Category: Liputan6.com Regional

  • LBH Desak Unila dan Aparat Usut Tuntas Dugaan Kekerasan Mahasiswa Saat Diksar

    LBH Desak Unila dan Aparat Usut Tuntas Dugaan Kekerasan Mahasiswa Saat Diksar

    LBH juga menegaskan bahwa pelaku kekerasan dalam kegiatan diksar dapat dijerat Pasal 170 KUHP tentang kekerasan bersama, dengan ancaman pidana penjara 7 hingga 12 tahun, tergantung tingkat luka hingga kematian korban.

    Tak hanya pelaku langsung, pihak kampus yang diduga ikut menutupi kasus atau melakukan intimidasi juga harus diberikan sanksi tegas.

    “Unila harus berani menindak civitas akademika yang terlibat atau membantu menutupi kasus ini. Jika tidak, praktik impunitas akan terus terjadi dan budaya kekerasan tidak akan pernah hilang dari kampus,” kata Prabowo.

    Lebih lanjut, LBH juga meminta perhatian terhadap para korban. Dari enam peserta diksar yang mengikuti kegiatan, hanya satu yang berani bersuara.

    Oleh karena itu, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) diminta untuk turun tangan memberikan perlindungan hukum dan psikologis bagi mereka.

    “Kami mendorong agar LPSK turut terlibat dalam memberikan perlindungan bagi korban. Suara mereka penting untuk mengungkap kebenaran dan menjamin keadilan dalam proses hukum,” pintanya.

  • Kopi Lelet Rembang, Warisan Budaya dari Masa Kolonial yang Tetap Lestari

    Kopi Lelet Rembang, Warisan Budaya dari Masa Kolonial yang Tetap Lestari

    Liputan6.com, Rembang – Kopi lelet merupakan minuman khas Rembang yang memiliki keunikan tersendiri. Ciri khas utama minuman ini terletak pada tradisi mengoleskan ampas kopi ke batang rokok, suatu kebiasaan yang membedakannya dari jenis kopi lainnya.

    Mengutip dari berbagai sumber sejarah, tradisi kopi lelet berawal dari kebiasaan para pekerja galangan kapal di Desa Dasun, Kecamatan Lasem, sekitar tahun 1930-an. Pada masa itu, galangan kapal milik Berendsen menjadi pusat kegiatan ekonomi yang cukup ramai.

    Samping galangan kapal tersebut, tepatnya di Desa Gedongmulyo, terdapat banyak warung kopi yang berfungsi sebagai tempat istirahat para buruh setelah bekerja. Para pekerja tersebut memiliki kebiasaan meminum kopi hitam pekat, kemudian mengoleskan ampasnya ke rokok menggunakan jari tangan, suatu teknik yang disebut sedulit.

    Awalnya, kebiasaan ini bertujuan untuk memperpanjang masa pakai rokok. Akan tetapi seiring waktu, aktivitas tersebut berkembang menjadi tradisi yang mengakar kuat dalam masyarakat.

    Berawal dari metode awal menggunakan jari (sedulit), masyarakat kemudian beralih menggunakan berbagai alat seperti sendok, lidi, atau benang untuk membuat pola pada batang rokok. Perkembangan teknik ini melahirkan istilah baru yaitu kopi lelet.

    Seni mengoles ampas kopi tersebut terus berkembang dengan munculnya berbagai motif yang semakin beragam dan estetis. Ketika masa pendudukan Jepang tahun 1942, galangan kapal Berendsen sengaja dibakar untuk mencegah pengambilalihan oleh pihak asing.

    Proses pembuatan kopi lelet dimulai dengan pemilihan biji kopi berkualitas yang disangrai hingga berwarna hitam. Biji kopi tersebut kemudian digiling hingga tujuh kali untuk mendapatkan tekstur ampas yang sangat halus.

     

  • Geger Mayat Perempuan Tergeletak di Pinggir Jalan Perkampungan Purwokerto

    Geger Mayat Perempuan Tergeletak di Pinggir Jalan Perkampungan Purwokerto

    Liputan6.com, Purwokerto -T Penemuan mayat perempuan tergeletak di pinggir jalan perkampungan di belakang Klinik Utama Kesehatan Paru Masyarakat Kelas A Kabupaten Banyumas, Purwokerto, Banyumas, Senin pagi (2/6/2025), membuat geger warga sekitar. Satreskrim Polresta Banyumas masih menyelidiki kasus penemuan mayat itu.

    Kasatreskrim Polresta Banyumas Komisaris Polisi Andryansyah Rithas Hasibuan mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan tim medis dan Inafis Polresta Banyumas, perempuan tersebut diperkirakan meninggal dunia pada Minggu malam (1/6/2025).

    “Saat ini telah dibawa ke RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto untuk menjalani visum. Belum tahu indikasinya, apa OD (overdosis)-kah atau apa, masih dalam penyelidikan. Takutnya ‘kan bukan pembunuhan,” katanya.

    Sementara itu, Pujiono (54), seorang warga Jalan Ahmad Yani, Gang BP4, Kelurahan Sokanegara, Kecamatan Purwokerto Timur, Banyumas, mengatakan bahwa mayat tersebut ditemukan di tepi Gang BP4 samping rumahnya.

    “Biasanya saya pukul 05.00 WIB jalan-jalan, cuma ini sedang tidak ada aktivitas. Saya bangun, buka gerbang sekitar pukul 05.30 WIB, ternyata ada orang tergeletak di pinggir jalan menempel di bangunan rumah saya,” katanya.

    Ia pun segera membangunkan orang yang semula diduga berjenis kelamin laki-laki itu karena mengenakan helm, bercelana jin, dan jaket warna hitam.

    Saat didekati, dia melihat kaki orang itu terlihat pucat dan dari hidung serta mulut mengeluarkan busa.

    “Saya coba bangunkan tetapi tidak saya sentuh, tetap enggak bangun, saya panggil Pak RT. Terus Pak RT dan Pak Keamanan bareng-bareng datang ke sini untuk mengecek,” katanya.

     

  • Caitlyn Muni Chandra Rayakan Semangat Generasi Muda di Panggung IFW 2025

    Caitlyn Muni Chandra Rayakan Semangat Generasi Muda di Panggung IFW 2025

    Liputan6.com, Jakarta – Caitlyn Muni Chandra kembali membuktikan bahwa anak Indonesia memiliki potensi besar untuk bersinar di ajang-ajang bergengsi. Kali ini, Caitlyn tampil memukau di panggung Indonesia Fashion Week yang digelar pada 28 Mei hingga 1 Juni 2025 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta

    Pada hari kedua acara ini, Caitlyn melenggang anggun membawakan brand fesyen Naeos karya desainer Boy Barja. Ia berhasil tampil memukau meski tampil di panggung sekelas Indonesia Fashion Week 2025 tentu bukan perkara mudah.

    Namun, Caitlyn menjalaninya dengan penuh semangat, dedikasi, dan tanggung jawab tinggi. Persiapan matang pun ia lakukan jauh hari sebelum gelaran ajang bergengsi ini, mulai dari menjaga kebugaran fisik, memahami secara mendalam konsep rancangan busana, hingga berlatih catwalk yang disesuaikan dengan karakter busana.

    Semua dijalani Caitlyn dengan sangat serius demi memberikan penampilan terbaik di panggung Indonesia Fashion Week 2025. Tak hanya fisik dan teknis, Caitlyn juga mempersiapkan mental dengan menjaga ketenangan dan fokus.

    Terlebih baginya, setiap langkah di atas runway adalah bentuk ekspresi cinta terhadap diri sendiri sekaligus tanah air.

    “Caitlyn ingin dapat menjadi inspirasi anak-anak lain untuk lebih percaya diri, berprestasi, dan bangga jadi anak Indonesia,” tutur Caitlyn.

    Selain menyuarakan semangat generasi muda, Caitlyn juga menyampaikan harapannya kepada para desainer Indonesia. Sebagai model remaja yang kerap tampil di panggung mode, ia sangat bangga terhadap karya para desainer Indonesia yang tidak hanya menciptakan busana yang indah, tetapi juga mampu mengangkat citra bangsa di mata dunia.

    Sebab menurutnya, tersimpan pesan budaya, nilai kreativitas, dan semangat juang yang dapat disampaikan kepada dunia melalui sebuah busana. Langkah Caitlyn dalam ajang Indonesia Fashion Week 2025 bukan sekadar tampil di atas panggung mode, melainkan representasi dari kerja keras, disiplin, dan semangat anak Indonesia yang ingin terus berkembang dan mengharumkan nama bangsa di tingkat dunia.

    Caitlyn Muni Chandra merupakan gadis kelahiran Denpasar, 13 September 2012. Sebagai anak pertama dari empat bersaudara, Caitlyn tumbuh dalam lingkungan yang mendukung kreativitas dan pengembangan dirinya.

    Ia terbilang sukses dalam bidang modeling anak dan remaja atas bimbingan penuh kasih dari kedua orang tuanya, Hengky Kurniawan Chandra dan Suci. Sejak kecil, Caitlyn telah menunjukkan bakatnya di berbagai bidang.

    Selain modeling, ia juga dikenal sebagai sosok yang cerdas, percaya diri, dan memiliki jiwa kepemimpinan. Hal ini terbukti dari berbagai penghargaan yang telah ia raih, baik di bidang akademik maupun kompetisi lainnya.

    Ia tidak hanya tampil percaya diri saat fashion show, tetapi juga mampu menyampaikan pesan dengan lugas dan berkarakter. Prestasi gemilangnya dalam public speaking dibuktikan dengan penghargaan Puteri Anak Indonesia Best Speech pada 2024.

  • Mahasiswa Unila Tewas Diduga Disiksa Senior Saat Diksar

    Mahasiswa Unila Tewas Diduga Disiksa Senior Saat Diksar

    Beberapa bulan setelah kegiatan diksar, Pratama Wijaya Kusuma mengalami sakit dan didiagnosis menderita tumor otak. Dia sempat menjalani perawatan di RSUD Abdul Moeloek Muluk (RSUDAM), namun nyawanya tak tertolong.

    “Pada April 2025, PWK mengalami sakit dan terindikasi terkena tumor otak. Ia meninggal saat menjalani perawatan,” jelasnya.

    Wakil Dekan III, Neli Aida, sempat bertakziah ke rumah duka dan bertemu langsung dengan ibu almarhum. Dalam pertemuan itu, sang ibu mengungkapkan penyesalan telah mengizinkan anaknya mengikuti kegiatan tersebut.

    “Beliau menyampaikan kepada Bu Wadek bahwa sangat menyesal memasukkan anaknya ke Unila, terutama karena mengikuti diksar Mahepel,” tutur Dekan.

    Meski begitu, pihak keluarga disebut tidak berencana menempuh jalur hukum. Mereka hanya berharap agar kegiatan serupa dihentikan dan agar Mahepel secara langsung meminta maaf kepada keluarga korban.

  • Ali Bagente, Olahan Kerak Nasi Khas Betawi

    Ali Bagente, Olahan Kerak Nasi Khas Betawi

    Liputan6.com, Jakarta – Nama ali bagente memang tak sepopuler kuliner khas Betawi lainnya. Namun, jajanan ini ternyata merupakan salah satu kuliner legendaris yang banyak ditemukan di kawasan Condet, Jakarta Timur.

    Mengutip dari laman Seni & Budaya Betawi, jajanan ini merupakan makanan campuran dari China, Arab, Jawa, dan Betawi. Dahulu, komunitas Arab-Betawi banyak yang bermukim di daerah Kebon Pala (kawasan Tanah Abang) dan Kebon Nanas (kawasan Jatinegara).

    Sementara itu, banyak juga etnis Arab dari Pekalongan yang pindah dan bermukim di kawasan Condet Batuampar. Dari sanalah, terdapat percampuran budaya yang juga tampak pada ragam kulinernya.

    Awalnya, ali bagente merupakan hidangan ringan yang selalu hadir saat Ramadan. Masyarakat setempat memanfaatkan sisa nasi yang tak habis dimakan untuk diolah menjadi camilan.

    Kebiasaan ini sejalan dengan kehidupan masyarakat Betawi yang dekat dengan ajaran Islam. Mereka diajarkan untuk tak menyia-nyiakan makanan.

    Masyarakat Betawi tempo dulu kerap memasak nasi dengan menggunakan kuali. Hal ini membuat nasi berwarna kecoklatan dengan beberapa bagiannya yang cukup keras. Sementara itu, bagian bawahnya gosong karena menjadi bagian yang langsung terkena panas api.

     

  • Polisi Ungkap Fakta Baru Kasus Suami Bunuh Istri di Bandar Lampung

    Polisi Ungkap Fakta Baru Kasus Suami Bunuh Istri di Bandar Lampung

    Liputan6.com, Bandar Lampung – Kasus pembunuhan tragis yang menimpa seorang wanita berinisial NI (29) di Bandar Lampung kini memasuki babak baru. Kepolisian berhasil menangkap MR (22), buronan yang ikut terlibat dalam pembunuhan tersebut. Fakta baru  yang mengejutkan pun terungkap, korban ternyata dibunuh bukan di jalan seperti dugaan awal, melainkan di dalam rumah kontrakan.

    MR diamankan tim opsnal Polsek Teluk Betung Timur pada Kamis (29/5/2025), di kediamannya. MR diketahui merupakan karyawan dari pelaku utama, HI (32), yang tak lain adalah suami korban sendiri.

    “Yang bersangkutan diamankan di wilayah Teluk Betung Timur. MR adalah karyawan dari tersangka HI,” ujar Kapolresta Bandar Lampung Kombes Alfret Jacob Tilukay, Senin (2/6/2025).

    Dari hasil pemeriksaan, MR diketahui membantu HI dalam proses pembuangan jasad NI ke area Pasar Kota Karang, lokasi tempat mayat ditemukan warga pada Minggu dini hari (25/5/2025) sekitar pukul 03.55 WIB.

    Dalam keterangannya, Kapolresta membeberkan fakta baru mengenai kronologi pembunuhan. NI ternyata dibunuh oleh suaminya sendiri, HI, di rumah kontrakan milik korban.

    “Setelah tersangka MR ditangkap, barulah terungkap bahwa pembunuhan terjadi di dalam kontrakan. Bukan di jalan seperti yang semula diduga,” ungkap dia.

    Setelah membunuh NI, HI sempat kembali ke warung makan miliknya untuk beristirahat seolah tak terjadi apa-apa. Barulah malam harinya, ia mengajak MR untuk membantunya membuang jasad sang istri.

    “Kepada MR, HI berdalih ingin mencari wanita. MR yang tak curiga setuju saja. Namun ternyata, HI justru membawanya ke kontrakan tempat jasad NI disimpan,” tuturnya.

  • Kabar Gembira, Ada Tambahan Insentif untuk Guru dan Tenaga Kesehatan di Daerah 3T Sulut

    Kabar Gembira, Ada Tambahan Insentif untuk Guru dan Tenaga Kesehatan di Daerah 3T Sulut

    Liputan6.com, Manado – Pemprov Sulut memberi perhatian bagi guru dan tenaga kesehatan (nakes) yang bertugas di daerah 3T atau Tertinggal, Terdepan, dan Terluar. Perhatian ini dalam bentuk tambahan insentif.

    “Kami sudah menganggarkannya tidak hanya untuk pendidikan saja, tapi juga termasuk untuk tenaga kesehatan,” ungkap Gubernur Sulut Yulius Selvanus SE kepada sejumlah wartawan di Kantor Gubernur Sulut pada, Senin (26/5/2025), usai pembukaan kegiatan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah atau MKKS.

    Gubernur Sulut mengatakan, pemberian tambahan insentif bagi guru dan nakes yang berada di daerah 3T disebabkan karena kondisi harga yang agak mahal dan juga banyak keterbatasan akses maupun fasilitas.

    “Ke depan kita akan tingkatkan kepedulian untuk guru dan tenaga kesehatan, Pemprov Sulut akan memberikan perhatian berupa tambahan insentif untuk mereka,” tuturnya.

    Ditanya terkait alokasi anggaran untuk tambahan insentif itu, dia mengatakan, pihaknya sementara menghitung lagi. Anggaran itu akan diatur dalam APBD Perubahan.

    “Kami hitung lagi, dan akan diatur dalam (APBD) Perubahan,” ujar Yulius Selvanus.

    Rencana pemberian tambahan insentif ini disambut bagi kalangan guru, terutama mereka yang bertugas di daerah kepulauan. Selama ini mereka terkendala akses transportasi yang cukup mahal.

    “Ini tentu kabar gembira bagi kami guru-guru yang ada di daerah kepulauan,” tutur salah satu kepala sekolah dari daerah kepulauan di Sulut.

    Dia mengatakan, untuk menempuh perjalanan dari rumahnya ke sekolah setiap hari, dia harus melintasi laut dengan menggunakan kapal selama lebih kurang 45 menit. Dengan biaya sewa kapal bervariasi. Jika ikut dengan penumpang umum, maka biayanya Rp45 ribu sekali pergi ke pulau.

    “Namun kalau akhirnya saya harus sewa perahu sendiri, biayanya 300 ribu sekali pergi,” tuturnya.

    Diketahui, Provinsi Sulut mempunyai sejumlah wilayah yang masuk dalam kategori 3T yang berada di Kabupaten Kepulauan Talaud dan Kabupaten Kepulauan Sangihe.

    Selain dua kabupten itu, sejumlah wilayah di Sulut juga memiliki daerah kepulauan seperti Kabupaten Minahasa Utara, Kota Manado, dan Kabupaten Minahasa Tenggara.

  • Abaikan Surat Larangan, Polisi Tetapkan Tersangka Kasus Longsor Gunung Kuda Cirebon

    Abaikan Surat Larangan, Polisi Tetapkan Tersangka Kasus Longsor Gunung Kuda Cirebon

    Liputan6.com, Cirebon Proses pencarian korban longsor gunung kuda Cirebon dihentikan sementara lantaran terjadi longsor susulan. Sementara itu jajaran Polresta Cirebon resmi menetapkan tersangka dalam kasus longsor gunung kuda yang hingga kini menewaskan 19 orang.

    Diketahui dua tersangka tersebut bernama Abdul Karim sebagai pemilik koperasi dan Ade Rahman selaku kepala teknik tambang. Kapolresta Cirebon Kombes Pol Sumarni mengatakan, dari hasil penyelidikan, diketahui bahwa kedua tersangka telah mengabaikan larangan resmi dari Dinas ESDM Wilayah VII Cirebon. 

    Larangan tersebut terkait kegiatan pertambangan di Gunung Kuda Cirebon tanpa dokumen Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang sah. Peringatan tertulis telah dikeluarkan pada 6 Januari dan 19 Maret 2025, namun tetap tidak diindahkan pengelola. 

    “Meski telah berkali-kali diperingatkan, aktivitas penambangan terus dilakukan tanpa memperhatikan aspek keselamatan kerja,” ungkap Kapolresta Sumarni dalam konferensi pers, Minggu (1/6/2025).

    Ia menyebutkan, polisi juga menyita sejumlah barang bukti. Yakni tiga mobil dump truk, dua unit exavatoe, surat ijin usaha penambangan, surat uji kompetensi pengawas operasional penambangan dan surat larangan penambangan. 

    Sumarni mengungkapkan, pelaku Ade Rahman sebagai kepala teknik tambang juga mengetahui surat larangan usaha tambang. Namun, atas perintah pemilik tambang dia tetap melakukan kegitan penambangan.

    “Mereka tetap melakukan proses penambangan dan melanggar aturan keselamatan, kesehatan dan kerja (K3),” lanjutnya.

  • Tradisi Mepe Kasur Jelang Iduladha, Warga Desa Kemiren Banyuwangi Jemur Ribuan Kasur

    Tradisi Mepe Kasur Jelang Iduladha, Warga Desa Kemiren Banyuwangi Jemur Ribuan Kasur

    Liputan6.com, Banyuwangi – Setiap memasuki bulan Dzulhijah, warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi kembali menggelar tradisi unik yang sudah diwariskan secara turun-temurun, yakni Mepe Kasur atau menjemur kasur. Tradisi ini menjadi bagian dari rangkaian ritual bersih desa yang dilaksanakan setiap tahun dalam menyambut bulan haji.

    Sejak pagi hari, Kamis (29/5/2025), ribuan kasur berwarna merah dan hitam dijemur secara serempak di depan rumah-rumah warga. Warna kasur yang seragam menjadi pemandangan khas yang hanya bisa ditemui saat ritual ini berlangsung. Warga tampak membersihkan kasur dengan cara memukulnya menggunakan penebah dari rotan untuk menghilangkan debu yang menempel.

    Menurut Mbah Ani, sesepuh Desa Kemiren, warna merah dan hitam bukan sekadar pilihan estetika. “Merah melambangkan keberanian, sedangkan hitam berarti kelanggengan. Ini jadi simbol bahwa dalam rumah tangga, kita harus berani dan langgeng dalam menjalaninya,” ungkapnya, Kamis (29/5/2025).

    Ketua Adat Kemiren, Suhaimi, menjelaskan bahwa kasur dianggap sebagai benda yang paling dekat dengan manusia, sehingga wajib dibersihkan secara ritual. “Menjemur kasur dimulai sejak matahari terbit hingga menjelang tengah hari. Saat menjemur, warga membaca doa dan memercikkan air bunga di halaman rumah, tujuannya agar dijauhkan dari bencana dan penyakit,” jelas Suhaimi.

    Uniknya, kasur harus segera dimasukkan kembali ke dalam rumah sebelum matahari terbenam. Jika tidak, dipercaya khasiatnya untuk menangkal penyakit dan membawa berkah akan hilang. “Kalau sampai sore ya nanti khasiatnya menurun. Apalagi kalau kemalaman. Bisa ndak sehat,” tambah Suhaimi.