Category: Liputan6.com Regional

  • Tempe Bacem Khas Yogyakarta, Warisan Rasa Manis Gurih Menyimpan Filosofi Kehangatan

    Tempe Bacem Khas Yogyakarta, Warisan Rasa Manis Gurih Menyimpan Filosofi Kehangatan

    Oleh karena itu, tempe bacem bukan hanya enak karena bahan-bahannya, melainkan juga karena proses panjang dan cinta yang dituangkan dalam setiap tahap pembuatannya. Bahkan, banyak keluarga di Yogyakarta yang memiliki resep bacem turun-temurun, masing-masing dengan sedikit perbedaan takaran atau rahasia rasa yang menjadi ciri khas keluarganya.

    Menariknya, tempe bacem tidak hanya dikenal sebagai sajian rumahan, tetapi juga telah menjadi ikon kuliner yang selalu hadir di berbagai warung makan, angkringan, hingga restoran modern yang menyajikan masakan khas Jawa.

    Di angkringan misalnya, tempe bacem biasa dijajakan dalam bentuk potongan kecil yang telah digoreng setelah direbus, disajikan bersama nasi kucing dan sambal sederhana, namun mampu menggugah selera siapa pun yang mencobanya.

    Sementara itu, di restoran kelas atas, tempe bacem bisa tampil dalam versi yang lebih estetik, dipadukan dengan lauk lain seperti ayam bacem, gudeg, ataupun sambal krecek, menciptakan sajian tradisional yang tetap berkelas.

    Uniknya lagi, meski tampil sederhana, kelezatan tempe bacem justru tak pernah lekang oleh waktu. Ia seolah menjadi representasi dari kenangan masa kecil, kehangatan keluarga, dan kedamaian khas desa-desa di Yogyakarta yang selalu dirindukan.

    Tempe bacem adalah pengingat bahwa rasa bukan hanya tentang lidah, tapi juga tentang cerita dan memori yang dibawanya. Tak bisa dipungkiri, dalam era modern yang serba cepat dan praktis ini, tempe bacem tetap mampu bertahan dan dicintai lintas generasi.

    Bahkan, kini tempe bacem banyak dijadikan oleh-oleh khas Yogyakarta dalam bentuk kemasan, siap saji, dan tahan lama, memungkinkan siapa saja untuk membawa pulang sepotong kecil kelezatan Jogja ke berbagai penjuru tanah air.

    Beberapa pengrajin bahkan berinovasi menciptakan varian tempe bacem seperti bacem tahu, bacem telur, atau bacem jengkol, namun tetap menjaga esensi dari rasa asli yang khas. Hal ini menunjukkan bahwa tempe bacem bukan hanya sekadar makanan tradisional, melainkan warisan budaya yang terus hidup dan beradaptasi dengan zaman.

    Keistimewaan tempe bacem khas Yogyakarta bukan hanya terletak pada rasa manis gurih yang unik, tetapi juga pada kemampuannya mengikat kenangan, menghadirkan rasa nyaman, serta menyampaikan filosofi kehidupan masyarakat Jawa melalui cita rasa sederhana yang begitu dalam dan mengena.

    Penulis: Belvana Fasya Saad

  • Kapal Tongkang Tabrak Perahu di Sungai Barito, 3 Orang Hilang

    Kapal Tongkang Tabrak Perahu di Sungai Barito, 3 Orang Hilang

    Liputan6.com, Barito Utara – Media sosial dihebohkan video kecelakaan kapal tongkang dengan perahu atau kapal motor di Sungai Barito, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah (Kalteng). Akibat kejadian ini, 3 penumpang perahu dinyatakan hilang dan masih dalam proses pencarian.

    Kepala Kantor Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Palangka Raya, Ketut Alit Supartana mengatakan, kejadian bermula ketika perahu mengalami mati mesin dan terombang ambing. Hingga akhirnya, perahu tersebut bertabrakan dengan kapal tongkang yang melintas.

    “Penumpang terlihat panik dan melompat keluar dari kapal motor tersebut. Hingga akhirnya kapal motor terbalik dan tertabrak oleh kapal tongkang,” ungkap Ketut kepada wartawan, Rabu (9/7/2025).

    Peristiwa tabrakan kapal terjadi pada Selasa 8 Juli 2025 sekitar pukul 10.00 WIB. Kapal motor dengan trayek Muara Teweh-Puruk Cahu tersebut, mengangkut sekitar 40 penumpang. Dari total itu, sebanyak 37 dinyatakan selamat dan sisanya 3 orang masih dalam proses pencarian yakni Suriansyah (62), Rustam Nawawi (49), dan Agus Jaya (34).

    “Sebanyak 28 selamat yang terdata di manifes dan 9 orang yang selamat yang tidak terdata di manifes,” ungkap dia.

    Proses pencarian masih terus dilakukan petugas dengan menyisir sepanjang aliran sungai menggunakan dengan perahu karet dan beberapa peralatan khusus. Ketut menerangkan, di lokasi kejadian para petugas terkendala sinyal sehingga membuat penyampaian informasi menjadi terhambat.

    Tak hanya itu, kondisi sungai yang keruh dan arus sungai yang deras membuat jarak pandang petugas menjadi terbatas. Hal ini tentunya membuat proses penyelaman tidak direkomendasikan karena sangat berbahaya.

    “Hari ini Tim SAR gabungan melakukan penyisiran secara simultan, dari sekitar lokasi kejadian hingga 2 kilometer ke arah hilir,” pungkasnya.

     

     

     

    .

     

     

     

  • Gunung Semeru 4 Kali Erupsi, Tinggi Letusan Capai 1 Kilometer

    Gunung Semeru 4 Kali Erupsi, Tinggi Letusan Capai 1 Kilometer

    Gunung Semeru masih berstatus waspada atau level II, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi, yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).

    Di luar jarak tersebut, katanya, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.

    “Masyarakat juga diimbau tidak beraktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar,” kata Ghufron.

    Masyarakat juga perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar hujan di sepanjang aliran sungai/lembah yang aliran airnya berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar di sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan

  • Intip, 6 Destinasi Wisata Alam Indah di Majalengka

    Intip, 6 Destinasi Wisata Alam Indah di Majalengka

    5. Danau Telaga Biru Padaherang

    Telaga Biru Padaherang merupakan danau alami yang memiliki warna air biru kehijauan yang eksotis. Lokasinya cukup tersembunyi sehingga memberi kesan asri, alami, dan menenangkan.

    Danau ini cocok dikunjungi oleh wisatawan yang ingin merasakan suasana alam yang sunyi dan asri serta menikmati panorama khas pegunungan di sekitarnya. Airnya yang biru juga dapat memanjakan mata dan terdapat spot foto Instagramable.

    Lokasi Telaga Biru Padaherang berada di Bantaragung, Sindangwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

    6. Situ Cipanten

    Situ Cipanten adalah danau alami yang memiliki air berwarna hijau kebiruan dan sangat jernih. Selain keindahan alamnya, tempat ini juga menawarkan berbagai aktivitas wisata seperti naik perahu, bermain sepeda air, hingga foto di ayunan terapung.

    Area sekitar danau pun dikelola dengan baik sehingga menjadi tempat yang nyaman untuk piknik keluarga atau rekreasi santai. Melansir dari ulasan Google, tempatnya bahkan meraih rating 4,5 dari total 4.372 pengguna.

    Lokasi Situ Cipanten berada di Jl. Gunung Kuning – Sindang, Gunung Kuning, Kec. Sindang, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

  • Menyelami Kedalaman Makna Tari Zapin, Warisan Budaya Melayu Riau Tak Lekang oleh Waktu

    Menyelami Kedalaman Makna Tari Zapin, Warisan Budaya Melayu Riau Tak Lekang oleh Waktu

    Ini menjadikan Tari Zapin tidak sekadar pertunjukan tari, melainkan bagian dari identitas dan filosofi hidup masyarakat yang menjunjung keselarasan antara manusia, budaya, dan Sang Pencipta.

    Uniknya, Tari Zapin begitu khas dan mudah dikenali adalah peran sentral musik pengiringnya yang kuat memengaruhi atmosfer tari. Instrumen utama seperti gambus memberikan sentuhan khas Timur Tengah, sementara marwas dan rebana menjadi tulang punggung irama yang menghentak namun tetap terjaga ketenangannya.

    Syair-syair dalam lagu pengiring pun sarat pesan moral dan dakwah, menunjukkan bahwa seni dalam budaya Melayu bukan hanya soal hiburan tetapi juga sebagai media pendidikan dan penyampaian nilai-nilai luhur. Tari Zapin bahkan menjadi wahana untuk menanamkan etika dan norma dalam masyarakat, sebab dalam setiap geraknya tersirat ajaran tentang kedisiplinan, kebersamaan, serta penghormatan terhadap tatanan sosial.

    Tidak mengherankan jika tarian ini sering dijadikan sebagai sarana mempererat silaturahmi antarwarga, baik dalam konteks keluarga maupun komunitas yang lebih luas. Zapin bukan hanya tentang penampilan luar, melainkan tentang isi dan makna tentang bagaimana seni bisa menjadi sarana perenungan yang dalam, bukan sekadar tontonan yang cepat terlupakan.

    Namun seiring laju zaman dan globalisasi yang semakin deras, Tari Zapin menghadapi tantangan serius dalam hal pelestarian dan regenerasi. Generasi muda mulai terpapar pada budaya populer global yang serba instan dan cenderung mengabaikan akar budaya lokal.

    Ketertarikan terhadap seni tradisional seperti Zapin mulai bergeser, terutama ketika tidak ada ruang yang cukup luas untuk memperkenalkannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam sistem pendidikan formal. Padahal, Tari Zapin adalah jati diri masyarakat Melayu Riau yang jika dibiarkan terlupakan, maka hilanglah satu simpul penting dari warisan budaya bangsa.

    Oleh karena itu, peran berbagai pihak sangat diperlukan, baik pemerintah daerah, komunitas seni, maupun masyarakat umum untuk menghidupkan kembali semangat mencintai budaya melalui pelatihan, festival, dokumentasi digital, dan integrasi dalam sistem pendidikan.

    Membiasakan anak-anak menari Zapin sejak dini bukan hanya menanamkan cinta terhadap seni, tetapi juga mendidik mereka tentang sejarah, adab, dan identitas yang patut dijaga.

    Tari Zapin mengajarkan kita tentang pentingnya keharmonisan, tentang bagaimana gerak dan irama bisa menyatu dalam satu tarikan nafas kolektif yang membentuk kebudayaan yang kokoh dan berdaya tahan.

    Maka dari itu, mengenal dan melestarikan Tari Zapin bukan hanya tentang menjaga sepotong tradisi, melainkan tentang menjaga ruh sebuah bangsa yang besar, berakar kuat, dan berjiwa luhur.

    Penulis: Belvana Fasya Saad

     

  • Intip, Warkop H. Mahmud Tempat Nongkrong Hits Anak Muda di Bandung

    Intip, Warkop H. Mahmud Tempat Nongkrong Hits Anak Muda di Bandung

    Liputan6.com, Bandung – Warung kopi atau akrab disebut warkop telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya nongkrong di Indonesia. Warkop bukan sekadar tempat untuk menikmati segelas kopi tetapi juga menjadi ruang sosial bagi berbagai kalangan.

    Mulai dari pelajar, mahasiswa, pekerja kantoran, hingga komunitas-komunitas banyak memilih warkop sebagai tempat berkumpul dan berbincang santai. Keunikan dari warkop di Indonesia terletak pada ragam sajian kuliner dan suasananya.

    Tidak hanya menyuguhkan kopi hitam atau kopi susu warkop juga menyediakan aneka makanan ringan hingga makanan berat seperti mie instan, nasi goreng, roti bakar, bahkan camilan khas daerah.

    Harga yang terjangkau juga menjadi daya tarik tersendiri membuat warkop digemari semua kalangan tanpa memandang latar belakang. Selain itu, suasana warkop yang santai dan cenderung tidak kaku membuat banyak orang merasa nyaman.

    Sejumlah warkop bahkan sering menyediakan fasilitas tambahan seperti Wi-Fi gratis, colokan listrik, hingga hiburan seperti televisi atau live music. Hal ini menjadikan warkop tempat yang ideal untuk bekerja sambil ngopi, diskusi ringan, bahkan menonton bersama.

    Kehadiran warkop juga menjamur hingga pelosok desa karena tiap daerah biasanya memiliki warkop dengan ciri khas masing-masing. Salah satunya di Kota Bandung yang terkenal dengan destinasi wisata dan kulinernya.

    Kota ini menyimpan cukup banyak pilihan warkop untuk dikunjungi warga lokal dan wisatawan seperti salah satunya Warkop H. Mahmud.

  • Apa Itu Ilmu Pelet Pengeretan, Ilmu Gaib Sering Dipakai Wanita Menguras Harta Pria

    Apa Itu Ilmu Pelet Pengeretan, Ilmu Gaib Sering Dipakai Wanita Menguras Harta Pria

    Liputan6.com, Bandung – Ilmu gaib atau ilmu supranatural masih menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia terutama di daerah yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi dan kepercayaan turun-temurun.

    Meskipun zaman telah berkembang dan teknologi semakin canggih sebagian masyarakat masih mempercayai bahwa ilmu gaib memiliki kekuatan dan pengaruh nyata dalam kehidupan sehari-hari.

    Ilmu ini kerap dikaitkan dengan kemampuan luar biasa yang tidak bisa dijelaskan secara logika seperti pengasihan, pelet, pelaris, hingga santet. Kemudian ilmu gaib sering kali digunakan untuk kepentingan pribadi baik untuk tujuan positif maupun negatif.

    Beberapa orang memanfaatkannya untuk mendapatkan jodoh, melancarkan usaha, atau melindungi diri dari gangguan makhluk halus. Namun, tidak sedikit pula yang menyalahgunakannya demi kepentingan yang merugikan orang lain.

    Kepercayaan terhadap ilmu gaib juga banyak diturunkan dari orang tua kepada anak cucu sebagai bagian dari tradisi keluarga. Namun, tidak semua orang yang mempelajari ilmu gaib menggunakannya secara bijak.

    Ada pula yang justru menjadi penyebab konflik, fitnah, bahkan perpecahan karena ilmu tersebut disalahgunakan. Ilmu gaib juga kerap menjadi bahan dalam cerita-cerita mistis yang berkembang di masyarakat dari legenda lokal hingga tayangan televisi dan film horor.

    Pengaruh budaya inilah yang menjadikan ilmu gaib tetap eksis di tengah masyarakat modern. Adapun salah satu ilmu gaib yang cukup populer diketahui masyarakat adalah ilmu pelet pengeretan.

  • Bandung Disebut Kota Termacet di Indonesia, Wali Kota Farhan Ingin Undang Pembuat Survei

    Bandung Disebut Kota Termacet di Indonesia, Wali Kota Farhan Ingin Undang Pembuat Survei

    Sebelumnya, Kota kembang baru saja dinobatkan sebagai kota termacet ke-12 di dunia berdasarkan TomTom Traffic Index 2024 yang dirilis pada 7 Januari 2025. 

    Posisi Bandung dalam indeks itu berada di bawah Kumamoto, Jepang, dengan catatan kendaraan rata-rata memerlukan 32 menit 37 detik untuk menjangkau jarak per 10 kilometer. Bahkan pada Jumat (24/1/2025) sore, waktu tempuh rata-rata kendaraan per 10 km lebih lambat 10 menit dari rata-rata pada 2024, yakni mencapai 42 menit 50 detik.

    Persentase tingkat kemacetan di Bandung pada 2024 mencapai 48 persen dengan rata-rata waktu yang hilang karena kemacetan mencapai 108 jam setiap jam sibuk. Kondisinya lebih buruk dari Jakarta yang pada indeks 2024 berada di posisi 90 dengan waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau jarak per 10 kilometer adalah 25 menit 31 detik.

    Di Asia Tenggara, posisi Bandung berada di urutan kedua kota termacet di bawah Davao, Filipina. Kota itu kehilangan 136 jam akibat kemacetan yang terjadi di jam sibuk dengan waktu tempuh per 10 kilometer mencapai 32 menit 59 detik.

    Menanggapi hal itu, Wali Kota Bandung terpilih Muhammad Farhan mengatakan pihaknya akan memulai dengan analisis data-data pendukung terkait kemacetan, termasuk mobilitas kendaraan, kantung parkir, dan pergerakan warga. Hal itu demi mengatasi masalah kemacetan di Bandung yang nyaris berlangsung setiap hari, terlebih di akhir pekan dan libur panjang.

    “Dalam waktu sebulan ini, analisis dulu semua data yang ada, baru setelah itu kita buat kebijakan,” ujar Farhan ditemui di Gedung Sate, Bandung, Rabu, 22 Januari 2025. Pihaknya juga terbuka untuk berdiskusi dengan pejabat wali kota Bandung saat ini yang berlatar belakang Kepala Dishub sebelumnya.

  • Tari Tempurung, Simfoni Tradisi dari Bunyi Kelapa Sulawesi Utara Menggetarkan Jiwa

    Tari Tempurung, Simfoni Tradisi dari Bunyi Kelapa Sulawesi Utara Menggetarkan Jiwa

    Awalnya, gerakan dalam Tari Tempurung bersifat spontan dan intuitif, namun seiring waktu, gerakan tersebut dikembangkan dan dikoreografikan menjadi lebih terstruktur, menggabungkan unsur seni tari, musik, dan teater. Kini, tari ini tak hanya ditampilkan dalam upacara adat dan pesta rakyat, tetapi juga telah menjadi bagian dari ajang pariwisata budaya dan pertunjukan nasional.

    Bahkan di beberapa festival budaya, Tari Tempurung sering mencuri perhatian karena keunikannya yang tidak mudah ditemukan dalam tarian tradisional lainnya di Nusantara. Ini menjadikan tari ini bukan hanya sebagai warisan budaya lokal, melainkan sebagai identitas daerah yang patut dibanggakan secara nasional.

    Dalam pertunjukannya, Tari Tempurung mengandalkan koordinasi yang tinggi antar penari. Setiap gerakan, hentakan kaki, dan bunyi tempurung harus dilakukan dengan sinkron untuk menghasilkan irama yang padu dan memukau.

    Unsur estetika yang ditampilkan bukan hanya dari gerakan tubuh, melainkan juga dari pola bunyi dan formasi penari yang terus berubah mengikuti dinamika cerita yang dibawakan. Tak jarang, tarian ini mengangkat tema tentang perjuangan hidup, kerja keras, hingga ekspresi kegembiraan rakyat pesisir.

    Properti tempurung kelapa tidak hanya dimainkan sebagai alat musik, tetapi kadang digunakan juga sebagai simbolisasi alat pertanian, perahu nelayan, hingga representasi benda-benda sakral. Hal ini membuat Tari Tempurung tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga memiliki kekuatan naratif yang kuat. Para penonton bukan hanya diajak menikmati pertunjukan, tetapi juga dibawa menyelami kisah-kisah kehidupan masyarakat Sulawesi Utara yang membentuk identitas mereka. Dalam setiap ketukan tempurung yang menggema, tersimpan pula denyut kehidupan dan semangat komunitas lokal yang tidak pernah padam.

    Pelestarian Tari Tempurung kini menjadi bagian penting dari upaya mempertahankan warisan budaya daerah di tengah gempuran modernisasi. Pemerintah daerah, sanggar-sanggar seni, hingga para pelaku budaya lokal berupaya keras untuk memperkenalkan tarian ini kepada generasi muda.

    Beberapa sekolah di Sulawesi Utara bahkan telah menjadikan Tari Tempurung sebagai bagian dari muatan lokal pendidikan seni budaya. Ini penting, karena tanpa regenerasi, tarian tradisional seunik ini bisa saja tenggelam di tengah dominasi budaya populer modern.

    Pelatihan, festival, dan kompetisi tari juga rutin diadakan untuk merangsang kreativitas generasi muda dalam mengembangkan Tari Tempurung dengan tetap menjaga keasliannya. Bahkan dalam konteks kekinian, beberapa koreografer telah mencoba memadukan Tari Tempurung dengan unsur kontemporer seperti tari modern dan multimedia, tanpa menghilangkan nilai tradisi yang melekat kuat.

    Dengan cara ini, Tari Tempurung bisa tetap relevan dan menarik perhatian generasi sekarang, sekaligus tetap menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan budaya Sulawesi Utara. Sebuah ekspresi budaya yang tidak hanya indah dilihat, tetapi juga penuh pesan dan nilai-nilai luhur.

    Tari Tempurung bukan hanya hiburan, melainkan juga cerminan dari semangat, sejarah, dan identitas masyarakat pesisir Sulawesi Utara. Maka dari itu, setiap dentingan tempurung yang berbunyi dalam tarian ini adalah gema dari jiwa-jiwa yang terus berusaha menjaga warisan budaya agar tetap hidup di tengah perubahan zaman yang terus melaju.

    Penulis: Belvana Fasya Saad

  • Kode R4 Bikin Guru Honorer Lampung Resah, Desak Kepastian Status

    Kode R4 Bikin Guru Honorer Lampung Resah, Desak Kepastian Status

    Sebagai tindak lanjut atas persoalan tersebut, Aliansi Guru Honorer R4 tersebut bersama LBH Bandar Lampung telah mengirimkan surat permohonan audiensi kepada Komisi V DPRD Provinsi Lampung. Mereka berharap dapat menyampaikan langsung keresahan dan aspirasi para guru honorer yang terganjal status R4. Dalam surat tersebut, mereka mengajukan empat poin utama:

    • Menyampaikan langsung aspirasi terkait kendala peserta PPPK dengan formasi R4 yang tidak disertai keterangan “L” (lulus) dalam pengumuman resmi.

    • Meminta kejelasan regulasi serta skema afirmasi yang adil dan terbuka untuk semua guru honorer.

    • Memohon solusi hukum konkret yang dapat memberikan perlindungan hak bagi para peserta dengan kode R4.

    • Menuntut agar peserta seleksi PPPK tahap 2 dengan status R4 tanpa “L” diangkat menjadi ASN PPPK tanpa melalui tes tambahan.

    Aliansi itu menegaskan bahwa perjuangan mereka bukan hanya soal status, tapi juga soal keadilan dan penghormatan atas dedikasi para guru honorer yang selama ini menjadi tulang punggung pendidikan di banyak daerah terpencil. “Kami berharap suara para tenaga pendidik ini tidak diabaikan. Mereka hanya ingin kejelasan dan keadilan,” tutup Prabowo.