Category: Liputan6.com Regional

  • Dramatisnya Evakuasi Mahasiswa UGM Jatuh ke Sumur Sedalam 12 Meter

    Dramatisnya Evakuasi Mahasiswa UGM Jatuh ke Sumur Sedalam 12 Meter

    Tim SAR gabungan bersama petugas Damkar, relawan, dan warga setempat segera melakukan evakuasi. Peralatan lengkap diturunkan untuk menaklukkan sumur sedalam 12 meter dengan kedalaman air mencapai 8 meter. Evakuasi sempat mengalami kendala karena korban tidak terlihat dari atas permukaan.

    “Kami menurunkan jangkar sebagai salah satu upaya pencarian. Ternyata tersangkut di kaos korban dan terangkat sedikit ke permukaan, baru bisa dipastikan keberadaannya,” kata Deni, petugas Damkar yang memimpin proses evakuasi.

    Setelah posisi korban diketahui, tim menurunkan tali. Salah seorang personel menjangkau dasar sumur. Butuh waktu sekitar 1,5 jam hingga akhirnya tubuh Yahya berhasil diangkat dan dievakuasi.

    Saat diperiksa, korban masih memiliki denyut nadi meski sangat lemah. Dia segera dilarikan ke rumah sakit. Namun takdir berkata lain, nyawanya tak tertolong.

    Yahya dikenal sebagai sosok pemuda yang cerdas dan religius. Dia lulusan pesantren dan Madrasah Aliyah Negeri sebelum akhirnya diterima di Universitas Gadjah Mada melalui jalur bidik misi. Kehidupan ekonominya yang sederhana tak menghalangi semangatnya menempuh pendidikan tinggi.

    “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Yahya anak yang baik, pendiam, dan sangat sopan. Kami semua merasa kehilangan,” ungkap salah satu tetangga dengan mata berkaca-kaca.

    Peristiwa tragis ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga dan masyarakat sekitar. Yahya yang selama ini menjadi kebanggaan keluarganya, pulang ke pangkuan Ilahi dalam cara yang tak terduga.

     

  • Dituding Diuntungkan Polemik Berkepanjangan Ijazah Palsu, Jokowi: Siapa yang Gaduh

    Dituding Diuntungkan Polemik Berkepanjangan Ijazah Palsu, Jokowi: Siapa yang Gaduh

    Justru, kata Jokowi, ada pihak yang merasa diuntungkan dengan kegaduhan itu. Itu sebabnya, Jokowi meminta semua kegaduhan disudahi.

    “Kalau gaduh terus, ada yang merasakan itu keuntungan bagi saya, ya jangan gaduh. Nanti saya ndak diuntungkan. Kalau nggak gaduh iya kan, adem, ayem, ya saya mungkin bisa dirugikan,” ucapnya.

    “Kalau saya kalem pada seneng saya masih diuntungkan, ya buat tak gaduh,” sambungnya.

  • Detik-Detik Pedagang Siomay Bunuh Pegawai Koperasi, Emosi Ditagih Utang Rp125 Ribu

    Detik-Detik Pedagang Siomay Bunuh Pegawai Koperasi, Emosi Ditagih Utang Rp125 Ribu

    Liputan6.com, Jakarta Kasus pembunuhan pegawai koperasi simpan pinjam bernama Pandra Apriliadi (21) di Lampung Selatan akhirnya terungkap. Tersangka, Salam Prayitno (46), seorang pedagang siomay nekat menghabisi korban karena tersulut emosi saat ditagih utang.

    Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Lampung Kombes Pol Indra Hermawan menjelaskan bahwa peristiwa berdarah itu terjadi pada Minggu (27/7) di wilayah Branti Raya, Kecamatan Natar, Lampung Selatan.

    “Pandra datang seorang diri ke rumah Salam untuk menagih cicilan utang sebesar Rp125 ribu, bagian dari pinjaman total Rp500 ribu,” ujar Indra dalam konferensi pers di Mapolda Lampung, Jumat (1/8).

    Namun, Salam mengaku tidak punya uang. Dia sempat keluar rumah untuk mencari pinjaman, tapi gagal. Saat kembali, terjadi cekcok yang memicu amarah.

    “Ada kata-kata korban yang menyinggung perasaan tersangka. Saat itulah pelaku mulai merencanakan pembunuhan,” terang dia.

    Salam lantas meminjam golok milik tetangganya, yang kemudian dia sembunyikan. Indra menuturkan bahwa tersangka lalu mengajak Pandra pura-pura menuju rumah saudaranya untuk mencari uang.

    “Saat berboncengan dengan sepeda motor, pelaku duduk di belakang korban sambil menyembunyikan golok dan senar pancing yang telah dirangkap menjadi tiga lapis,” tuturnya.

    Kemudian, sekitar 15 menit perjalanan, saat motor melaju pelan, pelaku melilitkan senar pancing ke leher korban dari belakang hingga motor oleng dan jatuh ke sisi kiri.

    “Dalam kondisi korban tercekik dan terjatuh, pelaku langsung menggorok leher bagian depan dengan golok yang telah disiapkan,” terangnya.

    Untuk menyembunyikan jejak, tersangka membungkus jasad korban dengan mantel dari dalam jok motor, menutupinya dengan daun singkong, dan membonceng tubuh korban di tengah.

    “Dalam perjalanan, tersangka juga membuang tas korban. Sesampainya di lokasi pembuangan, tersangka mendorong tubuh korban agar terjatuh ke sungai, berharap jasad hanyut,” jelas dia.

    Tidak berhenti di situ, Salam menjual motor korban seharga Rp4,4 juta, lalu memberikan sebagian uang kepada anaknya untuk kabur ke Jakarta.

    Lalai, tersangka juga sempat berziarah ke daerah Tanggamus selama dua hari, lalu menjual dua ponsel milik korban.

    Dua hari kemudian, tersangka memutuskan menyerahkan diri ke Polsek Natar, Kamis (31/7) siang.

    “Kami telah memeriksa 11 saksi, termasuk tetangga, teman, anak, dan istri tersangka. Dari hasil penyelidikan, pelaku bertindak sendiri,” ungkap Indra.

    Motif utama pembunuhan disebut karena tersangka tersinggung dengan ucapan korban saat menagih utang. Kini polisi masih mencari dua barang bukti yang belum ditemukan, yaitu tas dan sepeda motor korban.

    “Kasus ini terus kami dalami, termasuk sistem penagihan di koperasi tempat korban bekerja,” bebernya.

    Akibat perbuatannya, Salam dijerat dengan empat pasal sekaligus, termasuk Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, yang ancamannya mencapai 20 tahun penjara atau bahkan hukuman seumur hidup.

    Selain itu, tersangka juga dikenakan Pasal 328 KUHP tentang penculikan, Pasal 333 KUHP tentang perampasan kemerdekaan seseorang, l dan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan.

    “Ini bukan sekadar pembunuhan biasa. Ada unsur perencanaan dan penculikan dalam kasus ini,” tegasnya.

  • Kronologi Karyawati Bank di Parepare Dianiaya Pria Misterius Tengah Malam

    Kronologi Karyawati Bank di Parepare Dianiaya Pria Misterius Tengah Malam

    Liputan6.com, Jakarta Seorang karyawati bank berinisial UC (29) dianiaya pria misterius saat sedang terlelap di rumahnya, Jalan Jembatan Merah, Kelurahan Lakessi, Kecamatan Soreang, Kota Parepare, Sulawesi Selatan.

    Korban mengatakan bahwa pelaku sempat mengambil kunci mobil yang berada di dekatnya, dan menggunakannya untuk melukai bagian mata dan bibir.

    “Dia tusuk mataku dan bibirku pakai kunci mobil. Saya sudah minta ampun sambil menangis, tapi dia terus menyerang. Sampai saya tidak bisa bernapas dan sempat tak sadarkan diri,” kata UC, Kamis (31/7).

    Awalnya UC mengaku terbangun karena mendengar suara pintu dibuka, sebelum akhirnya diserang oleh pria tak dikenal itu.

    “Jam 1 malam saya terbangun karena mendengar pintu terbuka. Tiba-tiba ada pria masuk ke kamar, langsung naik ke atas badan saya, mencekik dan menutup wajah saya pakai bantal,” ujar UC.

    Sementara itu, Kapolres Parepare AKBP Indra Waspada Yuda membenarkan peristiwa tersebut. Dia mengaku bahwa pihaknya telah menerima laporan dari korban dan memastikan identitas pelaku sudah diketahui.

    “Benar, laporan korban sudah kami terima. Saat ini tim kami telah mengidentifikasi pelaku dan sedang melakukan pengejaran,” kata Indra kepada wartawan, Jumat (1/8).

    Menurut Indra, pelaku diduga masuk ke rumah korban saat dini hari dan langsung menuju kamar tidur korban. Di dalam kamar, pelaku kemudian melakukan aksi kekerasan secara brutal.

    “Pelaku masuk ke dalam kamar dan langsung menyerang korban. Ia menggunakan bantal untuk menutupi wajah korban dan mencekiknya hingga korban sempat kehilangan kesadaran. Setelah itu pelaku melarikan diri,” jelasnya.

    Meski begitu, polisi memastikan bahwa tidak ada barang berharga korban yang hilang dari lokasi kejadian, sehingga dugaan utama saat ini mengarah pada motif selain pencurian.

    “Kami telah melakukan olah tempat kejadian perkara dan memeriksa sejumlah saksi. Tidak ditemukan adanya barang yang hilang, sehingga motif pelaku masih kami dalami lebih lanjut,” pungkasnya.

  • Pedagang Siomay Jadi Tersangka Pembunuhan Sadis Pegawai Koperasi di Lampung, Ini Motifnya

    Pedagang Siomay Jadi Tersangka Pembunuhan Sadis Pegawai Koperasi di Lampung, Ini Motifnya

    Liputan6.com, Jakarta Kepolisian Daerah (Polda) Lampung mengungkap motif di balik pembunuhan Pandra Apriliadi (21), pegawai koperasi simpan pinjam asal Lampung Utara yang ditemukan tewas di kawasan Branti Raya, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, Lampung.

    Pelakunya adalah Salam, seorang pedagang siomay warga Desa Branti Raya, kecamatan setempat. Kini Salam telah ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka.

    Saat dihadirkan dalam konferensi pers, Salman tertunduk. Pria berkumis tersebut pasrah saat dikawal dua personel Polri.

    Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Lampung, Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Indra Hermawan mengatakan, pelaku nekat menghabisi nyawa korban karena sakit hati ditagih utang.

    Jumlahnya tak seberapa, Rp125 ribu, cicilan mingguan dari pinjaman koperasi sebesar Rp500 ribu.

    “Motifnya sakit hati karena merasa ditekan saat ditagih utang. Dari keterangan pelaku, korban menagih dengan kata-kata yang dinilai tidak sopan,” kata Indra dalam jumpa pers di Mapolda Lampung, Jumat (1/8).

    Cekcok antara keduanya sempat terjadi sebelum pembunuhan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, korban disebut terus mendesak Salam untuk membayar cicilan hari itu juga, sementara tersangka tengah kehabisan uang.

    Tersangka bahkan sempat mencoba meminjam uang ke tetangga dan kerabat, tapi tak satu pun berhasil.

    “Terdesak dan emosi, Salam lalu merancang pembunuhan. Ia menyiapkan sebilah senjata tajam dan senar sebagai alat eksekusi,” ungkap dia.

    Peristiwa pembunuhan berencana itu terjadi pada Minggu (27/7), ketika korban datang kembali menagih utang ke rumah tersangka.

    Korban, Pandra Apriliadi bekerja sebagai penagih pinjaman di koperasi simpan pinjam tempat tersangka meminjam uang untuk modal usaha.

    “Korban memang ditugaskan untuk menagih angsuran. Kami masih selidiki lebih lanjut apakah sistem koperasi ini menetapkan satu penagih per wilayah atau bergilir,” tutup Indra.

  • Usai Tinjau Pembangunan Rumah Hadiah Negara, Jokowi Bandingkan Kenyamanan Kediaman Pribadi

    Usai Tinjau Pembangunan Rumah Hadiah Negara, Jokowi Bandingkan Kenyamanan Kediaman Pribadi

    Liputan6.com, Jakarta Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi sempat meninjau proyek pembangunan rumahnya yang merupakan hadiah dari negara sebagai mantan Presiden RI di Jalan Adi Sucipto, Desa Blulukan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar. Bagaimana respons mantan Wali Kota Solo itu terhadap calon tempat tinggalnya yang baru?

    “Ya belum ada serah terima ke saya. Progress-nya semakin,” kata Jokowi ketika diminta tanggapan terkait hadiah rumah dari negara sebagai mantan presiden, Jumat (1/8).

    Hanya saja Jokowi enggan membocorkan lebih jauh terkait seberapa jauh perkembangan pembangunan rumah tersebut. Dia juga belum memutuskan apakah akan tinggal di rumah hadiah negara itu setelah pembangunannya selesai, atau tetap tinggal di rumah pribadinya di Jalan Kutai Utara No 1 Sumber, Banjarsari, Solo yang secara luas lebih kecil.

    “Belum tentu (apakah akan tinggal di rumah hadiah negara tersebut). Meskipun rumah kecil ini, rumahnya ini kecil tapi lebih enak dari yang gede. Tapi itu pemberian negara,” ujar dia.

    Sebelumnya, rumah pemberian negara untuk Jokowi mulai digarap. Rumah yang menempati lahan sekitar 12 ribu meter persegi itu mulai dibangun pada awal Juli 2024.

    Pemberian rumah tersebut sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1978 Tentang Hak Keuangan/Administratif Presiden dan Wakil Presiden Serta Bekas Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

    Hal ini juga tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2014. Aturan itu mengatur mantan Presiden dan atau mantan Wakil Presiden hanya berhak mendapatkan rumah sebanyak 1 kali. Termasuk yang menjalani masa jabatan lebih dari 1 periode.

  • Cerita Mahasiswa Asal Bogor di Jepang, Kondisi Hokkaido dan Tokyo Saat Gempa Rusia Picu Tsunami

    Cerita Mahasiswa Asal Bogor di Jepang, Kondisi Hokkaido dan Tokyo Saat Gempa Rusia Picu Tsunami

    Sebagai ketua PPI Jepang, Gandhi menjelaskan bahwa koordinasi antaranggota berjalan dengan sangat cepat. Melalui grup komunikasi untuk 45 ketua kampus anggota, informasi dan arahan dapat disampaikan secara instan kepada 7.314 mahasiswa Indonesia yang tersebar di Jepang.

    “Kami juga berkoordinasi dengan KBRI dan KJRI untuk memantau kondisi seluruh mahasiswa,” ujarnya.

    Gandhi menyoroti sistem mitigasi bencana di Jepang yang sangat canggih. Ia menjelaskan, jika kekuatan gempa di atas 5 skala richter, tiga detik sebelumnya HP akan berbunyi.

    “HP kita akan berbunyi sebagai peringatan, bahkan walau tidak pakai kartu SIM,” tambahnya.

    Menurutnya, ini adalah contoh nyata bagaimana teknologi dan kedisiplinan bisa berjalan beriringan.

    Ia menilai kesiapan masyarakat Jepang dalam menghadapi bencana sangat tinggi. Hal ini karena sejak kecil mereka sudah diajarkan untuk tertib dan tanggap terhadap arahan pemerintah.

    Selain itu, Gandhi juga menyebutkan bahwa bangunan di Jepang sudah dirancang untuk tahan gempa, menambah keyakinan warga terhadap keselamatan.

  • Seorang Pria dengan 4 Identitas Beredar Bawa Koper, Saat Digeledah Isinya 20 Kg Sabu

    Seorang Pria dengan 4 Identitas Beredar Bawa Koper, Saat Digeledah Isinya 20 Kg Sabu

    Liputan6.com, Jakarta Seorang pria asal Jawa Barat ditangkap personel Polres Parepare di Pelabuhan Nusantara, lantaran berusaha menyelundupkan 20 kg sabu yang disimpan dalam koper. Dalam aksinya, pelaku menggunakan empat identitas berbeda. Kapolres Parepare AKBP Indra Waspada Yuda menyebutkan bahwa pelaku bernama Saripudin Hidayat, warga Kabupaten Bandung Barat.

    “Petugas kami dari Polsek Pelabuhan Nusantara mencurigai gerak gerik pelaku. Setelah koper biru tua miliknya diperiksa, ditemukan 20 bungkus sabu siap edar,” kata Indra saat konferensi pers, Jumat (1/8).

    Selain sabu, polisi juga mengamankan uang tunai Rp1,1 juta, dua ponsel, lima kartu SIM dari berbagai provider, serta empat KTP dengan nama berbeda yang semuanya diduga digunakan oleh pelaku.

    “Empat KTP itu atas nama Febriansyah, Deni Mulyadi, Muhammad Rezky Al Amin dan M Haikal,” ungkapnya.

    Indra menjelaskan bahwa identitas palsu dan banyaknya kartu SIM memperkuat dugaan bahwa pelaku bagian dari jaringan narkoba terorganisir.

    “Modus seperti ini umum digunakan dalam sindikat narkoba. Kami sedang mendalami peran pihak lain yang diduga jadi penghubung atau penerima,” lanjutnya.

    Pelaku dijerat dengan Pasal 114 Ayat (2) subsider Pasal 112 Ayat (2) UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman pidana mati, penjara seumur hidup, atau paling singkat 6 tahun.

    “Ini bukan akhir. Ini awal pengembangan besar-besaran. Kami akan buru pelaku lainnya, termasuk pengendali jaringan di balik layar,” tutupnya.

  • Jokowi Buka Suara Soal Prabowo Beri Tom Lembong Abolisi dan Amnesti ke Hasto

    Jokowi Buka Suara Soal Prabowo Beri Tom Lembong Abolisi dan Amnesti ke Hasto

    Liputan6.com, Jakarta Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi merespons keputusan Presiden Prabowo Subianto yang memberikan abolisi atau penghapusan proses hukum kepada mantan Menteri Perdagangan Thomas Lembong dan amnesti ke Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.

    Mantan Presiden RI dua periode itu menghormati keputusan pemberian abolisi dari Prabowo kepada Thomas Lembong.

    “Itu hak prerogatif, hak istimewa yang diberikan oleh undang-undang dasar kita kepada presiden. Saya kira ya setelah melewati pertimbangan-pertimbangan hukum, pertimbangan sosial poltik yang sudah dihitung semuanya,” kata Jokowi kepada wartawan di kediaman pribadinya di Solo, Jumat (1/8).

    Lebih lanjut, Jokowi juga ikut merespons terkait pemberian amnesti dari Prabowo kepada Hasto. Seperti diketahui Hasto divonis dengan pidana 3 tahun dan 6 bulan penjara ditambah denda sebesar Rp250 juta subsider 3 bulan.

    “Sama, itu adalah hak prerogatif, itu adalah hak istimewa presiden yang diberikan oleh undang-undang dasar kita. Dan kita menghormati,” ujar dia.

    Lebih lanjut, Jokowi mengungkapkan keputusan Prabowo untuk memberikan abolisi dan amnesti tersebut dipastikan telah melakukan berbagai pertimbangan dari berbagai aspek.

    “Ya semuanya (secara pertimbangan bertahap). Yang namanya pemerintah, presiden pasti memiliki pertimbangan-pertimbangan politik, pertimbangan-pertimbangan sisi hukum, pertimbangan-pertimbangan sosial politik. Saya kira semuanya pasti menjadi pertimbangan,” ucapnya.

    Ketika disinggung apakah Jokowi diajak berbicara oleh Prabowo terkait keputusan pemberian abolisi dan amnesti, Jokowi pun mengaku tidak dimintai pertimbangan oleh Presiden Prabowo. “Enggak (tidak diajak komunikasi),” katanya singkat.

  • Kata Jokowi Usai Megawati Minta Seluruh Kader PDIP Dukung Prabowo

    Kata Jokowi Usai Megawati Minta Seluruh Kader PDIP Dukung Prabowo

    Seperti diketahui, Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menginstruksikan kepada seluruh kader untuk mendukung pemerintahan Prabowo Subianto.

    Hal ini disampaikan Ketua DPP PDIP Deddy Yevri Sitorus di Nusa Dua, Bali, Kamis (31/7/2025). Deddy mengatakan Megawati ingin agar kader mendukung segala program pemerintah yang prorakyat.

    “Ibu (Megawati Soekarnoputri) menegaskan bahwa kita mendukung pemerintah. Mendukung dalam artian semua upaya yang dilakukan pemerintah yang positif dalam rangka menjaga negara, bangsa dan masyarakat ini supaya bisa melalui berbagai kondisi yang kurang baik saat ini,” ujar Deddy.

    “Misalnya soal fiskal kita yang sangat tidak stabil ya, bagaimana pemasukan negara revenue yang berkurang, defisit, tantangan pembayaran utang luar negeri, tantangan geopolitik, ekonomi global dan sebagainya,” ungkap Deddy.

    Menurut Deddy, dalam pandangan itu, Megawati ingin PDIP harus terus melakukan bounding dengan masyarakat.

    “Sehingga tahu persoalan riil di masyarakat itu, sembari juga memastikan bahwa kita punya cukup banyak gagasan dalam rangka menjaga dan mendukung pemerintah agar betul-betul ada pada rel yang seharusnya,” kata Deddy.

    Presiden Prabowo Subianto dan Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tertangkap kamera sedang berbincang berdua usai mengikuti upacara Hari Lahir Pancasila, Senin (02/06/2025).