayah di Hulu Sungai sudah banyak diterangi lampu-lampu di malam hari.

    Penulis: Resla