Category: Liputan6.com Regional

  • Gunung Semeru Erupsi, Tinggi Letusan Capai 800 Meter

    Gunung Semeru Erupsi, Tinggi Letusan Capai 800 Meter

    Liputan6.com, Lumajang – Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa kembali erupsi pada Rabu malam (18/6/2025). Tinggi letusan capai 800 meter di atas puncak.

    Menurut Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Ghufron Alwi, kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah tenggara dan selatan.

    “Terjadi erupsi Gunung Semeru pada pukul 20.20 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati kurang lebih 800 mter di atas puncak atau ketinggian 4.476 meter di atas permukaan laut,”ujarnya Kamis (19/6/2025).

    Kata Ghufron erupsi Gunung Semeru terekam di seismograf dengan amplitude maksimum 22 mm dan durasi 124 detik.

    Berdasarkan catatan petugas, Gunung tertinggi di Pulau Jawa itu tercatat sudah erupsi sebanyak Sembilan kali sejak pukul 00.25 WIB hingga 20.20 WIB pada rabu ini.

    Ia menjelaskan Gunung Semeru masih berstatus waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi, yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).

    Di luar jarak tersebut, katanya, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.

    Masyarakat juga diimbau tidak beraktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar.

    Lebih lanjut ia mengatakan masyarakat perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar hujan di sepanjang aliran sungai/lembah yang aliran airnya berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar di sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

  • Covid-19 Mengintai, DIY dan Gunungkidul Siaga Hadapi Potensi Lonjakan Kasus

    Covid-19 Mengintai, DIY dan Gunungkidul Siaga Hadapi Potensi Lonjakan Kasus

    Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kasus baru dilaporkan kembali muncul pada akhir Mei 2025 di wilayah kerja Puskesmas Danurejan, Kota Yogyakarta. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, Pembajun Setyaningastutie, mengonfirmasi temuan tersebut.

    Pasien terkonfirmasi positif meskipun dengan kategori ringan, cukup menjalani isolasi mandiri di rumah dan telah dinyatakan sembuh. Kondisinya stabil dengan nilai CT (Cycle Threshold) di atas 30, menunjukkan tingkat infeksi yang rendah.

    “Pasien dengan CT Value dibawah 30 artinya kondisi cukup baik, dan saat ini sudah sembuh,” jelas Pembajun.

    Ia juga mengungkapkan bahwa kasus serupa pernah ditemukan di Kabupaten Sleman pada awal tahun ini, dengan pasien yang juga dinyatakan sembuh. Meski demikian, Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) kembali diaktifkan untuk mendeteksi dan merespons potensi kemunculan kasus baru secara cepat.

    “Kita lakukan mitigasi dengan SKDR. Kalau ada gejala influenza yang melonjak, itu jadi perhatian kami,” ungkap Pembajun.

    Dinkes DIY juga telah mengingatkan pemerintah kabupaten/kota untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperketat kembali penerapan protokol kesehatan, termasuk edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dinilai mulai diabaikan masyarakat.

    “Saat ini tidak banyak lagi tempat-tempat yang menyediakan cuci tangan. PHBS sudah mulai dilupakan. Padahal, cuci tangan pakai sabun dan penggunaan masker tetap penting, terutama saat sakit atau di kerumunan,” papar Pembajun.

    Lebih lanjut, Seluruh fasilitas layanan kesehatan di DIY, baik milik pemerintah maupun swasta, diminta untuk menyiapkan infrastruktur penanganan. Mereka juga diminta melaporkan data ketersediaan tempat tidur untuk isolasi dan keterisiannya setiap hari melalui Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE).

    “Semua ini dilakukan dalam rangka kewaspadaan dan upaya memproteksi masyarakat dari kemungkinan penularan kembali,” pungkas Pembajun.

  • Kalender Jawa dan Wetonnya, 19 Juni 2025

    Kalender Jawa dan Wetonnya, 19 Juni 2025

    Liputan6.com, Bandung – Indonesia memiliki beragam kekayaan budaya di mana setiap wilayah menyimpan tradisi khas dan warisan dari masa lampau. Salah satu bentuk budaya yang masih bertahan dan terus digunakan hingga sekarang adalah kalender Jawa.

    Kalender Jawa bukan sekadar alat untuk mencatat waktu melainkan memiliki kedalaman makna yang mencerminkan filosofi dan sisi spiritual masyarakatnya. Salah satu bagian penting dalam sistem ini adalah “weton”.

    Sebagai informasi, weton adalah perpaduan antara hari dalam kalender Masehi dengan siklus lima hari pasaran khas Jawa. Weton sering dijadikan acuan oleh masyarakat untuk menentukan waktu yang dianggap membawa keberuntungan.

    Terutama untuk acara besar seperti saat hendak menikah, memulai usaha baru, berpindah tempat tinggal, atau saat menyambut kelahiran anak. Kepercayaan ini diyakini sebagai bentuk menjaga keselarasan antara kehidupan manusia dengan semesta dan nilai-nilai spiritual.

    Praktik ini menunjukkan bagaimana masyarakat Jawa menghormati keseimbangan hidup dan keberuntungan. Bahkan di era modern seperti sekarang masih banyak keluarga yang memanfaatkan weton dalam mengambil keputusan penting.

    Menariknya, tradisi ini tidak hanya dijalankan oleh masyarakat di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta saja tetapi juga meluas hingga ke daerah-daerah lain yang memiliki keturunan Jawa.

    Kalangan muda pun mulai tertarik mempelajari kalender ini karena memiliki sisi unik dan mendalam yang mencerminkan identitas budaya yang kuat.

  • Zona 5 Segera Beroperasi, Pemprov Jabar Klaim Bakal Perpanjang Usia TPA Sarimukti Bandung

    Zona 5 Segera Beroperasi, Pemprov Jabar Klaim Bakal Perpanjang Usia TPA Sarimukti Bandung

    Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memberikan tugas kepada mantan Bupati Banyumas, Achmad Husein, turut mengurus masalah sampah di TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat. Saat masih menjabat, Husein dinilai sukses mengelola sampah di kabupatennya. 

    “Sore ini saya sudah bertemu dengan sahabat lama, mantan Bupati Banyumas. Saya harus berguru ke dia dalam pengelolaan sampah,” katanya lewat unggahan media sosial, Selasa, 13 Mei 2025.

    Dalam keterangannya itu, secara normatif, Dedi Mulyadi belum menjelaskan status Achmad Husein dalam penanganan sampah tersebut. Gubernur Jabar itu hanya menyebutnya sebagai relawan. 

    “Jadi saya mohon maaf Pak, saya berikan tugas kepada Bapak, karena Bapak sekarang ini jadi relawan saya, ngurusin sampah di Jawa Barat,” imbuhnya. 

    Penanganan sampah di TPA Sarimukti, kata Dedi, akan menggunakan insinerator, meniru cara Husein di Banyumas. 

    “Di Banyumas beliau berhasil melakukan pengelolaan sampah dengan pola insinerator, bisa jadi listrik, bisa jadi minyak, bisa jadi karbon,” kata Dedi Mulyadi.

    “Mulai besok Bapak bisa mengerjakan sampah Sarimukti dengan insinerator dan seluruh kelengkapan yang Bapak mlliki. Kemudian di beberapa titik di wilayah Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi sebagai hulu dari sampahnya juga mulai dipasang insinerator. Segera dikerjakan, tidak pakai lama,” imbuh dia.

    Sebagai lulusan ITB, sambung Dedi, Husein harus kembali dan mengabdi untuk Bandung, menjadi mitra dalam pengelolaan sampah di Jawa Barat. Jika proyek di TPA Sarimukti berhasil, pola serupa akan diterapkan di seluruh Jawa Barat.

    “Pokoknya Bapak harus berjuang demi rakyat Jawa Barat. Ini lulusan ITB sekarang mengabdi lagi ke Bandung. Bapak harus jadi mitra saya untuk menyelesaikan problem sampah di Jabar. Jika berhasil di Sarimukti, kita terapkan di seluruh Provinsi Jawa Barat,” kata Dedi.

    Sementara, Achmad Husein sempat menanggapi Dedi Mulyadi secara singkat. Ia dan tim diaku akan melakukan survei terlebih dahulu.

    “TPA Sarimukti itu bisa sampahnya habis walaupun memakan waktu cukup lama tetapi harus sudah mulai supaya nanti sampah yang baru itu bisa datang dan yang lama itu semakin lama semakin habis sehingga mungkin jadi bersih. Besok kami mulai survei ke lapangan,” katanya, kala itu.

    Penulis: Arby Salim

  • Gunung Raung Masih Terus Erupsi, Wisatawan Dilarang Berkemah Dekat Kawah

    Gunung Raung Masih Terus Erupsi, Wisatawan Dilarang Berkemah Dekat Kawah

    Liputan6.com, Banyuwangi – Gunung Raung yang berada di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Jember, dan Kabupaten Bondowoso,  Jawa Timur kembali  erupsi pada hari ini, Kamis (19/6/2025), pukul 04.43 WIB.

    Kolom abu teramati setinggi 2.000 meter di atas puncak, atau sekitar 5.332 meter di atas permukaan laut (mdpl).

    Menurut Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Raung Burhan Althea, kolom abu berwarna kelabu dengan intensitas sedang dan condong ke arah tenggara dan selatan. Erupsi ini bersifat menerus.

    “Dengan rekaman seismik yang didominasi oleh tremor menerus dengan amplitudo maksimal 4mm. Erupsi dilaporkan masih berlangsung saat laporan ini dibuat,” ujar Burhan Althea Kamis (19/6/2025).

    Saat ini, status Gunung Raung berada pada Level II (Waspada). Oleh karena itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan agar masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak mendekati pusat erupsi di kawah puncak dengan radius 3 kilometer.

    Selain itu, mereka juga diimbau untuk tidak menuruni kaldera dan bermalam di kawasan kawah demi keselamatan.

    Kata Burhan Pihaknya terus memantau aktivitas Gunung Raung dan akan memberikan informasi terbaru seiring dengan perkembangan situasi.

    “Masyarakat di sekitar lereng Gunung Raung diharapkan tetap tenang dan mengikuti arahan dari pihak berwenang,” katanya.

    Sebelumnya Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid dalam keterangan tertulis mengatakan kegempaan Gunung Raung sepanjang pekan pertama Juni 2025 didominasi gempa embusan, dengan jumlah kejadian antara tiga hingga 10 kali per hari.

    Selain itu tercatat satu kali gempa vulkanik dalam dan empat kali tremor menerus dengan amplitudo dominan satu milimeter.

    “Erupsi diperkirakan bersumber dari kedalaman dangkal dan sebaran abu terbatas di sekitar kawah dan sektor timur laut. Tingkat aktivitas tetap relevan pada Level II atau Waspada,” ujarnya.

     

     

  • KA Ambarawa Tabrak Truk Tangki Air di Lamongan, 1 Orang Tewas

    KA Ambarawa Tabrak Truk Tangki Air di Lamongan, 1 Orang Tewas

    Liputan6.com, Lamongan – Seorang sopir truk tangki pengangkut air meninggal dunia setelah truknya ditabrak Kereta Api (KA) Ambarawa Ekspres relasi Surabaya-Semarang di Desa Karanglangit, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan.

    Insiden yang terjadi di perlintasan kereta api tanpa penjagaan tersebut terjadi pukul 14.18 WIB di jalur perlintasan 308a KM 183+1/2 antara Stasiun Lamongan dan Stasiun Surabayan.

    Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 8 Surabaya, Luqman Arif mengatakan setelah insiden tabrakan kereta itu KA Ambarawa harus berhenti luar biasa (BLB) guna dilakukan pemeriksaan.

    “Saat KA Ambarawa melintas, terjadi tabrakan dengan truk tangki yang mengakibatkan pengemudi truk meninggal dunia. Kereta pun harus berhenti luar biasa (BLB) untuk pemeriksaan sarana,” kata  Rabu (18/6/2025).

    Arif menjelaskan, hasil pemeriksaan menunjukkan terjadi kerusakan pada lokomotif KA Ambarawa Eskpres, kereta penumpang, kereta makan, dan kereta pembangkit.

    Setelah dinyatakan aman oleh petugas, KA Ambara Ekspres kembali melanjutkan perjalanan menuju Semarang dengan durasi keterlambatan sekitar 44 menit.

    “KAI memohon maaf atas keterlambatan dan telah menyiapkan layanan service recovery bagi penumpang,” jelas Arif.

     

    Enam gajah liar, termasuk empat bayi gajah, tewas dalam kecelakaan tragis saat sebuah kereta penumpang menabrak kawanan mereka di dekat Taman Nasional Minneriya, Sri Lanka.

  • Sate Rembiga, Warisan Kuliner dari Masa Kerajaan Pejanggik di Lombok

    Sate Rembiga, Warisan Kuliner dari Masa Kerajaan Pejanggik di Lombok

    Liputan6.com, Lombok – Sate rembiga merupakan salah satu hidangan khas Lombok yang telah ada sejak masa pemerintahan Kerajaan Pejanggik pada abad ke-14 hingga ke-17. Sate rembiga dikenal dengan cita rasa pedas manis dan rempah yang kuat, hasil dari proses marinasi daging sapi dengan bumbu khas Lombok.

    Mengutip dari berbagai sumber, sate rembiga berasal dari daerah Rembiga di Mataram, yang merupakan warisan kuliner Nusa Tenggara Barat. Keberadaan sate rembiga tidak terlepas dari pengaruh Kerajaan Pejanggik yang pernah berjaya di Pulau Lombok.

    Pada masa itu, hidangan ini diperkirakan telah disajikan sebagai salah satu sajian istimewa. Daerah Rembiga, yang menjadi asal nama sate ini, merupakan wilayah penting dalam sejarah Lombok.

    Sate rembiga menggunakan daging sapi yang dipotong berbentuk dadu sebelum dimarinasi. Bumbu dasar terdiri dari cabai rawit merah, bawang merah, bawang putih, terasi, dan kemiri.

    Campuran rempah ini dihaluskan lalu dicampur dengan kecap manis dan air asam jawa untuk menciptakan rasa pedas, manis, dan gurih. Proses marinasi yang memakan waktu beberapa jam membuat bumbu meresap sempurna ke dalam daging.

    Daging sapi yang telah dipotong dicampur dengan bumbu halus dan didiamkan dalam kulkas selama sekitar satu jam. Setelah itu, daging ditusuk menggunakan tusuk sate dan dibakar di atas arang hingga matang.

    Pembakaran dengan arang memberikan aroma khas yang memperkaya cita rasa. Sate rembiga umumnya disajikan bersama nasi atau lontong sebagai pelengkap.

     

    Hilang Misterius di Hutan Boja, Nenek 83 Tahun Ditemukan Tak Bernyawa

  • Gunung Raung di Jatim Erupsi, Kolom Abu Vulkanik Capai 2.000 Meter

    Gunung Raung di Jatim Erupsi, Kolom Abu Vulkanik Capai 2.000 Meter

    Liputan6.com, Jakarta – Gunung Raung yang ada di wilayah Banyuwangi, Bondowoso, Jember, Jatim, kembali erupsi pada Kamis (19/6/2025), pukul 04.43 WIB. Laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, tinggi kolom letusan Gunung Raung teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak, atau sekitar 5.332 meter di atas permukaan laut.

    Kolom abu erupsi Gunung Raung teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang ke arah tenggara dan selatan. Saat laporan ini dibuat, erupsi masih berlangsung.

    Sebelumnya, Gunung Raung juga mengalami erupsi pada pukul 00:44 WIB dengan tinggi kolom abu teramati mencapai 1.500 meter di atas puncak.

    Petugas Pos Pantau Gunung Raung Agung Tri Subekti mengimbau masyarakat dan wisatawan yang ada di sekitar Gunung Raung untuk tidak mendekati pusat erupsi di kawah puncak dengan radius 3 km dan menuruni kaldera.

    “Dilarang bermalam di kawasan kawah,” katanya.

    Sepanjang 2025, Gunung Raung tercatat sudah meletus sebanyak 28 kali. Hingga hari ini, Kamis, 19 Juni 2025, pukul 06.04 WIB, Gunung Raung masih berstatus Waspada (Level II).

  • Puncak Peuyeum, Transformasi Lahan Jagung Bekas HGU Menjadi ‘Negeri di Atas Awan’ Sukabumi

    Puncak Peuyeum, Transformasi Lahan Jagung Bekas HGU Menjadi ‘Negeri di Atas Awan’ Sukabumi

    Liputan6.com, Sukabumi – Di tengah perbukitan Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi, sebuah permata tersembunyi bernama Puncak Peuyeum kini bersinar terang. 

    Bukan sekadar destinasi wisata alam, Puncak Peuyeum adalah cerminan kegigihan dan visi komunitas lokal yang berhasil menyulap lahan bekas hak guna usaha (HGU) perkebunan menjadi magnet bagi para pecinta alam dan pemburu panorama.

    Berada di ketinggian sekitar 1.100 meter di atas permukaan laut (mdpl), area seluas 500 meter persegi ini menawarkan sensasi “negeri di atas awan”. Pengunjung dimanjakan dengan pemandangan luar biasa, sunset memukau di barat, sunrise yang memesona di timur, serta kerlip city light Kota Sukabumi yang menawan di malam hari. 

    Tak hanya itu, siluet megah Gunung Gede Pangrango dan Gunung Salak, ditambah lautan awan yang kerap menyelimuti pagi hari, menjadi daya tarik utama yang membuat setiap mata terpesona.

    Potret wisata camping di Sukabumi pun sempat viral di media sosial. Kisah Puncak Peuyeum bermula pada tahun 2018. King ZS, Digital Marketing Wisata Puncak Peuyeum, mengenang masa-masa awal ketika kawasan ini masih berupa alang-alang, tanpa fasilitas memadai. 

    “Awalnya, pada tahun 2018 ada beberapa orang warga lokal camping, tapi masih alang-alang, dan belum ada toilet serta lain-lain,” ujar King ZS pada Jumat (13/6/2025). 

    Titik baliknya terjadi ketika King ZS mengabadikan keindahan panorama alam saat ia pertama kali berkemah di sana. Foto dan video yang diunggah ke media sosial mendapatkan respons luar biasa dari netizen. 

    Sejak saat itu, Puncak Peuyeum mulai ramai dikunjungi, awalnya oleh warga Sukabumi, kemudian meluas hingga ke luar daerah.

    “Ada beberapa unggahan dari orang yang camping, kebetulan pas lautan awan, banyak yang nanya dimana. Akhirnya di survei dan dicobain camping, serta dibikin akun media sosial-nya untuk informasi Puncak Peuyeum,” tambahnya. 

    Transformasi dari lahan kosong menjadi destinasi wisata viral ini membuktikan kekuatan media sosial dan keindahan alam yang tak terbantahkan.

     

    Banjir Lahar Dingin Gunung Lewotobi Terjang Permukiman, Warga Mengungsi ke Hutan

  • Kasus Sertifikat: Tujuh Orang Ditetapkan Tersangka, Mbah Tupon Balik Digugat

    Kasus Sertifikat: Tujuh Orang Ditetapkan Tersangka, Mbah Tupon Balik Digugat

    Liputan6.com, Bantul – Polda Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan telah menetapkan tujuh orang sebagai tersangka dalam kasus penggelapan sertifikat tanah milik Tupon Hadi Suwarno atau Mbah Tupon, Bantul. Tiga tersangka telah ditahan, tiga lainnya diperiksa hari ini, dan satu masih menunggu konfirmasi.

    “Perannya? Saya belum tahu ya perannya apa yang tiga (tersangka), tetapi semuanya terlibat dalam kasus. Tiga tersangka itu Bibit, Triono dan Fitri. Ketiganya ditetapkan ditetapkan sebagai tersangka dalam laporan polisi Nomor 248/2025 atas laporan Heri Setiawan (anak Mbah Tupon),” kata Kapolda DIY Brigjen Anggoro Sukartono, Rabu (18/6/2025).

    Kapolda memastikan penahanan ini dilakukan untuk mempercepat proses penahanan dan penyelesaian kasus seperti yang diharapkan masyarakat. Semua proses penanganan kasus akan berjalan paralel dengan laporan-laporan lainnya yang juga sedang diproses penyidik.

    Saat dihubungi, kuasa tim hukum Mbah Tupon, Sukiratnasari menyatakan berbarengan dengan keluarnya surat pemberitahuan sudah ditetapkannya tersangka dalam kasus jual beli tanah. Mbah Tupon juga turut digugat salah satu tersangka. Sabtu (14/6/2025), Sukiratnasari membenarkan pihaknya sudah menerima surat pemberitahuan penetapan tersangka dalam kasus jual beli tanah Mbah Tupon dari Polda DIY. “Di antaranya Bibit Rusanto, Triono, Triyono, Fitri Wartini, Indah Fatmawati, Muhammad Ahmadi dan Anhar Rusli. Terkait dengan peran mereka seperti apa, itu menjadi ranah polisi yang menjelaskan,” kata Suki.

    Sukiratnasari menyatakan berbarengan keluarnya surat pemberitahuan pada Rabu (11/6/2026), Mbah Tupon bersama dua tersangka lainnya digugat hukum satu tersangka lainnya, Muhammad Ahmadi di Pengadilan Negeri (PN) Bantul. Selain Mbah Tupon, Triono satu dan notaris Anhar Rusli digugat karena menurutnya proses jual beli tanah itu atas desakan kedua tersangka terakhir yang memastikan pemilik tanah tengah membutuhkan uang. “Ahmadi menilai akibat ketiganya, dia dicap publik sebagai mafia tanah. Sidang perdana akan berlangsung 1 Juli nanti dan kita siap untuk menghadapinya,” ujar Suki.

    Kuasa hukum M Ahmadi, Juni Prasetyo Nugroho, mengatakan gugatan yang diajukan tentang perbuatan melawan hukum. tergugat hanyalah satu orang dan turut tergugat ada tiga orang. “Mbah Tupon turut menjadi subjek utama dan objek utamanya, sebatas sebagai pelengkap syarat formil gugatan. Jadi tidak ada tuntutan hukum terhadap Mbah Tupon,” katanya.

    Dijelaskannya, perbuatan melawan hukum yang diajukan pihaknya terkait dengan kesepakatan lisan yang bertentangan dengan undang-undang. Penggugat saat proses mendasarkan pecah sertifikat menanggapinya sebagai jaminan atau jual beli dengan balik nama.