Category: Liputan6.com Regional

  • Pulau Rubiah, Saksi Bisu Pusat Karantina Haji Pertama di Indonesia

    Pulau Rubiah, Saksi Bisu Pusat Karantina Haji Pertama di Indonesia

    Liputan6.com, Aceh – Pulau Rubiah di Sabang, Aceh, merupakan lokasi bersejarah yang pernah berfungsi sebagai pusat karantina haji pertama di Indonesia pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Saat ini, bangunan tersebut hanya menyisakan reruntuhan yang kurang terawat, meskipun menyimpan nilai historis terkait perjalanan jemaah haji Nusantara menuju tanah suci.

    Mengutip dari berbagai sumber, Pulau Rubiah mulai dioperasikan sebagai pusat karantina haji pada tahun 1920. Fasilitas ini dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menampung jemaah haji yang berasal dari wilayah Sumatera dan sekitarnya.

    Lokasi tersebut berfungsi sebagai tempat transit sebelum dan setelah pelaksanaan ibadah haji melalui jalur laut. Kompleks karantina tersebut menempati lahan seluas 10 hektare dengan berbagai fasilitas pendukung, termasuk asrama penginapan, rumah sakit, layanan laundry, dan penyediaan listrik.

    Setiap jemaah haji diwajibkan menjalani masa karantina selama 40 hari guna memastikan kondisi kesehatan dan mencegah penyebaran penyakit menular seperti kolera dan flu Spanyol yang pernah mewabah pada masa itu. Pendirian pusat karantina ini tidak semata-mata bertujuan untuk aspek kesehatan, melainkan juga mengandung motif politik.

    Pemerintah kolonial Belanda berharap fasilitas ini dapat menjadi sarana untuk meredam perlawanan masyarakat Aceh dengan menunjukkan perhatian terhadap kebutuhan umat Islam. Selain Pulau Rubiah, pemerintah kolonial juga membangun fasilitas serupa di Pulau Onrust dan Cipir yang terletak di Kepulauan Seribu, Jakarta.

    Kedua pulau tersebut dikhususkan untuk menampung jemaah haji dari wilayah Jawa. Akan tetapi, fasilitas di Pulau Rubiah dianggap sebagai yang paling lengkap dan megah pada masanya.

     

  • Cerita Korban Selamat Longsor Gunung Kuda Cirebon, 30 Menit Tertimbun di Dalam Mobil

    Cerita Korban Selamat Longsor Gunung Kuda Cirebon, 30 Menit Tertimbun di Dalam Mobil

    Dongkrak mobil tidak berhasil digunakan, hingga akhirnya mereka menggunakan pipa besi untuk mengangkat dan membengkokkan setir mobil agar Taryana bisa keluar.

    “Pas setirnya dibengkokin, baru saya bisa keluar. Alhamdulillah, saya selamat. Nggak ada luka serius, hanya tangan sedikit nyeri,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.

    Menurut Taryana, saat kejadian ada sekitar 20 orang di sekitar lokasi, sebagian besar pekerja tambang batu dan sopir. Ia juga menyebutkan ada dua mobil lain yang tertimbun, salah satunya membawa keluarga pekerja yang menjadi korban meninggal dunia. 

    Taryana masih berharap mobil miliknya yang tertimbun segera ditemukan. Ia mengaku, monil truk miliknya masih ada tanggungan kredit. 

    “Saya hanya bisa bersyukur, Allah masih kasih kesempatan hidup. Saya tidak mikir apa-apa lagi, cuma ingin selamat,” ucapnya.

    Peristiwa longsor ini menyisakan duka mendalam. Beberapa korban telah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, sementara tim SAR terus melanjutkan proses pencarian di lokasi bencana.

  • Serba-serbi Kerak Telor, Ikon Kuliner Khas Betawi

    Serba-serbi Kerak Telor, Ikon Kuliner Khas Betawi

    Liputan6.com, Jakarta – Selendang mayang, kue ape, soto betawi, kue geplak, hingga roti buaya merupakan ragam kuliner populer khas Betawi yang masih banyak digandrungi hingga kini. Selain deretan kuliner tersebut, ada satu ikon kuliner Betawi lainnya yang tak pernah mati, yakni kerak telor.

    Kerak telor mudah dijumpai di berbagai sudut ibu kota, baik di pinggiran maupun restoran. Sesuai namanya, kuliner ini menggunakan telur sebagai bahan dasar.

    Telur tersebut dipadukan dengan beras ketan putih, kelapa sangrai, ebi, dan ragam rempah lainnya. Kerak telor menjadi kuliner incaran masyarakat lokal, wisatawan, hingga dijadikan oleh-oleh para pelancong.

    Mengutip dari laman Seni & Budaya Betawi, berikut serba-serbi kerak telor khas Betawi:

    1. Lahir dari ketidaksengajaan

    Kerak telor bukanlah kuliner yang sengaja diciptakan sebagai bentuk kreasi santapan baru. Kerak telor merupakan produk ketidaksengajaan atau hasil coba-coba.

    Berawal saat masa penjajahan VOC, orang Belanda yang terbiasa mengonsumsi omelette mi ingin mengonsumsi makanan lain yang lebih sehat. Orang Betawi Menteng pun berinisiatif mengganti mi pada omelette dengan beras ketan.

    Sebagai pelengkap, mereka menambahkan bahan-bahan lain, seperti udang kering atau ebi, garam, merica, telur ayam, telur bebek, serta kelapa sangrai. Dari sana, lahirlah kerak telor.

    2. Kelapa yang digunakan adalah hasil bumi asli Betawi

    Pada masa itu, kelapa menjadi komoditas yang cukup melimpah di Betawi, khususnya daerah Cikini. Masyarakat pun memanfaatkan kelapa menjadi aneka olahan.

    Kelapa yang biasanya dikonsumsi sebagai minuman dan diproduksi menjadi minyak pun kemudian dimanfaatkan sebagai salah satu bahan utama dalam kerak telor. Perpaduan kelapa sangrai dengan berbagai bahan lain pun menciptakan kuliner bercita rasa unik.

     

  • Indonesia Mendunia: Athan Siahaan Bawa Wastra Nusantara ke MY Fashion Week 2025

    Indonesia Mendunia: Athan Siahaan Bawa Wastra Nusantara ke MY Fashion Week 2025

    Liputan6.com, Yogyakarta – Di tengah dinamika industri fashion global yang semakin inklusif dan penuh inovasi, perhatian dunia kini tertuju pada kekayaan budaya lokal yang diolah menjadi karya modern. Tren ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi para desainer muda untuk menghadirkan identitas bangsa dalam kancah internasional.

    Salah satu yang akan mewakili Indonesia dalam perhelatan fashion bergengsi adalah Athan Siahaan. Athan, desainer asal Indonesia yang dikenal sebagai penggiat wastra Nusantara, akan menampilkan karyanya di Malaysia Fashion Week (MY Fashion Week) 2025 yang digelar di Pitt Club, Kuala Lumpur pada 31 Mei 2025.

    Acara ini merupakan salah satu ajang mode terbesar di Asia Tenggara, diselenggarakan oleh MIDFW by Anuar Faizal, dengan tema besar “Where Legacy Meets The Future”. Athan akan tampil bersama desainer dari berbagai negara seperti Italia, Filipina, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan tentunya Indonesia.

    Dalam gelaran ini, Athan akan menampilkan sebanyak 30 koleksi bertajuk “KISAHKU”, sebuah karya yang menggambarkan perjalanan hidupnya sebagai desainer sejak memulai karier pada tahun 2009.

    “KISAHKU” bukan sekadar koleksi busana, melainkan narasi penuh makna yang Athan dedikasikan untuk para seniman muda di seluruh Nusantara sebuah pesan bahwa berkarya di panggung internasional bukanlah mimpi yang mustahil.

    Koleksi Athan kali ini menghadirkan perpaduan wastra Nusantara dengan sentuhan kontemporer. Batik tulis Madura, Eco Print Oempluk, lurik, dan bordir menjadi elemen utama dalam desainnya, dipadukan dengan bahan-bahan alami dan pewarnaan yang ramah lingkungan.

    Filosofi mendalam dalam setiap motif, seperti keindahan alam dan kearifan lokal, diolah Athan menjadi karya yang bukan hanya indah dipandang tetapi juga penuh pesan tentang kelestarian budaya. “Jika ingin melihat keindahan Indonesia, lihatlah pada wastra Nusantara. Setiap helai kain batik dan tenun adalah cermin kekayaan budaya dan keindahan alam Indonesia yang tak ternilai,” ujar Athan.

    Ia juga berharap semakin banyak generasi muda yang mencintai dan melestarikan kain tradisional Indonesia, agar warisan budaya ini tidak diambil dan diakui oleh bangsa lain. Prestasi Athan di panggung internasional bukanlah hal baru. Karya-karyanya telah melanglang buana, ditampilkan di berbagai negara seperti Malaysia, Finlandia, India, Hong Kong, Thailand, Jepang, bahkan hingga Rusia.

    Namun bagi Athan, setiap langkah adalah perjalanan belajar dan berbagi, bukan sekadar pencapaian pribadi. Dengan tampil di Malaysia Fashion Week 2025, Athan Siahaan tidak hanya membawa kain-kain Nusantara ke panggung dunia, tetapi juga membawa pesan tentang pentingnya merawat warisan budaya. “Karya ini menjadi bukti nyata bahwa mode bukan sekadar tren, melainkan juga alat untuk bercerita, menginspirasi, dan menyatukan masa lalu dengan masa depan,” tutupnya.

  • Update Longsor Tambang Batu Alam Gunung Kuda Cirebon: 11 Korban Masih Tertimbun

    Update Longsor Tambang Batu Alam Gunung Kuda Cirebon: 11 Korban Masih Tertimbun

    “Proses penyelidikan telah berjalan sejak sehari setelah peristiwa terjadi. Sejumlah saksi telah diperiksa untuk mengungkap penyebab kecelakaan tambang yang diduga dipicu metode penambangan tidak sesuai prosedur,” ujarnya.

    Rudi mengatakan, sejak kemarin beberapa saksi sudah dimintai keterangan untuk mengetahui penyebab kejadian ini. Salah satu informasi yang didapat adanya kekeliruan metode penambangan di Gunung Kuda.

    Ia menegaskan, jika terbukti terjadi kelalaian dalam penerapan standar operasional keselamatan, maka proses hukum akan dilanjutkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

    “Dalam kasus ini ada beberapa undang-undang yang diterapkan, yakni terkait pertambangan, keselamatan kerja, lingkungan hidup, serta Pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang menyebabkan orang lain meninggal dunia. Kami akan melakukan penindakan,”tegasnya.

    Pada kesempantan tersebut, Rudi mengapresiasi Pemprov Jabar yang mengambil langkah cepat dengan mengevaluasi aspek perizinan dan memberikan sanksi administratif terhadap tiga pengelola tambang. 

    Ia memastikan, proses penegakan hukum akan berjalan paralel dengan evaluasi administratif guna mencegah kejadian serupa terulang. 

    “Pemeriksaan terhadap pihak-pihak terkait akan terus dilakukan, untuk mengumpulkan bukti dan memastikan pertanggungjawaban hukum. Kami berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mendalami seluruh aspek pelanggaran,” ungkapnya. 

  • Tertangkap Basah Curi Rel Kereta Api di Way Kanan, Dua Residivis Diringkus Polisi

    Tertangkap Basah Curi Rel Kereta Api di Way Kanan, Dua Residivis Diringkus Polisi

    Liputan6.com, Lampung – Aksi pencurian rel kereta api kembali terjadi di Lampung. Dua pria berinisial FH (36) dan KM (36) yang diketahui merupakan residivis, ditangkap aparat Kepolisian Resor (Polres) Way Kanan, Lampung, saat tengah membawa potongan rel hasil curian.

    Penangkapan dilakukan oleh Tim Satuan Tugas Anti Premanisme dan Kejahatan Jalanan Polres Way Kanan saat melaksanakan patroli rutin di Jalan Lintas Tengah Sumatera (Jalinsum), Kampung Way Pisang, Kecamatan Way Tuba, pada Rabu (21/5/2025) pukul 09.30 WIB.

    “Kedua pelaku diamankan saat membawa potongan rel kereta api menggunakan sebuah truk. Mereka adalah warga Sukaraja Tuha, Kecamatan Buay Madang, OKU Timur, Sumatra Selatan,” jelas Kasat Reskrim Polres Way Kanan, AKP Sigit Barazili, Rabu (28/5/2025).

    Aksi dua pelaku ini terungkap berkat laporan masyarakat yang mencurigai sebuah truk berwarna kuning tengah mengangkut besi rel dari kawasan Sp. 5 Tanjung Sari, Kecamatan Blambangan Umpu, menuju arah Way Tuba. Tim kepolisian langsung menindaklanjuti informasi tersebut dengan melakukan koordinasi bersama Polsek Way Tuba. Tak lama kemudian, truk tersebut berhasil dihentikan di depan Mapolsek Way Tuba tanpa perlawanan dari sopir.

    Saat diperiksa, petugas menemukan 37 batang besi rel yang sudah dipotong-potong, disembunyikan di balik tumpukan dedaunan dalam bak truk. Selanjutnya, pelaku dan barang bukti dibawa ke Mapolres Way Kanan untuk proses hukum lebih lanjut. “Dari hasil pemeriksaan, besi rel tersebut diduga milik PT KAI (Persero) Divre IV Tanjung Karang,” ungkap Kasatreskrim.

  • Mengenal Soto Marjuk, Kuliner Legendaris di Tangerang

    Mengenal Soto Marjuk, Kuliner Legendaris di Tangerang

    Liputan6.com, Bandung – Kota Tangerang sering kali dikenal sebagai kota industri yang sibuk dan padat aktivitas terutama karena banyaknya kawasan pabrik dan perkantoran. Namun dibalik kesan tersebut, Tangerang juga menyimpan sisi menarik yang patut dieksplorasi.

    Salah satunya adalah kekayaan kuliner khas Indonesia yang tersebar di berbagai sudut kota. Berbagai pilihan makanan tradisional hingga modern dapat ditemukan dengan mudah sehingga menjadi surga bagi para pecinta kuliner.

    Banyak tempat makan di Tangerang yang menyajikan hidangan khas Nusantara seperti soto Betawi, nasi uduk, sate Padang, hingga makanan khas Betawi lainnya. Salah satu kawasan yang cukup terkenal dengan kulinernya adalah Pasar Lama Tangerang.

    Tempat tersebut membantu pengunjung menemukan berbagai makanan khas yang telah ada sejak puluhan tahun lalu dan menjadi bagian dari warisan budaya lokal. Pasar Lama kini bahkan telah menjadi destinasi wisata kuliner yang ramai dikunjungi saat akhir pekan.

    Selain Pasar Lama, kawasan seperti BSD dan Alam Sutera juga menghadirkan ragam restoran dan warung makan yang menawarkan sajian khas daerah Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

    Menariknya banyak tempat kuliner di Tangerang saat ini juga menawarkan konsep kekinian yang digabungkan dengan makanan tradisional. Misalnya, penyajian nasi liwet dengan nuansa cafe modern atau tempat makan lesehan dengan dekorasi yang Instagramable.

    Namun, bagi pencinta makanan legendaris terdapat salah satu destinasi kuliner yang wajib dicoba di Tangerang yaitu Soto Marjuk.

  • Laksa Pengantin, Bukti Kepiawaian Memasak Pengantin Perempuan

    Laksa Pengantin, Bukti Kepiawaian Memasak Pengantin Perempuan

    Laksa betawi yang manis dan gurih merupakan kuliner hasil asimilasi antara peranakan Melayu dan budaya China. Orang Cina Betawi adalah yang paling banyak menjajalan laksa betawi.

    Laksa betawi terdiri dari potongan ketupat, taoge, daun kemangi, daun kucai, bihun, kuah santan kelapa, serta ebi. Laksa juga biasa disajikan bersama dengan makanan pendamping lain, seperti semur isian jengkol, tempe, tahu, hingga telur.

    Kuah semur tersebut berwarna coklat pekat dengan tekstur kental. Potongan empal bercita asam manis juga menambah sensasi saat menyantap laksa betawi.

    Laksa pengantin atau laksa betawi telah menjadi kuliner khas yang lekat dengan tradisi sekaligus kehidupan masyarakat setempat. Makanan ini mudah ditemukan di berbagai sudut Kota Jakarta.

    Penulis: Resla

  • MHM 2025 Hari Pertama Sukses Digelar, Appi: Ini Harus Jadi Program Andalan Kita

    MHM 2025 Hari Pertama Sukses Digelar, Appi: Ini Harus Jadi Program Andalan Kita

    Liputan6.com, Makassar – Gelaran Makassar Half Marathon (MHM) 2025 hari pertama berlangsung meriah. Sekitar 2.000 pelari kategori 5K dan 10.000 pelari kategori 10K terlihat antusias mengikuti salah satu ajang lari terbesar di Indonesia Timur ini. 

    Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, turut ambil bagian dalam kategori 10K. Usai mencapai garis finis, Appi mengungkapkan rasa bahagianya sekaligus komitmen untuk menjadikan MHM sebagai agenda tahunan andalan Pemerintah Kota Makassar.

    “Tentu ini harus menjadi salah satu program andalan yang kita lakukan setiap tahun. Saya berharap pelaksanaannya terus ditingkatkan dari waktu ke waktu,” kata Appi, sapaan akrab Munafri Arifuddin, Sabtu (31/5/2025).

    Ia menambahkan bahwa Pemkot Makassar akan memberikan dukungan lebih maksimal untuk penyelenggaraan MHM berikutnya, termasuk dalam hal kesiapan infrastruktur dan fasilitas kota sebagai tuan rumah.

    “Artinya, ketersediaan kamar hotel harus memadai, transportasi publik di Makassar harus berjalan baik, dan informasi seputar kota harus terus dimaksimalkan. Dengan begitu, orang-orang yang datang bisa menyusun perjalanan mereka sambil ikut berpartisipasi dalam Half Marathon,” jelasnya.

    Appi juga menekankan pentingnya evaluasi dalam setiap pelaksanaan event untuk memastikan peningkatan kualitas ke depannya.

    “Dalam setiap event, pasti ada hal-hal yang perlu diperbaiki. Itu harus menjadi bahan evaluasi agar pelaksanaan MHM ke depan bisa lebih maksimal,” ujarnya.

    Sementara itu, Co-Founder Makassar Half Marathon, Arief Rachman Nur, menyampaikan bahwa pihaknya menargetkan peningkatan jumlah peserta pada gelaran tahun depan.

    “Izin Pak Wali, kami menargetkan 12.000 peserta untuk MHM 2026. Dibagi dua hari, masing-masing 6.000 peserta,” ungkap Arief kepada Appi.

    Mendengar hal tersebut, Appi langsung menyatakan dukungannya.

    “Kami siap support,” tegasnya.

     

    Boston Marathon, lomba lari maraton tertua di dunia, baru saja usai diselenggarakan di Amerika Serikat. Ajang yang menjadi mimpi bagi banyak pelari di dunia ini diikuti pula oleh pelari-pelari Indonesia yang meraih prestasi maraton prestisius yakni m…

  • Jebar Juwes, Kesenian Asli Sleman yang Lahir dari Rasa Bosan

    Jebar Juwes, Kesenian Asli Sleman yang Lahir dari Rasa Bosan

    Dalam pertunjukannya, jeber juwes mengangkat cerita tentang Menak dalam bentuk lakon-lakon yang dipentaskan. Serat Menak menceritakan kisah dan pengalaman kepahlawanan Amir Ambyah atau dikenal Wong Agung Jayangrena dari Mekah dengan Prabu Nursiwan dari Medayin. Kisah ini merupakan transformasi dari Sastra Melayu Hikayat Amir Hamzah.

    Jumlah pemain kesenian ini beragam, antara 20 orang bahkan lebih. Jumlah tersebut belum termasuk pengrawit (penabuh gamelan).

    Pada awal kemunculannya hingga sekitar 1980-an, jabar juwes diiringi gamelan dengan laras slendro. Namun, saat ini iringan gamelannya menggunakan laras slendro dan pelog.

    Saat ini, kesenian ini berfungsi sebagai hiburan dan kerap hadir dalam berbagai acara penting, seperti HUT Kemerdekaan RI, HUT Kabupaten Sleman, hingga upacara merti dusun. Fungsi lainnya adalah fungsi adat untuk melepas nazar. Sedangkan fungsi sosial jabar juwes sebagai alat pemersatu masyarakat tanpa membedakan agama, kelas sosial, jabatan, dan lainnya.

    Menariknya lagi, kesenian jeber juwes tidak mengenal istilah tanggapan (bayaran), melainkan sekadar pengganti biaya operasional dan persiapan hingga pertunjukan rampung. Hingga kini, jabar juwes masih dipertahankan di Desa Sendangagung. Kesenian ini juga telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman dengan Nomor 103617/MPK.E/KB/2019.

    Penulis: Resla