Category: Liputan6.com Regional

  • Polemik Batas 4 Pulau Aceh Masuk Sumut: Praktisi Hukum Desak Evaluasi Kepmendagri

    Polemik Batas 4 Pulau Aceh Masuk Sumut: Praktisi Hukum Desak Evaluasi Kepmendagri

    Liputan6.com, Jakarta – Polemik penetapan batas wilayah antara Aceh dan Sumatera Utara kembali mengemuka setelah terbitnya Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 300.2.2-2138 Tahun 2025. Keputusan ini menetapkan empat pulau—Panjang, Lipan, Mangkir Gadang, dan Mangkir Ketek ke dalam wilayah administratif Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Penetapan tersebut mendapat keberatan dari Pemerintah Provinsi Aceh yang menilai keputusan tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan prinsip hukum administrasi negara yang baik dan berpotensi mengabaikan norma konstitusional terkait kekhususan Aceh.

    Berdasarkan sejumlah dokumen resmi lintas instansi, Pemerintah Aceh menyatakan selama ini telah mengelola keempat pulau tersebut baik secara administratif maupun sosial. Bukti-bukti yang diajukan antara lain Surat Keputusan Inspeksi Agraria tahun 1965, dokumen kepemilikan lahan sejak 1980, serta Kesepakatan Bersama antara Gubernur Aceh dan Gubernur Sumatera Utara pada 1992 yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri. Fasilitas publik seperti musala, dermaga, dan prasasti pemerintahan yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil turut memperkuat pengelolaan faktual yang berkesinambungan.

    Di sisi lain, Kemendagri mendasarkan keputusannya pada hasil verifikasi Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi tahun 2008 yang menyebutkan keempat pulau tersebut tidak tercatat dalam wilayah administratif Aceh. Namun, Pemerintah Aceh menegaskan data tersebut telah dikoreksi secara resmi karena terdapat kekeliruan koordinat yang merujuk pada gugusan Pulau Banyak. Mereka menilai koreksi tersebut belum menjadi pertimbangan substansial dalam pengambilan keputusan.

    Praktisi dan konsultan hukum asal Kendari Sugihyarman Silondae pun menyoroti Permendagri tersebut. Pria yang sering menangani perkara lintas wilayah dan kewenangan ini menilai penetapan batas wilayah antarprovinsi tidak bisa semata-mata didasarkan pada pendekatan teknis dan spasial.

    “Dalam hukum administrasi negara, keputusan publik harus sah secara prosedural dan adil secara substantif. Ini menyangkut asas legalitas, kejelasan objek hukum, serta prinsip proporsionalitas,” kata Sugihyarman kepada Liputan6.com, Minggu (15/6).

    Menurutnya, jika terdapat dokumen hukum yang sah dan keberatan formal dari pemerintah daerah namun diabaikan tanpa proses uji silang, konsultasi terbuka, atau klarifikasi administratif, maka keputusan tersebut berpotensi cacat hukum.

    “Keputusan administratif terkait batas wilayah bukan sekadar masalah teknis, tetapi menyangkut hak. Dan setiap hak administratif wajib dijaga melalui mekanisme yang adil dan transparan,” tegasnya.

    Sugihyarman menekankan, status Aceh sebagai daerah otonomi khusus berdasarkan MoU Helsinki 2005 dan UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh membawa implikasi hukum yang mengikat, khususnya dalam pengakuan batas wilayah historis. Salah satu ketentuannya adalah pengakuan atas batas wilayah Aceh sebagaimana berlaku sebelum tahun 1956.

    Ia menilai, jika pengaturan dari kementerian mengabaikan kekhususan Aceh, maka hal itu dapat dianggap melanggar hirarki norma dalam sistem hukum nasional.

    “Dalam konteks ini, prinsip lex specialis derogat legi generali harus menjadi acuan utama. Ketika ada aturan khusus yang diatur secara eksplisit dalam undang-undang dan perjanjian politik, maka peraturan umum tidak boleh mengabaikan kekhususan tersebut,” jelasnya. 

     

  • Prakiraan Cuaca di Kota Batam Hari Ini, 16 Juni 2025

    Prakiraan Cuaca di Kota Batam Hari Ini, 16 Juni 2025

    Liputan6.com, Bandung – Kota Batam merupakan salah satu kota tersibuk di Indonesia dengan aktivitas industri, perdagangan, dan transportasi yang padat setiap harinya. Kemudian dengan banyaknya kegiatan di luar ruangan membuat masyarakat di kota ini membutuhkan informasi prakiraan cuaca.

    Pasalnya, informasi cuaca menjadi sangat vital untuk menunjang kelancaran aktivitas baik bagi warga lokal, pekerja, maupun pelaku usaha yang menggantungkan operasional mereka pada kondisi cuaca.

    Melansir dari situs resmi BMKG, pada Senin, 16 Juni 2025 kota Batam diprediksi mengalami hujan ringan di sejumlah kecamatan. Kondisi ini tentu perlu diperhatikan oleh masyarakat terutama yang akan beraktivitas di luar ruangan dalam waktu lama.

    Meski tergolong hujan ringan perubahan cuaca tetap berpotensi mengganggu kenyamanan dan mobilitas terlebih di kawasan dengan lalu lintas padat atau rawan genangan. Selain itu, prakiraan tersebut dapat membantu masyarakat dalam mempersiapkan diri.

    Terutama dalam membawa barang-barang mencegah seperti payung atau jas hujan serta menyesuaikan rencana aktivitas luar ruangan mereka agar tetap aman dan nyaman. Kewaspadaan menjadi langkah bijak dalam menghadapi kemungkinan perubahan cuaca.

    Bagi para pelaku industri dan logistik yang beroperasi di Batam prakiraan cuaca juga berperan dalam perencanaan pengiriman barang, pengaturan jadwal transportasi, serta keselamatan pekerja lapangan.

    Begitu pula dengan sektor pariwisata di mana kenyamanan wisatawan sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Oleh karena itu, pelaku usaha dan masyarakat umum dianjurkan untuk terus memantau informasi cuaca secara berkala.

     

    Polres Pemalang Sterilisasi Gereja jelang Natal 2024

  • 2 Oknum LSM Diduga Peras Pengecer Pupuk Subsidi di Blora hingga Puluhan Juta

    2 Oknum LSM Diduga Peras Pengecer Pupuk Subsidi di Blora hingga Puluhan Juta

    Liputan6.com, Blora – Dua orang oknum Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Desa Botoreco, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, mendadak viral lantaran diduga melakukan pemerasan uang puluhan juta terhadap pengecer pupuk bersubsidi. Sebelumnya ramai dikabarkan kedua oknum tersebut berprofesi sebagai wartawan.

    Kepala Desa Botoreco, Sujono membenarkan adanya kabar yang tengah viral hingga jadi sorotan ini. Korbannya bernama Mulyadi, seorang pemilik Kios Pupuk Lengkap (KPL) di Desa Botoreco.

    “Nggih sesuai berita itu,” kata Sujono saat dihubungi Liputan6.com melalui selularnya, Minggu (15/6/2025).

    Diketahui, Mulyadi mendapati ancaman akan dilaporkan oleh oknum berinisial B dan W kepada aparat kepolisian lantaran dituding menjual pupuk bersubsidi di atas Harga Ecer Tertinggi (HET).

    Modusnya korban ditakut-takuti dan diperas uang puluhan juta agar tidak dibawa ke ranah hukum. Awalnya, korban dimintai uang damai sebesar Rp80 juta, dan selanjutnya muncul negosiasi kesepakatan hanya dimintai uang Rp25 juta.

    Diakui Kades Sujono, kasus pemerasan yang terjadi pada bulan Mei 2025 lalu, dan munculnya persoalan pupuk bersubsidi ini sudah terendus aparat kepolisian yang bertugas di Polsek Kunduran.

    “Saya ya ditelepon Pak Kanit Reskrim Polsek Kunduran. Seorang Kades ditelepon Pak Kanit ya tetap siap, terus saya merapat ke sana,” ungkapnya yang waktu di Polsek Kunduran, disebutnya ada oknum LSM yang memeras Mulyadi.

    Kehadiran Kepala Desa Botoreco ke kantor polisi setempat, tidak lain dan tidak bukan, yaitu Sujono selaku pihak pimpinan pemerintah desa dimintai untuk menjembatani persoalan pupuk bersubsidi.

    “Saya disuruh jembatani, intinya diminta untuk menghubungi gapoktan (gabungan kelompok tani), klarifikasi sama pengecer ketemulah di situ,” ujarnya.

    “Tentang MoU-nya (kesepakatan antara oknum LSM dan Mulyadi) bagaimana saya nggak tahu. Yang saya tahu itu nominalnya ya segitu itu,” katanya lagi.

    Mulyadi yang jadi korban pemerasan adalah adik sepupu dari Kades Sujono sendiri. Menurut Kades Sujono, di Desa Botoreco tidak ada masalah apapun kaitan pupuk bersubsidi untuk para petani.

    “Tidak ada masalah, pupuk (Phonska) di sini rata-rata jualnya Rp145 ribu-an. Itu diantar sampai rumah lho,” terangnya.

     

  • VIDEO: Penembakan Brutal di Bali! Warga Australia Jadi Korban, 17 Peluru Ditemukan di TKP

    VIDEO: Penembakan Brutal di Bali! Warga Australia Jadi Korban, 17 Peluru Ditemukan di TKP

    Dua warga negara asing asal Australia berinisial ZR dan SG menjadi korban penembakan orang tak dikenal di Vila Casa Santisya 1, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Satu di antaranya berinisial ZR tewas.

    Ringkasan

  • VIDEO: Tragis! Salah Paham di Arena Sabung Ayam Berujung Pembantaian Berdarah di Bangli, Bali

    VIDEO: Tragis! Salah Paham di Arena Sabung Ayam Berujung Pembantaian Berdarah di Bangli, Bali

    Perkelahian berdarah pecah di arena sabung ayam Desa Songan, Bangli, Bali. Satu orang tewas dan dua lainnya luka-luka, termasuk pelaku bernama Mangku Luwes yang datang dalam kondisi mabuk. Cekcok dengan Komang Alam memicu duel senjata tajam yang berujung tragis.

    Ringkasan

  • Goong Renteng, Kesenian Gamelan Khas Masyarakat Sunda

    Goong Renteng, Kesenian Gamelan Khas Masyarakat Sunda

    Liputan6.com, Bandung – Goong renteng merupakan salah satu jenis kesenian gamelan masyarakat Sunda. Konon, gamelan ini sudah dikenal sejak abad ke-16.

    Telah menyatu dengan masyarakat Sunda sejak lama, goong renteng pun tersebar di berbagai wilayah Jawa Barat. Alat musik ini dapat ditemukan di Cileunyi dan Cikebo (wilayah Tanjungsari, Sumedang), Lebakwangi (wilayah Pameungpeuk, Bandung), Keraton Kanoman Cirebon, Cigugur (Kuningan), Talaga (Majalengka), Ciwaru (Sumedang), Tambi (Indramayu), Mayung, Suranenggala, dan Tegalan (Cirebon).

    Mengutip dari laman Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IX Jawa Barat, goong renteng diperkirakan berasal dari zaman Kerajaan Tembong Agung Sabda Panglamar yang dimiliki Prabu Aji Putih. Gamelan ini merupakan benda keramat yang disimpan di keraton dan disajikan hanya pada upacara-upacara ritual dan penyambutan tamu kebesaran saja.


    Versi lain mengatakan bahwa goong renteng di Cikubang mulai ada sejak 1833. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa goong renteng di Cikubang dimulai sejak era Eyang Suting sekitar 1709. Dari berbagai versi mengenai asal-usul goong renteng, diduga kuat gamelan ini merupakan awal mula penyebaran agama Islam di wilayah tersebut.

    Sementara itu, nama goong rentang merujuk pada istilah kuno Sunda, goong, yang berarti gamelan. Adapun kata renteng merujuk pada penempatan pencon-pencon kolenang (bonang) yang diletakkan secara berderet atau berjejer yang dalam bahasa Sunda disebut ngarenteng.
Goong renteng memiliki dua macam laras, yakni salendro dan pelog. Kesenian ini dilengkapi peralatan yang terdiri dari kongkoang (alat musik berpencon), cempres (alat musik bilah), paneteg (semacam kendang), dan goong.

    Kongkoang, cempres, dan goong diklasifikasikan sebagai idiofon. Sementara paneteg diklasifikasikan sebagai membranofon.

    Dalam ensambel, kongkoang dan cempres berfungsi sebagai pembawa melodi, kendang sebagai pembawa irama, dan goong sebagai penutup lagu atau siklus lagu.

     

  • Arni Madjid Wakili Parepare, Sukses Bawa Program LAHAT ke Level Nasional

    Arni Madjid Wakili Parepare, Sukses Bawa Program LAHAT ke Level Nasional

    Liputan6.com, Parepare – Program LAHAT (Lansia Agamis Harmonis dan Sehat), sebuah inisiatif pendampingan kelompok rentan lansia yang digagas oleh Arni Madjid, Penyuluh Agama Islam dari Kementerian Agama Kota Parepare, berhasil lolos seleksi administrasi tingkat nasional.

    Kegiatan LAHAT berlangsung di UPT PPSLU Mappakasunggu Parepare, sebuah pusat pelayanan sosial bagi lanjut usia yang kini menjadi model pembinaan lansia berbasis nilai-nilai keagamaan dan budaya lokal. Program ini menjadi representasi komitmen daerah dalam menghadirkan pendekatan spiritual dan sosial bagi para manula.

    “Kami tidak hanya ingin mendampingi lansia secara fisik, tetapi juga secara spiritual. Lansia perlu merasa dihargai, didengar, dan dirangkul secara utuh—itulah semangat LAHAT,” kata Arni Madjid, inisiator program.

    Program ini dirancang dengan pendekatan humanistik-agamis, mencakup kegiatan pengajian rutin, konseling spiritual, serta pelatihan keterampilan ringan yang disesuaikan dengan kondisi peserta. Inovasi ini dinilai sejalan dengan misi nasional untuk memperkuat ketahanan sosial masyarakat berbasis nilai keagamaan.

    “Apa yang dilakukan oleh Ibu Arni Madjid menunjukkan bahwa penyuluh agama bisa menjadi agen perubahan sosial yang nyata. Ini adalah praktik baik yang layak direplikasi,” tutur Dr. H. Muh. Saleh, M.Ag, Kepala Kantor Kemenag Kota Parepare.

    Keberhasilan program ini melaju ke tahap nasional diharapkan menjadi motivasi bagi daerah lain untuk mengembangkan model serupa yang menyatukan nilai keislaman, keharmonisan keluarga, dan kesehatan lansia dalam satu kesatuan pelayanan sosial.

    Demi meramaikan bulan Ramadan, sebuah program unik pesantren lansia diinisiasi oleh pengurus Masjid Agung Demak, Jawa Tengah. Program ini diikuti oleh ratusan lansia dari berbagai daerah.

  • Keladi Tumbuk, Makanan Pokok Pengganti Nasi yang Mengakar di Papua

    Keladi Tumbuk, Makanan Pokok Pengganti Nasi yang Mengakar di Papua

    Liputan6.com, Papua – Keladi tumbuk merupakan makanan tradisional khas Papua yang terbuat dari olahan keladi atau talas. Sebagai alternatif pengganti nasi, makanan ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pola konsumsi masyarakat Papua, baik dalam keseharian maupun acara adat.

    Mengutip dari berbagai sumber, bahan utama keladi tumbuk adalah umbi keladi yang dipilih berdasarkan kualitas dan tingkat kesegarannya. Proses pengolahan diawali dengan merebus keladi hingga matang.

    Keladi yang telah direbus kemudian ditumbuk hingga mencapai tekstur yang halus dan padat. Penambahan santan kelapa dan gula dilakukan setelah proses penumbukan selesai.

    Kedua bahan tersebut berfungsi memberikan cita rasa gurih dan manis. Adonan yang telah tercampur rata kemudian dibentuk menjadi potongan-potongan persegi panjang dengan ketebalan tertentu sebelum siap disajikan.

    Fungsi keladi tumbuk sebagai makanan pokok pengganti nasi didasarkan pada kandungan karbohidrat kompleks dalam keladi. Masyarakat Papua mengonsumsi makanan ini sebagai sumber energi utama dalam aktivitas sehari-hari.

    Beberapa wilayah di Papua, keladi tumbuk sering disandingkan dengan lauk pauk tradisional seperti ikan asar atau sayur daun pepaya. Dalam konteks budaya, keladi tumbuk memiliki peran dalam berbagai ritual adat masyarakat Papua.

    Makanan ini kerap hadir dalam acara-acara penting seperti pesta adat, pernikahan, atau penyambutan tamu kehormatan. Distribusi keladi tumbuk mencakup hampir seluruh wilayah Papua dengan variasi penyajian yang berbeda-beda.

     

  • Badan Geologi Sebut 4 Pemicu Gerakan Tanah di Cirebon

    Badan Geologi Sebut 4 Pemicu Gerakan Tanah di Cirebon

    Dicuplik dari kanal Regional, Liputan6, memasuki musim penghujan menyebabkan adanya potensi terjadinya bencana tanah longsor akibat kemiringan tanah yang cukup curam dan terjal di beberapa titik daerah di Indonesia.

    Tanah longsor sendiri merupakan fenomena perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.

    Secara sederhana, Longsor dapat terjadi jika terdapat air dengan volume yang besar meresap ke dalam tanah, sehingga berperan sebagai bidang gelincir, kemudian tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

    Berangkat dari pengertian diatas, maka fenomena bencana tanah longsor rawan terjadi di musim hujan seperti saat ini.

    Untuk itu, masyarakat bersama-sama dengan pemerintah dapat segera melakukan langkah antisipasi guna mengurangi risiko terjadinya tanah longsor, seperti :

    1.⁠ ⁠Menghindari pembangunan pemukiman di daerah di bawah lereng yang rawan terjadi tanah longsor.

    2.⁠ ⁠Mengurangi tingkat keterjangan lereng dengan pengolahan lahan terasering di kawasan lereng.

    3.⁠ ⁠Penanaman pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan jarak tanam yang tidak terlalu rapat diantaranya diseling-selingi tanaman pendek yang bisa menjaga drainase air.

    4.⁠ ⁠Menjaga drainase lereng yang baik untuk menghindarkan air mengalir dari dalam lereng keluar lereng.

    Dengan adanya langkah preventif yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat, diharapkan mampu meminimalisasi terjadinya potensi tanah longsor dan kerugian materil maupun korban jiwa.

    Apabila terdapat anggota keluarga maupun tetangga sekitar yang sakit dan mengalami luka akibat longsor yang melanda, segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat agar mendapatkan penanganan yang baik dan tepat.

  • Dari Kulit Kurban Jadi Rezeki: Cerita Perajin Kerupuk Sodo Gunungkidul

    Dari Kulit Kurban Jadi Rezeki: Cerita Perajin Kerupuk Sodo Gunungkidul

    Pasar kerupuk kulit sendiri cukup menjanjikan, terutama menjelang musim liburan atau hajatan. Camilan gurih berbahan dasar kulit sapi ini masih digemari berbagai kalangan, bahkan menjadi ikon khas di beberapa daerah. Menariknya, kerupuk kulit produksi Kalurahan Sodo kini tidak hanya dinikmati oleh masyarakat lokal atau wilayah DIY saja. Pasarnya telah merambah ke berbagai kota besar di Pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, bahkan sampai ke luar Pulau Jawa seperti Lampung, Palembang, Pontianak, hingga Makassar. “Biasanya lewat pengepul atau pesanan toko oleh-oleh. Tapi ada juga yang dikirim langsung lewat ekspedisi. Permintaan dari luar Jawa justru makin naik dalam beberapa tahun terakhir,” terang Susilo.

    Menurutnya, konsumen dari luar daerah menyukai kerupuk rambak produksi Gunungkidul karena teksturnya yang renyah, rasa gurih yang khas tanpa terlalu banyak tambahan penyedap, dan kualitas bahan baku yang masih terjaga. Sebagian pengrajin bahkan mulai menjalin kerja sama dengan reseller dan toko oleh-oleh di luar daerah. Beberapa telah memanfaatkan media sosial dan e-commerce untuk menjangkau pasar lebih luas. Namun demikian, belum semua pelaku UMKM di Kalurahan Sodo memiliki akses atau kemampuan untuk promosi digital secara optimal. “Kalau ada pelatihan online marketing atau bantuan kemasan modern, kami yakin rambak dari Sodo bisa bersaing dengan produk dari daerah lain. Sekarang saja banyak yang repeat order dari pelanggan luar Jawa,” tambahnya.

    Meski demikian, tantangan tetap ada. Selain keterbatasan tenaga kerja dan alat produksi, perubahan cuaca yang tak menentu bisa mengganggu proses penjemuran. Di sisi lain, kebutuhan akan alat pengering modern seperti oven atau dehydrator skala besar menjadi salah satu aspirasi utama pelaku usaha.

    Tak hanya Susilo, beberapa pengrajin lain di wilayah Sodo dan sekitarnya juga mengalami hal serupa. Bahkan menurut keterangan beberapa perajin kerupuk kulit setempat, jumlah produksi kerupuk meningkat hampir dua kali lipat dibanding bulan biasa. “Ini memang masa panen bagi kami. Tapi juga masa paling sibuk,” ujar salah satu anggota kelompok.

    Kondisi ini menunjukkan bahwa perayaan keagamaan seperti Iduladha tidak hanya membawa berkah spiritual, tapi juga berkah ekonomi bagi pelaku usaha kecil seperti pengrajin kerupuk rambak.

    Namun, untuk benar-benar bisa memanfaatkan momen ini, diperlukan kesiapan dari sisi produksi, penyimpanan, hingga distribusi. Jika dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin Kalurahan Sodo bisa dikenal lebih luas sebagai sentra produksi kerupuk kulit sapi khas Gunungkidul, sekaligus membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar dan memperkuat ketahanan ekonomi lokal. “Harapan kami, ada perhatian dari pemerintah juga untuk bantu pelatihan, alat, atau bahkan pemasaran. Supaya usaha kecil seperti kami bisa lebih maju,” pungkasnya.