Category: Liputan6.com Regional

  • Simak, Prakiraan Cuaca di Provinsi Bali Hari Ini

    Simak, Prakiraan Cuaca di Provinsi Bali Hari Ini

    Liputan6.com, Bandung – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membagikan data prakiraan cuaca terkini pada Minggu, 8 Juni 2025 di wilayah Provinsi Bali akan mengalami kombinasi cuaca cerah dan hujan ringan.

    Cuaca cerah dan hujan ringan tersebut berpotensi turun di beberapa titik di wilayah Bali. Adapun kondisi tersebut menjadi perhatian penting terutama wilayah Bali dikenal sebagai destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.

    Bagi masyarakat Bali maupun wisatawan, cuaca yang berubah-ubah ini perlu diantisipasi agar aktivitas harian tidak terganggu. Terutama wisata alam yang menjadi daya tarik utama Bali dapat tetap dinikmati dengan perencanaan yang matang.

    Membawa perlengkapan seperti payung atau jas hujan tentu akan sangat membantu apabila hujan tiba-tiba turun di tengah perjalanan atau saat beraktivitas di luar ruangan. Prakiraan ini juga penting bagi pelaku usaha di sektor pariwisata.

    Pasalnya mereka perlu menyesuaikan operasional dan memberikan informasi kepada pengunjung mengenai kondisi cuaca terkini agar wisatawan tetap merasa nyaman dan aman dalam beraktivitas.

    Selain itu, cuaca yang relatif bersahabat ini masih memberi ruang untuk menikmati keindahan Bali. Sementara itu, meski sebagian wilayah diprediksi cerah, kewaspadaan tetap dibutuhkan.

    BMKG juga mengimbau masyarakat untuk terus memantau perkembangan cuaca melalui kanal resmi mereka.

  • Libur Sekolah, Ini 5 Rekomendasi Wisata Edukasi yang Bisa Dikunjungi

    Libur Sekolah, Ini 5 Rekomendasi Wisata Edukasi yang Bisa Dikunjungi

    3. Taman Budaya Sentul, Bogor

    Selain Animalium, di Bogor juga ada wisata edukasi lain bernama Taman Budaya Sentul. Lokasinya tak jauh dari Animalium, tepatnya di Jalan Siliwangi No.1, Sumur Batu, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

    Anak-anak dapat mengikuti berbagai workshop di Taman Budaya Sentul, mulai dari membatik hingga memasak. Ada juga area outdoor yang luas untuk berbagai aktivitas outbound.

    4. Taman Pintar, Yogyakarta

    Taman Pintar berlokasi di Jalan Panembahan Senopati No. 1A, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta. Destinasi wisata ini sangat cocok untuk kamu yang memiliki rasa keingintahuan tinggi tentang dunia sains.

    Taman Pintar bebas biaya masuk. Namun, pengunjung dapat membeli tiket untuk masing-masing wahana, area playground, serta program kreativitas.

    Harga tiketnya bervariasi mulai dari Rp5.000 sampai Rp48.000 saja. Harga tiket terbaru dapat dilihat melalui akun Instagram resmi Taman Pintar.

    5. Saung Angklung Udjo, Bandung

    Saung Angklung Udjo berlokasi di Jalan Padasuka No.118, Pasirlayung, Cibeunying Kidul, Bandung, Jawa Barat. Destinasi wisata ini sudah menjadi salah satu destinasi wisata edukasi yang populer.

    Anak-anak bisa melihat pertunjukan angklung, belajar memainkan alat musik tradisional, hingga memahami lebih dalam tentang budaya Sunda. Saung Angklung Udjo juga memberikan edukasi penting terkait melestarikan budaya.

    Penulis: Resla

  • Upacara Adat Tunggul Wulung, Tradisi Bersih Desa yang Terus Dilestarikan

    Upacara Adat Tunggul Wulung, Tradisi Bersih Desa yang Terus Dilestarikan

    Liputan6.com, Yogyakarta – Upacara adat tunggul wulung merupakan salah satu bentuk upacara bersih desa di Sendangagung, Kapanewon Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Upacara ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur sekaligus doa memohon perlindungan kepada Tuhan.

    Mengutip dari laman Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, upacara adat tunggul wulung dimaksudkan sebagai doa agar warga sekitar senantiasa mendapat berkah, kesejahteraan, dan perlindungan dari bencana. Selain itu, upacara ini juga merupakan simbol penghormatan terhadap Ki Ageng Tunggul Wulung.

    Ki Ageng Tunggul Wulung merupakan seorang tokoh yang dipercaya sebagai bangsawan dari Kerajaan Majapahit. Masyarakat sekitar percaya bahwa ia merupakan perantara dalam memohon kesejahteraan hidup dan perlindungan dari bencana kepada Tuhan.

    Dari sanalah, upacara adat ini berasal. Perlahan, upacara adat tunggul wulung pun menjadi warisan yang dilaksanakan rutin sebagai tradisi turun-temurun.

    Biasanya, upacara adat tunggul wulung dilaksanakan pada Jumat Pon, setelah musim panen sekitar Agustus. Pelaksanaannya rutin sekali dalam setahun.

    Pemilihan Jumat Pon merujuk pada peristiwa moksa Ki Ageng Tunggul Wulung beserta istri dan seluruh pengikut serta binatang peliharaannya. Jumat Pon kemudian dianggap sebagai hari sakral oleh masyarakat setempat.

    Peristiwa moksa terjadi saat proseso tirakat di bawah pohon timoho di dekat Sungai Progo di Dukuhan, Sendangagung, Minggir, Sleman. Lokasi tersebut kemudian diberi tanda nisan, layaknya makam. Masyarakat setempat kerap berziarah ke tempat tersebut sekaligus melakukan tirakat, terutama pada malam Jumat Pon.

    Masih berkaitan dengan makam tersebut, konon pernah terjadi suatu peristiwa hilangnya seorang penari tayub. Saat itu, ia sedang melaksanakan tirakat untuk memperoleh keselamatan dan penglarisan.

    Sejak saat itu, di lokasi tersebut juga digelar upacara adat ini yang disertai dengan tayub dan sesaji. Inti tayuban bertujuan untuk kesuburan dan wajib dilaksanakan dalam rangkaian pelaksanaan. Upacara ini juga sebagai pengesah atau legitimasi dalam upacara bersih desa.

     

  • Filosofi Adep-Adep Khas Brebes, Simbol Harmoni dalam Keragaman Rasa

    Filosofi Adep-Adep Khas Brebes, Simbol Harmoni dalam Keragaman Rasa

    Liputan6.com, Brebes – Adep-adep, hidangan tradisional khas Bumiayu, Kabupaten Brebes, tidak hanya merupakan sajian kuliner biasa. Dalam susunan nasinya yang dikelilingi berbagai sayuran dan lauk, terkandung filosofi mendalam tentang persatuan dalam perbedaan.

    Hidangan ini secara khusus disajikan pada momen-momen penting tertentu. Adep-adep merepresentasikan kehidupan masyarakat agraris Jawa Tengah yang menjunjung tinggi nilai keseimbangan dan kebersamaan.

    Mengutip dari berbagai sumber, adep-adep disajikan dalam wadah tampah dengan nasi sebagai pusat yang dikelilingi aneka sayuran seperti kacang panjang, petai, jengkol, selada, terong, dan daun singkong. Berbeda dengan tumpeng yang berbentuk kerucut, adep-adep memiliki bentuk datar yang melambangkan kesetaraan dan kesederhanaan.

    Penataan sayuran yang berselang-seling secara melingkar di atas nasi mencerminkan harmoni dalam keberagaman. Setiap bahan memiliki karakteristik rasa yang berbeda, namun ketika dikombinasikan menghasilkan cita rasa yang unik dan seimbang.

    Keberadaan petai dan jengkol dalam adep-adep memiliki makna khusus. Kedua bahan ini dikenal memiliki aroma kuat dan rasa khas yang tidak disukai semua orang.

    Masyarakat Brebes memaknainya sebagai simbol lika-liku kehidupan yang tidak selalu mudah, namun harus dihadapi bersama-sama. Dalam konteks pernikahan, penyajian adep-adep mengandung pesan bahwa kehidupan rumah tangga akan diwarnai suka dan duka, sebagaimana rasa petai dan jengkol yang terkadang sulit diterima.

     

  • Legenda Urban: Misteri Penunggu Gunung Tambora dan Mitos Korban yang Hilang

    Legenda Urban: Misteri Penunggu Gunung Tambora dan Mitos Korban yang Hilang

    Liputan6.com, Sumbawa – Gunung Tambora di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, tidak hanya menyimpan sejarah letusan dahsyat tahun 1815. Terdapat kepercayaan turun-temurun di Gunung Tambora tentang adanya penunggu gaib yang menuntut korban.

    Mengutip dari berbagai sumber, Gunung Tambora dikenal sebagai salah satu gunung berapi paling mematikan dalam sejarah dunia. Letusannya pada April 1815 menewaskan puluhan ribu orang dan mengubah iklim global.

    Akan tetapi, di balik fakta geologis itu, masyarakat Dompu meyakini bahwa gunung ini dijaga oleh kekuatan gaib. Kepercayaan tentang sang penunggu telah ada sejak lama.

    Menurut mitos, roh penjaga gunung ini meminta tumbal sebagai bentuk persembahan. Jika tidak dipenuhi, gunung akan menunjukkan kemarahannya melalui bencana atau fenomena aneh.

    Beberapa warga meyakini bahwa orang-orang yang hilang di sekitar Tambora bukan karena tersesat, melainkan karena dipilih oleh penunggunya. Beberapa kasus hilangnya pendaki atau pencari kayu hutan kerap dikaitkan dengan legenda ini.

    Pada 2018, seorang pencari madu dilaporkan menghilang di kawasan hutan lereng Tambora. Tim SAR mencarinya selama berhari-hari, tetapi tidak menemukan jejak.

    Beberapa warga percaya bahwa orang tersebut telah menjadi persembahan. Fenomena lain yang sering diceritakan adalah suara bisikan memanggil nama di tengah kabut.

     

  • Legenda Urban: Misteri Batu Pamali di Puncak Gunung Latimojong, Sulawesi Selatan

    Legenda Urban: Misteri Batu Pamali di Puncak Gunung Latimojong, Sulawesi Selatan

    Ritual-ritual tertentu kadang dilakukan oleh tetua adat di sekitar area tersebut sebagai bentuk penghormatan. Para pemandu pendakian setempat biasanya akan menceritakan legenda ini kepada para pendaki sebagai bagian dari pengenalan budaya lokal.

    Mereka menekankan pentingnya menghormati kepercayaan masyarakat meskipun secara pribadi mungkin tidak mempercayainya. Larangan untuk tidak menduduki batu tersebut tetap menjadi aturan tidak tertulis yang diikuti oleh banyak pendaki.

    Legenda ini menjadi salah satu daya tarik wisata budaya di kawasan Gunung Latimojong. Akan tetapi, mereka juga terus mengedukasi para pengunjung untuk tetap mematuhi aturan keselamatan pendakian yang berlaku.

    Hingga saat ini, misteri batu pamali tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari Gunung Latimojong. Legenda ini terus hidup baik sebagai warisan budaya maupun sebagai peringatan untuk menghormati kekuatan alam yang diyakini menguasai gunung tersebut.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Evaluasi Libur Panjang Kenaikan Isa Almasih, PT KA Bandung Klaim Berhasil Angkut 123.092 Penumpang

    Evaluasi Libur Panjang Kenaikan Isa Almasih, PT KA Bandung Klaim Berhasil Angkut 123.092 Penumpang

    Sedangkan Vice President Public Relations KAI Anne Purba mengatakan terdapat 10 rangkaian KA favorit pilihan masyarakat saat pergi ke lokasi berlibur sesuai dengan data tiket yang dipesan.

    Otoritasnya mencatat lonjakan signifikan jumlah penumpang pada masa libur panjang memperingati Kenaikan Yesus Kristus dan cuti bersama yang berlangsung sejak 28 Mei hingga 1 Juni 2025.

    Hingga Jumat (30/5) pukul 10.30 WIB, total penjualan tiket mencapai 684.108 atau 81 persen dari kapasitas yang disediakan sebanyak 841.156 kursi. Dari jumlah tersebut, KA Jarak Jauh menyumbang 572.608 penumpang (82 persen dari kapasitas), sedangkan KA Lokal mencatat 111.500 penumpang (80 persen dari kapasitas).

    “Arus keberangkatan mulai padat sejak Rabu (28/5), bahkan selama dua hari pertama okupansi rata-rata melampaui 100%. Hal ini dimungkinkan melalui skema dinamis naik-turun penumpang di berbagai stasiun, yang memungkinkan satu tempat duduk digunakan oleh lebih dari satu pelanggan dalam satu hari,” ujar Anne.

    KAI juga mencatat bahwa beberapa kota tujuan wisata dengan kereta api seperti Yogyakarta, Banyuwangi, Blitar, Surabaya, dan Purwokerto menjadi magnet perjalanan yang tinggi selama periode ini.

    Selain kaya destinasi, kota-kota tersebut juga terhubung oleh KA yang menawarkan tarif terjangkau dan kenyamanan perjalanan.

    Sejumlah KA Jarak Jauh menunjukkan tren sebagai pilihan favorit pelanggan selama masa libur panjang ini. 10 KA terfavorit mencatat angka volume sebagai berikut:

    1.⁠ ⁠KA Airlangga (271) Surabaya Pasar Turi – Pasar Senen: 9.770 penumpang

    2.⁠ ⁠KA Airlangga (272) Pasar Senen – Surabaya Pasar Turi: 9.584 penumpang  

    3.⁠ ⁠KA Sri Tanjung (278) Lempuyangan – Ketapang: 7.239 penumpang  

    4.⁠ ⁠KA Sri Tanjung (277) Ketapang – Lempuyangan: 7.014 penumpang  

    5.⁠ ⁠KA Probowangi (297) Surabaya Gubeng – Ketapang: 5.868 penumpang  

    6.⁠ ⁠KA Kahuripan (274) Blitar – Kiaracondong: 5.863 penumpang  

    7.⁠ ⁠KA Bengawan (282) Pasarsenen – Purwosari: 5.841 penumpang  

    8.⁠ ⁠KA Kahuripan (273) Kiaracondong – Blitar: 5.800 penumpang  

    9.⁠ ⁠KA Probowangi (298) Ketapang – Surabaya Gubeng: 5.648 penumpang

    10.⁠ ⁠KA Bengawan (281) Purwosari – Pasarsenen: 5.619 penumpang

     

  • Soal Koperasi Desa, Bupati Gunungkidul Ingatkan Risiko Kredit Macet

    Soal Koperasi Desa, Bupati Gunungkidul Ingatkan Risiko Kredit Macet

    Liputan6.com, Gunungkidul – Pemerintah terus mendorong penguatan ekonomi desa melalui pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes/Kel) Merah Putih. Wakil Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia, Muhammad Qodari, memberikan apresiasi atas capaian Kabupaten Gunungkidul yang dinilai cukup progresif dalam pelaksanaan program nasional tersebut.

    Saat berkunjung ke Gunungkidul, Muhammad Qodari menyebut bahwa dari 144 kalurahan di wilayah ini, sebanyak 66 di antaranya telah mencapai tahap akta notaris, dan 12 koperasi sudah berbadan hukum. “Progresnya bagus. Dari 144 kalurahan, 66 sudah notarial, dan 12 di antaranya telah berbadan hukum,” ujar Qodari.

    Ia berharap agar sisa kalurahan yang belum membentuk koperasi dapat dikebut selama bulan Juni. Hal ini penting agar Gunungkidul dapat selaras dengan agenda peluncuran nasional Kopdes Merah Putih yang direncanakan pada 12 Juli 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Koperasi.

    Wakil KSP tidak hanya menyoroti aspek administratif, tetapi juga menekankan pentingnya koperasi sebagai penggerak baru ekonomi desa. Menurutnya, dari total 144 kalurahan, hanya sekitar 30 persen yang memiliki Badan Usaha Milik Kalurahan (BUMKal) yang aktif. Oleh karena itu, koperasi dinilai bisa menjadi motor kedua yang menggerakkan roda ekonomi desa. “Kalaupun sudah ada BUMKal, keduanya bisa saling melengkapi. Mesin ekonomi desa akan punya dua roda yaitu Koperasi Merah Putih dan BUMKal,” jelasnya.

    Lebih lanjut, dia berharap koperasi mampu menjawab kebutuhan esensial masyarakat desa, mulai dari sembako hingga alat pertanian dengan harga yang lebih terjangkau. “Bukan hanya untuk anggota, tetapi manfaatnya juga untuk seluruh warga desa,” tambah Qodari.

    Program Kopdes Merah Putih merupakan inisiatif pemerintah pusat untuk memperkuat ekonomi lokal berbasis komunitas melalui koperasi di tingkat desa dan kelurahan. Peluncuran nasional program ini dijadwalkan berlangsung pada 12 Juli 2025 dan diharapkan menjadi momentum kebangkitan ekonomi desa pascapandemi. “Dengan target seluruh kalurahan memiliki koperasi yang aktif dan profesional, Gunungkidul menjadi salah satu daerah percontohan yang menunjukkan komitmen kuat dalam implementasi program ini,” ulasnya.

  • Wakapolda Kaltara: 242 Temuan Audit Harus Jadi Evaluasi Konstruktif

    Wakapolda Kaltara: 242 Temuan Audit Harus Jadi Evaluasi Konstruktif

    Liputan6.com, Tanjung Selor – Inspektorat Pengawasan Daerah (Itwasda) Polda Kaltara memaparkan hasil Audit Kinerja Tahap I Tahun Anggaran 2025. Paparan dilakukan dalam taklimat akhir yang digelar di Gedung Rupatama Kayan, Tanjung Selor, Senin (2/6/2025). Kegiatan ini dipimpin oleh Wakapolda Kaltara, Brigadir Jenderal Polisi Soeseno Noerhandoko, didampingi Inspektur Pengawasan Daerah, Komisaris Besar Polisi Audy Alfrist Herman Manus.

    Audit kinerja ini dilaksanakan sejak 15 April hingga 28 Mei 2025 dan mencakup seluruh Satuan Kerja (Satker), Subsatker, dan Satuan Wilayah (Satwil) jajaran Polda Kaltara. Fokus audit meliputi dua aspek utama, yakni perencanaan dan pengorganisasian.

    Dalam pelaksanaannya, tim auditor melakukan pengamatan, pemeriksaan dokumen, penelusuran, hingga pendalaman terhadap proses penyelenggaraan tugas dan fungsi kepolisian. Hasilnya, ditemukan 242 temuan yang tersebar di empat bidang manajemen.

    “Temuan terbanyak terdapat pada Manajemen Anggaran dan Keuangan sebanyak 76 temuan, disusul Manajemen Logistik 62 temuan, Manajemen Operasional 53 temuan, dan Manajemen Sumber Daya Manusia 51 temuan,” ungkap Irwasda Polda Kaltara, Kombes Pol Audy Alfrist Herman Manus.

    Audit ini bertujuan memberikan keyakinan memadai terhadap kepatuhan, efisiensi, efektivitas, dan kehematan dalam pelaksanaan tugas kepolisian. Selain itu, audit juga berfungsi sebagai sistem peringatan dini, penguatan manajemen risiko, serta sarana pemberian masukan untuk perbaikan tata kelola organisasi.

    Dalam sambutannya, Wakapolda menegaskan pentingnya menindaklanjuti hasil audit secara serius dan berkesinambungan.

    “Seluruh temuan ini harus menjadi bahan evaluasi yang konstruktif untuk memperkuat akuntabilitas dan meningkatkan kualitas kinerja organisasi,” ujar Brigjen Soeseno.

    Taklimat akhir ini juga dihadiri oleh para Pejabat Utama dan Kepala Satuan Wilayah di lingkungan Polda Kaltara. Mereka diharapkan menjadi penggerak dalam menindaklanjuti hasil audit di masing-masing satuan kerja.

    Audit Kinerja Tahap I ini menjadi bagian dari penguatan sistem pengawasan internal Polri dalam rangka mendukung tata kelola pemerintahan yang baik, transparan, dan akuntabel, sejalan dengan prinsip good governance sebagaimana diamanatkan dalam berbagai kebijakan reformasi birokrasi nasional.

  • Akulturasi Budaya dalam Tradisi Accera Kalompoang Kerajaan Gowa

    Akulturasi Budaya dalam Tradisi Accera Kalompoang Kerajaan Gowa

    Liputan6.com, Makassar – Tradisi accera kalompoang di Kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan, merupakan ritual pembersihan benda-benda pusaka kerajaan yang mengandung nilai sejarah dan akulturasi budaya. Prosesi tahunan ini menunjukkan perpaduan unsur Hindu-Buddha dan Islam, khususnya terlihat pada bentuk mahkota Salokoa yang menyerupai bunga Teratai.

    Mengutip dari berbagai sumber, ritual accera kalompoang pertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan Raja Gowa XIV, Sultan Alauddin di tahun 1605 Masehi. Meskipun telah mengalami islamisasi, bentuk mahkota Salokoa dengan desain kerucut dan lima kelopak teratai masih dipertahankan.

    Mahkota emas seberat 1.768 gram yang dihiasi 250 berlian ini menjadi pusat dari seluruh rangkaian ritual. Pelaksanaan accera kalompoang meliputi tiga tahapan utama.

    Tahap pertama adalah annangkasi atau proses pembersihan benda pusaka. Tahap kedua disebut annyossoro’, yaitu peluluhan dengan menggunakan air suci dari Sumur Bungung Lompoa.

    Tahap terakhir adalah accera’ yang melibatkan pengolesan darah kerbau jantan berwarna hitam yang disembelih secara islami. Ritual accera kalompoang melibatkan sejumlah benda pusaka kerajaan yang memiliki nilai historis.

    Salah satunya adalah sudanga, senjata sakti yang terbuat dari besi putih dengan hiasan emas. Benda penting lainnya berupa ponto janga-jangaya, gelang emas berbentuk naga dengan berat mencapai 985,5 gram.

    Selain itu terdapat tatarapang, keris emas yang dihiasi permata dengan berat sekitar 9.865 gram. Ketiga benda pusaka ini menjadi bagian tak terpisahkan dari prosesi ritual tahunan tersebut.