Category: Liputan6.com Regional

  • Mahasiswa UGM yang Sempat Dikabarkan Hilang saat Mudik Ditemukan Meninggal di Selokan

    Mahasiswa UGM yang Sempat Dikabarkan Hilang saat Mudik Ditemukan Meninggal di Selokan

     

     

    Liputan6.com, Jakarta – Sheila Amelia, mahasiswa UGM yang sempat dikabarkan hilang sejak 25 Maret 2025 dalam perjalanan mudik menggunakan sepeda motor, ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Tubuh korban ditemukan pada Sabtu (12/4/2025), di sebuah parit di Lawu Green Forest, tepatnya di Jalan Raya Sarangan-Cemoroseu, Plaosan, Kabupaten Magetan, Jatim.

    Menurut penuturan warga, penemuan jasad Sheila tidak disengaja saat warga hendak menolong seseorang korban kecelakaan di lokasi yang hampir berdekatan. Awalnya warga melihat ada sepeda motor dalam keadaan terbalik, dan setelah ditelisik ternyata ada tubuh tertimpa di baliknya dalam kondisi meninggal dunia. 

    Sheila Amelia yang merupakan warga Kebonsari Madiun tercatat sebagai mahasiswa Faperta UGM. Dirinya dilaporkan hilang sejak 25 Maret 2025 saat hendak mudik ke kampung halamannya. 

    Kapolsek Ploasan AKP Jokon Yuhono menurut keterangan resminya, Minggu (13/4/2025) menjelaskan kronologi kejadian penemuan jasad tersebut. Awalnya warga mendapat telepon dari temannya yang saat itu sedang menolong orang kecelakaan di jalur Lawu Greent Forest, Sabtu, 12 April 2025 sekitar pukul 10.00 WIB.

    “Saat itu juga (dia) melihat ada sebuah sepeda motor dengan posisi terbalik di parit. Selanjutnya warga tersebut segera mendatangi lokasi dan setelah dilakukan pengecekan ternyata benar ada sebuah sepeda motor dengan posisi terbalik di sebuah parit dan setelah dicek mendetail ada seorang di bawah sepeda motor tersebut dengan kondisi kemungkinan sudah meninggal,” katanya.

    Dijelaskannya, jasad ditemukan di dalam parit sedalam 77 cm dengan lebar sekitar 60 cm, dan dalam kondisi tubuh tertimpa sepeda motor berwarna hitam bernomor polisi AE 3413 CA.

    Usai penemuan itu, warga langsung melapor ke Polsek Plaosan. Petugas yang datang kemudian langsung memeriksa dan mengevakuasi jasad tersebut. Saat diperiksa tim medis Puskesmas sudah dinyatakan meninggal dunia. Saat ditemukan, korban mengenakan celana panjang jins warna biru gelap.

    Joko juga menambahkan, saat ditemukan, barang-barang pribadi milik korban termasuk helm, masih melekat di tubuhnya. 

    “Dari hasil pemeriksaan di lokasi, ditemukan bekas pengereman di aspal yang mengarah ke titik jatuhnya motor dan korban. Dugaan sementara, korban mengendarai sepeda motornya dari arah Jawa Tengah dan tidak mampu mengendalikan laju kendaraan di jalur menurun,” jelasnya.

    Hasil pemeriksaan tim medis menyebutkan, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasaan di tubuh korban. Sehingga terindikasi penyebab kematian korban adalah karena kecelakaan tunggal dengan menabrak rambu jalan dan masuk ke parit. Keluarga korban pun menerima kejadian tersebut sebagai kecelakaan dan tidak memberikan izin kepada tim medis untuk melakukan autopsi.

    Sementara itu, pihak Fakultas Pertanian UGM juga membenarkan Sheila Amelia merupakan salah satu mahasiswa di kampus tersebut. Melalui unggahan Instagram @fapertaugm menyampaikan duka cita atas meninggalnya Sheila yang kemudian dibanjiri komentar duka cita. 

    “Segenap keluarga besar Fakultas Pernanian Universitas Gadjah Mada mengucapkan turut berduka cita atas berpulangnya Sheila Amelia Cristanti, mahasiswa program studi S1 Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (2023). Semoga almarhumah diterima di sisi-Nya, serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan,” tulis akun @fapertaugm.

     

     

  • Cerorot Khas Lombok, Camilan Manis Simbol Persatuan Dua Keluarga dalam Pernikahan

    Cerorot Khas Lombok, Camilan Manis Simbol Persatuan Dua Keluarga dalam Pernikahan

    Liputan6.com, Lombok – Cerorot merupakan salah satu camilan khas Lombok yang identik dengan rasa manis dan tekstur lembut. Camilan ini ternyata dimaknai sebagai simbol persatuan dua keluarga dalam pernikahan. Jajanan tradisional khas suku Sasak ini wajib diburu saat berkunjung ke pesisir pantai di Lombok. Pada hari-hari biasa, cerorot kerap disantap sebagai camilan pendamping kopi hitam.

    Mengutip dari laman Indonesia Kaya, cerorot merupakan jajanan tradisional khas Lombok yang terbuat dari santan, tepung, dan gula merah. Jajanan ini biasanya dibungkus dengan daun kelapa dengan bentuk unik, yakni menyerupai kerucut atau terompet mini.

    Tak terdapat sumber ilmiah resmi terkait alasan bentuk cerorot tersebut. Namun, ada yang menyebut bahwa bentuk tersebut dimulai dari seni melipat janur atau daun kelapa muda menjadi cetakan berbentuk kerucut.

    Terkait proses pembuatannya, cerorot dibuat dengan cara mencampur tepung beras, gula merah, dan santan hingga rata. Selanjutnya, adonan dituangkan ke dalam cetakan janur yang telah disiapkan. Kemudian, cerorot dikukus hingga matang selama kurang lebih 30 menit.

    Menariknya, sebagian suku Sasak masih menggunakan tungku tradisional berupa jangkih dari tanah liat. Untuk bahan bakarnya, mereka menggunakan kayu bakar kering.

    Dalam acara-acara adat, cerorot kerap hadir sebagai sajian khusus, salah satunya dalam acara pernikahan atau begawe. Wilayah yang kerap menyajikan cerorot sebagai sajian dalam acara adat adalah masyarakat Desa Sade Rambitan.

    Cerorot dalam acara pernikahan juga dipercaya memiliki makna tersendiri. Warna cokelat sawo matangnya melambangkan pengantin lelaki.

    Bentuknya yang lonjong mengerucut bermakna kesuburan. Lebih dari itu, cerorot juga menjadi simbol persatuan dua keluarga yang terjalin melalui pernikahan.

    Saat ini, cerorot tak hanya hadir pada acara-acara tertentu saja. Cerorot bisa dengan mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional sebagai salah satu oleh-oleh khas Lombok.

    Penulis: Resla

  • Bolehkan Menggabungkan Puasa Syawal dan Senin-Kamis? Ini Penjelasannya!

    Bolehkan Menggabungkan Puasa Syawal dan Senin-Kamis? Ini Penjelasannya!

    Para ulama sepakat bahwa menggabungkan niat puasa sunnah dengan puasa sunnah lainnya diperbolehkan dan tidak mengurangi pahala masing-masing puasa. Baik puasa Syawal maupun puasa Senin Kamis sama-sama termasuk ibadah sunnah yang jenis dan bentuknya sama, yaitu puasa. Oleh karena itu, melaksanakan keduanya dalam satu hari dengan niat yang digabung tetap akan mendapatkan pahala dari kedua puasa tersebut.

    Meskipun diperbolehkan, ada baiknya untuk tetap mengkhususkan niat puasa Syawal agar pahala yang didapatkan lebih sempurna. Hadits Nabi Muhammad SAW menjanjikan pahala puasa Syawal setara dengan puasa setahun penuh. Namun, jika digabung dengan niat puasa lainnya, pahala tetap didapatkan, hanya saja tidak dianggap sempurna sesuai dengan tuntutan hadits tersebut.

    Yang terpenting dalam melaksanakan puasa adalah niat ikhlas karena Allah SWT. Dengan niat yang tulus, pahala ibadah akan tetap diterima, terlepas dari bagaimana kita menggabungkan niat puasa sunnah tersebut.

  • Hajat Bumi Kramat Ganceng, Tradisi Masyarakat Betawi Identik dengan Penanaman Kepala Kambing

    Hajat Bumi Kramat Ganceng, Tradisi Masyarakat Betawi Identik dengan Penanaman Kepala Kambing

    Liputan6.com, Jakarta – Hajat bumi kramat ganceng adalah salah satu tradisi masyarakat Betawi, khususnya yang tinggal di Jakarta Timur. Warisan budaya Betawi ini identik dengan menanam kepala kambing.

    Tradisi hajat bumi kramat ganceng kerap digelar oleh masyarakat yang tinggal di kawasan Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Tradisi ini juga kerap disebut dengan pesta ganceng.

    Selama ini, Pondok Ranggon identik dengan pemakaman terbesar di Jakarta. Terdapat juga pemakaman bagi korban tragedi 1998.

    Mengutip dari Seni & Budaya Betawi, asal penyebutan nama hajat bumi kramat ganceng merujuk pada pusat acara yang dilakukan di sebuah makam yang dianggap kramat. Makam tersebut dahulu dijaga oleh bapak Ganceng atau biasa disebut Oyot Ganceng.

    Tradisi hajat bumi kramat ganceng memadukan budaya Betawi, Sunda, dan Islam. Pelaksanaannya biasanya didasari sebagai simbol ucapan rasa syukur atas melimpahnya hasil panen yang diperoleh warga Pondok Ranggon.

    Seperti diketahui, masyarakat Betawi tempo dulu banyak menggantungkan hidupnya dari bertani, berkebun, memproduksi kerajinan tangan, hingga memberikan jasa pelayanan kusir sado. Umumnya, tradisi hajat bumi kramat ganceng diadakan setiap bulan haji atau bulan Dzulhijjah menurut kalender Islam.

    Sebagian masyarakat Betawi percaya bahwa tradisi ini masih lekat dengan mitos. Konon, jika hajat bumi tak digelar maka akan menimbulkan bencana dan malapetaka bagi warga kampung.

    Seiring perkembangan zaman, saat ini tradisi hajat bumi kramat ganceng telah mengalami perubahan yang memicu perubahan makna. Saat ini, tradisi ini tak lagi bertujuan untuk menghindari bencana, melainkan sebagai hiburan.

    Dalam pelaksanaannya, tradisi hajat bumi kramat ganceng memiliki acara ritual. Beberapa di antaranya adalah ngarak sesaji atau hasil bumi dan kepala kambing untuk ditanam di perbatasan dan pertengahan kampung di wilayah Pondok Ranggon.

    Bagi sebagian besar masyarakat, menanam kepala kambing dipercaya sebagai simbol penanda batas wilayah yang terkait dengan kepercayaan. Sebagian dari mereka percaya bahwa tempat-tempat tertentu mempunyai kekuatan spiritual.

    Namun, ada versi lain yang menyebutkan makna penanaman kepala kambing dalam tradisi ini, yakni diartikan sebagai bentuk pengorbanan. Terlepas dari keyakinan sebagian masyarakat Betawi terkait makna ritual tersebut, tradisi hajat bumi kramat ganceng masih terus dilestarikan hingga sekarang.

    Penulis: Resla

  • Mengenal Burung Cenderawasih Goldi, Burung yang Hanya Hidup di Pegunungan Papua

    Mengenal Burung Cenderawasih Goldi, Burung yang Hanya Hidup di Pegunungan Papua

    Liputan6.com, Papua – Di tengah rimba Pegunungan Foja, Papua, hidup sebuah burung yang tidak akan ditemukan di tempat lain di dunia. Burung cenderawasih goldi (parotia berlepschi) adalah spesies yang seluruh populasinya hanya terkonsentrasi di kawasan kecil ini. Mengutip dari berbagai sumer, burung cendrawasih goldi memiliki wilayah persebaran paling terbatas dibandingkan jenis cenderawasih lainnya. Seluruh populasinya hanya hidup di ketinggian 1.200-1.800 meter di atas permukaan laut di pegunungan Foja.

    Kawasan seluas sekitar 10.000 hektare ini menjadi satu-satunya tempat di bumi dimana spesies ini dapat ditemukan secara alami. Pegunungan Foja yang terisolasi selama bertahun-tahun membuat burung cendrawasih goldi berkembang dengan karakteristik khusus.

    Tarian kawinnya yang disebut bola dance berbeda dari spesies parotia lain. Hal ini menunjukkan evolusi unik akibat isolasi geografis.

    Pola warna bulu metaliknya juga memiliki ciri khas yang tidak dimiliki kerabat dekatnya di pegunungan lain. Spesies ini ditemukan pada tahun 2005.

    Dunia terkejut karena menemukan spesies cendrawasih baru di abad ke-21. Menariknya, burung dengan ukuran 25-30 cm ini ternyata hanya hidup di satu lokasi terpencil.

    Pola makan burung ini didominasi buah-buahan lokal dan serangga kecil yang banyak ditemukan di hutan pegunungan ini. Sarangnya selalu dibangun pada ketinggian tertentu yang sesuai dengan iklim mikro Foja.

    Banyak aspek kehidupan burung ini masih belum terungkap karena kesulitan akses ke Foja. Termasuk periode berkembang biak, struktur sosial, dan pola pergerakan.

    Suku Kwerba, penghuni asli Foja, menyebut burung cenderawasih goldi sebagai burung roh. Mereka percaya burung ini membawa pesan dari leluhur dan menjadi penjaga hutan.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Java Coffee, Warisan Kopi Arabika Jawa yang Mendunia

    Java Coffee, Warisan Kopi Arabika Jawa yang Mendunia

    Liputan6.com, Yogyakarta – Selama lebih dari tiga abad, kopi Arabika dari Jawa Timur dan Jawa Tengah telah menjadi komoditas global yang dikenal dengan sebutan java coffee. Dibawa oleh VOC sejak abad ke-18, kopi ini memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dari varietas kopi lainnya di dunia.

    Mengutip dari berbagai sumber, kopi Jawa pertama kali dibudidayakan secara luas pada masa kolonial Belanda. VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) memulai ekspor kopi Jawa ke Eropa pada awal abad ke-18.

    Hal ini menjadikannya salah satu kopi pertama yang diperdagangkan secara internasional. Nama java kemudian menjadi istilah generik untuk kopi di banyak negara.

    Kopi Arabika Jawa Timur dan Jawa Tengah dikenal dengan profil rasa yang halus dan beraroma kacang. Asamitasnya rendah, membuatnya mudah dinikmati tanpa rasa yang terlalu tajam.

    Beberapa perkebunan di Jawa menghasilkan kopi dengan sentuhan manis alami. Di Jawa Timur, daerah seperti Malang, Bondowoso, dan Jember dikenal sebagai sentra produksi kopi Arabika.

    Sementara di Jawa Tengah, wilayah Temanggung, Wonosobo, dan Dieng menjadi penghasil kopi berkualitas tinggi. Perkebunan peninggalan Belanda masih beroperasi di beberapa daerah ini.

    Kopi Jawa banyak diproses dengan metode basah (wet process), yang menghasilkan karakter rasa yang bersih. Beberapa produsen juga mengembangkan teknik semi-washed atau honey process untuk menciptakan variasi rasa yang lebih kompleks.

    Beberapa petani juga mulai mengembangkan varietas kopi yang lebih tahan terhadap panas. Ada pula yang memindahkan kebun ke ketinggian lebih tinggi untuk mempertahankan kualitas biji kopi.

    Meski tidak sebesar produsen kopi lain seperti Brasil atau Vietnam, java coffee tetap memiliki pangsa pasar khusus. Kopi ini sering dicari oleh para pecinta kopi yang menyukai karakter klasik dan sejarah panjang di balik setiap bijinya.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Mengenal Brem Cair dan Brem Padat, Satu Bahan Dua Rasa

    Mengenal Brem Cair dan Brem Padat, Satu Bahan Dua Rasa

    Liputan6.com,Bali – Brem berasal dari bahan dasar yang sama, yaitu tape ketan hasil fermentasi. Baik brem cair khas Bali maupun brem padat khas Jawa sama-sama menggunakan sari tape ketan sebagai bahan baku utamanya.

    Perbedaan bentuk dan karakteristik keduanya muncul dari proses pengolahan yang berbeda. Setelah tahap fermentasi selesai, masing-masing jenis brem menjalani proses pengolahan yang unik dan khas.

    Mengutip dari berbagai sumber, proses pembuatan diawali dengan fermentasi beras ketan putih atau hitam menggunakan ragi tape selama 2-3 hari. Setelah menjadi tape, dilakukan penyaringan untuk mendapatkan sari tape yang jernih.

    Pada titik inilah jalur pengolahan mulai berpisah. Brem cair mempertahankan sifat alami sari tape tanpa melalui pemanasan tinggi.

    Sehingga enzim aktif dan kandungan alkohol alaminya tetap utuh. Sementara brem padat menjalani proses pemekatan dengan pemanasan hingga 95°C yang mengakibatkan penguapan air dan reaksi karamelisasi gula.

    Perbedaan geografis juga memengaruhi perkembangan kedua jenis brem ini. Daerah dengan iklim lebih panas cenderung mengembangkan brem cair yang menyegarkan.

    Sedangkan kawasan dengan musim kemarau panjang lebih memilih brem padat yang tahan lama. Beberapa varian menambahkan bahan khusus seperti rempah-rempah untuk brem cair atau gula aren untuk brem padat, yang menciptakan ciri khas masing-masing daerah.

    Masyarakat mengembangkan teknik pengawetan alami. Brem cair mempertahankan daya tahannya melalui kadar alkohol alami yang terbentuk selama fermentasi.

    Sementara itu, brem padat mengandalkan kandungan gula tinggi dan proses dehidrasi sebagai pengawet alami. Kedua metode tradisional ini menggunakan kemasan alami seperti botoh bambu untuk brem cair dan pembungkus daun untuk brem padat.

    Bukti sejarah menunjukkan proses pembuatan brem telah berlangsung sejak lama. Relief candi dan naskah kuno menggambarkan teknik fermentasi serupa.

    Sementara peralatan tradisional yang masih digunakan hingga kini menjadi bukti kelangsungan pengetahuan kuliner ini. Dalam perkembangannya, kedua jenis brem mengalami modernisasi proses produksi dan pengemasan.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Tradisi Lungsuran, Cara Masyarakat Banyuwangi Bersihkan Diri dari Energi Negatif

    Tradisi Lungsuran, Cara Masyarakat Banyuwangi Bersihkan Diri dari Energi Negatif

    Ritual budaya Seblang Olehsari bukan hanya menjadi daya tarik wisata, tetapi juga menjadi berkah bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Selama tujuh hari digelar, mulai 4 hingga 10 April 2025, para UMKM berhasil meraup keuntungan hingga tiga kali lipat.

    Terdapat sekitar 47 pelaku UMKM yang berjualan di lokasi acara. Beragam produk ditawarkan, mulai dari makanan berat, minuman segar, jajanan pasar tradisional, hingga mainan anak-anak, memanjakan para pengunjung yang datang dari berbagai daerah.

    Zayyid Farihir Ridlo (35), penjual bakso keliling, mengungkapkan peningkatan pendapatan yang signifikan selama seblang berlangsung.  “Alhamdulillah, setiap hari saya bisa mendapatkan Rp. 900 ribu sampai Rp. 1,5 juta. Ini naik tiga kali lipat dibandingkan hari biasa, yang biasanya hanya Rp. 200-300 ribu,” ujarnya.

    Senada dengan Zayyid, Fadly Robbi Alfandi, penjual olahan sosis, juga merasakan keuntungan dari ritual bersih desa tersebut. “Alhamdulillah hari terakhir ini ludes terjual,” ungkap Fadly.

    Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono, mengatakan atraksi budaya seperti Seblang Olehsari merupakan contoh nyata bagaimana kekayaan tradisi kita bisa menjadi motor penggerak ekonomi lokal. “Karena itu Pemkab Banyuwangi berkomitmen untuk terus mendukung adat dan budaya yang tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat, khususnya para pelaku UMKM,” kata Mujiono.

    Sementara Kepala Desa Olehsari Joko Mukhlis, menyampaikan apresiasi atas partisipasi masyarakat yang datang dari berbagai penjuru. “Kami sangat berterima kasih atas antusiasme yang luar biasa dari seluruh masyarakat. Tidak hanya warga Olehsari, tapi juga pengunjung yang datang dari berbagai daerah, bahkan hingga dari luar negeri. Ini menunjukkan betapa tradisi ini dicintai dan menjadi kebanggaan kita bersama,” ungkap Joko.

    Ritual Seblang Olehsari digelar setelah perayaan Idul Fitri, dan pada pelaksanaan ritual ini seorang penari yang diyakini terpilih secara supranatural akan menari selama tujuh hari dalam kondisi kesurupan (trance). Tahun ini penari Seblang Olehsari kembali diperankan oleh Dwi Putri Ramadani (21) yang juga menjadi penari dalam beberapa tahun sebelumnya.

  • Nasi Goreng Mbako, Kuliner Unik Khas Temanggung yang Menggugah Selera

    Nasi Goreng Mbako, Kuliner Unik Khas Temanggung yang Menggugah Selera

    Namun, perbedaannya yang paling mencolok tentu ada pada aroma dan sensasi rasa yang dihasilkan dari campuran tembakau. Ada sedikit rasa pahit dan aroma khas yang sulit dijelaskan dengan kata-kata, tetapi justru menjadi daya tarik utama hidangan ini.

    Sensasi hangat di tenggorokan setelah menyantapnya juga sering kali disebut sebagai ciri khas dari nasi goreng tembakau. Kehadiran nasi goreng tembakau tidak hanya sekadar inovasi kuliner, tetapi juga merupakan bentuk apresiasi masyarakat Temanggung terhadap produk lokal mereka.

    Sebagai daerah penghasil tembakau terbesar di Indonesia, Temanggung telah lama bergantung pada industri tembakau. Namun, dengan berkembangnya tren kesehatan dan berkurangnya konsumsi rokok, industri tembakau di daerah ini menghadapi tantangan besar.

    Oleh karena itu, inovasi dalam dunia kuliner menjadi salah satu cara untuk tetap mempertahankan eksistensi tembakau Temanggung, tetapi dalam bentuk yang lebih ramah dan dapat dinikmati oleh masyarakat luas.

    Popularitas nasi goreng tembakau juga semakin meningkat berkat promosi yang dilakukan melalui media sosial dan berbagai acara kuliner. Banyak food blogger dan content creator yang datang ke Temanggung untuk mencoba langsung keunikan rasa nasi goreng ini, kemudian membagikan pengalaman mereka di platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok.

    Tidak sedikit dari mereka yang awalnya ragu, tetapi akhirnya mengakui bahwa hidangan ini memang memiliki daya tarik tersendiri. Selain menarik wisatawan domestik, nasi goreng tembakau juga menjadi perbincangan di kalangan wisatawan mancanegara.

    Beberapa turis asing yang berkunjung ke Temanggung mengaku penasaran dan tertarik untuk mencicipi hidangan ini. Ada yang menyukainya, ada pula yang merasa aneh dengan rasa dan aromanya yang tidak biasa.

    Namun, satu hal yang pasti, nasi goreng tembakau telah sukses menjadi ikon kuliner yang membawa nama Temanggung ke kancah yang lebih luas. Meski tergolong sebagai makanan yang unik dan inovatif, tidak semua orang bisa langsung menikmati nasi goreng tembakau dengan mudah.

    Beberapa orang yang tidak terbiasa dengan rasa pahit tembakau mungkin membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Namun, bagi mereka yang suka mencoba sesuatu yang baru dan tidak takut bereksperimen dengan cita rasa yang berbeda, nasi goreng tembakau adalah pilihan yang wajib dicoba.

    Dengan semakin berkembangnya industri kuliner di Indonesia, kemungkinan besar akan muncul lebih banyak inovasi berbasis tembakau di masa depan. Jika saat ini baru sebatas nasi goreng, tidak menutup kemungkinan bahwa tembakau akan digunakan dalam berbagai hidangan lainnya, seperti mi goreng tembakau, sate tembakau, atau bahkan es krim tembakau.

    Inovasi seperti ini tentu akan semakin memperkaya khasanah kuliner Indonesia dan memberikan warna baru dalam dunia kuliner nasional. Nasi goreng ini tidak hanya memanjakan lidah tetapi juga membuka wawasan tentang bagaimana suatu bahan yang selama ini hanya dikenal dalam satu konteks dapat diolah menjadi sesuatu yang benar-benar baru dan menarik.

    Jadi, jika Anda berkunjung ke Temanggung, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi keunikan rasa dari nasi goreng tembakau yang semakin dikenal sebagai salah satu kuliner khas Indonesia yang patut dibanggakan.

    Penulis: Belvana Fasya Saad

  • Bapenda Jawa Barat Bebaskan Pajak Mutasi Kendaraan dari Luar Provinsi

    Bapenda Jawa Barat Bebaskan Pajak Mutasi Kendaraan dari Luar Provinsi

    Liputan6.com, Bandung – Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Jawa Barat membebaskan pajak pokok kendaraan bermotor dan denda bagi kendaraan yang melakukan mutasi dari luar daerah ke wilayah provinsi tersebut.

    Periode pembayaran program ini berlangsung mulai Rabu, 9 April 2025 sampai Senin, 30 Juni 2025 mendatang. Program ini dapat dimanfaatkan di Samsat Induk sesuai dengan alamat KTP atau identitas pemilik baru di Jawa Barat.

    Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bapenda Jawa Barat, Deni Zakaria menjelaskan program ini berlaku khusus untuk proses mutasi kendaraan masuk dari seluruh provinsi di luar Jawa Barat.

    “Program ini memberikan pembebasan pokok tunggakan atas keterlambatan pendaftaran, denda administratif, dan pajak satu tahun ke depan,” kata Deni dalam keterangan tertulis, dikutip pada Jumat, 11 April 2025.

    Ada pun denda administratif yang dimaksud merupakan sanksi atas keterlambatan pembayaran pajak melebihi jatuh tempo. Biasanya, denda dikenakan sebesar 1 persen per bulan dari jumlah pajak terutang.

    Pada skema mutasi masuk, denda ini biasanya dihitung sejak diterbitkannya dokumen fiskal antardaerah. Pemilik kendaraan pun wajib mendaftarkan kendaraannya paling lambat 30 hari sejak tangga tersebut.

    Apabila melebihi batas waktu, sanksi denda akan berlaku. Namun, dengan diselenggarakannya program ini, seluruh denda akan dihapuskan.

    Sementara itu, meski pajak kendaraan untuk satu tahun ke depan dibebaskan, Deni mengingatkan pemilik kendaraan untuk tetap membayar biaya lain seperti Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk penerbitan STNK, TNKB, BPKB, serta iuran wajib Jasa Raharja (SWDKLLJ).

    Apabila kendaraan yang dimutasi memiliki tunggakan di provinsi asal, Deni menegaskan bahwa tunggakan tersebut tetap harus dilunasi terlebih dahulu sebelum dimutasi ke Jawa Barat.

    “Misalnya, warga dari DKI Jakarta yang ingin mutasi ke Bekasi namun masih memiliki tunggakan di Jakarta, maka tunggakan itu tetap wajib dibayar. Setelah itu, barulah pajak satu tahun ke depan di Jabar digratiskan,” jelasnya.

    Selain itu, program ini juga tidak berlaku untuk mutasi kendaraan antarkabupaten atau kota di Jawa Barat. Untuk kategori ini, pemilik kendaraan dapat mengikuti program Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor 2025 yang sedang berjalan.

    “Proses mutasi dalam provinsi tidak termasuk dalam program pembebasan pokok PKB dan denda. Tapi, Wajib Pajak masih bisa memanfaatkan Program Pemutihan yang tetap berlaku tahun ini,” tutur Deni.

     

    Penulis: Arby Salim