Category: Liputan6.com Regional

  • Demo Pati Memanas: Massa Merangsek ke Kantor Bupati Sudewo, Mobil Polisi Dibakar

    Demo Pati Memanas: Massa Merangsek ke Kantor Bupati Sudewo, Mobil Polisi Dibakar

    Massa menuntut Bupati Pati Sudewo mundur dari kursi kepemimpinan. Mereka bergantian melakukan orasi. Lantas di mana Bupati Sudewo?

    Berdasarkan informasi yang dihimpun, Bupati Sudewo diketahui berada di dalam pendopo. Kapolres Pati AKBP Jaka Wahyudi bersama Dandim Letkol Arm Timotius Berlian Yogi Ananto juga berada di dalam pendopo.

    Keduanya berupaya membujuk Sudewo untuk menemui massa yang sudah menumpuk di depan pendopo.

    Sementara itu, kondisi demonstran mulai memanas. Tensi emosi mereka meninggi lantaran tidak kunjung ditemui bupati.

    Sebelumnya diberitakan, demo ini dikawal 2.684 personel gabungan dari 14 polres jajaran, TNI, serta berbagai instansi untuk mengamankan jalannya unjuk rasa.

    “Pengamanan akan dilakukan secara profesional dan humanis. Kami tidak hanya fokus pada pengamanan massa, tetapi juga mengutamakan komunikasi yang baik agar situasi tetap terkendali tanpa gesekan,” kata Jaka Wahyudi.

  • Korban Dugaan Keracunan Massal MBG di Sragen Bertambah Jadi 251 Orang

    Korban Dugaan Keracunan Massal MBG di Sragen Bertambah Jadi 251 Orang

    Liputan6.com, Sragen – Korban dugaan keracunan massal usai mengonsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG) di Sragen, Jawa Tengah, terus bertambah. Bupati Sragen Sigit Pamungkas menyebutkan, data terbaru menunjukkan jumlah korban terus bertambah hingga mencapai 251 orang. Mereka terdiri dari siswa, guru, dan orang tua murid yang ikut menyantap hidangan tersebut.

    “Distribusi MBG sekolah yang ditemukan kasus keracunan dihentikan sementara,” kata Sigit, Rabu (13/8/2025).

    Langkah penghentian ini diambil setelah laporan keracunan diterima dari sejumlah sekolah di wilayah Gemolong. Pemerintah Kabupaten langsung menginstruksikan penghentian distribusi makanan MBG untuk menghindari risiko tambahan.

    Tak hanya itu, Sigit bersama jajaran Forkopimda turun ke lapangan untuk mengecek lokasi kejadian. Mereka juga mendatangi dapur milik Dapur SPPG Mitra Mandiri, yang memproduksi makanan MBG bagi sekolah-sekolah tersebut.

    “Kami mendapatkan laporan bahwa ada gejala-gejala keracunan di SD dan SMP di Gemolong, seperti mual, sakit perut melilit, hingga muntah. Intinya dugaan keracunan,” jelasnya.

    Hasil temuan ini membuat Pemkab Sragen mengambil kebijakan tegas. Distribusi MBG dari penyedia yang sama dihentikan selama dua hari, tepatnya Rabu dan Kamis, sembari memantau kondisi para korban.

    “Kami hentikan sementara MBG dua hari ke depan (Rabu dan Kamis) untuk mengantisipasi adanya korban baru. Dan Puskesmas Gemolong disiagakan selama 24 jam penuh,” katanya. 

    Sementara itu, sampel makanan berupa nasi kuning, ayam suwir, susu, dan orek telur suwir yang dibagikan pada Senin (11/8/2025) telah dikirim ke laboratorium di Semarang. Hasil pengujian ini akan menjadi acuan investigasi lebih lanjut.

    “Hasilnya tunggu beberapa waktu ke depan. Pentingnya investigasi mendalam. Kami juga melaporkan insiden ini ke pemerintah pusat dan berupaya memperbaiki sistem pengawasan agar MBG di mana pun aman dan bergizi bagi anak-anak,” ujar dia.   

  • Balita dan Anak Pingsan saat Demo Ricuh Lengserkan Bupati Pati

    Balita dan Anak Pingsan saat Demo Ricuh Lengserkan Bupati Pati

    Liputan6.com, Jakarta Demonstrasi yang menuntut pelengseran Bupati Pati Sudewo berujung ricuh, Rabu (13/8). Situasi tidak terkendali. Massa melempari botol, merobohkan tembok dan memecahkan kaca pendopo.

    Personel Kepolisian tidak tinggal diam. Mereka berusaha menenangkan massa, bahkan gas air mata ditembakkan untuk meredam aksi. Massa lantas kocar kacir.

    Pantauan Liputan6.com di lokasi kejadian, tidak cuma laki-laki yang ikut demo. Emak-emak juga. Bahkan di antara mereka ada yang sambil membawa anak.

    Mereka mengira demo di Pendopo Kabupaten Pati tersebut berlangsung damai. Saat kepanikan terjadi, banyak balita dan anak-anak pingsan.

    Penyebab kericuhan dimulai ketika tuntutan massa agar Bupati Pati Sudewo datang, tidak terpenuhi.

    Sebelumnya, Kordinator Lapangan Aksi Demo di Pati Ahmad Husein kepada Liputan6.com mengatakan, massa demonstran diprediksi mencapai 100 ribu orang. Sedangkan tuntutan terakhir yang dibawa masyarakat adalah lengserkan Bupati Sudewo.

    “(Misalkan nanti deadlock) kita tetap bertahan,” katanya.

    Husein yang mewakili masyarakat pendemo menegaskan, intinya masyarakat Pati sudah tidak butuh pemimpin yang arogan dan semena-mena.

    “Kami masyarakat enggak butuh pemimpin yang arogan dan semena-mena,” pungkasnya.

  • Fakta Baru Kasus Wanita Tewas Terbakar di Indramayu, Punya Pacar Polisi

    Fakta Baru Kasus Wanita Tewas Terbakar di Indramayu, Punya Pacar Polisi

    Liputan6.com, Jakarta Polisi terus mendalami penyebab kematian wanita berinisial PA (21) di indekos, Desa Singajaya, Indramayu, Sabtu (9/8). Korban diketahui pernah bercerita memiliki pacar polisi kepada orang tua.

    “Sempat bercerita memiliki pacar anggota polisi sekitar dua bulan sebelum kejadian,” kata ayah korban, Karja (48). Dikutip dari Antara, Rabu (13/8).

    Dalam cerita tersebut, meski korban sudah dua bulan berpacaran namun belum pernah bertemu langsung dengan pria itu.

    Sedangkan pengacara keluarga korban, Toni RM mengatakan berdasarkan keterangan pemilik indekos, kamar tempat korban ditemukan terdaftar atas nama PA. Namun di lapangan diketahui, pria yang diduga polisi justru tinggal di sana.

    Dia mengklaim pria berinisial SN itu merupakan orang terakhir, yang bersama korban sebelum ditemukan meninggal di dalam kamar indekos.

    “Dia (SN) belum ditetapkan sebagai tersangka, namun keberadaannya diperlukan untuk memperjelas kronologi,” ujar Toni.

    Kapolres Indramayu AKBP Mochamad Fajar Gemilang mengatakan penyelidikan saat ini dilakukan secara ilmiah, untuk memastikan apakah peristiwa tersebut murni kecelakaan atau mengandung unsur pidana.

    Menurutnya, penggunaan metode scientific investigation menjadi acuan utama dalam penyelidikan kasus ini, agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan ilmiah.

    “Saat ini kami melakukan autopsi terhadap jenazah guna memastikan penyebab kematian korban,” ucapnya.

  • Demo Lengserkan Bupati Sudewo Berujung Ricuh, Pagar Kantor Bupati Pati Roboh Terdengar Letusan

    Demo Lengserkan Bupati Sudewo Berujung Ricuh, Pagar Kantor Bupati Pati Roboh Terdengar Letusan

    Liputan6.com, Pati – Masyarakat Pati terus berdatangan ke kawasan Alun-Alun Kota Pati di depan pintu masuk Pendopo Kabupaten Pati, Rabu (13/8/2025), untuk menuntut Bupati Sudewo mundur dari jabatannya. 

    Ahmad Husen selaku inisiator dan Syaiful Ayubi sebagai orator aksi warga tersebut menyatakan bahwa Bupati Pati Sudewo perlu dilengserkan dari jabatannya karena dinilai bersikap arogan. Warga juga diajak bertahan hingga malam hari sebelum tuntutannya mendapat respons dairi pemerintah.

    Selai itu, para pengunjuk rasa juga diminta untuk tertib dan tidak melakukan aksi anarkis.

    “Tunjukkan bahwa warga Pati itu santun dan berakhlak, cinta damai dan tidak arogan,” ujar Saiful.

    Unjuk rasa besar-besaran warga Pati dipicu dari kebijakan Pemerintah Kabupaten Pati yang menaikkan tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB-P2) hingga 250 persen.

    Meski kebijakan tersebut sudah dibatalkan, termasuk mencabut kebijakan lain yang dinilai tidak mendengarkan aspirasi warga, namun masyarakat sudah kadung sakit hati dengan pernyataan Bupati Pati Sudewo yang seolah menantang warga dengan  mempersilakan berunjuk rasa hingga 5.000 ataupun 50.000 orang sekalipun.

    Warga akhirnya melakukan aksi donasi dengan mengumpulkan air mineral kemasan dos di sepanjang jalur trotoar depan pendopo Kabupaten Pati. Bahkan donasi juga terus mengalir hingga air mineral dengan kemasan dos ditempatkan di kawasan Alun-alun Pati.

    Berdasarkan informasi yang dihimpun Liputan6.com di lokasi, Bupati Sudewo diketahui berada di dalam pendopo. Kapolres Pati AKBP Jaka Wahyudi bersama Dandim Letkol Arm Timotius Berlian Yogi Ananto juga berada di dalam pendopo.

    Keduanya berupaya membujuk Sudewo untuk menemui massa yang sudah menumpuk di depan pendopo.

    Sementara itu, kondisi demonstran mulai memanas. Tensi emosi mereka meninggi lantaran tidak kunjung ditemui bupati.

    “Kita datang 50 ribu orang bahkan lebih, tapi kenapa Sudewo pengecut tidak berani menampakan diri,” kata seseorang pendemo melalui pengeras suara. 

    Jalannya aksi demonstrasi kemudian menjadi ricuh karena tidak ada satu pun pihak pemerintah yang menemui massa pendemo, menurut laporan awak Liputan6.com di lokasi, pagar kantor bupati roboh hingga terdengar suara letusan gas air mata.

     

  • Demo Lengserkan Bupati Pati Ricuh, Massa Lempar Botol dan Kejar Polisi

    Demo Lengserkan Bupati Pati Ricuh, Massa Lempar Botol dan Kejar Polisi

    Liputan6.com, Jakarta Demonstrasi warga dari berbagai elemen masyarakat di depan Pendopo Kabupaten Pati, Jawa Tengah, berlangsung ricuh, Rabu (13/8). Massa melempar botol dan mengejar aparat Kepolisian.

    Kericuhan terjadi setelah tuntutan massa yang menginginkan ditemui Bupati Sudewo tidak kunjung dipenuhi.

    Berdasarkan informasi yang dihimpun Liputan6.com di lokasi, Bupati Sudewo diketahui berada di dalam pendopo. Kapolres Pati AKBP Jaka Wahyudi bersama Dandim Letkol Arm Timotius Berlian Yogi Ananto juga berada di dalam pendopo.

    Keduanya berupaya membujuk Sudewo untuk menemui massa yang sudah menumpuk di depan pendopo.

    Sebelumnya, Kordinator Lapangan Aksi Demo di Pati Ahmad Husein kepada Liputan6.com mengatakan, masyarakat sudah berkumpul, termasuk pedagang pasar.

    “Saya berterima kasih pada semua masyarakat, khususnya yang mendukung aksi kami,” kata Husein, Rabu (13/8/2025).

    Husein mengatakan, massa demonstran yang bakal datang mencapai 100 ribu orang. Sedangkan tuntutan terakhir yang dibawa masyarakat adalah lengserkan Bupati Sudewo.

    “(Misalkan nanti deadlock) kita tetap bertahan,” katanya.

    Husein yang mewakili masyarakat pendemo menegaskan, intinya masyarakat Pati sudah tidak butuh pemimpin yang arogan dan semena-mena.

    “Kami masyarakat gak butuh pemimpin yang arogan dan semena-mena,” katanya.

  • Demo Lengserkan Bupati Sudewo Berujung Ricuh, Pagar Kantor Bupati Pati Roboh Terdengar Letusan

    Didemo Ribuan Warga, di mana Bupati Pati Sudewo?

    Liputan6.com, Jakarta Massa dari berbagai elemen menggelar demonstrasi di depan Pendopo Kabupaten Pati, Rabu (13/8). Mereka menuntut Bupati Pati Sudewo mundur dari kursi kepemimpinan. Massa bergantian melakukan orasi. Lantas ke mana Bupati Sudewo?

    Berdasarkan informasi yang dihimpun Liputan6.com di lokasi, Bupati Sudewo diketahui berada di dalam pendopo. Kapolres Pati AKBP Jaka Wahyudi bersama Dandim Letkol Arm Timotius Berlian Yogi Ananto juga berada di dalam pendopo.

    Keduanya berupaya membujuk Sudewo untuk menemui massa yang sudah menumpuk di depan pendopo.

    Sementara itu, kondisi demonstran mulai memanas. Tensi emosi mereka meninggi lantaran tidak kunjung ditemui bupati.

    Sebelumnya diberitakan, demo ini dikawal 2.684 personel gabungan dari 14 polres jajaran, TNI, serta berbagai instansi untuk mengamankan jalannya unjuk rasa.

    “Pengamanan akan dilakukan secara profesional dan humanis. Kami tidak hanya fokus pada pengamanan massa, tetapi juga mengutamakan komunikasi yang baik agar situasi tetap terkendali tanpa gesekan,” kata Jaka Wahyudi.

    Adapun personel gabungan yang dilibatkan selain dari 14 polres jajaran, yakni Satbrimob Polda Jateng, Ditsamapta Polda Jateng, gabungan direktorat, bidang dan satker Mapolda Jateng, Satpol PP, Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, Damkar, serta instansi terkait lainnya.

    Ia mengatakan seluruh petugas juga mendapat arahan teknis dan mental sesuai standar operasional prosedur, termasuk cara menghadapi potensi provokasi.

    “Kami ingatkan peserta aksi maupun masyarakat untuk tidak membawa barang terlarang, seperti minuman keras, narkoba, senjata tajam, senjata api, bahan peledak, petasan, maupun benda yang berpotensi digunakan untuk merusak fasilitas umum. Kami akan bertindak cepat jika ditemukan pelanggaran. Semua ini demi keselamatan bersama dan kelancaran kegiatan,” tegasnya.

    Sementara itu, Kordinator Lapangan Aksi Demo di Pati Ahmad Husein kepada Liputan6.com, Rabu (13/8/2025) mengatakan, pagi ini masyarakat sudah berkumpul, termasuk pedagang pasar.

    “Saya berterima kasih pada semua masyarakat, khususnya yang mendukung aksi kami,” katanya.

    Husein mengatakan, massa demonstran yang bakal datang mencapai 100 ribu orang. Sedangkan tuntutan terakhir yang dibawa masyarakat adalah lengserkan Bupati Sudewo.

    “(Misalkan nanti deadlock) kita tetap bertahan,” katanya.

    Husein yang mewakili masyarakat pendemo menegaskan, intinya masyarakat Pati sudah tidak butuh pemimpin yang arogan dan semena-mena.

    “Kami masyarakat gak butuh pemimpin yang arogan dan semena-mena,” katanya.

  • Bendera Merah Putih Raksasa Membentang di Tebing Lidah Jeger Pecahkan Rekor MURI

    Bendera Merah Putih Raksasa Membentang di Tebing Lidah Jeger Pecahkan Rekor MURI

     

    Liputan6.com, Bogor – Pembentangan bendera Merah Putih raksasa di Tebing Lidah Jeger Klapanunggal setinggi 120 meter yang dilakukan Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kabupaten Bogor, membuat masyarakat yang melihatnya terkesima. Pengibaran bendera raksasa itu menjadi simbol semangat patriotisme dan pengingat perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan Indonesia 17 Agustus. 

    Bupati Bogor Rudy Susmanto sendiri mengapresiasi keberhasilan pengibaran bendera Merah Putih raksasa dalam rangak memperingati HUT ke-80 RI tersebut. Baginya aksi pengibaran bendera raksasa itu bukan hanya menjadi catatan sejarah bagi Kabupaten Bogor, tetapi juga membanggakan bangsa Indonesia di mata dunia. Apalagi keberhasilan itu juga mencatatkan rekor di Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Museum Rekor Dunia.

    “Atas nama pribadi dan Pemerintah Kabupaten Bogor, saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Lebih dari 270 juta rakyat Indonesia, hanya 35 orang anggota FPTI yang berhasil mengibarkan bendera merah putih terbesar di tebing, dan itu adalah kebanggaan bagi kita semua,” ungkap Rudy Susmanto.

    Rudy juga mengatakan bahwa aksi ini selaras dengan nilai-nilai perjuangan kemerdekaan. Menurutnya, pengibaran bendera di tebing setinggi 120 meter merupakan simbol semangat patriotisme dan pengorbanan yang mengingatkan pada perjuangan 17 Agustus 1945.

    Sebagai bentuk dukungan, Bupati Bogor membuka pintu lebar bagi FPTI untuk mengadakan berbagai kegiatan di Kabupaten Bogor, baik dalam bentuk kejuaraan, promosi pariwisata, maupun event lain yang melibatkan masyarakat. Ia memastikan Pemerintah Kabupaten Bogor siap memfasilitasi dan berkolaborasi.

    “Saya hutang budi pada FPTI. Silakan rencanakan kegiatan akhir tahun, nanti akan kita dukung melalui Dinas Pemuda dan Olahraga. Pemerintah harus hadir untuk anak-anak muda yang mengisi kemerdekaan dengan prestasi,” tegasnya.

    Rudy Susmanto juga menyampaikan kebanggaannya memiliki generasi muda yang mampu mengharumkan nama Kabupaten Bogor dan Indonesia.

    “Terima kasih atas pengabdian dan kerja keras kalian. Ini adalah kehormatan bagi kami semua,” tutupnya.

    Sementara itu, Ketua FPTI Kabupaten Bogor, Trian Turangga mengaku sangat bangga atas undangan silaturahmi dengan dari Bupati di Pendopo Bupati Bogor kepada para pengurus FPTI terutama para pembentang bendera merah putih berukuran 80 x 50 meter dan tercatat sebagai Rekor MURI.

    “Pak Bupati sangat perhatian kepada FPTI dan beliau menyarankan FPTI untuk menggelar event berskala Kejurnas di Pakansari. Ini satu kebanggan bagi kami dan jajaran pengurus FPTI Kabupaten Bogor,” kata Trian.

    Trian menambahkan, Bupati juga sangat bangga dengan pola pembinaan di FPTI Kabupaten Bogor yang mengutamakan potensi atlet lokal atau atlet binaan sendiri.

  • Cerita Mbah Supiti Jauh-Jauh dari Malang Ikut Demo Lengserkan Bupati Pati

    Cerita Mbah Supiti Jauh-Jauh dari Malang Ikut Demo Lengserkan Bupati Pati

    Liputan6.com, Jakarta Berpakaian serba hitam, seorang pria berada di tengah-tengah warga yang sedari malam memenuhi Alun-Alun Pati, Jawa Tengah. Dia bersama ratusan atau bahkan mungkin ribuan orang berkumpul dengan satu tujuan, demonstrasi.

    Penampilannya beda dari orang-orang di sana. Mengenakan kalung dan gelang, dipadu cincin akik yang melingkar di jari. Dialah Mbah Supiti, pria yang sudah berumur asal Kota Malang, Jawa Timur.

    Dia rela datang jauh-jauh bersama rombongan, menempuh perjalanan darat yang tidak sebentar paling tidak 6 jam dengan total jarak mencapai 380 kilometer.

    “Saya sangat mendukung kebijakan Mas Husein, beserta rekan-rekan semuanya,” kata Mbah Supiti mantap sambil menggenggam tangan, Selasa (12/8).

    Husein merupakan penggerak utama massa demonstran. Dia memperkenalkan diri sebagai Ketua Aliansi Masyarakat Pati Bersatu.

    Demo hari ini, Rabu (13/8), membawa tuntutan yang tidak main-main. Massa mendesak Bupati Pati Sudewo turun dari kursi jabatan.

    Jika ditarik ke belakang, telah terjadi pergeseran tuntutan demonstrasi. Awalnya, warga ingin menggelar demo sebagai respons atas kebijakan Sudewo yang menaikkan pajak bumi bangunan (PBB) 250 persen.

    Kebijakan ini mendapat respons luas, berbagai elemen masyarakat sepakat menggelar demonstran. Namun akhirnya Sudewo membatalkan kebijakan tersebut.

    Ibarat nasi sudah menjadi bubur, pembatalan ini tidak serta merta direspons positif semua pihak. Massa pun terbelah, ada yang membatalkan demo, ada yang tetap lanjut.

    Massa yang melanjutkan menggelar demonstran, tidak lagi terfokus pada isu PBB, namun semakin melebar ke kritik atas kinerja Bupati hingga mendesak pelengseran.

    Bagi Mbah Supiti gondrong, konstelasi ini tidak terlalu jadi persoalan. Meski tidak punya kerabat di Pati, harapan dia pemerintahan daerah yang lebih terbuka bisa dimulai dari Pati.

    “Saya sangat mendukung kebijakan, mungkin awalnya dari Pati sini. Misalnya untuk renovasi, semuanya bisa terbuka,” terangnya.

    Sebagai bentuk solidaritas kepada sesama demonstran, Mbah Supiti juga memberikan sumbangan berupa air mineral dan rokok.

    Nasi Tumpeng dan Istigasah

    Suasana di depan kantor Bupati dan Alun-Alun Pati sudah terasa berbeda semenjak beberapa hari ke belakang. Tadi malam, gelombang massa datang dari berbagai penjuru Pati.

    Mereka tumplak di lokasi tersebut. Ada yang berbincang, sampai ilir mudik menyiapkan segala sesuatunya.

    Uniknya lagi, di lokasi juga sudah disediakan makanan berat berupa nasi dan lauk pauknya, buah-buahan, minuman ringan serta air mineral hasil donasi warga.

    Suasana posko donasi yang berada di barat Kantor Bupati Pati, juga dipadati massa sembari berdoa bersama. Usai berdoa, mereka menyantap nasi tumpeng.

    Perbesar

    Massa makan bersama… Selengkapnya

    Selain itu, spanduk serta baliho dengan berbagai kalimat kecaman juga sudah terpasang di depan kantor Bupati dan Alun-alun Pati. Beberapa tulisan pada spanduk di antaranya’KPK Usut Tuntas’ serta ‘Pak Presiden Prabowo Pecat Bupati Sudewo’.

    Koordinator Donasi Masyarakat Pati Bersatu, Teguh Istyanto mengaku menerima donasi ribuan kardus air mineral. Ribuan botol air minum ini nantinya akan ditempatkan di sejumlah titik di Alun-alun Pati. Selain itu, pihaknya juga mendirikan posko evakuasi dan dapur umum untuk menunjang aksi besok.

    “Donasi kardus air mineral kita bagikan bagi peserta demo. Kita juga mendirikan tenda besar untuk evakuasi jika ada peserta demo yang sakit dan didirikannya dapur umum,” ucap Teguh.

    Sementara itu, di Pendopo Pati juga digelar istigasah yang bertujuan agar unjuk unjuk rasa berjalan aman dan tanpa anarkhis. Hadir dalam doa bersama itu, Plt Sekda Kabupaten Pati, Riyoso dan sejumlah pimpinan OPD di Pemkab Pati.

    Hanya saja, Bupati Pati Sudewo tidak tampak hadir. Diperoleh informasi bahwa orang nomor satu di Kabupaten Pati ini, sedang menenangkan diri dan berziarah ke makam Syeh Jangkung.

  • VIDEO: Pecahkan Rekor Muri! Merah Putih Raksasa Berkibar di Tebing Lidah Jeger

    VIDEO: Pecahkan Rekor Muri! Merah Putih Raksasa Berkibar di Tebing Lidah Jeger

    Dalam peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI, Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kabupaten Bogor mencatat sejarah dengan membentangkan bendera merah putih berukuran 80 x 50 meter berbobot 600 kg di Tebing Lidah Jeger, Klapanunggal Bogor.

    Ringkasan