Category: Liputan6.com Regional

  • Pesona Pantai Watu Ulo, Wisata Alam Cantik di Jember

    Pesona Pantai Watu Ulo, Wisata Alam Cantik di Jember

    Liputan6.com, Jakarta – Jember adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur yang dikenal luas sebagai salah satu penghasil tembakau berkualitas tinggi di Indonesia. Tembakau dari Jember telah lama diekspor ke berbagai negara dan menjadi komoditas unggulan daerah ini.

    Namun, selain dikenal sebagai kota tembakau Jember juga menyimpan wisata alam yang menakjubkan dan patut untuk dijelajahi terutama keindahan pantainya yang memukau. Letak geografis Jember menjadikannya memiliki banyak pantai dengan pemandangan yang eksotis.

    Salah satu pantai yang paling terkenal adalah Pantai Papuma yang menawarkan pemandangan batu karang besar yang unik dan pasir putih yang bersih menjadikannya destinasi favorit wisatawan lokal maupun mancanegara.

    Keindahan matahari terbit di Pantai Papuma juga menjadi daya tarik utama yang tidak boleh dilewatkan. Selain Papuma, ada juga Pantai Watu Ulo yang tidak kalah menarik untuk dijelajahi.

    Pantai ini memiliki legenda tersendiri di balik namanya yang berarti “batu ular” dalam bahasa Jawa. Julukan tersebut diberikan karena formasi batu memanjang menyerupai ular menjadi ciri khas yang membuat pantai ini unik.

    Di dekatnya juga terdapat Teluk Love yang jika dilihat dari atas akan membentuk pola menyerupai hati. Tempat ini kerap dijadikan lokasi berfoto yang romantis oleh para pengunjung.

    Adapun melalui artikel ini akan membahas lebih dalam daya tarik dari Pantai Watu Ulo yang populer dikunjungi pencinta alam.

  • Kenaikan Harga Hewan Kurban di Gunungkidul: Sapi Limosin Dibanderol Rp 90 Juta, Kambing Mulai Rp 4 Juta

    Kenaikan Harga Hewan Kurban di Gunungkidul: Sapi Limosin Dibanderol Rp 90 Juta, Kambing Mulai Rp 4 Juta

    Liputan6.com, Gunungkidul – Jelang perayaan Iduladha 2025, harga hewan kurban di Kabupaten Gunungkidul mengalami kenaikan signifikan. Kepala Dinas Perdagangan Gunungkidul, Kelik Yunianto, menyebutkan harga sapi kurban di wilayahnya bervariasi, mulai dari Rp 40 juta per ekor, bahkan ada yang mencapai Rp 90 juta untuk jenis sapi Limosin.

    “Harga hewan kurban memang bervariasi tergantung kualitas, jenis, dan berat hewan. Untuk sapi, di Gunungkidul ada yang dijual mulai dari Rp 40 juta per ekor. Sementara untuk sapi Limosin yang bobotnya besar dan kualitasnya premium, harganya bisa mencapai Rp 90 juta,” jelas Kelik saat ditemui di kantornya.

    Tidak hanya sapi, harga kambing kurban di Gunungkidul juga mengalami kenaikan. Jika tahun lalu rata-rata berada di kisaran Rp3 juta per ekor, kini harga kambing mencapai Rp4 juta hingga Rp5 juta per ekor.

    Sementara itu, di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara umum, harga hewan kurban juga mengalami kenaikan yang masih tergolong wajar. Berdasarkan data yang dihimpun, kenaikan harga hewan kurban di DIY berkisar antara Rp1 juta hingga Rp3 juta.

    Kelik memastikan ketersediaan hewan kurban di Gunungkidul mencukupi. Dengan stok yang memadai, pengawasan ketat, dan kesehatan hewan yang terjamin, masyarakat diharapkan dapat menjalankan ibadah kurban dengan tenang dan sesuai syariat Islam.

    “Kami rutin melakukan pemantauan kesehatan dan vaksinasi hewan. Semua hewan kurban yang akan disalurkan juga wajib memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH),” tegasnya.

    Untuk mencegah penyebaran penyakit hewan, pengawasan diperketat di wilayah perbatasan. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY meningkatkan pengawasan di tujuh pos lalu lintas hewan kurban, yang tersebar di perbatasan Gunungkidul, Sleman, dan Kulon Progo.

    “Ini (pengawasan) rutin dilakukan setiap tahun,” ujar Kepala Bidang Peternakan DPKP DIY, Erna Rusmiyati, belum lama ini.

    Berdasarkan catatan DPKP DIY Pada tahun 2025 ini, DIY diperkirakan memiliki 81.135 ekor hewan kurban, yang terdiri dari 30.969 ekor sapi, 38 ekor kerbau, 28.768 ekor kambing, dan 21.360 ekor domba. Kebutuhan hewan kurban di DIY pada 2024 lalu mencapai 78.876 ekor, sehingga ketersediaan hewan kurban cukup mencukupi.

    Sebagai perbandingan, Pada triwulan I 2024, populasi sapi siap potong di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tercatat sebanyak 294.839 ekor, sedangkan populasi kambing siap potong mencapai 455.889 ekor. Data ini menunjukkan bahwa DIY memiliki stok hewan kurban yang mencukupi, termasuk sapi dan kambing.

    Lebih lanjut, Kelik menambahkan bahwa harga di pasaran bisa berbeda dengan harga hewan kurban yang disalurkan melalui lembaga atau pemerintah. Pastikan hewan yang dipilih sehat, tidak cacat, dan tidak kurus. Jangan hanya tergiur harga murah, tapi perhatikan juga kelayakan hewan kurban.

     “Ada banyak faktor yang mempengaruhi harga, seperti biaya pemeliharaan, pakan, hingga permintaan pasar. Jadi, harga bisa berbeda-beda,” pungkasnya.

     

    Heboh Pasutri Berangkat Haji Naik Sepeda Ontel di Purwokerto

  • Asal Usul Teror Lampor, Urban Legend Pertanda Malapetaka

    Asal Usul Teror Lampor, Urban Legend Pertanda Malapetaka

    Liputan6.com, Bandung – Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya, tradisi, dan kisah-kisah mistis yang populer di setiap daerah. Adapun salah satu urban legend yang masih menjadi perbincangan hingga saat ini adalah kisah “Teror Lampor”.

    Lampor digambarkan sebagai iring-iringan kereta kuda gaib yang muncul pada malam hari dan sering dikaitkan dengan penculikan dan kejadian mengerikan lainnya. Masyarakat Jawa mengenal Lampor sebagai simbol kedatangan makhluk halus atau rombongan gaib.

    Menurut cerita turun-temurun, Lampor biasanya terdengar seperti suara derap kuda di malam hari lengkap dengan gemuruh roda kereta dan tiupan angin yang mendadak kencang. Banyak saksi mengaku mendengar suara tersebut tanpa melihat wujud nyata keretanya.

    Mereka yang menyaksikan atau sekadar mendengar konon akan mengalami nasib buruk seperti kesurupan, hilang kesadaran, bahkan kematian mendadak. Kisah ini menjadi semakin populer karena adanya berbagai kesaksian masyarakat desa yang merasa dihantui.

    Meski belum ada bukti ilmiah yang mendukung keberadaan Lampor, kisah ini telah menjadi bagian dari budaya lisan masyarakat. Kepercayaan terhadap Lampor juga menggambarkan bagaimana masyarakat Indonesia masih erat dengan nilai-nilai spiritual dan supranatural.

    Sementara itu, kisah Lampor tidak hanya menjadi sekadar cerita horor pengisi waktu melainkan juga bagian dari identitas budaya lokal yang menggambarkan perpaduan antara ketakutan, mitos, dan nilai-nilai tradisional yang diwariskan.

    Terlepas dari kenyataan atau tidaknya, kisah ini tetap hidup di tengah masyarakat sebagai bagian dari urban legend Indonesia.

  • Longsor Maut Tambang Galian C Cirebon, Badan Geologi Sebut Lokasi Masuk Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Tinggi

    Longsor Maut Tambang Galian C Cirebon, Badan Geologi Sebut Lokasi Masuk Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Tinggi

    Dilansir kanal Peristiwa, Liputan6, longsor terjadi di lokasi galian C di Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, pada Jumat (30/5/2025) sekitar pukul 10.00 WIB. Akibat insiden tersebut, empat pekerja tambang dilaporkan tewas setelah tertimbun material longsor. Sementara itu, sembilan pekerja lainnya berhasil diselamatkan meski mengalami luka-luka.

    Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Hendra Rochmawan menerangkan, material longsor turut menyebabkan tujuh dump truck serta tiga eskavator yang tengah beroperasi tertimbun.

    “Longsor yang terjadi di galian C ini menyebabkan tujuh unit mobil dump truck dan tiga unit alat berat jenis eskavator terkubur material longsoran. Berdasarkan laporan sementara, terdata sebanyak empat korban jiwa yang telah berhasil dievakuasi dalam kondisi meninggal dunia,” kata dia dalam keterangan tertulis, Jumat (30/5/2025).

    Hendra menjelaskan, empat korban tewas yang berhasil dievakuasi yaitu Sanuri (47), warga Desa Semplo, Andri (40), warga Padabenghar, Sukadi (48), warga Buntet Pesantren, Kendra alias Bureng, warga Girinata.

    Selain itu, sebanyak sembilan korban lainnya berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat. Kini dirawat intensif di RS Sumber Urip. Mereka antara lain Rion Firmansyah, warga Gunung Santri, Rio, dan Rino warga Cikalahang, Suwandi warga Girinata, Ervan Hardiansyah warga Blok Siliasih, Aji warga Beberan, Safitri dan Abdul Rohim warga Kertajati.

    Dia mengatakan pendataan dan proses evakuasi masih terus berlangsung, Pihak Kepolisian bersama unsur TNI, BPBD, dan Relawan tengah melakukan pencarian lanjutan di lokasi kejadian untuk memastikan tidak ada korban lain yang tertinggal.

    “Kami menghaturkan doa terbaik bagi para korban dan keluarga yang ditinggalkan serta apresiasi setinggi-tingginya bagi seluruh petugas yang terlibat dalam proses penyelamatan,” tandas dia.

  • Legenda Urban: Botol Manci, Mitologi Lokal Bertubuh Kerdil Mirip Kurcaci

    Legenda Urban: Botol Manci, Mitologi Lokal Bertubuh Kerdil Mirip Kurcaci

    Orang-orang Maluku biasanya memanggil atau memancing botol manci dengan cara memain-mainkan lidi yang ujungnya dibakar. Cara ini dalam bahasa Maluku disebut mangael.

    Lidi tersebut dinyalakan di tempat yang gelap atau angker. Lebih bagus lagi jika dilakukan di bawah pohon bambu hias.

    Menurut cerita yang beredar, jika bertemu dengan botol manci dan berhasil mengambil topinya, maka segala permintaan akan dipenuhi. Syaratnya hanya harus mengembalikan topi tersebut sebelum matahari terbit.

    Sebaliknya, jika manusia kalah atau tidak kuat dalam perebutan topi, maka botol manci akan menggelitiki korbannya hingga meninggal. Dalam bahasa Maluku, hal ini disebut dapa gili-gili.

    Penulis: Resla

  • 2 Pelaku Penyiraman Air Keras Ibu dan Anak di Sukabumi Ditangkap, Sempat Kirim Hadiah untuk Korban

    2 Pelaku Penyiraman Air Keras Ibu dan Anak di Sukabumi Ditangkap, Sempat Kirim Hadiah untuk Korban

    Setibanya di Sukabumi, Pelaku H langsung mencari rumah korban di salah satu perumahan di daerah Kecamatan Cibeureum. Pelaku mengetahui alamat korban karena pernah mengirimkan sebuah sepeda untuk anak korban dari Kalteng ke Sukabumi.

    “H yang ditemani oleh YD yang telah menemukan alamat korban, pelaku menunggu di depan gerbang perumahan sejak pukul 4 pagi dan saat pelaku keluar rumah, kedua pelaku membuntuti korban hingga pada saat di Jalan Sudajaya, Baros kedua pelaku menyalip motor korban dan langsung menyiramkan air keras ke arah korban dan anaknya,” jelas dia.

    Usai menjalani aksinya kedua pelaku penyiraman air keras itu langsung melarikan diri. Rita menerangkan, setelah cintanya kandas bersama korban, pelaku diketahui sering memantau korban lewat media sosial dan merasa cemburu karena korban terlihat dekat dengan teman-teman pelaku. 

    Dari para pelaku, polisi menyita satu unit sepeda motor, sebuah helm dan kaleng bekas sisa makanan yang digunakan oleh pelaku untuk menyiramkan air keras kepada korban.

    Akibat perbuatannya kedua pelaku dijerat dengan pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan yang menyebabkan luka berat dengan ancaman pidana 9 tahun, pasal 351 KUHP tentang tindak pidana penganiayaan menyebabkan luka berat dengan ancaman pidana penjara maksimal 5 tahun, 

    “Kemudian pasal 76 C juncto pasal 80 ayat 1 Undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak dengan ancaman pidana penjara 5 tahun,” tutupnya. 

  • Catatan Kelam 5 Warga Tewas Diterkam Harimau di TNBBS Sejak 2024

    Catatan Kelam 5 Warga Tewas Diterkam Harimau di TNBBS Sejak 2024

    Hifzon bilang, perambahan liar dan pembukaan lahan ilegal menjadi pemicu utama meningkatnya konflik antara manusia dan Harimau Sumatera. Aktivitas itu telah menyempitkan habitat alami harimau, memaksa mereka untuk keluar dan berhadapan dengan manusia.

    “Setiap aktivitas ilegal di hutan memperbesar risiko. Ini bukan lagi sekadar pelanggaran hukum, tapi sudah menjadi ancaman langsung terhadap keselamatan manusia,” ujar dia.

    Dia menegaskan, insiden yang menimpa Sudarso merupakan bukti nyata bagaimana eksploitasi kawasan konservasi bisa berujung tragis.

    “Kasus Sudarso menambah daftar panjang korban akibat perambahan. Ini tidak hanya merusak ekosistem, tapi juga memakan korban jiwa,” kata dia.

    Sebagai langkah lanjutan, patroli kawasan dan pemetaan titik-titik rawan konflik terus dilakukan. BBTNBBS juga mendorong aparat penegak hukum untuk mengambil tindakan tegas terhadap pelaku pembalakan liar dan perambahan yang masih marak terjadi di kawasan konservasi tersebut.

  • Hari Lahir Pancasila 1 Juni: Siapa Saja Tokoh-Tokoh dalam Panitia Sembilan?

    Hari Lahir Pancasila 1 Juni: Siapa Saja Tokoh-Tokoh dalam Panitia Sembilan?

    3. Muhammad Yamin (Anggota)

    Selain dikenal sebagai anggota Panitia Sembilan. Mohammad Yamin juga dikenal sebagai salah satu perumus utama Sumpah Pemuda. Yamin juga diakui sebagai penyair yang memberikan inovasi dalam perkembangan sastra Indonesia.

    4. Achmad Soebardjo (Anggota)
Achmad Soebardjo adalah seorang diplomat yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri pertama Indonesia. Ia aktif dalam Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan, merefkeksikan komitmennya pada kemerdekaan dan perdamaian dunia.

    5. Mr. A.A Maramis (Anggota)
Mr. A.A. Maramis adalah pejuang kemerdekaan Indonesia dan anggota KNIP. Ia terlibat dalam perumusan Piagam Jakarta dan merupakan mantan Menteri Keuangan Indonesia.

    Kontribusinya terhadap keuangan negara menjadi salah satu pilar ekonomi nasional pada masa awal kemerdekaan. Ia juga berperan penting dalam pencetakan uang kertas pertama Indonesia, Oeang Republik Indonesia (ORI).

    6. Abdoel Kahar Moezakir (Anggota)

    Abdoel Kahar Moezakir adalah seorang sarjana pendidikan teknik mesin yang terlibat dalam kegiatan politik dan organisasi HMI dan AMPI. Pada 2019, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. 


     

  • Minta Gunung Kuda Cirebon jadi Kawasan Hijau Bukan Pertambangan, Dedi Mulyadi: Dosa Ini!

    Minta Gunung Kuda Cirebon jadi Kawasan Hijau Bukan Pertambangan, Dedi Mulyadi: Dosa Ini!

    Liputan6.com, Bandung – Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi mengaku, bakal segera memanggil Perhutani guna membicarakan Gunung Kuda Cirebon. Ia mendesak konservasi galian-C itu menjadi kawasan hijau. 

    Hal tersebut disampaikannya usai melihat lokasi longsor yang terjadi di Gunung Kuda Cirebon. Sejumlah pekerja meninggal tertimbun longsoran di tambang batu alam, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang itu pada Jumat (30/5/2025).

    Dedi mengatakan, lahan galian itu total mencapai 30 hektare milik Perhutani yang digarap Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al Azhariyah.  

    “Ini (milik) Perhutani,” kata Dedi Mulyadi, Sabtu, 31 Mei 2025. “Kita akan panggil Perhutani, banyak sekali areal-areal hutan yang berubah menjadi areal tambang, padahal kan Perhutani ini perusahaan pengelola hutan, bukan pengelola pengusaha tambang. Dulu perkebunan jadi PT sewa tanah, sekarang perhutani jadi PT sewa lahan untuk pertambangan. Ini perusahaan yang aneh-aneh ini harus segera memperbaiki diri. Ini dosa ini,” imbuhnya.

    Selain itu, Dedi Mulyadi juga akan menggelar pembicaraan dengan Pemerintah Kabupaten Cirebon, mendesak agar melakukan perubahan tata ruang. Gunung Kuda, katanya, harus dikembalikan menjadi kawasan hijau.

    “Saya minta Pemda Kabupaten Cirebon untuk segera melakukan perubahan kembali tata ruang, dikembalikan kembali kawasan ini menjadi kawasan hijau bukan kawasan pertambangan,” tegasnya.

    Menyusul insiden yang terjadi, Dedi Mulyadi memastikan telah mencabut izin galian-C di Gunung Kuda Cirebon. “Tadi malam kami sudah mengeluarkan sanksi administrasi dalam bentuk penghentian izin, pencabutan izin tambang ini,” katanya.

    Pemerintah Provinsi Jawa Barat diaku tengah mengevaluasi dan melakukan moratorium atas semua izin pertambangan. Semua kegiatan penambangan yang merusak lingkungan dan membahayakan pekerja bakal ditinjau ulang hingga ditutup. 

    “Moratorium dilakukan ketika melihat perizinan. Jadi, izin yang habis tidak kita perpanjang,” imbuhnya. 

    Dedi mengatakan, terdapat sejumlah lokasi pertambangan yang sudah ditutup seperti di daerah Karawang, Subang, atau Tasikmalaya. Pemprov Jabar diklaim akan selektif dalam memberikan atau memperpanjang izin pertambangan. Dedi bahkan mengklaim tak pernah memberi izin baru dalam 100 hari kerjanya.

    “Saya akan konsisten pada sikap itu (penertiban izin tambang), termasuk kebijakan saya misalnya kebijakan pembangunan berbasis bambu. Sebetulnya itu saya sedang mengamankan Jabar dari eksploitasi sumber daya alam,” katanya.

     

    Detik-Detik Kepanikan Warga Saat Gempa Bantul M6,4

  • Tradisi Apitan di Demak, Warisan Budaya dalam Menyambut Bulan Haji

    Tradisi Apitan di Demak, Warisan Budaya dalam Menyambut Bulan Haji

    Liputan6.com, Demak – Masyarakat Kabupaten Demak, Jawa Tengah, secara rutin melaksanakan tradisi apitan setiap tahun sebagai wujud rasa syukur dan persiapan menyambut bulan haji. Tradisi yang berakar dari akulturasi budaya Islam dan Jawa ini telah diwariskan sejak masa wali sanga dan tetap bertahan hingga era modern.

    Mengutip dari laman Pemerintah Kabupaten Demak, tradisi apitan merupakan ritual tahunan yang dilaksanakan pada bulan Apit menurut penanggalan Jawa, atau bulan Zulkaidah dalam kalender Hijriah. Penamaan bulan Apit merujuk pada posisinya yang terletak di antara dua hari raya besar Islam, yaitu Idulfitri dan Iduladha.

    Secara historis, tradisi ini bermula pada periode penyebaran Islam di Jawa oleh wali sanga sekitar lima abad silam. Para penyebar agama Islam saat itu menerapkan pendekatan akulturasi dengan memadukan nilai-nilai Islam ke dalam tradisi lokal yang telah ada sebelumnya.

    Ritual ini tidak hanya menjadi bentuk ungkapan syukur atas hasil bumi, tetapi juga berfungsi sebagai pengingat akan asal-usul manusia dari tanah, kehidupan yang bergantung pada tanah, dan akhirnya kembali ke tanah. Selain itu, tradisi apitan berperan sebagai media penguatan tali silaturahmi antarwarga sekaligus pelestarian budaya lokal.

    Pelaksanaan tradisi apitan di Demak meliputi berbagai rangkaian kegiatan. Pembacaan Al-Qur’an menjadi pembuka acara, dilanjutkan dengan pertunjukan wayang kulit atau ketoprak yang berfungsi sebagai media dakwah warisan Sunan Kalijaga.

    Beberapa desa seperti Sumber Jatipohon, tradisi ini diwarnai dengan kirab gunungan hasil bumi setinggi 2,5 meter yang kemudian diperebutkan warga setelah melalui prosesi doa bersama. Masyarakat pesisir Demak mengembangkan variasi tersendiri dalam pelaksanaan tradisi ini, antara lain melalui ritual larung sesaji berupa gunungan tumpeng ke laut sebagai simbol penyerahan kembali rezeki kepada Sang Pencipta.