Category: Liputan6.com Regional

  • Kami Evakuasi Mandiri, Tak Ada Bantuan Pemerintah

    Kami Evakuasi Mandiri, Tak Ada Bantuan Pemerintah

    Warga lainnya, Ade yang juga bermukim di pinggiran Sungai Deli, di Jalan Samanhudi, mengaku dia dan warga-warga di sana menjadikan sanggar Sangkala sebagai posko darurat.

    Hal itu dilakukan untuk mempermudah warga korban banjir memperoleh konsumsi dan obat-obatan. Semua yang mereka sediakan berasal dari donatur, tanpa ada bantuan pemerintah.

    “Di sini kita sudah mitigasi. Karena kita tahu Sungai Deli ini langganan banjir, dan ini kita urunan, ada juga dari kawan-kawan yang mau nyumbang, kita sediakan, lau kita salurkan,” kata Ade.

    Sementara itu, berdasarkan keterangan resmi diperoleh Liputan6.com, Wali Kota Medan, Rico Waas, mempercepat evakuasi warga, terutama di titik-titik yang sebelumnya sulit dijangkau.

    “Alhamdulillah, hari ini hujan di kota Medan mulai reda. Kondisi ini kami manfaatkan untuk mempercepat evakuasi warga,” kata Rico Waas, dalam keterangan diperoleh Sabtu pagi (29/11/2025).

    Meski sebagian wilayah Kota Medan masih ada yang belum surut, namun untuk memastikan kondisi warga tertangani dengan baik, Rico Waas bersama tim turun langsung meninjau ke posko penyelamatan warga yang ada di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Belawan.

    “Kami memastikan warga tertangani dengan baik, dan memastikan pendistribusian bantuan berjalan lancar,” ucap Rico Waas.

    Rico Waas juga telah menurunkan seluruh tim untuk turun ke setiap lokasi yang membutuhkan pertolongan.

    “Insya Allah, seluruh warga yang terdampak akan mendapatkan penanganan dan bantuan secepat mungkin,” pungkasnya.

     

  • Kami Evakuasi Mandiri, Tak Ada Bantuan Pemerintah

    Arusnya Deras Seperti Arung Jeram, Rumah Terendam 2 Meter

    Liputan6.com, Jakarta – Banjir yang melanda sejumlah titik di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang berangsur surut. Namun, bencana alam akibat luapan air sungai tersebut menyisakan cerita pilu warga.

    Salah satunya datang dari Habib, warga Jalan Stasiun, Kampung Lalang, Sunggal, Deli Serdang. Ia mengungkapkan bahwa derasnya arus air yang membanjiri kawasan Kampung Lalang kali ini bagaikan arus sungai arung jeram.

    “Saya lihat di beberapa postingan kawan-kawan di Instagram, salah satunya postingan yang memperlihatkan kondisi banjir di Simpang Kampung Lalang, Medan, arusnya deras seperti arus sungai arung jeram,” kata Habib kepada Liputan6.com, Sabtu (29/11/2025).

    Sementara di tempat tinggalnya, air mulai masuk ke dalam rumah pada Kamis (27/11/2025) pukul 05.00 WIB, dibarengi kondisi cuaca hujan. Sekitar 1 jam setelahnya, air mulai naik 1 meter.

    “Terus naik pelan-pelan, dan jam 3 sore puncaknya sudah 2 meter. Lalu mulai surut pelan dari jam 5 sore,” Habib mengungkapkan.

    Menurutnya, hingga Jumat (28/11/2025), sekitar pukul 03.00 WIB, air yang menggenangi rumahnya sudah benar-benar surut. Pasca air surut, Habib merasa pemerintah lambat dalam membantu warga.

    “Dari air naik sampai surut, tidak ada bantuan dari pemerintah. Yang hancur tembok pagar pembatas rumah sebelah, dan barang-barang yang ada di rumah habis terendam air,” ungkapnya.

    Diakui Habib, bantuan didapatnya hanya dari keluarga yang tidak terkena musibah. Bahkan, sampai Sabtu pagi (29/11/2025), tidak ada penanganan dari Pemerintah Kabupaten Deli Serdang ataupun Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut), khususnya di Jalan Stasiun, Kampung Lalang, Sunggal, Deli Serdang.

    “Kami terisolir di hari pertama karena airnya lambat turun, jadi untuk makan di hari pertama sulit, menunggu surut air di lantai 2 rumah dengan sisa makanan yang ada,” ucapnya.

    “Belum lagi saat banjir juga terjari pemadaman listrik mulai jam 6 pagi pada 27 November 2025 sampai jam 3 pagi pada 28 November 2025,” ungkapnya lagi

  • Abrasi Pesisir Banten Rusak Makam dan Rumah, Ribuan Pohon Mangrove Ditanam

    Abrasi Pesisir Banten Rusak Makam dan Rumah, Ribuan Pohon Mangrove Ditanam

    Liputan6.com, Serang – Pesisir Banten Utara, seperti Kecamatan Tanara, Tirtayasa hingga Pontang di Kabupaten Serang, Banten, sudah terkena abrasi air laut pada Jumat 28 November 2025. Penanaman pohon mangrove pun terus dikebut, agar daratan tidak hilang.

    Seperti yang terjadi di pesisir Desa Lontar Alang-alang, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten, daratan sudah banyak tergerus. Bahkan rumah hingga makam pun ikut terkikis oleh air laut.

    “Menanam pohon adalah amal jariyah, dan manfaatnya akan terus mengalir bagi generasi setelah kita. Upaya hari ini adalah langkah penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan Banten,” ujar Gubernur Banten Andra Soni, Jumat 28 November 2025.

    Dia menyebut, sebanyak 8 ribu bibit mangrove ditanam bersama Pemprov Banten dan PLN UID Banten di wilayah pesisir. Baik perusahaan, pemerintah maupun organisasi sosial yang menanam, dibaharapkan turut serta merawatnya, agar tidak hanyut terbawa ombak.

    Ketua Gerindra Banten itu berunar bahwa, menanam pohon mungkin baru bisa dinikmati oleh generasi penerus bangsa. Namun itu telah meninggalkan hal yang baik.

    “Saya harap banyak pihak terlibat untuk kembali mengonservasi wilayah mangrove. Tentu kita berharap kegiatan ini tidak hanya sekadar seremonial. Harus ditanam dengan cara yang baik, kemudian setahun kemudian kita tengok kembali,” ucap Andra.

     

    Gerakan Restorasi tanam 3000 Mangrove PT. Indonesia Morowali Industrial Park.

  • Doa untuk Korban Bencana Banjir Bandang dan Longsor di Aceh, Sumut dan Sumbar

    Doa untuk Korban Bencana Banjir Bandang dan Longsor di Aceh, Sumut dan Sumbar

    Liputan6.com, Pacitan – Dalam suasana penuh keprihatinan atas bencana banjir bandang dan tanah longsor melanda Provinsi Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar) sejak akhir November 2025, Wakil Ketua MPR Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas menyampaikan doa serta solidaritas mendalam bagi para korban.

    Dalam sambutannya di hadapan masyarakat Desa Donorojo, Pacitan pada peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia, Ibas mengajak seluruh rakyat Indonesia turut mendoakan keselamatan dan kekuatan bagi saudara-saudara kita di Sumatera.

    “Beberapa waktu yang lalu, saudara-saudara kita di Aceh, di Sumatera Utara, di Sumatera Barat harus berduka, prihatin dan sedih akibat adanya bencana yang tidak diinginkan datang dari Tuhan yang Maha Kuasa. Bencana longsor, bencana banjir bandang yang hingga saat ini masih memakan korban jiwa,” ucap Ketua Fraksi Partai Demokrat tersebut, yang disampaikan melalui keterangan tertulis, Sabtu (29/11/2025).

    Ia menegaskan, musibah tersebut bukan hanya menjadi beban pemerintah, melainkan juga panggilan empati seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu dalam doa dan aksi kemanusiaan.

    “Mari sama-sama kita kirimkan doa kepada saudara-saudara kita agar senantiasa mendapatkan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan mereka yang telah wafat semoga mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya,” ajak Ibas.

    Ibas juga memberi perhatian khusus terhadap upaya pencarian, penyelamatan, dan penyaluran bantuan yang sedang dilakukan oleh berbagai unsur, termasuk BNPB, TNI, Polri, pemerintah daerah, lembaga kemanusiaan, dan relawan setempat.

    “Kita doakan agar proses rehabilitasi dan bantuan cepat bagi para korban dapat berjalan lancar. Semoga para petugas yang berada di lapangan diberikan kekuatan untuk membantu saudara-saudara kita yang terdampak,” terang dia.

     

    Sebuah mushola hanyut diterjang banjir di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Detik-detik hanyutnya mushola tersebut viral di media sosial.

    Diketahui, Padang Pariaman tengah dilanda banjir dan longsor. Bencana itu disebabkan curah hujan yang tinggi m…

  • Tiba di Tapteng, Bobby Nasution Langsung Benahi Posko Pengungsian

    Tiba di Tapteng, Bobby Nasution Langsung Benahi Posko Pengungsian

    Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menyampaikan bahwa hingga Jumat (28/11), jumlah korban meninggal akibat bencana di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencapai 116 orang, sementara 42 lainnya masih dalam proses pencarian.

    Suharyanto menjelaskan bahwa dari rangkaian bencana banjir dan longsor yang melanda Sumatera Utara (Sumut), Sumatera Barat (Sumbar), dan Aceh, wilayah dengan dampak terparah berada di Sumatera Utara, khususnya Kabupaten Tapanuli Tengah.

    “Rinciannya Tapanuli Utara meninggal 11, Tapanuli Tengah meninggal 47, Tapanuli Selatan 32 meninggal dunia, Kota Sibolga ada 17 yang meninggal dunia, Humbang Hasundutan ada 6 meninggal dunia, kemudian Kota Padang Sidempuan ada 1, Pakpak Bharat ada 2,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat 28 November 2025.

    Adapun untuk di wilayah Mandailing Natal hingga saat ini tidak dilaporkan ada yang meninggal. Dia mengatakan data akan terus diperbaharui, karena masih banyak lokasi-lokasi yang belum diakses, sehingga ada kemungkinan korban jiwa di lokasi-lokasi itu.

    Terkait pengungsian, sebanyak lebih dari 1.000 keluarga mengungsi. Untuk Tapanuli Utara, kata dia, titik pengungsian sementara terpusat satu titik di jalur yang menghubungkan Tarutung ke Sibolga.

    “Ada bangunan gereja di sana, dipakai untuk mengungsi, dicek sekitar ada 600 Kepala Keluarga (KK),” katanya.

    Kemudian di Tapanuli Tengah sebanyak 1.100 KK mengungsi di fasilitas milik pemerintah daerah (pemda).

    “Tetapi kalau siang kami hitung, kami cek sekitar 600, karena pada saat siang sebagian masyarakat yang mengungsi juga mengecek dan membantu membuka jalur-jalur yang masih putus,” kata Suhariyanto.

    Adapun untuk Tapanuli Selatan ada sekitar 250 KK, untuk kota Sibolga sekitar 200 KK, dan Humbang Hasundutan ada 150 KK.

    “Sementara untuk Mandailing Natal, ini tersebar ada di lima titik tempat pengungsian, ini kami hitung sekitar 1.500 KK,” kata Suhariyanto.

    Dalam kesempatan itu Suhariyanto menjelaskan untuk jalur komunikasi dan transportasi per Jumat kondisinya di Sumatera Utara relatif lebih baik dibandingkan tiga hari sebelumnya.

    “Yang pertama yang masih terus kita berusaha tembus adalah jalur dari Tapanuli Utara atau Tarutung menuju Sibolga. Ini adalah urat nadi atau jalan yang sangat vital, tetapi sekarang masih proses untuk pembukaan, dibuka oleh satgas gabungan,” kata Kepala BNPB Suhariyanto.

  • Masih Terisolir, Bobby Nasution Naik Hercules Bawa Logistik hingga Obat-obatan ke Tapteng dan Sibolga

    Masih Terisolir, Bobby Nasution Naik Hercules Bawa Logistik hingga Obat-obatan ke Tapteng dan Sibolga

    Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menyampaikan bahwa hingga Jumat (28/11), jumlah korban meninggal akibat bencana di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencapai 116 orang, sementara 42 lainnya masih dalam proses pencarian.

    Suharyanto menjelaskan bahwa dari rangkaian bencana banjir dan longsor yang melanda Sumatera Utara (Sumut), Sumatera Barat (Sumbar), dan Aceh, wilayah dengan dampak terparah berada di Sumatera Utara, khususnya Kabupaten Tapanuli Tengah.

    “Rinciannya Tapanuli Utara meninggal 11, Tapanuli Tengah meninggal 47, Tapanuli Selatan 32 meninggal dunia, Kota Sibolga ada 17 yang meninggal dunia, Humbang Hasundutan ada 6 meninggal dunia, kemudian Kota Padang Sidempuan ada 1, Pakpak Bharat ada 2,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat 28 November 2025.

    Adapun untuk di wilayah Mandailing Natal hingga saat ini tidak dilaporkan ada yang meninggal. Dia mengatakan data akan terus diperbaharui, karena masih banyak lokasi-lokasi yang belum diakses, sehingga ada kemungkinan korban jiwa di lokasi-lokasi itu.

    Terkait pengungsian, sebanyak lebih dari 1.000 keluarga mengungsi. Untuk Tapanuli Utara, kata dia, titik pengungsian sementara terpusat satu titik di jalur yang menghubungkan Tarutung ke Sibolga.

    “Ada bangunan gereja di sana, dipakai untuk mengungsi, dicek sekitar ada 600 Kepala Keluarga (KK),” katanya.

    Kemudian di Tapanuli Tengah sebanyak 1.100 KK mengungsi di fasilitas milik pemerintah daerah (pemda).

    “Tetapi kalau siang kami hitung, kami cek sekitar 600, karena pada saat siang sebagian masyarakat yang mengungsi juga mengecek dan membantu membuka jalur-jalur yang masih putus,” kata Suhariyanto.

  • RS Bhayangkara Padang Tangani 18 Jenazah Korban Banjir Bandang

    RS Bhayangkara Padang Tangani 18 Jenazah Korban Banjir Bandang

    Liputan6.com, Jakarta – Rumah Sakit Bhayangkara Padang, Sumatera Barat, tengah menangani proses identifikasi terhadap 18 jenazah korban bencana alam banjir bandang yang melanda sejumlah daerah, termasuk Kota Padang, Kabupaten Agam, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang Panjang.

    “Pada hari ini kami menerima 18 jenazah yang diserahkan untuk proses identifikasi, semuanya berasal dari kejadian bencana,” kata Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Padang, Kompol dr. Harry Andromeda M Ked (Cardio), SpJP, Jumat (28/11/2025).

    Harry menjelaskan, jenazah-jenazah tersebut berasal dari berbagai lokasi terdampak, mulai dari Kota Padang, Agam, Kayu Tanam di Padang Pariaman, hingga Padang Panjang.

    Begitu menerima penyerahan jenazah, tim medis langsung melakukan identifikasi untuk mengetahui identitas korban.

    “Proses identifikasi jenazah dilakukan dengan pemeriksaan postmortem dan antemortem untuk mengetahui identitas dari jenazah tersebut,” ujarnya.

    Menurut Harry, identifikasi dilakukan dengan mencocokkan data antemortem dari keluarga, seperti ciri fisik, foto, hingga tanda pengenal atau fitur identitas lainnya. Proses ini melibatkan dukungan tenaga ahli dari berbagai satuan.

    “Kami mendapatkan dukungan personel dari Dokpol Biddokes Polda Sumbar serta personel Inafis yang melakukan proses identifikasi lewat sidik jari, sehingga metode ini turut membantu proses identifikasi,” jelasnya.

     

    Sebuah mushola hanyut diterjang banjir di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Detik-detik hanyutnya mushola tersebut viral di media sosial.

    Diketahui, Padang Pariaman tengah dilanda banjir dan longsor. Bencana itu disebabkan curah hujan yang tinggi m…

  • Banjir Sumatera, Ini Penjelasan BMKG Terkait Siklon Tropis Senyar dan Koto

    Banjir Sumatera, Ini Penjelasan BMKG Terkait Siklon Tropis Senyar dan Koto

    Liputan6.com, Jakarta Bencana banjir dan longsor yang terjadi di Pulau Sumatera, mencakup Aceh, Sumatera Utara (Sumut) dan Sumatera Barat (Sumbar) dipicu oleh Siklon Tropis Senyar dan Siklon Koto.

    Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, Kepulauan Riau (Kepri) juga bisa terdampak dua siklon ini.

    BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Hang Nadim Batam mengingatkan masyarakat dan pemerintah daerah Kepulauan Riau mewaspadai dampak Siklon Tropis Senyar dan Koto, yang berpotensi terjadi hingga tiga hari ke depan.

    “Dampak dari siklon adalah berkumpulnya awan potensi hujan, angin kencang yang dapat memicu gelombang tinggi dan pohon tumbang,” kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Hang Nadim Batam, Ramlan Djambak, Jumat (28/11/2025). Dikutip dari Antara.

    Kemunculan Siklon Tropis Senyar dan Koto ini perlu diwaspadai, karena siklon tropis ini masih terus bergerak, jika pergerakannya menuju Laut China Selatan (letak Provinsi Kepri), dampak serupa bisa dialami Kepri.

    “Kecuali jika pergerakannya baik Siklon Senyar maupun Siklon Koto ke arah Laut China Selatan,” katanya menekankan.

    Fenomena Siklon Tropis Senyar dan Siklon Koto yang terjadi di Selat Malaka ini bisa dibilang sebagai yang pertama dalam sejarah manusia. Karena siklon tidak tumbuh di sepanjang garis Ekuator di mana Indonesia berada.

    Secara fisika, siklon akan melemah atau punah ketika bergerak sekitar Ekuator, apalagi di Laut China Selatan yang tergolong sebagai lautan yang sempit.

    “Laut China Selatan itu kan laut sempit. Biasanya siklon akan tumbuh awalnya di laut lepas, laut luas. Ini malah di laut sempit dan bahkan bergerak ke daratan,” katanya.

    “Artinya perubahan iklim ini sudah nyata. Memang (siklon) ini tidak wajar, tumbuh siklon ini tidak pernah ada siklon itu apalagi di dekat Sumatera,” katanya melanjutkan.

    Walaupun demikian, lanjut dia, dalam lima tahun terakhir cukup banyak sistem siklon yang mendekati Indonesia dan memberikan dampak signifikan seperti terjadi di perairan Bengkulu, dan siklon Cempaka pada tahun 2017 berdampak di Cilacap dan Yogyakarta.

    Adanya kemunculan Siklon Tropis Senyar dan Koto ini, BMKG mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi terjadi hujan yang disertai angin kencang.

    Kemudian ketinggian gelombang juga berpengaruh, karena gelombang tinggi dipicu angin, semakin kuat angin makan semakin tinggi gelombang.

    “Untuk transportasi laut diwaspadai untuk nelayan, dan segala macam yang beraktivitas di laut lebih diperhatikan gelombang lautnya, akan berbahaya jangan dipaksakan untuk melaut atau belayar,” kata Ramlan.

    “Kemudian juga untuk masyarakat di sekitar pegunungan, pesisir ini berdampak juga jika terjadi hujan lebat berpotensi akan terjadi longsor, banjir ataupun banjir bandang, (potensi) ini bisa diperhatikan,” sambungnya.

    Siklon Tropis Senyar Tidak Umum di Selat Malaka

    BMKG menyebut fenomena Siklon Tropis Senyar tergolong tidak umum terjadi di wilayah Selat Malaka, mengingat posisi Indonesia dekat garis ekuator yang secara teoritis kurang mendukung terbentuknya maupun lintasan siklon tropis.

    Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani mengatakan, bahwa meskipun secara klimatologis wilayah Indonesia bukan jalur umum siklon tropis, dalam lima tahun terakhir cukup banyak sistem siklon yang bergerak mendekati Indonesia dan memberi dampak signifikan, termasuk Siklon Tropis Senyar.

    “Fenomena seperti Siklon Tropis Senyar tidak umum terjadi di perairan Selat Malaka, apalagi jika sampai berdampak pada daratan karena itu BMKG menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat,” kata dia.

    Ia menyampaikan bahwa anomali iklim global dan dinamika atmosfer regional dapat meningkatkan peluang terbentuknya sistem tekanan rendah dan bibit siklon yang berevolusi menjadi siklon tropis di wilayah sekitar Indonesia, termasuk yang dekat jalur ekuator.

    BMKG menyebut cuaca ekstrem yang terjadi di sejumlah wilayah di Sumatera Utara dalam beberapa hari terakhir merupakan dampak dari Siklon Tropis Senyar.

    Siklon Tropis Senyar merupakan Bibit Siklon Tropis 95B yang berkembang sejak 21 November 2025 di perairan timur Aceh, tepatnya di Selat Malaka. Dampaknya dalam sepekan terakhir wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dilanda hujan setiap hari hingga memicu bencana banjir bandang disertai tanah longsor dengan dampak kerusakan signifikan di sejumlah kabupaten dan kota.

    Data pengamatan curah hujan dari UPT BMKG, di Sumatera Utara mencatat intensitas hujan berada pada kategori lebat hingga ekstrem dengan durasi yang cukup lama.

    Nilai intensitas tertinggi tercatat di ARG Pakkat sebesar 238,4 mm (25 November 2025), Stamet F.L Tobing 229,7 mm (24 November 2025), ARG Tapanuli 176,4 mm (24 November 2025), Pos Hujan Hapesong, Tapanuli Selatan 149,7 mm (24 November 2025), ARG Teluk Dalam 157,6 mm (24 November 2025), ARG Arse 158,2 mm (25 November 2025), ARG Salak 110 mm (25 November 2025), dan AWS Hinai Langkat 93,8 mm (25 November 2025).

    Siklon Tropis Senyar memberikan dampak peningkatan intensitas dan memicu potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat hingga ekstrem, gelombang tinggi serta angin kencang di wilayah Sumatera Utara.

    Ditambah lagi dengan kondisi kelembapan udara terpantau sangat tinggi sehingga kondisi udara cukup basah yang semakin mendukung potensi hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat di beberapa wilayah Sumatera Utara.

    Berdasarkan faktor global, kondisi IOD negatif diprakirakan masih akan berlangsung hingga bulan Desember 2025. Kondisi tersebut menambah asupan uap air di pantai barat Sumatera Utara.

    Gelombang atmosfer juga terpantau masih aktif di wilayah Sumatera Utara, sehingga turut berpotensi menambah asupan uap air di Sumatera Utara.

    Adapun wilayah yang berpotensi terjadi hujan dengan intensitas lebat dan sangat lebat antara lain di Kabupaten Langkat, Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidempuan, Tapanuli Utara, Mandailing Natal, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Simalungun, Samosir, Serdang Bedagai, Kota Tebing Tinggi, Humbang Hasundutan, Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat, Kota Gunungsitoli, dan Toba.

  • Malam Mencekam di Indekos Nganjuk, Istri dan Anak Polisi Dibunuh secara Sadis

    Malam Mencekam di Indekos Nganjuk, Istri dan Anak Polisi Dibunuh secara Sadis

    Liputan6.com, Jakarta Seorang berinisial DS (30) menghabisi nyawa seorang wanita berinisial EN (41) serta anaknya, EJ (22). Korban merupakan warga Desa Muneng, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri. Berdasarkan informasi yang dihimpun, EN merupakan istri dari anggota Polsek Kertosono bernama Aipda Iswandi. Pelaku juga sempat membakar indekos yang ditinggali para korban.

    “Setengah satu malam mendengar ramai-ramai. Lari ke sana ke sini,” kata warga bernama Supinah. Dikutip dari SCTV, Jumat (28/11/2025).

    Pelaku menghabisi nyawa kedua kroban menggunakan pisau dapur. Polisi akhirnya menangkap pelaku di rumahnya.

    “Begitu informasi kami terima, tim langsung bergerak melakukan penyelidikan. Alhamdulillah dalam waktu singkat terduga pelaku sudah berhasil diamankan di rumahnya,” kata Kapolres Nganjuk AKBP Henri Noveri Santoso di Nganjuk.

    Kasat Reskrim Polres Nganjuk AKP Sukaca menambahkan DS merupakan warga Desa Jogomerto, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk. Dia ditangkap di rumahnya tanpa perlawanan berarti.

    Polisi menelusuri hubungan antara terduga pelaku dengan korban. Namun, dari keterangan sementara ada masalah sakit hati.

    “Motif awal yang kami dapatkan mengarah pada sakit hati. Tim masih mengumpulkan bukti tambahan, memeriksa saksi-saksi, dan memperjelas hubungan antara terduga pelaku dan para korban,” beber dia.

    Kasus tersebut terjadi pada Selasa (25/11) malam, di indekos kawasan Jalan Mongonsidi, Kelurahan Payaman, Nganjuk. Temuan kasus itu berawal dari laporan warga tentang adanya dugaan penganiayaan disertai pembakaran.

    Anggota yang mendapatkan laporan itu langsung ke lokasi kejadian. Petugas mendapati tiga korban dalam kejadian itu.

    Saat dilakukan pengecekan, dua korban ditemukan dalam keadaan meninggal dunia dengan sejumlah luka tusuk, sementara satu korban lainnya berhasil diselamatkan dan dilarikan ke RS Bhayangkara Nganjuk.

    Korban adalah ibu dan anak. Korban meninggal adalah EN serta anaknya EJ (22). Sedangkan yang masih hidup adalah ED (18). Mereka warga Desa Muneng, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri.

    Korban juga dibawa ke rumah sakit untuk proses perawatan lebih lanjut. Kondisi anak kedua korban masih perawatan intensif akibat luka yang dialaminya.

    Kasus tersebut juga sempat viral di media sosial. Di ruangan indekos tempat korban tinggal mengalami kebakaran.

    Saat ini, ruangan tersebut juga sudah dilakukan steril dengan pemasangan garis polisi. Mereka yang tidak berkepentingan dilarang masuk.

    Terkait dengan kondisi korban selamat, Sukaca menambahkan masih dalam penanganan intensif oleh tim medis dari rumah sakit.

    “Korban selamat saat ini dalam penanganan intensif tenaga medis,” pungkas Sukaca.

  • Dahsyatnya Banjir di Aceh, Jalan Provinsi Putus dan Aspal Terkelupas

    Dahsyatnya Banjir di Aceh, Jalan Provinsi Putus dan Aspal Terkelupas

    Liputan6.com, Jakarta 250 meter ruas jalan provinsi di lintas barat Aceh di kawasan Desa Panton Pange, Kecamatan Tripa Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh putus total akibat terjangan banjir. Aspal di badan jalan terkelupas dan rusak parah.

    “Saat ini akses transportasi masih putus total,” kata Koordinator Pusdalops BPBD Nagan Raya Agussalim, Jumat (28/11/2025). Dikutip dari Antara.

    Selain itu, satu unit jembatan kecil yang penghubung antarkecamatan juga rusak sehingga mengakibatkan akses transportasi putus total.

    Agussalim mengatakan dampak dari putusnya akses jalan tersebut mengakibatkan ratusan kepala keluarga di kawasan ini terisolasi dan terkurung.

    Hingga Jumat siang, petugas BPBD Nagan Raya belum bisa mengakses lokasi karena sarana badan jalan rusak parah.

    Selain itu, badan jalan di kawasan tersebut juga masih dipenuhi lumpur dan genangan air, sehingga menyebabkan proses evakuasi dan penanganan menjadi terhambat, ujar Agussalim.